• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan PA 10 November 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan PA 10 November 2015"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Bahan PA Fak. Teologi 10 November 2015 Bukan Berbalik 90˚ atau 360˚, Tetapi 180˚

(Yoel 2: 12-17)

Olivia M. D. Tulaseket

Pada minggu kemarin, kita telah mendapat banyak keterangan mengenai kitab Yoel ini sendiri. Dari keterangan itu, ada dua suasana yang digambarkan di sana hukuman dan Hari Tuhan. Namun saya melihat ada yang menarik dari kitab ini, bahwa jika Hosea dan beberapa kitab dalam PL, yang pernah kita bahas dalam PA bersama memberikan gambaran yang rinci dan jelas tentang kesalahan apa yang diperbuat umat sehingga Allah marah kepada mereka dan hendak memberikan hukuman, sedangkan Yoel tidak sama sekali. Alur berpikir logis manusia selalu adalah adanya hubungan sebab-akibat, sehingga tidak akan ada argumen yang panjang ketika kesalahan kita disampaikan, namun sebaliknya, ketika kesalahan kita tidak jelas, tetapi kita diminta untuk mengaku salah. Misalnya, kita sebagai mahasiswa kadang merasa galau saat dimarahi dosen, tetapi tidak ketahuan dimana salah kita, dan apalagi itu berdampak pada keberlangsungan hidup kita sampai akhir semester (alias nilai). Apa kesalahan para balita sehingga mereka menjadi korban dari bencana Asap di Indonesia? Mari kita biarkan ini tetap menjadi pertanyaan dan dilema, yang semoga terjawab setelah melihat perikop ini lebih lanjut.

(2)

Bahan PA Fak. Teologi 10 November 2015

sebuah penghayatan yang membawa umat menyadari kesalahannya, menyesal dan memperbaiki diri dengan berubah.

Selanjutnya ay. 14 Yoel juga mengutarakan sifat kasih dari Allah dan sifat lain bahwa bukan hanya manusia, Allah juga dapat menyesal dengan keputusan yang diambil-Nya, karena itu kembalilah, bujuk Dia agar paling tidak Ia meninggalkan = wehis’iyr dari kata sa’ar = to be left, berkat untuk menjadi korban sajian & curahan sebagai respons dari kenyataan krisis yang terjadi pasal 1: 9 (krisis pangan). Ini meyakinkan umat, bahwa bukan tidak mungkin Allah akan mengampuni mereka dan memberkati mereka lagi, tetapi tetap meminta dalam kesungguhan hati.

Ay. 15-17, kebanyakan dilihat sebagai sebuah bagian yang utuh oleh para ahli, karena menurut mereka klimaksnya ada pada ay. 17. Pengelompokan ini dijelaskan oleh Braaten (Horizons In Biblical Theology, 2006, 122), sekali lagi panggilan ditujukan pada para majelis/ tua-tua untuk mengumpulkan umat dan mengadakan doa puasa, menangis, meratap dan berkabung, sehingga “mungkin Allah akan merasa iba atau berbelas kasih kepada umatNya sebagai milikNya (ibr. Nakhalah= heritage, ay. 17b)”. Seperti yang sebelumnya saya sampaikan bahwa ada seperti pengulangan ajakan untuk berpuasa, meratap dan berkabung dari perikop sebelumnya, dan ini ditunjukkan oleh ayat 1a dengan 15 yang memberi penekanan pada pokok yang hampir sama, yaitu perintah untuk membunyikan sangkakala sebagai tanda ada sebuah hal besar, yang akan terjadi (ay. 1 = Hari Tuhan & ay. 15 = ajakan untuk berkumpul bagi semua umat tanpa terkecuali ay. 16), membaca ini saya teringat dengan peristiwa rusuh Maluku. Untuk mengumumkan adanya bahaya dalam hal ini serangan bagi kampung kami atau akan dimulainya sebuah upacara adat, (Liliboy, salah satu desa di pesisir Maluku selatan) maka akan dibunyikan “Kerang” (korno). Sehingga ketika terdengar bunyinya, semua orang akan mulai ketakutan jika sebelumnya tidak ada pemberitahuan akan ada perkumpulan adat, atau jika ada seruan atau pengumuman sebelumnya bahwa akan ada perkumpulan adat, maka kami akan secara spontan berkumpul ketika mendengar suara kerang yang ditiup. Saya mencoba memahami ayat 1, 15-16 ini dengan kearifan lokal yang kami hidupi, tentang bagaimana bunyi sangkakala menjadi pertanda Hari Tuhan yang mencekam (dalam Yoel=bencana/ bahaya) dan juga undangan bagi umat seperti orang Maluku menghayati bunyi kerang yang ditiup. Ay. 17 oleh Braaten (2006:122) mengandung nuansa tawar-menawar antara umat yang diwakili oleh para imam dan pelayan-pelayan Tuhan dengan Tuhan sendiri. Negosiasi yang dimulai oleh umat dengan Allah atas kehilangan hasil ladang, dengan harapan, penawaran dalam bentuk pertobatan, akan merubah keputusan Allah. Umat dengan diwakili para imam dan pelayan dalam permohonan menjadikan penderitaan yang mereka alami sebagai masalah yang mengancam reputasi Allah, sebab dengan sendirinya mereka menyerahkan hak milik mereka atas tanah dan diri mereka sendiri sebagai umat, menjadi milik Allah “milik-MU, sehingga, jika ada sindiran dari bangsa-bangsa sekitar yang melihat penderitaan mereka, akan langsung mempertanyakan Allah Israel sendiri. Sebab kepercayaan kepada YHWH yang menjamin keberlangsungan hidup umat pilihan-Nya telah menjadi sebuah identitas yang menempel pada orang Israel itu sendiri, sehingga pertanyaan “Di mana Allah mereka?” memang ditanyakan kepada umat tetapi secara tidak langsung itu di ajukan kepada YHWH sendiri (kredibilitas YHWH dalam menjaga dan memelihara umat). Ibarat kesalahan anak, orang tua akan kena juga, jika saya nakal, maka orang akan bertanya “siapa mamanya? Tidak pernahkah diajari?, atau sebaliknya, saat saya berprestasi, akan ditanyakan juga “anak siapa itu? Hebat ya orang tuanya?” atau mungkin saat mahasiswa salah, yang ditanya lebih dulu mungkin “anak perwalian siapa? (dosen wali kena lagi)”, jadi identitas yang saling melekat dan mempengaruhi citra masing-masing.

(3)

Bahan PA Fak. Teologi 10 November 2015

1. Yoel memang tidak menjelaskan apa kesalahan umat secara langsung sehingga mereka di hukum. Tetapi bukan tanpa alasan Tuhan bertindak untuk penghukuman, namun dari hal itu yang diharapkan ialah umat semakin berbenah diri dan melihat hidupnya secara keseluruhan. Menjelaskan hal ini sehingga saya tidak terkesan menghakimi, saya melihat lirik lagu dari ebid, ketika kita mungkin merasa, tak memiliki salah tetapi mengalami hukuman, baik bencana ataupun infasi dari bangsa lain seperti dalam Yoel,

Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat Bahwa kita mesti banyak berbenah

Memang, bila kita kaji lebih jauh Dalam kekalutan, masih banyak tangan Yang tega berbuat nista... oh

Barangkali di sana ada jawabnya mengapa di tanahku terjadi bencana Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita

yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Hal ini mungkin dapat menolong kita untuk melihat secara utuh kedalam diri kita, bahwa mungkin, tanpa sadar kita menyumbang sebab dari bencana alam yang bangsa kita hadapi, yang menjadikan balita tak bersalah meninggal dunia, seperti alam yang bersalah tapi karena dosa manusia, alam jadi korban (dihancurkan Tuhan lewat bencana belalang). Seperti alam yang rusak oleh bencana belalang karena dosa manusia, mungkin asap dan kemarau panjang yang kita alami, adalah gejala alam yang tak lagi dapat diprediksi, oleh karena Global warming dan isu ekologis lainnya yang katanya manusia juga menjadi penyumbang sebab, benarkah gereja dan umat beragama tidak memiliki andil di dalamnya? Jika ya, bagaimana gereja bisa memperbaikinya dan menjalankan peran kenabian ditengah krisis yang ada?

Referensi

Dokumen terkait

(1) Apabila sampai dengan 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal Pemungutan Suara, terdapat Pemilih yang terdaftar dalam DPTLN, DPTbLN, atau DPKLN, dan belum

$eperti yang sudah kita ketahui dari tin#auan pustaka, ru#ukan "ertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa apabila terjadi perkawinan campuran antara warga Negara Indonesia dan warga Negara asing anak yang

sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif; (2) Inkuiri, terhadap semua topik dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk temuan yang diperoleh; (3) Bertanya, guru

Binbir Gece Masalları’nda kişniş otu, bir afrodizyak olarak belirtilir; Pliny sek şarapla alınan taze kişniş otunun, tam bir afrodizyak olduğuna inanıldığını

Zat fiksatif yang baik adalah zat yang dapat mengeraskan jaringan dengan cukup cepat sehingga tidak terjadi perubahan bentuk pada saat proses-proses selanjutnya

Siswa juga mulai berani berpendapat karena setelah berjalannya waktu siswa sadar setiap pendapat yang mereka sampaikan selalu mendapat penghargaan dari guru; (2) Siswa mulai terbiasa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS 21.0, dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara aktivitas siswa sehari-hari