• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Budaya Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli( 1990 - 2003 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sejarah Budaya Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli( 1990 - 2003 )"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH BUDAYA SIKAMBANG DI PESISIR BARAT TAPANULI ( 1990 - 2003 )

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : USMAN HUTAGALUNG

NIM : 070706037

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

SEJARAH BUDAYA SIKAMBANG DI PESISIR BARAT TAPANULI ( 1990 - 2003 )

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

NAMA: USMAN HUTAGALUNG NIM : 060706037

Diketahui Oleh : Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP : 196409221989031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

SEJARAH BUDAYA SIKAMBANG DI PESISIR BARAT TAPANULI ( 1990 - 2003 )

Dikerjakan oleh:

NAMA: USMAN HUTAGALUNG NIM : 070706037

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal 24 Agustus 2013 NIP : 196409221989031001

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal 24 Agustus 2013 NIP : 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Pada : Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan

Dr. Syahron Lubis, M. A Nip :195110131976031001

Panitia Ujian :

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno M.Hum ……….

2. Dra. Nurhabsyah, M. Si ……….

3. Drs. Samsul Tarigan ………..

4. Dra. Hj Haswita M. Sp ………..

(5)

LEMBAR PENGESAHAN KETUA DEPARTEMEN

Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

Departemen Sejarah Ketua Departemen,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita. Skripsi ini merupakan merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana. Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang skripsi di hadapan para penguji Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S).

Skripsi ini berjudul,SEJARAH BUDAYA SIKAMBANG DI PESISIR BARAT TAPANULI ( 1990 - 2003 ), pengkajian tentang Seni Sikambangyang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli.Skripsi ini disususn terdiri dari V bab, fokus utama yang dipaparkan adalah sejarah perkembangan Seni Sikambang ditengah pesatnya perkembangan budaya modern. Seni Sikambang juga digolongkan sebagai seni pertunjukan. Hal itu karena dalam Seni Sikambang terdapat beberapa unsur yang menjadi alasan jadi seni pertunjukan. Unsur-unsur itu antara lain: seni tari, musik dan nyanyian. Selain itu dalam skripsi ini juga dijelaskan alasan mengapa seni sikambang mengalami kemunduran, serta upaya yang dilakukan oleh pemimpin adat, pendukung Seni Sikambang, dan Pemerintah dalam melestarikan Seni Sikambang.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sebagai konsekwensi dari kelemahan dan keterbatasan yang ada pada penulis. Masih diperlukan pengkajian lebih lanjut dan mendalam agar sejarah Perkembangan Seni Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli dapat dihimpun secara komprehensif. Kepada para pembaca, penulis mengaharapkan masukan berupa kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, ... Januari 2013 Penulis,

USMAN HUTAGALUNG

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya ucapkan pada Allah SWT yang telah memberi saya rahmad dan hidayahnya dalam menuliskan skripsi dengan judul ”Sejarah Budaya Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli (1990-2003)”, serta tidak lupa pula syalawat pada nabi Muhammad SAW dimana beliau telah membawa ummatnya dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak dapat bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahhanda J. Hutagalung dan Ibunda N. Salia Br Situmeang yang terinta dan tersayang yang telah membesarkan, mendidik, dan menyekolahkan ananda serta tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya kepada ananda selama mengikuti perkuliah. Segala nasehat yang Ayahanda dan Ibunda sampaikan pada ananda akan selalu ananda ingat. Tidak dapat Ananda membalas semua pengorbanan yang Ayahanda dan Ibunda berikan, hanya Allah SWT yang dapat menbalasnya. Terakhir Ananda hanya bisa mendo’akan kepada Allah SWT semoga Ayahanda dan Ibunda dalam lindungan Nya. Amin

2. Bapak Pimpinan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan selama mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, selaku Pimpinan Departemen Sejarah juga yang menjadi dosen pembimbing penulis yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Sejarah.

5. Ibu Dra. Nurhamidah M.A, sebagai pembimbing dalam proposal skripsi yang telah begitu banyak memberikan dorongan dan semangat pada penulis. Maafkan saya yang tidak mampu untuk menuntaskan hingga sampai ibu pensiun.

6. Ibu Dra. Peninah Simanjuntak M.S, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan nasehat-nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan hingga sampai pada penulisan skripsi ini. Semua nasehat yang ibu berikan akan selalu penulis ingat.

7. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi Pendidikan Departemen Sejarah yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.

(8)

9. Untuk adik ku Natalia, saya ucapkan terima kasih untuk segala bantuannya dan motivasinya.

10.Abang, Kakak serta Alumni tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas dukungan morilnya.

11.Sahabat-sahabat ku stambuk ’07 tampa terkecuali, baik yang telah mendahului penulis dan yang masih berjuang Aka, Bona, Andre, Hendrik, Mohan dan Eta terkhusus pada Azmi tetap semangat kawan.

12.Sahabat ku Ahmad Kennedy Manullang, Khairunnas Panggabean, Maharani Putri, Sabrian Anugrah Tanjung, Ali Muda Situmeang, Narmi S. Safitri Br Sitanggang, Iyan A. Panggabean, Desri Br Sitanggang, Rahmad E. Sitompul dan Rina Juwita Br Tarihoran terima kasih kawan yang telah memberi warna dalam hidup dan penulisan saya.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Meskipun penulis berharap isi dari skripsi ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.Semoga penulisanskripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak. Amin.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

(9)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Sejarah Kesenian Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli, 1990-2003”. Kesenian Sikambang merupakan kesenian masyarakat yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli, khususnya Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kedua daerah ini merupakan pengguna Kesenian Sikambang. Hal itu masih ada sampai sekarang. Awal terciptanya Kesenian Sikambang ada dua sumber yakni: dari legenda Putri Rundu dari kerajaan Barus yang dipimpin oleh raja Jayadana dan dari nelayan yang mengangkap ikan di pulau Mursalah mendengar nyanyian yang kemudian diulanginya setiba di daratan yang kemudian berkembang jadi Kesenian Sikambang.

Dalam perkembangannya Kesenian Sikambang memadukan beberapa unsur antara lain: musik, tarian, senandung dan pantun.Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang penuh denganmakna, berirama lagu dan berwujud tari. Uniknya, KesenianSikambang bukanlah akulturasi yang terserap dari kebudayaan tetangga seperti Batak dan Minangkabau, tetapi kesenian dri warisan peradaban kerajaanPesisir yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli.Secara garis besar Kesenian Sikambang ada tiga, yaitu: Sikambang sebagai seni, Sikambang sebagai hiburan dan Sikambang sebagai fungsi sosial.Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yang meliputi tahapan-tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah Kesenian Sikambang yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli dengan periodeisasi dari tahun 1990-2003.

(10)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4Tinjauan Pustaka ... 6

1.5Metode Penelitian ... 9

BAB II Pesisir Barat Tapanuli dan Kesenian Sikambang Hingga Tahun 1990 ... 12

2.1 Gambaran Umum PBT dan Kesenian Sikambang Hingga Tahun 1990.. ... 12

2.2 Geografis, Mata Pencaharian Penduduk ... 14

2.3 Kondisi Sosial, Budaya dan Agama ... 18

2.4 Seni Sikambang. ... 21

2.4.1 Awal terbentuknya Kesenian Sikambang ... 22

2.4.2 Unsur-Unsur Kesenian Sikambang ... 29

2.5 Tujuan dari Kesenian Sikambang ... 49

BAB IIIEksistensi Kesenian Sikambang, 1990-2003 ... 53

3.1Proses Kemunduran Kesenian Sikambang ... 57

3.2 Faktor- Faktor Kemunduran... 58

3.2.1 Perkembangan Budaya Modern ... 58

3.2.2 Keengganan Generasi Muda ... 61

3.2.3 Berkurangnya Minat Masyarakat ... 64

(11)

BAB IV Upaya Mempertahankan Seni Sikambang ... 67

4.1 Upaya dari Pimpinan Adat ... 68

4.2 Upaya Masyarakat Pendukung Budaya Pesisir ... 70

4.3 Upaya Pemerintah ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 76

(12)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Sejarah Kesenian Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli, 1990-2003”. Kesenian Sikambang merupakan kesenian masyarakat yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli, khususnya Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kedua daerah ini merupakan pengguna Kesenian Sikambang. Hal itu masih ada sampai sekarang. Awal terciptanya Kesenian Sikambang ada dua sumber yakni: dari legenda Putri Rundu dari kerajaan Barus yang dipimpin oleh raja Jayadana dan dari nelayan yang mengangkap ikan di pulau Mursalah mendengar nyanyian yang kemudian diulanginya setiba di daratan yang kemudian berkembang jadi Kesenian Sikambang.

Dalam perkembangannya Kesenian Sikambang memadukan beberapa unsur antara lain: musik, tarian, senandung dan pantun.Kesenian ini mengemban falsafah-falsafah kontemporer yang penuh denganmakna, berirama lagu dan berwujud tari. Uniknya, KesenianSikambang bukanlah akulturasi yang terserap dari kebudayaan tetangga seperti Batak dan Minangkabau, tetapi kesenian dri warisan peradaban kerajaanPesisir yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli.Secara garis besar Kesenian Sikambang ada tiga, yaitu: Sikambang sebagai seni, Sikambang sebagai hiburan dan Sikambang sebagai fungsi sosial.Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah yang meliputi tahapan-tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah Kesenian Sikambang yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli dengan periodeisasi dari tahun 1990-2003.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sejarah perkembangan kota dan maritim sangat mewarnai corak kehidupan masyarakat dan kebudayaan di pesisir Tapanuli.Masyarakat Pesisir ini pada awalnya banyak berasal dari dataran Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan, tetapi karena telah tinggal berabad-abad di daerah pantai, kawin-mawin dengan orang-orang Aceh dan Minangkabau1

Seni budaya zaman dahulu seperti tari, lagu, pantun, randai

. Akibatnya, budayanya cenderung berbentuk budaya Melayu Islam. Sebahagian besar tidak lagi bisa berbahasa Batak, maupun mengamalkan budaya Batak. Gaya hidup sehari-hari dan pola hubungan antar masyarakat menggambarkan budaya dan norma yang dianut dan diyakini oleh masyarakat Pesisir Tapanuli.

2

dan talibun3

1

A. Hamid Panggabean, Bunga rampai Tapian Nauli: Sibolga, Jakarta: TujuhSekawan, 1995, hlm. 182.

2

Randai merupakan tarian cerita yangg dibawakan oleh sekelompok orang yg berkeliling membentuk lingkaran sambil bernyanyi dan bertepuk tangan

3

Talibun merupakan jenis puisi lama yang mirip dengan pantun.Jika pantun setiap bait terdiri atas empat larik, talibun satu bait terdiri atas enam larik atau lebih asalkan genap.

(14)

menciptakannya sedemikian rupa, hingga begitu syahdu sampai-sampai para nelayan terlena dibuatnya. Riak ombak yang lemah gemulai dan sekali-sekali berombak besar, menjadikan gerak tarinya lemah gemulai atau tiba-tiba menyentak keras antara instrumen dan vokal ditengah lautan. Inilah filosofi yang mendasari lahirnya musik Sikambang.

Setelah adanya lagu Sikambang berbentuk vocal, maka para nelayan mulai menyatukan dengan memukul papan pinggiran perahu sebagai instrumen. Pukulan pinggiran perahu diiringi dengan siulan pengganti melodi dan memukul besi-besi yang ada di perahu sebagai gong untuk tempo. Terciptalah satu kesatuan bunyi alami antara instrumen dan vokal di tengah lautan. Seiring perkembangannya, para nelayan mulai menciptakan gendang (gandang Sikambang) yang terbuat dari kayu bulat dan kemudian dilapisi kulit kambing, sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis dan diikat dengan rotan guna pengatur bunyi4

Pada abad ke-7 sampai pada abad ke- 14 orang India datang ke Pesisir Pulau Mursala dan Barus.Hal ini sesuai dengan temuan sebuah prasasti di Lobu Tua yang bertahunkan 1010 saka atau 1088 M tentang adanya perkumpulan pedagang Tamil di Barus yang ditemukan 1873

.

5

4

A. Hamid Panggabean,Op. Cit, hlm. 199.

5

Jane Drakard, SEJARAH RAJA-RAJA BARUS Dua Naska dari Barus, Jakarta: Angkasa, 1998, hlm. 17.

(15)

sisi. Setelah gandang batapik tercipta pula singkadau yang terbuat dari bambu, panjang 25 cm dengan tujuh lubang di atas. Masing-masing lubang berjarak 1 cm dan sebelah bawah terdapat 1 lubang. Lubang ini berfungsi untuk keserasian suara. Dengan terciptanya beberapa jenis alat musik, oleh para tokoh-tokoh kesenian Pesisir dibuatlah penggabungan bagi semua alat musik Sikambang, seperti :gandang batapik, singkadau, singkadu gong (canang) terbuat dari tembaga (carano) dipadukan dengan rebab serta harmonika.

Musik Sikambang selain menggabungkan berbagai alat musik juga menggabungkan tarian, senandung dan pantun sehingga oleh masyarakat pesisir Sibolga sering disebut sebagai Kesenian Sikambang. Kesenian Sikambang dilaksanakan pada upacara-upacara adat, perkawinan dan perayaan hari-hari bersejarah di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah sekitarnya. Sekitar tahun 1990 musik Sikambang masih sering dipertunjukkan. Hampir setiap ada pesta perkawinan selalu menggunakan musik sikambang sebagai hiburan. Itulah sebabnya penulis mangambil batasan diawalinya penelitian ini pada tahun 1990.

Menjelang tahun 2003 musik Sikambang sudah mulai tidak diminati Masyarakat Pesisir di Sibolga. Hal ini bukan karena tidak memiliki penerus, tetapi lebih akibat pengaruh dari perkembangan musik modern dan budaya Barat yang masukke Sibolga. Salah satu contoh musik adalah alat musik keyboard6

6

Maulia Purba, Musik Populer, Jakarta: PT Pustaka Karya Grafikatama, 2006, hlm. 20

(16)

musik Sikambang. Hal ini terlihat dari setiap acara – acara yang terdapat di Sibolga, misalnya : acara pesta pernikahan dan acara peringatan hari pariwisata Tapanuli Tengah dan Sibolga.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu hal yang penting dalam menuliskan skripsi ini.Rumusan masalah memudahkan penulis di dalam pengarahan pengumpulan sumber dalam rangka memperoleh data yang relevan7

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

. Inilah yang akan menjadi landasan penulisan nantinya pada bab-bab selanjutnya.

Adapun permasalahan-permasalahan yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembanganseni Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli sampai tahun 1990 ?

2. Bagaimana keberadaan seni Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli (1990- 2003)? 3.Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan seni Sikambang,

1990-2003?

Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian, maka hal selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan serta manfaat yang bisa ditarik dari penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

7

(17)

1. Menjelaskan perkembangan seni Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli hingga tahun 1990.

2. Menjelaskan keberadaan seni Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli (1990- 2003).

3. Menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertahankan seni Sikambang.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis dapat menjadi bahan rujukan bagi para sejarawan dalam menulis sejarah kebudayaan daerah.

2. Menambah wawasan pembaca mengenai Budaya Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli.

3. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat, mengenai perkembangan Budaya Sikambang.

1.4Tinjauan Pustaka

(18)

Arkeologi, Seni, dan Sejarah “, ( 1993 ), dan Mauli Purba dalam bukunya “ Musik Populer “, ( 2006 ).

Buku yang dituliskan oleh Abdul Hamid Panggabean yang berjudul “ Bunga Rampai Tapian Nauli: Sibolga “( 1995), menjelaskan tentang sejarah perkembangan kota dan kemaritiman Sibolga yang berpengaruh terhadap corak kehidupan masyarakat dan budaya Kota Sibolga. Buku ini juga memberi keterangan tentang kebudayaan Sikambang yang merupakan perpaduaan musik, tarian, senandung, dan pantun8

Gusti Asnan dalam bukunya yang berjudul “ Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera ” ( 2007 ), merupakan buku yang kedua yang memberikan keterangan – keterangan tentang hubungan yang terjadi di sepanjang Pantai Barat Sumatera, mulai dari Bengkulu, Padang, Natal, Padang Sidempuan, Sibolga dan Singkil. Daerah ini merupakan jalur perdangangan di wilayah pantai barat

. Di Kota Sibolga walau banyak terdapat etnis suku bangsa, terutama etnis Batak Toba,tetapi telah melebur menjadi satu budaya yang memperkaya perkembangan Seni Sikambang. Buku ini memberikan penulis inspirasi untuk menulis tentang perkembangan Seni Sikambang di Sibolga dari tahun 1990-2003 yang belum pernah ditulis secara rinci. Penulis berkeyakinan bahwa penulisan tentang Seni Sikambang sangat menarik,terutama seiring dengan pengaruh perkembangan budaya modern yang cukup banyak mempengaruhi Seni Sikambang.

9

8

Ibid, hlm. 199.

9

Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, Yogyakarta: Ombak, hlm. 28.

(19)

mempengaruhi perkembangan budaya yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli, terutama Barus yang merupakan pusat kota perdangangan di Pesisir Tapanuli. Hal ini menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis dalam menuliskan perkembangan SeniSikambang yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli.

Buku yang ketiga adalah buku karangan Muchtar Lubis dalam bukunya yang berjudul “ Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah “ (1993). Buku ini menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi suatu budaya berdasarkan kajian arkeologi, seni dan sejarah. Kaitan antara perkembangan ekonomi dan teknologi merupakan dasar yang mempengaruhi perkembangan suatu budaya. Selain itu juga buku ini menjelaskan tentang dampak dari suatu kebijakan politik pada para budayawan yang membatasi dalam berkarya10

Akhirnya, buku yang ditulis oleh Mauli Purba yang judul bukunya “ Musik Populer “ ( 2006 ). Buku ini menjelaskan tentang perkembangan musik – musik modern yang mulai dikenal dan berkembang di tanah air, seperti alat musik biola, terompet, bass, keyboard, gitar ( klasik dan listrik ), dan lain – lain yang merupakan alat musik dari Barat yang kemudian berkembang mewarnai ragam musik tradisional. Salah satu contohnya adalah musik keroncong yang ada di nusantara. Musik daerah

. Buku ini dijadikan penulis sebagai referensi karena memberikan informasi tentang tantangan-tantangan dalam suatu perkembangan budaya. Hal itu sangat membantu dalam merumuskan tentang penulisan perkembangan budaya Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli dari sudut arkeologi, seni dan sejarahnya.

10

(20)

merupakan keseluruhan musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan ciri KeIndonesiaan. Ragam musik nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop. 1.5Metode Penelitian

Dalam penelitian sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Pada umumnya disebut metode adalah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur atau teknik yang sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian11. Sejumlah sistematika yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu penelitian di dalam merekonstruksi kejadian pada masa lalu. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa masa lampau12

11

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hlm.11.

12

Louis Gottschalk, Op.cit, hlm. 32.

.

Tahap – tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah, antara lain :

(21)

Kritik sumber merupakan tahap yang kedua. Yang dimaksud dengan kritik sumber adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektifitas suatu penelitian. Dengan demikian sumber sejarah dapat digunakan untuk mendapatkan otentisifitas dan kredibilitas sumber. Dalam hal ini yang selalu diingat bahwa sumber itu harus : dapat dipercaya (credible), penguatan saksi mata (eyewitness), benar (truth), tidak dipalsukan (unfabricated), dan handal (reliable). Upaya yang dilakukan dalam kritik sumber ada dua yaitu: kritik eksternal adalah usaha mendapatkan keaslian sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber, dan kritik interel adalah kritik yang mengacu pada kebenaran sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, dan lain – lain.

Pada tahap yang ketiga adalah interpretasi. Interpretasi merupakan tahap dimana peneliti berusaha menghubungkan fakta, dan menyalinnya dalam pengertian logis dan rasional.

(22)

BAB II

PESISIR BARAT TAPANULI DAN SENI SIKAMBANG HINGGA TAHUN 1990 Pesisir Barat Tapanuli merupakan wilayah Sumatera Utara yang terletak pada sebelah barat Sumatera Utara, berada pada wilayah pantai maka secara umum masyarakat yang terdapat pada wilayah tersebut jelas heterogen. Bahasa, budaya dan adat istiadat yang ada pada wilayah Pesisir Barat Tapanuli jelas berbeda-beda. Hal itu karena, masyarakat di sekitar Pantai Barat Tapanuli telah menjalin interaksi perdagangan baik itu dari daerah Silindung maupun dari para pedagang asing yang dating ke Pesisir Barat Tapanuli.

Adapun yang dibahas dalam BAB ini, antara lain: gambaran umum Pesisir Barat Tapanuli, letak geografis, mata pencaharian masyarakat, kondisi social, budaya, agama, Kesenian Sikambang dan tujuan dari Kesenian Sikambang.

2.1 Gambaran Umum Pesisir Barat Tapanuli Dan Seni Sikambang Hingga Tahun 1990

(23)

Suatu kajian sejarah seni budaya dapat menyoroti keseluruhan perkembangan seni budaya disuatu daerah atau negara. Kajian akan aspek sejarah seni budaya meliputi beberapa komponen dari seni dan budaya. Komponen suatu kebudayaan merupakan unsur kebudayaan seperti sitem kepercayaan, sitem pengetahuan, sistem ekonomi, sistem kesenian, sistem komunikasi dan sistem organisasi sosial13

Seiring zaman setelah kerajaan di pesisir Barat Tapanuli hancur kesenian Sikambang masih dilakukan. Hal itu masih dapat dilihat sampai tahun 1990, dimana

.Suatu paparan sejarah kebudayaan yang menyeluruh akan memberikan paparan mengenai perkembangan budaya dengan segala unsur-unsurnya. Adapun yang dapat ditonjolkan dari sejarah kebudayaan adalah aspek perkembangan internal di dalam suatu masyarakat itu sendiri, misalnya hubungan pengaruh yang terjadi dengan pihak-pihak di luar masyarakat yang diteliti.

Dalam masyarakat pesisir Tapanuli terdapat suatu seni budaya yakni sikambang. Kesenian Sikambang juga tidak terlepas dari kaidah estetika, ideologi dan kekuatan-kekuatan sosial. Sikambang merupakan keseniankhas Pesisir Barat Tapanuli dan berlaku bagi masyarakat di Pesisir Barat Tapanuli. Kesenian Sikambang sering digunakan para raja-raja yang terdapat di sekitar Pesisir Tapanuli. Kesenian ini digunakan untuk acara adat kerajaan, seperti upacara perkawinan, penyambutan tamu undangan kerajaan dan pengukuhan seorang raja. Oleh karena itu, kesenian ini juga sering disebut kesenian para raja.

13

(24)

kesenian Sikambang masih dipergunakan oleh masyarakat di Pesisir Barat Tapanuli. Kesenian Sikambang pada saat itu dipergunakan oleh masyarakat pesisir untuk acara adat istiadat, upacara perkawinan, upacara sunat rasul ( khitan ), turun karai ( turun ketanah ), memasuki rumah baru. Hal itu masih terus berlangsung sampai akhir tahun 1990.

2.2 Geogrfis, Mata Pencaharian dan Penduduk

Secara geografis pesisir Barat Tapanuli terletak pada 1°11’00” - 2°22’0” LU dan 98°07’ - 98°12’BT, yang memiliki luas wilayah 6.194,98 km² yang terdiri atas darat 2.194,98km² dan laut 4.000 km². Secaratopografi wilayah pesisir Barat Tapanuli merupakan wilayah pantai, akan tetapi sebahagian besar wilayahnya perbukitan dan bergelombang. Dimana ketinggian mencapai 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut. Wilayah pesisir Barat Tapanuli Sebagianberbatasan denganlautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis. Secara klimatologi wilayah pesisir mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, diantara dua musim tersebut selalu diselingi oleh musim pancaroba.

Musim ini juga sangat berpengaruh pada aktivitas masyarakat pesisir. Biasanya bila musim hujan tiba masyarakat pesisir barat Tapanuli, umumnya para ibu akan bertanam padi disawah. Dan bila musin kemarau datang para ibu akan merebus ikan dan menjemurnya, selaian itu juga menjemur udang baring14

14

(25)

yang tak menentu. Karena angin besar atau badai sering terjadi. Beberapa jenis nelayan di Pesisir Barat Tapanuli dan cara menangkap ikan, antara lain:

A. Nelayan pamuke

Nelayan pamukke adalan nelayan yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap ikan dilaut yang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia untuk menarik jaring dan menangkap ikan tangkapannya.

B. Nelayan penjaring

Nelayan penjaring adalah nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan menggukan jaring yang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama-sama baik ditengah laut maupun ditepi pantai.

C. Puke tapi

Puke tapi adalah nelayan yang pekerjaanya menangkap ikan dengan menggunakan pukat di tepi pantai dengan mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejahuan 1 Km dari pantai.

D. Nelayan pamuge

(26)

E. Nelaya paralong-along

Nelayan paralong-along adalah nelayan yang membeli ikan dari nelayan pukke tapi dan nelayan pamuge lalu menjualnya secara menjajakan ikan pada masyarakat dikampung.

F. Nelayan panjamu

Nelayan panjamu adalah nelayan yang pekerjaanya membeli ikan dari nelayan pamuge lalu menjemur ikan sampai kering, setelah ikan kering maka akan dipasarkan kedaerah lain.

Selain sebagai nelayan masyarakat di Pesisir Barat Tapanuli juga ada yang bekerja sebagai PNS, Wirausaha, Pedagang, TNI, Pegawai BUMN, dan Polisi. Penduduk merupakan bagian aspek terpenting dalam pengembanganan pelaksanaan kebudayaan. Sebelum tahun 1990 wilayah Pesisir Barat Tapanuli telah ramai dikunjungi oleh para padagang dari berbagai etik. Enik tersebut awalnya datang ingin berdagang, tetapi lama kelamaan menjadi penduduk Pesisir Barat Tapanuli. Hal itu diketahui dari catatan para pelawat islam pada abad ke-7 dan portugis pada abad ke-16, dimana teluk tapanuli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera utara yang berpusat di barus15

15

Tengku Lucman Sinar, SH, Lintas Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara, Medan: Harian Waspada 23 Juni 1981.

(27)

Barat Tapanuli. Sistem perdagangan yang digunakan dengan melakukan barter dengan hasil hutan dan pertanian orang-orang dari Silindung.

[image:27.612.81.513.426.518.2]

Para etnik tersebut datang ke Pesisir Barat Tapanuli awalnya sebagai berdagang, akan tetapi mulai menetap. Bahkan ada yang telah melakukan perkawinan dengan penduduk yang ada di pesisir Barat Tapanuli. Inilah yang kemudian mempengaruhi budaya yang terdapat di pesisir Barat Tapanuli. Etnik – etnik yang terdapat di pesisir Barat Tapanuli antara lain: Minangkabau, Aceh, Batak, Cina, Tamil dan Melayu. Etnik minangkabau dan Batak sangat dominan di pesisir Barat Tapanuli, akan tetapi pengaruh Minangkabau lebih besar dari pengaruh Batak. Makanya tidak mengherankan bila bahasa sehari-hari yang dipergunakan di pesisir Barat Tapanuli hampir mirip dengan bahasa yang digunakan oleh etnik Minangkabau.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Pesisir Barat Tapanuli16

Tahun 1990 2000

Kota Sibolga 71. 895 82. 310

Tapanuli Tengah 323. 563 244. 679

2.3 Kondisi Sosial, Budaya dan Agama

Penduduk yang ada di pesisir barat tapanuli, khususnya kota sibolga dan kabupaten tapanuli tengah adalah etnik pesisir. Etnik sibolga tapanuli tengah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang awal keberadaanya sebagai suatu etnik di pesisir pantai barat sumatera utara, dimana kelompok masyarakatnya memiliki sejarah yang

16

(28)

panjanga sebagai suatu etnik tersendiri yaitu etnik pesisir. Sejarah yang panjang sebagai suatu etnik adalah dimana awal keberadaan dan terbentuknya etnik ini tidaklah terjadi begitu saja, melainkan telah melalui beberapa situasi dan kejadian tertentu seperti : kelahiran, kematian, penjajahan, perang, kejadian bencana alam dan perpindahan penduduk.

Salah satunya terjadinya peperangan antara aceh dengan kelompok masyarakat batak pada tahun 1523 sehingga banyak penduduk yang membuka permukiman baru kewilayah barat pesisir tapanuli. Hal tersebut menyebkan masyarakat batak dari silindung menyebar kewilayah barat sumatera utara. Salah satunya dari marga hutagalung yakni ompu Datu harimjom hutagalung. Marga ini membuka perkampungan disekitar aek doras yang mana kemudian berkembang dan membentuk kelompok masyarakat yang terstruktur dan di pimpin oleh kepala kampung (Raja). Lambat laun keadaan daerah terus menerus berkembang, terdapat juga kelompok masyarakat dari luar daerah seperti etnik mandailing, angkola dan minang. Tiga kelompok masyarakat tersebut menyebar kepesisir barat tapanuli selain dari factor perdagangan juga karena peperangan bonjol yang terjadi pada tahun 1700 yang dipimpin oleh tuanku Iman bonjol.

(29)

bersama disatukan yang kemudian menjadi etnik, inilah kemudian yang menjadi etnik pesisir sampai sekarang.

Beberapa kelompok masyarakat yang terdapat di pesisir barat tapanuli masih tetap mempertahankan etniknya sendiri, karena tidak ingin disebut sebagai etnik pesisir. Masing-masing etnik memiliki budaya, bahasa, serta adatistiadat yang berbeda. Untuk menjaga keharmonisan hubungan antar etnik dan antar tradisi yang berbeda-beda itu maka dibentukalah Forum Komunikasi Lembaga Antar Adat (FORKALA). Lembaga ini yang menjadi mediasi bila terjadi permasalahan-permasalahan etnik yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli. Selain lembaga tersebut juga terdapat lembaga-lembaga lain yang besifat kesukuan, seperti : Pagaruyuban Masyarakat Minangkabau Sibolga Tapanuli Tengah, Himpunan Masyarakat Aceh Singkil Sibolga Tapanuli Tengah, Himpunan Masyarakat Tionghoa Kota Sibolga dan Pujakusuma Kota Sibolga.

Selain kesenian Sikambang juga terdapat budaya-budaya lain. Kebudayaan itu merupakan budaya asli yang dibawa oleh etnik-etnik yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli. Salah satu contohnya kesenian wayang dan kuda lumping yang dimiliki Pujakusuma Kota Sibolga, tari piring dari etnik Minangkabau dan kesenian naga dari etnik Tionghoa Kota Sibolga Tapanuli Tengah yang kadang ditampilkan pada hari besar etnik Tionghoa. Karena banyaknya budaya dan bahasa yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera sehingga disebut dengan Negeri Berbilang Kaum.

(30)

kepercayaan dinamisme. Kepercayaan dinamisme yaitu suatu kepercayaan pada roh nenek monyang yang telah meninggal dan masih kekal bersama-sama di bumi ini untuk memperhatikan anak cucu keturunan mereka yang masih hidup. Roh nenek monyang ini perlu dijaga dan dijamu (diberi makan dan persembahan) agar mereka gembira dan membantu keturunan mereka ketika ditimpa kesusahan. Akan tetapi untuk sekarang agama Islam lebih dominan kita jumpai diikuti agama Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Budha. Walaupun zaman sudah moderen kepercayaan pada roh nenek monyang masih ada kita jumpai salah satunya masih ada masyarakat Pesisir Barat Tapanuli yang percaya pada tarsapo17

Kesenian Sikambang berasal dari nama seorang dayang Putri Rundu yang bernama Sikambang Bandahari. Secara umum masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah mengartikan Sikambang sebagai salah satu jenis kesenian pada masyarakat Pesisir, dimana kesenian tersebut bercorakkan petuah, berirama lagu, dan berwujud tari. Kesenian sikambang merupakan seni panggung yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli karena menggabungkan beberapa alat musik, tari dan dipertontonkan. Jumlah penarinya 4 orang, masing-masing berpasangan serta seorang pria yang bernyanyi. Untuk menjelaskan mengenai budaya dan adat istiadat yang terdapat di masyarakat pesisir Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Ilmu Antropoligi” (1979), ada 7 unsur yang membentuk suatu budaya dalam masyarakat yaitu: bahasa, teknologi, mata pencaharian, organisasi sosial, ilmu pengetahuan, kesenian

. 2.4 Kesenian Sikambang

17

(31)

dan agama18

Sebuah budaya tidaklah terlahir begitu saja, akan tetapi ada proses yang terdapat dalam penciptaannya. Budaya merupakan karakter dan jati diri suatu suku bahkan suatu Bangsa dan Negara. Budaya juga bisa jadi pemersatu bangsa yang menumbuhkan semangat Nasonalisme. Dalam pengalaman Indonesia, kemajemukan etnisitas dan potensi konfiknya dapat segera diatasi oleh faktor Islam sebagai agama mayoritas penduduk. Islam menjadi bagian tradisi lokal dan fokus menjadi kesetiaan yang mengatasi identitas dan kesetiaan etnisitas. Dengan demikian, kedatangan dan perkembangan islam di Indonesia tidak hanya menyatukan berbagai kelompok etnik dalam pandangan keagamaan, tetapi juga dalam aspek-aspek penting seperti bahasa dan tulisan

. Akan tetapi, Dalam pembahasan ini penulis akan membahas beberapa unsur-unsur kesenian Sikambang yang menjadi unsur yang membentuk budaya seperti: bahasa, tari, musik, pantun dan talibun.

2.4.1 Awal Terbentuk

19

Dalam masyarakat Pesisir Barat Tapanuli tumbuh dan berkembang suatu budaya yang disebut dengan Sikambang. Kebudayaan Sikambang yang terdapat dan berkembang di Pesisir Barat Tapanuli, terkhususnya di dua daerah Sumatera Utara, yakni Kota

. Hal itu diperkuat olah temuan sejarah yang terdapat di Lobu Tua sebuah nisan bertuliskan bahasa Arab dan Makam Papan Tinggi serta Makam Mahligai yang terdapat di Barus. Dari temuan sejarah tersebut sangat jelas bahwa perkembangan budaya yang terdapat di Pesisir Barat Tapanuli di pengaruhi oleh islam.

18

Ibid, hlm. 334.

19

(32)

Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan kebudayaan asli pesisir. Budaya sikambang tercipta oleh masyarakaat pesisir dengan menyesuaikan alam Pesisir Barat Tapanuli yang berpantai dan bergelombang.

Masyarakat pesisir adalah satu komoditas dan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat pesisir yang berkelangsungan. Masyarakat pesisir di Tapanuli yang membentuk komoditas pesisir dengan menggunakan bahasa pesisir sebangai bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat pesisir di Tapanuli. Haji Raja Jafar Hutagalung dalam bukunya (tata cara pelaksanaan perkawinan dalam adat istiadat pesisir sibolga dan sekitrnya: 2004) mengatakan bahwa masyarakat pesisir adalah suatu struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak mendapat pengaruh dari masyarakat yang heterogen yang tinggal sekitar pesisir pantai. Masyarakat pesisir memiliki budaya yang dikenal dengan sebutan Sikambang.

(33)

dengan ratunya Putri Rundu20

Dalam peperangan itu Raja Sanjaya dari Jawa berhasil menahlukkan Kerajaan Barus. Raja Jayadana tewas dan istrinya Putri Rundu berhasil ditawan. Putri Rundu sengaja ditawan karena tidak mau dipersunting secara baik-baik. Hal itu karena, Raja . Asal mula Kesenian Sikambang ada 2 versi yaitu dari legenda Putri Rundu dan dari seorang nelayan yang melaut di pulau Mursala. Informasi pertama mengatakan Kesenian Sikambang berawal dari Kepulauan Mursalah saat Ratu Putri Rundu melarikan diri dari kejaran para musuhnya. Dimana kita ketahui sejak abad ke 7 sampai abad ke 8 Barus telah menjadi pusat perdagangan dunia. Kerajaan Barus yang diperintah oleh Raja Jayadana merupakan kerajaan islam pertama di daerah Tapanuli, dimana pusat pemerintahannnya terletak di Kota Guguk dan Kota Beriang. Kerajaan Barus merupakan penyuplai komoditi langkah yang dibutuhkan pada zamannya. Adapun barang komoditi dari Barus yakni kapur barus (Haboruon) dan kemeyan (Benzoin).

Bersamaan dengan datangnya para saudagar dan pemerintahan negeri asing ke Barus semakin terkenallah berita mengenai kecantikan sang permaisuri. Beberapa raja yang terkesima mendengar berita itu kemudian berspekulasi hendak merebut Putri Rundu. Raja-raja yang kesemsem dengan asmara dengan Putri Rundu antara lain Raja Janggi dari Sudan dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram. Dua kerajaan besar tersebut menggelar kekuatan perang untuk mendapatkan dua kemungkinan antara lain: menguasai Kerajaan Barus dan mendapatkan sang permaisuri Kerajaan Barus.

20

(34)

Sanjaya beragama hindu sedangkan Kerajaan Jayadana dikenal sebagai kerajaan islam, dan ini yang menjadi prinsip putri rundu menolak. Tetapi rupanya diam-diam Raja Janggi menghimpun kekuatan dan menyerang pasukan Sanjaya secara tiba-tiba, pasukan Sanjaya panik oleh karena pertempuran baru terjadi di wilayah Barus membuat Kota Gugu dan pusat istana kerajaan porak poranda. Sementara raja Janggi berhasil mengalahkan pasukan Sanjaya. Sekelompok pengawal setia yang tersisa dari istana kerajaan Jayadana bersama para dayang-dayang mengamankan ratu Putri Rundu dari kerajaan raja Janggi ke Pulau Mursalah.

Dalam pelarian ini peralatan yang dibawa Putri Rundu berceceran sepanjang pulau, maka dinamailah pulau-pulau terebut sesuai nama barang yang tercecer, antara lain: Pulau Tarika (dari setrika yang jatuh), Pulau Baka atau Pulau Bakka (dari bakul yang jatuh), Pulau Situngkus (dari nasinya yang sebungkus yang jatuh), Pulau Sendok (dari sendok yang jatuh), Pulau Panjanng (dari selendang panjang yang jatuh), Pulau Talam (dari talam yang jatuh), Pulau Karang ( dari sebuah karang yang dibawa putri saat melarikan diri yang kemudian terjatuh), Pulau Lipat Kain (dari kain yang terlipat yang terjatuh), Pulau Putri ( tempat putri rundu melompat ke laut).

(35)

brutal raja-raja yang zalim, menyesali dirinya yang tak kuasa mempertahankan keselamatan Putri Rundu. Ratapan Sikambang yang memanjang inilah yang manjadi asal mulanya budaya Sikambang pesisir di Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Sumber lain yang menyebutkan bahwa kesenian Sikambang berawal dari seorang nelayan yang sedang melaut disekitar Kepulauan Mursalah. Tiba-tiba dia mendengar alunan-alunan lagu yang menyentuh keperasaannya sehingga nelayan tersebut terdiam untuk mendengarkan lagu tersebut yang akhirnya terbawa tiba di daratan Desa Jago-Jago, nelayan tersebut menyanyikan kembali alunan lagu yang baru didengarnya saat melaut di Pulau Mursalah, kemudian tetangga yang lain mendengar lagu nelayan tersebut dan bertanya langsung pada nelayan yang sedang menyanyikan alunan lagu tersebut dan bertanya tentang lagu apa dan siapa penyanyinya lantas nelayan tersebut mengatakan bahwa saat melaut di Pulau Mursalah dia mendengar lagu itu disitu tapi dia tidak tahu siapa penyanyinya. Maka pada hari berikutnya nelayan tersebut mencoba mencari sumber suara alunan lagu yang dia dengar saat melaut ternyata suara yang dia dengar saat melaut adalah suara seorang putri yang sedang menidurkan bayinya.

(36)

mengulang lagu dari pemuda itu21

21

Wawancara dengan bapak Chairul Siregar, seorang nelayan sekalugus seniman Sikambangdi Desa Jago-Jago pada tanggal 5 Mei 20 12 tepatnya pukul 10:21 WIB

. Namun sesungguhnya itu tidak terlepas dari akulturasi budaya yang menambal sulam kebudayaan asli dengan kebudayaan baru dari berbagai komoditas suku yang memepengaruhinya. Itulah sebabnya pengaruh tersebut tidak sama validitasnya dengan apa yang dialami oleh masyarakat pesisir yang terdapat di Nias dan Natal.

Pesisir sebagai suatu komoditas tetap sah (legal) sebagai satu unsur induk paguyuban. Meski sebahagian masyarakat Tapanuli Tengah dan Sibolga masih menggunakan budaya asli (orginal), tidak berarti komoditas masyarakat lain yang menggunakan induk asli pesisir tidak sah. Kebudayaan dan peradaban tidak kaku, ia bergerak sesuai dengan arus zaman karena setiap zaman telah dikonsep sesuai pola. Dimasa sekarang ini konsep pembauran komoditas sangat begitu populer, sehingga sulit untuk memastikan mana keturunan pesisir asli dan mana pendatang. Sejauh mana kebudayan asli sanggup bertahan dengan pengaruh kebudayaan asing yang diemban pendatang, maka sejauh itu pula komoditas itu menyandang diri sebagai pemilik budaya asli.

(37)

2.4.2 Unsur-Unsur Kesenian Sikambang A. Bahasa Pesisir

Bahasa adalah suatu alat komunikasi masyarakat dalam menyampaikan maksud dan tujuan baik secara lisan maupun tulisan sehingga tercapai maksud saling mengerti. Mengetahui bahasa suatu suku bangsa tentu perlu juga untuk mengetahui penuturan tersebut sehingga mudah bagi seseorang untuk beradaptasi terhadap budaya suku bangsa yang menuturkan bahasa agar komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik.

Bahasa Pesisir adalah bahasa yang dipergunakan masyarakat Tapanuli Tengah dan kota Sibolga sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun dilingkungan. Namun sangat disayangkan sekali bahwa tulisan-tulisan masyarakat pesisir belum pernah ditemukan sampai saat ini karena masyarakat pesisir mempergunakan tulisan pada zaman dulunya dengan tulisan Arab gundul yang tidak mempunyai tanda-tanda atau baris atas dan bawah. Berikut contoh kata penuturan dalam bahasa pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, antara lain :

Aya artinya orang tua laki-laki ( ayah kandung)

Umak artinya orang tua perempuan (ibu kandung) Pak Tuo artinya abang kandung ayah

Mak Tuo artinya kakak kandung ayah Mamak artinya paman (adik ibu laki-laki) Angku artinya kakek

(38)

Memang jika dilihat dari sejarah dan tatabahasa yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga cenderung lebih dekat ke Minangkabau dari pada Tapanuli. Hal ini karena pada zaman Belanda, wilayah ini memang masuk dalam Resident Minangkabu.

B. Musik

Musik merupakan suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik pula adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.

Adabanyak sekali pendapat para tokoh tentang perngertian musik. Sebab pengertian musik tidak dapat disama-ratakan, karena setiap orang memiliki pandangan tersendiri tentang apa yang disebut dengan musik menurut pengalamannya masing-masing. Berikut adalah pendapat para ahli tentang apa yang dimaksud dengan musik :

(39)

masyarakat.Menurut Boedhisantoso, S. dalam buku (Kesenian dan Nilai-nilai Budaya : 1982) dan Melalotoa dalam dalam buku (Pesan Budaya dalam Kesenian: 1986 ), Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat.

Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak halus seseorang. Musik telah banyak dikaji oleh para pemikir, kaum agama, pendidik, dan teoretikus seni, selain sebagai seni musik banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari tradisi, adat, hiburan, maupun pendidikan. Sebagai mana juga yang terdapat di pesisir barat tapanuli juga memiliki musik yang dikenal dengan budaya sikambang. Sebagaimana telah dipaparkan pada bab satu bahwa cikal bakal alat musik berawal dari riuk ombak dan pukulan-pukulan pendayung nelayan pada tepian perahu , akan tetapi sejak kedatangan bangsa india ke daerah pesisir pada tahun 108822

Lambat laun para nelayan juga menciptakan sebuah gendang yang disebut dengan gendang sikambang. Setelah tercipta gendang tercipta pula singkadu yang terbuat dari bambu dengan panjang 25 cm dan memiliki 7 lobang diatas dan dibawa terdapat sau lobang yang berfungsi sebangai keserasian suara. Para tokoh kesenian sikambang pesisir

M alat musik sikambang mulai berkembang dengan terciptanya sebuah gendang yang terbuat dari kayu bulat yang dibalut dengan kuit kambing dan diikat dengan tali rotan, gendang ini dikenal dengan gendang batapik.

22

(40)

dibuatlah penggabungan alat musik sikambang yakni: gendang sikambang, gendang batapik, singkadu, biola, carano dan acordion. Alat musik sikambang yang digunakan pada mulanya sebagai persembahan pada raja dan acara-acara besar raja. Ada pun alat-alat musik pesisir yang digunakan sampai sekarang antara lain:

• Gendang sikambang berfungsi sebagai Mat (Tempo)

• Gendang Batapik berfungsi sebagai penyelaras ritme dari gendang sikambang

• Biola berfungsi sebagai pembawa melodi lagu

• Singkadu ( sejenis seruling kecil ) berfungsi sebagai pembawa melodi

• Carano (sejenis mangkuk) berfungsi sebagai penentu mat (tempo)

C. Tarian

Tarimerupakan gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga. Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.

(41)

Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus.Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis kedua tokoh pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.

Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari. Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis.

(42)

Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.

Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.

(43)

Tari Saputangan

Tari sapu tangan dengan lagunya nyanyian kapri merupakan lambang romanrisme. Dimana tari ini menceritakan tentang perkenalan sepasang muda-mudi dalam mengikat persahabatan, perlambang keterbukaan dan etika sosial. Dari perkenalan inilah timbul rasa cinta, maka untuk mengikat rasa cinta ini terjalinlah pertukaran saputangan sebagai mana yang digambarkan dalam tari saputangan. Tari saputangan selain tari perkenlan juga merupakan tari pembuka dalam pertunjukan sikambang. Hal itu dinyatakan pada syair pantun tari saputangan :

Ambil parang pamancung talang

Selasih berhurai daun

Habis daging tinggallah tilang

Kasih ditolak sampai belum

Air ditebang tebing runtuh

Selasih digemgam mati

Baju dan kain dipakai lusuh

(44)

Tari Payung

Pada umumnya tari payung sudah lama dikenal masyarakat indonesia, terutama masyarakat melayu deli dan minangkabau. Tapi bagi masyarakat pesisir kota sibolga dan kabupaten tapanuli tengah, tari payung mempunyai kisah tersendiri. Gerakan langkanya pun berbeda dan terasa istimewah, bahkan gerakan tangan dan lentik jari tangan tidak serupa dengan gerakan tari payung dari daerah lain. Tari payung dengan nyanyian kapulo pinang mengambarkan kisah pertunangan (peminangan) setelah terjalin cinta diantara dua insan untuk melangsungkan pernikahan. Sehingga untuk menunjukkan rasa sayangnya pada gadis pujaan dipayungilah kekasihnya tadi. Suatu hari ketikasang suami hendak meninggalkan istrinya untuk pergi berlayar mencari nafkah di negeri orang dengan mempergunakan sebuah kapal membawa dagangan dari pulau poncan ke pulau pinang.

Kok berlayar ka pulo penang

Ambil aluan si timur laut

Kok berlayar hati indak sanan

Ai mato sepanjang laut

Pulo penang ainyo dare

Banaklah batang lintang bulintang

Pulo penang dunianyo kare

(45)

Tari Salendang

Tari salendang merupakan tari pertunjukan saat melangsungkan acara pernikahan. Tari salendang dengan nyanyian lagu duo menceritakan setelah acara peminangan selesai maka diadakanlah acara pernikahan. Gerakan langkah dan jari tari salendang cenderung lembut dan pelan sebangai mana maksud dari tersebut. Lagu duo biasanya dimainkan oleh dua orang pria dan seorang wanita. Akan tetapi, dalam pertunjukan sikambang tari salendang lagu duo dinyanyikan oleh seorang pria saja dengan empat wanita sebangai penari. Lirik syair lgu duo sebagai berikut:

Radam-radam disangko pulo

Urang dipulo manjaring udang

Rindu dendam lawan baguro

Jikalau mati tabaring sorang

Samakin lamo samakin tapinggi

Dalam bacampur ai rewang

Samakin lamo samakin tapikki

Dendam bacampu hati cewang

Tagangan ai di dalam sawah

Tampe urang batanam padi

Liek di tolan jaring labah

Baitu kusut hati kami

Labek hujan di pulo mursala

Kambang bunga parautan

Ujan di langik punyo salah

(46)

Tari Anak

Tari anak dengan nyanyian sikambang melambangkan rasa syukur dan gembira karena telah memiliki anak. Setelah hampir satu tahun menikah, istrinya melahirkan seorang anak. Betapa bahagianya hati suami istri itu sehingga sulit dilukiskan dengan kata-kata. Engan kegembiraan anak tersebut digendong oleh mereka berganti-gantian dan ditimang-timang. Tetapi mujur tidak dapat diraih malanng tidak dapat ditolak, tiba-tiba anak tersebut jatuh sakit. Terburu-buru suami istri membawa anak ke rumah orang tua mereka dan dari sana dibawa berobat ke dukun.

Tari anak ini mengkisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai daro kegembiraan hati menyambut kelahiran sibuah hati, sampai pada perjalanan berobat kerumah dukun dan cara – cara pengobatannya. Lirik syair tari anak dengan nyanyian ayun tajak:

Ayun tajak buaikan tajak

Tajak palembang dari jawa

Ayun anak buaikan anak

Anak setimbang dengan nyawa

Sudah masak mentimun dandang

Masak membujur dalam padi

Lekas-lekas si buyung gadang

(47)

Keempat tari diatas merupakan hal yang utama dalam pertunjukan sikambang, akan tetapi dalam pagelaran atau pertunjukan budaya sikambang tidak semua tari dipertunjukan. Adapun tari sikambang yang lainnya yaitu:

Dampeng adalah suatu pertunjukan saat mengarak (mengantarkan) marapulai ke

rumah anak daro, dimana saat mempelai berangkat gendang pun ditabuh dan nyanyian-nyanyian merdu diperdendangkan. Inti syairnya seolah memberi tahu kepada orang banyak bahwa dari rumah itu atau dari kampung itu sedang diberangkankan seorang raja (marapulai) hendak pergi ke medan perang.

Gelombang dua belas(Gala Duo Bale) adalah gerakan yang menyerupai pencak

silat, pesertanya 24 orang berbaris dua dihalaman rumah penganten wanita untuk menyambut kedatangan mempelai pria, dari pihak mempelai pria juga menyediakan gelombang dua belas melayani hal yang sama yang diadakan pihak penganten wanita, maka tampak peserta seakan berkelahi dalam antraksi pencak silat. Akan tetapi, bila tidak sanggup mengadakan gelombang dua belas bisa mengadakan gelombang sembilan (Gala Sambilan) dimana pesertanya sbanyak 12 orang. Perbedaannya selain jumlah juga pada pemotongan hewan. Jika gelombang dua belas harus memotong kerbau dan kambing sedangkan gelombang sembilan hanya memotong kambing saja.

Talibun adalah sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan pada kedua

(48)

datang. Menurut ketentuan adat istiadat sebelumnya, bertalibun terlebih dahulu menghidangkan kue-kue kering kepada rombongan kesenian yang akan menghibur malam hari. Yang mengambil kue diwajibkan menyayikan talibun, hal itu karena yang memakan kue telah berhutang budi kepada yang mempunyai hajat. Hutang tidak dapat dibayar dengan uang tetapi membayarnya dengan nyanyi talibun.

Tari Adok disebut juga tari adat dipertunjukan pada acara pernikahan keluarga

raj-raja/bangsawan. Bisanya dahulu mengaturkan sembah pada kedua memplai seraya memohon maaf, jika sekiranya nanti terdapat kesalahan-kesalahan sewaktu menari.

Oleh sebab itu, tari terlahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.

(49)

dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaa ritmis.

Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.

D. Pantun

Pantunmerupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa- bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasaSunda dikenal sebagai paparikan (cerita panjang yang bersajak dan diiringi oleh musik ). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (empat baris)biladituliskan, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b.Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yangtertulis.

Menurut Dr. R. Brandstetter, berbangsa Swiss yang merupakan seorang ahli dalam perbandingan bahasa berkata bahawa pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara misalnya dalam bahasa Pampanga.

Tuntun bermaksud teratur; dalam bahasa Tagalog

Tonton berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa Kuno,

(50)

atuntun yang berarti teratur dan

matuntunyang berarti memimpin.

Dalam bahasa Toba pantun bermaksud kesopanan atau kehormatan. Dalam bahasa Melayu pantun bermaksud quatrain yaitu sajak berbaris empatdengan rima a-b-a-b.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bahagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam dan biasanya tidak punya hubungan dengan bahagian kedua yangmenyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isiyang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Kesenian pesisir kota sibolga dan kabupaten tapanuli tengah juga memiliki seni berpantun. Hal itu, tidak dapat dipungkiri karena kebanyakan syair-syair dalam nyanyian sikambang berupa pantun. Berikut contoh pantun dalam syair tari perak-perak :

Ala tadanga bunyi kutilang

Bunyi tadanga sampe ka tapian

Malam bakiro raso hilang

Siang bakiro raso kamatian

Terserak padi karan balam

Dengan ayak saja ditepisi

Remuk redam hati di dalam

(51)

Dua sajak diatas menceritakan suatu derita yang dialami oleh seseorang. Jika diperhatikan dengan seksama betapa kuatnya makna dari kedua pantun. Lihat pada pantun pertama baris 3 dan 4, menceritakan kesedihan seseorang karena kehilangan yang seorang yang dikasihi. Begitu juga pada pantun kedua baris 3 dan 4dimana dikatakan kalau sakit hati denga tawa saja diobati

E. Sumando

(52)

Bagi masyarakat batak yang masih memegang teguh dalihan na tolu menjadikannya suatu aturan dalam tatanan adat, sehingga baik sengaja maupun tidak sengaja akan dihadapkan pada sanksi adat. Hal ini karena, dalihan na tolu merupakan inti dasar kebudayaan batak yang menjadi acuan bagi kehidupan masyarakat batak. Bahkan terdapat suatu ungkapan bahwa apabila sekelompok orang batak meninggalkan dalihan na tolu, mereka dianggap hidup dalam lingkungan pinahan.

Sistem dalihan na tolu ini masih dipengang teguh oleh masyarakat batak terutama masyarakat batao toba-silindung. Suku-suku batak lainnya seperti angkola, mandailing, dairi, karo simalungun dan pesisir, masih memegang sistem kekeluargaan ini dalam kadar yang berbeda-beda. Di pesisir misalnya, hubungan dongan tubu, hula-hula dan boru masih tetap dipertahankan, namun tidak lagi terlalu terikat pada sistem marga hal inilah yang disebut dalam masyarakat Pesisir Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai sumando. Sumando pesisir merupakan suatu kesatuan dalam hal ini pertambahan dan pencampuranstu keluarga dengan keluarga lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum islam dan disahkan dengan memakai upacara adat pesisir.

(53)

karena, orang sumando mempunyai motto: “ bulek ai dek di pambuluh, bulek kato dek mufakat. Dek saiyo mako sakato, dek sakato mangko sepakat” ( bulat air karena wadah, bulat kata karena mufakat. Karena se iya maka sekata, kerana sekata maka sepakat ). Asal mulanya adat sumando berasal dari pulau poncan, karena permukiman masyarakat pesisir awalnya terebar di pulau-pulau sekitar teluk Sibolga. Selain Pulau Mursalah, Pulau Poncan juga ramai penduduknya. Dikisahkan oleh seorang pemuda Melayu Minangkabau mencintai seorang gadis (boru) batak yang tinggal di Pulau Poncan. Keduanya mempunyai adat yang berbeda, walau sama-sama menganut agama islam. Sang pemuda berhari-hari menunggu jemputan dari si pemudi karena menganut sistem matriniel, sedangkan si pemudi setiap waktu menanti pinangan dari sang pujaan karena menganut sitem adat yang bersifat patrineal. Ada penantian yang melelahkan dari masing-masing pihak yang tak kunjung tiba. Bahkan ketika langkah-langkah hendak melakukan pernikahan tidak dapat dilangsungkan, hai ini karena pemuda menganut adat Minangkabau.

(54)

minangkabau dan adat batak. Hal-hal yang baik diterima dan yang tak sesuai dengan tata krama dan sikap hidup sehari-hari diabaikan.

Adapun ketentuan-ketentuan sumando dari hasil permufakan tersebut antara lain: 1.Pernikahan dapat terjadi apabila pria meminang wanita terlebih dahulu dengan

menyerahkan sejumlah uang atau barang. Uang atau barang disebut jinamu sebagai tanda pengikat, bahwa pada waktu tertentu akan dilangsungkan penikahan nantinya dengan melakukan ijab qabul di hadapan wali saksi. Adat sumado tidak mengenal tuhor atau jujuran seperti dalam pernikahan adat batak.

2.Tanggung jawab rumah tangga dan keluarga berada pada pihak pria. Anak yang dilahirkan memakai marga dari suku orang tua laki-laki.

3.Mengenai pembagian harta pusaka berlaku pribahasa berjenjang naik, bertanggaturun yang artinya jumlah pembagian harta pusaka yang diterima tergantung pada jauh dekatnya hubungan kekeluargaan, namun demikian harta pusaka tempat tinggal (rumah) di utamakan menjadi bagian hak wanita.

4.Apabila terjadi perceraian diantara suami istri maka suami meninggalkan rumah kediaman sedangkan istri tetap tinggal menempati rumah itu. Mengenai harta bawaan yang diperoleh selama pernikahan (harta gono-gini) ditentukan kemudian.

Dengan perpindahan penduduk poncan ke Sibolga pada tahun 188023

23

A. Hamid Panggabean, op. Cit., hlm. 193

(55)

hubungan di Sibolga Putra Datuk Pasar dinikahkan dengan Putri Kuria Sibolga. Kepala kuria Sibolga menganut adat Batak, sedangkan Datuk Pasar menganut adat Minangkabau. Untuk melangsungkan pernikahan sebagaimana sebelumnya adat yang digunakan adalah adat sumando. Bukan adat Batak atau adat Minngakabau. Peraturan dalam adat pernikahan yang menyatukan masyarakat pesisir yaitu adat sumando, yang memiliki arti data besan berbesan dan telah disahkan oleh Resuden Conprus ( Belanda ) pada tanggal 1 Meret 185124

Suatu budaya yang tercipta atau yang terlahir jelas memiliki suatu tujuan, baik itu tujuannya berupa moral, aturan, hukum dan adat. Hal itu tidak terlepas dari pengertian budaya itu sendiri yakni merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarikan dari generasi ke generasi. Budaya adalah suatu pola hidup yang menyeluruh dan bersifat kompleks, abstrak dan luas. Tujuan orang melakukan kegiatan seni sebagai langsung maupun antara. Dikatakan sasaran

. Inilah yang kemudian berkembang ke seluruh daerah tapanuli tengah termasuk sibolga yang menjadi pusat pemerintahan saat itu.

Istilah kata sumando berasal dari kata batak yakni kata suman yang berarti serupa atau sama, yang kemudian dalam pemakaian bahasa batak dipasuman-suman atau nadi pasuman-suman yang berarti disama-samakan atau yang disamakan. Kemudian kata suman ini menjadi sumando yang artinya hampir serupa atau hampir sama tetapi tidak sama dengan adat minangkabau dan adat batak.

2.5. Tujuan dari Budaya Sikambang

24

(56)

langsung apabila penikmatan seni memang menjadi tujuan utama, sedangkan sasaran itu dikatakan sebagai sasaran antara apabila tujuan utama dari kegiatan bersini itu aalah esuatu di luar penikmatan seni itu sendiri, misalnya pencapaian tujuan-tujuan keagamaan.

Budaya sikambang tercipta untuk dipergunakan acara adat istiadat, upacara perkawinan, upacara sunat rasul (khitanan), turun karai (turun ketanah), penyambutan, penobatan, memasuki rumah baru, peresmian dan pertunjukan kesenian/ pegelaran. Kesenian sikambang pada umumnya tidak pernah dipergunakan pada upacara keagamaan dan penyembahan berhala.

Sangat jelaslah bahwa kesenian sikambang hanya diperuntukan pada acara serimonial, tidak pada acara keagamaan apalagi sampai pada penyembahan berhala. Secara garis besar tujuan kesenian budaya sikambang dapat digolongkan antara lain:

1. Sikambang sebagai seni

(57)

2. Sikambang sebagai hiburan

Kesenian Sikambang juga bertujuan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat pesisir yang terdapat di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Kehadiran Kesenian Sikambang yang berpadu dengan berbagai alat musik menjadikan Kesenian Sikambang menjadi satu kesatuan musik, sehingga begitu indah bila didengarkan. Adapun alat-alat musik Kesenian Sikambang antara lain: gendang Sikambang, gendang batapik, singkadu, carano, biola dan sebahagian ada yang menggunakan accordion.

Hal inilah yang menjadikan Kesenian Sikambang sering dipertunjukan saat upacara adat perkawinan di Pesisir Barat Tapanuli. Seiring waktu Kesenian Sikambang dijadikan sarana hiburan bagi masyarakat pesisir. Adapun pelaksanaannya dilakukan setelah akad nikah dilaksanakan. Biasanya setelah akad nikah selesai akan dilanjutkan dengan Kesenian Sikambang yang dimulai pukul 21.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB.

3. Sikambang sebagai fungsi sosial

(58)

BAB III

EKSISTENSI BUDAYA SIKAMBANG, 1990-2003

Suatu kajian sejarah kebudayaan dapat menyoroti keseluruhan perkembangan kebudayaan disuatu daerah atau negara. Kajian akan aspek sejarah kebudayaan meliputi beberapa komponen kebudayaan. Komponen suatu kebudayaan merupakan unsur kebudayaan seperti sitem kepercayaan, sitem pengetahuan, sistem ekonomi, sistem kesenian, sistem komunikasi dan sistem organisasi sosial.suatu paparan sejarah kebudayaan yang menyeluruh akan memberikan paparan mengenai perkembangan budaya dengan segala unsur-unsurnya. Adapun yang dapat ditonjolkan dari sejarah kebudayaan adalah aspek perkembangan internal di dalam suatu masyarakat itu sendiri, misalnya hubungan pengaruh yang terjadi dengan pihak-pihak di luar masyarakat yang diteliti.

(59)

Cara manapun yang akan diambil, suatu konsep yang utama harus ditangani dengan benar dalam suatu kajian sejarah kebudayaan adalah konsep gaya seni (style of art). Bagaimana pun, yang akan dilihat perkembangannya adalah gaya seni itu sendiri. Sesudah itu, aspek untuk menjelaskan mengenai perkembangan gaya seni adalah faktor pendamping yang dapat dijadikan variasi antara lain:

1. Teknik dan kaidah estetika.

2. Ideologi ( dari konsep keagamaan hingga paham politik ). 3. Kekuatan-kekuatan sosial ( gotong royong )

(60)

Pincalang yakni kapal layar sebagai bagian hidup dari masyarakat pesisir yang berada di tepi pantai, dekat dan menyatu dengan Samudra Indonesia dan lautan lepas.

Kapal layar (pincalang) sebagai pemersatu daerah pesisir Pantai Barat Sumatera25

25

Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, Yogyakarta, Ombak, hlm 40

dan bagian dari kehidupan manusia seiring dengan alam yang memiliki gelombang ombak bergulung-gulung, saling sambung-menyambung dan bersahutan melahirkan nyanyian syahdu. Riak dan deburan ombak yang lemah gemulai dan terkadang keras dan besar memecah karang di tepi pantai melahirkan gerak tari yang lemah gemulai akan tetapi bisa saja tiba-tiba menyentak keras.

(61)

Kesenian Sikambang ditampilkan ketika upacara perkawinan adat Sumando, ketika penyambutan tamu yang dihormati, ketika memasuki rumah baru dan semua aktivitas kehidupan masyarakat pesisir ditampilkan kesenian Sikambang, terkecuali pada upacara keagamaan.Akan tetapi, seiring perubahan zaman dan perkembangan teknoligi lambat laun kesenian sikambang mulai redup. Untuk masyarakat pesisir yang ada di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah penggunaan adat sumando dan kesenian sikambang sudah mulai jarang. Hal itu terlihat jelas pada setiap acara pernikahan dan acara-acara sakral lainnya. Kesenian Sikambang mulai ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik keyboart, inilah awal kemunduran Kesenian Sikambang di Pesisir Barat Tapanuli. Adapun penyebab kemundurannya akan dibahas di bawah ini.

3.1Proses Kemunduran

(62)

tersebut terutama pada perkembagan budaya sikambang. Sejak 1999 sampai 2000 keberadaan budaya sikambang sangat kritis hal ini karena finansial atau pengupahan seniman sikambang yang mahal. Sejak itu masyarakat pesisir Sibolga dan Tapanuli Tengah mulai beralih pada alat musik keyboart sebagai alat hiburan. Pemakaian keyboart semakin luas pada masyarakat Pesisir Barat Tapanuli, khususnya di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah dari pada memakai alat musik tersebut dari pada sikambang. Hal ini karena, musik keyboart dianggap lebih efisian dan bisa menghemat pengeluaran. Hampir setiap hari minggu pada acara perkawinan yang terdapat di Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah menggunakan musik keyboart sebagai sarana hiburan, bahkan tak jarang penikmat musik keyboart menyewa sampai malam. Melihat kondisi ini akan sangat memprihatinkan pada perkembangan sikambang. Secara tidak langsung hal ini akan mengikis kebudayaan sikambang dari ingatan masyarakat dan lambat laun akan hilang. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi.

3.2Faktor-Faktor Kemunduran

(63)

3.2.1 Perkembangan Budaya Modern

Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada global

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Pesisir Barat Tapanuli16

Referensi

Dokumen terkait