• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab5 Pengisian Air Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab5 Pengisian Air Tanah"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

44 hujan yang meresap ke dalam tanah berkurang akibat meningkatnya koefisien limpasan (runoff). Meningkatnya koefisien limpasan (runoff) tersebut disebabkan karena perubahan tata guna lahan serta pertumbuhan perkotaan sehingga banyak area resapan tertutup oleh bangunan. Hal ini telah menyebabkan ketidak-seimbangan antara jumlah pemakaian air tanah dan jumlah air hujan yang meresap (recharge).

Dalam rangka menjaga kelestarian air tanah, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengembangkan dan memasyarakatkan teknologi peresapan atau pengisian air tanah buatan (artificial recharge of ground water), yaitu teknik meresapkan air hujan atau air permukaan kedalam tanah agar jumlah air tanah menjadi bertambah.

Secara sederhana, artificial recharge adalah sebuah proses dimana air hujan atau kelebihan air permukaan diresapkan atau dimasukkan ke dalam tanah, baik dengan menyebarkannya di permukaan, dengan menggunakan sumur resapan, atau dengan mengubah kondisi alami untuk meningkatkan infiltrasi yang bertujuan untuk mengisi kembali aquifer. Hal ini mengacu pada pergerakan air melalui sistem buatan manusia dari permukaan bumi ke lapisan akuifer di bawah tanah dimana air hujan pada saat musim hujan dapat disimpan di dalam tanah (akuifer) agar dapat digunakan pada saat musim kemarau atau untuk penggunaan di waktu yang akan datang. Resapan buatan atau pengiasian air tanah buatan sering juga disebut planned recharge adalah suatu cara untuk menyimpan air di bawah tanah pada saat surplus, untuk memenuhi kebutuhan pada saat kekurangan air (NRC, 1994).

5.2 Manfaat Pengisian Air Tanah Buatan (Artificial Recharge)

(2)

45

 Tidak dibutuhkan struktur penyimpanan yang besar untuk menyimpan air. Struktur yang dibutuhkan kecil dan hemat biaya.

 Meningkatkan cadangan air tanah atau meningkatkan permukaan air tanah.

 Kerugian dapat diabaikan jika dibandingkan dengan kerugian pada penyimpanan air di permukaan tanah.

 Meningkatkan kualitas air tanah akibat pengenceran bahan kimia/garam berbahaya.

 Tidak ada efek samping seperti penggenangan daerah permukaan yang luas dan kehilangan atau kerusakan tanaman.

 Tidak ada pemindahan penduduk setempat.

 Pengurangan biaya energi untuk mengankat atau memompa air tanah terutama pada tempat dimana kenaikan permukaan air tanah cukup besar.

 Memanfaatkan kelebihan limpasan air permukaan, sehingga air hujan tidak terbuang secara sia sia.

5.3 Identifikasi Area Resapan

Langkah pertama dalam merencanakan skema resapan buatan adalah ini adalah membatasi luas daerah resapan. Daerah tersebut sedapat mungkin, berupa daerah aliran sungai mikro (micro-watershed) (2.000-4.000ha) atau minimal (20-50ha). Namun, skema lokal juga dapat digunakan untuk kepentingan sebuah dusun tunggal atau desa. Dalam kedua kasus, pembatasan daerah harus didasarkan pada kriteria berikut:

 Dimana permukaan air tanah menurun akibat eksploitasi berlebihan.

 Dimana bagian substansial dari akuifer telah di-desaturasi, yaitu regenerasi air dalam sumur dan pompa tangan yang lambat setelah air diambil.

 Dimana ketersediaan air tanah atau air sumur tidak mencukupi terutama selama bulan-bulan kering.

(3)

46 5.4 Sumber Air untuk Resapan

Sebelum melakukan skema pengisian air tanah buatan, penting untuk terlebih dahulu dilakuakn pengkajian ketersediaan air untuk peresapan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

 Curah hujan di daerah yang di daerah resapan.

 Luas atap dimana air hujan dapat dikumpulkan dan dialihkan untuk pengisian air tanah buatan..

 Kanal dari waduk besar dimana air tersedia untuk pengisian air tanah buatan.

 Sungai alami yang mana kelebihan airnya bisa dialihkan untuk pengisian air tanah tanpa melanggar hak pengguna lain.

 Air limbah perkotaan dan industri yang diolah dengan baik. Air ini hanya dapat digunakan setelah kualitasnya dipastikan sudah mememenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku..

Curah hujan lokal di daerah resapan kemungkinan jumlahnya tidak memadai untuk pengisian air tanah buatan. Dalam kasus-kasus seperti itu, air dari sumber lain dapat ditransmisikan ke area resapan. Pengkajian sumber air yang yang akan digunakan untuk pengisian air tanah buatan memerlukan pertimbangan beberapa faktor berikut antara lain :

 Kuantitas air yang tersedia.

 Perioda waktu dimana sumber air tersebut dapat digunakan untuk pengiasian air tanah buatan.

 Kualitas sumber air dan pengolahan awal yang diperlukan.

 Sistem pengaliran air yang dibutuhkan untuk membawa air ke tempat resapan.

5.5 Kapasitas Infiltrasi Tanah

(4)

47

permukaan tanah dan secara vertikal. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi. Istilah perkolasi dalam digunakan, untuk menunjukkan perkolasi air jauh ke bawah daerah perakaran tanaman yang normal (3).

Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Laju infiltrasi biasanya dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Pada saat tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi, akan tetapi setelah tanah menjadi jenuh, maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu saat dinamai kapasitas infiltrasi tanah.

Pergerakan air ke tanah melalui infiltrasi bisa dibatasi oleh hambatan terhadap aliran dari air melalui profil tanah. Walaupun hambatan ini sering terjadi di permukaan tanah, namun di beberapa tempat aliran air dalam profil tanah berada pada kisaran rendah. Kecepatan infiltrasi sangat berkaitan dengan karakter fisik tanah dan penutupan permukaan tanah, sedangkan faktor dari luar meliputi kelembaban tanah, suhu dan intensitas curah.

Ada dua parameter penting berkaitan dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi (f) menurut Sinukaban adalah kecepatan masuknya air ke dalam tanah pada waktu tertentu. Laju infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Pada saat tanah kering laju infiltrasi tinggi, setelah tanah menjadi jenuh air maka laju infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Parameter infiltrasi lainnya adalah kapasitas infiltrasi (fp), didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk menyerap air infiltrasi pada suatu waktu tertentu. Infiltrasi dibatasi oleh karakteristik tanah dan ketersediaan air (R) untuk infiltrasi, bila ketersediaan air R< fp maka f=R; f<fp dan jika R>fp maka f=fp; R>f.

(5)

48

laju infiltrasi. Sebaliknya pada Gambar 5.1.b. laju perkolasi yang rendah menentukan keadaan seluruhnya. Dalam kenyataannya, proses yang terjadi tidak sesederhana itu, karena adanya kemungkinan aliran antara (4).

(a) (b)

Gambar 5.1 : Skema Infiltrasi Dan Perkolasi Pada Dua Lapisan Tanah. A. Infiltrasi Kecil Dan Perkolasi Besar B. Infiltrasi Besar Dan Perkolasi Kecil.

(6)

49

Gambar 5.2 : Laju Infiltrasi Sebagai Fungsi Waktu Pada Kondisi Tanah Basah Dan Kering.

5.6 Kesesuaian Akuifer

Lapisan akuifer yang cocok untuk peresapan air hujan buatan tergantung pada beberapa hal antara lain koefisien penyimpanan (storage coefficient), ketebalan akuifer atau ketersediaan ruang penyimpanan

(storage space), dan permeabilitas. Permeabilitas sangat tinggi

(7)

50 5.7 Studi Hidro-Meteorologis

Studi-studi ini dilakukan untuk memahami pola curah hujan dan kehilangan akibat penguapan, dan hasil studi tersebut digunakan untuk menentukan jumlah air yang akan tersedia untuk daerah tangkapan tertentu serta ukuran penyimpanan yang hendak dibangun. Faktor utama yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah:

 Curah hujan tahunan minimum selama 10 tahun terakhir.

 Jumlah periode hujan (rainy spells) dalam suatu musim hujan dan durasinya.

 Jumlah curah hujan dalam setiap periode hujan.

 Intensitas curah hujan (maksimum) setiap 3 jam, 6 jam, dsb. Yang mungkin relevan untuk suatu wilayah. Sebagai panduan umum, intensitas yang menyebabkan limpasan signifikan dan banjir lokal harus diadopsi.

5.8 Studi Hidrogeologis

Studi hidrogeologis serta gambaran regional dari pengaturan hidrogeologi diperlukan untuk mengetahui dengan pasti lokasi yang baik untuk pengisian air tanah buatan, serta tipe struktur-struktur yang hendak dibangun untuk tujuan tersebut. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan untuk suatu skema peresapan buatan diantaranya adalah :

 Informasi detil dan peta yang menunjukkan:

 Unit hidrogeologi yang dibatasi atas dasar kemampuannya menahan air baik pada tingkat dangkal maupun dalam.

 Kontur air tanah untuk menentukan bentuk muka air dan koneksi hidrolik air tanah dengan sungai, kanal, dll.

 Kedalaman muka air (maksimum, minimum, dan rata-rata)

 Amplitude fluktuasi permukaan air

 Tekanan pizometrik (piezometric head) di akuifer dalam dan variasinya dengan waktu.

 Potensi air tanah dalam unit hidrogeologi yang berbeda-beda dan perkembangan permukaan air tanah

(8)

51

 Informasi dari sumur terbuka lokal (local open well)

Skema resapan buatan bersifat spesifik pada tempat tertentu (site-specific) dan bahkan replikasi dari teknik yang telah teruji harus didasarkan pada kondisi hidrogeologis serta hidrologisnya. Oleh karena itu, informasi dari sumur lokal berikut perlu dipertimbangkan dalam merancang skema antara lain :

 Ketebalan tak jenuh (unsaturated thickness) dari pembentukan batuan yang terjadi melebihi 3 meter di bawah permukaan tanah harus dipertimbangkan untuk menilai kebutuhan air untuk membangun penyimpanan sub-permukaan (sub-surface storage). Proses peresapan air tanah harus bertujuan menjenuhkan seluruh zona tak jenuh ini (juga dikenal dengan vadose zone)

 Tiga meter di atas dari zona tak jenuh tidak boleh digunkan untu peresapan karena dapat menimbulkan efek samping terhadap lingkungan seperti water logging, salinitas tanah (soil salinity), dll.

 Kedalaman pasca monsoon (post-monsoon depth) hingga permukaan air merepresentasikan situasi ketebalan minimum dari zona vadose yang tersedia untuk resapan. Hal ini harus dipertimbangan dalam hubungannya dengan kelebihan limpasan yang ada di area tersebut.

5.9 Studi Geofisika

(9)

52

gambaran yang komparatif dari lingkungan batuan sub-permukaan (sub-surface litho environment), manifestasi permukaan dari struktur tersebut, dan menghubungkannya dengan setting hidrogeologis. Selain mendefinisikan struktur sub-permukaan dan batuan (lithology), studi ini juga dapat mengidentifikasikan antar muka air payau/tawar (brackish/fresh ground water interface), zona terkontaminasi (saline), dan area yang rentan intrusi air laut.

Dengan menggunakan metode-metode geofisika tertentu yang umum, dimungkinkan untuk memodelkan:

 Stratifikasi sistem akuifer dan variabilitas spasial konduktivitas hidrolik dari zona karakteristik, yang sesuai untuk peresapan buatan.

 Zona negative atau non-produktif dari konduktivitas hidrolik rendah (low hydraulic conductivity) pada zona jenuh dan tak jenuh.

 Diskontinuitas konduktivitas hidrolik vertikal, seperti dyke dan fault zone.

 Pergerakan kelembaban dan kapasitas infiltrasi dari zona tak jenuh

 Arah aliran air tanah dalam proses peresapan alami atau buatan

 Jalan masuk salinitas (salinity ingress), kecenderungannya (trend), dan perubahan singkat kedalaman salinitas pada akuifer yang disebabkan oleh abstraksi bervariasi (varied abstraction) atau peresapan.

Aplikasi dari teknik yang tepat, rencana survey, dan peralatan yang sesuai dapat menghasilkan hasil yang lebih baik, tetapi secara tidak langsung.

5.10 Kualitas Sumber Air

(10)

53

Selain itu parameter kekeruhan atau konsentrasi zat padat tersuspensi (Suspendid Solids) sangat mempengaruhi efektifitas peresapan air tanah buatan. Oleh karena itu, persyaratan utama untuk air yang akan digunakan dalam proyek peresapan atau pengisian air tanah buatan adalah bersifat silt free (bebas padatan tersuspensi). Padatan tersuspesni dapat didefiisikan sebagai kandungan benda padat yang tidak larut, biasanya diukur dalam satuan mg/l, yang mengendap di genangan air atau pada air yang mengalir dengan kecepatan tidak lebih dari 0,1m/jam.

5.11 Pencegahan Penyumbatan Pori Tanah

Pencegahan penyumbatan pori tanah merupakan salah satu pertimbangan penting dalam merencanakan skema peresapan buatan. Metode umum untuk meminimalkan penyumbatan antara lain :

 Secara berkala menghilangkan lapisan lumpur (mud-cake) dan memotong-motong (dicing) atau mengeruk (scraping) lapisan permukaan.

 Pemasangan filter pada permukaan, permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan strata alaminya (filter harus diganti dan diperbaharui secara berkala).

 Penambahan bahan organik atau zat kimia ke lapisan teratas.

 Budidaya tanaman penutup tertentu, terutama rumput jenis tertentu.

 Menyediakan inverted filter yang terdiri dari pasir halus, kasar, dan kerikil di bagian bawah lubang infiltrasi/parit.

Penyumbatan oleh aktivitas biologis tergantung paada komposisi mineralogi dan organik dari air dan dasar cekungan (basin floor), ukuran butiran, serta permeabilitasnya. Satu-satunya metode pengolahan yang mungkin dilakukan dan telah dikembangkan sejauh ini adalah dengan mengeringkan tanah di bawah cekungan dengan tuntas.

5.12 Metoda Peresapan Air Hujan Atau Pengisian Air Tanah Buatan

(11)

54

1) Metode Penyebaran Air di Permukaan tanah (Surface Water Spreading Techniques). Metode ini meliputi beberapa cara yakni :

 Metode Cekungan (Basin Method).

 Metode Parit (Furrow Method).

 Metode Saluran Alami (Natural Channel Method).

 Metode Perendaman (Flooding Method).

 Metode Irigasi (Irrigation Method).

2) Metode pengisian melalui sumur galian (Recharge Through Pits).

3) Metode pengisian melalui sumur injeksi (Recharge Through Injection Wells).

4). Metode Induced Recharge.

 Pemilihan dari metode-metode tersebut adalah berdasarkan pertimbangan yang meliputi hal-hal antara lain :

 Kondisi geologi dan hidrogeologi, misalnya kondisi lapisan tanah pembawa air (akuifer), topografi, cekungan tanah, kapasitas resapan dll.

 Kualitas dan jumlah air yang digunakan.

 Tingkat peresapan dan kecepatan pengisian tanah.

 Penggunaan air tanah.

 Pertimbangan teknis dan ekonomis.

5.12.1 Metode Penyebaran Air Di Permukaan Tanah (Surface Water Spreading Technique)

(12)

55 5.12.1.1 Metode Cekungan (Basin Method)

Metode ini dilakukan dengan cara mengisikan air yang berasal dari air sungai atau air hujan ke suatu cekungan tanah atau kolam yang luas yang ada secara alami atau yang dibuat dengan cara pengerukan, sehingga akan terjadi peresapan air kedalam tanah dalam jumlah yang besar.

Cara ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang belum padat oleh pemukiman penduduk dan dapat berfungsi sebagai cadangan air pada saat musim kemarau. Kelemahan dari cara ini adalah kurang baik untuk air yang kandungan lumpurnya besar, karena endapan lumpur yang terjadi dapar menyumbat porositas tanah sehingga kecepatan peresapan air kedalam tanah menjadi berkurang. Metode ini secara sederhana dapat dilihat seperti pada Gambar 5.3.

(13)

56 5.12.1.2 Metode Parit (Furrow Method)

Di dalam metode ini, air yang berasal dari air hujan atau air sungai didistribusikan ke dalam parit - parit kecil yang dibuat secara sejajar dan tidak terlalu dalam dengan dasar yang rata. Jarak antara parit dibuat tidak terlalu jauh agar didapatkan luas peresapan yang maksimum. Metoda ini secara sederhana dapat dilihat seperti pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 : Pengisian Air Tanah Buatan Dengan Metoda Parit (Furow Method).

5.12.1.3 Metode Saluran Alami (Natural Channel Method)

Metode ini dilakukan dengan cara memanfaatkan aliran-aliran sungai yang ada dengan membuat bendungan-bendugan atau chek dam dengan tujuan untuk memperlambat aliran air dan memperpanjang waktu kontak antara air dengan bidang peresapan sehingga dengan demikian jumlah air yang meresap bertambah besar. Cara ini dapat juga berfungsi sebagai pengontrol banjir dan pengedalian air sungai untuk irigasi.

(14)

57

dimana saluran alir kecil (small flowing channel) mengalir melalui lembah yang relative luas. Akan tetapi, metode ini tidak dapat digunakan dimana sungai rentan terhadap resiko banjir bandang.

Gambar 5.5 : Pengisian Air Tanah Buatan Dengan Metoda Saluran Alami (Natural Channel Spreading).

5.12.1.4 Metode Perendaman (Flooding Method)

Pengisian air tanah buatan dengan metoda perendaman dilakukan dengan cara menyebarkan air hujan atau air sungai ke permukaan tanah sampai terendam sehingga meresap kedalam tanah. Untuk daerah yang datar dan luas, daerah perendaman sering kali menyimpang dari yang direncanakan. Oleh karena itu pada prakteknya, di sekeliling daerah rendaman dibuatkan kanal-kanal atau saluran agar penyebaran dan perendaman air dapat terkendali. Cara ini jarang digunakan karena pengaturannya sulit dan endapan lumpur yang terjadi dapat mengurangi kecepatan peresapan.

5.12.1.5 Metode Irigasi (Irrigation Method)

(15)

58

membutuhkan persiapan tanah yang lebih sedikit daripada cekungan resapn (recharge basin) dan kurang sensitive terhadap pendangkalan. Gambar 5.6 menunjukkan rencana tipikal atau serangkaian parit yang berasal dari parit pemasok dan menuruni lereng topografi menuju sungai. Umumnya diadopsi tiga pola sistem parit yakni :

Gambar 5.6 : Pengisian Air Tanah Buatan Dengan Metoda Irigasi.

a. Pola Parit Lateral

Air dari sungai dialihkan ke feeder canal dari tempat dimana parit-parit yang lebih kecil dibuat di sudut kanan. Laju aliran air dari feeder canal ke parit-parit ini diatur oleh katup gerbang. Kedalaman parit dijaga sesuai dengan topografi, juga dengan tujuan agar permukaan basah maksimum (maximum wetted surface) tersedia dan kecepatan yang seragam dapat dipertahankan. Kelebihn air diteruskan ke sungai utama melalui return canal bersama dengan lumpur sisa.

b. Pola Dendrit (Dendritic Pattern)

(16)

59 c. Pola Kontur

Parit-parit digali mengikuti kontur permukaan tanah di daerah tersebut. Ketika parit telah semakin mendekati sungai, sebuah switchback dibuat dan dengan demikian parit dibuat berliku bolak-balik berulang kali. Pada hilir titik terendah, parit bergabung dengan sungai utama, kemudian mengembalikan kelebihan airnya.

5.12.2Metode Pengisian Melalui Lubang Galian (Recharge Through Pits)

Cara ini digunakan apabila daerah pengisian merupakan daerah berbatu atau daerah yang tanahnya kedap air, sehingga dengan cara penyebaran air ke permukaan tanah secara biasa kurang efektif. Apabila lapisan tanah kedap air tersebut tidak terlalu tebal, maka peresapan air (recharging) dapat dilakukan dengan cara menggali lubang atau sumur sampai mencapai lapisan tanah yang lolos air.

Air permukaan yang berlebihan baik yang berasal dari air hujan atau air sungai dimasukkan kedalam sumuran tersebut sehingga terjadi peresapan air kedalam tanah dalam jumlah yang besar. Pada dasar sumur dapat juga diisi dengan kerikil atau koral, yang dapat berfungsi sebagai penyaring endapan lumpur yang terjadi.(Gambar 5.7).

Cara ini dapat diterapkan di daerah perladangan, perkebunan atau daerah-daerah yang masih belum padat oleh pemukiman penduduk. Selain berfungsi untuk peresapan air, juga berfungsi untuk menyimpan air yang berlebihan pada waktu musim hujan. Disamping itu dapat memperlambat aliran air limpasan hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

(17)

60

Gambar 5.7 : Diagram Skema Peresapan Air Hujan Buatan Dengan Metoda Sumur Galian.

5.12.2.1 Sumur Resapan (Recharge Shaft)

Sumur resapan adalah struktur yang paling efisien dan hemat biaya untuk mengisi ulang akuifer secara langsung. Sumur resapan dapat dibangun di daerah dimana sumber air tersedia baik untuk beberapa waktu maupun terus-menerus. Berikut ini adalah karakteristik situs dan pedoman perancangannya :

 Digali secara manual apabila strata pada dasarnya bersifat non-gua (non-caving).

 Apabila strata bergua, lapisan permeable yang tepat dalam bentuk open work, batu lapisan (boulder lining) harus disediakan.

(18)

61

 Pada area dimana sumber air berlumpur, sumur harus diisi dengan batu kerikil dan pasir untuk membentuk inverted filter. Lapisan berpasir teratas harus dihilangkan dan dibersihkan secara berkala. Sebuah filter juga harus disediakan sebelum sumber air memasuki sumur.

 Ketika air diletakkan ke dalam sumur resapan secara langsung melalui pipa, gelembung air juga ikut masuk ke dalam sumur melalui pipa, yang mana dapat menyumbat akuifer. Karena itu, sebuah pipa injeksi harus diletakkan di bawah permukaan air.

Keuntungan dari teknik ini adalah sebagai berikut :

 Tidak memerlukan akuisisi tanah berukuran besar seperti pada kasus kolam resapan (perkolasi).

 Secara prakteknya tidak ada kehilangan air dalam bentuk kelembaban tanah dan penguapan, yang normalnya terjadi ketika sumber air harus melintasi zona vardose

 Sumur galian operasional atau yang tidak digunakan dapat diubah menjadi sumur resapan, yang mana tidak memerlukan investasi tambahan untuk struktur resapan.

 Teknologi dan desain dari sumur resapan sederhana dan dapat diaplikasikan bahkan pada tempat dimana aliran dasarnya tersedia untuk periode yang terbatas.

 Pengisian air tanah buatan seperti ini cepat dan dapat segera memberikan manfaatnya. Dalam formasi yang sangat permeable, sumur resapan sebanding dengan kolam perkolasi.

Sumur resapan dapat dibangun dengan dua cara yang berbeda, yaitu vertikal dan lateral. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Sumur Resapan Vertikal

(19)

62

Limpahan air hujan yang tersedia dapat secara efektif diresapkan. Efektif juga untuk air keruh dengan menggunakan inverted filter yang terdiri dari lapisan-lapisan pasir, kerikil, dan batu. Kedalaman dan diameter sumur tergantung pada kedalaman akuifer dan volume air yang akan diresap, dan Laju peresapan tergantung pada materi akuifer dan kandungan lumpur dalam air. Untuk sumur resapan dengan diameter 2-3 meter, Laju peresapan dengan inverted filter berkisar antara 7-14 liter per detik. Konstruksi sumur resapan vertikal secara sederhana dapat dilihat seperti pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8 : Sumur Vertikal Tanpa Injeksi.

b. Sumur Resapan vertikal Dengan Pipa Injeksi

(20)

63

Gambar 5.9 : Sumur Vertikal Dengan Pipa Injeksi.

c. Sumur Resapan Lateral

(21)

64

penyimpanan dan potensi resapan yang besar. Air yang keruh juga dapat dengan mudah diresapkan. Dapat dilkukan dengan cara menggali parit dengan lebar 2 - 3 meter dengan kedalaman 2 – 3 meter. Panjang parit bergantung pada volume air yang akan diresapkan. Dapat diolkukan dengan atau tanpa pipa injeksi (Gambar 5.10).

Gambar 5.10 : Sumur Resapan lateral.

5.12.2.2 Pemasyarakatan Sumur Resapan

Perubahan penggunaan lahan dari daerah yang belum dibangun menjadi daerah yang dibangun sangat berpengaruh besar terhadap aliran air sungai. Perubahan tersebut mempengaruhi besar kecilnya limpasan dan kualitas air. Bila hujan turun maka air yang jatuh ke permukaan akan cepat masuk ke sungai dan akan menyebabkan naiknya aliran dasar dalam sistem sungai menjadi semakin cepat. Jika sistem sungai sudah tidak dapat menampung aliran air maka akan menyebabkan bencana banjir.

(22)

65

upaya untuk melestarikan air tanah adalah dengan membuat sumur resapan yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan curahan air hujan yang dapat menambah kandungan air tanah, sehingga jumlah air hujan yang meresap kedalam tahah bertambah banyak, akibatnya jumlah air limpasan hujan berkurang. Dengan demikan resiko genangan air hujan atau banjir menjadi lebih kecil.

Propinsi di Indonesia yang telah mewajibkan pembuatan sumur resap diwilayanya adalah propinsi DKI Jakarta. Dalam rangka menyebar-luaskan serta mengoptimalkan pembuatan sumur resapan di wilayah DKI Jakarta, Pemerintah DKI Jakarta melalui Gubernur telah menetapkan Peraturan Gubernur (PERGUB) DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 tentang sumur resapan.

Tujuan disusunnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 adalah dalam rangka mengoptimalkan pembuatan sumur resapan di kalangan masyarakat yang bertujuan untuk menampung, menyimpan dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpasan air hujan Ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dan sekaligus mengurangi timbulnya banjir. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 tersebut , ada dua tipe sumur resapan yaitu sumur resapan pada bangunan bertalang dan sumur resapan pada bangunan tidak bertalang.

Sumur resapan pada bangunan bertalang dan ada/tanpa saluran pelimpah air hujan yang dari talang dimasukkan ke saluran keliling bangunan pada ujungnya diberi saringan sehingga kotoran tidak masuk ke sumur resapan lalu airnya dimasukkan ke sumur resapan. Fungsi saluran pelimpah adalah sumur resapan penuh maka air akan mengalir ke saluran pelimpah.

(23)

66

Gambar 5.11 : Sumur Resapan Pada Bangunan Bertalang.

(24)

67

Gambar 5.13 : Contoh Sumur Resapan Pasangan Batu Bata.

(25)

68

(26)

69

Gambar 5.16 : Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan dan Tampak Atas.

(27)

70

Gambar 5.18 : Contoh Sumur Resapan Sederhana di Thailand.

5.12.3Metode Pengisian Melalui Sumur Injeksi (Recharge Through Injection Well)

(28)

71

dalam sumur injeksi, maka akan terbentuk rembesan air kedalam tanah yang daerah rembesannya berbentuk kerucut (cone of recharge).

Sumur injeksi adalah sumur yang digunakan untuk memasukkan atau meresapkan air permukaan kedalam lapisan tanah (akuifer), baik akuifer tak tertekan maupun akuifer tertekan. Konstruksi sumur kurang lebih sama dengan sumur pompa (pumping well), hanya arah alirannya merupakan kebalikan dari pada sumur pompa. Mekanisme peresapan air permukaan dengan metode sumur injeksi seperti pada Gambar 5.19. Jika air dimasukkan ke dalam sumur injeksi, maka akan terbentuk rembesan air kedalam tanah yang daerah rembesannya berbentuk kerucut (cone of recharge) seperti pada Gambar 5.20.

(29)

72 A. Penginjeksian Pada Akuifer

Tertekan.

B. Penginjeksian Pada Akuifer Tak tertekan

Gambar 5.20 : Pengiasian Air tanah Buatan Dengan Metoda Sumur Injeksi.

Jumlah air persatuan waktu yang dapat diresapkan dalam sumur injeksi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk penginjeksian pada akuifer tak tertekan :

π K (hw 2

– h0 2

) Qr =

Ln (r0 / rw)

Untuk penginjeksian pada akuifer tertekan :

2 π K b (hw– h0 )

Qr =

Ln (r0 / rw)

dimana :

Qr = Debit air yang dapat diresapkan, liter per detik.

K = Koefisien permeabilitas, mm/det.

h0 = kedalaman air dalam sumur sebelum opersi pengisian, meter hw = kedalaman air dalam sumur pada saat opersi pengisian,

(30)

73 rw = Jari-jari sumur, meter

r0 = Jari-jari kerucut rembesan (cone of recharge) pada saat

mencapai bidang muka air tanah atau bidang pisometris, meter.

b = Tebal lapisan akuifer tertekan, meter.

Dari rumus di atas, baik untuk penginjeksian pada akuifer tertekan maupun tak tertekan, laju peresapan, Qr harga koefisien permeabilitas

lapisan tanah (K), diameter sumur injeksi (rw ), tinggi muka air tanah

ataupun permukaan pisometris dan juga tinggi air dalam sumur injeksi atau tekanan injeksi (jika memakai pompa). Makin besar harga koefisien permeabilitas (K) dan diameter sumur (rw), maka laju peresapan akan

makin besar. Sealin itu, makin tinggi muka air dalam sumur injeksi (harga hw makin besar) dan makin rendah muka air tanah ataupun garis

pisometris (h0 makin kecil) maka laju peresapan semakin besar.

Di dalam sistem sumpur injeksi yang perlu diperhatikan adalah adalah kualitas air yang akan diresapkan. Kualitas air harus baik dan bebas dari polutan seperti logam berat, pestisida, dan polutan berbahaya lainnya, serta harus bebas dari kekeruhan atau padatan tersuspensi agar tidak terjadi penyumbatan.

Untuk daerah Jabotabek, harga koefisien permeabilitas (K) bervariasi tergantung dari struktur lapisan tanahnya. Dari beberapa pengukuran harga K pada beberapa lokasi di daerah sekitar Jakarta, didapatkan beberapa data sepertitertera pada Tabel 5.1.

Dari data tersebut diketahui bahwa daya peresapan di tiap-tiap tempat bervariasi. Untuk harga K = < 0,00835 cm/hari merupakan lapisan yang sulit tertembus oleh air (kedap air). Lapisan ini biasanya terdiri dari lempung halus yang kedap air.

Untuk harga K = 0,00835 - 83,46 cm/hari merupakan lapisan akuifer yang terdiri dari pasir halus ; lanau (silt) ;campuran pasir, lanau dan lempung ; dan juga lapisan glacial. Sedangkan untuk harga K = > 83,46 cm/hari merupakan lapisan akuifer yang sangat sangat baik. Lapisan ini biasanya terdiri dari pasir bersih, kerikil atau campuran pasir dan kerikil. Dengan melihat harga koefisien permeabilitas (kelulusan), K, maka dapat diketahui daerah-daerah mana saja yang mempunyai tingkat peresapan yang baik.

(31)

74

1990). Teknologi ini dikenal dengan sebutan Water Factory . Air baku yang disuntikkan ke dalam tanah melalui sumur bor dengan dalam sesuai dengan letak akuifer air tanah yang menjadi tujuan.

Tabel 5.1: Harga Koefisien Permeabilitas Beberapa Daerah Di JABODETABEK.

Sumber : Cisedane River Basin Development feasibility Study - Ground Water, Lavalin International and Nippon Koei co.ltd. (1985)

(32)

75

Gambar 5.21 : Ilustrasi Pengisian Air Tanah Buatan Ke Dalam Akuifer Tak Tertekan Dengan Metoda Sumur Injeksi.

(33)

76 5.12.4 Metode Induce Recharge

Berbeda dengan cara-cara peresapan air buatan seperti yang telah diterangkan diatas, metode ini dilakukan secara tidak langsung dengan cara memompa air tanah dekat aliran sungai, danau atau sumber air permukaan lainnya. Dengan adanya pemompaan air tanah tersebut, muka air tanah akan turun sehingga dengan adanya penurunan air tanah ini, jumlah air permukaan yang meresap kedalam tanah menjadi lebih besar. Dengan cara ini maka air tanah akan mengalami proses mineralisasi yang lebih intensif dari pada air permukaan dan air tanah yang didapat dari hasil pemompaan mengalami penyaringan yang baik selama peresapan. Mekanisme peresapan dengan metode ini dapat diterangkan seperti pada Gambar 5.23.

(34)

77

Dengan metode Induce Recharge, jumlah air yang meresap kedalam tanah dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

 Kecepatan pemompaan atau jumlah air tanah yang diambil.

 Koefisien permeabilitas (kelulusan tanah), jenis dan kondisi lapisan tanah.

 Tipe dari sumur pompa.

 Jarak sumur pompa dengan sumber air permukaan.

Gambar

Gambar 5.1 : Skema Infiltrasi Dan Perkolasi Pada Dua Lapisan Tanah. A. Infiltrasi Kecil Dan Perkolasi Besar B
Gambar 5.2 :  Laju Infiltrasi Sebagai Fungsi Waktu Pada Kondisi Tanah Basah Dan Kering
Gambar 5.3 : Generalisasi Penampang Resapan Buatan Dari Permukaan Tanah Menggunakan Surface Spreading Techniques
Gambar 5.4 : Pengisian Air Tanah Buatan Dengan Metoda Parit (Furow Method).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai, senyawa keton tidak terjadi perubahan warna atau muncul endapan yang disebabkan sikloheksanon maupun aseton tidak bereaksi dengan reagen fehling, karena

6) Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai dengan jenisnya. 6) Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai dengan jenisnya... Cara pemeliharaan alat dan bahan

Evaluasi untuk kenyamanan anak yang dilakukan monitor pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer temporal dari kelima pasien yang mengalami masalah utama peningkatan

sangat jelas terlihat dari perkembangan industri pariwisata disetiap negara kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, semenjak bergabung dalam kerja sama pariwisata

Uji kompatibilitas perlu dilakukan mengingat kemampuan yang dimiliki oleh PGPR dan PGPF tersebut sangat prospektif sehingga kedua jenis mikroorganisme yang mempunyai kemampuan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.. Departemen Kesehatan

Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Dalam

tersebut memungkinkan pula pada penggunanya untuk memberi tanda bintang (rating) pada artikel- artikel ilmiah yang paling