ABSTRACT
INCREASING PLAYING ACTIVITIES THROUGH STUDY GROUP ON EARLY CHILDHOOD EDUCATION AT ABADI PENAWAR JAYA INTEGRATED HEALTH
SERVICE POST IN BANJAR MARGO SUB-DISTRICT TULANG BAWANG REGENCY 2010
By: Sri Haryani
This research was aimed at describing (1) Learning preparation through study, (2) teaching and learning process in order to increase playing activites, (3) Evaluation system in study group, (4) the increase of playing activities after the implementation of study group.
This research was Classroom action research which consisted of Planning, Action, Observation and Reflection at Abadi Penawar Jaya Integrated Health Service Post. This research was carried out into three cycles. In the first cycle, the study group comprised of 4 – 5 students, while in the second cycle it consisted of different 4 -5 children from the first cycle, and in the third cycle, it took 4 – 5 different children from the first and second cycle. The data was collected by observation then analyzed by teacher’s capability assesment tool (APKG) and Lesson observation sheet (LOP).
The reseach findings showed that (1) in the first cycle, it showed that the quality of daily activity plan was considered fair, while in the second and third cycle were good. (2) In the first cycle, the data showed that through study grop it reached 44% in fair category, while in the second cycle was 66,6% in good category, and in the third cycle was 77,7% in good category. (3) The evaluation system in the first cycle was considered fair in 44%, while in the second cycle was good in 64% and in the last cycle was good in 90%. (4) There was an increase of playing activites throgh study group, it was fair in the first cyle then rose to be good in the seccond and third cycle.
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS BERMAIN MELALUI BELAJAR KELOMPOK PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI POSYANDU
ABADI PENAWAR JAYA KECAMATAN BANJAR MARGO KABUPATEN TULANG BAWANG 2010
Oleh : Sri Haryani
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mendiskripsikan (1) persiapan pembelajaran melalui belajar kelompok, (2) proses belajar kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas bermain, (3) sistem evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran. (4) peningkatan aktivitas bermain sesudah belajar kelompok.
Penelitian dilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dirancang melalui perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi pada PAUD Abadi Penawar Jaya. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I dilaksanakan dengan belajar kelompok berjumlah 4 dan 5 anak, siklus II dilaksanakan dengan belajar kelompok berjumlah 4 dan 5 anak yang berbeda dengan siklus I, dan siklus III juga dilaksanakan dengan belajar kelompok berjumlah 4 dan 5 anak yang berbeda dengan siklus I dan II. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pedoman observasi. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan instrument Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) dan Lembar Observasi Pembelajaran (LOP).
Kesimpulan penelitian meliputi : 1) Kualitas Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun pada siklus pertama kategori sedang, siklus kedua baik dan siklus ketiga baik. 2) Proses pembelajaran dilaksanakan dengan belajar kelompok. Pada siklus pertama tercapai 44 % kategori sedang, pada siklus kedua tercapai 66,6 % kategori baik, dan siklus ketiga tercapai 77,7 % kategori baik. 3) Sistem evaluasi dilakukan dengan 11 indikator, pada siklus pertama tercapai 5 indikator, setara dengan 44 % kategori sedang, siklus II tercapai 7 indikator, setara dengan 64% kategori baik, dan siklus III tercapai 10 indikator, setara dengan 90% kategori baik. 4) Terjadi peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok, kelompok I, siklus pertama aktivitas rendah, pada siklus kedua aktivitas cukup dan pada siklus ketiga semua menunjukkan aktivitas cukup. Sedangkan pada kelompok II, siklus pertama aktivitas rendah, siklus kedua aktivitas cukup dan pada siklus ketiga aktivitas tinggi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, Bermain
sambil belajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Posyandu Abadi Penawar
Jaya Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang, berjalan dengan baik,
secara terperinci kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Terjadi peningkatan kualitas Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disusun
guru/kader melalui berbagai pendekatan, dibuktikan dengan peningkatan
nilai, dari siklus pertama dengan skor 61 masuk kategori sedang, siklus
kedua meningkat menjadi baik dengan skor 72 atau mengalami peningkatan
sebesar 11 poin, dan siklus ketiga menjadi baik lagi dengan skor 83 atau
mengalami peningkatan lagi sebesar 11 poin.
2) Proses pembelajaran berjalan dengan berajar kelompok, dimana pada siklus
pertama terlaksana 8 indikator atau tercapai 44 %, masuk dalam kategori
sedang, siklus kedua terlaksana 12 indikator atau tercapai 66,6% masuk
dalam kategori baik, dan pada siklus ketiga terlaksana 14 indikator atau
tercapai 77,7 % masuk dalam kategori baik.
3) Sistem evaluasi yang dilaksanakan menggunakan sistem nontes yaitu
membuat lembar observasi dengan 11 indikator, dari 11 indikator, pada
siklus I terlaksana 5 indikator. Pada siklus II tercapai 7 indikator, dan pada
siklus III terlaksana 10 indikator.
4) Terjadi peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok, ini
pada kelompok 4 anak data menunjukkan 3 anak masuk kriteria rendah dan
hanya 1 yang masuk kriteria cukup, pada siklus II mengalami pengingkatan,
data diperoleh sebaliknya, 1 anak kriteria kurang dan 3 anak kriteria cukup,
dan pada siklus III data menunjukkan semua anggota kelompok masuk
kriteria cukup. Pada kelompok 5 anak, peningkatan aktivitas juga sangat
baik, pada siklus I diperoleh data 1 anak kriteria rendah, 4 anak masuk
kriteria cukup, pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas pada anggota
kelompok dimana data menunjukkan semua anggota masuk kriteria cukup,
dan pada siklus III data dari hasil observasi menunjukkan 1 anak kriteria
cukup dan 4 anak masuk dalam kriteria tinggi.
5.2 Saran
a. Agar dalam pembelajaran guru lebih menyiapkan perangkat pembelajaran dengan
lebih teliti yang meliputi; bahan pengajaran, metode, media, kondisi anak-anak
serta sarana dan prasarana dan dalam menyiapkan kesemua hal tersebut harus
disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Akan lebih baik jika dalam pembelajaran melibatkan peran lingkungan, terutama
orang tua siswa yang hadir dalam proses pembelajaran serta melibatkan factor
alam sebagai materi tambahan.
c. Untuk orang tua agar lebih proaktif dalam mengikuti perkembangan pengetahuan
dan mental anak, agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan yang seharusnya,
jadi dapat kiranya materi dalam bermain bersama dengan rekan-rekannya di
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut data tahun 2004, dari 26,1 juta anak yang ada di Indonesia baru 7,1 juta
atau sekitar 28% anak yang telah mendapatkan pendidikan, terdiri atas 9,6%
terlayani di bina keluarga bawah lima tahun, 6,5% di taman kanak-kanak, 1,4% di
Raudhatul Athfal, 0,13% di kelompok bermain, 0,05% di tempat penitipan anak,
9,9% terlayani di sekolah dasar (Media Pikiran Rakyat, Jumat, 11 Februari 2005),
ini menunjukan pentingnya pendidikan usia dini belum mendapatkan perhatian
dengan baik.
Pelaksanaan pendidikan nonformal dan informal merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat, meskipun keduanya memiliki peran
dan fungsi yang berbeda. Kenyataanya, program pendidikan nonformal dan
informal belum dapat dilaksanakan secara optimal karena kendala-kendala
sebagai berikut (1) satuan pendidikan nonformal dan informal belum terbangun
secara mantap, (2) sasaran pendidikan nonformal dan informal adalah masyarakat
marginal, (3) layanan program pendidikan nonformal dan informal belum dapat
dilaksanakan secara optimal, (4) kebutuhan masyarakat akan layanan program
pendidikan nonformal dan informal sangat beragam, (5) sebagian besar sasaran
terisolir; seta (6) terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan
program pendidikan nonformal dan informal.
Berdasarkan hal tersebut, kerjasama antara Ditjen PNFI dengan organisasi mitra
perlu dilaksanakan secara terencana, terarah, terpadu, sistematik, akuntabel, dan
berkesinambungan sehingga dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pelaksanaan program-program dibidang pendidikan
nonformal dan informal. Kerjasama ini merupakan konsekuensi logis dari
keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki pemerintah dan pelaksanaan
program pendidikan nonformal dan informal berdasarkan prinsip dari, oleh, dan
untuk masyarakat serta efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program-program
pendidikan nonformal dan informal.
Organisasi wanita (PKK, BKOW, Muslimat Nahdhatul Uama, dan Aisyiah)
sebagai organisasi mitra di bidang program pendidikan nonformal dan informal
dipandang memiliki peranan yang strategis dalam pelaksanaan program-program
pendidikan nonformal dan informal. Oleh karena itu untuk meningkatkan
partisipasi organisasi wanita telah dilakukan penandatanganan MoU antara
Menteri Pendidikan Nasional dengan para Ketua Organisasi Wanita. Namun,
sampai saat ini partisipasi organisasi wanita dalam pelaksanaan program
pendidikan nonformal dan informal belum dapat diketahui secara pasti, apalagi
akurat.
Demikian halnya dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang
diselenggarakan oleh posyandu Abadi Kampung Penawar Jaya, sebagai media
ada, posyandu abadi juga melaksanakan PAUD, sebagai bentuk pendidikan yang
dikelola oleh para kader posyandu bersama-sama dengan orang tua anak, dalam
rangka menanamkan nilai-nilai sosial, keberagaman dan keagamaan, hanya
persoalannya secara teknis pada penyelenggaraan PAUD oleh posyandu Abadi
memiliki banyak kelemahan, pada proses pembelajarannya hanya terkonsentrasi
pada saat jadwal penimbangan bayi saja, itupun tidak terkelola dengan baik,
pelaksanaan belum mengacu pada proses pendidikan yang terencana, disisi lain
proses penimbangan bayi hanya dijadwalkan satu kali dalam sebulan.
Pelaksanaan PAUD terintegrasi dengan posyandu Abadi belum efektif
dikarenakan lemahnya atau belum pahamnya kader posyandu Abadi terhadap
pengelolaan pendidikan anak usia dini yang meliputi kemampuan merancang
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan usia, belum
memanfaatkan sumber belajar secara maksimal untuk merancang keaktifan belajar
anak, belum melakukan pilihan penerapan strategi yang tepat untuk
mengembangkan pelaksanaan PAUD serta belum melaksanakan evaluasi secara
terencana untuk kemajuan PAUD, disisi lain kurangnya tenaga guru/kader
Posyandu juga menjadi salah satu penyebab tidak efektifnya pengelolaan PAUD
di Posyandu tersebut, kesemuanya menjadi alasan mendasar mengapa peneliti
ingin melakukan tidakan pada penelitian ini.
Menurut Piaget dalam Nasution (2006:3)., perkembangan intelektual anak usia di
bawah 6 tahun disebut fase pra-operasional, jadi tidak berkenaan dengan anak
sekolah, pada taraf ini anak belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara
perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar, misalnya anak-anak
tidur, mereka juga belum memahami konsep “reversibility” dimana benda yang
telah diubah dapat dikembalikan ke bentuknya semula,
Kepada anak-anak dapat kita ajarkan setiap mata pelajaran dalam bentuk yang
sesuai dengan taraf perkembangan mereka pada setiap tingkatan usia, kurikulum
dapat dipusatkan pada masalah-masalah penting, pada prinsip-prinsip dan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, yang harus dimiliki oleh setiap warga
negara, ide-ide pokok, prinsip-prinsip dasar dapat diberikan pada usia muda yang
dapat dikembangkan dan diperdalam pada tingkat usia yang lebih tinggi,
kurikulum yang membicarakan pokok-pokok yang sama pada tingkatan yang
lebih tinggi dengan cara yang lebih matang dan lebih abstrak disebut kurikulum
“Spiral ”, Nasution (2006:10)
Pada pendidikan anak usia dini, pelaksanaan pembelajaran dapat diberikan dengan
bermain, membiarkan anak bermain atau menciptakan suatu permainan yang
mengarah pada situasi belajar akan lebih mudah di terima oleh anak-anak
ketimbang belajar menulis atau menyebutkan/menghapalkan sesuatu.
Kegiatan bermain dibagi menjadi dua bagian usia, kelompok bermain pertama
untuk usia 0-2 tahun, untuk kelompok ini belum memerlukan jadwal yang terinci,
permainan yang disiapkan adalah membiarkan anak bermain dengan benda-benda
di sekitar yang dapat merangsang gerakan tubuh, anggota badan dan panca indera.
Kegiatan juga dilakukan dengan melatih anak untuk berceloteh, merangkak,
berjalan, berlari-lari membedakan warna dan mengenal benda-benda disekitar
Kelompok bermain kedua yaitu usia 2-6 tahun, pada kelompok ini kader dituntut
untuk mengatur tempat bermain untuk kelompok anak yang menjadi tanggung
jawabnya, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain (1) menggelar tikar atau karpet
untuk kegiatan anak (2) menyiapkan dan menata bahan dan alat main sesuai
dengan rencana dan jadwal kegiatan hari itu (3) penataan alat main harus
mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat, (penyelenggaraan teknis
Pos PAUD, 2008:27-28)
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk
berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat, pengajaran bertugas
mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai
sebagaimana mestinya yang diinginkan, Hamalik (2008:79)
Seharusnya tujuan pendidikan mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
disiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat
jasmani dan rohani.
Sumber daya manusia adalah modal dasar pembangunan yang terpenting,
sumberdaya alam dan sumber daya buatan (seperti uang, organisasi dan sarana)
memang memberikan kemungkinan untuk membangun itu, tetapi sumberdaya
sebagai faktor pembangunan yang terpenting, sumber daya manusia juga
merupakan salah satu sasaran pembangunan, yaitu agar kualitasnya berkembang
dan meningkat. Pengembangan kualitas ini mengandung dua sisi pengertian
pertama; kualitas hidupnya sebagai manusia yang tercukupi, kedua; kualitasnya
sebagai modal untuk melakukan pembangunan yang memenuhi persyaratan
kebutuhan, Maiarso (2004:302).
Mengacu pada tujuan nasional dan peningkatan sumberdaya manusia
sebagaimana di atas, sudah seharusnya tujuan pendidikan yang dilaksanakan
melakukan upaya terhadap segala persiapan pembelajaran dengan keragaman
metode yang ada semata-mata untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan
pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan taksonomi. Taksonomi
pembelajaran meliputi tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kawasan kognitif adalah kawasan pembelajaran yang diarahkan pada
pembentukan mental yang diawali dengan tingkat pengetahuan yang semakin
tinggi, kawasan kognitif meliputi : mengingat, memahami, menerapkan, analisis,
evaluasi, mencipta.
Kawasan afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian social, kawasan ini meliputi : kemauan menerima,
kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya serta ketekunan dan
ketelitian. Sedangkan kawasan psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan
dengan ketrampilan, tingkatan psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan
melakukan sesuatu, mekanisme, respon terbimbing, adaptasi, originasi. (Uno,
Persoalannya kemudian adalah apakah guru yang mengelola pendidikan anak usia
dini sudah memiliki kemampuan atau kecakapan dalam mendesain pembelajaran
yang mengarah pada ketiga kawasan dalam taksonomi tersebut? Serta bagaimana
atau seperti apa tuangan desain yang telah mereka siapkan agar mencapai atau
mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan nasional?
Dari hasil observasi awal peneliti pada bulan Nopember 2009. Posyandu Abadi
sudah berganti nama dengan Posyandu Melati dan PAUDnya tetap kelompok
Abadi. Pada saat kegiatan Posyandu dilaksanakan juga kegiatan BKB dan PAUD.
Pelaksanaanya dibantu oleh kader kesehatan, kader Posyandu, kader BKB, kader
PAUD, dan kader PKK.
Secara administrasi kegiatan tersebut telah memiliki papan nama, papan kegiatan,
papan data kegiatan, papan struktur, dan buku-buku data kegiatan. Selain dari itu
tampak pada saat Posyandu anak-anak juga ada yang mengikuti kegiatan
permainan edukatif di dalam dan di luar ruangan, misalnya: bermain ayunan,
bermain pasir, bermain lego, bermain puzzle, bermain boneka, dan lain lain.
Posyandu Melati telah memiliki gedung sendiri yang dibangun dari dana ADD
dan Swadaya. Kegiatan Posyandu, BKB, dan PAUD dilaksanakan oleh kader
yang memiliki pendidikan maksimum SMP/SLTP. Ada dua orang kadernya telah
mengikuti pelatihan pengelola dan kader PAUD terintegrasi dengan Posyandu.
Mengacu pada buku petunjuk penyelenggaraan pos PAUD dari direktorat
Pendidikan Anak Usi Dini dinyatakan bahwa syarat penyelenggaraan kelompok
bermain (PAUD) baik yang dilaksanakan perorangan, lembaga, maupun
penyelenggaraan sebagai berikut: memiliki tempat yang layak untuk
menyelenggarakan kelompok bermain, memiliki anak didik, memiliki tenaga
pendidik, memiliki pengelola, memiliki sarana dan prasarana, memiliki alat
permain edukatif, dan perangkat pembelajaran.
Dari hasil observasi yang penulis lakukan, penulis dapat data sementara tentang
beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan PAUD Abadi terintegrasi dengan
posyandu Mawar I dari Ibu Suryati ( Ketua Posyandu MAWAR I ) antara lain
sebagai berikut,
- di kampung Penawar Jaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang
terdapat 6 kelompok Posyandu dengan nama Mawar I – Mawar VI.
- di kelompok Posyandu Mawar I terdapat kegiatan BKB dan PAUD
Abadi.
- kader Posyandu Mawar I terdiri dari 14 orang, 2 orang dari mereka
sudah mengikuti pelatihan pengelola PAUD.
- kader-kader Posyandu Mawar I rata-rata berpendidikan Sekolah
Lanjutan Pertama (SMP).
- kegiatan Posyandu, BKB, dan PAUD dilaksanakan bersamaan setiap 1
bulan 1 kali pada setiap tanggal 18.
- tempat posyandu sudah memiliki gedung tersendiri yang di bangun
dari hasil swadaya dan alokasi dana desa.
- Posyandu Mawar I telah memiliki arena bermain sederhana dengan
alat permainan ayunan, prosotan, kebun toga dan permainan di dalam
- gedung Posyandu terdiri dari 2 ruangan untuk kegiatan penimbangan
dan pemeriksaan kesehatan, kegiatan PAUD Abadi dilaksanakan
setelah kegiatan penimbangan dan pemeriksaan kesehatan anak dan
ibu di Posyandu.
- pelaksanaan PAUD Abadi bersamaan dengan BKB dengan
menggunakan alas tikar di dalam dan di luar ruang Posyandu.
- kader BKB ada 18 orang, 14 merangkap kader Posyandu, 4 orang
kader BKB.
- kader PAUD ABADI adalah kader Posyandu dan kader bantu BKB
dan kader Posyandu dan Posyandu Mawar I pada tahun 2006 nama
Posyandunya adalah Posyandu Abadi.
Selanjutnya dari data-data tersebut dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada PAUD ABADI yang
terintegrasi dengan Posyandu Mawar I, antara lain,
- dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak menyiapkan perangkat
pembelajaran secara terperinci.
- kader PAUD ABADI yang aktif hanya 2 orang dan memiliki
pendidikan SLTP.
- PAUD ABADI diselenggarakan hanya satu bulan satu kali ( setiap
Posyandu ).
- tidak ada penggunaan teknik atau cara bermain yang dirancang agar
belajar kelompok dapat berjalan dengan baik.
Dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Republik
Indonesia, no 411.3/1116/SJ, tanggal 13 Juni 2001, tentang Pedoman Umum
Revitalisasi posyandu diantaranya dituliskan “ bahwa hakikat dilaksanakannya
revitalisasi posyandu adalah upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan
peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum termasuk sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh
karena itu untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam
memaksimalkan potensi kualitas sumberdaya manusia, diperlukan upaya
Revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang
langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar
Pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen
perwujudan kesejahteraan keluarga.
Selain dari itu posyandu diharapkan selalu dapat memberikan pelayanan dalam
pendidikan pada para ibu untuk memelihara bayi dan balita secara tepat melalui
peningkatan kemampuan untuk mengamati adanya tanda-tanda penyimpangan
dalam tumbuh kembang, seperti psikomotorik/kemampuan kognitif (daya pikir
dan daya cipta), psikososial/emosi dan lain-lain. Agar posyandu dapat dikelola
secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas
mengadministrasikan kegiatan posyandu. Sehingga keberadaan PAUD terintegrasi
posyandu dapat dilaksanakan dengan baik.
Seharusnya guru pada pendidikan anak usia dini mampu memilih kegiatan yang
pembelajaran, mampu merumuskan kegiatan yang sesuai untuk mencapai
indikator yang dipilih dengan mengaktifkan anak dalam bermain, mampu memilih
sumber belajar yang tepat untuk mengaktifkan bermain anak serta mampu
menyusun alat penilaian yang dapat mengukur pencapaian tujuan pembelajaran.
Pada kenyataannya guru belum mampu memilih kegiatan yang tepat untuk
mengaktifkan anak dalam bermain, guru belum mampu merumuskan kegiatan
yang sesuai untuk mencapai indikator yang dipilih, guru belum mampu memilih
sumber belajar yang tepat untuk mengaktifkan bermain anak, dan guru juga belum
mampu menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian suatu tujuan
pembelajaran. Dengan demikian menjadi wajar kalau pelaksanaan pembelajaran
yang terjadi selama ini cenderung monoton dan hanya tempat berkumpulnya
anak-anak untuk mengecek kesehatan anak, selebihnya bernyanyi bersama atau
menghapalkan doa-doa.
Menurut Mildred B. Parten dalam AN. Ubaydi (2009:92) ada enam teknik atau
cara bermain yang dapat dikelola oleh guru/kader pada pelaksanaan pembelajaran,
teknik tersebut yaitu.
1. Unoccupied play, menempatkan anak berposisi sebagai pemerhati, dan anak-anak yang lain bermain.
2. Onlooker Play, mereka melihat dan bertanya pada anak lain yang sedang
bermain, tetapi tidak mau terlibat.
3. Solitary play, mereka bermain dengan barang mainannya tanpa ada keterlibatan dengan temannya, terkadang juga ngomong sendiri.
4. Paralel play, mereka sama-sama bermain dengan temannya (bukan
bermain bersama) masing-masing memainkan barang mainan yang dibawa, tanpa ada interaksi dalam permainan.
5. Assosiative play, mereka saling tukar barang mainan, namun tidak ada aturan yang mereka sepakati.
6. Co-operative play, mereka bermain dengan aturan yang mereka sepakati,
computer, dan biasanya menerapkan hukum siapa yang kalah dan siapa yang menang.
Keenam teknik tersebut memiliki kelebihan masing-masing, maka dalam
pelaksanaannya sangat bergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
penggunaan teknik atau cara bermain yang tidak sesuai dengan situasi, kondisi
serta perangkat atau media pembelajaran justru akan membuat anak menjadi
bingung. Maka guru pelaksana harus dapat selektif dalam memilih teknik atau
cara bermain yang akan digunakan.
Secara umum manfaat yang bisa diperoleh dari bermain sambil belajar selalu
menyangkut pengembangan berbagai aspek, meliputi, (a) aspek fisik dimana
dalam bermain anak dapat menggerakkan tubuh yang membuat tubuh anak
menjadi sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat. (b) aspek sosial emosional
dimana saat bermain anak merasa senang karena ada teman bermain dan
bersosialisasi tentang berbagai hal yang ingin mereka keluarkan. (c) aspek
kognitif, dengan bermain anak akan memiliki pengetahuan tentang berbagai objek
yang telah mereka mainkan baik secara fisik, bahasa maupun pemberian perhatian
terhadap sesuatu yang mereka mainkan. (d) aspek seni, dengan mendengarkan
bunyi atau mengikuti alur irama yang dimainkan. (e) mengasah ketajaman
keindraan. (f) aspek konsentrasi, dengan bermain dapat digunakan untuk melatih
konsentrasi atau pemusatan perhatian.
Selain itu anak-anak juga memeliki kecenderungan untuk selalu berkelompok,
aktifitas bermain anak didukung dengan belajar kelompok, untuk itu perlu adanya
desain kusus yang mengarah pada proses belajar kelompok.
Demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini menjadi hal yang sangat penting,
sehingga pelaksanaanya harus dapat terorganisir dengan baik, untuk itu peneliti
ingin melihat lebih jauh tentang pelaksanaan pembelajaran pada PAUD, yang
mengedepankan pada peningkatan aktivitas bermain sambil belajar, terutama
dalam hal ini adalah PAUD yang terintegrasi dengan posyandu Mawar I Kampung
Penawar Jaya Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada kenyataan yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang ada
dapat diidentifikasi sebagai berikut,
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak menyiapkan Rencana
Kegiatan Harian (RKH) secara terperinci.
2. Kader PAUD Abadi yang aktif hanya 2 orang dan memiliki pendidikan
SLTP.
3. Tidak pernah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
4. Pembelajaran yang dilakukan selama ini tidak mengacu pada teknik
bermain yang benar.
5. PAUD Abadi diselenggarakan hanya satu kali dalam satu bulan (setiap
Posyandu).
6. Alat Permainan Edukatif (APE) yang tersedia dirasa sangat kurang.
8. Sejak terbentuknya tahun 2006 belum pernah melakukan pelaporan
kepada dinas pendidikan terkait dan tidak dilakukan evaluasi
perkembangan terhadap peserta didik
1.3 Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini meliputi (1) Desain Rencana Kegiatan Harian (RKH)
(2) Proses pelaksanaan pembelajaran mengacu pada teori belajar kelompok (3)
Penggunaan sistem evaluasi (4) Terjadi peningkatan aktivitas bermain sesudah
belajar kelompok.
1.4 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah analisis pada penelitian, maka rumusan masalah tersebut
dijabarkan dalam submasalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penyusunan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang
mengarah pada upaya peningkatan aktivitas bermain pada pendidikan anak
usia dini melalui belajar kelompok?
2. Bagaimanakah proses belajar kelompok supaya dapat meningkatkan
aktivitas bermain anak di PAUD?
3. Bagaimana sistem evaluasi yang dilakukan pada proses belajar kelompok
di PAUD Abadi, untuk mengukur peningkatan aktivitas bermain?
4. Bagaimana peningkatan aktivitas bermain anak di PAUD Abadi, sesudah
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan :
1. Rencana Kegiatan Harian (RKH) dalam rangka meningkatkan aktivitas
bermain pada pendidikan anak usia dini melalui belajar kelompok.
2. Proses belajar kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas bermain anak.
3. Sistem evaluasi yang dilakukan pada proses belajar kelompok.
4. Peningkatan aktivitas bermain anak di PAUD Abadi, sesudah belajar
kelompok.
1.6 Kegunaan Penelitian
1.6.1 Kegunaan Teoritis dalam Kawasan Teknologi Pendidikan
Secara teoritis temuan ini dapat memberikan kontribusi pada kawasan teknologi
pendidikan meliputi.
a. Pengembangan inovasi dalam menggunakan strategi pembelajaran agar
proses pembelajaran berjalan lebih baik dan bermanfaat.
b. Sebagai masukan yang diharapkan dapat digunakan dalam mendesain model
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini.
1.6.2 Kegunaan Praktis
Secara praktis temuan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peningkatan
pelaksanaan pendidikan anak usia dini yang meliputi.
a. Agar guru termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi orang tua untuk lebih tertarik mengikutsertakan
c. Agar pengelola lebih mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan PAUD.
d. Agar lingkungan sosial lebih peduli terhadap kebutuhan anak dalam