• Tidak ada hasil yang ditemukan

Design of Butterflies Breeding Business on IPB Dramaga Campus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Design of Butterflies Breeding Business on IPB Dramaga Campus"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN USAHA PENANGKARAN KUPU-KUPU DI KAMPUS

IPB DRAMAGA

MAISER SYAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Desain Usaha Penangkaran Kupu-Kupu di Kampus IPB Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

(3)

RINGKASAN

MAISER SYAPUTRA. Desain Usaha Penangkaran Kupu-Kupu di Kampus IPB Dramaga. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan NOOR FARIKHAH HANEDA.

Kupu-kupu merupakan satwa yang memiliki banyak manfaat, baik dari sisi keindahan, produk kerajinan yang dihasilkan, dan juga sebagai objek daya tarik wisata. Apabila dikelola dengan baik melalui kegiatan penangkaran, maka semua manfaat tersebut dapat diperoleh, tidak hanya nilai ekonomi, keberhasilan suatu penangkaran kupu-kupu secara tidak langsung akan mengurangi tekanan terhadap satwa ini di alam.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, membuat rancangan tapak dan pengelolaan, serta melakukan analisis kelayakan dari sisi finansial usaha penangkaran kupu-kupu. Penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga selama lima bulan yaitu bulan Juli hingga November 2012, sebagai data penunjang dilakukan pengamatan di penangkaran kupu-kupu Cilember Bogor, penangkaran kupu-kupu Cihanjuang Bandung, dan penangkaran kupu-kupu Bali. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi wawancara, studi pustaka, dan pengamatan langsung.

Sebelum pembuatan rancangan tapak dan pengelolaan terlebih dahulu dilakukan analisis kesesuaian lokasi penangkaran, meliputi analisis suhu, cahaya matahari, curah hujan dan kelembapan, air, vegetasi pakan, dan keberadaan pemangsa. Hasil analisis terhadap sejumlah faktor lingkungan di lokasi pengamatan tersebut menunjukkan Kampus IPB Dramaga sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penangkaran kupu-kupu.

  Rancangan tapak dibuat dengan tiga sistem zonasi, meliputi zona kantor (0.37 ha), pembiakan (1.75 ha), dan wisata (2.13 ha). Hasil perhitungan daya dukung menunjukkan bahwa penangkaran mampu menghasilkan 11 138.27 gr tanaman pakan untuk menampung 924 individu kupu-kupu per satu siklus produksi. Rencana panen lestari yang disusun meliputi 60% hasil panen dilepas ke kandang kupu utama sebagai objek wisata, 28.1% dijual dalam bentuk spesimen mati (produk kerajinan), 10% untuk kegiatan restocking dan sisanya 1.9% akan dijadikan bibit.

Hasil analisis finansial usaha menunjukkan bahwa penangkaran kupu-kupu Kampus IPB Dramaga layak untuk dijalankan. Nilai NPV, BCR, IRR pada tingkat suku bunga 5% berturut-turut adalah Rp 220 322 880, 1.64, dan 31.35%, sedangkan bila dilihat dari analisis sensitivitas, usaha penangkaran kupu-kupu mampu bertahan hingga tingkat inflasi 14%.

Kata kunci: Desain penangkaran, kupu-kupu, IPB Dramaga

(4)

SUMMARY

MAISER SYAPUTRA. Design of Butterflies Breeding Business on IPB Dramaga Campus. Supervised by BURHANUDDIN MASYUD and NOOR FARIKHAH HANEDA.

The butterfly is an animal that has many benefits, both in terms of beauty, craftproducts produced, as well as an object of tourist attraction. If managed well through breeding, all these benefits can be obtained, not only economic value, the success of a breeding butterflies will indirectly reduce the pressure on these animals in the wild.

This study aims to analyze, create tread design and management, and analyze the financial feasibility of the butterfly breeding efforts. This research was conducted at the Campus IPB Dramaga for five months from July to November 2012, as the supporting data observed in Cilember Captivity Butterfly Bogor, Cihanjuang Butterfly Breeding Bandung, and Bali Butterflies Breeding. The method used in data collection include interviews, library research, and direct observations.

Before designing the site and its management to prior breeding site suitability analysis, including the analysis of temperature, sunlight, rainfall and humidity, water, vegetation feed, and the presence of predators. Results of analysis of a number of environmental factors in the location of these observations indicate IPB Campus Dramaga suitable to serve as the location of butterflies breeding.

The design of the site was made with three zoning, office Zones (0.37 ha), breeding (1.75 ha), and tourism (2.13 ha). Calculation results indicate that the captive power capacity capable of producing feed crops 11 138.27 gr to accommodate 924 individual butterflies per one production cycle. Sustainable harvest plan drawn up covering 60% of the crop is released into the butterfly enclosure as the main attraction, 28.1% is sold in the form of dead specimens (handicraft products), 10% restocking activities and remaining 1.9% will be used as seed.

The results of the financial analysis indicates that butterflies breeding Campus IPB Dramaga feasible to run. NPV, BCR and IRR is the interest rate of 5% respectively is Rp 220 322 880, 1.64, and 31.35 %, whereas when viewed from the sensitivity analysis, a butterfly breeding business can survive up to 14% inflation rate.

Keywords: Captivity design, butterflies, IPB Dramaga

(5)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

DESAIN USAHA PENANGKARAN KUPU-KUPU DI KAMPUS

IPB DRAMAGA

MAISER SYAPUTRA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Desain Usaha Penangkaran Kupu-Kupu di Kampus IPB Dramaga Nama : Maiser Syaputra

NIM : E351110081

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS Ketua

Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah Desain penangkaran kupu-kupu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud MS dan Ibu Dr Ir Noor Farikhah Haneda MSi selaku komisi pembimbing, Dr Ir Nina Maryana Msi selaku komisi penguji, Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS selaku ketua program studi Konservasi Biodiversitas Tropika, serta Ibu Ir Lin Nuriah Ginoga MSi yang telah banyak memberi saran dan dukungan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muhtar dari Laboratorium Konservasi Eksitu Satwaliar IPB, Bapak Arbaimun dari Taman Kupu-kupu Bali, Bapak Atep dari Taman Kupu-Kupu Cihanjuang, serta Bapak Ismail dari Taman Kupu-Kupu Cilember yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

Maiser Syaputra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(9)

DAFTAR ISI

Perencanaan Pengelolaan Penangkaran ... 23

Manajemen Perkandangan ... 24

Manajemen Pakan ... 29

Manajemen Reproduksi ... 31

Manajemen Pemanenan dan Pemanfaatan Hasil ... 37

Kelayakan Ekonomi Penangkaran Kupu-kupu ... 39

Komponen Biaya ... 39

(10)

Analisis Kelayakan Usaha ... 41

3. Mamalia yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran ... 13

4. Burung yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran ... 14

5. Amfibi dan reptil yang berpotensi sebagai predator di aral penangkaran ... 14

6. Jenis kupu-kupu yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran ... 14

7. Analisis kesesuaian lokasi penangkaran ... 17

8. Jenis tanaman pakan larva yang ada di penangkaran kupu-kupu IPB ... 19

9. Jenis tanaman pakan kupu-kupu di penangkaran ... 19

10. Perbedaan kandang reproduksi beberapa penangkaran ... 25

11 Perbedaan pemeliharan telur di beberapa penangkaran ... 26

12. Perbedaan metode pemeliharaan larva di beberapa penangkaran ... 27

13. Perbedaan media penyimpanan kepompong di beberapa penangkaran ... 28

14. Perbedaan kandang kupu-kupu beberapa penangkaran ... 29

15. Jenis tanaman pakan larva yang dapat ditambahkan di penangkaran ... 30

16. Jenis tanaman pakan kupu yang dapat ditambahkan di penangkaran ... 30

17. Proyeksi perkembangan penangkaran kupu-kupu dengan 9 pasang induk ... 39

18. Biaya investasi usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 40

19. Biaya operasional usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 40

20. Penerimaan usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 41

21. Pendapatan usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 41

22. Perhitungan NPV usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 42

23. Perhitungan BCR usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 42

24. Perhitungan IRR usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 43

25. Perhitungan BEP usaha penangkaran kupu-kupu IPB ... 43

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian ... 4

2. Bagan analisis data rencana tapak dan pengelolaan ... 6

3. Peta area penangkaran kupu-kupu ... 10

4. Curah hujan di Dramaga ... 10

5. Intensitas penyinaran matahari di Dramaga selama bulan Juli 2012 ... 11

6. Peta topografi area penangkaran ... 12

7. Jenis kandang di penangkaran kupu-kupu IPB; (a) Kandang reproduksi kupu-kupu, (b) Kandang utama ... 18

8. Desain media informasi; (a) Papan nama, (b) Papan petunjuk arah, dan (c) Papan interpretasi ... 21

9. Metode pemeliharaan larva; (a) Secara intensif di dalam kotak kayu, (b) Secara semi intensif di pohon inang. ... 24

10. Kandang reproduksi ... 25

11. Wadah pemeliharaan telur ... 26

12. Tempat pemeliharaan larva ... 27

13. Lemari penyimpanan kepompong ... 28

14. Kupu-kupu Troides helena; (a) jantan (b) betina ... 32

15. Spesies kupu-kupu Pachliopta aristolochiae dan Papilio sp ... 32

16. Perkawinan pada kupu-kupu. ... 33

17. Cawan petri sebagai wadah penyimpanan telur . ... 34

18. Tempat penyimpanan kepompong di beberapa penangkaran; (a) Bali, (b) Cihanjuang, (c) Cilember ... 36

19. Sketsa dan foto lemari kepompong ... 36

DAFTAR LAMPIRAN

1. Desain penangkaran ... 50

2. Suhu kandang ... 55

3. Rincian biaya penangkaran ... 56

4. Rincian penerimaan penangkaran ... 58

5. Analisis finansial ... 58

6. Analisis sensitifitas ... 60

(12)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki banyak manfaat, dari sisi ekologi satwa ini berperan sebagai satwa penyerbuk yang membantu dalam penyebaran berbagai jenis tanaman berbunga (Borror et al. 1996). Kupu-kupu juga dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap penurunan kualitas lingkungan, karena satwa ini tidak dapat hidup pada lingkungan tercemar (Holloway et al. 1987). Kupu-kupu juga telah lama dikenal sebagai satwa yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu sebagai objek rekreasi dan satwa koleksi. Keindahan warna dan bentuk sayapnya merupakan pesona dan daya tarik tersendiri yang mampu memikat hati banyak orang.

Saat ini kupu-kupu menjadi penting untuk dipelajari karena keberadaan satwa ini sudah mulai dieksploitasi secara luas melalui kegiatan perdagangan dan perburuan liar. Koleksi kupu-kupu di pasar internasional dihargai mulai dari US$ 1 hingga US$ 3 400 tergantung tingkat kelangkaannya (Soehartono dan Mardiastuti 1996). Nilai ekonomi tinggi inilah yang menyebabkan permintaan terhadap kupu-kupu terus meningkat setiap tahunnya.

Melihat kondisi tersebut maka melalui PP No.7 Tahun 1999 ditetapkanlah jenis-jenis kupu-kupu yang dikategorikan satwa dilindungi di Indonesia, meliputi 12 jenis Troides, 6 jenis Ornithoptera, 1 jenis trogon (Trogonoptera brookiana), dan 1 jenis kupu-kupu bidadari (Cethosia myrina). Dengan diberlakukannya status dilindungi terhadap kupu-kupu tersebut diharapkan kelestarian satwa ini dapat terus terjaga.

Salah satu jalan keluar dari permasalahan ini adalah melalui kegiatan penangkaran. Kegiatan penangkaran adalah upaya perbanyakan satwa atau tumbuhan melalui pengembangbiakan dan pembesaran dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Adapun tujuan penangkaran adalah untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwaliar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam (Basuni 1987, Departemen Kehutanan 2003).

Penangkaran kupu-kupu dapat berhasil bila dapat terbentuk kondisi lingkungan buatan yang sesuai untuk hidup dan perkembangbiakakan kupu-kupu dan juga diperlukan pengetahuan tentang siklus hidup, jenis kelamin, perilaku kawin, genetik serta komponen habitatnya seperti suhu, cahaya, kelembapan udara, iklim/variasi musim, sumber pakan, tempat berlindung dan berkembangbiak. Demikian pula teknik-teknik perlakuan jenis di tempat penangkaran mulai dari tahap pengumpulan bibit (induk), pemeliharaan telur, pemeliharaaan larva, pemeliharaan kepompong, hingga kupu-kupu dewasa (Departemen Kehutanan 2003).

(13)

masalah-masalah yang ada. Mendesain sebuah tapak juga merupakan sebuah seni untuk menata fasilitas dalam tapak untuk mendukung pemenuhan kebutuhan akan aktivitas. Pemberian bentuk untuk sebuah tapak berguna untuk mengakomodasi fasilitas dengan meminimalisasi kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi pengguna tapak. Perencanaan tapak juga mengaplikasikan sistem buatan manusia (termasuk konstruksi) kedalam sebuah sistem lingkungan dan ekologi dengan mempertimbangkan peluang dan hambatan yang akan dihadapi.

Untuk mengetahui sejauh mana sebuah usaha dapat memberikan manfaat secara ekonomi maka dibutuhkan sebuah analisis, yaitu analisis finansial usaha. Analisis finansial usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan dan apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan. Analisis finansial usaha memberi gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan untuk operasional suatu usaha. Secara garis besar pengelola usaha dapat mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan.

Kampus IPB Dramaga memiliki penangkaran kupu-kupu berlokasi di Jalan Lengkeng yang sudah berdiri sejak akhir tahun 2011, dikelola oleh Laboratorium Konservasi Eksitu Satwaliar Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Penangkaran ini memiliki potensi fisik dan sumberdaya kupu-kupu yang cukup baik namun pengelolaan yang dilakukan oleh pihak penangkaran dirasa belum optimal, sehingga kegiatan penangkaran sempat terhenti. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan membuat rencana tapak dan rencana pengelolaan di penangkaran kupu-kupu IPB Dramaga serta melakukan analisis usaha untuk mengetahui potensi ekonomi penangkaran.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kesesuaian habitat sebagai lokasi penangkaran kupu-kupu. 2. Membuat rancangan tapak dan menyusun rencana pengelolaan penangkaran

kupu-kupu di Kampus IPB Dramaga.

3. Menganalisis kelayakan ekonomi usaha penangkaran kupu-kupu IPB Dramaga.

Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak penangkaran kupu-kupu kampus IPB Dramaga sehingga dapat mengembangkan teknik budidaya serta pemanfaatan kupu-kupu lebih baik lagi.

(14)

Kerangka Pemikiran

Menangkarkan kupu-kupu bukanlah hal yang sulit, hanya saja belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Hal yang harus diperhatikan dalam menangkarkan kupu-kupu adalah memenuhi semua kebutuhan hidup (bio-ekologi) dan menciptakan tapak (fisik lokasi) yang sesuai dengan kondisi alami dari habitat satwa ini. Untuk dapat mengembangkan sebuah usaha penangkaran diperlukan rancangan pengelolaan yang dapat menyatukan kedua hal tersebut.

Kebutuhan hidup kupu-kupu antara lain meliputi kebutuhan ruang, pakan, dan tempat berlindung (cover). Kupu-kupu membutuhkan ruang yang cukup luas untuk beraktivitas, terbang, hinggap, berjemur, mencari makan, dan kawin. Pakan merupakan aspek penting yang menjadi inti dari kegiatan penangkaran, pakan harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup karena kupu-kupu termasuk satwa yang memiliki siklus hidup singkat dan kemampuan reproduksi yang tinggi. Selain itu kupu-kupu juga membutuhkan tempat-tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari sebagai tempat berteduh.

Selain memenuhi kebutuhan hidup kupu-kupu, perencanaan tapak atau fisik lokasi juga diperlukan. Ffisik lokasi harus disesuaikan dengan karakter habitat alami dari satwa ini agar satwa tidak mudah stres. Disisi lain, rancangan tapak tersebut harus mendukung dan memberikan kemudahan bagi pengelola dalam menjalankan kegiatan usaha penangkaran. Kemudahan yang dimaksud seperti pengawasan, akses masuk ke lokasi, pemanenan, dan lain-lain. Perencanaan juga dibutuhkan dalam menyusun progam-program yang mungkin untuk dikembangkan pada masa mendatang.

Sebagai usaha bisnis, kegiatan penangkaran memberikan keuntungan secara ekonomi dan mempunyai peluang untuk dikembangkan. Namun untuk melihat kedua hal tersebut perlu dilakukan sebuah kajian, yakni analisis finansial usaha. Dalam pengkajian analisis finansial usaha diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan tersebut. Indikator yang biasa digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP) dan analisis sensitivitas.

(15)
(16)

2 METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu bulan Juli hingga November 2012 di Penangkaran Kupu-kupu IPB Dramaga. Sebagai data pembanding dilakukan juga pengamatan pada dua lokasi penangkaran lainnya yakni penangkaran kupu-kupu Cilember Bogor, dan penangkaran kupu-kupu Cihanjuang Bandung, serta penangkaran kupu-kupu Bali sebagai data sekunder.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kupu-kupu sebagai satwa yang ditangkarkan, sedangkan alat yang dipergunakan adalah jaring serangga, buku identifikasi kupu-kupu Butterfly of Borneo dan Butterffly of the world.

Jenis dan Metode Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis dan metode pengumpulan data penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian

Data Satuan Sumber Metode Pengambilan

A. Kesesuain lokasi penangkaran 1. Abiotik

a. Suhu b. Kelembapan

c. Lama penyinaran matahari d. Curah hujan

D. Finansial usaha

(17)

Analisis Data

Kesesuain Habitat

Analisis faktor penentu kesesuaian habitat penangkaran kupu-kupu dilakukan melalui pendekatan ekologi dari satwa ini di alam, yakni bagaimana hubungan kupu-kupu dengan faktor abiotik dan biotik penyusun ekosistem serta kondisi-kondisi yang mempengaruhi hidupnya di penangkaran. Secara umum faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan kupu-kupu antara lain suhu, cahaya matahari, curah hujan, ketersediaan sumber air, dan vegetasi pakan (Dephut 2003).

Rencana Tapak dan Pengelolaan

Menurut Gold (1980), proses perencanaan terdiri dari enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan dan perancangan. Perolehan data berupa catatan-catatan dari hasil pengukuran, pengamatan langsung (observasi) di lapangan, wawancara mendalam, dan studi pustaka atau literatur dianalisis berdasarkan jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data dan penyajian data. Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya. Kegiatan ini dilakukan untuk menajamkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat data utama yang menjadi pokok penelitian. Penyajian data dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk-bentuk bagan, tabel, dan gambar untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang diperoleh secara lebih terpadu.

Gambar 2 Bagan analisis data rencana tapak dan pengelolaan Pengumpulan data penangkaran kupu-kupu IPB - Kemungkinan arah pengembanagan penangkaran

- Mencari jalan keluar permasalahan - Menyusun konsep penangkaran kupu-kupu IPB

- Gambar dan sketsa rancangan - Menyatukan rencana - Harmonisasi

(18)

Setelah proses analisis data selesai maka selanjutnya dilakukan sintesis data, pada tahap ini data yang sudah dianalisis disusun menjadi konsep-konsep berdasarkan teori yang ada baik dari rencana tapak maupun rencana pengelolaan penangkaran. Tahapan selanjutnya dilakukan proses perencanaan. Perencanaan merupakan pengembangan dari berbagai konsep yang dihasilkan pada tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tapak dan merencanakan teknik pengelolaan. Terakhir adalah perancangan yaitu tahap yang dilakukan untuk memilih materi, dan bentuk yang digunakan dalam tapak sehingga membentuk ruang, obyek, atau konstruksi tertentu pada tapak sesuai dengan tujuan dan fungsi yang diinginkan. Perancangan juga dilakukan pada aspek pengelolaan penangkaran, rancangan pengelolaan yang akan disusun meliputi manajemen perkandangan, pakan, reproduksi, kesehatan, dan pemanenan. Bagan analisis data rencana tapak dan pengelolaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Analisis Finansial Usaha

Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi biaya dan pemasukan berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian. Analisis kelayakan finansial menggunakan tiga kriteria utama yakni Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR) (Kadariah 1999), setelah itu dilakukan analisis Break Event Point (BEP) dan analisis sensitivitas. Analisis BEP bertujuan untuk mengetahui berapa unit minimum produk yang harus diproduksi suatu unit usaha agar tidak mengalami kerugian, sedang analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha mampu bertahan akibat adanya pengaruh inflasi. Analisis kelayakan finansial dilakkan dengan mengacu pada Kadariah (1999) dengan rumus sebagai berikut;

1. Net Present Value (Nilai Bersih Saat Ini)

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate (%)

t = Tahun kegiatan bisnis (t= 0, 1, 2, 3, ...., n) n = Umur usaha (tahun)

Kriteria :

• NPV > 0 : usaha layak

• NPV = 0 : usaha tidak untung dan tidak rugi • NPV < 0 : usaha tidak layak

(19)

Keterangan :

3. Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Hasil Intern)

IRR i NPV

NPV – NPV i i Keterangan :

NPV1= NPV positif NPV2 = NPV negatif

i1 = Discount rateyang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rateyang menghasilkan NPV negatif Kriteria :

• IRR > discount rate: usaha layak • IRR < discount rate: usaha tidak layak

4. Break Event Point (Titik Impas)

BEP B

H – B

5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan metode Switching value, yaitu dengan cara menaikkan biaya yang digunakan dan menurunkan penerimaan perusahaan sampai pada tingkat dimana usaha tidak layak lagi untuk dijalankan Kadariah (1999)

6. Asumsi Usaha

Untuk memudahkan dalam perhitungan analisis finansial, maka dibuat beberapa asumsi terkait pengelolaan dan pemanenan kupu yang didasarkan pada pendekatan bioekologi dari satwa itu sendiri. Asumsi tersebut antara lain:

a. Masa usaha 5 tahun

b. Produk yang dihasilkan meliputi barang kerajinan seperti kupu-kupu awetan serta jasa seperti wisata pendidikan.

c. Kemampuan kupu-kupu bertelur sekitar 200 butir per betina bibit

d. Kegiatan wisata yang dilakukan adalah wisata pendidikan terbatas dengan sararan pengunjung dari sekolah-sekolah (SD, SMP, dan SMA). Pengunjung datang perkelompok, satu kelompok dapat dinyatakan sebagai satu buah even kunjungan.

e. Jumlah pengunjung wisata per even kegiatan adalah 30 orang, satu bulan terdiri dari empat belas even kunjungan.

(20)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Penangkaran Kupu-kupu IPB

Sejarah dan Perkembangan

Berdirinya penangkaran kupu-kupu di Kampus IPB Dramaga merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Kehutanan IPB dengan Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Keberadaan penangkaran kupu-kupu menjadi fasilitas penunjang pengajaran di Kampus IPB. Penangkaran kupu-kupu IPB memiliki tujuan untuk menjadi sarana pendidikan dan wirausaha bagi mahasiswa maupun dosen.

Melalui Fakultas Kehutanan IPB, pengelolaan penangkaran dilakukan oleh mahasiswa dan dosen dari Laboratorium Konservasi Eksitu Satwaliar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Kepengurusan penangkaran kupu-kupu IPB dipegang oleh mahasiswa dan diawasi secara langsung oleh dosen. Sejak dibangun pada Januari 2012 hingga saat ini penangkaran kupu-kupu belum dioperasikan, karena masih dalam proses pembangunan fisik dan menunggu hingga kebun pakan siap. Namun, serangkaian percobaan serta simulasi pengembangan kupu-kupu sudah dilaksanakan dan memberikan hasil yang baik. Uji coba yang pernah dilakukan antara lain mengembangkan kupu-kupu jenis Troides helena dan Papilio memnon. Pada saat itu uji coba pengembangan telah sampai pada tahap pemeliharaan generasi kedua, namun karena pakan larva belum siap uji coba ini dihentikan.

Selain itu dalam skala kecil penangkaran kupu-kupu IPB telah mampu memproduksi berbagai bentuk kerajinan tangan berbahan dasar kupu-kupu seperti embedding kupu-kupu, frame kupu-kupu, dan kupu-kupu laminating. Embedding kupu-kupu merupakan bentuk pengolahan spesimen kupu-kupu dengan cara menanam kupu-kupu di dalam cairan resin. Produk embedding yang paling umum adalah gantungan kunci. Frame kupu-kupu merupakan bentuk pengolahan spesimen kupu-kupu yang dipajang di dalam bingkai kaca, sedang kupu-kupu laminating merupakan pengolahan spesimen kupu-kupu dengan cara melaminating kupu-kupu di dalam plastik lalu ditekan dan dipanaskan.

Saat ini penangkaran kupu-kupu juga telah menjadi bagian dari fasilitas pengajaran di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Beberapa mata kuliah sudah memasukkan penangkaran kupu-kupu sebagai mata ajaran dan praktikum, seperti mata kuliah Penangkaran Satwaliar dan Manajemen Pakan dan Kesehatan Satwaliar.

Lokasi Penangkaran

(21)

Areal Laboratorium Konservasi Eksitu Satwaliar memiliki batas kawasan sebelah barat dengan jalan lengkeng, selatan dengan hutan tanaman karet, timur dengan sungai Ciapus, dan utara berbatasan dengan hutan tanaman bambu. Peta areal penagkaran kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peta area penangkaran kupu-kupu.

Iklim

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, lokasi penangkaran kupu-kupu IPB termasuk dalam tipe iklim A Schmidt dan Ferguson dengan ciri tidak memiliki bulan kering dengan curah hujan rata-rata pada bulan Juli 117 mm dan 250.33 mm pada enam bulan terakhir. Data curah hujan Februari-Juli 2012 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Curah hujan di Dramaga.

Hasil pengamatan terhadap suhu dan kelembapan di kandang penangkaran menunjukkan rata-rata suhu pagi hari 26.03 ºC dengan kelembapan 82.4 %, siang hari 30.6 ºC dengan kelembapan 66.23 %, sedangkan sore hari 27 ºC dengan

0 100 200 300 400 500 600

Feb‐12 Mar‐12 Apr‐12 Mei‐12 Jun‐12 Jul‐12

Curah hujan (mm)

(22)

kelembapan 80.96. Suhu terendah yang pernah tercatat adalah 25 ºC dan tertinggi 33 ºC, sedangkan kelembapan terendah 56 % serta tertinggi 85 %. Kondisi pengamatan pada musim hujan menyebabkan tingginya rata-rata kelembapan di lokasi pengamatan. Data suhu kandang dapat di lihat pada Lampiran 2.

Intensitas cahaya matahari wilayah Dramaga menurut catatan BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor selama bulan Juli 2012 memiliki nilai terendah pada angka 210 cal/cm² sedangkan nilai tertinggi pada angka 360 cal/cm² dengan lama penyinaran sebesar 84 %. Data intensitas cahaya matahari Dramaga selama bulan Juli dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Intensitas penyinaran matahari di Dramaga selama bulan Juli 2012.

Tanah

Tanah di lokasi penangkaran termasuk jenis latosol kemerah-merahan, dengan ciri-ciri tanah yang mempunyai distribusi liat tinggi, remah sampai gumpal, gembur dan warna relatif homogen pada penampang tanah dengan batas horizon baur, kejenuhan basa kurang dari 50 persen (Pusat Penelitian Tanah 1983). Sifat lain dari tanah latosol adalah kapasitas tukar kation rendah, hal ini disebabkan oleh tingkat kandugan bahan organik yang rendah dan sebagian lagi disebabkan oleh sifat liat hidroksida.

(23)

Sumber: Sumanto, 2006

Gambar 6 Peta topografi area penangkaran.

Air

Kawasan penangkaran memiliki sumber air terdekat berasal dari sungai Ciapus melalui sebuah anak sungai yang mengalir tidak jauh dari lokasi penangkaran. Anak sungai ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sumber air penangkaran. Selain itu penggunaan air sumur dari kantor pengelola juga menjadi solusi kebutuhan air, karena kebutuhan kupu-kupu akan air tidak terlalu tinggi.

Biologi Kawasan

1. Vegetasi

Hasil pengamatan menunjukkan lokasi penangkaran memiliki komposisi vegetasi yang terdiri dari tanaman sengon (Paraserianthes falcataria), pinus (Pinus merkusii), kelapa sawit (Elaeis guineensis), nangka (Arthocarpus heteropilus), jati (Tectona grandis), puspa (Schima wallichii), dan bambu apus (Gigantochloa apus) dengan tumbuhan bawah seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa), soka (Ixora coccinea), rumput teki (Cyperus rotundus), cente (Lantana camara), harendong (Melastoma candidum), dan takokak (Solanum torvum).

(24)

Tabel 2 Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh kupu-kupu

No. Nama lokal Nama latin Famili Habitus Fungsi

1 Takokak S. torvum Solanaceae Perdu pakan larva

2 Harendong M. candidum Melastomaceae Semak pakan kupu

3 Cente L. camara Verbenaceae Pohon pakan kupu

4 Soka I. coccinea Rubiaceae Perdu pakan kupu

5 Kembang sepatu H. rosa Malvaceae Perdu pakan kupu

6 Puspa S. wallichii Theaceae Pohon pakan kupu

7 Nangka A. heteropilus Moraceae Pohon pakan larva

2. Satwa

Lokasi penangkaran merupakan habitat bagi berbagai jenis satwaliar baik mamalia, burung, reptil, amfibi, dan juga kupu-kupu sendiri. Keberadaaan satwa-satwa tersebut secara langsung maupun tidak berpengaruh terhadap kehidupan kupu-kupu yang ada di penangkaran baik sebagai satwa kompetitor maupun satwa predator. Namun yang perlu diperhatikan adalah keberadaan satwa predator atau pemangsa, karena keberadaan satwa-satwa ini merugikan dan berdampak pada penurunan produktifitas penangkaran.

Hasil pengamatan menunjukkan mamalia yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran berjumlah enam jenis meliputi jenis-jenis mamalia kecil dan codot, seperti tupai kekes (Tupaia javanica), tikus belukar (Rattus tiomanicus), bajing kelapa (Callosciurus notatus), garangan (Herpestes javanicus), dan codot krawar (Cynopterus brachyotis).

Sebagian besar mamalia yang ditemukan teridentifikasi sebagai jenis satwa pemakan serangga, sehingga memiliki potensi sebagai satwa predator bagi kupu-kupu. Menurut Matsuka (2001) mamalia kecil dan tikus merupakan predator kupu-kupu pada fase larva dan pupa. Oleh karena itu keberadaan jenis satwa tersebut harus dikendalikan agar tidak menjadi hama di penangkaran. Jenis mamalia yang berpotensi sebagai predator kupu-kupu di lokasi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Mamalia yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran

No. Nama lokal Nama latin Famili Tipe makanan Makanan 1 Tupai Kekes T. javanica Tupaiidae Insectivor Larva dan pupa 2 Tikus Belukar R. tiomanicus Muridae Insectivor Larva dan pupa 3 Bajing Kelapa C. notatus Sciuridae Insectivor Larva dan pupa 4 Garangan H. javanicus Viveridae Insectivor Larva dan pupa

(25)

Tabel 4 Burung yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran

No. Nama lokal Nama latin Famili Tipe makanan Makanan 1 Cekakak Jawa H. cyanoventris Alcedinidae Insectivor Larva 2 Cinenen Pisang O. sutorius Sylviidae Insectivor Larva 3 Kutilang P. aurigaster Pycnonotidae Insectivor Larva 4 Perenjak P. familiaris Sylviidae Insectivor Larva

Jenis amfibi yang ditemukan selama pengamatan hanya satu jenis yaitu kodok buduk (Bufo melanostictus), sedangkan jenis reptil yang ditemukan berjumlah lima jenis yakni ular pucuk (Ahaetulla prasina), ular lidah api (Dendrelaphis pictus), ular cobra (Naja naja), ular viper (Trimeresurus albolabris), dan kadal kebun (Eutropis multifasciata).

Diantara keenam jenis amfibi dan reptil yang ditemukan tersebut hanya dua jenis yang teridentifikasi sebagai satwa pemakan serangga yaitu kodok buduk dan kadal kebun. Menurut Matsuka (2001) kodok dan kadal merupakan predator bagi larva kupu-kupu, selain memangsa larva kadal juga memangsa pupa dan kupu-kupu dewasa, oleh karena itu keberadaan dua satwa ini harus diperhatikan agar tidak mengganggu kegiatan budidaya kupu-kupu. Jenis amfibi dan reptil yang berpotensi sebagai predator kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Amfibi dan reptil yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran

No Nama lokal Nama latin Famili Tipe makanan Makanan

1 Kodok Buduk B. melanostictus Bufonidae Insectivor Larva 2 Kadal Kebun E. multifasciata Scincidae Insectivor Larva, Pupa, dan

Kupu-kupu

3. Kupu-kupu Lokal

Kupu-kupu yang berada di sekitar lokasi penangkaran penting diketahui, karena berguna untuk memberi gambaran jenis kupu-kupu apa saja yang ada, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis kupu-kupu yang akan ditangkarkan. Selain itu untuk mengetahui kemungkinan terjadinya persaingan dan kemungkinan lepasnya jenis asing yang ditangkarkan ke luar penangkaran.

Tabel 6 Jenis kupu-kupu yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran

No Nama latin Famili No Nama latin Famili

(26)

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 20 jenis kupu-kupu yang terdiri dari 3 famili di lokasi ini. Jenis dari famili Papilionidae merupakan jenis kupu-kupu yang dapat dipertimbangkan untuk ditangkarkan, karena kupu-kupu-kupu-kupu dari famili ini umumnya memiliki ukuran sayap yang besar dan bentuk yang menarik. Kupu-kupu yang indah akan banyak disukai oleh pengunjung. Jenis kupu-kupu yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 6.

Analisis Kesesuain Lokasi

Faktor penentu kesesuaian penangkaran kupu-kupu dilihat melalui pendekatan ekologi dari satwa ini di alam, yakni bagaimana hubungan kupu-kupu dengan faktor abiotik dan biotik penyusun ekosistem serta kondisi-kondisi yang mempengaruhi hidupnya di penangkaran. Secara umum faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan kupu-kupu antara lain suhu, cahaya matahari, curah hujan, ketersediaan sumber air, dan vegetasi pakan (Dephut 2003), sedangkan musuh alami dan kupu-kupu lokal penting diketahui untuk mencegah terjadinya pemangsaan dan persaingan.

Suhu

Kupu-kupu termasuk satwa berdarah dingin (poikilothermik), yang membutuhkan suhu lingkungan untuk menghangatkan tubuhnya. Sayap pada kupu-kupu juga berfungsi sebagai alat pengatur suhu tubuh. Pada saat suhu rendah sayap kupu-kupu akan merentang untuk memperoleh lebih banyak cahaya dan panas, sebaliknya pada suhu tinggi sayap kupu-kupu akan menutup. Aktifitas kupu-kupu juga dipengaruhi oleh suhu. Pada pagi hari kupu-kupu akan aktif bergerak mencari makan dan kawin, menjelang siang pada saat suhu lingkungan meningkat aktifitas kupu-kupu akan menurun dan pada sore hari aktifitas ini akan meningkat kembali (Simanjuntak 2001). Dampak substansial dari kondisi suhu dan kelembapan lingkungan adalah kelimpahan populasi. Kelimpahan kupu-kupu lebih rendah terjadi selama musim hujan dan pada saat suhu tinggi (Robinson et al. 2012).

Kupu-kupu yang akan ditangkarkan yaitu Troides sp., Pachiliopta sp., dan Papilio sp. merupakan kupu-kupu yang dapat ditemukan di wilayah Jawa Barat (Suantara 2000; Matsuka 2001; Peggie dan Amir 2006), dengan suhu antara 11,1-33,2 ºC (BMKG 2012), hasil pengamatan di lapangan menunjukkan suhu lokasi penangkaran berkisar antara 25-33 ºC. Dilihat dari segi suhu, areal penangkaran dapat dinyatakan sesuai dengan syarat suhu untuk hidup dan perkembangan kupu-kupu.

Curah Hujan dan Kelembapan

(27)

penyebaran di wilayah Jawa Barat dengan kelembapan udara berkisar 64-88% dan curah hujan pada bulan Juli 5,6-209,6 mm (BMKG 2012).

Berkurangnya kandungan air berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme dalam tubuh serangga. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi, umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya lebih rendah. Serangga akan berusaha menyeimbangkan kandungan air dalam tubuhnya untuk bertahan hidup. Kelembapan juga berpengaruh pada kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga (Jumar 2000). Lokasi penangkaran yang beriklim tropis terletak di wilayah Dramaga Bogor dengan curah hujan rata-rata pada bulan Juli 117 mm dan kelembapan 56-85% sehingga dapat dikatakan sesuai untuk lokasi pengembangan penangkaran kupu-kupu.

Cahaya Matahari

Keberadaan cahaya matahari penting bagi kupu-kupu. Bila dilihat dari waktu aktifnya, kupu-kupu termasuk jenis satwa yang aktif pada siang hari atau diurnal (Sihombing 1999). Artinya aktifitas kupu-kupu bergantung pada cahaya matahari. Cahaya berfungsi membantu kupu-kupu mencari tempat, makan, dan kawin. Bila kondisi cahaya cerah maka aktifitas kupu-kupu meningkat dan sebaliknya apabila cahaya kurang baik seperti berkabut maka aktifitas kupu-kupu akan menurun, Dramaga merupakan daerah beriklim tropis yang memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun, dengan rata-rata lama penyinaran matahari 84 % per bulan dan intensitas cahaya antara 210-360 cal/cm² sehingga menjadikan lokasi ini sesuai untuk pengembangan penangkaran kupu. Selain itu kupu-kupu yang akan ditangkarkan sendiri masih berasal dari wilayah penyebaran yang sama yaitu Jawa Barat dengan lama penyinaran matahari 10-98% per bulan (BMKG 2012).

Air

Kupu-kupu membutuhkan air sebagai sumber minum. Sumber air tidak harus berasal dari sungai karena kebutuhan minum bagi kupu-kupu tidak begitu banyak, Namun hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan tempat penampung air sebagai sumber mineral tempat kupu-kupu mengasin. Menurut Sihombing (1999) selain menghisap nektar, kupu-kupu juga mencari mineral-mineral lain yang dibutuhkan untuk proses reproduksi. Aktiftas mencari mineral-mineral ini lebih terlihat pada individu jantan.

Tempat penampungan air sebaiknya dibuat di setiap kandang untuk memenuhi kebutuhan mineral kupu-kupu, dapat berupa kolam di atas tanah maupun wadah penampungan air lainnya seperti gerabah. Wadah yang terbuat dari gerabah lebih disarankan karena pengadaan dan perawatannya tidak begitu sulit. Wadah air dapat ditempatkan di tengah kandang dengan penopang dari tiang kayu maupun semen.

Vegetasi Pakan

(28)

adalah daun tanaman, sedangkan pada saat dewasa atau fase kupu-kupu adalah nektar.

Kehidupan kupu-kupu terkait dengan keberadaan tanaman pakan, jumlah dan jenis pakan akan berpengaruh pada kemampuan reproduksi kupu-kupu (Dennis et al. 2004). Pengamatan terhadap kondisi vegetasi di sekitar lokasi penangkaran menunjukkan bahwa terdapat dua jenis tumbuhan pakan larva dan lima jenis tumbuhan pakan kupu-kupu yang tumbuh secara liar. Selain itu di dalam kandang juga telah dikembangkan lima jenis tanaman pakan larva dan enam jenis tanaman pakan kupu-kupu. Dengan demikian dari segi ketersediaan vegetasi pakan di areal penangkaran dapat dikatakan memadai dalam menunjang kebutuhan hidup dan perkembangbiakan kupu-kupu.

Kupu-kupu Lokal

Suatu populasi yang hidup di habitat tertentu dalam melangsungkan hidupnya bersaing dengan populasi-populasi lain dari jenisnya atau dengan populasi dari jenis lain. Persaingan dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumberdaya yang terbatas oleh dua jenis atau lebih. Kandang kupu-kupu harus selalu tertutup untuk mencegah terjadinya persaingan dengan kupu-kupu yang berasal dari luar penangkaran. Kupu-kupu lokal yang berpotensi sebagai pesaing sekaligus sebagai sumber bibit antara lain Pachliopta aristolochiae, P. memnon, dan P. demolion. Hal ini disebabkan jenis kupu-kupu tersebut memakan tanaman inang yang sama.

Hasil analisis terhadap sejumlah faktor lingkungan di lokasi pengamatan menunjukkan Kampus IPB Dramaga sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penangkaran kupu-kupu. Hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan pesaing dan predator, disamping pemahaman pengelola dalam menangani satwa. Apabila terdapat ketidaksesuaian terhadap penanganan kupu-kupu maka hasil penangkaran tidak maksimal. Seperti halnya sumber pakan inang yang tidak sesuai maka larva tidak mau makan dan mati, kurangnya vegetasi tempat berlindung mengakibatkan kupu-kupu mudah diserang predator, dan bila lingkungan dan udara kotor maka kupu-kupu akan malas beraktivitas dan bereproduksi. Hasil analisis kesesuain lokasi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Analisis kesesuaian lokasi penangkaran

No Parameter Kondisi ideal di 2 Curah hujan 5,6-209,6 mm/bulan 117 mm/bulan* Sesuai 3 Kelembapan 64-88 % 66,23-82,4 % Sesuai 4 Lama penyinaran

matahari

(29)

Perencanaan Tapak

Perencanaan tapak memiliki tujuan untuk mempermudah pengelola dalam menjalakan aktivitas penangkaran. Melalui tapak yang terencana dengan baik maka akan terbentuk sistem tata kelola sumberdaya yang efektif dan efisien. Perencanaan tapak memiliki dua komponen utama yaitu sumberdaya alam dan sumbedaya buatan manusia. Komponen pertama mengarah pada pemanfaatan secara optimal sumberdaya alam yang dimiliki meliputi luasan lahan, bentang alam, drainase, hingga susunan vegetasi, sedangkan kompoenen kedua adalah sumberdaya buatan manusia, meliputi sistem zonasi, desain bangunan, penempatan bangunan, jalan, dan prasarana pendukung lainnya.

Sumberdaya alam atau lingkungan merupakan komponen disain yang sulit untuk dimanipulasi. Sumberdaya tidak hanya terbentuk dari faktor fisik seperti tanah, air, dan iklim, tetapi juga terbentuk karena adanya interaksi makhluk hidup yang kompleks di dalamnya, yang disebut dengan sistem ekologi. Dalam perencanaan tapak, sumberdaya yang dapat disesuaikan adalah sumberdaya buatan manusia, yaitu bagaimana menghasilkan desain dengan konsep tepat dan sedikit mungkin menghindari terjadinya kerusakan sistem ekologi. Oleh karena itu sebelum merancang tapak, terlebih dahulu perlu diketahui informasi mengenai desain penangkaran yang sudah berjalan, karena hal ini berguna dalam menyelaraskan antara rencana yang sudah ada dan rencana yang akan dikembangkan. Aspek komposisi tapak yang mempengaruhi respon perilaku kupu-kupu antara lain struktur fisik dan kelimpahan sumber daya dari tapak itu sendiri (Schultz et al. 2012).

Perencanaan yang Sudah Ada

Sejak berdiri pada Januari 2012 penangkaran kupu-kupu IPB telah mempersiapkan fasilitas utama penangkaran, diantaranya yang telah dibangun adalah kandang reproduksi dengan ukuran 6x4x4 m, kandang utama dengan ukuran 20x20x5 m, dan pembuatan kebun tanaman pakan. Selain itu juga telah dilakukan pengisian tanaman pakan di kedua kandang tersebut. Jenis kandang yang ada di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

(30)

Tanaman yang telah ditanam antara lain jenis sirih hutan, jeruk-jerukan, dan berbagai jenis tanaman berbunga. Tanaman sirih hutan dan jeruk-jerukan merupakan jenis pakan larva jenis-jenis kupu-kupu Famili Papilionidae seperti T. helena, P. memnon, P. demoleus dan lain-lain. Tanaman ini ditanam di kandang reproduksi dan di kebun tanaman pakan. Jenis tanaman pakan larva yang ada di penangkaran kupu-kupu IPB dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jenis tanaman pakan larva yang ada di penangkaran kupu-kupu IPB

No Nama Lokal Nama Latin Famili

1 Sirih hutan Aristolochia tagala Aristolochiaceae 2 Jeruk sundai Citrus amblycarpa Rutaceae

3 Jeruk nipis C. aurantifolia Rutaceae

4 Jeruk purut C. hystrix Rutaceae

5 Jeruk kasturi C. microcarpa Rutaceae

Tanaman lainnya yakni jenis tanaman berbunga yang sudah ada seperti soka merah, pagoda, dan bunga jatropa. Jenis tanaman ini ditanam di kandang utama, merupakan tanaman pakan untuk kupu-kupu dewasa. Fungsi tanaman tersebut adalah sebagai penyedia nektar bagi kupu-kupu. Jenis tanaman pakan kupu-kupu yang ada di penagkaran kupu-kupu IPB dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jenis tanaman pakan kupu-kupu di penangkaran

No Nama lokal Nama latin Famili

1 Bunga Pagoda Clerodendrum japonicum Verbenaceae 2 Kembang sepatu Hibiscus rosa sinensis Malvaceae

3 Soka Merah Ixora javanica Rubiaceae

4 Bunga jatropa Jathropa sp. Euphorbiaceae 5 Nona makan sirih Clerodenrum thomsonae Labiatae 6 Air mata pengantin Antigonon leptorus Polygonaceae

Tanah di lokasi penangkaran dengan jenis latosol berwarna kemerahan memiliki daya resap yang rendah, sehingga pada saat hujan sering terjadi genangan air yang membuat tanah menjadi lembek dan liat. Untuk itu perlu dibuat jalan setapak yang menghubungkan setiap lokasi di penangkaran. Saat ini jalan setapak yang sudah ada meliputi jalan penghubung antara kandang reproduksi dan kandang utama dan sebagian jalan di dalam kandang utama.

Sebagai objek wisata kampus, penangkaran kupu-kupu IPB belum memiliki fasilitas media informasi yang cukup, baik papan nama, petunjuk arah, dan papan interpretasi di dalam kawasan. Keberadaan papan informasi sangat penting, karena berfungsi sebagai media pemberitahuan kepada masyarakat maupun pengunjung mengenai keberadaan dan objek-objek yang ada di penangkaran. Saat ini penangkaran kupu-kupu IPB memiliki satu buah papan nama berukuran 1,2x1m, sedangkan papan petunjuk arah dan papan interpretasi belum ada.

(31)

berakibat pada keamanan kandang yang kurang terjamin karena pada malam hari kondisi kandang sangat gelap.

Desain Penangkaran Kupu-kupu Menggunakan Sistem Zonasi

Sistem zonasi berguna untuk membagi wilayah penangkaran menjadi blok-blok tertentu sesuai peruntukannya, sehingga antar blok dapat terkonsentrasi dan terkelola secara efisien. Hasil pengamatan terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh tapak dan sumberdaya fisik yang ada, maka dapat dikembangkan tiga buah zona sesuai kebutuhan pengelolaan penangkaran kupu-kupu yakni zona perkantoran, zona pembiakan, dan zona wisata. Peta rencana zonasi penangkaran dapat dilihat pada Lampiran 1a.

1. Zona Perkantoran

Zona perkantoran merupakan blok yang diperuntukkan sebagai tempat aktifitas administrasi pengelola. Menurut Tohari et al. (1991) kriteria zona perkantoran antara lain memiliki topografi tapak yang landai hingga sedikit berbukit, dekat dengan sumber air, lokasi mudah dijangkau (aksesibilitas tinggi), tidak mengganggu atau merusak ekosistem dan tapak, dan dirancang dengan seni, sehingga dapat memberikan fungsi dan kepuasan bagi pengelola. Zona perkantoran penangkaran kupu-kupu IPB dirancang dengan luas 0,37 ha, berada di pinggir jalan masuk utama pada lokasi yang landai. Zona perkantoran terdiri atas kantor, mes peneliti, pos jaga, gudang pakan atau obat-obatan, jalan kontrol, menara air dan menara pengamat, papan petunjuk dan informasi, serta lapangan parkir. Zona perkantoran sifatnya lebih tertutup, sehingga beberapa bagian dari zona ini terbatas hanya untuk karyawan atau tidak dapat dimasuki oleh pengunjung. Rencana zona perkantoran dapat dilihat pada Lampiran 1b.

Kantor, mess peneliti, pos jaga, dan gudang sebenarnya sudah dimiliki oleh penangkaran, namun kondisinya yang kurang terawat mengakibatkan fasilitas tersebut tidak dapat digunakan dengan baik, untuk itu perlu dilakukan peremajaan. Jalan kontrol merupakan jalan yang dilalui oleh pengelola dalam melakukan aktifitas harian penangkaran. Jalan ini sebaiknya dibuat khusus ataupun dibuat terpisah dari jalan umum (wisata), sehingga kegiatan wisata tidak terganggu oleh aktifitas penangkaran. Adapun rencana jalan kontrol yang akan digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1c.

Keberadaan media informasi sangat penting dalam menunjang kegiatan wisata, antara lain penggunaan papan nama, petunjuk arah, dan papan interpretasi. Papan nama dapat dirancang lebih besar yaitu berukuran 4x2 m dari yang sudah ada saat ini dengan tujuan agar papan nama lebih terlihat. Fungsi dari papan ini sebagai pemberitahuan secara umum mengenai tempat dan kegiatan-kegiatan wisata yang ada. Papan petunjuk arah merupakan alat penuntun bagi wisatawan yang akan menuju lokasi penangkaran, karena lokasinya yang cukup jauh dari gerbang utama IPB, maka papan petunjuk arah dapat diletakkan pada setiap persimpangan jalan menuju penangkaran. Sedangkan papan interpretasi berfungsi menginformasikan kepada pengunjung mengenai objek yang ada di sekitarnya. Desain media informasi dapat dilihat pada Gambar 8.

(32)

menjadi lahan parkir terletak disamping kantor pengelola, dengan mengambil luas sekitar 15 m².

Gambar 8 Desain media informasi; (a) Papan nama, (b) Papan petunjuk arah, dan (c) Papan interpretasi.

2. Zona Pembiakan

Zona pembiakan merupakan blok atau tempat berlangsungnya kegiatan budidaya kupu-kupu, mulai dari persiapan bibit, perkawinan, hingga pemanenan telur. Zona pembiakan membutuhkan area yang steril dan sifatnya terbatas bagi para pengunjung, hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya kontamiasi penyakit. Zona pembiakan direncanakan seluas 1.75 ha memiliki fasilitas seperti kandang kawin, kandang transit, dan kebun pakan. Diantara ketiga fasilitas tersebut kandang transit belum dimiliki oleh penangkaran, kandang ini berfungsi untuk memindahkan kupu-kupu dari satu kandang ke kandang lainnya.

Kebun pakan merupakan tempat pemeliharaan dan pengembangan tanaman pakan untuk kupu-kupu, terutama jenis tanaman pakan larva. Kebun pakan yang ada saat ini berukuran 10x5m terletak di samping kandang reproduksi. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penangkaran diketahui bahwa masih tersedia lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai kebun pakan, sehingga perluasan dapat dilakukan, dengan bertambahnya luasan kebun pakan maka kapasitas produksi kupu-kupu dapat ditingatkan. Adapun rencana zona pembiakan dapat dilihat pada Lampiran 1d.

(a)  (b) 

(33)

3. Zona Wisata

Zona wisata merupakan blok tempat berlangsungnya aktifitas wisata. Menurut Takandjandji (2009) kriteria zona wisata penangkaran antaralain memiliki pemandangan yang indah, mudah dijangkau, serta memiliki sarana dan prasarana wisata. Zona wisata penagkaran kupu-kupu IPB dirancang dengan luas 2.13 Ha yang terdiri dari kandang kupu-kupu utama, pusat informasi, dan taman, zona bersifat terbuka untuk umum. Kandang kupu-kupu utama atau yang disebut taman kupu-kupu memiliki luas 20 m², dengan ketinggian jaring 5 m. Jaring/net dipasang menutupi seluruh bagian taman, pada bagian tengah taman jaring ditopang oleh beberapa tiang besi. Jaring bersifat lentur, kuat, dan memungkinkan cahaya matahari tetap masuk agar tanaman dan kupu-kupu yang terdapat didalamnya memperoleh cahaya yang cukup. Peta rencanan zona wisata dapat dilihat pada Lampiran 1d.

Pengembangan penangkaran kearah wisata pendidikan membutuhkan fasilitas edukasi yang cukup, keberadaan pusat informasi sangat membantu berjalannya hal tersebut. Pusat informasi penangkaran kupu-kupu IPB direncanakan berada di tengah-tengah lokasi penangkaran, bangunan berbentuk lingkaran dengan diameter 20 m. Kegiatan yang akan dilakukan di tempat ini seperti pemberian pembekalan atau materi dan diskusi oleh pengelola kepada pengunjung.

Aspek penting yang belum ada dan perlu dikembangkan selanjutnya adalah taman, keberadaan taman akan menambah nilai keindahan pada objek penangkaran dan juga memberikan kenyamanan bagi pegunjung. Area yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai taman terletak di bagian depan penangkaran, yang saat ini kondisinya berupa kebun. Area taman dapat ditanami dengan berbagai jenis tanaman berbunga, seperti sudo kalmia (Pseudocalymna alliaceum). soka merah (I. javanica), nusa indah (Mussaenda pubescens), kembang sepatu (H. rosa sinensis), dan pagoda (C. japonicum).

Daya Dukung Lokasi

Daya dukung lokasi berkaitan dengan kapasitas produksi penangkaran, yaitu jumlah kupu-kupu yang mampu dihasilkan per satu kali siklus pemeliharaan. Daya dukung lokasi dihitung dengan menggunakan pendekatan dari luas kebun pakan, jumlah tanaman pakan, dan konsumsi pakan kupu-kupu. Perhitungan menggunakan asumsi sebagai berikut :

1. Luas kebun pakan sesuai dengan rencana pengelolaan yang disusun adalah 0,73 ha atau sekitar 17,23% dari luas total penangkaran.

2. Tanaman pakan yang digunakan adalah tanaman jeruk nipis (C. aurantifolia)

3. Jarak tanam tanaman pakan adalah 3 m

4. Kupu-kupu yang dikembangkan adalah P. memnon 5. Kemampuan bertelur induk betina adalah 200 butir

6. Jumlah larva yang menjadi kepompong 75 %, pemeliharaan dilakukan di tanaman pakan dengan kondisi tertutup kain

7. Jumlah kepompong yang menjadi kupu-kupu 90 %, pemeliharaan secara tertutup di dalam lemari

(34)

Satu kali siklus hidup kupu-kupu P. memnon membutuhkan waktu sekitar 40 hari dengan fase larva sekitar 19 hari dan selama fase larva tersebut rata-rata kebutuhan pakan dari kupu-kupu P. memnon adalah 8,134 gr daun per individu (Simanjuntak 2001). Siklus hidup kupu-kupu ini dapat dijadikan patokan sebagai lama satu kali siklus produksi, sehingga dapat diketahui bahwa satu kali siklus produksi penangkaran membutuhkan waktu 40 hari atau 9 kali produksi dalam satu tahun.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa lahan seluas 0,73 ha dapat menampung sekitar 811 tanaman jeruk nipis. Rahman (2003) menyatakan bahwa tanaman jeruk nipis memiliki pertumbuhan daun rata-rata 24,1 helai per bulan dengan berat rata-rata per daun adalah 0,9 gram, sehingga dapat diketahui bahwa dalam satu bulan kebun pakan mampu menghasilkan sekitar 19 545,1 helai daun atau sekitar 17 590,5 gram. Apabila dikonversi menjadi 19 hari maka kemampuan produksi kebun pakan adalah 12 375,86 helai daun atau 11 138,27 gram.

Bila perindividu larva membutuhkan 8,134 gr sedangkan jumlah pakan yang tersedia 11 138,27 maka dapat diketahui bahwa kebun pakan mampu menyediakan pakan untuk 1 369 individu larva, sehingga dapat disimpulkan kapasitas produksi penangkaran adalah 924 kupu per bulan atau 1 265 kupu-kupu per hektar.

Kemampuan daya dukung penangkaran kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh jumlah pakan, untuk itu perlu diperhatikan ketersediaan pakan secara berkelanjutan. Pengelolaan pakan secara tepat dapat mengantisipasi penurunan ataupun kegagalan produksi. Pengelolaan kebun pakan yang dapat dilakukan seperti pemupukan, pembersihan gulma, dan penggunaan tanaman pakan secara rotasi, selain itu penggunaan insektisida tidak disarankan karena dapat mematikan larva, pupa, dan kupu-kupu itu sendiri.

Perencanaan Pengelolaan Penangkaran

Pengelolaan termasuk aspek utama dalam perencanaan usaha penangkaran. Pengelolaan yang dimaksud adalah prosedur atau rangkaian aktifitas pengelola dalam menjalankan kegiatan penangkaran secara rutin yang meliputi penanganan dan perawatan kupu-kupu, kandang, pakan, reproduksi, hingga pemanenan hasil. Pada dasarnya terdapat dua sistem penangkaran yang umum digunakan pada penangkaran kupu-kupu yaitu penangkaran sistem intensif dan penangkaran semi intensif.

Penangkaran kupu-kupu dengan sistem intensif biasanya diterapkan pada lahan usaha yang terbatas atau tidak begitu luas, kegiatan pemeliharaan lebih banyak berlangsung di dalam ruangan atau laboratorium yang dilakukan dan diawasi secara penuh oleh pengelola, mulai dari perkawinan, penetasan telur, pemeliharaan larva, hingga kepompong. Peran pengelola dalam menjalankan kegiatan penangkaran dengan sistem ini sangat penting, berkaitan dengan pemenuhan segala kebutuhan kupu-kupu seperti pemberian pakan, pembersihan kandang, dan perawatan kesehatan.

(35)

pengelola, umumnya pada tahap pemeliharaan larva. Pada sistem penangkaran ini peran pengelola tidak terlalu banyak diperlukan, karena larva dipelihara di luar ruangan dan bebas mencari makan sendiri, oleh sebab itu membutuhkan lahan penangkaran yang cukup luas sebagai kebun pakan. Perbedaan antara metode pemeliharaan intensif dan semi intensif dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b)

Gambar 9 Metode pemeliharaan larva; (a) Secara intensif di dalam kotak kayu, (b) Secara semi intensif di pohon inang.

Berdasarkan sumberdaya yang dimiliki oleh penangkaran kupu-kupu kampus IPB Dramaga dengan luas lahan 4,25 ha, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem penangkaran yang tepat untuk diterapkan di penangkaran ini adalah sistem penangkaran semi intensif. Hal yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan ini adalah tersedianya lahan yang cukup luas yang dimiliki oleh penangkaran.

Rencana pengelolaan penangkaran kupu-kupu kampus IPB Dramaga disusun berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain sumberdaya yang dimiliki oleh penangkaran kupu-kupu kampus IPB Dramaga sendiri, penerapan teori bioekologi kupu-kupu, serta pembanding dari beberapa penangkaran yang telah berhasil seperti penangkaran kupu-kupu Cilember, Cihanjuang, dan Bali Amboina.

Manajemen Perkandangan

Pemeliharaan kupu-kupu sistem semi intensif seperti yang direncanakan untuk penangkaran kupu-kupu IPB membutuhkan lima jenis kandang, sesuai dengan kebutuhan hidup kupu-kupu dan juga berfungsi memudahkan pihak pengelola dalam menjalankan aktivitas penangkaran. Jenis kandang yang di butuhkan antara lain:

1. Kandang Reproduksi

(36)

namun secara umum memiliki konstuksi yang sama, hal ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbedaan kandang reproduksi beberapa penangkaran

Penangkaran Bentuk Ukuran (m) Luas (m²) Konstruksi

Bali 12x10x3 120 Rangka besi dan

paranet

Cilember D = 25.2 500 Rangka besi dan

kawat ram

Cihanjuang 3x2x3 6 Rangka besi dan

atap plasik

Saat ini penangkaran IPB telah memiliki satu buah kandang reproduksi dengan ukuran 6x4x4 m, rangka terbuat dari besi pipa dan ditutupi oleh paranet. Kandang reproduksi ini dirasa sudah cukup baik dari segi ukuran maupun bahan, namun untuk meningkatkan produksi sesuai yang direncanakan maka dibutuhkan penambahan setidaknya tiga kandang reproduksi lagi. Kandang reproduksi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Kandang reproduksi.

Kebersihan dan keamanan di dalam kandang reproduksi harus selalu dijaga dengan cara membuang rumput-rumput liar, serta membasmi predator yang mengganggu seperti laba-laba, kodok, dan kadal. Idealnya kandang reproduksi lebih banyak ditanami oleh jenis-jenis tanaman pakan larva dan sedikit tanaman berbunga, hal ini bertujuan memancing induk untuk bertelur. Setiap telur yang diletakkan oleh induk harus segera dipanen dan dipindahkan ke wadah penyimpanan telur. Telur yang terlalu lama diambil dapat beresiko diserang oleh parasit dan predator.

Peralatan yang harus tersedia di kandang reproduksi meliputi peralatan berkebun seperti cangkul, gunting tanaman, dan arit, selain itu juga dilengkapi dengan peralatan pemeliharaan seperti jaring kupu-kupu untuk memasukan atau mengeluarkan kupu-kupu dan kuas untuk memanen telur.

(37)

2. Kandang Pemeliharaan Telur

Kandang pemeliharaan telur umumnya berupa wadah tertutup yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan telur kupu-kupu yang telah dipanen. Tujuan penyimpanan ini adalah mengamankan telur dari gangguan predator serta menghindari telur dari penyakit. Wadah penyimpanan telur yang disarankan berupa cawan petri. Kebersihan wadah harus selalu dijaga dengan cara membersihkan wadah setiap kali digunakan. Wadah juga harus selalu kering agar terhindar dari jamur.

Sebelum telur-telur dimasukkan, cawan petri terlebih dahulu dialas menggunakan kertas tisu, hal ini bertujuan agar telur tidak mudah bergerak dan mampu menahan goncangan ketika cawan dipindahkan. Setelah semua telur dimasukkan maka cawan harus selalu ditutup. Setiap ada telur yang menentas maka sisa cangkang telur dibersihkan dan larva dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan telur dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Wadah pemeliharaan telur.

Metode pemeliharaan telur menggunakan cawan petri seperti ini digunakan oleh penangkaran kupu Cilember, berbeda dengan penangkaran Bali yang menggunakan toples plastik dan penangkaran Cihanjuang yang menggunakan kandang jala. Penggunaan cawan petri dirasa lebih baik karena bahan dasar lebih kokoh mudah dibersihkan dan usia alat lebih awet. Perbedaan pemeliharaan telur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Perbedaan pemeliharan telur di beberapa penangkaran

Penangkaran Media penyimpanan Lokasi Penyimpanan

Bali Toples Luar ruangan

Cilember Cawan petri Dalam ruangan

Cihanjuang Cawan petri Dalam ruangan

3. Kandang Pemeliharaan Larva

(38)

kaku terbuat dari kain akan tetapi masih dapat ditembus oleh cahaya matahari, agar memungkinkan daun tetap hidup dan berfotosistesis.

Dahan dan jaring yang digunakan sebagai tempat pembesaran larva harus bersih dan mampu memberi keamanan bagi larva yang ada di dalamnya, untuk itu bagian pangkal dahan dapat diberi lem atau perekat agar predator seperti semut dan kadal tidak dapat melintas. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat memilih dahan tanaman inang yang akan digunakan, antara lain jenis tanaman sesuai dengan larva yang akan dipelihara, dahan memiliki daun yang banyak, sehat, dan bersih dari sarang predator. Tempat pemeliharaan larva dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Tempat pemeliharaan larva.

Pemeliharaan larva menggunakan selubung jaring seperti ini digunakan oleh penangkaran kupu-kupu Bali Amboina, berbeda dari penangkaran lainnya yang memelihara larva pada kotak kayu. Metode ini dirasa lebih tepat diterapkan untuk penangkaran kupu-kupu IPB. Perbedaan metode pemeliharaan larva dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Perbedaan metode pemeliharaan larva di beberapa penangkaran

Penangkaran Media Penyimpanan

Ukuran (m) Lokasi Penyimpanan

Bali Pohon inang 2x1,5 Luar ruangan

Cilember Kotak kayu 0,4x0,35x0,15 Dalam ruangan

Cihanjuang Lemari kayu 1,5x1 Dalam ruangan

4. Kandang Kepompong

Kandang yang digunakan dalam tahap pemeliharaan kepompong umumnya berupa lemari tertutup, merupakan tempat untuk menyimpan kepompong yang baru dipanen dari dahan tanaman inang. Hal yang perlu diperhatikan dari lemari kepompong adalah ketinggian kaki lemari dari permukaan tanah atau lantai, untuk menghindari masuknya predator kaki lemari dapat dibuat lebih tinggi dari permukaan, selain itu lemari kepompong sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca sehingga tidak mudah lapuk. Beberapa media penyimpanan yang umum digunakan seperti lemari alumunium,

0.5 m 

(39)

lemari kayu, dan papan stereofom. Perbedaan media penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Perbedaan media penyimpanan kepompong di beberapa penangkaran

Penangkaran Media Penyimpanan Ukuran (m) Lokasi Penyimpanan

Bali Lemari alumunium 1,5x0,5x2 Dalam ruangan

Cilember Stereofom 0,4x0,05 Dalam ruangan

Cihanjuang Lemari kayu 2x0,5x1,5 Dalam ruangan

Lemari kepompong dapat berukuran 1.5x0.5x2 m dengan bagian pintu yang dapat dibuka untuk mempermudah kegiatan penyimpanan, diding lemari menggunakan kawat ram dengan ukuran kecil dan memiliki beberapa rak penyimpanan.. Bagian dasar rak yang berfungsi sebagai tempat menggantungkan kepompong dapat dibuat menggunakan kawat ram yang berukuran sedikit lebih besar, tujuannya agar jepitan yang digunakan dapat dengan mudah dipasang ataupun dilepas. Ukuran lemari kepompong seperti ini diperkirakan dapat menyimpan hingga 1.000 kepompong

Metode penyimpanan kepompong menggunakan lemari alumunium merupakan metode yang digunakan oleh penangkaran kupu-kupu Bali. Berbeda dengan beberapa penangkaran lainnya yang menggunakan rak kayu, metode ini terlihat lebih aman. Kepompong digantung dengan cara dijepit menggunakan jepitan pakaian. Lemari kepompong dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Lemari penyimpanan kepompong.

Pemeliharaan lemari yang dapat dilakukan seperti membersihkan lemari dari kotoran, menjaga lemari tetap kering, mengeluarkan kupu-kupu yang sudah menetas, membuang kepompong-kepompong yang rusak, dan menutup lemari ketika tidak digunakan. Peralatan yang harus tersedia di lemari kepompong seperti jepitan pakaian, sprayer dan tempat sampah.

5. Kandang Kupu-kupu Dewasa

(40)

peragaan wisata. Kandang displai sebaiknya memiliki ukuran yang luas, sehingga dapat menampung wisatawan yang berkunjung, selain itu taman harus tertata rapi dan bersih sehingga memberi kenyamanan terhadap pengunjung.

Rangka kandang harus terbuat dari bahan yang kokoh dan awet. Rangka diselubungi oleh paranet agar kupu-kupu tidak lepas selain itu cahaya matahari juga dapat masuk. Taman kupu yang sudah dimiliki oleh penangkaran kupu-kupu IPB dirasa sudah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan rencana pengelolaan. Taman kupu-kupu yang dimiliki penangkaran IPB berukuran 20x20x5 m dengan rangka terbuat dari pipa besi, bila dibandingkan dengan penangkaran kupu-kupu lainnya taman kupu-kupu IPB memiliki ukuran lebih kecil. Perbedaan kandang kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Perbedaan kandang kupu-kupu beberapa penangkaran

Penangkaran Luas (m²) Konstruksi

Bali 3 700 Rangka besi dan paranet

Cilember 500 Rangka besi dan kawat ram

Cihanjuang 10 000 Rangka besi dan paranet

Jenis tanaman di dalam kandang displai diutamakan tanaman-tanaman berbunga yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu, selain itu dapat juga diisi dengan beberapa jenis tanaman hias. Tanaman inang tidak diutamakan untuk ditanam di dalam kandang displai, karena proses perkawinan dan pembesaran larva tidak dilakukan di tempat ini. Tanaman yang rimbun dan tinggi ditaman pada bagian tepi luar kandang sedangkan tanaman yang rendah dan berbunga banyak dapat disusun di bagian tepi dalam mengikuti jalan setapak. Hal ini bertujuan agar kupu-kupu berada pada sisi dalam dan sekitar jalan setapak sehingga dapat terlihat dengan mudah oleh pengunjung.

Peralatan yang harus tersedia di taman kupu-kupu meliputi peralatan-peralatan berkebun, seperti cangkul, gunting tanaman, arit, sekop, alat penyiram tanaman, dan lain-lain. Fasilitas wisata juga harus diperhatikan seperti pembuatan jalan setapak, pembuatan papan informasi, lampu, toilet, dan tempat sampah.

Manajemen Pakan

Pada proses penangkaran kupu-kupu digunakan dua sistem pakan, yakni pakan pada fase larva dan pakan pada fase kupu-kupu dewasa. Pakan pada fase larva umumnya berupa daun sedangkan pakan kupu-kupu dewasa adalah nektar dari tanaman berbunga. Pemilihan dan pengombinasian tanaman berdasarkan fungsinya merupakan hal yang penting dalam mendukung kegiatan penangkaran dan wisata, karena selain sebagai tanaman pakan, tanaman di dalam kandang juga harus memberikan nilai keindahan dan keserasian.

1. Pakan Larva

(41)

dibutuhkan pengetahuan akan jenis-jenis larva dan tanaman pakannya. Beberapa tanaman pakan dari jenis kupu-kupu yang bersifat komersial telah diketahui secara pasti.

Beberapa jenis tanaman pakan larva sudah ditanam di penangkaran Kampus IPB seperti jenis sirih hutan dan jeruk-jerukan, namun untuk menambah variasi dan koleksi tanaman pakan dapat pula dimasukkan jenis tanaman-tanaman lainnya yang juga merupakan tanaman pakan larva. Adapun jenis tanaman pakan larva yang dapat ditambahkan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jenis tanaman pakan larva yang dapat ditambahkan di penangkaran

No Nama lokal Nama latin Jenis kupu-kupu

1 Sicerek Clausenia excavata Papilio demoleus, P. helenus, P. polytes

2 Ki sampang Melicope latifolia P. helenus, P.demoleon

3 Jeruk bali Citrus grandis P. memnon, P. Demoleus

4 Pangkal buaya Zanthoxylum rhetsa P. peranthus

5 Jeruk manis C. sinensis P. memnon, P. polytes, P.demoleus

6 Pauh-pauh Evodia malayana P.demoleus

7 Muraya Murraya koenigii P. polytes

Induk betina kupu-kupu biasanya hanya akan bertelur di tanaman yang merupakan pakan dari larvanya. Oleh karena itu tanaman pakan larva sebaiknya ditanam di kandang reproduksi daripada di kandang utama. Selain itu untuk mendukung kegiatan pemeliharaan larva, maka dibutuhkan kebun pakan. Kebun pakan berfungsi untuk memproduksi daun yang akan diberikan pada proses pembesaran larva.

2. Pakan Kupu-kupu Dewasa

Pada fase dewasa, kupu-kupu menggunakan nektar dari tanaman berbunga sebagai pakan, terlebih pada tanaman-tanaman yang memiliki bunga berwarna cerah. Pada fase ini kupu tidak lagi spesifik dalam mencari pakan, kupu-kupu umumnya dapat menjadikan tanaman apa saja yang memiliki nektar sebagai tanaman pakan, tentunya jenis bunga-bunga yang memiliki nektar yang mampu dijangkau oleh alat hisap atau sulur pada mulut kupu. Tanaman pakan kupu-kupu sebaiknya ditanam di dalam kandang utama, karena proses pemeliharaan kupu-kupu dewasa dilakukan di tempat ini. Selain berfungsi sebagai tanaman pakan, karena bentuknya yang indah tanaman di kandang utama juga berfungsi sebagai penghias taman.

Tabel 16 Jenis tanaman pakan kupu-kupu yang dapat ditambahkan di penangkaran

Nama lokal Famili Nama latin

Bunga Pacar Balsaminaceae Impatiens sp.

Daun putri Rubiaceae Mussaenda frondosa

Kembang jarong Amaranthaceae Achyranthes aspera

Cente Verbenaceae Lantana camara

Senggugu Lamiaceae Clerodenrum serratum

Soka kuning Rubiaceae Ixora sp.

Nusa indah Rubiaceae Mussaenda pubescens

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian.
Tabel 1  Data yang dibutuhkan dalam penelitian
Gambar 2  Bagan analisis data rencana tapak dan pengelolaan
Gambar 3  Peta area penangkaran kupu-kupu.
+7

Referensi

Dokumen terkait