• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE CORRELATION BETWEEN PARENTING PATTERN AND ADOLESCENT’S PROSOCIAL BEHAVIOR (A Study of Students in State Senior High School 1 Tanjung Bintang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE CORRELATION BETWEEN PARENTING PATTERN AND ADOLESCENT’S PROSOCIAL BEHAVIOR (A Study of Students in State Senior High School 1 Tanjung Bintang)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PARENTING PATTERN AND ADOLESCENT’S PROSOCIAL BEHAVIOR

(A Study of Students in State Senior High School 1 Tanjung Bintang)

By

Rahmat Diyanto

The objective of this research is to find out correlation between parenting pattern and adolescent’s prosocial behavior. This research was conducted in State Senior High School 1 Tanjung Bintang because this school had students in teens ages. This was an explanatory research with quantitative approach, and it used questionnaires in collecting data. Respondents in this research were selected using random sampling technique. The results showed that the value X2 was 23.5 which was obtained from value in the Table of 6.251, so that the conclusion was that there was a significant difference of correlation between parenting pattern and adolescent’s prosocial behavior. First, most parents who had elementary school education and who where farmers followed authoritarian parenting pattern. Authoritarian parents educated their kids with very frequent interventions in their kids’ activities or plans in the future, they often restricted their kids’ activities and exercised excessive controls towards their kids, so that their kids had lower social concerns and the kids were unable to avoid anti social behavior. Second, democratic parents educated by cultivating senses of openness, very frequently involving their kids for discussion, caring, warm approaching, so that their kids had high prosocial behavior, high empathy to other people, their kids were also frequently involved in activities requiring cooperation, and they were able to give respects to other people with different social backgrounds.

(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

(Studi Terhadap Siswa SMA N I Tanjung Bintang)

Oleh

Rahmat Diyanto

(3)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

(Studi Terhadap Siswa SMA N I Tanjung Bintang)

Oleh

RAHMAT DIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

(Studi Terhadap Siswa SMA N I Tanjung Bintang)

(Skripsi)

Oleh

Rahmat Diyanto

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Halaman

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Prososial RemaJa ... 18

2.3 Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 27

3.2 Definisi Konseptual dan Oprasional Penelitian ... 28

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Prososial Remaja ... 69

4.4.1 Pola Asuh Orang Tua ... 69

4.4.2 Perilaku Prososial Remaja ... 72

4.4.3 Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Prososial Remaja ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Tabel 20. Identitas Responden ... 1 Tabel 21. Pola Asuh Orang Tua ... 2 Tabel 22. Perilaku Prososial Remaja ... 3 Tabel 23. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Prososial Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

Orang Tua ... 4 Tabel 24. Cara Perhitungan Pada Indikator-Indikator Variabel

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Hubungan Antara Karakteristik Pola Asuh Orang Tua

dengan Karakteristik Remaja ... 22 Tabel 2. Kerangka Berfikir Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua

dengan Perilaku Prososial Remaja ... 26 Tabel 3. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua ... 41 Tabel 4. Tempat Tinggal Orang Tua ... 44 Tabel 5. Campur Tangan Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan ... 45 Tabel 6. Tuntutan Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Pekerjaan ... 48 Tabel 7. Pembatasan Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan ... 51 Tabel 8. Pendisiplinan Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan

dan Pekerjaan ... 53 Tabel 9. Kehangatan Orang Tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan

dan Pekerjaan ... 55 Tabel 10. Perilaku Berbagi Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan

dan Pekerjaan Orang Tua ... 58 Tabel 11. Perilaku Kehangatan Remaja Berdasarkan Tingkat

Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua ... 60 Tabel 12. Perilaku Menolong Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan

Pekerjaan Orang Tua ... 62 Tabel 13. Perilaku Menghormati Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua ... 65 Tabel 14. Perilaku Menghindari Perilaku Anti Sosial Berdasarkan

Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua ... 67 Tabel 15. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua Berdasarkan Tingkat

Pendidikan dan Pekerjaan ... 70 Tabel 16. Perilaku Prososial Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Orang Tua ... 72 Tabel 17. Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Perilaku

Prososial Remaja ... 74 Tabel 18. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Prososial

(9)
(10)

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikalah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah : 153)

Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berfikir dirinya kalah, ketika ia terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali, belajar dari kesalahan dan bergerak

maju menuju inovasi yang lebih baik.

Jangan mengaku kalah sebelum mencoba karena jika engkau mengalah sebelum mencoba maka engkaulah pecundang kekalahan berjuang untuk

(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hartoyo, M.Si. ...

Penguji Utama : Drs. Gunawan Budi Kahono ...

2. Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 003

(12)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Magister/Sarjana/Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan lain. 2. Karya tulis ini murni gagasan, perumusan, dan penelitian saya

sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung,

Yang Membuat Pernyataan

(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat yang tak henti-hentinya kepada umat-nya. Solawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak. Ku persembahkan skripsi sederhana ini kapada :

1. Sang pencipta Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak dan ibu tersayang, terima kasih atas semua doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Tak ada yang bisa menggantikan pengorbanan kalian, semoga allah senantiasa melindungi dan memberikan kesehatan pada kalian.

3. Semua keluarga ku yang telah memberikan nasehat-nasehatnya demi kelancaran skripsi ini.

4. Seseorang yang tak pernah henti-hentinya memberikan semangat serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(14)

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA (Studi Terhadap Siswa SMA N I Tanjung Bintang) Nama Mahasiswa : Rahmat Diyanto

No. Pokok Mahasiswa : 0856011030 Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Hartoyo, M.Si. Drs. Gunawan Budi Kahono

NIP. 19601208 198902 1 001 NIP. 19570512 198603 1 002

2. Ketua Jurusan Sosiologi

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahmat Diyanto dilahirkan di Tanjung

Bintang, 26 April 1989. Penulis adalah anak ketiga dari

empat bersaudara dari pasangan Bapak Sabar dan Ibu

Astinah .

Jenjang pendidikan formal yang telah penulis tempuh antara lain Sekolah

Dasar (SD) di SDN 3 Jati Baru Kecamatan Tanjung Bintang dan lulus pada

tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Tanjung Bintang

dan lulus pada tahun 2002, sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1

Tanjung Bintang dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Selain itu, pada

tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada bulan Juli

sampai Agustus tahun 2011 di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung

(16)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah segala puji bagi Bagi allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat mencapai

gelar sarjana sosiologi. Tal lupa shalawat serta salam semoga selalu

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan

Perilaku Prososial Remaja” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian

skripsi ini, tentunya tidak lepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran,

dan kritik dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan

keyakinan bahwa Allah SWT yang bisa membalasnya, penulis

mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Effendi, M.M. selaku Dekan I FISIP Universitas

Lampung.

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekertaris Jurusan

(17)

yang sifatnya membangun. Serta saya ucapkan terima kasih juga

untuk setiap waktu yang telah bapak luangkan hanya untuk

membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono selaku Dosen Pembahas, saya

ucapkan terima kasih untus semua ilmu, saran, dan kritik yang

sifatnya membangun untuk lebih baik lagi.

6. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

saya ucapkan terima kasih untuk semua bantuannya baik berupa

ilmu, motivasi, saran dan waktunya.

7. Ibu Drs. Paraswati D.M. selaku Dosen Sosiologi, saya ucapkan

sangat terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan khususnya

Sosiologi Keluarga sangat bermanfaat dalam skripsi saya. Serta

terima kasih atas dukungan, dorongan, nasehatnya akan saya ingat

selalu sampai kapanpun.

8. Ibu Endri Fatimaningsih, S.Sos,M.Si selaku dosen Sosiologi. Saya

ucapkan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan dalam proses

pembelajaran. Serta salah satu dosen pavorite dan inspirasi bagi

saya maupun mahasiswa lain untuk melangkah kearah yang lebih

baik.

9. Ibu Dra. Erna Rochana, M.Si selaku Dosen Sosiologi, saya

(18)

10. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung, saya ucapkan terima kasih yang telah

memberikan bekal dan ilmu pengetahuan dengan segala

ketulusannya.

11. Bapak Drs. Mirzal Effendi selaku kepala SMA Negeri I Tanjung

Bintang yang telah memberikan izin sebagai tempat untuk

dilakukan penelitian.

12. Bapak dan ibu sebagai tenaga didik maupun staff Di SMA N I

Tanjung Bintang, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya dalam

proses pengumpulan data.

13. Kedua orang tuaku, terima kasih atas semua yang telah kalian

berikan padaku. Apapun yang kulakukan tidak akan mungkin bisa

menggantikan seluruh doa serta pengorbanan kalian. Semoga Allah

SWT melindungi dan memberikan kebahagian pada kalian.

14. Arnie yang selalu menemani, memberikan semangat bagi pada

penulis. Terima kasih untuk semua yang telah diberikan kepada

peneliti.

15. Saya ucapkan terima kasih kepada sahabatku Panji, Sutikno,

Arfani, Supendi, Yunari Setiawan, Hendi, Agus, Fitra dan

Sebastian. Terima kasih atas waktu, dukungan, dan kebersamaan

kita sejak awal hingga sekarang ini. Susah dan senang banyak kita

(19)

dan kompeten ketika kalian ada keniatan dan sunggu-sungguh.

16. Buat Zikri, Ian, Irsad, Erwin, Saputra, Sadam, Rio, Anisa, Eka,

Sukma, Lova, Lizha, Anita, Ambar, Putri, Novita, Helena, Icha,

kristin dan lain-lain ayo buruan yang belum selesai proposalnya

penelitiannya jangan putus asa, yakini jika kita

bersungguh-sungguh dan ada keniatan pasti bisa lulus dengan membawa

pengetahuan dan pengalaman yang tak akan terlupa sampai kapan

pun.

17. Buat teman dan kerabat di Kecamatan Tanjung Bintang saya

ucapkan terima kasih atas semuanya. Semoga apa yang

dicita-citakan terealisasi

18. Untuk semua rekan-rekan mahasiswa sosiologi angkatan 2008,

terima kasih atas kebersamaan kalian yang telah menggoreskan

tinta emas dalam hidupku.

Penulis hanya bisa mendoakan semoga Allah SWT membalas semua

kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis

(20)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

tidak dapat hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan orang lain, karena

hampir setiap hari individu meluangkan waktu bersamaan dengan individu

yang lain. Di dalam masa remaja, seorang individu mengalami peralihan

dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,

tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah.

Dalam hidup bermasyarakat, remaja memerlukan acuan, pegangan, dan

patokan yang jelas dalam menjalankan hidupnya. Keluarga merupakan

lingkungan sosial yang pertama yang mempelajari, mengajarkan nilai-nilai

dasar bagi remaja dan dalam lingkungan primer ini tidak bisa digantikan

oleh lembaga manapun. Lembaga seperti sekolah, organisasi, agama,

pramuka atau klub memang dapat menjadi sarana untuk mengajarkan

nilai-nilai dan moral, namun sebelum anak melangkah keluar rumah, terlebih

(21)

Nilai-nilai yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan menentukan cara

remaja dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sosial di luar

keluarga. Hubungan antara orang tua dengan remaja yang tidak lancar, akan

mengakibatkan hubungan remaja di luar keluarga juga mengalami

hambatan.

Cara, tingkah laku, dan sikap orang tua dalam mendidik dan membimbing

merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan dan pertumbuhan

remaja di lingkungan sosial. Karena penerapan sosialisasi yang paling awal

berasal dari lingkungan keluarga, sehingga akan mempengaruhi remaja

dalam bersikap dan perilaku di dalam masyarakat. mengingat orang tua

merupakan faktor yang penting dalam membentuk kepribadian remaja,

maka cara yang digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja

tergantung pada sikap, kepribadian dan kemampuan yang di miliki oleh

orang tuanya (Soekanto, 2004:40).

Menurut Bronfenbrenner (2008:30), kehidupan orang tua memegang

peranan penting dalam menciptakan hubungan dengan remaja. Kondisi

keluarga yang harmonis, stabil, saling memberi perhatian tentu akan

membawa pengaruh positif terhadap remaja. Biasanya remaja yang di asuh

dengan kondisi keluarga yang hangat dan harmonis akan memiliki perilaku

prososial yang tinggi baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Menurut Sears (1979:95) perilaku prososial diartikan sebagai bentuk

perilaku yang mempunyai konsekuensi sosial yang positif yang diwujudkan

dalam bentuk bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain. Misalnya,

(22)

Sebaliknya kondisi lingkungan keluarga yang sering terjadi perselisihan,

kurang saling mengerti, dan tidak terbentuk hubungan yang harmonis antara

ayah, ibu dan anak akan berpengaruh negatif bagi kehidupan remaja di

dalam maupun di luar lingkungan keluarga. Penelitian lebih rinci

mengungkapkan pengaruh pola asuh orang tua terhadap remaja yang

memiliki perilaku anti sosial adalah penelitian yang dilakukan oleh

Soekanto (2004 : 40) yang menyatakan bahwa :

1. Hubungan keluarga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu

memperhatikan anak-anaknya dan sering memberikan perlakuan keras

(melanggar), akan lebih mudah membentuk anak menjadi agresif.

2. Hubungan pola asuh orang tua yang baik dengan anak dapat menciptakan

anak yang memiliki tingkat empati yang tinggi di dalam lingkungan

keluarga maupun di lingkungan sosial.

3. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua

terhadap aktivitas anak (remaja), kurangnya penerapan disiplin yang

efektif, kurang kasih sayang orang tua, dapat menjadi pemicu timbulnya

kenakalan remaja. Misalnya kesibukan kerja orang tua dapat

menyebabkan hubungan dengan anak menjadi kurang harmonis.

4. Timbulnya favoritisme (pilih kasih) di kalangan anggota keluarga,

tindakan ini akan menimbulkan perhatian yang kurang adil, merata dan

seimbang di antara anggota keluarga.

Menurut Soekanto (2004 : 57), jika anak berada dalam kehidupan keluarga

tidak seimbang, tidak harmonis, penuh konflik dan pertikaian antar kedua

(23)

anak akan terhambat, dan akan menjadi “anak yang bermasalah”. Banyak

cara yang dilakukan oleh remaja apabila menghadapi situasi tersebut,

biasanya dengan membolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, membaca

majalah atau menonton film porno, minum-minuman keras, seks di luar

nikah, menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa, berjudi,

membunuh, kebut-kebutan, judi kecil-kecilan, tidak menurut terhadap orang

tua, suka terlambat pulang sekolah maupun di rumah dan suka berbohong

terhadap orang tua. Penyebab utamanya adalah tidak terlaksananya peran

dan fungsi orang tua dalam mengasuh anak. Salah satu akibat pola

pengasuhan orang tua yang berdampak negatif terhadap perilaku remaja

sebagai berikut :

Contoh perilaku 22 siswa dari berbagai sekolahan di Lampung Tengah

terjaring razia Satpol PP dan Dinas Sosial (Disdik) Kabupaten setempat.

Rata-rata para siswa kedapatan sedang nongkrong di warung internet

(warnet). Saat razia, sebagian besar siswa masih mengenakan seragam

sekolah dan ada juga sudah memakai pakaian biasa, namun di tasnya

terdapat seragam sekolah (Radar Lampung, 25 Januari 2011).

Selain itu terdapat kasus warga dua kampung bentrok antara warga

kampung Gedung Aji Lama dengan Adijaya (KNPI) Gedung Aji , Tulang

Bawang yang dipicu oleh pertikaian antara Davit Sandika yang dibantu

temannya Mario dan Dian yang ikut terlibat baku hantam dengan Andika

(24)

Sementara itu, terdapat kasus orang tua yang terpaksa menikahkan anaknya

di usia dini karena lebih dahulu hamil. Hal ini diakibatkan pola asuh orang

tua yang memanjakan anak secara berlebihan yang membuat anak tumbuh

begitu bebas tanpa batas (Kompas, 02 Oktober 2011).

Berdasarkan contoh di atas, secara umum permasalahan yang dilakukan

oleh remaja terletak pada pendidikan di dalam keluarga. Rendahnya

perhatian, kontrol, memberikan kebebasan yang berlebihan kepada remaja

akan berpengaruh besar pada perkembangan remaja dan tidak menutup

kemungkinan dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai masalah.

Didasari berbagai macam permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik dan

ingin melakukan penelitian, bagaimana hubungan antara pola asuh orang tua

dengan perilaku prososial remaja.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan

dirumuskan adalah apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perilaku prososial remaja?

3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dianjurkan, tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui sekaligus menjelaskan hubungan antara

(25)

3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah

a. secara teoritis diharapkan dapat membantu dan meningkatkan

wawasan ilmiah yang berkaitan dengan ruang lingkup Sosiologi

Keluarga.

b. Secara praktis diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan

acuan bagi orang tua dalam mendidik anak di dalam keluarga.

c. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat mengambil makna positip

peran orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak terhadap

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konsep

2.1.1 Definisi Orang Tua

Orang tua menurut Simanjuntak (1983:7) adalah ayah dan ibu dari

anak-anaknya. Sedangkan menurut Nasution (1986:1), orang tua adalah “setiap

orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga

dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan bapak dan ibu”.

Selain itu, menurut Vembriarto (1993:33) keluarga merupakan kelompok

sosial kecil yang umumnya terdiri ayah, ibu, dan anak-anaknya (nuclear

family), dan di dalam keluarga orang tua merupakan tokoh-tokoh inti yang

bertanggung jawab dalam melaksanakan fungsi-fungsi keluarga.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah

ayah dan ibu yang melahirkan manusia baru (anak) serta mempunyai

kewajiban dan tanggung jawab untuk mengasuh, merawat dan mendidik

(27)

2.1.2 Fungsi Orang Tua

Keluarga menurut Vembriarto (1993:33) merupakan kelompok sosial kecil

yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya (nuclear family).

Di dalam keluarga orang tua merupakan tokoh-tokoh inti yang

bertanggung jawab dalam melaksanakan fungsi keluarga misalnya sebagai

berikut :

a. Fungsi Afeksi

Menurut Soelaiman (1994:95), fungsi afeksi adalah fungsi orang tua

dalam menciptakan hubungan perasaan dengan anak-anaknya yang

dilandasi dengan cinta kasih. Dari hubungan cinta kasih inilah lahirlah

hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi,

persamaan pandangan mengenai nilai-nilai, dasar cinta kasih dan

hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan

pribadi anak.

b. Fungsi Sosialisasi

Menurut Lawang (1985:38) fungsi sosialisasi adalah fungsi orang tua

dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi dalam keluarga

di mana anak mempelajari pola tingkah laku, sikap keyakinan, dan

nilai-nilai dalam masyarakat agar dapat berpartisipasi secara efektif

(28)

c. Fungsi Pendidikan

Menurut Soelaiman (1994:85), fungsi pendidikan adalah fungsi orang

tua yang berkaitan dengan pendidikan anak. Fungsi pendidikan tidak

sekedar menyangkut pola penentuan dan pengukuhan landasan yang

mendasari upaya pendidikan itu. Selain itu keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

d. Fungsi Religius

Munurut Soelaiman (1994:99), fungsi religius orang tua terhadap

anak-anaknya adalah sebagai penanggung jawab dan tokoh inti di

dalam keluarga yang mengemban tugas dan bertanggung jawab untuk

mengenalkan anak-anaknya kepada nilai-nilai agama, sekaligus

menanamkan ke dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya bukan

sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah agama, melainkan untuk

menjadi insan yang beragama, sebagai abdi yang sadar akan

kedudukannya sebagai makluk yang diciptakan dan dilimpahi hikmah

tanpa henti sehingga menggugahinya untuk mengisi dan mengarahkan

kehidupannya untuk mengabdi sang pencipta menuju ridha-nya.

e. Fungsi Proteksi

Menurut Solelaiman (1994:92), fungsi proteksi adalah fungsi orang

tua dalam memberikan perlindungan baik fisik maupun sosial kepada

anak-anaknya agar mereka dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari

dengan perasaan terlindung dengan perkataan lain anak-anaknya akan

(29)

2.1.3 Pola Asuh Orang Tua

Menurut para sosiolog, keluarga memiliki peran yang penting dalam

menentukan perilaku remaja, karena keluarga merupakan tempat pertama

dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan sikap

remaja terbentuk.

Keluarga menurut Bennett (Dalam Megawangi, 2003:110) merupakan

tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan pengasuhan dan

pembentukan sikap. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran,

semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan

kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk

memperbaiki kegagalan-kegagalannya. Oleh karena itu orang tua

merupakan dasar yang pertama bagi pembentukan pribadi anak dan pola

tingkah laku remaja ditentukan bagaimana orang tua mengasuh remaja di

dalam keluarga.

Pola asuh menurut Mangoenprasadja (2004:109) yaitu suatu cara yang

ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan rasa

tanggung jawab terhadap anak. Sedangkan menurut Soelaiman (1997:116)

pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan

waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang

(30)

Menurut Prasetyo (dalam Prasetia, 2005 : 30) pola asuh memiliki fungsi

diantaranya :

1. Pembentukan kepribadian anak, agar anak memiliki kepribadian yang

baik, kuat dan tangguh, karena proses pengasuhan di masa bayi, akan

mendasari kepribadian anak dimasa kanak-kanak, proses pengasuhan

di mana kanak-kanak akan mendasari kepribadian di masa remaja dan

seterusnya. Dengan demikian kepribadian seseorang di masa dewasa

tidak dapat dilepaskan begitu saja, dari proses pengasuhan dari fase

sebelumnya.

2. Pembentukan karakter anak, karakter yang baik tentu saja bersumber

dari hati nurani yang bermoral yang menggerakan seseorang untuk

melakukan apa yang benar walaupun seseorang suka atau tidak suka

dalam setiap situasi.

3. Agar anak memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti merupakan

sekumpulan sifat-sifat di mana seseorang mencontoh dan meniru

lingkungannya, dan sangat dipengaruhi oleh pembinaan sejak usia

dini, agar anak memiliki moral yang baik. Tata cara kebiasaan dan

adat istiadat dapat diartikan sebagai norma yang menata sikap dan

perilaku remaja yang sesuai dengan standar sosial.

4. Melahirkan remaja yang berkualitas dan berpotensi.

5. Dapat hidup mandiri yang tidak tergantung pada orang tua dan orang

lain.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga

(31)

karakter remaja. Di dalam proses pengasuhan, hubungan antara orang tua

dengan anak memegang peranan yang sangat penting guna mencapai

kedewasaan yang sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam

masyarakat dan pembentukan sikap (karakter) yang tertanam dalam diri

remaja. Menurut Baumrind (1980:50) teridentifikasi tiga macam pola asuh

orang tua yang dapat mempengaruhi karakter sikap dalam diri remaja.

Bentuk-bentuk pola asuh orang tua tersebut yaitu :

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan

adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anak. Mereka membuat

aturan-aturan yang sepakati bersama. Orang tua yang demokratis

adalah orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara

langsung, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

pendekatan orang tua kepada anak secara hangat.

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh orang tua yang ditandai dengan orang tua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anaknya, pola asuh ini

cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya di

barengi dengan ancaman-ancaman. Di dalam tipe pola asuh ini, orang

tua cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum apabila remaja

(32)

3. Pola Asuh Permisif

Adalah pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat longgar,

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu

tanpa kontrol yang cukup darinya. Orang tua dalam tipe ini cenderung

tidak menegur atau memperingatkan remaja apabila sedang dalam

bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua

kepada remaja.

2.1.4 Perilaku Prososial

Manusia sebagai makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup

sendiri, tetapi Ia senantiasa membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain.

Dari hubungan yang timbal balik di dalam kehidupan sosial, banyak

menimbulkan perilaku prososial dalam diri remaja yang membantu

melakukan atau memberi pertolongan kepada orang lain.

Perilaku prososial menurut Sears (1979:95) merupakan tindakan yang

membantu atau menguntungkan seseorang atau sekelompok orang tanpa

mementingkan keuntungan pribadi. Adapun tindakan-tindakan yang

dimaksud seringkali menghabiskan biaya yang tidak sedikit, pengorbanan

diri atau resiko yang harus ditanggung oleh pelaku. Sedangkan menurut

Wispe (1990:89), sebagaimana dikutip Wrightsman dan Deaux (1979:135),

"Prosocial behavior is behavior that has positive social consequences-that

contributes to the physical or psychological well-being of another person".

(33)

konsekuensi sosial positif yang diwujudkan dalam bentuk pemberian

bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain).

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka yang dimaksud dengan perilaku

prososial merupakan segala tindakan yang menguntungkan dan bermanfaat

bagi orang lain dan mempunyai konsekuensi sosial positif yang diwujudkan

dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis tanpa mengharapkan

imbalan apapun.

Selain itu, terdapat teori perilaku prososial yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teori yang dikemukan oleh Wispe (1990:92) sebagai berikut :

a. Simpati (Sympathy)

Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain,

sikap peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang

lain.

b. Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin

bekerjasama dengan orang lain, meskipun keuntungannya tidak

digunakan secara bersama-sama.

c. Membantu (Helping)

Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain

sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.

d. Berdema (Donating)

Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada

(34)

2.1.5 Pengertian Remaja

Remaja adalah usia transisi, di mana seorang individu telah meninggalkan

masa kanak-kanaknya yang lemah dan penuh ketergantungan. Dia belum

mampu ke usia yang kuat dan penuh dengan tanggung jawab, baik terhadap

dirinya maupun terhadap masyarakat di mana remaja tinggal. (Daradjat,

1991:22). Sementara itu menurut Gunarsa (1999:13) mengutip pendapat dari

Frued (1984:18) mengenai remaja sebagai berikut :

“Masa remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan di mana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya”.

Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan

terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan pendapat

Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah mulai dewasa

yang sudah mencapai umur 13 tahun sampai 16 tahun dan muda, di mana

sudah dapat membedakan antara laki-laki dan perempuan di mana mulai

muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi

setidaknya menggambarkan sebagian dari pengertian remaja.

Batasan remaja menurut Daradjat (1991:75) merupakan masa peralihan

yang ditempuh oleh seorang dari masa anak-anak menjadi dewasa. Dengan

arti lain sebuah situasi yang menjembatani menuju ke tingkat dewasa. Masa

remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun.

(35)

matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai

kehadirannya oleh orang sekitarnya.

Pendapat yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Suardi (1986: 98)

yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak

menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari

remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik.

Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama konflik remaja

dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga membutuhkan

penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.

Berdasarkan definisi remaja di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah

suatu masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur

berkisar antara 13-18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki

permasalahan yang kompleks.

Selain itu, masa remaja adalah masa transisi bagi seseorang yang diiringi

oleh perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang menuju

kearah kedewasaan. Untuk mengetahui mengenai remaja lebih jauh, maka

perlu dikemukakan mengenai ciri-ciri dari seseorang yang disebut remaja.

Ciri-ciri remaja menurut Soekanto (2004:51) diantaranya sebagai berikut :

1. Perkembangan fisik yang sangat pesat sehingga ciri-ciri fisik antara

laki-laki atau wanita tampak semakin tegas,

2. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan

(36)

3. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan

dewasa, walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif

belum matang.

4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial

ekonomis maupun politis, dengan mengutamakan kebebasan dari

pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah.

5. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk

mendapatkan identitas diri.

Sementara itu, menurut Gunarsa (1999 : 82) seorang yang berada pada batas

peralihan kehidupan anak menuju dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah

“dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti seorang dewasa ia gagal

menunjukan kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih

belum banyak, karena itu sering terlihat pada mereka adanya:

a. Kegelisahan adalah keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja.

Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat

dipenuhi.

b. Terjadi pertentangan di dalam diri remaja yang menimbulkan

kebingungan baik bagi diri remaja sendiri maupun orang lain.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.

d. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Bukan

hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki, bahkan

(37)

e. Aktifitas berkelompok di mana keinginan berkelompok ini tumbuh

sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri umum masa

remaja.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja

secara umum adalah adanya perkembangan fisik yang pesat, mempunyai

berbagai keinginan antara lain, keinginan untuk mengadakan hubungan

sosial dengan kalangan yang lebih dewasa, keinginan untuk berkelompok,

keinginan untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa, keinginan

terhadap sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan

keinginannya, keinginan mencoba segala hal yang belum diketahuinya,

keinginan menjelajah alam sekitarnya, mulai memikirkan kehidupan secara

mandiri baik secara sosial ekonomis maupun politis dan adanya

perkembangan taraf intelektualitas.

2.2 Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Prososial Remaja

Menurut para sosiolog, keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama

bagi terbentuknya pertumbuhan, perkembangan kepribadian dan sikap

remaja. Cara, tingkat laku, dan sikap orang tua dalam melakukan

pengasuhan di dalam keluarga memegang peranan penting dalam

pembentukan akhlak dan budi pekerti putra-putrinya. Orang tua merupakan

faktor penting dalam pembentukan kepribadian remaja maka cara yang

digunakan dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada

(38)

Menurut Baumrind (1980:50) teridentifikasi tiga macam pola asuh orang tua

yang dapat mempengaruhi karakter perilaku dalam diri remaja.

Bentuk-bentuk pola asuh tersebut yaitu :

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis orang tua pada dasarnya bentuk perlakuan orang

tua saat berinteraksi dengan anaknya dengan cara melibatkan anak

dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keluarga dan diri

anaknya merupakan gaya pengasuhan demokratis. Orang tua yang

demokratis bersikap terbuka, fleksibel dan memberikan kesempatan

kepada anaknya untuk dapat tumbuh kembang dengan peraturan yang

rasional, orang tua yang demikian hubungan yang dekat dengan

anak-anaknya dan selalu mendorong anak-anaknya untuk ikut terlibat dalam

membuat peraturan dan melaksanakan peraturan dengan penuh

kesadaran.

Selain itu, pada pola asuh yang seimbang (demokratis) akan selalu

menghargai individualistas akan tetapi juga menekankan perlunya

aturan dan peraturan. Orang tua sangat percaya diri dalam melakukan

pengasuhan tetapi orang tua sepenuhnya menghargai keputusan yang

diambil, minat dan pendapat anak. Orang tua dengan model pola asuh

ini penuh dengan cinta kasih, mudah merinci tetapi menuntut tingkah

laku yang baik. Tegas dalam menjaga aturan bersedia memberikan

hukuman ringan tetapi dalam situasi yang hangat dan hubungan yang

(39)

hukuman yang mereka lakukan selalu meminta pendapat anak. Anak

dalam pola asuh demokratis akan merasa tenang dam nyaman. Anak

akan menjadi paham kalau mereka di sayangi tetapi sekaligus

mengerti terhadap apa yang diharapkan dari orang tua. Anak yang

memiliki orang tua yang demokrtis sering kali ceria, mandiri, bisa

mengendalikan diri dengan baik dan berorientasi pada masa depan.

Di dalam pengasuhan yang demokratis anak (remaja) cenderung untuk

mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja

sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi setres dengan baik.

2. Pola Asuh Otoriter

Suatu bentuk pengasuhan orang tua yang pada umumnya sangat ketat

dan kaku ketika berinteraksi dengan anaknya. Orang tua yang berpola

asuh otoriter menekankan adanya kepatuhan seorang anak terhadap

peraturan yang mereka buat tanpa banyak basa-basi, tanpa penejelasan

kepada anaknya mengenai sebab dan tujuan di berlakukannya

peraturan tersebut, cenderung menghukum anaknya yang melanggar

peraturan dan menyalahi norma yang berlaku. Orang tua yang

demikian yakin bahwa cara yang keras merupakan cara yang terbaik

dalam mendidik anaknya. Orang tua demikian sulit menerima

pandangan anaknya, tidak mau memberikan kesempatan kepada

anaknya untuk mengatur dirinya sendiri, serta selalu mengharapkan

(40)

Pola asuh yang demikian sangat berpotensi menimbulkan konflik dan

perlawanan seorang anak, terutama saat anak sudah menginjak masa

remaja, atau sebaliknya akan menimbulkan sikap ketergantungan

seorang remaja terhadap orang tuanya, anak remaja akan kehilangan

aktifitasnya, tumbuh menjadi anak yang tidak efektif dalam kehidupan

dan interaksinya dengan lingkungan sosial, remaja cenderung akan

mengucilkan dirinya, kurang berani dalam menghadapi tantangan

tugas, tidak merasa bahagia dan kehilangan rasa percaya diri.

3. Pola Asuh Permisif

Adalah pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat longgar,

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu

tanpa kontrol yang cukup darinya. Orang tua dalam tipe ini cenderung

tidak menegur atau memperingatkan remaja apabila sedang dalam

bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua

kepada remaja.

Menurut Baumrind (1980:55) pola asuh permisif ini, orang tua

memberikan kebebasan kepada remaja untuk melakukan apa saja yang

mereka inginkan. Pola asuh permisif orang tua di dalam keluarga

akan membawa pengaruh pada kepribadian remaja seperti remaja

tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu

mengharapkan kemauan mereka di turuti. Kurangnya tuntutan orang

tua yang diberikan terhadap remaja menghambat proses identifikasi

(41)

samar menghalangi remaja untuk membuat pandangan diri yang jelas,

hal ini akhirnya membuat remaja dapat menjadi agresif, bersifat

menguasai, tidak patuh dan banyak menggunakan obat-obat terlarang.

Selain itu, Parke (1999:20) menggambarkan hubungan antara karakteristik

pola asuh orang tua dengan karakteristik remaja yang akan dihasilkan

seperti yang terlihat dalam Tabel berikut :

Tabel 1. Hubungan antara Karakteristik Pola Asuh Orang Tua dengan Karakteristik Remaja

No Karakteristik Orang Tua Karakteristik Remaja

1. Pola asuh demokrasi

Perhatian, responsif, menunjukan rasa senang dan dukungan bila remaja menunjukan perilaku yang diharapkan, terlibat dalam kehidupan remaja, mempertimbangkan

permintaan dan pendapat remaja, menunjukan rasa tidak senang jika remaja melakukan perilaku yang buruk, menawarkan standar-standar alternatif, berkomunikasi dengan remaja, tidak mengalah pada paksaan (rengekan) remaja yang membawa dampak negatif bagi remaja, tidak memanjakan remaja yang tidak patuh pada peraturan yang telah di sepakati.

Remaja yang bersemangat dan bersahabat ( Energetic-friendly child)

Dapat mengontrol diri dan memiliki kepercayaan diri yang baik, memiliki motivasi berprestasi, menunjukan

keingintahuan terhadap situasi yang baru, memiliki semangat yang besar,

memiliki hubungan yang baik dengan teman sebayanya, mampu bekerja sama dengan orang dewasa dapat memahami perintah yang diberikan, dapat mengatasi stress dengan baik.

2. Pola asuh otoriter

Hanya menunjukan sedikit keha- ngatan, tidak mempertimbangkan pendapat remaja, memaksakan

Remaja yang mudah tersinggung dan memiliki banyak konflik ( Conflicted-irritable child)

(42)

aturan secara keras, namun tidak berkomunikasikan aturan tersebut, sering menunjukan perasaan marah dan menghukum anak yang tidak patuh terhadap apa yang diinginkan oleh orang tua.

bermusuhan meskipun tidak terang-terangan, suka berbo- hong, mudah mengalami stress, kadang bersifat agresif kadang bersifat murung.

3. Pola asuh permisif

Tuntutan yang diberikan orang tua rendah, memprioritaskan kebebasan bagi remaja dalam memilih mana yang terbaik baginya, tidak menghukum remaja ketika mereka melanggar aturan, mencoba untuk meminimalisir usaha dan waktu untuk berinteraksi dengan remaja, beroriensi pada kebutuhan fisik remaja tanpa memperdulikan kesejahteraan remaja dan kurangnya kontrol orang tua terhadap aktivitas yang dilakukan oleh remaja baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial

Remaja yang diabaikan-agresif (Neglected-aggresive child)

Agresif, menguasai, gampang marah namun gampang untuk menguasai kembali, memilki hubungan kuat dengan lingkungan, maupun teman sebaya yang memiliki masalah-malah yang sama, lebih tertutup, dan membutuhkan proses penyesuaian diri yang cukup lama (lambat) dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat .

Sumber : Parke (1999:20)

Berdasarkan Tabel di atas, terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

pola asuh demokratis dengan perilaku prososial remaja. Penelitian yang

dilakukan Parke (1999:20) menemukan bahwa semakin permisif pola asuh

yang diterapkan orang tua di dalam keluarga, maka berpengaruh besar

terhadap perilaku prososial yang ditampilkan oleh remaja. Orang tua yang

tidak memberikan batasan dan tanggung jawab kepada remaja dapat

menyebabkan remaja sulit membedakan perilaku yang baik dan perilaku

(43)

membuat remaja berperilaku hanya berdasarkan pada nilai-nilai yang benar

menurut dirinya sendiri dan bukan menurut nilai-nilai yang dijunjung tinggi

dalam lingkungan sosial.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2001:23) tentang

hubungan antara pola asuh orang tua dengan penyesuaian sosial juga

menemukan bahwa remaja yang diasuh secara permisif diprediksi akan

memiliki kemampuan penyesuaian yang rendah, baik penyesuaian diri pada

lingkungan sosial keluarga, sekolah maupun masyarakat. Kemampuan

dalam penyesuaian sosial yang rendah disebabkan oleh kurangnya tuntutan

dan peraturan yang diberikan oleh orang tua sehingga remaja tidak

memahami bagaimana seharusnya ia menyesuaikan dirinya di tengah

lingkungan sosialnya. Selain itu rendahnya tuntutan dan peraturan juga

membuat remaja memiliki motivasi berprestasi rendah.

Penelitian lainnya menemukan bahwa pola asuh permisif berkorelasi positif

dengan tingkah laku agresif. Penelitian ini dilakukan Banandari (2003:25)

pada anak usia 9-11 tahun menemukan bahwa anak yang diasuh secara

permisif akan cenderung lebih sering menampilkan perilaku agresif. Hal ini

dapat terjadi karena remaja merasa diabaikan oleh orang tua sehingga

berusaha mendapatkan perhatian dari orang tuanya dengan melakukan

perilaku agresif.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat

disimpulkan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki

(44)

memberikan kesempatan) hal ini akan menyebabkan anak merasa tertekan,

mudah putus asa, tidak dapat merencanakan sesuatu, dan penolakan

terhadap orang lain. Kemudian orang tua yang menerapkan pola asuh

demokratis akan membimbing anak dengan pola terbuka mau berdiskusi,

memberikan keleluasan pada anak namun dengan batas dan kontrol yang

sesuai dan menekankan pada aspek pendidikan sehingga anak akan belajar

untuk menyampaikan segala persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan

takut, belajar mandiri dan menyelesaikan masalahnya dengan mendapat

dukungan dari orang tua, sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh

permisif memiliki karakteristik terlalu bebas, kontrol rendah, acuh, kurang

hangat, kurang tegas dan tertutup sehingga anak sedikit sekali dituntut untuk

bertanggung jawab , tetapi mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa.

Pola asuh orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam mengatur

dirinya sendiri bisa mengakibatkan efek yang negatif bagi kepribadian

remaja.

Berikut ini dipaparkan kerangka pikir hubungan antara jenis-jenis pola asuh

(45)

Tabel 2. Kerangka Berfikir Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua

Dengan Perilaku Prososial Remaja

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang belum terbukti atau jawaban sementara

yang diuji kebenarannya melalui proses penelitian (Sayuti, 1989:90).

(46)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatori atau penjelasan. Menurut Notoadmodjo (2005:1) penelitian

eksplanatori adalah suatu jenis penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan

suatu keadaan atau situasi. Jenis penelitian eksplanatori tersebut sama

dengan jenis penelitian korelasional, di mana pada metode ini dijelaskan

hubungan antar variabel yang diteliti. Hubungan yang dicari disebut

sebagai korelasi. Jadi, metode korelasional mencari hubungan diantara

variabel-variabel yang diteliti. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti

sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor

lainnya. Pada penelitian ini termasuk dalam korelasi sederhana (simple

correlation) karena hanya dua variabel yang dihubungkan (Hasan, 2002:1).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu pola penyajian dari

sebuah analisis mengenai fenomena yang disusun dengan data kuantitatif

serta membuat ketetapan pengukurannya dengan metode statistika sebagai

(47)

Dalam penelitian ini, penulis meneliti dan mencoba menjelaskan hubungan

antar variabel dengan sistematis berdasarkan data kuantitatif. Selain itu,

tujuan dalam penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara pola asuh

orang tua dengan perilaku prososial remaja di SMA N I Tanjung Bintang

tahun 2012.

3.2 Definisi Konseptual dan Oprasional Penelitian

3.2.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual ditentukan untuk memudahkan pemahaman dan

menafsirkan berbagai macam teori yang berkaitan dengan penelitian.

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

1. Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah suatu cara atau teknik yang ditempuh oleh

orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya sebagai

perwujudan rasa tanggung jawab terhadap anak. Menurut Baumrind

(1980:50) teridentifikasi tiga macam pola asuh orang tua yang dapat

mempengaruhi karakter sikap dalam diri remaja. Bentuk-bentuk pola

asuh orang tua tersebut yaitu :

a. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai

dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anak. Mereka

(48)

yang demokratis adalah orang tua yang mencoba menghargai

kemampuan anak secara langsung, memberikan kebebasan kepada

anak untuk memilih dan pendekatan orang tua kepada anak secara

hangat.

b. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh orang tua yang ditandai dengan orang tua yang melarang

anaknya dengan mengorbankan otonomi anaknya, pola asuh ini

cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,

biasanya di barengi dengan ancaman-ancaman. Di dalam tipe pola

asuh ini, orang tua cenderung memaksa, memerintah, dan

menghukum apabila remaja tidak menjalankan perintah orang

tuanya.

c. Pola Asuh Permisif

Adalah pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat

longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan

sesuatu tanpa kontrol yang cukup darinya. Orang tua dalam tipe ini

cenderung tidak menegur atau memperingatkan remaja apabila

sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan

(49)

2. Perilaku Prososial Remaja

Perilaku prososial merupakan segala bentuk perilaku yang mempunyai

konsekuensi sosial positif yang diwujudkan dalam bentuk pemberian

bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain

3.2.2 Definisi Operasional

Menurut Black (1991:46) mengemukakan bahwa definisi operasional adalah

petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Dengan melihat definisi

operasional variabel suatu penelitian, maka seorang peneliti akan dapat

mengetahui suatu variabel yang diteliti. Berkaitan dengan pelaksanaan

penelitian, maka hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku

prososial remaja di SMA N I Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

tahun 2012 diukur dengan indikator sebagai berikut :

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam mendidik anak dapat diukur dengan

melihat indikator-indikator sebagai berikut :

1. Kontrol

Aspek-aspek yang terdapat dalam dimensi kontrol adalah sebagai

berikut :

a. Pembatasan Aktivitas Remaja

Pembatasan aktivitas remaja adalah usaha orang tua untuk

(50)

remaja. Pembatasan tersebut dilakukan untuk mencegah dan

membatasi remaja di dalam melakukan sesuatu yang ingin

dilakukan. Bentuk-bentuk pembatasan aktivitas remaja yaitu :

- Pergi ketempat-tempat hiburan.

- Menonton tayangan televisi dan membaca majalah yang berbau

negatif

- Ikut melakukan tawuran maupun perkelahian antar pelajar.

b. Tuntutan

Adalah harapan orang tua terhadap tanggung jawab remaja.

tuntutan-tuntutan tersebut diantaranya sebagai berikut :

- Seorang anak dituntut memiliki tingkat kepedulian (empaty)

yang tinggi baik di dalam lingkungan keluarga maupun dalam

lingkungan sosial.

- Seorang anak dapat menghemat terhadap apa yang diberikan

oleh orang tua terhadap remaja.

- Remaja dituntut berprestasi.

- Remaja yang yang memiliki sifat terbuka.

- Terjalin hubungan yang harmonis antara orang tua dan remaja

di dalam keluarga.

c. Pendisiplinan

Yaitu usaha orang tua untuk menyelenggarakan peraturan dan

(51)

melanggar. Bentuk-bentuk pendisiplinan yang dilakukan oleh

orang tua terhadap remaja adalah :

- Pulang sekolah maupun bermain tepat waktu

- Menghormati orang yang lebih tua dan guru

- Menerapkan peraturan-peraturan yang disepakati bersama

antara orang tua dengan remaja

d. Campur tangan

Campur tangan adalah keterlibatan orang tua dalam merencanakan

berbagai rencana yang dimiliki oleh remaja, baik dalam kegiatan

maupun rencana masa depan remaja. Bentuk-bentuk campur

tangan orang tua adalah :

- Dengan siapa remaja berhubungan (bergaul).

- Campur tangan orang tua di dalam hubungan yang dijalani

remaja dengan orang lain (kekasih).

- Ikut terlibat dalam menentukan lembaga pendidikan.

- Bertanya kepada anak tentang kegiatan sehari-hari.

2. Kehangatan

Dimensi ini menggambarkan keterbukaan dan ekspresi kasih

sayang orang tua kepada remaja. selain itu, dimensi kehangatan ini

terdiri dari berbagai aspek yaitu :

- Perhatian terhadap kesejahteraan remaja.

- Memenuhi kebutuhan sekolah remaja sesuai dengan

(52)

- Kesediaan meluangkan waktu dan melakukan pekerjaan

bersama remaja.

- Penghargaan serta antusiasme orang tua terhadap tingkah laku

positif dan berprestasi yang ditampilkan oleh remaja.

- Mengurus keperluan atau kebutuhan remaja sehari-hari.

2. Perilaku Prososial Remaja

Perilaku prososial yang diukur dalam penelitian ini dapat digolongkan

kedalam bentuk-bentuk sebagai berikut :

a. Berbagi

- Menyisihkan uang jajan untuk orang yang tidak mampu

walaupun uang jajan tidak banyak.

- Memberikan makanan yang dimiliki untuk teman yang lapar.

b. Kehangatan (menenangkan)

- Menyempatkan diri menjenguk ketika orang yang dikenal

terserang sakit.

- Meminta maaf dengan kesadaran sendiri ketika telah berbuat

salah.

- Ikut merasa prihatin ketika ada orang yang tertimpa musibah.

c. Menolong

- Menolong teman yang terluka (misalnya karena terjatuh).

- Ikut bergabung ketika ada kegiatan yang membutuhkan kerja

(53)

d. Menghormati (menghargai)

- Menghormati orang yang lebih tua dengan menjaga kesopanan.

- Menghormati orang yang berbeda suku

- Menghormati orang yang beragama lain.

- Menghormati orang yang memiliki ketidak mampuan (misalnya

tidak menertawakan orang yang tidak bisa berjalan normal).

- Mendengarkan pendapat teman dengan baik ketika berdiskusi.

- Mengucapkan terima kasih ketika telah dibantu.

e. Menghindari perilaku anti sosial

- Tidak membentak-bentak walaupun kesal.

- Menghindari perbuatan kasar (misalnya tidak memukul

walaupun kesal).

- Perkelahian (tawuran)

- Tidak ikut-ikutan membicarakan keburukan orang lain ketika

teman-teman melakukannya.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N I Tanjung Bintang. Penulis memilih

lokasi penelitian ini didasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Letak lokasi yang dekat dengan peneliti dan mudah di jangkau

dengan transportasi sehingga hal ini akan membantu peneliti dalam

hal menghemat biaya, tenaga dan waktu di samping membantu

(54)

2. SMA N I Tanjung Bintang merupakan salah satu sekolah yang

mempunyai siswa yang berada pada rentang usia remaja, dengan

demikian dapat mewakili remaja pada umumnya.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka secara perposive SMA N I

Tanjung Bintang layak untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian.

3.4 Jenis Data

Jenis data dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari responden penelitian berupa hasil

penyebaran angket kepada pihak-pihak yang kompeten dalam hal ini adalah

siswa kelas X dan XI di SMA N I Tanjung Bintang.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berada pada kelas X dan

XI SMA N I Tanjung Bintang. Di pilihnya siswa Kelas X dan kelas XI

dalam penelitian ini didasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Kelas X dan kelas XI di mana siswa tersebut tidak dalam masa ujian

akhir.

2. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan akan dapat memudahkan

peneliti untuk melakukan pendataan, disamping keterbatasan akan

(55)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka

diperoleh data bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 460

pelajar.

3.5.2 Sampel

Sampel menurut Hadi (1986:70) adalah individu yang diselidiki, atau

dapat dikatakan sebagai contoh atau wakil dari suatu populasi yang cukup

besar. Sedangkan, menurut Azwar (2007:79) sampel adalah sebagian dari

populasi. Karena sampel merupakan bagian dari populasi, maka sampel

harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Adapun kreteria

sampel adalah siswa-siswa yang tinggal dengan orang tua dan berusia

antara 13-18 tahun.

Penentuan jumlah minimum sampel yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan rumus Slovin (Ridwan, 2004:65) adalah :

N N =

1+N(e)2

Keterangan.

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Presisi (peran kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapet ditolelir (diinginkan) yaitu

(56)

Berdasarkan rumus di atas untuk jumlah populasi sebanyak 458, jumlah

minimum sampel yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 82 siswa.

Taknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel

random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dengan cara

mengundi kelas X dan XI pada SMA N I Tanjung Bintang.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket

dengan tujuan untuk mendapatkan data penelitian berupa jawaban

pertanyaan tertulis yang diajukan oleh peneliti untuk mengetahui

hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku prososial remaja di

SMA N I Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, serta hal-hal

yang berkaitan dengan penelitian. Angket ini akan disebarkan kepada

siswa kelas X dan XI.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai

berikut :

1. Tahap editing yaitu proses pemeriksaan kembali data yang diperoleh

dari lapangan, jika terdapat kesalahan atau kekliruan, serta untuk

(57)

2. Tahap koding yaitu pembuatan kategori tertentu dari data yang

diperoleh, kemudian diberi kode dan selanjutnya dipindahkan kedalam

kode.

3. Tahap Tabulasi yaitu memasukan data kedalam Tabel-Tabel atau

menginventarisasikan semua variabel dan hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kuantitatif. Teknik analisis data yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara jenis-jenis pola asuh

orang tua (demokratis, otoriter, permisif) dengan perilaku prososial remaja

ditinjau dengan menggunakan teknik analisis chi square.

Menurut Hadi (1968:259) analisis chi square merupakan suatu uji

perhitungan perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan. Analisis chi square di dalam penelitian digunakan untuk

mencari kecocokan atau menguji ketidak adaan hubungan antar populasi,

digunakan untuk menguji hipotesis tentang ada atau tidak perbedaan antar

dua proporsi, dan digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam

populasi berbentuk nominal dan sampelnya besar. Adapun rumus chi square

(58)

(f

O

- f

h

)

2

X

2

= ∑

F

h Keterangan :

X2 : chi square

Fo : frekuensi yang diperoleh dari (diobservasi dalam) sampel

Fh : frekuensi yang di harapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari

(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan interpretasikan data yang telah dilakukan, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tua memiliki peran

yang sangat penting dalam mendidik dan mengasuh anak di dalam

keluarga. Cara, tingkah laku, dan sikap orang tua dalam mendidik dan

membimbing merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan dan

pertumbuhan remaja di lingkungan sosial. Karena penerapan sosialisasi

yang paling awal berasal dari lingkungan keluarga, sehingga akan

mempengaruhi remaja dalam bersikap dan perilaku di dalam masyarakat.

Berdasarkan analisis data Chi Square diketahui nilai X2 sebesar 23,25 dari

nilai dalam Tabel sebesar 6,251. Diketahui bahwa nilai Chi square hitung

lebih besar dari nilai Chi square (23,25 > 6,251), sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa ada perbedaan hubungan antara pola asuh orang tua

dalam mendidik dan mengasuh anaknya di dalam keluarga dengan

perilaku prososial yang ditampilkan oleh remaja. Sebagian besar orang tua

yang memiliki tingkat pendidikan SD dan memiliki mata pencaharian

sebagai seorang petani menganut pola asuh yang otoriter.

Orang tua yang menganut pola asuh otoriter dalam mendidik dan

mengasuh anak dengan sangat sering orang tua campur tangan dalam

(60)

tua melakukan pembatasan aktivitas remaja dan memberikan kontrol yang

berlebihan kepada anak. Pola asuh orang tua yang demikian berhubungan

dengan perilaku prososial anak rendah sehingga mereka memiliki tingkat

kepedulian yang rendah dan tidak mampu menghindari perilaku anti sosial.

5.2 Saran

1. Untuk para orang tua lebih ditingkatkan rasa kesadaran pentingnya

peran orang tua dalam menjalankan fungsi orang tua dalam mendidik

dan mengasuh terhadap pembentukan kepribadian anak.

2. Kepada lembaga atau dinas yang terkait agar ikut membantu

melakukan kontrol sosial terhadap remaja dengan tujuan agar remaja

tidak melakukan tindak kekerasan, tawuran, penggunaan obat

(61)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Azwar. 2007. Metode Penelitian. Gramedia. Jakarta

Black, Thomas R. 1999. Doing Quantitative Research In The Social

Sciences. Sage Publication. London.

Daradjat, Zakiah. 1991. Problema Remaja di Indonesia. Bulan Bintang. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1968. Pokok-Pokok Metodologi Research Dan Penulisan

Naskah. FIP-IKIP.Jogjakarta

Hasan. 2005. Metodologi Penelitian. Fajar Agung. Jakarta

Gunarsa, Singgih D. 1999. Psikologi Remaja. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Lawang, Robert M.Z. 1985. Pengantar Sosiologi. Karunika. Jakarta.

Megawangi.2003. Orang Tua Ideal, Dulu, Kini dan Mendatang. PT Asdi Mahasatya. Jakarta.

Nasution, Thamrin. 1986. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar Anak. BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Notoadmodjo. 2005. Metode Penelitian. Rajawali. Jakarta

Ridwan. 2004. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES. Jakarta

Gambar

Tabel 1.  Hubungan antara Karakteristik Pola Asuh Orang Tua
Tabel 2. Kerangka Berfikir Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua
TABEL 25. NILAI-NILAI CHI KWADRAD
TABEL 22.    PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

Referensi

Dokumen terkait

Masa kampanye bagi partai politik bersama calon anggota legislatifnya telah dimulai // Hingar bingar parpol untuk meraih simpati masyarakat ikut diramaikan oleh para juru kampaye

PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG /JASA PEKERJAAN KONSTRUKSI DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN. NOMOR

Kepala sekolah dalam meningkatkan partisipasi kerja guru mendapat tang- gapan baik dari guru dan karyawan, hal ini disebabkan karena yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 56 Tahun 2013 tentang Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Tirtamarta Yogyakarta – Bagian Tarif Air Minum dan Penjelasan

Pada anak yang memiliki aktivitas kurang dan perilaku makan yang tidak sesuai, maka akan terjadi penumpukan lemak akibat adanya ketidakseimbangan kalori yang masuk dengan

Mereka yang belum memiliki lisensi menyelam juga dapat puas snorkeling di sini, sebab dari kedalaman yang dangkal sekali- pun, sudah banyak karang dan hewan laut yang dapat

Situs ini diharapkan sebagai solusi alternatif yang membantu siswa, dalam memonitor kemampuannya terutama bagi mereka yang akan menghadapi persiapan ujian masuk perguruan

Jika pushbutton 3 ditekan maka pushbutton 1 yang awalnya NC ( Normally Closed ) menjadi NO ( Normally Open ) pintu terbuka bergerak kekanan sampai melewati sisi tembok B, sampai