• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Naïve Bayes dan Backpropagation Neural Network Dalam Mendiagnosa Penyakit Sinusitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Metode Naïve Bayes dan Backpropagation Neural Network Dalam Mendiagnosa Penyakit Sinusitis"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana

DWIKEU NOVI ASRIKA 10110376

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)
(3)
(4)

Data Pribadi

Nama : Dwikeu Novi Asrika

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung,1 November 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Arwana 3 Blok Q9 No.23 Margaasih, Bandung

No. Telp : 085722578579

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1997–2003 Lulus SD YWKA 2 Bandung

2003–2006 Lulus SMPN 25 Bandung

2006–2010 Lulus SMKN 1 Cimahi (Program 4 tahun)

2010–2014 Universitas Komputer Indonesia

(5)

v

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SIMBOL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.4 Batasan Masalah... 2

1.5 Metodologi Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penelitian ... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Pengertian Umum Diagnosa ... 5

2.2 Pengertian Umum Sinusitis... 5

2.3 Algoritma ... 8

2.4 Analisis Algoritma ... 8

2.5 Kecerdasan Buatan... 9

(6)

vi

2.5.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Naïve Bayes ... 12

2.5.2 Jaringan Syaraf Tiruan ... 12

2.5.2.1 Backpropagation Neural Network... 13

2.5.2.2 Alur MetodeBackpropagation Neural Network... 16

2.5.2.3 ParameterBackpropagation Neural Network... 22

2.6 Metode Pengujian... 23

2.6.1 PengujianWhite-Box... 23

2.6.2 PengujianBlack-Box... 24

2.7 WAMPServer2.2... 24

2.8 PHP (Hypertext Preprocessor)... 24

2.9 MySQL... 25

2.10 Adobe Dreamweaver CS 5... 26

2.11 Adobe Photoshop CS 3... 28

BAB 3 ANALISIS METODE... 29

3.1 Analisis Masalah ... 29

3.2 Analisis Data ... 29

3.2.1 Analisis Data Masukkan ... 30

3.2.1.1 Analisis Data Masukkan MetodeNaïve Bayes... 30

3.2.1.2 Analisis Data Masukkan MetodeBackpropagation ... 31

3.2.2 Analisis Data Keluaran ... 33

3.2.2.1 Analisis Data Keluaran MetodeNaïve Bayes... 33

(7)

vii

3.4.2 Analisis metodeBackpropagation Neural Network... 41

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 51

4.1 Implementasi Sistem ... 51

4.1.1 Implementasi Perangkat Keras... 51

4.1.2 Implementasi Perangkat Lunak... 51

4.1.3 Implementasi Antarmuka ... 52

4.2 Pengujian Sistem... 52

4.2.1 PengujianWhite-box... 52

4.2.1.1 Pengujian MetodeNaïve Bayes... 52

4.2.1.1.1 PseudocodeMetodeNaïve Bayes... 52

4.2.1.1.2 FlowchartMetodeNaïve Bayes... 54

4.2.1.1.3 FlowgraphMetodeNaïve Bayes... 55

4.2.1.1.4 Cyclomatic ComplexityMetodeNaïve Bayes... 56

4.2.1.2 Pengujian MetodeBackpropagation Neural Network... 56

4.2.1.2.1 Pseudocode MetodeBackpropagation Neural Network... 56

4.2.1.2.2 FlowchartMetodeBackpropagation Neural Network... 60

4.2.1.2.3 FlowgraphMetodeBackpropagation Neural Network... 62

4.2.1.2.4 Cyclomatic ComplexityMetodeBackpropagation ...63

4.2.2 PengujianBlack-box... 63

(8)

viii

4.2.3 Pengujian Akurasi ... 65

4.2.3.1 Pengujian Akurasi MetodeNaïve Bayes... 65

4.2.3.2 Pengujian Akurasi MetodeBackpropagation Neural Network... 67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran... 69

(9)

71

Diabetes Mellitus Dengan Metode Naive Bayes Berbasis Desktop Appication,” pp.

1-8, 2011.

[2] N. I. Pradasari, F. T. P. W dan D. Triyanto, “Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Untuk

Memprediksi Penyakit Saluran Pernafasan Dengan Metode Backpropagation,” pp.

1-9, 2010.

[3] [Online]. Available:

http://gregstanleyandassociates.com/whitepapers/FaultDiagnosis/faultdiagnosis.htm.

[4] “Diagnosis (artificial intelligence),” [Online]. Available:

http://en.wikipedia.org/wiki/Diagnosis_%28artificial_intelligence%29.

[5] “Sinusitis,” [Online]. Available: http://www.blogdokter.net/2008/01/30/sinusitis/.

[6] A. Desiani dan M. Arhami, Konsep Kecerdasan Buatan, Yogyakarta: Andi Yogya,

2006.

[7] E. Y. Jamres, September 2012. [Online]. Available:

(10)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menuangkan ide dan gagasan dalam karya ilmiah Tugas Akhir ini. Penulis mengangkat judul : “PERBANDINGAN METODE NAÏVE

BAYES DAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DALAM

MENDIAGNOSA PENYAKIT SINUSITIS”.

Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir program STRATA I Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung. Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, Penulis ungkapkan rasa syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. dan Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua Orang Tua yang saya hormati dan saya cintai yang telah memberikan kepada Penulis dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Utami Dewi W, S.Kom, M.Kom. selaku dosen pembimbing dan Penguji 2 yang telah menyediakan waktunya dan memberikan banyak masukan kepada penulis.

3. Ibu Nelly Indriani Widiastuti, S.Si., M.T selaku reviewer, dan penguji 1 yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

4. Bapak Iskandar Ikbal S.T., M.Kom selaku penguji 3 yang telah menyediakan waktunya dan memberikan banyak masukan kepada penulis. 5. Bapak Irawan Afrianto, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

6. Ibu Sufaatin S.Kom selaku dosen wali yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

(11)

iv

8. Kakak saya, Aji Maulana Akbar dan Adik saya Rizma Pretty Alsela yang saya sayangi yang telah memberikan saya motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan IF-9 angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10.Rekan-rekan satu bimbingan Ibu Utami, rekan-rekan reviewer ibu Nelly. 11.Sahabat – sahabatku Tita Tjahyati, Mukti Alamsyah, Eka Anisya, Dien

Amalia, Leni Mariani, dan Wulan Fitriani yang selalu memberikan semangat saat penulis butuh motivasi.

12.Pihak – pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, 19 Agustus 2014

(12)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diagnosa digunakan dalam banyak disiplin ilmu yang berbeda dengan variasi

dalam penggunaan logika dan analisis. Diagnosa identik dengan pemeriksaan

terhadap suatu penyakit. Dalam mendiagnosa penyakit kita harus mengetahui

gejala-gejalanya terlebih dahulu. Begitu juga dengan diagnosa penyakit sinusitis dimana

penyakit tersebut merupakan suatu peradangan atau pembengkakan dari jaringan

yang melapisi sinus yang biasanya berisi udara tetapi ketika sinus tersumbat dan

berisi cairan dan kuman dapat berkembang dan menyebabkan infeksi.

Keakurasian data yang baik sangat penting untuk mendiagnosa suatu penyakit.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Almira Syawli yang berjudul

Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus dengan Metode Naïve Bayes Berbasis

Desktop[1] dijelaskan bahwa metode Naïve Bayes ini dapat memprediksi bahwa

seseorang terkena atau tidak terkena Diabetes Mellitus dan pencapaian akurasi

datanya hingga 94,4% dengan 22 gejala sebagai masukkan. Sedangkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Novi Indah Pradasari dkk. yang berjudul Aplikasi

Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prediksi Saluran Pernafasan dengan

Metode Backpropagation Neural Network[2] dijelaskan bahwa metode

Backpropagation Neural Network ini dapat memprediksi suatu penyakit saluran

pernafasan yang keakurasian datanya mencapai 91,66% dengan 12 gejala sebagai

masukkan.

Dalam kedua penelitian tersebut keakurasian data dengan metode Naïve Bayes

lebih unggul daripada metode Backpropagation Neural Network, namun dengan

jumlah masukkan gejala yang berbeda. Tetapi tidak diketahui apakah hasilnya akan

sama jika gejala yang dijadikan masukkan berjumlah sama, apakah metode Naïve

Bayes masih lebih unggul atau metode Backpropagation Neural Network yang

(13)

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka akan dilakukan

analisis perbandingan metode Naïve Bayes dan Backpropagation Neural Network

terhadap tingkat akurasi data dengan jumlah gejala masukkan yang sama dan

menentukan metode manakah yang memiliki tingkat akurasi data paling baik dalam

mendiagnosa penyakit sinusitis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang didapat adalah bagaimana membandingkan metode yang lebih baik

antara metode Naïve Bayes dan metode Backpropagation Neural Network dengan

jumlah masukkan gejala yang sama pada pendiagnosa penyakit sinusitis.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan metode

Naïve Bayes dan metode Backpropagation Neural Network dalam sistem

pendiagnosa penyakit sinusitis.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan satu metode

diantara metode Naïve Bayes dan metode Backpropagation Neural Network yang

memiliki tingkat akurasi data paling baik dalam mendiagnosa penyakit sinusitis

dengan jumlah masukkan gejala yang sama pada kasus diagnosa penyakit sinusitis.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut :

1. Metode yang dipakai adalah metode Naïve Bayes dan metode

Backpropagation Neural Network.

2. Komponen yang akan diukur dalam membandingkan metode Naïve Bayes

dan metode Backpropagation Neural Network adalah akurasi data.

Dengan rumus akurasi = (jumlah data benar / jumlah data keseluruhan) x

(14)

3. Dalam metode Backpropagation Neural Network parameter learning

rate(a) minimum adalah 0.001, dan maksimum 0.1. Menggunakan 1

lapisan hidden layer (lapisan tersembunyi) dengan minimum 1 neuron dan

maksimal 10 neuron.

4. Data yang digunakan pada simulator ini adalah 17 data gejala penyakit

sinusitis.

5. Keluaran pada aplikasi ini berupa kesimpulan terkena sinusitis jenis akut,

sub-akut, atau kronis.

6. Pengujian yang dilakukan menggunakan pengujian white-box dan

pengujian black-box.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Studi Literatur

Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan literatur, jurnal, paper

dan e-book yang ada kaitannya dengan judul penelitian.

b. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan

peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diambil.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap

pihak-pihak yang terkait terhadap penelitian yang dilakukan. Pihak

yang diwawancarai adalah Dr. Sinta Sari, Sp.THT yang merupakan

dokter spesialis THT di Klinik Serumpun Bambu.

(15)

2. Eksperimen

Eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Eksperimen yang

dilakukan akan mengambil uji coba dengan beberapa sample yang akan

diambil dari penelitian yang dilakukan.

1.6 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran umum tentang

penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi beberapa bab,

yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan beberapa sub-bab antara lain menguraikan latar belakang,

rumusan masalah, menentukan maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan yang dimaksudkan agar dapat memberikan

gambaran tentang urutan pemahaman dalam menyajikan laporan ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori-teori pendekatan yang digunakan untuk

menganalisis masalah dan teori yang dipakai dalam mengolah data penelitian yaitu

teori mengenai diagnosa, teori mengenai penyakit sinusitis, teori mengenai metode

Naïve Bayes, teori mengenai metode Backpropagation Neural Network, dan teori

mengenai software pembangun simulator.

BAB 3 ANALISIS METODE

Bab ini berisi tentang tahapan untuk menganalisis perbandingan perhitungan metode

Naïve Bayes dan Backpropagation pada pendiagnosa penyakit sinusitis.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini berisi tentang pengujian simulator menggunakan black-box dan white-box,

serta pengujian akurasi untuk kedua metode tersebut sehingga dapat terlihat hasilnya.

BAB 5 PENUTUP

(16)

5

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Diagnosa

Diagnosa berasal dari konteks medis yang berarti proses identifikasi penyakit

dengan suatu gejala. Namun diagnosa ini digunakan dalam banyak disiplin ilmu yang

berbeda dengan variasi dalam penggunaan logika, analisis, dan pengalaman untuk

menentukan sebab dan akibat. Dalam sistem rekayasa dan ilmu komputer, biasanya

digunakan untuk menentukan penyebab dari gejala dan solusi[4].

Dalam bidang ilmu komputer khususnya kecerdasan buatan, diagnosa

berkaitan dengan pengembangan algoritma dan teknik yang mampu menentukan

apakahbehavior dari suatu sistem tersebut benar. Jika sistem tidak berfungsi dengan

benar, algoritma harus dapat menentukan seakurat mungkin bagian manakah yang

mengalami kesalahan. Dalam sistem jawaban di proses dan hasil dari jawaban

tersebut merupakan ekspresi diagnosa[5].

2.2 Pengertian Umum Sinusitis

Sinusitis berasal dari bahasa latin, yang dalam ilmu kedokteran berarti

peradangan, sehingga dapat disimpulkan sinusitis adalah suatu peradangan, atau

pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi

ketika sinus tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat

berkembang dan menyebabkan infeksi.

Sinusitis sebagian besar sudah dapat didiagnosa hanya berdasarkan pada

riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter. Hal ini juga

disebabkan karena pemeriksaan menggunakan CT Scan dan MRI yang walaupun

memberikan hasil lebih akurat namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal. Pada

pemeriksaan fisik akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada

rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan disekitar mata dan dahi.

(17)

disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoscopy, sebuah cara untuk melihat

langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia.

Terkadang diperlikan penyedotan cairan sinus dengan menggunakan jarum suntik

untuk dilakukan pemeriksaan kuman. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan

jenis infeksi yang terjadi.

Sinusitis banyak ditemukan pada penderita hay fever yang mana pada

penderita ini mengalami pilek menahun akibat dari alergi terhadap debu dan sari

bunga. Sinusitis juga dapat disebabkan oleh bahan-bahan iritan seperti bahan kimia

yang terdapat pada semprotan hidung serta bahan-bahan kimia lainnya yang masuk

melalui hidung. Sinusitis juga bisa disebabkan oleh infeksi atau bakteri.

Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara

yang terdapat pada bagian padat dari tulang tengkorak di sekitar wajah, yang

berfungsi untuk memperingan tulang tengkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang

kiri dan kanan. Sinus frontalis terletak dibagian dahi, sedangkan sinus maksilaris

terletak di belakang pipi. Sementara itu, sinus sphenoid dan sinusi ethmoid terletak

agak lebih dalam dibelakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris.Dinding

sinus terutama dibentuk oleh sel-sel penghasil cairan mukus. Udara masuk ke dalam

sinus melalui sebuah lubang kecil yang menghubungkan antara rongga sinus dengn

rongga hidung yang disebut ostia. Jika karena suatu sebab lubang ini buntu maka

udara tidak akan bisa keluar masuk dan cairan mukus yang diproduksi di dalam sinus

tidak akan bisa dikeluarkan.

Disekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris (terletak

di pipi), sinus etmoidalis (terletak di kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi)

dan sinussfenoidalis(terletak di belakang dahi).

Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, yaitu:

1. Sinusitis Akut

Sebuah kondisi mendadak seperti gejala seperti pilek, hidung tersumbat

dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10 hari sampai 14 hari. Sinusitis

(18)

2. Sinusitis Sub-Akut

Sebuah peradangan yang berlangsung 4 sampai 8 minggu.

3. Sinusitis Kronis

Suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang sinusi yang berlangsung

8 minggu atau lebih.

Sinusitis dapat terjadi bila terdapat gangguan pengaliran udara dari hidung ke

rongga sinus serta adanya gangguan pengeluaran cairan mukus. Adanya demam, flu,

alergi dan bahan-bahan iritan dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada

ostia sehingga lubah drainase ini menjadi buntu dan mengganggu aliran udara sinus

serta pengeluaran cairan mukus. Penyebab lain dari buntunya ostiaadalah tumor dan

trauma. Drainase cairan mukus keluar dari rongga sinus juga bisa terhambat oleh

pengentalan cairan mukus itu sendiri. Pengentalan ini terjadi akibat pemberian obat

antihistamin, penyakit fibrokistikdan lain lain. Sel penghasil mukusmemiliki rambut

halus (silia) yang selalu bergerak untuk mendorong cairan mukus keluar dari rongga

sinus. Asap rokok merupakan biang kerok dari rusaknya rambut halus ini sehingga

pengeluaran cairan mukus menjadi terganggu. Cairan mukus yang terakumulasi di

rongga sinus dalam jangka waktu yang lama merupakan tempat yang nyaman bagi

hidupnya bakteri, virus dan jamur.

Selain itu penyebab sinus bisa terjadi karena Rhinogenik (penyebab kelainan

atau masalah di hidung), segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung

dapat menyebabkan sinusitis. Termasuk flu biasa,rhinitisalergi (pembengkakan pada

lapisan hidung), polip hidung (pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum

menyimpang (pergeseran di rongga hidung). Dentogenik / Odotogenik(penyebabnya

kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre

molardanmolar).

Beberapa gejala sinusitis yang paling umum adalah nyeri di wajah, serta

demam. Hampir 25 persen pasien sinusitis akan mengalami demam terkait sinusitis

yang diderita. Gejala lainnya berupa perubahan warna pada lendir di hidung, hidung

(19)

berwarna hijau atau kuning. Beberapa pasien akan merasakan sakit bertambah hebat

apabila kepala ditundukkan ke depan. Pada sinusitis karena alergi maka penderita

juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal

pada mata, dan bersin-bersin[6].

[image:19.612.76.507.231.374.2]

Berikut adalah gejala umum penyakit sinusitis menurut jenisnya :

Tabel 2.1 Gejala Sinusitis Menurut Jenisnya

Jenis Sinusitis

Gejala

Sinusitis Akut Hidung tersumbat, nyeri pada wajah, bersin-bersin disertai batuk, gatal disekitar mata, demam, hidung meler

Sinusitis Sub-Akut

Sakit pada gigi, nyeri pada leher, nyeri pipi dibawah mata, cepat merasa letih dan lesu, hidung meler, hidung tersumbat, batuk, demam, pusing yang berlebihan

Sinusitis Kronis

Peradangan sinus lebih dari 8 minggu, nyeri dipinggir hidung, nyeri antara mata, dahi terasa sakit, selaput lendir merah dan bengkak, cepat merasa letih dan lesu, hidung meler, batuk, nyeri saat bicara dan menelan, demam, pusing yang berlebihan, nyeri pada wajah

2.3 Algoritma

Algoritma merupakan salah satu cabang ilmu komputer yang membahas

prosedur penyelesaian suatu permasalahan. Algoritma adalah serangkaian urutan

langkah-langkah atau prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah dengan

memproses nilai masukkan menjadi nilai keluaran.

Suatu algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus efisien dengan

menghitung nilai dari performansinya. Setiap algoritma memiliki nilai performansi

yang berbeda-beda. Performansi suatu algoritma dapat diukur dengan menghitung

nilai kompleksitas waktunya dimana setiap langkahnya akan dihitung.

2.4 Analisis Algoritma

Analisis algoritma sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi program.

Kecanggihan suatu program bukan dilihat dari tampilan program, tetapi berdasarkan

efisiensi metode atau algoritma yang terdapat didalam program tersebut. Dalam

(20)

algoritma. Untuk memeriksa kebenaran metode dapat dilakukan dengan cara

perurutan, memeriksa bentuk logika, implementasi metode algoritma, pengujian

dengan data dan menggunakan cara matematika untuk membuktikan kebenaran.

Penyederhanaan algoritma membagi algoritma menjadi bentuk yang sederhana.

2.5 Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence merupakan salah satu bagian

ilmu komputer yang membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti

dan sebaik yang dilakukan manusia[7]. Dengan adanya kecerdasan buatan,

diharapkan tidak menutup kemungkinan hanya dengan data pengetahuan yang

terbatas, sebuah komputer dapat berfikir seperti manusia dalam menghadapi masalah.

2.5.1 Naïve Bayes

Teorema Bayes dikemukakan oleh seorang pendeta presbyterian Inggris

pada tahun 1763 yang bernama Thomas Bayes. Teorema Bayesdigunakan untuk

menghitung probabilitas terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pengaruh yang

didapat dari hasil observasi.

Probabilitas Bayesian adalah suatu interpretasi dari kalkulus yang

memuat konsep probabilitas sebagai derajat dimana suatu pernyataan dipercaya

benar. TeoriBayesian juga dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan

untuk memperbaharui tingkat kepercayaan dari suatu informasi.

Metode Naïve Bayes merupakan pendekatan statistik untuk melakukan

inferensi induksi pada persoalan klasifikasi. Metode ini menggunakan

probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Pendekatan ini adalah salah satu cara

untuk mengatasi ketidakpastian dengan menggunakanFormula Bayes.

Pendekatan Bayes pada saat klasifikasi adalah mencari probabilitas

tertinggi (VMAP) dengan masukkan atribut (a1, a2, a3, … , an) seperti berikut :

(21)

TeoremaBayessendiri berawal dari rumus berikut :

| = ( ∩ ) ( )

Persamaan 2-2

Dimana P(H|E) artinya peluang H jika diketahui keadaan E.

RumusFormula Bayes

| = | ( )

( )

Persamaan 2-3

Dimana :

P(H|E) : Probabilitas hipotesis H jika terdapatevidenceE.

P(E|H) : Probabilitas munculnyaevidenceE jika diketahui hipotesa H.

P(H) : Probabilitas hipotesis H tanpa memandangevidenceapapun.

P(E) : ProbabilitasevidenceE.

Jika setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, muncul satu atau

lebihevidenceatau observasi baru, maka :

| , = | ( | , ) ( | )

Persamaan 2-4

Dimana :

e : Evidencelama

E : Evidenceatau observasi baru

P(H|E,e) : Probabilitas adanya hipotesis H jika muncul evidence baru E dari

evidencelama.

P(H|E) : Probabilitas hipotesis H jika terdapatevidenceE

P(e|E,H) : Probabilitas kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar.

(22)

2.5.1.1 Alur Metode Naïve Bayes

Alur dari metodeNaïve Bayesadalah :

1. Masukkan gejala sebagaiinputan.

2. Baca datatrainingyang telah tersedia.

3. Hitunglah jumlah dari masing-masing label.

4. Hitung jumlah kasus yang sama dengan label /classyang sama.

5. Kalikan semua hasil variabel sesuai dengan kolom hasil.

6. Bandingkan hasil probabilitas tiap label /class.

7. Ambil hasil yang paling maksimal probabilitasnya.

8. Menghasilkan hasil dari perhitungan metode.

[image:22.612.305.380.334.689.2]

Berikut adalah alur proses dari metodeNaïve Bayes.

(23)

2.5.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Naïve Bayes

Teori Naïve Bayes menurut Grainner (1998), mempunyai beberapa

kelebihan, yaitu:

1. Mudah untuk dipahami

2. Hanya memerlukan pengkodean yang sederhana

3. Lebih cepat dalam perhitungan

4. Menangani kuantitatif dan data diskrit

5. Cepat dan efisiensi ruang

Kekurangan dari metodeNaïve Bayesadalah :

1. Tidak berlaku jika probabilitas kondisionalnya adalah nol, apabila nol

maka probabilitas prediksi akan bernilai nol juga.

2. Mengasumsikan variabel bebas.

2.5.2 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan (Neural Network) adalah salah satu kajian pada

kecerdasan buatan. Jaringan syaraf tiruan adalah salah satu representasi buatan

dari otak manusia yang selalu mencoba untuk menstimulasikan proses

pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah buatan maksudnya adalah

jaringan syaraf yang diimplementasikan menggunakan program komputer untuk

menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran.

Komponen jaringan syaraf tiruan (JST) terdiri dari neuron-neuron yang

saling berhubungan. Neuron neuron ini akan mentransformasikan informasi

yang diterima melalui sambungan keluarannya menujuneuron-neuron yang lain.

Pada JST hubungan neuron-neuron tersebut dikenal dengan nama bobot.

Komponen JST yang terdiri dariinput(informasi) dan bobot (nilai-nilai tertentu).

Fungsi aktivasi berfungsi apabila input yang dimasukkan sesuai dengan nilai

ambang (threshold) yang ditentukan jika tidak sesuai maka fungsi aktivasi tidak

di aktifkan, dan apabila neuron-neuron tersebut diaktifkan maka neuron akan

(24)

Jaringan syaraf tiruan mempunyai dua macam proses pembelajaran yaitu

pembelajaran terawasi dan pembelajaran tidak terawasi. Pembelajaran terawasi

adalah jika output yang diharapkan telah diketahui sebelumnya, sedangkan

pembelajaran tidak terawasi adalah proses pembelajaran yang tidak memerlukan

targetoutput.

1. Pembelajaran Terawasi (Supervised Learning)

Metode pembelajaran pada jaringan syaraf tiruan disebut terawasi jika

output yang diharapkan telah diketahui sebelumnya. Pada proses

pembelajaran, satu pola input akan diberikan ke satu neuron pada lapisan

input. Pola ini akan dirambatkan disepanjang jaringan syaraf hingga sampai

ke neuronpada lapisan output. Lapisan outputini akan membangkitkan pola

outputyang nantinya akan dicocokkan dengan polaoutputtargetnya. Apabila

terjadi perbedaan antara pola output hasil pembelajaran dengan pola target,

maka disini akan muncul error. Apabila nilai error ini masih cukup besar,

mengindikasikan bahwa masih perlu dilakukan lebih banyak pembelajaran

lagi. Metode pembelajaran terawasi diantaranya Hebb Rule, Perceptron,

Delta Rule, Backpropagation, Learning Vector Quantization,

Heteroassociative Memory.

2. Pembelajaran Tak Terawasi (Unsupervised Learning)

Pada metode pembeajaran yang tak terawasi ini tidak memerlukan target

output. Pada metode ini, tidak dapat ditentukan hasil yang seperti apakah

yang diharapkan selama proses pembelajaran. Metode pembelajaran tidak

terawasi salah satunya adalah jaringan kohonen.

2.5.2.1 Backpropagation Neural Network

Backpropagation Neural Network merupakan algoritma

pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptrondengan

banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan

(25)

Backpropagation Neural Network menggunakan error output untuk

mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mudur (backward). Untuk

mendapatkan error ini, tahap perambatan maju (forward) harus dikerjakan

terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuron-neuron diaktifkan

dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner (F(X)), seperti terlihat

pada persamaan dibawah ini:

= 1

1 +

Persamaan 2-5

Arsitektur Backpropagation Neural Network terlihat seperti Gambar

2.2Jaringan terdiri atas 3 unit (neuron) pada lapisan input yaitu x1, x2, dan x3;1 lapisan tersembunyi dengan 2neuron, yaituz1danz2; serta 3 unit pada

lapisan output, yaitu y. Bobot yang menghubungkan x1, x2, dan x3 dengan

neuron pertama pada lapisan tersembunyi adalah v11, v21, v31 (vij : Bobot

yang menghubungkan neuron input ke-I ke neuron ke-j pada lapisan

tersembunyi). Bobot yang menghubungkan z1 dan z2 dengan neuron pada

lapisan output adalah w1 dan w2. Fungsi aktivasi yang digunakan antara

lapisan input dan lapisan tersembunyi, dan lapisan tersembunyi dengan

[image:25.612.189.442.499.677.2]

lapisanoutputadalah fungsi aktivasisigmoid biner.

(26)

Pada metode Backpropagation Neural Network ini terdapat dua

tahapan proses, yaitu :

1. Tahapan belajar atau pelatihan, dimana pada tahap ini metode

Backpropagation Neural Network diberikan sejumlah data

pelatihan dan target

2. Tahap pengujian atau penggunaan, pengujian dilakukan setelah

melakukan tahap belajar atau tahap pelatihan.

Untuk menentukan stopping condition terdapat dua cara yang biasa

dipakai, yaitu:

1. Membatasi iterasi yang ingin dilakukan.

Misalnya jaringan akan dilatih sampai iterasi yang ke-500. Yang

dimaksud dengan satu iterasi adalah perulangan step 3 sampai

step 8 untuk semuatrainingdata yang ada.

2. Membatasierror

Misalnya menentukan besar Mean Square Error antara output

yang dikehendaki danoutputyang dihasilkan oleh jaringan.

Jika terdapat sebanyak m training data, maka untuk menghitung

Mean Square Errordigunakan persamaan berikut.

= 0.5 ∗{ − + − + …+ − }

Persamaan 2-6

Dimana :

MSE : Mean Square Error

tk : targetoutput

yk : outputyang dihasilkan

Setelah pelatihan selesai, Backpropagation Neural Networkdianggap

telah pintar sehingga apabila diberi input tertentu jaringan akan

menghasilkan output seperti yang diharapkan. Cara mendapatkan output

(27)

Neural Network yang sama seperti proses belajar, tetapi hanya pada bagian

umpan majunya saja.

2.5.2.2 Alur MetodeBackpropagation Neural Network

Alur pada metode Backpropagation Neural Network dapat terlihat

[image:27.612.129.523.222.496.2]

seperti gambar.

Gambar 2.3 Alur Proses MetodeBackpropagation Neural Network

Berikut adalah deskripsi alur proses metodeBackpropagation Neural

Network:

Inisialisasi bobot (ambil bobot awal [Vij, Wjk] dengan nilairandom).

Kerjakan langkah-langkah berikut selama kondisi berhenti bernilaiFALSE:

1. Untuk tiap-tiap pasangan elemen yang akan dilakukan pembelajaran,

(28)

Feedforward:

a. Tiap-tiap unit input (Xi, i= 1, 2, 3, … , n) menerima sinyal xi dan

meneruskan sinyal tersebut ke semua unit pada lapisan yang ada di

atasnya (lapisan tersembunyi).

b. Tiap-tiap unit tersembunyi (Zi, j = 1, 2, 3, … , p) menjumlahkan

sinyal-sinyalinputterbobot:

= +

Persamaan 2-7

Dimana :

z_inj : Bobot sinyal unit tersembunyi.

v0j : Bobot bias menuju kehidden layer.

xi : Unit (neuron) dari sinyal input.

vij : Bobot yang menghubungkan neuron input ke-i ke neuron

ke-jpada lapisan tersembunyi.

Setelah menjumlahkan sinyal-sinyal inputmaka lakukan perhitungan

fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi ini ditentukan untuk menghitung

sinyal output dari hidden unit yang bersangkutan, lalu mengirim

sinyaloutputke seluruh unit pada unitoutput.

= ( _ )

Persamaan 2-8

Dimana :

zj : Keluaran unit tersembunyi.

z_inj : Bobot unit tersembunyi.

c. Langkah selanjutnya adalah setiap unit output (Yk, k=1, … m) akan

menjumlahkan sinyal – sinyal input yang sudah berbobot, termasuk

(29)

= +

Persamaan 2-9

Dimana :

y_ink : Bobot sinyal lapisanoutput.

w0j : Bobot bias menujuoutput.

zj : Keluaran unit tersembunyi.

wjk : Bobot awal menujuoutput.

Sinyalinput yang sudah terbobot sudah diketahui maka hitung fungsi

aktivasi sinyaloutputdari unitoutputyang bersangkutan.

= ( _ )

Persamaan 2-10

Dimana :

yk : Keluaran unitoutput.

y_ink : Bobot sinyal lapisanoutput.

Backpropagation

d. Tiap-tiap unitoutput(yk, k=1, 2, 3, … ,m) menerima target pola yang

berhubungan dengan pola input pembelajaran, hitung informasi

errornya.

= − ( _ )

Persamaan 2-11

Dimana :

: Informasierror.

: Target keluaran.

: Keluaran unitoutput.

(30)

Faktor ini digunakan untuk menghitung koreksi error (∆ ) yang

nantinya akan dipakai untuk memperbaharuiwjk, dimana :

∆ =

Persamaan 2-12

Dimana :

∆ : Koreksierror.

: Rasio pembelajaran (learning rate).

: Informasierror.

zj : Keluaran unit tersembunyi.

Selain itu juga dihitung koreksi bias (∆ ) yang nantinya akan

dipakai untuk memperbaharuiw0k,dimana :

∆ =

Persamaan 2-13

Dimana :

∆ : Koreksi bias.

: Rasio pembelajaran (learning rate).

: Informasierror.

Faktor ini kemudian dikirimkan ke layer didepannya.

e. Setiap hidden unit (zj, j = 1, … , p) menjumlah input delta (yang

dikirim darilayerpada step 6) yang sudah berbobot.

_ =

Persamaan 2-14

Dimana :

_ : Inputdelta.

: Informasierror.

(31)

Kemudian hasilnya dikalikan dengan turunan dari fungsi aktivasi

yang digunakan jaringan untuk menghasilkan faktor koreksi error ,

dimana :

= _ ′( _ )

Persamaan 2-15

Dimana :

: Faktor koreksierror

_ : Inputdelta.

z_inj : Bobot unit tersembunyi.

Faktor ini digunakan untuk menghitung koreksi error (∆ ) yang

nantinya akan dipakai untuk memperbaharuivij, dimana:

∆ =

Persamaan 2-16

Dimana :

∆ : Koreksierroruntuk memperbaharuivij.

: Rasio pembelajaran (learning rate).

xi : Masukkan (input).

Selain itu juga dihitung koreksi bias (∆ ) yang nantinya akan

dipakai untuk memperbaharuiv0j, dimana :

∆ =

Persamaan 2-17

Dimana :

∆ : Koreksi bias.

: Rasio pembelajaran (learning rate).

: Faktor koreksierror.

f. Tiap-tiap unit output (yk, k = 1, 2, 3, … , m) memperbaiki bias dan

(32)

= + ∆

Persamaan 2-18

Dimana :

: Koreksierror.

∆ : Delta koreksierror.

Tiap-tiap unit tersembunyi (zj,j = 1, 2, 3, … , p) memperbaiki bias

dan bobotnya (i=0, 1, 2, … , n) dimana :

= + ∆

Persamaan 2-19

Dimana :

vij : Unit tersembunyi.

∆ : Delta unit tersembunyi.

2. Tes kondisi berhenti.

Keterangan persamaan :

_ : Bobot sinyal unit tersembunyi.

: Keluaran unit tersembunyi.

_ : Bobot sinyal lapisan keluaran.

: Keluaran unit keluaran.

: Kesalahan.

∆ : Koreksi bobot unit keluaran.

: Bobot yang menghubungkan neuron inputke-i ke neuronke-j pada

lapisan tersembunyi.

∆ : Koreksi bobot unit tersembunyi.

: Unit (neuron) pada lapisaninput.

: Jumlahneuron(unit) pada lapisaninput.

: Bobot awal masuk kehidden.

(33)

: Bobot awalhiddenkeoutput.

: Bobot bias yang menuju keoutput.

:Learning rate/ rasio pembelajaran.

2.5.2.3 ParameterBackpropagation Neural Network

Dalam metode Backpropagation Neural Network terdapat beberapa

parameter yang sangat penting pada proses pelatihan, yaitu jumlah neuron

padahidden layer, learning rate,jumlah iterasi dan batasanerror.

Sampai saat ini belum ada formula khusus yang bisa menemukan

jumlah neuron pada hidden layer yang optimal. Suatu formula yang bisa

digunakan untuk memperkirakan jumlahneuronpadahidden layeradalah :

=

Persamaan 2-20

Dimana :

Nh : Jumlahneuron hidden layer.

Ni : Jumlahneuron input.

No : Jumlahneuron output.

DimanaNh adalah jumlah neuronpada hidden layer, Ni jumlahnode

pada input layer (jumlah variabel pada pola masukkan), dan No adalah

jumlahneuron padaoutput layer. MisalkanNi = 3 dan No = 1. Oleh karena

itu ≈ √ 3 ∗1 ≈ 2(pembulatan ke atas). Jumlahneuronpadahidden layer

yang optimal bisa lebih atau kurang dari hasil perhitungan tersebut.

Parameter learning rate sangat mempengaruhi proses pelatihan.

Learning rate yang terlalu besar (misalkan 0,9) akan mengakibatkan MSE

(Mean Square Error) menurun tajam pada awal iterasi, tetapi akan

mengakibatkan MSE menjadi berosilasi atau naik turun tidak terkendali.

Sebaliknya learning rate yang terlalu kecil (misalkan 0,0001) akan

(34)

Banyak strategi yang diusulkan untuk menentukan learning rate.

Misalkan pada awal iterasi (epoch), kita gunakan learning rate secara

gradual pada iterasi-iterasi berikutnya.

Jumlah iterasi dan batasan error digunakan sebagai kondisi berhenti

pada proses pelatihan. Jika batasan error yang didefinisikan terlalu kecil

mungkin akan terjadi overfit, artinya memiliki akurasi tinggi untuk data

trainingtapi akurasi sangat rendah pada datatest.

2.6 Metode Pengujian

2.6.1 PengujianWhite-Box

Pengujian white-box dilakukan untuk menguji prosedur-prosedur yang

mempunyai lintasan logic yang dilalui oleh setiap bagian prosedur. Prosedur

tersebut diuji dengan memberikan kondisi / loop spesifik. Pengujian white-box

menjamin pengujian terhadap semua lintasan yang tidak bergantungan minimal

satu kali, mencoba semua keputusanlogicdari sisitrusdanfalse, eksekusi semua

loop dalam batasan kondisi dan batasan operasional data pengujian validasi dan

internal.

Konsep pengujian basispathyaitu :

a. Merupakan bagian dari pengujianwhite-boxdalam hal pengujian prosedur.

b. Mempergunakan notasi aliran graph (node, link untuk merepresentasikan

sequence, if, while, until, dll).

c. Konsep kompleksitascyclomaticantara lain cara perhitungan daerah tertutup

pada graph planar dimana dapat menghubungkan batas atas jumlah

pengujian yang harus direncanakan dan di eksekusi untuk menjamin

pengujian seluruhstatementprogram.

d. Memunculkan kasus-kasus yang akan diuji dengan membuat daftar lintasan

kasus pengujian berdasarkan kompleksitas dancyclomaticyang didapat.

e. Membuat alat bantu untuk matrix graph yang membantu pengawasan

(35)

2.6.2 PengujianBlack-Box

Pengujian black-box dilakukan untuk menguji antarmuka dari perangkat

lunak yang telah dibangun. Pengujian ini dilakukan untuk memperlihatkan

bahwa hasil fungsi-fungsi bekerja dengan baik dalam arti masukkan yang

diterima dengan benar dan keluaran yang dihasilkan benar-benar tepat dan

pengintegrasian dari eksternal data berjalan dengan baik.

Metode pengujian black-box memfokuskan pada kebutuhan fungsi dari

perangkat lunak. Pengujian ini merupakan bagian dari pengujian white-box.

Pengujianwhite-boxdilakukan terlebih dahulu pada proses pengujian, sedangkan

pengujianblack-boxdilakukan pada tahap akhir dari pengujian perangkat lunak.

Proses yang terdapat dalam proses pengujian black-box antara lain

sebagai berikut :

a. Pembagian kelas data pengujian setiap kasus yang muncul pada

pengujianwhite-box.

b. Analisis batasan nilai yang berlaku untuk setiap data.

2.7 WAMPServer2.2

WAMP (Windows, Apache, MySQL, PHP) merupakan server yang dapat

dijalankan komputer tanpa memerlukan sambungan internet. Server di komputer ini

disebut dengan Local Server (localhost) yang mana server ini nantinya akan kita

install. Proses instalasi website hosting yang sudah memiliki sistem CMS (Content

Management System) disebut juga proses pembuatan databasedi komputer atau local

server(localhost).

2.8 PHP (Hypertext Preprocessor)

Pada awalnya PHPmerupakan kependekkan dari Personal Home Page (situs

personal). PHP pertama kali dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Pada

waktu itu PHP masih benama Form Interpreted (FI), yang wujudnya berupa

(36)

Selanjutnya Rasmus merilis kode sumber tersebut untuk umum dan

menamakannya PHP/FI. Dengan perilisan kode sumber ini menjadi sumber terbuka,

maka banyak pemrogram yang tertarik untuk ikut mengembangkanPHP.

Pada November 1997, dirilis PHP/FI 2.0. Pada rilis ini, interpreter PHP

sudah diimplementasikan dalam program C. Dalam rilis ini disertakan juga

modul-modul ekstensi yang meningkatkan kemampuanPHP/FIsecara signifikan.

Pada tahun 1997, sebuah perusahaan bernama Zend menulis ulanginterpreter

PHP menjadi lebih bersih, lebih baik dan lebih cepat. Kemudian pada Juni 1998,

perusahaan tersebut merilisinterpreterbaru untuk PHP dan meresmikan rilis tersebut

sebagai PHP 3.0 dan singkatan PHP diubah menjadi akronim berulang PHP yaitu

Hypertext Preprocessing.

Pada pertengahan tahun 1999, Zend merilis interpreter PHP baru dan rilis

tersebut dikenal dengan PHP 4.0. PHP 4.0 adalah versi PHP yang paling banyak

dipakai pada awal abad ke-21. Versi ini banyak dipakai karena kemampuannya untuk

membangun aplikasi web kompleks tetapi tetap memiliki kecepatan dan stabilitas

yang tinggi.

Pada Juni 2004, Zend merilis PHP 5.0. Dalam versi ini, inti dari interpreter

PHP mengalami perubahan besar. Versi ini juga memasukkan model pemrograman

berorientasi objek ke dalam PHP untuk menjawab perkembangan bahasa

pemrograman ke arah paradigma berorientasi objek.

2.9 MySQL

MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem Manajemen Basis Data SQL

atau Database Management System (DBMS) yang multithread, multi-user, dengan

sekitar 6 juta instalasi diseluruh dunia.

Tidak sama dengan proyek-proyek seperti Apache, dimana perangkat lunak

dikembangkan oleh komunitas umum, dan hak cipta untuk kode sumber dimiliki oleh

penulisnya masing-masing, MySQL dimiliki dan disponsori oleh sebuah perusahaan

(37)

sumbernya. Kedua orang Swedia dan satu orang Finlandia yang mendirikan MySQL

ABadalahDavid Axmark,Allan Larsson, danMichael Monty Widenius.

MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basis data

relasional (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensiGPL(General

Public License). Setiap pengguna dapat secara bebas menggunakan MySQL, namun

dengan batasan perangkat lunak tersebut tidak boleh dijadikan produk turunan yang

bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama

dalam basis data yang telah ada sebelumnya yaituSQL(Structured Query Language).

SQL adalah sebuah konsep pengoperasian basis data, terutama untuk pemilihan atau

seleksi dan pemasukkan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan

dengan mudah secara otomatis.

Kehandalan suatu sistem basis data (DBMS) dapat diketahui dari cara kerja

pengoptimasi-nya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL yang dibuat oleh

penggua maupun program-program aplikasi yang memanfaatkannya. Sebagai peladen

basis data non-transaksional. Pada modus operasi non-transaksional, MySQL dapat

dikatakan unggul dalam hal unjuk kerja dibandingkan perangkat lunak peladen basis

data kompetitor lainnya. Namun demikian pada modus non-transaksional tidak ada

jaminan atas reliabilitas data seperti aplikasi blogging berbasis web (wordpress),

CMS dan sejenisnya. Untuk kebutuhan sistem yang ditunjukkan untuk bisnis sangat

disarankan untuk menggunakan modus basis data transaksional, hanya saja sebagai

konsekuensinya unjuk kerja MySQL para modus transaksional tidak secepat unjuk

kerja pada modus non-transaksional.

2.10Adobe Dreamweaver CS 5

Adobe Dreamweaver merupakan program penyunting halaman web keluaran

Adobe Systems yang dulu dikenal sebagai Macromedia Dreamweaver keluaran

Macromedia. Program ini banyak digunakan oleh pengembang web karena

fitur-fiturnya yang menarik dan kemudahan penggunanya. Versi terakhir Macromedia

(38)

terakhir Dreamweaver keluaran Adobe Systems adalah versi 12 yang ada dalam

Adobe Creative Suite6 (sering disingkatAdobe CS6).

Adobe Dreamweaver adalah aplilasi desain dan pengembangan web yang

menyediakan editor WSYWYGvisual (bahasa sehari-hari yang disebut sebagaiDesign

View) dan kode editor dengan fitur standar seperti syntax high lighting, code

completion, dan code collapsing serta fitur lebih canggih seperti real-time syntax

checkingdancode introspectionuntuk menghasilkan petunjuk kode untuk membantu

pengguna dalam menulis kode. Tata letak tampilan desain memfasilitasi desain cepat

dan pembuatan kode seperti memungkinkan pengguna dengan cepat membuat tata

letak dan manipulasi elemenHTML.

Dreamweavermemiliki fitur browser yang terintegrasi untuk melihat halaman

web yang dikembangkan di jendela pratinjau program sendiri agar konten

memungkinkan untuk terbuka di web browser yang telah terinstal. Aplikasi ini

menyediakan transfer dan fitur sinkronisasi, kemampuan untuk mencari dan

mengganti baris teks atau kode untuk mencari kata atau kalimat biasa di seluruh situs,

dan templating feature yang memungkinkan untuk berbagi satu sumber kode atau

memperbarui tata letak diseluruh situs tanpa server side includes atau scripting.

Behavior Paneljuga memungkinkan penggunaanJavaScriptdasar tanpa pengetahuan

coding, dan integrasi dengan Adobe Spry Ajax Frameworkmenawarkan akses mudah

ke konten yang dibuat secara dinamis daninterface.

Dreamweaver dapat menggunakan ekstensi dari pihak ketiga untuk

memperpanjang fungsionalitas inti dari aplikasi, yang setiap pengembang web bisa

menulis (sebagian besar dalam HTML danJavaScript). Dreamweaver didukung oleh

komunitas besar pengembang ekstensi yang membuat ekstensi yang tersedia (baik

komersial maupun yang gratis) untuk pengembangan web dari efek rollover

sederhana sampaifull-featured shooping cart.

Dreamweaver seperti editor HTML lainnya, edit file secara lokal kemudian

diupload ke web server remote menggunakan FTP, SFTP, atau WebDAV.

(39)

2.11Adobe Photoshop CS 3

Adobe Photoshopatau biasa disebut Photoshop adalah perangkat lunak editor

citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan

pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan

perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader) untuk

perangkat lunak pengolah gambar/foto dan bersamaAdobe Acrobat, dianggap sebagai

produk terbaik yang pernah diproduksi olehAdobe Systems. Versi kedelapan aplikasi

ini disebut dengan nama Photoshop CS (Creative Suite), versi sembilan disebut

Adobe Photoshop CS2, versi sepuluh disebut Adobe Photoshop CS3, versi kesebelas

adalah Adobe Photoshop CS4, versi keduabelas adalah Adobe Photoshop CS5, dan

versi yang terakhir (ketigabelas) adalahAdobe Photoshop CS6.

Photoshoptersedia untuk Microsoft Windows, Mac OS XdanMac OS versi 9

keatas juga dapat digunakan oleh sistem operasi lain seperti Linux dengan bantuan

perangkat lunak tertentu sepertiCrossOver.

Pada tahun 1987, Thomas Knoll, mahasiswa PhD di Universitas Michigan, mulai

menulis sebuah program pada Macintosh Plus-nya untuk menampilkan gambar

grayscale pada layar monokrom. Program ini, yang disebut Display, menarik

perhatian saudaranya John Knoll, seorang karyawan di Industrial Light and Magic,

yang merekomendasikan Thomas agar mengubah programnya menjadi program

penyunting gambar penuh. Thomas mengambil enam bulan istirahat dari studi pada

tahun 1988 untuk berkolaborasi dengan saudaranya pada program itu, yang telah

diubah namanya menjadi ImagePro. Setelah tahun itu, Thomas mengubah nama

programnya menjadi Photoshop dan bekerja dalam jangka pendek dengan produsen

scanner Barneyscan untuk mendistribusikan salinan dari program tersebut dengan

(40)

29

ANALISIS METODE

3.1 Analisis Masalah

Dalam mediagnosa penyakit keakurasian data sangatlah penting karena untuk

menghasilkan suatu solusi dibutuhkan keakurasian yang baik. Metode yang

digunakan untuk diagnosa penyakit pun dijadikan suatu pertimbangan. Metode yang

akan digunakan adalah metode Naïve Bayes dan metode Backpropagation Neural

Network, metode tereebut sama-sama memiliki keakurasian data yang baik.

Dipenelitian sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam metode Naïve Bayes dapat

mencapai 94.4% dengan masukkan 22 gejala dan pada metode Backpropagation

Neural Networkhanya mencapai 91.66% dengan 12 gejala masukkan.

Dalam kedua penelitian tersebut keakurasian data dengan metodeNaïve Bayes

lebih unggul daripada metode Backpropagation Neural Network, namun dengan

jumlah masukkan gejala berbeda. Tetapi kita tidak mengetahui apakah hasilnya akan

sama jika gejala yang dijadikan masukkan berjumlah sama yaitu 17 gejala, apakah

metode Naïve Bayes masih lebih unggul atau metode Backpropagation Neural

Networkyang menjadi lebih unggul.

Berdasarkan uraian diatas yang telah disampaikan, maka akan dilakukan

analisis perbandingan metode Naïve Bayes dan Backpropagation Neural Network

untuk menentukan metode manakah yang paling baik dari segi akurasi data pada

sistem pendiagnosa penyakit sinusitis dengan jumlah masukkan gejala yang sama.

3.2 Analisis Data

Analisis data terdiri dari analisis data masukkan dan analisis data keluaran.

Sampel data diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu dokter spesialis THT

di klinik Serumpun Bambu Cimahi yaitu Dr. Sinta Sari, Sp.THT serta megutip dari

(41)

Penyakit pada Anak-anak, serta mengambil beberapa referensi dari internet yang

berhubungan dengan sinusitis.

[image:41.612.79.506.202.437.2]

Berikut adalah data gejala penyakit sinusitis.

Tabel 3.1 Data Gejala Penyakit Sinusitis

No Gejala

Jenis Sinusitis

Akut Sub-Akut Kronis

1 Hidung tersumbat √ √

2 Hidung meler √ √ √

3 Nyeri pada wajah √ √

4 Bersin-bersin disertai batuk √ 5 Gatal-gatal disekitar mata √

6 Demam √ √ √

7 Sakit pada gigi √

8 Nyeri pada leher √

9 Nyeri pipi dibawah mata √

10 Cepat merasa letih dan lesu √

11 Pusing yang berlebihan √ √

12 Mengalami peradangan sinus lebih dari 8 minggu √

13 Nyeri dipinggir hidung √

14 Nyeri antara mata √

15 Dahi terasa sakit √

16 Warna lendir kuning atau hijau √

17 Nyeri saat bicara dan menelan √

3.2.1 Analisis Data Masukkan

Data gejala yang digunakan untuk mendiagnosa seseorang terkena

penyakit sinusitis dapat terlihat pada Tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut maka

akan disusun sejumlah variabel yang akan menjadi data masukkan untuk

melakukan diagnosa dalam sistem. Setiap variabel akan diberikan nilai 0 untuk

jawaban Tidak dan nilai 1 untuk jawaban Ya.

3.2.1.1 Analisis Data Masukkan MetodeNaïve Bayes

Berikut adalah data gejala masukkan untuk metodeNaïve Bayes.

Tabel 3.2 Analisis Data Masukkan MetodeNaive Bayes

No Gejala Variabel Nilai

1 Hidung tersumbat (x1) Ya 1

(42)

2 Hidung meler (x2) Ya 1 Tidak 0

3 Nyeri pada wajah (x3) Ya 1

Tidak 0

4 Bersin-bersin (x4) Ya 1

Tidak 0 5 Gatal disekitar mata (x5) Ya 1 Tidak 0

6 Demam (x6) Ya 1

Tidak 0

7 Sakit pada gigi (x7) Ya 1

Tidak 0

8 Nyeri pada leher (x8) Ya 1

Tidak 0 9 Nyeri pipi dibawah mata (x9) Ya 1 Tidak 0 10 Cepat merasa letih dan lesu (x10) Ya 1 Tidak 0 11 Pusing yang berlebihan (x11) Ya 1 Tidak 0 12 Mengalami peradangan sinus lebih dari 8 minggu (x12) Ya 1 Tidak 0 13 Nyeri dipinggir hidung (x13) Ya 1 Tidak 0 14 Nyeri antara mata (x14) Ya 1 Tidak 0 15 Dahi terasa sakit (x15) Ya 1 Tidak 0 16 Warna lendir kuning atau hijau (x16) Ya 1 Tidak 0 17 Nyeri saat bicara dan menelan (x17) Ya 1 Tidak 0

Dimana :

x : Variabel masukkan.

3.2.1.2 Analisis Data Masukkan Metode Backpropagation Neural Network

Berikut adalah data gejala masukkan untuk metodeBackpropagation

(43)
[image:43.612.127.499.122.374.2]

Tabel 3.3 Gejala Masukkan MetodeBackpropagation Neural Network

No Gejala Jenis Sinusitis

Akut Sub-Akut Kronis

1 Hidung tersumbat (x1) √ √

2 Hidung meler (x2) √ √ √

3 Nyeri pada wajah (x3) √ √

4 Bersin-bersin disertai batuk (x4) √ 5 Gatal disekitar mata (x5) √

6 Demam (x6) √ √ √

7 Sakit pada gigi (x7) √

8 Nyeri pada leher (x8) √ 9 Nyeri pipi dibawah mata (x9) √ 10 Cepat merasa letih dan lesu (x10) √

11 Pusing yang berlebihan (x11) √ √ 12 Mengalami peradangan sinus lebih dari

8 minggu (x12) √

13 Nyeri dipinggir hidung (x13) √

14 Nyeri antara mata (x14) √

15 Dahi terasa sakit (x15) √

16 Warna lendir kuning atau hijau (x16) √ 17 Nyeri saat bicara dan menelan (x17) √

Adapun analisis data masukkan untuk metode Backpropagation

Neural Networkadalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Analisis Data Masukkan MetodeBackpropagation Neural Network

No

Gejala Variabel Nilai

1 Hidung tersumbat (x1) Ya 1

Tidak 0

2 Hidung meler (x2) Ya 1

Tidak 0

3 Nyeri pada wajah (x3) Ya 1

Tidak 0 4 Bersin-bersin disertai batuk (x4) Ya 1 Tidak 0 5 Gatal disekitar mata (x5) Ya 1 Tidak 0

6 Demam (x6) Ya 1

Tidak 0

7 Sakit pada gigi (x7) Ya 1

Tidak 0

8 Nyeri pada leher (x8) Ya 1

[image:43.612.127.499.460.704.2]
(44)

10 Cepat merasa letih dan lesu (x10) Ya 1 Tidak 0 11 Pusing yang berlebihan (x11) Ya 1 Tidak 0 12 Mengalami peradangan sinus lebih dari 8 minggu (x12) Ya 1 Tidak 0 13 Nyeri dipinggir hidung (x13) Ya 1 Tidak 0 14 Nyeri antara mata (x14) Ya 1 Tidak 0 15 Dahi terasa sakit (x15) Ya 1 Tidak 0 16 Warna lendir kuning atau hijau (x16) Ya 1 Tidak 0 17 Nyeri saat bicara dan menelan (x17) Ya 1 Tidak 0

Dimana :

x : Variabel masukkan

3.2.2 Analisis Data Keluaran

3.2.2.1 Analisis Data Keluaran MetodeNaïve Bayes

Data keluaran yang dihasilkan oleh metode Naïve Bayes adalah

[image:44.612.153.528.112.307.2]

sebagai berikut.

Tabel 3.5 Analisis Data Keluaran MetodeNaive Bayes

Nilai Keterangan

(P(A|Y) > P(S|Y)) and (P(A|Y) > P(K|Y)) Sinusitis akut (P(S|Y) > P(A|Y)) and (P(S|Y) > P(K|Y)) Sinusitis Sub-Akut (P(K|Y) > P(A|Y)) and (P(K|Y) > P(S|Y)) Sinusitis Kronis

Dimana :

P(A|Y): Probabilitas sinusitis akut

P(S|Y) : Probabilitas sinusitis sub-akut

(45)

3.2.2.2 Analisis Data Keluaran Metode Backpropagation Neural Network

Data keluaran yang dihasilkan oleh metodeBackpropagation Neural

Networkadalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Analisis Data Keluaran MetodeBackpropagation Neural Network

Nilai Keterangan

01 Sinusitis akut 10 Sinusitis Sub-akut 11 Sinusitis Kronis

3.3 Alur Sistem Diagnosa

Pada sub-bab ini akan menjelaskan tentang alur atau cara kerja sistem untuk

pendiagnosa penyakit sinusitis secara keseluruhan. Cara kerja sistem pendiagnosa

penyakit sinusitis ini adalah:

1. Memilih gejala yang tersedia pada sistem.

2. Pilih metode yang akan digunakan untuk mendiagnosa penyakit.

3. a. Memilih metodeNaïve Bayes

1. Membaca data training yang terdapat pada database

2. Mengklasifikasikan jenis sinusitis yang terdapat pada data training

3. Menghitung kemungkinan setiap gejala pada masing-masing jenis

sinusitis yang telah diklasifikasikan.

4. Menghitung nilai probabilistik pada masing-masing jenis sinusitis

yang telah terklasifikasi

5. Membandingkan nilai probabilitas dari setiap klasifikasi jenis

sinusitis.

b. Memilih metodeBackpropagation Neural Network

1. Memasukkan parameter-parameterBackpropagation

2. Menginisialisasi bobot (vij,wjk) secararandom

(46)

4. Menjumlahkan sinyal-sinyal input dan menghitung aktivasi pada

hidden layer

5. Pada sinyalhiddenjumlahkan sinyalinputterbobot dan menghitung

aktivasioutput layer

6. Menghitung koreksierrordan perubahan bobot dan biasnya

7. Jumlahkan nilai delta masukkan, hitung kesalahan dan hitung

perubahan bobot dan biasnya

8. Perbaharui nilai bobot dan biasnya

9. Periksa kondisierror

a. Jika error lebih kecil dari maksimal error maka lanjutkan ke

langkah 10

b. Jika error masih lebih besar dari maksimal error maka periksa

iterasi

i. Jika iterasi lebih kecil dari maksimal iterasi maka ulangi

langkah 4.

ii. Jika iterasi sudah melebihi maksimal iterasi maka lanjutkan

ke langkah 10.

10. Menjumlahkan sinyal-sinyal input dan menghitung aktivasi pada

hidden layerdengan bobot yang baru

11. Pada sinyal input jumlahkan sinyal input terbobot dan menghitung

aktivasioutput layer

12. Membandingkan hasiloutputdengantreshold

4. Menampilkan hasil diagnosa terkena sinusitis jenis akut, sub-akut, atau

(47)
[image:47.612.101.484.106.493.2]

Gambar 3.1 Alur Sistem Diagnosa Penyakit Sinusitis

3.4 Analisis Metode

Analisis metode sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi program.

Kecanggihan suatu program bukan dilihat dari tampilan program, tetapi berdasarkan

efisiensi metode atau algoritma yang terdapat didalam program tersebut. Dalam

menguji suatu metode, dibutuhkan beberapa kriteria untuk mengukur efisiensi suatu

(48)

algoritma, pengujian dengan data dan menggunakan cara matematika untuk

membuktikan kebenaran.

3.4.1 Analisis metodeNaïve Bayes

MetodeBayesmerupakan pendekatan statistik untuk menghitung peluang

atau probabilitas persoalan klasifikasi. Dalam metode ini semua atribut

memberikan kontribusinya dalam pengambilan keputusan. Metode ini berfungsi

untuk mencari nilai probabilitas disetiap faktor.

Pada tugas akhir ini, metode Naïve Bayes akan diterapkan pada studi

kasus mendiagnosa penyakit sinusitis. Diketahui terdapat 60 data pasien

penderita sinusitis dengan berbagai jenis (sinusitis akut, sinusitis sub-akut,

sinusitis kronis) sebagai data train set yang telah terlampir. Terdapat 17 gejala

berbeda dari setiap jenis sinusitis tersebut. Nilai dari setiap gejala tersebut adalah

1 untuk jawaban “Ya” dan 0 untuk jawaban “Tidak”.

[image:48.612.136.523.450.708.2]

Gejala-gejala tersebut diinisialisasikan sebagai berikut.

Tabel 3.7 Inisialisasi Gejala Metode Naive Bayes

Inisialisasi Gejala

Gejala

Jenis Sinusitis

Akut Sub-Akut Kronis

x1 Hidung tersumbat √ √

x2 Hidung meler √ √ √

x3 Nyeri pada wajah √ √

x4 Bersin-bersin disertai batuk √ x5 Gatal disekitar mata √

x6 Demam √ √ √

x7 Sakit pada gigi √

x8 Nyeri pada leher √

x9 Nyeri pipi dibawah mata √ x10 Cepat merasa letih dan lesu √

x11 Pusing yang berlebihan √ √

x12 Mengalami peradangan sinus lebih

dari 8 minggu √

x13 Nyeri dipinggir hidung √

x14 Nyeri antara mata √

x15 Dahi terasa sakit √

(49)

Adapun cara perhitungan atau alur perhitungan metode Naïve Bayes

adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah label atauclass.

Untuk menentukannya adalah kita harus mengklasifikasikan terlebih

dahulu jenis penyakit sinusitis tersebut yang berada pada data train

set. Setelah diklasifikasikan maka dibagi dengan jumlah datatrain set.

Dalam studi kasus ini jumlah datatrain setsebanyak 60 data.

Berikut adalah jumlah label atau class yang telah dihitung.

a. Class“Sinusitis akut”

P(Y = Akut) = 20/60

b. Class “Sinuitis sub-akut”

P(Y = Sub-Akut) = 20/60

c. Class “Sinusitis Kronis”

P(Y = Kronis) = 20/60

2. Menghitung jumlah kasus yang sama dengan class yang sama.

Untuk perhitungan tahap ini kita bagi dan hitung pergejalanya.

Sehingga perhitungannya adalah jumlah gejala “ya” dibagi classnya dan jumlah gejala “tidak” dibagi classnya.

Berikut adalah jumlah kasus yang sama dengan class yang sama.

P(x1=Ya |Y=akut) = 12/20 P(x1=Ya |Y=subakut) = 15/20 P(x1=Ya |Y=kronis) = 10/20

P(x1=Tidak |Y=akut) = 8/20 P(x1=Tidak |Y=subakut) = 5/20 P(x1=Tidak |Y=kronis) = 10/20

P(x2=Ya |Y=akut) = 13/20 P(x2=Ya |Y=subakut) = 13/20 P(x2=Ya |Y=kronis) = 13/20

P(x2=Tidak |Y=akut) = 7/20 P(x2=Tidak |Y=subakut) = 7/20 P(x2=Tidak |Y=kronis) = 7/20

P(x3=Ya |Y=akut) = 11/20 P(x3=Ya |Y=subakut) = 11/20 P(x3=Ya |Y=kronis) = 15/20

(50)

P(x4=Ya |Y=akut) = 6/20 P(x4=Ya |Y=subakut) = 4/20 P(x4=Ya |Y=kronis) = 9/20

P(x4=Tidak |Y=akut) = 14/20 P(x4=Tidak |Y=subakut) = 16/20 P(x4=Tidak |Y=kronis) = 11/20

P(x5=Ya |Y=akut) = 10/20 P(x5=Ya |Y=subakut) = 5/20 P(x5=Ya |Y=kronis) = 10/20

P(x5=Tidak |Y=akut) = 10/20 P(x5=Tidak |Y=subakut) = 15/20 P(x5=Tidak |Y=kronis) = 10/20

P(x6=Ya |Y=akut) = 11/20 P(x6=Ya |Y=subakut) = 17/20 P(x6=Ya |Y=kronis) = 13/20

P(x6=Tidak |Y=akut) = 9/20 P(x6=Tidak |Y=subakut) = 3/20 P(x6=Tidak |Y=kronis) = 7/20

P(x7=Ya |Y=akut) = 8/20 P(x7=Ya |Y=subakut) = 13/20 P(x7=Ya |Y=kronis) = 12/20

P(x7=Tidak |Y=akut) = 12/20 P(x7=Tidak |Y=subakut) = 7/20 P(x7=Tidak |Y=kronis) = 8/20

P(x8=Ya |Y=akut) = 4/20 P(x8=Ya |Y=subakut) = 11/20

P(x8=Ya |Y=kronis) = 12/20

P(x8=Tidak |Y=akut) = 16/20 P(x8=Tidak |Y=subakut) = 9/20 P(x8=Tidak |Y=kronis) = 8/20

P(x9=Ya |Y=akut) = 5/20 P(x9=Ya |Y=subakut) = 14/20 P(x9=Ya |Y=kronis) = 14/20

P(x9=Tidak |Y=akut) = 15/20 P(x9=Tidak |Y=subakut) = 6/20 P(x9=Tidak |Y=kronis) = 6/20

P(x10=Ya |Y=akut) = 2/20 P(x10=Ya |Y=subakut) = 13/20 P(x10=Ya |Y=kronis) = 13/20

P(x10=Tidak |Y=akut) = 18/20 P(x10=Tidak |Y=subakut) = 7/20 P(x10=Tidak |Y=kronis) = 7/20

P(x11=Ya |Y=akut) = 5/20 P(x11=Ya |Y=subakut) = 15/20 P(x11=Ya |Y=kronis) = 12/20

P(x11=Tidak |Y=akut) = 15/20 P(x11=Tidak |Y=subakut) = 5/20 P(x11=Tidak |Y=kronis) = 8/20

(51)

P(x12=Tidak |Y=akut) = 12/20 P(x12=Tidak |Y=subakut) = 7/20 P(x12=Tidak |Y=kronis) = 6/20

P(x13=Ya |Y=akut) = 4/20 P(x13=Ya |Y=subakut) = 9/20 P(x13=Ya |Y=kronis) = 15/20

P(x13=Tidak |Y=akut) = 16/20 P(x13=Tidak |Y=subakut) = 11/20 P(x13=Tidak |Y=kronis) = 5/20

P(x14=Ya |Y=akut) = 4/20 P(x14=Ya |Y=subakut) = 4/20 P(x14=Ya |Y=kronis) = 13/20

P(x14=Tidak |Y=akut) = 16/20 P(x14=Tidak |Y=subakut) = 16/20 P(x14=Tidak |Y=kronis) = 7/20

P(x15=Ya |Y=akut) = 4/20 P(x15=Ya |Y=subakut) = 4/20

P(x15=Ya |Y=kronis) = 13/20

P(x15=Tidak |Y=akut) = 16/20 P(x15=Tidak |Y=subakut) = 16/20 P(x15=Tidak |Y=kronis) = 7/20

P(x16=Ya |Y=akut) = 4/20 P(x16=Ya |Y=subakut) = 5/20 P(x16=Ya |Y=kronis) = 14/20

P(x16=Tidak |Y=akut) = 16/20 P(x16=Tidak |Y=subakut) = 15/20 P(x16=Tidak |Y=kronis) = 6/20

P(x17=Ya |Y=akut) = 2/20 P(x17=Ya |Y=subakut) = 6/20 P(x17=Ya |Y=kronis) = 19/20

P(x17=Tidak |Y=akut) = 18/20 P(x17=Tidak |Y=subakut) = 14/20 P(x17=Tidak |Y=kronis) = 1/20

3. Kalikan semua hasil variabel sesuai dengan kolom hasil.

Misalkan dalam contoh kasus pasien memasukkan data gejala seperti

[image:51.612.186.485.583.682.2]

berikut ini :

Tabel 3.8 Sampel Data Uji MetodeNaive Bayes

Gejala Nilai Gejala Nilai Gejala Nilai

x1 0 x8 0 x15 0

x2 0 x9 0 x16 0

x3 1 x10 0 x17 0

x4 1 x11 0

x5 1 x12 0

x6 1 x13 0

(52)

Maka perhitungannya adalah:

a. Classsinusitis akut

P(A|Y) = 8/20 * 7/20 * 9/20 * 12/20 * 10/20 * 11/20 * 9/20 *

12/20 * 16/20 * 15/20 * 18/20 * 19/20 * 16/20 * 16/20

* 16/20 * 16/20 * 18/20

= 0.00022762

Gambar

Tabel 2.1 Gejala Sinusitis Menurut Jenisnya
Gambar 2.1 Alur Proses Metode Naive Bayes
Gambar 2.2 Arsitektur Jaringan Backpropagation
Gambar 2.3 Alur Proses Metode Backpropagation Neural Network
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah neuron dalam lapisan tersembunyi dan untuk mengetahui tingkat akurasi metode jaringan syaraf tiruan dengan

Penentuan Model Terbaik pada Metode Naïve Bayes Classifier dalam Menentukan Status Gizi Balita.. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Hasil dari penelitian yang telah diperoleh oleh penulis tentang Analisa Perbandingan Metode Certainty Factor dan Teorema Bayes Untuk Mendiagnosa Penyakit Asam Urat,

Sistem Pakar metode Forward Chaining menganalisis penyakit kucing akibat infeksi virus berhasil menganalisa gejala-gejala dan dapat menentukan penyakit yang

Abstrak : Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk melakukan analisis tentang metode manakah yang lebih efektif antara metode fuzzy logic dan certainty factor untuk diterapkan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang gejala penyakit radang genitalia dari seorang pakar dan dari buku – buku yang menjadi referensi

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Certainty Factor merupakan metode yang digunakan dalam mendiagnosa penyakit ikan Bawal dengan gejala – gejala yang sudah

Hal ini menunjukkan bahwa model neural network yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi pada dataset penyakit jantung dengan akurasi yang