P E DOMAN
P E LAYA NAN G I Z I
LAN J UT US IA
Perpuctekaan Depkes,_
No. Induk 5^6^^Ib, A la
gi. Tari „a ... .
Dapat Dari
....
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INONESIA
KATA PENGANTAR
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat , sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang kesehatan . Peningkatan derajat kesehatan ini akan berdampak pada peningkatan umur harapan hidup, yang akan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Pada umumnya penduduk lanjut usia akan menghadapi berbagai masalah fisik dan mental yang memerlukan pelayanan secara paripurna, balk dari aspek kesehatan, gizi, aspek mental dan sosial.
Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lanjut usia , termasuk di dalamnya
upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, disamping penyakit infeksi dan kurang gizi. Karena itu upaya pelayanan gizi merupakan bagian yang penting untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia agar tetap sehat dan produktif.
Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia ini disusun dengan tujuan agar dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lain dalam mengoptimalkan pelayanan gizi bagi lanjut
usia yang selaras dengan program kesehatan lainnya.
Kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan dan penyempurnaan buku ini sangat diharapkan, semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam rangka pengembangan program gizi pada lanjut usia.
'r Minarto, MPS
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Sasaran ... 2
D. Kebijakan clan Strategi ... 3
BAB II GIZI LANJUT USIA ... 4
A. Batasan ... 4
B. Proses Menua ... 4
C. Kebutuhan Gizi ... 7
D. Masalah Gizi ... 10
BAB III PELAYANAN GIZI INDIVIDU ... 13
A. Penapisan ... 13
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PACT ) Lanjut Usia ... 13
BAB IV PELAYANAN GIZI MASYARAKAT ... 26
A. Keluarga ... 26
B. Kelompok Lanjut Usia ... 27
C. Panti Sosial Tresna Werda ... 27
BAB V PENUTUP ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. KMS La
Lampiran 2. Tabel Ar
Lampiran 3. Mini Nut
Lampiran 4. Mini Null
Lampiran 5 . Perhitur
Lampiran 6 . Formulir
Lampiran 7. Formulir
Lampiran 8 . Anamns
Lampiran 9 . Contoh
Lampiran 10 . Contoh
Hal
sia dan Brosur makanan Sehat untuk Lanjut Usia ... 30
gka Kecukupan Gizi ... 31
ritional Assesment I. Skreening ... 32
ritional Assesment II. Penilaian ... 33
gan Kebutuhan Energi Berdasarkan Rule of Thumb .... 34
Riwayat Pola Makan /Kebiasaan ... 35
Recall 24 Jam ... 36
sis Gizi Pasien Kunjungan Ulang ... 37
enulisan Asuhan Gizi dengan format ADIME ... 38
M enu Untuk Lansia Sehat ... 39
Lampiran 11. Menu U tuk Lansia dengan Berat Badan Kurang ... 40
Lampiran 12. Menu U tuk Lansia dengan Berat Badan Lebih (Kegemukan) ...41
Lampiran 13. Diet Bet erapa Penyakit Pada Lansia ... 43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa.
Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspekfisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi_ Seiring dengan permasalahan tersebut, akan mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada 242 orang lanjut usia di Semarang memperlihatkan prevalensi kurang energi kronis (KEK) sebesar 31%, sedangkan penelitian di Jakarta
pada 10 Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan dari 222 orang lanjut usia didapatkan berat badan Iebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada 14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100 orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10 orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang
diteliti.
Data dari Journal of Nutrition 1999 menyatakan bahwa di Indonesia , lanjut
usia (60-75 tahun) mempunyai asupan energi rata -rata kurang dari kebutuhan,
36,6% lanjut usia menderita defisiensi vitamin 131, Iebih dad 75% mendapat asupan zat besi dan vitamin B1 (2/3 RDA), 20, 2% mendapat asupan asam folat
Berdasarkan Dat penyakit pada Ianj
53,7%, Stroke 2C Tumor 8,8%. Mei
meningkatkan be
Upaya perbaikan Undang Kesehata perseorangan dar makanan, perbaik pelayanan gizi dar
Pelayanan gizi se dilakukan di semi swasta. Dengan i dapat menanggulc meningkatkan stat
B. Tujuan
Umum : Menin produl Khusus :
a. Meningkatkan gizi pada lanju b. Meningkatkan c. Meningkatkan
C. Sasaran
Sasaran pelayana 1. Sasaran langs
a. b. c.
Pra lanjut Lanjut usia Lanjut usi kesehatan 2. Sasaran tidak
2
a. b. c. d.
Tenaga ke Keluarga d Masyaraka Organisasi
d Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi it usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi 56,4%, Hipertensi ,2%o, Penyakit Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%, ingkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan in ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.
izi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang-No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi n dan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
bagai bagian dari pelayanan kesehatan lanjut usia dapat s fasilitas pelayanan kesehatan balk pemerintah maupun neningkatkan pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan ngi masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat is gizi dan kesehatan lanjut usia.
katkan status kesehatan lanjut usia agar sehat, mandiri dan if melalui pelayanan gizi yang bermutu.
kualitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan usia.
:ualitas pelayanan gizi pada lanjut usia. Status gizi lanjut usia.
gizi lanjut usia terdiri dari: mg:
sia (45-59 tahun) (60-69 tahun)
risiko tinggi (>_ 70 tahun atau > 60 tahun dengan masalah
angsung: ehatan
mana lanjut usia berada
di lingkungan lanjut usia/kader lansia
D. Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut usia disesuaikan dengan kebijakan dan strategi program kesehatan lanjut usia :
1. Kebijakan :
a. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor.
b. Pembinaan gizi lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan berperan aktif dalam pembangunan.
c. Pembinaan gizi lanjut usia sebagai bagian dari upaya kesehatan keluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkat dasar dan rujukan. d. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik
dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya.
e. Upaya promotif dan preventif dilaksanakan secara komprehensif bersama-sama dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lanjut usia dilakukan atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong, dibina oleh pemerintah pada semua tingkat administrasi.
2. Strategi:
a. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi kepada stakeholder dan pengambil kebijakan.
b. Meningkatkan pelayanan gizi lanjut usia baik individu maupun masyarakat.
c. Meningkatkan upaya deteksi dini adanya masalah gizi lanjut usia. d. Meningkatkan sistem informasi dalam setiap kegiatan pelayanan gizi
lanjut usia.
e. Menyediakan fasilitas pelayanan gizi lanjut usia.
f. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam pelayanan gizi lanjut usia.
g. Meningkatkan pendidikan gizi lanjut usia melalui KIE.
h. Memantapkan kerjasama lintas program, lintas sektor, LSM dan swasta. i. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan
BAB II
GIZI LANJUT USIA
A. Batasan
Menurut WHO Ian is dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : 1. Usia pertenga an (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (60 -74 tahun) 3, Lansia tua (75 90 tahun) 4. Usia sangat to (> 90 tahun)
Menurut Kemente ian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi : • Pra lanjut usia (45-59 tahun)
• Lanjut usia (6 0- 69 tahun)
• Lanjut usia risi o tinggi (? 70 tahun atau usia ? 60 tahun dengan masalah kesehatan)
B. Proses Menua
Proses pertumbu an dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa, sejak dari j nin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua berlangsu g secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya ak n menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi clan biokimia pada jaringan tub h sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruha .
Proses menua sa gat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena di engaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaru i proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit i feksi/degeneratif, higiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarg . Faktor eksternal lain yaitu kemunduran psikologis seperti sindroma lepas ja atan, perasaan sedih clan sendiri, perubahan status sosial sangat mempeng uhi proses menua pada seseorang.
Asupan makanan angat mempengaruhi proses menua karena seluruh aktivitas sel atau metaboli me dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu per bahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirny dapat mempengaruhi status gizi.
Faktor yang mempengaruhi proses menua
STESSOR PSIKOSOSIAL
KONSUMSI
I
SOS-BUDKELUARGA/
PENGASUH
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKTOR EKSTERNAL
V
PENY. INFEKSI/ DEGENERATIF
HYGIENE SANITASI/
LINGKUNGAN
LINGKUP
PERGAULAN/
KELOMPOK
MASYARAKAT
Sumber : Pedoman Tataiaksana Gizi Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan
Proses perubahan biologis pada lanjut usia ditandai dengan :
1. Pengurangan massa otot dan bertambahnya massa lemak, dapat menurunkan jumlah cairan tubuh sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah berkeriput dengan garis-garis yang menetap. Lanjut usia terlihat kurus.
2. Gangguan indera perasa, penciuman, pendengaran, penglihatan dan perabaan menurun. Menurunnya fungsi indera perasa berkaitan dengan kekurangan kadar zink menyebabkan berkurangnya nafsu makan pada lanjut usia. Sensitifitas terhadap rasa manis dan asin biasanya berkurang, ini menyebabkan lanjut usia senang makan yang manis dan asin.
3. Katarak pada lanjut usia sering dihubungkan dengan kekurangan Vitamin A, C dan asam folat.
berkurang pada proses menua. Nafsu makan dan kemampuan penyerapa zat- zat gizi juga menurun terutama lemak dan kalsium. Menurunn a sekresi air ludah mengurangi kemampuan mengunyah dan menelan akanan. Pada lambung, faktor yang berpengaruh terhadap penyerapa vitamin B 12 berkurang, sehingga dapat menyebabkan anemia.
3. Penurunar mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernpa seperti perut kembung, nyeri perut dan susah buang air besar. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan dan terjadinya asir.
4. Penuruna kemampuan motorik menyebabkan lanjut usia kesulitan untuk mak n.
5. Terjadinya penurunan fungsi sel otak, menyebabkan penurunan daya ingat jang a pendek, melambatnya proses informasi, mengatur dan mengurutk n sesuatu yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari disebut dengan demensia/pikun.
6. Kapasitas injal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang, sehingga dapat terjadi pengenceran Natrium. Selain itu pengeluar n urine diluar kesadaran (incontinensia urine) menyebabkan lanjut usia sering mengurangi minum, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
Berikut tabel kindisi lanjut usia yang dapat mempengaruhi status gizi.
NO KONDI I PERUBAHAN STATUS GIZI
LANJUT SIA POLA MAKAN
1 Metabolisme b sal Kebutuhan energi Cenderung
menurun menurun kegemukan/obesitas
2 Aktivitas/ kegia an fisik Energi yang dipakai Cenderung
berkurang sedikit kegemukan/obesitas
3 Ekonomi menu gkat Konsumsi berlebih Cenderung
kegemukan/obesitas
4 Fungsi indera enurun Makan tidak enak/ Dapat terjadi kurang nafsu makan menurun gizi
Kesulitan makan
Penyakit perio ntal makanan berserat Dapat terjadi kurang
5 atau (sayur, daging) , gizi dan kegemukan/
gigi tanggal cenderung makan obesitas makanan lunak
Penurunan sekresi
Mengganggu Defisiensi zat gizi 6 asam lambung clan
penyerapan vitamin mikro enzim pencernaan
clan mineral makanan
7 Mobilitas usus menurun Susah buang air Wasir (perdarahan) 6
besar anemia
8 Sering menggunakan Menurunkan nafsu Dapat terjadi kurang
obat-obatan/alkohol makan gizi
9 Gangguan kemampuan
Kesulitan u ntuk
Dapat terjadi kurang motorik menyiapkan makanan gizi
sendiri Kurang bersosialisasi
10 , kesepian (perubahan Nafsu makan Dapat terjadi kurang
psikologis) menurun gizi
11 Pendapatan menurun Asupan makanan Dapat terjadi kurang
menurun gizi
Sering makan/lupa spat terra i kurang 12 Demensia (pikun)
makan gizi clan kegemukan/ obesitas
C. Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses fisiologi clan psikososial sebagai akibat proses menua.
Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor : 1. Umur
Pada lanjut usia kebutuhan energi clan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin clan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel clan antioksidan untuk melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.
2. Jenis kelamin
3. Aktivitas fisik an pekerjaan
Lanjut usia m ngalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berurangnya ktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan z t gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, dang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar zat gizi yang ibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat memerlukan at gizi yang lebih banyak.
4. Postur tubuh
Postur tubuh ang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan postur tubuh ang lebih kecil.
5. Iklim/suhu ud ra
Orang yang ti ggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih unt mempertahankan suhu tubuhnya.
6. Kondisi kese atan (stress fisik dan psikososial)
Kebutuhan gi i setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondi i kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor psik osial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gi . Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian ebutuhan gizi.
7. Lingkungan.
Lanjut usia y ng sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industri, dll) p rlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan ineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.
Pada prinsipnya butuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi maka an yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah tau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan g zi lanjut usia dihitung secara individu.
Pesan gizi seimb ng pada lanjut usia : 1. Makanlah an ka ragam makanan
Makanan ya beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4 sumber ba an makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan bush. S makin beraneka ragam dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, emakin balk. Sayur dan buah sangat baik untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).
2. Makanlah m anan untuk memenuhi kecukupan energi
Karbohidrat perlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan un uk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah,
havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak
Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lain-lain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, miyakjagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi. 4. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tanda-tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mats berkunang-kunang. Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam jumlah cukup.
5. Biasakan makan pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif.
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat dibutuhkan sebagai media dalam proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan mengakibatkan kesadaran menurun.
7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
8. Pesan lainny :
- Tidak m4 m alkohol - Mambaca label makanan
D. Masalah gizi
Masalah gizi Ian ut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia muda yang anifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bah a masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebi yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit j ntung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemaka hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga banyak terjadi pa a lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat gi i mikro lain.
1. Kegemukan tau obesitas
Keadaan ini iasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak meng ndung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses meta lisme yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peni gkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga jum ah kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat menga ibatkan kegemukan. Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan p da bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubun kan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner pada bagian I mak lain. Menurut Monica, 1992, kegemukan atau obesitas akan mening atkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali, penyakit hipe ensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali.
2. Kurang Ener i Kronik (KEK)
Kurang atau ilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat m nyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan i at mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan z at gizi makro, sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa pen ebab KEK pada lanjut usia :
a. Makan ti ak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuma
b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah makanan
3. Kurang Zat Gizi Mikro lain
Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi
mikro dapatjuga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang serat sering terjadi pada lanjut usia.
Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi:
a. Penyakit Jantung koroner
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakitjantung koroner. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain, yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.
b. Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi. Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan kematian.
c. Diabetes Mellitus
Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa >_ 126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan oleh kerusakan sel beta di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin, sehingga kekurangan insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan fungsi insulin dalam glukosa ke dalam sel. Pada orang dengan berat
DM Tipe I : Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi kerusakan sel dan pankreas. Umumnya B normal atau di bawah normal dan disertai dengan trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi (banyak makan, banyak minum dan banyak kencing)
DM Tipell Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), selain terjadi kerusakan sel dan pankreas juga disertai tidak berfungsinya insulin, 75% penderita DM tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
d. Osteo art itis (pengapuran tulang)
Adalah pe yakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi tern ma pada sendi tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserang steoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan perge akannya menjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untu menopang badan.
e. Osteopor is (keropos tulang)
Massa tuft g mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45 tahun untuk Aria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka wa to lama akan timbul keropos tulang (osteoporosis), dan pada wanit menopause akan lebih rentan karena pengaruh penurunan hormon estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah apabila terj tuh atau terkena trauma.
f. Arthritis G ut
BAB III
PELAYANAN GIZI INDIVIDU
Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim Asuhan Gizi dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/ geriatri yang terpadu, sehingga pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara terkordinasi oleh berbagai disiplin ilmu terkait.
Kerjasama antara lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelayanan gizi lanjut usia.
a. Rawat Jalan
Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk melakukan dan mendukung keberhasilan proses konseling gizi.
b. Rawat Inap
Kegiatan pelayanan gizi rawat map merupakan pelayanan gizi secara individu dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk memberikan intervensi gizi.
Kegiatan intervensi gizi yang diberikan meliputi pelayanan makan dan konseling gizi, serta kunjungan rumah sebagai tindak lanjut kegiatan.
Proses pelayanan gizi individu meliputi :
A. Penapisan
Sebelum memberikan pelayanan gizi pada lanjut usia perlu dilakukan penapisan gizi untuk menentukan apakah lanjut usia dalam kondisi malnutrisi. Ada beberapa instrumen penapisan gizi yang dapat dilakukan pada lanjut usia khususnya untuk gizi kurang, antara lain Mini Nutritional Assessment (MNA) dan Nutritional Screening Initiative (NSI). Instrumen penapisan dapat membantu untuk identifikasi status gizi lanjut usia. Berdasarkan hasil penapisan selanjutnya lanjut usia yang berisiko perlu mendapat pelayanan gizi.
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) Lanjut usia
Proses Asuhan Gizi Terstandar lanjut usia merupakan pengaplikasian dari proses asuhan gizi terstandar sebagai upaya peningkatan kualitas pemberian asuhan gizi pada individu dan populasi.
gizi. Dengan PAG diharapkan ahli gizi di tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelay nan secara efektif dan berkualitas terhadap lanjut usia.
PAGT meliputi :
1. PENGKAJIAN GIZI (Assessment)
Assesmentata disebut dengan pengkajian terhadap status gizi merupakan landasan data menyusun asuhan gizi yang optimal kepada klien bertujuan untuk mendap tkan informasi yang adekuat dalam upaya mengidentifikasi masalah gizi y ng terkait dengan masalah asupan makanan atau faktor lain yang dapat me imbulkan masalah gizi
Pengkajian gi i merupakan suatu proses pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data yang sistematis dalam upaya untuk mengidentifikasi masalah gizi d n penyebabnya, bukan hanya pengumpulan data awal tetapi jugs merupaka pengkajian ulang clan analisis kebutuhan gizi pasien.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya dibandingkan dengan stand r baku/nilai normal, sehingga dapat dievaluasi dan diidentifikasi s erapa besar masalahnya.
Proses pengka ian meliputi :
a. Antropom tri
Data antro ometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu, yang melip ti pengukuran berat badan (B), tinggi badan (TB), tinggi lutut (TL), anjang depa (PD), tinggi duduk (TD), lingkaran lengan atas (LiLA), teb I lemak, lingkar pinggang dan lingkar panggul.
Cara Peng kuran Antropometri pada lanjut usia 1. Pengu ran Tinggi Badan
a) Per gukuran dilakukan dengan menggunakan mikrotoa 2 meter b) Ala sudah ditera
c) Let kkan mikrotoa di lantai yang rata dan menempel pada din ing yang tegak lurus, tarik pita meteran keatas sampai me unjukkan angka not, paku/tempel kan ujung pita pada din ing (2m)
d) Tari kepala mikrotoa ke bawah dan di fiksasi sekitar 50 cm dari ata
e) Met ran microtoise diturunkan hingga mengenai kepala anak f) Ha I pengukuran dibaca pada skala (garis merah) dengan
g) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala
Cara pengukuran :
a) Posisikan lansia berdiri tegak pada permukaan tanah/ lantai yang rata tanpa memakai alas kaki(sandal, sepatu)
b) Posisikan Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jari-jari kaki
c) Pandangan mata lurus kedepan
d) Kedua lengan menggantung santai menempel didinding tembok e) Pada waktu mengukur TB, punggung, tumit, pantat dan belakang kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan mata lures ke depan, lengan menggantung di sisi
2. Pengukuran Berat Badan
a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan tanpa pegas
b) Alat sudah ditera
c) Letakkan di lantai yang rata posisikan angka sampai menunjukkan angka nol
d) Hasil pengukuran dibaca pada skala dengan ketelitian 0,1 cm e) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala
Cara Pengukuran :
a) Lansia berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal mungkin, tidak membawa beban atau benda apapun dan tanpa alas kaki (sandal, sepatu)
b) Mata menutup lurus kedepan, dan tubuh tidak membungkuk c) Pembacaan dilakukan pada alat secara langsung
3. Pengukuran Panjang Depa Kondisi/ Syarat Pengukuran
a) Lansia yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus mendatar/ horizontal dan dan tidak dikepal
b) Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan c) Panjang depa tidak dianjurkan diukur dalam posisi berbaring
Cara P ngukuran :
a) La sia berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi to bok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok. b) Ba ian atas kedua lengan hingga ujung telapak tangan
me empel erat didinding sepanjang mungkin
c) Pe bacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulal dari ba ian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tan an kiri
4. Pengu uran Tinggi Lutut a) Ko disi Sprat Pengukuran
Tin ggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan se ingga sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan se eorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang tid k dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya
b) Al e ^ Pengukuran :
Pe ggaris kayu / stailess stell dengan mata pisau menempel pa a sudut 9011 pada kaki kiri
Cara p ngukuran :
a) La sia diukur dalam posisi duduk atau berbaring / tiduran dia as lantai atau kasur deengan permukaan rata / flat tanpa me ggunakan bantal atau alas kepala (topi) apapun
b) Se itiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering de gan tulang paha membentuk sudut 90
c) Pe ggaris kayu/ stailess stell ditempatkan diantara tumit sampai ba ian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan pada ala ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
5. Pengu uran Tinggi Duduk Kondis syarat pengukuran :
a) Bil lansia tidak dapat berdiri tegak dan atau merentangkan ke ua tangannya sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral cla n tidak dikepal.
b) Jik salah satu atau kedua pergelangan tangan tidak dapat dil ruskan karena sakit atau sebab lainnya
Alat P ngukuran :
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding
Cara Pengukuran
a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu sampai lantai
b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak , kepala dan tulang belakang / punggung menempel rapat ke dinding
c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi)
e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap lurus ke depan
t7 Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di atas kepala , setelah dikurangi tinggi bangku
Dengan mengkaitkan dua variabel antropometri tersebut di atas dapat diperoleh Indeks Massa Tubuh ( IMT) dengan perhitungan sebagai berikut :
a) IMT (Indeks Massa Tubuh)
Cara menghitungnya sebagai berikut
IMT berat badan (kg)
tinggi badan ( m) x tinggi badan (m)
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT yang digunakan di Indonesia.
IMT Status Gizi
< 17,0 Sangat Kurus
17,0-18,4 Kurus
18,5-25,0 Normal
25,1-27,0 Gemuk
> 27,0 Obese
Sumber : Kadarzi Depkes, 2004
b) IMT (Indeks Massa Tubuh ) untuk lanjut usia dengan kondisi khusus (tidak dapat berdiri atau bongkok ) dapat merujuk pada tabel BB/TL,
W
rv
^MsNh e'%V,
c) Lingka perut
Diguna an untuk menentukan obesitas sentral. Cara pengukurannya adalah dengan berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan dan p a hari pemeriksaan mengenakan pakaian yang ringan. Pengu uran dilakukan dalam posisi berdiri tegak dengan kedua tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang terendah dan Kri to iliaka pada garis aksila tengah (mid- axillary line) diberi tanda ngan pena. Pita pengukur non elastic diletakkan melintang di perte gahan antara kedua tanda tersebut melingkari perut secara horizon al. Kemudian dilakukan pembacaan dalam sentimeter. Selam dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernapas biasa (Gibso , 2005). Klasifikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas sentral ika lingkar perut pada laki-laki >_ 90 cm dan perempuan >_ 80 cm.
b. Biokimia
Data bioki is meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain yang m mberikan informasi mengenai status gizi guna menegakkan diagnosis g zi.
Berikut ini alah beberapa parameter biokimia yang sering digunakan: 1. Albumi rendah/hipoalbuminemia mengindikasikan adanya
defisie i protein, stress akut, katabolisme, overload cairan, gagal hati, p bedahan. Albumin tinggi/hiperalbuminemia kemungkinan dehidra i dan gagal ginjal. Selain dalam darah, kadar albumin juga dapat d periksa dalam urin.
2. Asam f lat serum rendah mengindikasikan adanya defisiensi asam folat, vitamin B12, anemia makrositik, penggunaan obat-obatan tertentu
3. Glukos darah tinggi/hiperglikemia mengindikasikan adanya peruba an metabolisme karbohidrat, kelebihan intake energi, kanker, diabetes mellitus, infus dekstrosa yang berlebihan, infeksi, respon stres, penggunaan obat-obatan. Glukosa darah rendah/ hipoglik mia, kemungkinan penghentian makanan parenteral total yang endadak, pemberian insulin yang berlebihan. Selain itu glukosa dapatjuga diperiksa dengan urin reduksi.
4. Hemogl bin rendah mengindikasikan kemungkinan adanya defisien i protein, Fe, anemia, perdarahan.
bebas yang terjadi sekunder akibat interaksi obat. Natrium serum rendah/hiponatremia, kemungkinan kelebihan cairan, kehilangan natrium lewat saluran cerna, sonde dengan formula susu rendah natrium untuk waktu yang lama.
c. Minis
Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang dirasakan seperti penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme berupa mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan. Berikut ini beberapa contoh tanda klinis :
1. Penurunan berat badan mengindikasikan defisiensi energi, penurunan berat badan secara akut kemungkinan defisiensi cairan, sedangkan peningkatan berat badan kemungkinan kelebihan intake energi.
2. Rambut pudar, kering, mudah patah mengindikasikan defisiensi protein, rambut mudah dicabut tanpa rasa sakit kemungkinan defisiensi protein, rambut rontok kemungkinan defisiensi protein, seng, biotin / kelebihan vitamin A, hilangnya pigmen rambut pada sekeliling kepala, kemungkinan defisiensi protein dan tembaga. 3. Mimisan (Epistaksis) mengindikasikan defisiensi vitamin K,
pembesaran tiroid kemungkinan defisiensi iodium.
4. Hepatomegali mengindikasikan defisiensi protein atau kelebihan
vitamin A, ascites kemungkinan defisiensi protein dan atau kelebihan intake cairan.
5. Kehilangan massa otot kemungkinan defisiensi energi .
6. Parestesia (sakit dan perasaan geli atau sensasi yang berubah pada anggota gerak),ataksia (penurunan perasaan getaran dan posisi tremor penurunan reflek tendon), konfabulasi, disorientasi mengantuk, letargi kemungkinan defisiensi vitamin B dan C .
d. Riwayat makan
e. Riwayat Penguml dan supl data umL
Personal
ulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat men yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan m pasien, sebagai berikut:
Riwayat bat dan • Obat yang digunakan balk berdasarkan resep suplemen yang maupun obat bebas yang berkaitan dengan dikonsumsi masalah gizi
• Suplemen gizi yang dikonsumsi
• Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama
Sosial Bud ya • Situasi rumah
• Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial • Akses sosial
• Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi
• Riwayat penyakit dulu dan sekarang
Riwayat Pe yakit • Riwayat pembedahan
• Penyakit kronik atau resiko komplikasi • Riwayat penyakit keluarga
• Status kesehatan mental/emosi • Kemampuan kognitif
• Umur
• Jenis kelamin Data umum pasien • Jenis Pekerjaan
• Status dalam keluarga • Tingkat pendidikan
2. MENEGAK N DIAGNOSIS
Setelah men apatkan data mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat, pola makan, entuk dan frekuensi makan serta pantangan makan, lakukan pengkajian data dengan menganalisis asupan gizinya dan dibandingkan dengan AKG erta anjuran gizi sesuai dengan penyakitnya, uraikan kepada
3. INTERVENSI GIZI
Intervensi gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi yang sudah ditegakkan pada diagnosis gizi. Pemecahan masalah yang dipilih dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti dukungan keluarga, sosial ekonomi, pemanfaatan pekarangan, dll.
Sebelum melakukan intervensi gizi perlu melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Cara perhitungan kebutuhan gizi : 1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Berikut ini beberapa cara untuk menghitung kebutuhan energi : a) Harris dan Benedict
Merupakan cara yang banyak digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan.
Laki-laki : BEE = 66 + 13,7 (BB) + 5 (TB) - 6,8 (umur) Perempuan : BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) - 4,7 (umur) Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adaiah : Stress ringan = 1,3 x BEE
Stress sedang = 1,5 x BEE Stress berat = 2,0 x BEE Kanker = 1,6 x BEE
b) Rule of Thumb ( menggunakan BB ideal)
Cara cepat untuk menghitung kebutuhan energi adaiah : Laki-laki : 30 Kkal/ kgBB
Perempuan : 25 Kkal / kgBB
2. Perhitungan kebutuhan protein
a) Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lanjut usia adalah sekitar 0,8 gram/ kgBB atau 10-15% dari kebutuhan energi.
22
3. Perh tungan kebutuhan lemak
a) da lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 20-2 % dari kebutuhan energi dengan rasio lemak tidak jenuh I mak jenuh = 2: 1
b) lesterol merupakan sejenis lemak yang hanya terdapat di akanan hewani terutama pada otak, hati, daging berlemak, k ping telur, konsumsinya harus dibatasi. Kolesterol tidak
elebihi 300 mgr / hari didalam makanan.
4. Perh ungan kebutuhan karbohidrat
Peng unaan karbohidrat relatif menurun pada lanjut usia, kare kebutuhan energi juga menurun. Lanjut usia disarankan men onsumsi karbohidrat komplek dari pada karbohidrat sede ana, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Perhi ungan kebutuhan karbohidrat didasarkan kepada sisa dari total ener setelah dikurangi energi dari protein dan lemak. Dianjurkan lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat 60-65% dari total kebutuhan energ.
5. Perhi ungan kebutuhan vitamin dan mineral
Perhi ngan kebutuhan vitamin dan mineral didasarkan kepada angk kecukupan gizi yang dianjurkan. Namun untuk kondisi tertentu vitami dan mineral diberikan dalam jumlah yang lebih tinggi atau lebih endah dibandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. a) K Isium
b) Vi amin D c) Z it besi d) A am folat e) Sodium
f) B'2 (sianokobalamin)
6. Serat^
Kebut han serat 25-30 gram/ hari
7. Kebu uhan cairan
Masu an cairan perlu diperhatikan karena adanya mekanisme rasa haul an menurunnya cairan tubuh total (penurunan massa lemak). Lanju usia membutuhkan cairan antara 1,5 - 2 liter per hari (6-8
b. Preskripsi Diet
1. Preskripsi Diet yaitu batasan pengaturan makanan mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zat-zat makanan lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Diet memberikan arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya sehingga mendapatkann kesehatan yang optimal.
2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan porsi makan serta cara mengolah makanan
3. Penyusunan menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu makan pagi dan siang serta diantara waktu makan slang dan malam. Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman makan.
Intervensi gizi meliputi : 1. Pemberian makanan
Memberikan makanan pada lanjut usia sesuai kebutuhan gizi dan penyakitnya. Dilakukan di puskesmas perawatan, RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
2. Konseling Gizi
Suatu pendekatan yang digunakan dalam pelayanan gizi untuk membantu lanjut usia dan keluarganya dalam memahami dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang paling sesuai dengan kondisinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan konseling gizi a) Aspek Sasaran
b) Meliputi faktor kejiwaan lanjut usia : pesismistis,apatis, melankolis, depresi, pelupa, kekanak-kanakan, keras kepala, dll. Oleh sebab itu lanjut usia perlu didampingi keluarga saat menerima konseling gizi. c) Aspek Konselor
e) Aspe Pesan
1) B ntuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan 2) P rsi kecil tapi sering, jarak antara dua waktu makan tidak
k rang dari 3 jam
3) Bi sakan sarapan pagi dan makan malam lebih awal
4) Pi ihlah jenis makanan selingan yang sehat, seperti : buah b ahan segar, dan makanan yang direbus
5) P rilaku makan sesuai dengan prinsip gizi seimbang bagi lansia 6) M kanan yang dikukus, dipanggang, direbus lebih balk daripada
di oreng.
7) D njurkan memilih makanan dengan bumbu yang tidak m rangsang
c. Rujuk n
Pada asus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih I njut rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
4. MONITORIN DAN EVALUASI
Melakukan k jian ulang dan mengukur perkembangan dengan jadwal tertentu (monitoring), membandingkan hasil saat ini dengan status sebelumnya, ujuan intervensi, atau rujukan standar (evaluasi), termasuk juga monitori g respon pasien terhadap intervensi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien /klien rhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
a. Monitor erkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi p sien/ klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai ya g diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain: mengecek pemahaman dan keta an diet pasien/ klien, mengecek asupan makan pasien/klien, menentu n apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/ preskripsi diet, menentukan apakah status pasien/ klien tetap atau berubah, nengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif, mengum lkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkemb gan dari kondisi pasien/ klien
Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
c. Evaluasi hasil, Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan monitoring dan evaluasi di atas kita akan mendapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik
PE
BAB IV
AYANAN GIZI MASYARAKAT
Pelayanan gizi mas arakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga, kelompok lanjut usia posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll) clan panti werdha.
A. KELUARGA
Keluarga merupE sangat penting ui akan merasa am yang memberikar sisa hidupnya.
Pelayanan gizi I kesehatan melalu dalam meningkat gizi lanjut usia di a. Pendidikan gi
Pendidikan gi memberikan agar lanjut us 1) Mendapa 2) Mencapai 3) Mengatas
proses pe 4) Mencega
ganggua zat gizi m b. Penyediaan
Penyediaan keluarga ata ahli gizi dari nasehat diet c. Rujukan
Pada kasus
kan unit terkecil dalam masyarakat yang keberadaannya tuk mengayomi dan melindungi para lanjut usia. Lanjut usia an dan tenteram bila berada di dalam lingkungan keluarga perhatian dan dukungan pada lanjut usia dalam menjalani
njut usia yang berada di keluarga dilakukan oleh tenaga pendampingan tenaga kesehatan terhadap anggota keluarga an dan mempertahankan status gizi lanjut usia. Pelayanan eluarga terdiri dari:
zi pada lanjut usia yang dilakukan di rumah pada prinsipnya >endidikan pada lanjut usia dan keluarganya yang bertujuan a:
kan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya (sehat/sakit). dan mempertahankan berat badan normal.
perubahan fungsi saluran pencernaan yang menyertai nuaan.
dan menghambat osteoporosis dan mencegah terjadinya gizi (kegemukan/obesitas atau kurang gizi termasuk kurang kro).
akanan
akanan pada lanjut usia sebaiknya dilakukan oleh anggota pengasuh khusus untuk lanjut usia. Tenaga kesehatan dan uskesmas melakukan kunjungan rumah untuk memberikan an membantu menyusun menu untuk lanjut usia.
penurunan status gizi ( menjadi semakin kurus , lemah , lesu) dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan kesehatan Iebih lanjut.
B. KELOMPOK LANJUT USIA
Kelompok lanjut usia ( Poksila ) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ( UKBM ), sebagai wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat , dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama dengan Iintas sektor , LSM, swasta dan organisasi sosial dengan kegiatan utama adalah upaya promotif dan preventif. Kegiatan Kelompok Lanjut Usia dilakukan oleh kader terlatih yang didampingi oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan gizi pada kelompok lanjut usia diberikan dalam bentuk : 1. Penyuluhan gizi
Dilakukan oleh tenaga kesehatan atau kader terlatih . Topik penyuluhan disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia.
2. Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi menggunakan KMS lanjut usia yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan, dilakukan secara berkala (sebulan sekali) bersama -sama dengan pemeriksaan kesehatan lain.
Evaluasi status gizi dilakukan oleh kader yang dibimbing oleh tenaga kesehatan.
3. Konseling gizi.
Diberikan pada lanjut usia yang membutuhkan diet khusus seperti menderita penyakit denegeratif yang dapat dilakukan di Poksila atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Pemberian makanan tambahan.
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi lanjut usia . Contoh makanan tambahan terlampir.
C. PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) merupakan suatu institusi dibawah naungan Dinas Sosial yang merawat para lanjut usia.
Kegiatan pelayanan gizi di panti werdha meliputi : 1. Penyuluhan gizi
atau dari fasIlitas pelayanan kesehatan swasta . Topik penyuluhan
2. Pemantauan s
Pemantauan dibantu oleh t pemeriksaan dengan mengg
3. Penyelenggar Penyusunan d memperhitung
kegiatan ini s
dapat berlang lampiran.
4. Konseling gizi Pada kasus diberikan kons
ada masalah I
terdekat.
gan masalah gizi yang ada pads lanjut usia.
tus gizi
atus Gizi dilaksanakan oleh pengurus PSTW atau kader naga kesehatan secara berkala bersama-sama dengan sehatan lain. Evaluasi status gizi dilakukan setiap bulan nakan KMS lanjut usia.
n makanan
t clan menu dapat dilakukan untuk kelompok namun tetap an kebutuhan individu lanjut usia yang dirawat. Untuk
aiknya panti memiliki ahli gizi sendiri agar pelayanannya ung dengan Iebih baik. Contoh menu dapat dilihat pada
ng memerlukan konseling gizi pada lanjut usia di PSTW,
BAB V
PENUTUP
Pelayanan gizi lanjut usia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan program kesehatan lanjut usia . Diharapkan Pelayanan gizi lanjut usia menjadi salah satu program prioritas Kabupaten / Kota untuk meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia secara berkesinambungan.
Buku Pedoman Pelayanan gizi lanjut usia bagi Tenaga Kesehatan ini diharapkan dapat menjadi pegangan /rujukan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Lampiran 1. K MS Lan^ia dan Brosur Makanan Sehat untuk Lanjut Usia
Z
J
W
rv P m mm m M On A N7 A
Q r
... m^
H n W W m D g m M m m m M n A ow A O f r PE m e H N r m Nt tl rv ^ ^ W H P C n m C" m n N" O w " ^ M O r w O CO Pq
N^N NR RR RN NN NN NR RR
g ryW mM Om nO w
ry V ry Ory
w r mo Y ^m bN m W g H N O m W m ^ N W ^ m m n P P O w O H M O b b
A V AV n
m H N
^^h NP H O ON PO m
N NN NN NR NR NN NN NN RR R^ P ^ '' ^^ ^^ ^ ^ PP
IP gM Wb MO qM 0
Fry, N
MO FVOn Yr Ff r P O tl O P r m m F g N F A q q P m N P b N q N N h P m f N P A q M M O q M N M O " N A M r O A 0 f O 0 0 Am "N NN NN NN RN RN NN NN NR RR m P Q
Pm nP mM O
l
g nO mM Ow MO ItY A f P P
O w P P d m
F Y wV rm V r mV rm Hr mH rq HN qH Nq N NN NM NA R R NN NN NN R R R
'',q M N N m a mm N N n o N N m n N N o m N R n D R R ® n
N Nory mN N n o N N m n R R o m R P n o W P o M P m o m m
M om M g q o o q b m o H N ro m '' o ro '' ^ o '' o^ '' o m '' ^ o '' m n O O O C
M Om MO mM Om MP 0M gm Mm mn Pq NW qN PH NP HN PH N.HN qH Nm Hr qH q Hr r Nm
N N N m N r Y n R R NN r rR pO PP PP Pm Fg qO H H h
1
V VV M MN"N r rG OO A
O H w f NA O w RN O NN m 1 O m tiR P RN m N NN W m ti ^ N W ^R H N RR
m gN mb rm Hr q r
o A fnr An f, OA M O n M O g M O m M
nO mM Wm nmmN mg nm Hr mQ r A Q D wQ On O gq PO MW N qH rm qr q[ M Ng mN bNQ
Q RR N ry
N NNrv rvRigR P
P mmPg wA Aq qG Nb Y C MM NN Nr r O O A
gig m n N N n O NN m n NN W m R N RN H N NN m H n rv r m rvR f r RR A Q
PPO AQsnmmI M
^^PP N m
mqb rm f
-r w
e6f O
-A n
-O m Wm .
n QO IMPI NPq r F O gM PI NP qr mf rA rO mM mm rv r mQ r _ NN RN NN N
q N NN R
ry
N NR NN NRR RmO mb mr hn m O bb tlN rrCP C""" ^ W
I m Q NNm dO m N m M N N P b R m
M N H ry 7 N N n
rv
QO n ^ R
M W R P
m n
P Pm HP m7m Q O w M m g m H m n m N f b 7 r O m f n^ OA N M Om N
r Poo O P
'RI f
1
O m 1
M P m f
"
M O P H
PP f 0P m^P Hm N IH Ven
:QO g
eMN qH rm fO
R RR N2 1 N F RR mm m m m
P H N rv ro r N n Q O N N m n N N
P br m
R Q O NN m n N r P H R R r m R P Q O P P w M m P P N A w N m n P Y O mm n n N b W g O Y N m Y M V r M C n n "" P q
n fO mN mg rm nO mN mV rn nW mN m< OA Mp h^ bV Om NW N A v A NN NN NN NNRR R
y ry
N NN NNRR R
m mm' 'm g b qq m
P H NN r w NN YO NN m N ^^ m Y RR ^ my RN n W NN H ^ NN F d RR O m R^ N m Wm Q ^ ^^ n n ^^ W H mm r m m^ f O "^ m N ^^ m Q ^^ r A ^^ M P
"^b^^
b n MO m mf Om m fr r MP N mY Og Nm Y O qM PH rn N
NN NN N NM1 RR R
NN
N NN
PPm m bV V Y M r
P H N m n m g N N P MV N g r 0 N N m f M n N N O m N N N q " N N f O N N m N O O N N m f m 0 r O q m m N m m Q O n m n m m m Q H
O q M Pb r MP
Mmtlr wMmH n MP H wM PH n MP gr wMPH rw nW Hr NN NN N
y y N NNN
ry R R ry ry
NNN HR RR WW mm mn F m mP'h'am "'N ^'^ P Hr A M PH rw MP fO mNmQ Om Nm dO mr An WHr w nP Hr wN N
N NN NN NN NR R ry N N
ry „ n
D
N NR R^^^ mm nr mO NN NQ'''''' W Pq ^ Mm gO mN mQ Om r P Hr AN mV OO Ng MW br wn qV p
N
m
N NN NN NN RR NR NN NRryP PP Qm " g q P h ' RN q
mm N N p
°
N N^°N NN N^^RR NN ^ ^R RP Pm mm "^
P g H r m P n N C C m Q Y Q P H M M r n M
N mfIg r
CO
n n P P ca
m 9 ron mP P Q O n r H v M m m P N
NN NNNN NN NN NN NN NN Q A
W Nr mN m P N O N Nr M P OO n nrv mQ Wg r m Nm nW qO m
N NN NN NN RR N
ry
N NN NR RR^m^^ ^^m^^ n^^^^^ n HO m NA Mm dO br mrv M PV OH Nm MP YO q nN
ro
AN NN Nrvd "rv rN RR PP PO m
FP Pb hN dY MM w
^ Ho mr nNmM f oh m Nw g aP qo m wN g Y Qq tl m
N N N NN N
y y
N RM NN NN NR RW Pm m'w' mO gq ^ ^ n
P Y On rm Nn Nm nW fO q mr AN mn WQ Og Oq rF^
NN NN NN NR R ry
N NN NNR R m C e m° "
mN nN N mM mQ m
P H O P P H P m m r r n N m P m M b
m QP f
N NN NN NN RR NN rvM1 RR ' ^^ '
mmm
V PQ Oq y Oq r ry m rry
F NF Mm M P P m Q P m P Q n n O g A m O b m N r m N Y' r m O
NN NN NM NR RN NN NR N n
m n P f P O P b O N O gr q g N AN w N I M q M m d H
N NN NN NVEC MN Nn NN N"N NNRR P P o g w A m m h h va A,
roro N mn m N N M m N N M P N R Q
N NNN N
O P N R f O R R H O O P g O P m
q Om rm rm r
Q n
nNF Mm nmMm nm Mm M^ Mm Mm M^ nO nW D
m N R y N NN NR R
ry
N NN NR R^ WO m"g m q q n
mm
pNp nN nN FNFN FN mr m P
r m P P
r m m r ORm
r m b N
r P N
2N NN NN RR NN NN RR " tl
m NN m r NN m r r^ g r RR H O NN b O ^n q O RR I O °° I P m^ V P ^° V P °^ V ^^
HO gO bW fW tq Mq Mq Nw Nw Nq^
mm
N mm
N NN NN NN NN NR RW PP 0' ^m P tl
1 r 0 9 p NN b N^ Q m rR M N m RN M N& ^R g 4 RP q
Pg0m O fKP H
O f P V m M
Q r g rq O Y W a n
n
N h
rR N nn ^ RR P^ m m roq N m N N M w N N N m N R r ry q R N O Q N N ^ M N R W N W^ n r g m m O ^ q P
m M A Nm rg Pf mM Ar mO tlP Mm m NN NN ^N RN ^N NR RP PgFA q^
N m r V
m V b r r g m P Q m P P N m A r N A
NN N N R N R R N R tl
rH PY gN m O q W Mn rq Od r m
NN NN NNRflNNn RR ^^ °1
g N O Y N N m N Al H q O RR f W Nn M F NR r tl RP P M PmA^$
O wti W L NO, V ^O^AI .AiW+IAI +PV ^ ^O NN W A NP V ONO ^O^NW 8P^ V W ^OO ^AViW A I '
NON V OO BOO
O^ ^ O N D O O N + +^ + V I.1 N N fJ ^e N 41 A W Y U m W m b H m Np+
°i 'F31ePS^^ W ^f3io iluf3H' Yaaoa^W^o
Nm
N ao'omO WiSB^H W+A'+Q'V J CIY m u uu + W 2iv n 0 NP W O D D W H D a' GC !^i e W N^ 1Jm y Y AO A N
P iJa
00 A m V O QV VPOeW O
N
m 0
OONIV N
w
m P
(( ^^ N
fJW O?
YYyppr ^ iu m ^ J
a
u
W D m O W
N
l
N m i b I U N N N
IJ
m u O
eN miJ
No
maiD N
!NE
+ U IH WW DN GGf
N V WIJ
m m W W N m O a G N O± N N ± N m N N N W V W W' m a N U O N NN a a +m mp
WiD CWD W ^IN+. 1
N N^ Ip
WDN O
1^ 0 -1^ P N C b V U+ V b W + b D V N N D O W W N O+ m> + N b^ ^ ^
ry ^/ 41W C N
YY a p
+ W N N
a a
iJ
^^ Hm WJm
moo W b Dm P D ^^ AD -d u G ^C NO ^Y N+ Yp W+aa. IIJ
, V V N '^ a P P D P V V O N m O ON m D OW
((^^,N
06 0 ++ - W NN N N + W NN W W W Y Y H V N N H V N Qa HV V N ti+ U p P+
P V V m NQ D^ H
N b O V H D+ V H + N R H N W
VHW YJ HY UV NN U mNm
DA PW PW PW mW m
NN
WPW N
JJ
N NWmW mW p rryy M W a V P + W _N + W NN O IN V V O N P O) e ' b b G i N D 0 bA N 0+ D P + ^tA ^ ^ ( N fN.l m C s W Y a
m Wa a'P i.i
N
N Nv V
-+ m m m+ N m O N+ N O i N i N N NN a-N LNi 41 ab Y Y W W U p W m IyII^^, a m v j PP N N O U N N . 1 P P . 1.1
V v . m m P W N D b H ^I 0 0 IJN t + GE N N C N W W A W Y AD V, f0 Wm W111 1
V W V o
A P
i+^N NH^
P P
+w
V
oin mA m biou
N b O m' V+ H IVV N a+ rs N 4Nf c+b NN Y Y c Y L
amP GW m N
m W
^a ew W ^ mu mrJ., mO aa Dbi ro ra^' ^ W ^ ^ro '^m ^ ^N^ b A ^ou m^ JN
v W W W P WIJ ^U V+ N N W O N P e V V W W m of H V D D + M
t ^^,ly^1
O O CIl N
tA^1 a^ D W N + N m H N N N W V+ fNCY ^ O Y Y u D p a W P hJ f^ a a N J ryA ry
"+U ea m W VH W e Wm a WIV ^y
D
m+^GY m^^IJWC INb^m ^ Io
a N + W W W 4, V A A H W u N e I,N N P m W P V W H V P O, O m m Ili m b ro W GC N N O p H W N N e I,U NuJ
mW WCiIV
Y T+ Y ". I,U m N pa W m N a a HW Opu N Vmm+ Wmima
iu
W A,aaW O
ma'^
W mW Vm +N Wb+D mO P
m 'c m W a' N u O N N aP to N m N YY + N Y a D W p_N
GD NG IO
d N W W N W m W W P V+ ^^
U mN Na Wp WHW J V C P V m D W O, D V
b D O D
W m
^+
H W ^. l ^ l N IV O a ^V N N^ D H N Y Y
V Y Y
N bp UW V
I^l ^
pa H WJD
^H V.Wm W^GWmW °; mlo io Ho o ^m H m^O ^ ^ ^d YN m^ ^ a^
°^ O a W HV+ Wm WV W W mW V^ WW W ^1 +o^ ^ O
N mW V ^
NNN + N10 ^NWV
^
m
WH We aW HW OP WH WGaW IJq Oa
VNoo^ + N No N41 NN .1 + 11 ^^ N m lwl tg WJ w
+ m WV+
Ay Uim m VV N C a N U W H W ^ W e ^A a W N U HU U N m W
N V V V
Nm to P W W m m ea S b 0 mN l ^ 0+ mm± Pm NN b N N +
NI^ N W mW ^ I W j + Y Y N ^O y N p W N a Pa
M {
Ulm IVWe♦W+WIDW V :^ a W HWe W V+U D^ O A
N[
P N fJ^
P fD ^.i
VY NP^N^
Ip Ip^l,
. m
W NO N N
W
W
W
W P
m W^1 ON
5 N W NN H V mw V m V p P W b b W y l b D W Wo 8 N±
V+
++ a d0
d 1 H 0 jN' IJ
{^ Y
V+
Y Y a b.a aH Gla aOto
a J
+{D W
N N H o W W k W yf^ + P^ ^b N H N N Q1 m W W J V 0 V J ^m P N p b D H l l b 0 W O l 0 0 A V + N + ^ ^ ( + N P H ^ ^ I N W W D
y^^ ll
W fY W
r Y +AY am N
l l
a a
U( 0 N
aa
W VO
^OO m i+ W V b Ij D N W P U 10 it P 1 k)co I.N WWN N^4 O
P N m J V N V m m A D m N d V W ll.^, y O O O a l I ^ C W + ID
N H 'Oi W O ^ l W Y O Y Y ! W
^, l N N U fA
N
p a
W f l N N 'Q^ C O CI ++
+ N+NP H NN CI m W W 4, W A^ C W 'N V+ yiN ^ P D10, + N P V W H V V 'OA m Pp IJ VmroG A
IJ Da V+ l ^p ^ WW ^ HN =^ m d{^W p
^tl
W VYYO aYpV+ppIlNa2^^iiV U^m
X00 W 0 + W +u C +.,N aV Wto
+♦Wio^+ ^iU bN NHY1D HN PPw Di.V,O+mP^
y+eID
V+4 .bab O O
U
t, ^
D i.
W H++inm^pOibp (I{3^1 GCl YY YV,a ^i+ ^'m+2d 6,m
pi W W o Hin nH W iD W W W W 6.4'oir^ ab^+ WW^ H W miW
fsrs
b i
e^ C yyO 'I -. .
YIW eIJWe(Ni,V C jV m a + +^0 +N W+l
P b1 HWm
^ol (o l N N l (o
4p H W m l I( l N ^ W P lN^ OD l ^W P
l l l
W V pt.
6 1 w l ^.l y? v O
N JO
D W W + N W": in W 7n WH W W HWWHp
p
in uHW WHppeHN ^ H W m ^u m i
i
o eu 6
. x
v
. i e WW O. W c
l0p V O p 0 W P ++ O W + N P O N N W P W W C W W P D a t W j t D W N N W D N P W W Q V D U r r
W DW bW P
P m D W D !D P {D y l,, 0 N W W N D W i w m D t N N W W Nt N W H D W P V Y Y H P Y p m N a p Oi I ^ a3Z 1J P
D+ NW+IA W+^W (+ a V+ aVO Ve V eW VO uW OW W a aW miD Nl^ ll
!ul
m DH 1bH Y Y
N
p Np
st W N CN. DI.,N bAW+ub k' U C+AA+NO : O A Oa V b V V O W b^ O W DN ^0
m uy
b y I luY^ N EONk
y
a+
/er
Na
8u N m
uU;a a •N
NNNm b
mm H N P+ m-w^ u m mm s P^D V+ 1DDP D0O W
J W m 49 `
0
0
N Nw in r 1.
T- C L N
V r N A
J
W
O
w
m
Y
Z
0
O
O h Q R
r ( W
(^^
R lV ^ NNy { N N^ N N O W N N M O
N N R Rtp^ p
r W R W r N N O O r r O? tp W t0 r r c? O W^ W ^ n p n h r r r ep 1^ W r r N {C r N W W r r W M N r r O I^ N' r f ^ a Q r r W 10 M M r r fY W M N r r t0 l'1 lV ' r O N r
r r r
r W r 0 r r 10 N 0 0 r r Q W O m M O
)O M O n e 1 Q 7 CO to Cy p ^ t p M O f^ Q r W m
- W 1n (^ Ol W M O 1^ Q r W Q W 1(f N 01 t0 M O 1+ Q r
-cp N r W N
N N N R R N N((yy (( yyN N(( N N N Rp pR Rp pR
11
m m n ^ n W W W W ' ' ^^ '^ ^' r ^ 0 0 0 6 6 0 N N N g h N N N W N R W M R R
O s h ^yy R N ^ M^yy ON N
h Q N N r W N R Y) R R W N °` °` N N °' W n '° `° 0) W M
n O 1^ n m 0 0 m O !^ O N' r Cp
Q 1n Na W w 0 g q^ IV qN q l7 O
- O fO O m v 00
W W r W 10 N W N N 0) <p NO) W M O^ ^ D M O I^ M O h C O n Q rW Q r W Yf r W N N Ol IA N Ol W N Of fp M O f0 l^f O n N N N eS N N R R R
(y
N N ^(y^ N N N N
p
R R
p <