• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode K- Means Clustering Dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penilaian Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus : SMP Negeri 21 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Metode K- Means Clustering Dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Penilaian Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus : SMP Negeri 21 Medan)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI METODE K- MEANS CLUSTERING DAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

DALAM PENILAIAN KEDISIPLINAN SISWA

(STUDI KASUS : SMP NEGERI 21 MEDAN)

SKRIPSI

MAYA SANTRI BANCIN

111421089

PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE K- MEANS CLUSTERING DAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

DALAM PENILAIAN KEDISIPLINAN SISWA

(STUDI KASUS : SMP NEGERI 21 MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah

Sarjana Ilmu Komputer

MAYA SANTRI BANCIN

111421089

PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul

: IMPLEMENTASI METODE K- MEANS CLUSTERING

DAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP) DALAM PENILAIAN

KEDISIPLINAN SISWA (STUDI KASUS : SMP NEGERI 21 MEDAN)

Kategori

: SKRIPSI

Nama

: MAYA SANTRI BANCIN

Nomor Induk Mahasiswa : 111421089

Program Studi

: EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

Fakultas

: ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan,

Komisi Pembimbing

:

Pembimbing 2

Pembimbing 1

Maya Silvi Lydia, Bsc, M.Sc

Dian Rachmawati, S.si, M.Kom

NIP. 19740127 200212 2 001

NIP. 19830723 200912 2 004

Diketahui/disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer

Ketua,

(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI METODE K- MEANS CLUSTERING DAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

DALAM PENILAIAN KEDISIPLINAN SISWA

(STUDI KASUS : SMP NEGERI 21 MEDAN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2014

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta segala sesuatunya dalam hidup. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Komputer, Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera

Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta, Ayah Alm.

Bumi Basri Bancin dan Ibu Hj. Nuriana Pane yang tiada hentinya memberikan doa

dan kasih sayangnya serta semangat dan motivasi selama penulisan skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini, antara lain kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2.

Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi

Program Studi Ekstensi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Departemen Ilmu

Komputer, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas

Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembanding I yang telah memberikan kritik

dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4.

Ibu Dian Rachmawati, S.si, M.Kom selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran, masukkan kepada penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

5.

Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, masukkan

kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

6.

Bapak Handrizal, S.si, M.Comp.Sc selaku Dosen Pembanding II yang telah

memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

(6)

8.

Kepala Sekolah dan Guru – guru SMP Negeri 21 Medan yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian skripsi ini.

9.

Abangda Abdul Hamidran Rangkuti, M.pd dan Kakanda Dewi Afni Rezeki

Bancin, S.s serta Adik – adikku tersayang Rahmah Novia Sari Bancin, Amd,

Fajar Iqbal Bancin dan semua keluarga yang turut memberikan motivasi dan

semangat selama penulisan skripsi ini.

10.

Ahmad Azhari, Amd yang selalu mendukung dan memberikan motivasi

kepada penulis.

11.

Teman-teman seangkatan Ekstensi S1 Ilmu Komputer tahun 2011, cicha,

yolan, yuyun, wita, zhe, della, aim serta teman – teman yang lain yang

sama-sama berjuang meraih gelar Sarjana.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan karunia semua pihak yang

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap bahwa

skripsi ini bermanfaat terutama kepada penulis maupun para pembaca serta semua

pihak akademisi yang tertarik mengembangkannya. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik

demi kesempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2014

Penulis

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah aplikasi komputer yang dapat

menentukan nilai kedisiplinan siswa. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat

membantu pihak sekolah terutama guru Bimbingan Konseling dalam mengetahui

kelompok siswa dan menentukan nilai berdasarkan tingkat kedisiplinan dalam

menangani siswa yang tidak mentaati atau melanggar peraturan sekolah. Penilaian

kedisiplinan siswa dilakukan dengan menentukan bobot prioritas sub kriteria

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) kemudian hasil bobot

tersebut dikelompokkan menggunakan metode K- Means Clustering. Aplikasi

penilaian kedisiplinan siswa ini dirancang menggunakan bahasa pemrograman Visual

Basic 2010. Keluaran dari aplikasi ini adalah daftar data siswa yang berisi hasil

penilaian kedisiplinan siswa. Hasilnya yaitu dari 25 siswa terdapat 2 siswa yang

termasuk ke dalam kelompok tidak disiplin dengan pusat interval 6.46, 3 siswa

termasuk ke dalam kelompok yang cukup disiplin dengan pusat interval 13.37, 14

siswa termasuk ke dalam kelompok disiplin dengan pusat interval 23.63, dan sisanya 6

dari siswa tersebut termasuk ke dalam kelompok sangat disiplin dengan pusat interval

40.91.

(8)

IMPLEMENTATION OF K- MEANS CLUSTERING METHOD

AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

OF STUDENT DISCIPLINE ASSESSMENT

(CASE STUDY: SMP NEGERI 21 MEDAN)

ABSTRACT

This research is to design a computer applications that can determine the value of

student’s discipline. The application is expected to help the school especially the

Guidance and Counselling to figure out the group of student and determine the value

based on the level of discipline in dealing with students who do not comply with or

violate school’s rules. Student discipline assessment done by determining the weights

priority sub-criteria using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and the result will

be grouped using K- Means clustering method. The student discipline assessment

application designed using Visual Basic 2010. The output of this application is a list

of data that contains the results of student disciplinary assessment. The results of 25

students show two students who belong to a group of undisciplined with interval

central in 6.46, 3 students includes to group of students who are disciplined enough

with central of the interval in 13.37, 14 students includes to group a discipline with the

interval central in 23.63, and 6 students includes to group a very disciplined with the

interval central in 40.91.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan

ii

Pernyataan

iii

Penghargaan

iv

Abstrak

vi

Abtract

vii

Daftar Isi

viii

Daftar Tabel

xi

Daftar Gambar

xv

Bab 1 Pendahuluan

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

2

1.3 Batasan Masalah

2

1.4 Tujuan Penelitian

3

1.5 Manfaat Penelitian

3

1.6 Metode Penelitian

4

1.7 Sistematika Penulisan

5

Bab 2 Landasan Teori

6

2.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

6

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

6

2.1.2 Tahap – tahap Pengambilan Keputusan

6

2.1.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

7

2.1.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

8

2.1.4.1 Sistem Pengolahan data (database)

8

2.1.4.2 Sub sistem pengelolaan model (model base)

9

2.1.4.3 Sub sistem pengelolaan dialo (interface)

9

2.1.4.4 Subsistem Manajemen Knowledge

9

2.2 Disiplin

11

2.2.1 Pengertian Disiplin

11

2.2.2 Bentuk – bentuk Disiplin Belajar Siswa

11

2.2.2.1 Disiplin terhadap Waktu

11

2.2.2.2 Didiplin terhadap Tata Tertib

12

2.2.2.3 Disiplin terhadap Tugas

12

2.2.2.4 Disiplin dalam Berpakaian

13

2.2.2.5 Disiplin dalam pembayaran Kewajiban

13

2.3 Metode K- Means Clustering

15

2.3.1 Pengertian Metode K- Means Clustering

15

2.3.2 Prosedur Metode K- Means Clustering

16

2.4 Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)

17

2.4.1 Pengertian Metode AHP

17

2.4.2 Prosedur Metode AHP

17

(10)

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem

24

3.1 Analisis Masalah

24

3.2 Analisis Kebutuhan

25

3.3 Perancangan Aplikasi

25

3.3.1 Use Case Diagram

26

3.3.2 Activity Diagram

27

3.3.3 Data Flow Diagram (DFD)

33

3.3.4 Flowchart

35

3.3.5 Pengelompokan Disiplin

37

3.3.6 Kriteria Disiplin

37

3.3.7 Prose Data Input Pengujian

37

3.4 Data Pegujian

38

3.4.1 Perhitungan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)

38

3.4.2 Perhitunga Metode K- Means Clustering

51

3.5 Perancangan Database

68

3. 5.1 Perancangan Form

70

3.6 Perancangan Tampilan Antarmuka (Interface)

70

3.6.1 Rancangan Form Menu Utama

70

3.6.2 Rancangan Form Login

71

3.6.3 Rancangan Form User

71

3.6.4 Rancangan Form Data Siswa

73

3.6.5 Rancangan Form AHP

74

3.6.6 Rancangan Form K- Means

75

Bab 4 Implementasi Dan Pengujian

77

4.1 Implementasi Sistem

77

4.1.1 Tampilan Halamam Utama

78

4.1.2 Tampilan Halaman Tentang

79

4.2 Pengujian

80

4.2.1 Tampilan Halaman AHP Kriteria

80

4.2.2 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria

80

4.2.3 Tampilan Halaman Hasil

87

4.2.4 Tampilan Halaman SPK K- Means

87

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran

95

5.1 Kesimpulan

94

5.2 Saran

94

Daftar Pustaka

94

Lampiran A: Listing Program

Lampiran B: Curriculum Vitae

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Skala Kuantitatif dalam Sistem Pendukung Keputusan

19

2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

20

2.3 Nilai Rata – rata Konsistensi

22

3.1 Dokumentatif Naratatif Activity Diagram Proses Login

28

3.2 Dokumentasi Naratif Activity Diagram Proses Data Siswa

29

3.3 Dokunmentatsi Naratif Activity Diagram Proses SPK

29

3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan

37

3.5 Matriks Nilai Kriteria

37

3.6 Matriks Penjumlahan tiap baris

38

3.7 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria

39

3.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria DDB

40

3.9 Matriks Nilai Kriteria DDB

40

3.10 Matriks Penjumlahan tiap baris DDB

41

3.11 Perhitungan Rasio Konsistensi

41

3.12 Matriks Perbandingan Berpasangan DPK

42

3.13 Matriks Nilai Kriteria DPK

42

3.14 Matriks Penjumlahan tiap baris DPK

43

3.15 Perhitungan Rasio Konsistensi

43

3.16 Matriks Perbandingan Berpasangan DMT

44

3.17 Matriks Nilai Kriteria DMT

44

3.18 Matriks Penjumlahan tiap baris DMT

45

3.19 Perhitungan Rasio Konsistensi

45

3.20 Matriks Perbandingan Berpasangan DTT

46

3.21 Matriks Nilai Kriteria DTT

46

3.22 Matriks Penjumlahan tiap baris DTT

47

3.23 Perhitungan Rasio Konsistensi

47

3.24 Matriks Perbandingan Berpasangan DTW

48

3.25 Matriks Nilai Kriteria DTW

48

3.26 Matriks Penjumlahan tiap baris DTW

49

3.27 Perhitungan Rasio Konsistensi

49

3.28 Matriks Hasil

50

3.29 Data Siswa Kelas IX- 2

51

3.30 Hasil Inisialisasi

52

3.31 Hasil Perhitungan AHP

53

3.32 Poin Kedisiplin Siswa

54

3.33 Perhitungan Jarak Poin Kedisiplinan Terhadap Cluster

55

3.34 Susunan Perhitungan Jarak pada tiap – tiap Cluster

56

3.35 Posisi Iterasi Pertama

57

3.37 Perhitungan Jarak Poin Kedisiplinan terhadap Cluster pada Iterasi Pertama

59

3.38 Susunan Jarak Poin Kedisiplinan terhadap Cluster pada Iterasi Pertama

60

(12)

3.41 Hasil Posisi Iterasi Ketiga

65

3.42 Hasil Posisi Iterasi Ketiga

66

3.43 Tabel Siswa

67

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan

11

2.2 Analisis Proses

15

2.3 Contoh Clustering

16

2.4 Struktur Hierarki AHP

19

3.1 Diagram Ishikawa

23

3.2 Use Case Diagram Pada Sistem

25

3.3 Activity Diagram Proses Login

26

3.4 Activity Diagram Pada Data Siswa

27

3.5 Activity Diagram Pada SPK

28

3.6 DFD Level 0

29

3.7 DFD Level 1

30

3.8 Flowchart Metode K- Means Clustering

31

3.9 Flowchart Metode AHP

32

3.10 Rancangan Form Main Menu

69

3.11 Rancangan Form Login

70

3.12 Rancangan Form User

71

3.13 Rancangan Form Data Siswa

72

3.14 Rancangan Form AHP

73

3.15 Rancangan Form K- Means Clustering

74

4.1 Tampilan Halaman Utama

78

4.2 Tampilan Halaman Data Siswa

79

4.3 Tampilan Halaman SPK

79

4.4 Tampilan Halaman Tentang

80

4.5 Tampilan Halaman AHP Kriteria

81

4.6 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria Kriteria DDB

83

4.7 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria Kriteria DPK

84

4.8 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria Kriteria DMT

86

4.9 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria Kriteria DTT

87

4.10 Tampilan Halaman AHP Sub Kriteria Kriteria DTW

88

4.11 Tampilan Halaman AHP Hasil

90

4.12 Tampilan Halaman K- Means Inialisasi

91

4.13 Tampilan Halaman K- Means Iterasi 1

91

4.14 Tampilan Halaman K- Means Iterasi 2

92

4.15 Tampilan Halaman K- Means Iterasi 3

92

4.16 Tampilan Halaman K- Means Iterasi 4

93

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah aplikasi komputer yang dapat

menentukan nilai kedisiplinan siswa. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat

membantu pihak sekolah terutama guru Bimbingan Konseling dalam mengetahui

kelompok siswa dan menentukan nilai berdasarkan tingkat kedisiplinan dalam

menangani siswa yang tidak mentaati atau melanggar peraturan sekolah. Penilaian

kedisiplinan siswa dilakukan dengan menentukan bobot prioritas sub kriteria

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) kemudian hasil bobot

tersebut dikelompokkan menggunakan metode K- Means Clustering. Aplikasi

penilaian kedisiplinan siswa ini dirancang menggunakan bahasa pemrograman Visual

Basic 2010. Keluaran dari aplikasi ini adalah daftar data siswa yang berisi hasil

penilaian kedisiplinan siswa. Hasilnya yaitu dari 25 siswa terdapat 2 siswa yang

termasuk ke dalam kelompok tidak disiplin dengan pusat interval 6.46, 3 siswa

termasuk ke dalam kelompok yang cukup disiplin dengan pusat interval 13.37, 14

siswa termasuk ke dalam kelompok disiplin dengan pusat interval 23.63, dan sisanya 6

dari siswa tersebut termasuk ke dalam kelompok sangat disiplin dengan pusat interval

40.91.

(15)

IMPLEMENTATION OF K- MEANS CLUSTERING METHOD

AND ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

OF STUDENT DISCIPLINE ASSESSMENT

(CASE STUDY: SMP NEGERI 21 MEDAN)

ABSTRACT

This research is to design a computer applications that can determine the value of

student’s discipline. The application is expected to help the school especially the

Guidance and Counselling to figure out the group of student and determine the value

based on the level of discipline in dealing with students who do not comply with or

violate school’s rules. Student discipline assessment done by determining the weights

priority sub-criteria using the Analytical Hierarchy Process (AHP) and the result will

be grouped using K- Means clustering method. The student discipline assessment

application designed using Visual Basic 2010. The output of this application is a list

of data that contains the results of student disciplinary assessment. The results of 25

students show two students who belong to a group of undisciplined with interval

central in 6.46, 3 students includes to group of students who are disciplined enough

with central of the interval in 13.37, 14 students includes to group a discipline with the

interval central in 23.63, and 6 students includes to group a very disciplined with the

interval central in 40.91.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keberhasilan seseorang dapat dilihat dari caranya mendisiplinkan hidup sejak dia

kecil hingga dewasa, agar kelak dewasa nanti seseorang tersebut telah terbiasa dalam

mencapai keberhasilan. Kedispilinan itu sendiri merupakan suatu sikap yang taat dan

patuh terhadap suatu peraturan yang berlaku, tanpa suatu adanya peraturan maka tidak

akan tercapainya suatu kedisiplinan. Dengan adanya suatu peraturan akan melatih

seseorang untuk disiplin dalam segala hal dan dengan sikap yang selalu disiplin dapat

membuat seseorang berhasil dengan apa yang seseorang tersebut cita – citakan, itulah

sebabnya kedisiplinan adalah modal utama suatu keberhasilan. Kedisiplinan tersebut

dapat dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat.

(17)

Penyebab ketidakdisiplinan siswa adalah kurang jelasnya peraturan dan sangsi yang

diberikan kepada siswa, kurang pengawasan dari pendidik bagi siswa yang melakukan

pelanggran. Untuk itu diupayakan dalam mengatasi kedisiplinan tersebut adalah

dengan cara memberikan sanksi – sanksi dan pengawasan dari pendidik sangat jelas.

Bentuk sanksi bisa berupa hukuman, pembinaan, atau surat pernyataan. Sanksi berupa

pembinaan akan diserahkan ke BK (Bimbingan Konseling). Jika dalam pembinaan

BK, siswa diketahui mempunyai masalah yang melatar belakangi perbuatan

pelanggaran, maka siswa tersebut akan ditindak lanjuti dalam bentuk layanan

konseling.

Oleh sebab itu perlu adanya pengelompokan di setiap sekolah berdasarkan tingkat

kedisiplinannya, agar pihak sekolah terutama guru BK lebih mudah mengetahui

kelompok siswa yang perlu penanganan khusus. Dari permasalahan tersebut penulis

menggukan metode K- Means

Clustering dan

Analitycal Hierarchy Process (AHP)

sebagaimana pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh “Arim Wijaya yang

berjudul Analisis Algoritma K- Means untuk Sistem Pendukung Keputusan

Penjurusan Siswa di Man Binong Subang”[12] dan “Faraby Azwani yang berjudul

Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

(AHP)”[6].

Dari beberapa penjabaran diatas penulis mengajukan skripsi untuk memecahkan

permasalahan tersebut dan tertarik membuat suatu sistem pendukung keputusan

dalam bentuk sebuah aplikasi yang akan bermanfaat dalam penilaian disiplin siswa

dengan menggunakan Metode K- Means Clustering dan Analitycal Hierarchy Process

(AHP) yang di implementasikan untuk menilai disiplin siswa di SMP Negeri 21

Medan.

1.2 Rumusan Masalah

(18)

1.3

Batasan Masalah

Ada pun beberapa batasan yang perlu dibuat, yaitu :

1.

Data penelitian yang didapat dari SMP Negeri 21 Medan.

2.

Kriteria terhadap penilaian disiplin siswa yang digunakan adalah berdasarkan

kriteria yang ditetapkan oleh Guru BK SMP Negeri 21 Medan yaitu

a). Disiplin terhadap waktu (DTW)

b). Disiplin mengerjakan tugas (DMT)

c). Disiplin terhadap tata tertib (DTT)

d). Disiplin dalam berpakaian (DDB)

e). Disiplin dalam pembayaran kewajiban (DPK)

3.

Pada kasus penelitian penilaian disiplin siswa menggunakan gabungan metode

Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan K- Means Clustering ini akan

dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu

a). Sangat disiplin

31 - 50

b). Disiplin

21 - 30

c). Cukup disiplin

11 - 20

d). Tidak Disiplin

0 - 10

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah :

Membuat perangkat lunak penerapan Metode K- Means

Clustering dan

Analitycal

Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan

nilai kedisiplinan siswa.

1.5 Manfaat penelitian

1.

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan Metode K-

Means Clustering an Analitycal Hierarchy Process (AHP)

(19)

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan mengikuti beberapa langkah yang akan

digunakan penulis, yaitu:

1.

Studi Kepustakaan

Pengumpulan referensi dalam penelitian yang penulis lakukan dengan mencari jurnal,

buku, tulisan ilmiah, e-book, maupun artikel lain yang berhubungan dengan Sistem

Pendukung Keputusan, Metode K- Means

Clustering, Metode Analitycal Hierachy

Process, Kedisiplinan, serta Bahasa Pemrograman Visual Basic 2010.

2.

Analisis dan Perancangan Sistem

Tahap ini digunakan untuk mengolah data dari hasil studi kepustakaan kemudian

melakukan analisis sehingga menjadi suatu informasi. Proses ini meliputi pembuatan

algoritma program, flowchart sistem, rancangan aplikasi, dan pembuatan user

interface aplikasi.

3.

Implementasi Sistem

Menerapkan K- Means Clustering dan Analitycal Hierarchy Process ke dalam aplikasi

komputer yang sedang dirancang.

4.

Pengujian aplikasi

Menguji apakah aplikasi yang dibuat telah berhasil berjalan sesuai dengan keinginan

dan melakukan perbaikan kesalahan jika masih terdapat error pada aplikasi.

5.

Dokumentasi

(20)

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab yang masing – masing bab

membahas tentang :

Bab I

: Pendahuluan

Di dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II

: Landasan Teori

Di dalam bab ini berisi tentang teori metode K- Means

Clustering, metode

Analitycal Hierachy Process, sistem pendukung keputusan, dan disiplin Siswa.

Bab III : Desain dan Perancangan Sistem

Dalam bab ini menjelaskan tentang analisis penulis dalam pengembangan sistem

pendukung keputusan, tahap perencanaan, desain dan perancangan sistem penetuan

nilai disiplin siswa dengan menggunakan metode K- Means Clustering dan Analitycal

Hierarchy Process

Bab IV : Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini menjelaskan tahapan implementasi dan uji coba dari perancangan

sistem serta analisis hasil.

Bab V :

Penutup

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support Sistem (DSS)

pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton

dengan istilah Management Decision Sistem. Seperti yang diungkapkan oleh Moore

dan Chang (1980) sistem pendukung keputusan tersebut adalah suatu sistem

informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk

membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur

ataupun tidak terstruktur.[3]

Definisi awalnya, SPK adalah sistem berbasis model yang terdiri dari

prosedur-prosedur dalam pemrosesan data dan pertimbangannya untuk membantu manajer

dalam mengambil keputusan. Agar berhasil mencapai tujuannya maka sistem tersebut

harus sederhana, mudah untuk dikontrol

,

mudah beradaptasi, lengkap pada hal-hal

penting, dan mudah berkomunikasi dengannya.[3]

2.1.2

Tahap-tahap pengambilan keputusan

Menurut Simon (1960) pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling

berhubungan dan berurutan. Empat tahap tersebut adalah :

(1)

Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika

serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam

rangka mengidentifikasikan masalah.

(22)

Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan alternatif. Tahap ini

meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan

solusi.

(3)

Choice

Pada tahap ini dilakukan poses pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan yang

mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi

yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik

untuk variabel hasil pada alternatif yang dipilih

.

(4)

Implementation

Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil.

Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil

keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.

2.1.3

Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Adapun karakteristik dari SPK, diantaranya adalah sebagai berikut [3]:

1.

Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan

tak terstruktur.

2.

Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer

lini.

3.

Dukungan untuk individu dan kelompok.

4.

Dukungan untuk semua keputusan independen dan atau sekuensial.

5.

Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain,

pilihan,dan implementasi.

6.

Dukungan pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

7.

Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil keputusan dapat

menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat menanganinya

dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang

terjadi.

8.

Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat, dan

sebuah bahasa interaktif yang alami.

(23)

10.

Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan

keputusan dalam memecahkan masalah.

11.

Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan

keputusan dalam memecahkan masalah.

12.

Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sederhana.

13.

Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan keputusan.

14.

Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari

sistem informasi geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

15.

Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil

keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan

di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.

2.1.4

Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban (2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat subsistem,

yaitu [3]:

2.1.4.1 Subsistem pengelolaan data (

database

).

Sub sistem pengelolaan data (database) merupakan komponen SPK yang berguna

sebagai penyedia data bagi sistem. Data tersebut disimpan dan diorganisasikan dalam

sebuah basis data yang diorganisasikan oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem

manajemen basis data (Database Management System).

2.1.4.2 Sub sistem pengelolaan model

(model base).

(24)

2.1.4.3

Subsistem pengelolaan dialog

(user interface)

Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan

sistem yang terpasang dengan pengguna secara interaktif, yang dikenal dengan

subsistem dialog. Melalui subsistem dialog, sistem diimplementasikan sehingga

pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dibuat.

2.1.4.4

Subsistem Manajemen

Knowledge

(25)
[image:25.595.114.522.88.382.2]
(26)

2.2

Disiplin

2.2.1 Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan suatu hal yang mudah diucapkan, tapi sukar dilaksanakan. Dapat

diartikan disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib

dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung

jawab tanpa paksaan dari siapapun. Sedangkan menurut Hadlari Nawawi (1996)

disiplin adalah usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap

suatu ketentuan yang disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang

dapat dihindari [1].

Dengan adanya disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku

seseorang dalam mencapai tujuan, seperti pendidikan. Karena ada perilaku yang harus

dicegah atau dilarang dan sebaliknya harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat

sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan dan tata

tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu saja, melainkan sebagai usaha

mendisiplinkan diri sendiri (self discipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat

pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena

kesadaran dari dirinya sendiri.

2.2.2

Bentuk- Bentuk Disiplin Belajar Siswa

2.2.2.1 Disiplin terhadap waktu

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atau siswa adalah banyak pelajar

atau siswa yang mengeluh kekuragan waktu untuk belajarnya, tetapi mereka

sebenarnya kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu

secara efisien. Banyak waktu yang terbuang-buang disebabkan karena membicarakan

hal – hal yang tidak habis-habisnnya. Sikap seperti itu harus ditinggalkan oleh siswa

karena tidak bermanfaat baginya.

(27)

dan tepat waktu adalah merupakan hal yang terpuji. Dari uraian di atas dapat dipahami

bahwa penggunaan atau pamanfaatan waktu dangan baik menumbuhkan disiplin

dalam mempergunakan waktu secara efisien.

2.2.2.2

Disiplin terhadap tata tertib.

Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk

diterapkan, karena pada suatu sekolah tidak memiliki tata tertib maka proses belajar

mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Antara peraturan

dan tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai

pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun diluar

kelas.

Agar dapat melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka guru

bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata

tertib tersebut. Dalam hal ini staf sekolah atau guru perlu terjalinnya kerja sama

sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertib kelas yang baik tanpa adanya kerja sama

tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap

peraturan dan tata tertib sekolah serta terciptanya suasana balajar yang tidak

diinginkan.

Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan terciptanya disiplin

dari siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan tata tertib dengan baik, maka di

dalam suatu lambaga atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin

terhadap

siswa, agar tercipta proses belajar mengajar yang baik.

2.2.2.3

Disiplin terhadap tugas

a.

Mengerjakan tugas rumah

(28)

b.

Mengerjakan tugas di sekolah

Adapun tugas di sekolah mencakup mengerjakan latihan-latihan tes atau ulangan

harian, ulangan umum ataupun ujian, baik yang tertulis maupun lisan yang diberikan

guru pada saat jam pelajaran disekolah.

2.2.2.4

Disiplin dalam berpakaian.

Sekolah membuat tata tertib tidak semata - mata tanpa alasan. Tetapi, bertujuan

menumbuhkan sikap disiplin kita. Sikap disiplin tidak hanya penting bagi kita dihari

ini, tetapi juga untuk masa depan kita. Berbagai upaya sekolah untuk mengajarkan kita

disiplin telah dilakukan tak hanya dengan sanksi dan hukuman. Pihak sekolah tidak

bosan mengingatkan dan mengajarkan kita untuk disiplin. Salah satu nya disiplin

dalam berpakaian, tentu membuat seseorang terlihat rapih, bersih dan berwibawa,

tidak mungkin membuatnya mendapatkan sanksi. Jadi kepribadian seseorang jelas

tercermin dari bagaimana caranya dalam berpakaian

.

2.2.2.5

Disiplin dalam pembayaran kewajiban

(29)
[image:29.595.107.525.182.507.2]

Penanganan pendisiplinan siswa di SMP Negeri 21 Medan yang akan berlangsung

selama aplikasi dijalankan diperlukan dengan adanya analisis proses. Analisis proses

pada aplikasi yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Analisis Proses

(30)

2.3 Metode K- Means Clustering

2.3.1

Pengertian K- Means Clustering

Clustering

atau

clusterisasi

adalah salah satu alat bantu pada data mining

yang

bertujuan mengelompokkan objek-objek ke dalam cluster-cluster.

Cluster

adalah

sekelompok atau sekumpulan objek-objek data yang similar

satu sama lain dalam

cluster yang sama dan dissimilar

terhadap objek-objek yang berbeda cluster. Objek

akan dikelompokkan ke dalam satu atau lebih cluster

sehingga objek-objek yang

berada dalam satu cluster akan mempunyai kesamaan yang tinggi antara satu dengan

lainnya.

[image:30.595.138.494.425.593.2]

Objek-objek dikelompokkan berdasarkan prinsip memaksimalkan kesamaan objek

pada

cluster

yang sama dan memaksimalkan ketidaksamaan pada cluster

yang

berbeda. Kesamaan objek biasanya diperoleh dari nilai-nilai atribut yang menjelaskan

objek data, sedangkan objek-objek data biasanya direpresentasikan sebagai sebuah

titik dalam ruang multidimensi. Seperti contoh clustering yang dapat dilihat pada

gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Contoh

Clustering

(31)

lain. Nilai – nilai

cluster secara random untuk sementara nilai tersebut menjadi pusat

dari cluster atau biasa disebut dengan centroid, mean atau means.

2.3.2 Prosedur Metode K- Means Clustering

Langkah-langkah dalam metode K- Means Clustering adalah :

1.

Menentukan jumlah cluster yang akan dibentuk.

2.

Menentukan nilai centroid atau rata – rata data yang ada di masing – masing

cluster. Dalam menentukan nilai centroid untuk awal iterasi, nilai awal centroid

dilakukan secara acak.

3.

Menghitung jarak setiap data yang ada terhadap masing- masing centroid

menggunakan rumus Euclidian hingga ditemukan jarak yang paling dekat dari

setiap data dengan centroid, seperti pada rumus 1 berikut.

�,�

=

�∑ ��

��

− �

��

2 �

�=1

... (1)

Dimana :

D

(i,k)

= Perhitungan jarak data ke-i dengan pusat klaster ke-k

p

= maksimal data

j

= banyak data

4.

Pengelompokan objek untuk menentukan anggota cluster adalah dengan

memperhitungkan jarak minimum objek. Nilai yang diperoleh dalam keanggotaan

data pada distance matriks adalah 0 atau 1, dimana nilai 1 untuk data yang

dialokasikan ke cluster dan nilai 0 untuk data yang dialokasikan ke cluster yang

lain.

5.

Kembali ke tahap 2, lakukan perulangan hingga nilai centroid yang dihasilkan

tetap dan anggota cluster tidak berpindah ke cluster lain.

(32)

2.4

Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)

2.4.1

Pengertian Analitycal Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas

L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor

atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1999) hirarki

didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks

dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level

faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari

alternatif [5]

.

Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam

kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga

permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

2.4.2 Prosedur Metode AHP

Penyelesaian masalah AHP ada beberapa prosedur yang perlu dipahami antara lain

sebagai berikut :

1.

Membuat hierarki

Penyusunan hierarki dari permasalahan yang akan diselesaikan, kemudian diuraikan

menjadi unsur – unsur nya yaitu kriteria dan alternatif. Penyusunan hierarki tersebut

dengan menentukan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada

level teratas. Level berikutnya terdiri dari kriteria-kriteria untuk menilai atau

(33)
[image:33.595.124.525.82.210.2]

Gambar 2.4. Struktur Hierarki AHP

2.

Menilai Kriteria dan Alternatif

Penilaian kriteria dan alternatif melalui perbandingan berpasangan. Menurut

Saaty (2001), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam

mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala

perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1 Skala kuantitatif dalam sistem pendukung

Keputusan

Intensitas Kepentin

Gan

Defenisi

Penjelasan

1

Kedua elemen

sama pentingnya

Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan

3

Elemen yang satu

sedikit lebih penting

dari pada elemen yang

lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen

dibandingkan elemen yang lainnya

5

Elemen yang satu lebih

penting dari pada

elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat

kuat menyokong satu elemen

dibandingkan elemen yang lainnya

7

Satu elemen jelas lebih

Mutlak penting dari

pada elemen yang

lainnya

Satu elemen yang kuat di sokong

dan dominan terlihat dalam praktek

9

Satu elemen mutlak

penting dari pada

elemen yang lainnya

[image:33.595.107.528.496.764.2]
(34)

menguatkan

2,4,6,8

Nilai-nilaiantara 2 nilai

pertimbangan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua

kompromi diantara 2 pilihan

Kebalikan

Jika aktifitas i mendapat satu angka dibanding aktifitas j, maka

j mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i

3.

Menentukan prioritas elemen

Langkah- langkah dalam menentukan prioritas elemen sebagai berikut:

a.

Membuat perbandingan berpasangan

[image:34.595.110.525.86.172.2]

Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan

berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang

diberikan. Untuk perbandingan berpasangan digunakan bentuk matriks. Matriks

bersifatsederhana, berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa

konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan

yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk

merubahpertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai

dari levelpaling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level

dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4,

A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matrik seperti pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Matrix perbandingan berpasangan

C

A1

A2

A3

A4

A5

A1

1

A2

1

A3

1

A4

1

(35)

b.

Mengisi matrik perbandingan berpasangan

Untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan

untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya

yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini mendefinisikan

dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam perbandingan

berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kreteria di level yang

lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matrik dan dibandingkan dengan dirinya

sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai tertentu, maka j

dibanding i merupakan kebalikkannya. Pada tabel 2 memberikan definisi dan

penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat kepentingan

suatu elemen dengan elemen lainnya.

c.

Sintesis

Pertimbangan - pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk

memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.

Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

2.

Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matriks.

3.

Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks dan membaginya dengan jumlah

elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

4.

Mengukur konsistensi.

Dalam pembuat keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang

ada, karena kita tidak ingin keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi

yang rendah. Karena dengan konsistensi yang rendah, pertambangan akan tampak

sebagai sesuatu yang acak dan tidak akurat. Konsistensi penting untuk mendapatkan

hasil yang valid dalam dunia nyata. Oleh karena itu AHP mengukur konsistensi

pertimbangan dengan rasio konsistensi (consistency ratio).

(36)

3.

Hasil dari penjumlahan baris dibagikan dengan elemen prioritas yang

bersangkutan.

4.

Membagi hasil penjumlahan diatas dengan banyak elemen yang ada.

5.

Menghitung indeks konsistensi.

CI =

(λmax

-n)/(n-1) .... (2)

Dimana CI

= indeks konsistensi

λ

max

= nilai eigen

n = banyak kriteria

6.

Menghitung konsistensi ratio (CR).

CR = CI/RI .... (3)

Dimana CR = rasio konsistensi

CI = indeks konsistensi

RI = indeks random

[image:36.595.105.526.509.698.2]

Matriks random dengan skala penilaian 1sampai 9 beserta kebalikannya sebagai

random consistency (RC). Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat

dibenarkan sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai Rata – rata Konsistensi

Ukuran Matriks

Konsistensi acak

(Random

Consistency)

1

0,00

2

0,00

3

0,58

4

0,92

5

1,12

6

1,24

7

1,32

8

1,41

9

1,45

(37)

2.5

Penelitian Terkait

1.

Penelitian Arim Wijaya yang berjudul Analisis Algoritma K- Means untuk

Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan Siswa di Man Binong Subang.

“Berdasarkan hasil analisis terhadap algoritma K-Means untuk sistem pendukung

keputusan penjurusan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah algoritma

Means kurang tepat untuk sistem pendukung keputusan penjurusan tetapi algoritma

K-Means lebih tepat untuk mengelompokan data siswa berdasarkan data nilai yang bisa

memberikan gambaran untuk penjurusan siswa[12].

2.

Penelitian Sukenda dan Zeny Prima Apryzone yang berjudul Sistem

Pendukung Keputusan untuk Memilih Kendaraan Bekas Dengan

Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process.

(38)

3.

Penelitian Faraby Azwani yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan

Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .

(39)

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1

Analisis Masalah

Proses penilaian kedisiplinan siswa di SMP Negeri 21 Medan masih

menggunakan cara yang biasa diterapkan disekolah pada umumnya. Melalui guru BK

dengan menggunakan buku tata tertib, menentukan peraturan atau kadar sanksi dengan

tingkat pelanggarannya sehingga belum adanya penentuan bobot subkriteria penilaian

yang digunakan untuk menentukan kelompok disiplin siswa.

[image:39.595.110.517.353.558.2]

Analisis masalah pada sistem yang dirancang dapat digambarkan dalam diagram

Ishikawa seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Ishikawa

3.2

Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan terbagi dua bagian, yaitu kebutuhan fungsional dan

kebutuhan nonfungsional. Kebutuhan fungsional mendeskripsikan aktivitas yang

disediakan suatu sistem. Sedangkan kebutuhan nonfungsional mendeskripsikan fitur,

karakteristik dan batasan lainnya.

Mesin

Metode

Man

Implementasi

metode K- Means

Clustering dan

metode

Analitycal

Hierarchy

Process (AHP)

dalam penilaian

kedisiplinan

siswa.

Material

- Belum ada alat

yang membantu

- Metode yang digunakan masih manual

- Waktu yang dibutuhkan lama.

- Penentuan nilai disiplin yang kurang tepat. - Kriteria disiplin

(40)

3.2.1

Kebutuhan Fungsional

1.

Kebutuhan fungsional adalah fungsi-fungsi yang harus dipenuhi pada aplikasi

yang dirancang. Kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi aplikasi yang

dirancang adalah sebagai berikut:

a.

Sistem harus mampu menentukan bobot dari kriteria dan subkriteria

disiplin siswa.

b.

Sistem harus mampu menentukan kelompok disiplin siswa yang

melakukan pelanggaran dengan memberikan hasil yang terbaik.

3.2.2

Kebutuhan Nonfungsional

Kebutuhan fungsional mencakup karakteristik berikut:

1.

Performa

Perangkat lunak yang akan dibangun dapat menunjukkan hasil dari fungsi sistem

pendukung keputusan yang dilakukan oleh sistem.

2.

Efisiensi

Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus sesederhana mungkin agar

mudah digunakan oleh pengguna (user) dan responsif.

3.

Ekonomi

Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun harus dapat bekerja dengan baik

tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan dalam penggunaan perangkat keras

maupun perangkat lunak.

4.

Dokumentasi

Sistem atau perangkat lunak yang akan dibangun dapat menilai kedisiplinan

siswa.

(41)

Perangkat lunak yang akan dibangun akan memiliki kualitas yang baik yaitu

dalam proses penilaian kedisiplinan siswa dengan hasil kelompok disiplin yang

tepat.

6.

Kontrol

Perangkat lunak yang dibangun akan menampilkan pesan error untuk setiap input

yang tidak sesuai.

3.3

Perancangan Aplikasi

Perancangan aplikasi yang bertujuan untuk menggambarkan semua kondisi dan

bagian-bagian yang berperan dalam sistem yang dirancang. Pemodelan aplikasi

dilakukan dengan membuat Use-case diagram, Data Flow Diagram (DFD),

dan

Flowchart.

3.3.1

Use Case Diagram

(42)
[image:42.595.112.519.139.335.2]

Gambar 3.2. Use-Case Diagram Pada Sistem

Pada use case diagram sistem admin bertindak sebagai pembuat aplikasi yang dapat

melakukan proses login, menginput data siswa, menginput data kedisiplinan siswa,

proses perhitungan metode AHP dan K- Means serta mengelola data user ( pengguna

aplikasi), sementara user bertindak sebagai pengguna aplikasi yang dapat melakukan

kegiatan sama seperti admin kecuali pengolaan data user.

3.3.2

Activity Diagram

Activity diagram memiliki pengertian yaitu lebih fokus menggambarkan urutan

aktivitas dalam suatu proses. Seperti pada penelitian ini diperlukan activity diagram

yang dapat menganalisa aktivitas-aktivitas proses penanganan pendisiplinan siswa di

SMP Negeri 21 Medan yang akan berlangsung selama aplikasi dijalankan. Berikut

activity diagram yang dirancang untuk menangani proses pendisiplinan siswa di SMP

Negeri 21 Medan.

(43)
[image:43.595.109.523.140.502.2]

Gambar 3.3. Activity diagram proses Login

(44)

Nama Activity Diagram

Login

Actor

User

Deskripsi

Activity ini mendeksripsikan proses login

Prakondisi

Sudah masuk ke tampilan aplikasi kedisiplinan siswa

Bidang khas suatu

kejadian

Kegiatan User

Respon Sistem

1.

Menjalankan Program

2.

Mengisi Username dan

password

3.

Apabila username dan

password tidak diterima

atau salah akan muncul

peringatan salah

4.

Memilih menu file

kemudian data user

5.

Mengisi user ID

beserta passwordnya

1.

Sistem akan

menampilkan halaman

login untuk memasukkan

username dan password

2.

Sistem akan

menampilkan halaman

konfirmasi untuk

verifikasi diterima atau

tidaknya username dan

password

3.

Sistem akan

menampilkan halaman

utama

4.

Sistem akan

menampilkan halaman

data user

5.

Sistem menampilkan list

user ID beserta

(45)

Activity Diagram proses pada data siswa yang dirancang dapat dilihat pada Gambar

3.4.

User

Sistem

Menampilkan halaman utama

Menu data siswa

Menampilkan halaman data siswa

Menyimpan data siswa Mengisi data

siswa

Memilih data siswa

Mengubah data siswa

Tampilkan peringatan data berhasil disimpan

Menyimpan data siswa

Membuat Mengedit

[image:45.595.111.520.180.708.2]

Tombol create ditekan Memilih Menu

(46)
[image:46.595.107.527.180.469.2]

Tabel 3.2 Dokumentasi naratif Activity diagram proses Data Siswa

Nama Activity Diagram

Data Siswa

Actor

User

Deskripsi

Activity ini mendeksripsikan proses data siswa

Prakondisi

Sudah masuk ke tampilan aplikasi kedisiplinan siswa

Bidang khas suatu

kejadian

Kegiatan User

Respon Sistem

1.

Memilih menu data

siswa

2.

Mengisi data siswa

3.

Memilih data siswa

untuk membuat data

siswa atau mengedit

data siswa

1.

Sistem akan menampilkan

halaman data siswa

2.

Sistem akan menampilkan

halaman konfirmasi untuk

verifikasi membuat atau

mengedit data siswa

3.

Sistem akan menyimpan

data siswa

Pasca kondisi

Proses data siswa selesai dilakukan

Tabel 3.3 Dokumentasi naratif Activity Diagram Proses Perhitungan

(47)

Nama Activity Diagram

Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Actor

User

Deskripsi

Activity ini mendeksripsikan proses perhitungan metode

AHP dan K- Means pada SPK

Prakondisi

Sudah masuk ke tampilan aplikasi kedisiplinan siswa

Bidang khas suatu

kejadian

Kegiatan User

Respon Sistem

1.

Memilih menu SPK

2.

Memilih tab menu sub

kriteria DDB, DPK,

DMT, DTT, DTW

3.

Memilih tab hasil untuk

mnghitung hasil dari

masing – masing sub

kriteria.

4.

Memilih tab menu

inisialisasi

5.

Memilih tab menu

iterasi 1 , iterasi 2 ,

iterasi 3, iterasi 4 dan

kesimpulan

1.

Sistem akan

menampilkan halaman

matriks kriteria metode

AHP

2.

Sistem akan

menampilkan hasil

perhitungan matriks

kriteria

3.

Sistem akan

menampilkan hasil

perhitungan sub kriteria

DDB, DPK, DMT, DTT,

DTW

4.

Menampilkan hasil dari

perhitungan kriteria dan

sub kriteria dari metode

AHP

5.

Menampilkan hasil

inisialisasi

6.

Menampilkan hasil dari

perhitungan Iterasi 1,

iterasi 2, iterasi 3, iterasi

4, dan kesimpulan

Pasca kondisi

Proses perhitungan metode pada SPK selesai dilakukan

(48)
[image:48.595.106.522.139.736.2]
(49)

3.3.3

Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat

untuk menggambarkan dari mana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari

sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan

interaksi antara data yang tesimpan serta proses yang dikenakan pada data tersebut.

DFD menunjukan hubungan antar data pada sistem dan proses pada sistem.

Pada sistem ini digunakan DFD level-0 pada gambar 3.6, DFD Level-1 pada

gambar 3.7, untuk penjelasan lebih lanjut akan dijabarkan sebagai berikut.

Data nilai kriteria siswa

[image:49.595.218.464.358.546.2]

Data hasil clustering siswa

Gambar 3.6 DFD Level 0

Pada DFD Level 0, merupakan proses dalam sistem yang dirancang. User memasukan

data nilai kriteria siswa ke dalam sistem. Kemudian data nilai kriteria siswa diproses

di dalam sistem dengan menggunakan perhitungan matriks dan melalui beberapa

iterasi dengan menggunakan masing-masing metode yaitu K- Means

Clustering

dan

Analitycal Hierarchy Process (AHP). Kemudian menghasilkan bobot subkriteria pada

penilaian disiplin siswa. Setelah bobot subkriteria diperoleh, maka dilakukan

penggabungan antara kedua metode untuk menghasilkan kelompok disiplin siswa

dengan menggunakan sistem tersebut.

Aplikasi

Implementasi

Clustering K-

Means dan

Analitycal

Hierarchy

Process (AHP)

(50)

Status admin

Tabel User

Status user atau status admin

Nama siswa,

DTW,DTT,DMT DPK, DDB

Tabel siswa

Data perbandingan kriteria

Nama siswa

DTW,DTT

DMT,DPK

DDB

[image:50.595.142.495.171.714.2]

Bobot sub kriteria

Gambar 3.7 DFD Level 1

User

P2

Simpan data

kriteria siswa

P3

Penentuan bobot

subkriteria

menggunakan

AHP

P4

Clustering siswa

siswa

menggunakan

K-Means

berdasarkan

subkriteria

P1

Login

(51)

Pada DFD level-1, proses yang terjadi lebih terperinci lagi bila dibandingkan pada

diagram Level-0. User login kemudian mengisi data nilai kriteria siswa, data kriteria

dan data subkriteria penilaian siswa dan diproses di sistem dengan menggunakan

metode

Analitycal Hierarchy Process yang menghasilkan bobot dari subkriteria.

Setelah memperoleh bobot tersebut kemudian dilakukan iterasi maka diperolehlah

kelompok disiplin siswa.

3.3.4

Flowchart

Untuk menggambarkan flowchart semua proses yang dijalankan di dalam sistem

pendukung keputusan yang diimplementasikan untuk menilai kedisiplinan siswa di

SMP Negeri 21 Medan.

(52)
[image:52.595.217.411.139.561.2]

Gambar 3.8 Flowchart Metode K- Means Clustering

(53)
[image:53.595.241.411.171.549.2]

3.3.4.2

Flowchart Analytical Hierarchy Process (AHP)

Gambar 3.9 Flowchart Metode AHP

(54)

3.3.5

Pengelompokan Disiplin

Penentuan nilai bobot sub kriteria yang digunakan dalam menilai kedisiplinan siswa

menggunakan metode Analitycal Hiearachy Process (AHP). Dengan menghitung

secara keseluruhan nilai bobot prioritas kriteria dan nilai bobot subkriteria akan

memperoleh hasil akhir nilai bobot pada sub kriteria. Kemudian dalam penentuan

kelompok disiplin siswa menggunakan metode K- Means Clustering. Proses

pengelompokan siswa tersebut menggunakan perhitungan hasil akhir dari nilai bobot

pada sub kriteria yang akan memperoleh kelompok disiplin siswa.

Pada penentuan kelompok disiplin siswa ini akan dikelompokkan menjadi 4

kelompok yang disesuaikan berdasarkan tingkat kedisiplinannya.

Batas Pengelompokan :

31 – 50

= Sangat Disiplin

21 – 30

= Disiplin

11 – 20

= Cukup

1 - 10

= Tidak Disiplin

3.3.6

Kriteria Kedisiplinan

1.

Disiplin terhadap waktu (DTW)

(1 – 10)

2.

Disiplin terhadap tata tertib (DTT)

(1 – 10)

3.

Disiplin mengerjakan tugas (DMT)

(1 – 10)

4.

Disiplin dalam pembayaran kewajiban (DPK)

(1 – 10)

5.

Disiplin dalam berpakaian (DDB)

(1 – 10)

3.3.7

Proses Input Data Pengujian

(55)

3.4

Data Pengujian

3.4.1

Perhitungan Metode Analitical Hierarchy Process (AHP)

1.

Menentukan Prioritas Kriteria

A.

Membuat matriks perbandingan berpasangan

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang

lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam tabel 3.4

Tabel 3.4 Matriks perbandingan berpasangan

DDB

DPK

DMT

DTT

DTW

DDB

1

0.33

0.25

0.20

0.14

DPK

3

1

0.33

0.25

0.2

DMT

4

3

1

0.33

0.25

DTT

5

4

3

1

0.33

DTW

7

5

4

3

1

JUMLAH

20

13.33

8.58

4.78

1.92

Angka 1 pada kolom DDB menggambarkan tingkat kepentingan yang sama antara DDB

dengan DDB sedangkan angka 3 pada kolom DDB baris DPK menunjukkan DPK 3 kali

lebih penting dibandingkan dengan DDB dan seterusnya . Angka 0.33 pada kolom DPK

baris DDB merupakan hasil perhitungan 1/nilai pada kolom DDB baris DPK

(3).

Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.

B.

Membuat matriks nilai kriteria

Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut:

Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama / jumlah masing kolom lama.

[image:55.595.104.526.650.750.2]

Hasil perhitungan bisa dilihat dalam tabel 3.5

Tabel 3.5 Matriks nilai kriteria

DDB

DPK

DMT

DTT

DTW

Jlh

Prioritas

DDB

0.05

0.02

0.03

0.04

0.07

0.21

0.04

DPK

0.15

0.08

0.04

0.05

0.1

0.42

0.08

DMT

0.2

0.23

0.12

0.07

0.13

0.74

0.15

DTT

0.25

0.3

0.35

0.21

0.17

1.28

0.26

(56)

Nilai 0.05 pada kolom DDB baris DDB tabel 3.5 diperoleh dari nilai kolom DDB baris

DDB tabel 3.4 dibagi jumlah kolom DDB tabel

3.4.

Nilai kolom jumlah pada tabel 3.5 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

Untuk baris pertama nilai 0.21

merupakan hasil penjumlahan dari

0.05+0.02+0.03+0.04+0.07. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom

jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini 5.

C.

Membuat matriks penjumlahan tiap baris

Matriks ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel 3.5 dengan matriks

perbandingan berpasangan (tabel 3.4). Hasil perhitungan disajikan dalam tabel 3.6.

Tabel 3.6 Matriks Penjumlahan tiap baris

DDB

DPK

DMT

DTT

DTW

Jumlah

DDB

0.04

0.03

0.04

0.05

0.07

0.23

DPK

0.12

0.08

0.05

0.06

0.09

0.4

DMT

0.16

0.24

0.15

0.09

0.12

0.76

DTT

0.2

0.32

0.45

0.26

0.16

1.39

DTW

0.28

0.4

0.6

0.78

0.47

2.53

Nilai 0.04 pada baris DDB kolom DDB tabel 3.6 diperoleh dari prioritas baris DDB pada

tabel

3.5 (0.04) dikalikan dengan nilai baris DDB kolom DDB

pada tabel 3.4.

Nilai 0.03

pada baris DPK kolom DPK

tabel 3.6

diperoleh dari prioritas baris DPK pada tabel 3.5

(0.08) dikalikan

nilai baris DPK kolom DDB pada tabel 3.4 (0.33).

Kolom jumlah pada tabel 3.6 diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing

baris pada tabel tersebut. Misalnya, nilai 0.23 pada kolom jumlah merupakan hasil

penjumlahan dari 0.04+0.03+0.04+0.05+0.07.

D.

Perhitungan Rasio Konsistensi

Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1.

Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan harus

diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti terlihat dalam tabel

(57)
[image:57.595.103.526.174.306.2]

Tabel 3.7 Matriks Rasio Konsistensi

Jumlah tiap

baris

Prioritas

Hasil

DDB

0.23

0.04

5.75

DPK

0.4

0.08

5

DMT

0.76

0.15

5.07

DTT

1.39

0.26

5.35

DTW

2.53

0.47

5.38

Jumlah

26.55

Kolom jumlah tiap baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 3.6, sedangkan kolom

prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 3.5. kemudian kolom hasil diperoleh

dari pembagian kolom jumlah tiap baris dengan klom prioritas. Dari tabel 3.7, diperoleh

nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) : 26.55

n (jumlah kriteria) : 5

λ

maks (penjumlahan dari nilai – nilai hasil / n) : 5.31

CI ((

λ

maks – n) / n - 1) : 0.08

CR (CI / IR (lihat tabel 2.3)) : 0.07

Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.

2.

Menentukan Prioritas Sub kriteria

Penghitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria. Dalam hal ini,

terdapat 5 kriteria yang berarti akan ada 5 perhitungan prioritas subkriteria.

A.

Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria DDB

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria

(58)

Membuat matriks perbandingan berpasangan.

Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.A. hasilnya ditunjukkan dalam tabel

3.8.

Tabel 3.8 Matriks perbandingan berpasangan Kriteria DDB

Tidk Disiplin

Cukup

Disiplin

Sangat Disiplin

Tidk

Disiplin

1

0.5

0.33

0.2

Cukup

2

1

0.5

0.33

Disiplin

3

2

1

0.5

Sangat

Disiplin

5

3

2

1

Jumlah

11

6.5

3.83

2.03

Membuat matriks nilai kriteria

Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.B. perbedaannya adalah adanya

tambahan kolom prioritas subkriteria pada langkah ini. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel

[image:58.595.104.528.235.379.2]

3.9.

Tabel 3.9 Matriks Nilai Kriteria DDB

Tidk

Disiplin

Cukup Disiplin

Sangat

Disiplin

∑baris

Prioritas

Prioritas Sub

kriteria

Tidk

Disiplin

0.09

0.08

0.09

0.1

0.36

0.09

0.19

Cukup

0.18

0.16

0.14

0.16

0.64

0.16

0.33

Disiplin

0.27

0.32

0.24

0.24

1.1

0.27

0.56

Sangat

Disiplin

0.45

0.48

0.54

0.48

1.95

0.48

1

Nilai pada kolom prioritas sub kriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut

(59)

Menentukan matriks penjumlahan setiap baris

Langkah ini sama dengan yang dilakukan pada langkah 1.C dan ditunjukkan dalam tabel

3.10. setiap elemen dalam tabel ini dihitung dengan mengalikan matriks perbandingan

[image:59.595.101.526.544.673.2]

berpasangan (tabel 3.8) dengan nilai prioritas (tabel 3.9).

Tabel 3.10 Matriks Penjumlahan setiap baris DDB

Gambar

Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan [3]
Gambar 2.2 Analisis Proses
gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.4. Struktur Hierarki AHP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah rancangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang nantinya bisa digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan khususnya dalam

Tabel di atas merupakan desain tabel calon karyawan pada aplikasi pendukung keputusan seleksi karyawan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.. Tabel

Berdasarkan rangkaian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Eigen Value Method sebagai Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa Bidikmisi di UINSA

Hasil dari aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, adalah memudahkan pengguna (user) dalam menyelesaikan masalah. Sehingga metode AHP yang digunakan dalam SPK ini juga

Pada penelitian ini telah dibuat sebuah Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Mahasiswa Berprestasi yang bertujuan untuk membantu perguruan tinggi mengambil

Diperlukan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam menentukan kriteria penerimaan dana BOS, untuk memperoleh hasil yang optimal dan dapat mengatasi

1 Sistem Pendukung Keputusan Untuk Penilaian Kinerja Pegawai Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Ahp Pada CV Tadika Karya Teduh Kota Metro Guna Yanti Kemala Sari

Adanya aplikasi sistem pendukung keputusan ini, pengambil keputusan dapat lebih efektif dan akurat dalam penilaian dan perhitungan mahasiswa berprestasi dengan menggunakan metode