• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA BANDAR

LAMPUNG Oleh

M.Prabu Natagama

Perforasi tiket merupakan komponen penting dalam rangka pemungutan Pajak Hiburan di Kota Bandar Lampung yang telah diatur dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan. Sistem pemungutan pajak hiburan secara self assessment pada penyelenggaraan konser musik, membuat pengawasan perforasi tiket konser musik menjadi komponen yang penting untuk memaksimalkan pemasukan dan kebocoran dari pajak hiburan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengawasan perforasi tiket konser musik sebagai dasar pengenaan pajak hiburan di Kota Bandar Lampung, dengan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengawasan perforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung, 2. Faktor - faktor apa sajakah menjadi penghambat dalam pengawasan perforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung.

Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu normatif empiris, dengan data primer dan sekunder, yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengawasan perforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung telah dilaksanakan dengan pengawasan secara preventif dengan cara memeriksa kelengkapan administrasi penyelenggara konser musik seperti surat izin keramaian dari kepolisian serta tiket yang akan diperforasikan dan juga represif dengan cara pengecekan kembali sales report dari penyelenggara konser, namun belum maksimal, karena pengawasaan hanya dilakukan secara administratif namun tidak ada pengawasan secara langsung dilapangan.

Saran dari peneliti yaitu sebaiknya pengawasan jangan hanya dilakukan secara administratif, namun juga dilakukan pengawasan secara langsung dilapangan, karena kecurangan justru sering terjadi saat penyelenggaraan konser musik sedang berjalan, serta pengawasan didalam tubuh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung itu sendiri juga harus dilakukan.

(2)

i

ABSTRACT

SUPERVISION PERFORATION MUSIC CONCERT TICKETS AS A BASIS FOR ENTERTAINMENT TAX IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

M.Prabu Natagama

Perforated ticket is an important component in the framework of Entertainment Tax collection in Bandar Lampung which has been arranged in Bandar Lampung Mayor Regulation No. 117 of 2011 on the Procedures for Tax Collection Entertainment. Entertainment tax collection system of self assessment in organizing music concerts, making supervision perforation music concert tickets become an important component to maximize revenue and leakage of entertainment tax.

Based on these descriptions, researchers interested in studying surveillance perforation music concert tickets as entertainment tax base in the city of Bandar Lampung, the following issues: 1. How supervision perforation music concert tickets in Bandar Lampung, 2. Factors - what are the factors into inhibitors in surveillance perforation music concert tickets in Bandar Lampung.

The method used by the researchers that the normative empirical, with primary and secondary data, which was analyzed by descriptive qualitative. The research concludes that the surveillance perforation tickets for a concert in the city of Bandar Lampung have been carried out under the supervision preventively by checking the completeness of the administrative organizer music concerts such as licenses crowd of police and the tickets will diperforasikan and repressive by checking back sales reports from the organizers of the concert , but not maximum, because monitoring only done administratively but there is no direct supervision of the field.

Suggestions from researchers that monitoring should not only be done administratively, but also carried out supervision directly in the field, because cheating is often the case when the organization is running a music concert, as well as the oversight body within the Regional Revenue Office Bandar Lampung city itself is also to be done.

(3)

PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DIKOTA BANDAR

LAMPUNG

Oleh

M. PRABU NATAGAMA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada

tanggal 28 Oktober 1992. Penulis merupakan anak ke 3

dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda Amran

Malawi, S.H. dan Ibunda Dewi Indriati, S.Pd., M.M.

Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar

Negeri (SDN) 2 Rawa Laut dan tamat pada tahun 2005,

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Bandar Lampung dan tamat tahun

2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12

Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas

Lampung, program pendidikan Starata 1 (S1) dan mengambil bagian Hukum

Administrasi Negara (HAN). Penulis juga telah mengikuti program pengabdian

langsung kepada Masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Dipasena

Utama Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang, selama 40 hari

pada bulan Januari 2015.

Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan baik

(7)

vii

di BEM FH UNILA sebagai Staf Dinas Minat dan Bakat 2012-2013,

MAHKAMAH FH UNILA sebagai Anggota Bidang Agitasi dan Propaganda

2012-2013, BEM FH UNILA sebagai Asisten 2 2013-2014, HIMA HAN FH

UNILA sebagai KETUA UMUM 2014-2015. Di eksternal kampus penulis aktif

sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) diawali Basic Training LK I di

Komisariat Hukum Unila pada tahun 2011, Selama berproses di HMI Komisariat

Hukum Unila penulis pernah diamanahkan menjadi pengurus hingga presidium di

Departemen Kepemudaan 2013-2014, Kepala Bidang Kekaryaan 2013-2014, dan

(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan segala kerendahan hati

saya persembahkan skripsi yang sederhana ini kepada

Kedua orang tuaku Bapak Amran Malawi, S.H. dan Ibuku Dewi Indriati, S.Pd., M.M.,

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah memberikan

kasih sayang, segala dukungan, dan rasa cinta yang sangat besar yang tidak akan mungkin dapat

kubalas dengan apapun di dunia ini, berkat do’a yang selalu kalian berikan padaku, aku dapat menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk membanggakan kalian.

Atu Harumi Wanasita, S.E., Atu Anggun Larasati, S.S., dan Adikku Mutiara Khairunisa.

yang saya sayangi dan menjadi salah satu motivasi di kehidupan saya.

(9)

MOTTO

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada

kemudahan Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu

ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirahi: 5-6)

Hidup ini bukanlah suatu jalan yang datar dan ditaburi bunga,

melainkan adakalanya disirami air mata dan juga darah.

( Buya Hamka )

Seberat apapun perjuangan, tetaplah berpihak pada kebenaran.

( Penulis )

Dengan Ridho Allah Yakin Usaha Sampai

(10)

SANWACANA

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengawasan Perforasi tiket konser musik sebagai dasar pengenaan Pajak Hiburan di

Kota Bandar Lampung”, Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas

dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Marlia Eka Putri, S.H.,M.H.. selaku Dosen Pembimbing II yang telah juga

memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik

yang membangun kepada Penulis.

4. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku dosen Pembahas II yang juga telah banyak

memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

(11)

6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara yang

telah memberikan arahan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Nurmayani S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa.

8. Kakanda Dr. Hamzah, S.H., M.H., Wakil Dekan bagian Kemahasiswaan dan Alumni

Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Mas Rusmialdi S.H., Kasubbag

kemahasiswaan yang telah banyak memberi dorongan semangat dan pengarahan selama

penulis berproses di Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu dosen pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

membimbing dan memberikan ilmunya yang semoga bermanfaat bagi penulis.

10. Yang tercinta Ayahanda Amran Malawi, S.H. dan Ibunda Dewi Indriati S.Pd., M.M.,

yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih

sayang dan kesederhanaan serta tidak bosan-bosannya mendoakan keberhasilan penulis.

11. Atu Harumi Wanasita, S.E., Atu Anggun Larasati, S.S., Adikku Mutiara Khairunisa yang

telah mendukung dan menanti keberhasilanku.

12. Kanda Heryandi (cendi), Kanda Triadi, Kanda Muhtadi, Kanda Ahmad Saleh, Kanda

Budiono, Kanda Yusdianto, Kanda Wahrul Fauzi, Kanda Alian, Kanda Chandra

Muliawan, Kanda Iqbal Basrie, Kanda Suntan, Kanda Azam, Kanda Andriawan, Kanda

Galuh, Kanda Yefri, Kanda Alan, Kanda Taufik, Kanda Jana serta kakanda ayunda yang

lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, dorongan semangat selama penulis menjadi kader dan Presedium

(12)

13. Sahabat-sahabat sekaligus teman seperjuanganku presedium KHU 2014-2015 Imam

Mukhlasin, Kodri Ubaidillah. Arahmat Panca, Shintya Sardi, Agung Kurniawan, Abung

Pratama, Maryanto, Beni Prawira, Hany serta kawan-kawan angkatan 2011 yang telah

setahun bersama mengemban Amanah dan konstitusi Himpunan Mahasiswa Islam (HmI)

untuk mengabdi menjadi Presedium KHU

14. Sahabat-sahabat pengurus HIMA HAN 2014-2015 Murni Triana, Agung Asadillah,

Almira Balqis, M. Fadel Nurman, Untari, Hilman, Ferdian, Yonathan, Ratna Eka Sari,

Gilang, Tara, Shandi, Putra, dan kawan-kawan yang lain kalian semua partner kerja

terbaik saya, sukses buat kita semua.

15. Sahabat-sahabat pada Basic Training LK I Komisariat Hukum Unila pada tahun 2011

“Prabu Dafa” dan seluruh adinda-adinda sekalian angkatan Basic Traning LK

1,”Samudra Byzantium”, “Anti Stagnasi”, “Victoria Bonifide“ saya ucapkan terima

kasih banyak telah aktif berproses serta mambantu kinerja kami selama periode

pengurusan di KHU selama saya menjadi presidium.

16. Sahabat-sahabat pengurus PERSIKUSI 2013-2014, Beni, Asa, Eka, Andika, Arnold,

Dimas, dan seluruh kepanitiaan YUPTURE 2014, trimakasih atas kerjasama dan

persaudaraan kalian, acara kita pecah, keren banget.

17. Kepada Eka, udin, ponidi, rido, fito, aga, abah, gery, himawan, fajar, kahfi, roney, alger,

andi lem, andika, Asa, Almira, Murni, Bang Sueng, Bang Aldy, jandri, dhaniko, fran,

fungky, el, fredi, bang yuli, arif, shintya, imam, danan, ndar, fikri dan Seluruh Angkatan

2011 Fakultas Hukum Unila yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih

(13)

18. Kepada Staff gedung D, Pak Misyo, Mas Hadi, Kiyay Jek, Pak Sutris, Bu Yenti, Bang

Denis, Pak Jarwo yang telah memberi arahan dan bantuan kepada penulis.

19. Emak, sari, Tante Tuti, A’a, Teteh, Bude Bayu, Mba Rina terima kasih karena telah

membantu memenuhi kebutuhan pangan selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

20. Kepada keluarga besar om Heri, yuk Ita, ridwan, dani, dimas, bintang, yang telah

memberikan bantuan pangan dan sudah seperti keluarga sendiri pada penulis.

21. Pak Hamam, Pak Tugiyo dan ibu, Mas Toni, Kak Edo, dan seluruh warga desa Dipasena

Utama, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang yang telah bersedia

mengizinkan saya dan teman-teman selama 40 hari tinggal tinggal di desa kalian dan

telah dianggap seperti keluarga sendiri pada saat saya Kuliah Kerja Nyata (KKN).

22. Keluarga baru saya pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) Neni, Dendi, Lia, Siti, terimakasih

atas kerjasamanya dan pengalaman suka dan duka yang telah kita jalani bersama di desa

Dipasena Utama.

Penulis menyadari bahawa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karenanya kritik dan saran apapun

bentuknya penulis hargai guna melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada namun demikian

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga amal ibadahnya di terima oleh

Allah AWT.

Wasalammu”alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 2015

Penulis

(14)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK PERSETUJUAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang………1

1.2 RumusanMasalah………...5

1.3 TujuanPenelitian………6

1.4 KegunaanPenelitian………...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan………8

2.1.1 PengertianPengawasan.………..8

2.1.2 TujuanPengawasan………..………...9

2.1.3 JenisPengawasan………9

2.2 PendapatanAsli Daerah……….11

2.2.1PengertianPendapatanAsli Daerah………11

2.2.2 Sumber-SumberPendapatanAsli Daerah………...12

2.3 Pajakdaerah………...15

2.3.1 PengertianPajakdaerah………..15

2.3.2 Ciri-Ciri Yang MelekatPadaPengertianPajakdaerah…………...17

2.3.3 JenisPajakdanFungsiPajakdaerah………...18

2.3.4 WajibPajakDan ObjekPajakdaerah………..20

2.3.5 SistemPemungutanPajakdaerah………....21

2.4 PajakHiburan……….23

2.4.1 PengertianPajakHiburan………23

2.4.2 ObjekSubjek Dan JenisPajakHiburan………..25

2.4.3 TarifPajakHiburan……….26

2.4.4 DasarHukumPemunguntanPajakHiburan………....27

(15)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 PendekatanMasalah………..29

3.2 SumberData………..30

3.3 ProsedurPengumpulan Data……….31

3.4 Pengolahan Data………32

3.5 Analisis Data……….…….32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1GambaranUmumDinasPendapatan Kota Bandar Lampung……….34

4.2 PengawasanPerforasiTiketKonserMusik Di Kota Bandar Lampung…..39

4.3 FaktorPenghambatPengawasanPerforasiTiketKonserMusik di Kota Bandar Lampung……….43

BAB V KESIM PULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...45

5.2 Saran……….46

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut

pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah.

Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

merupakan fungsi utama, pajak digunakan sebagai alat untuk memasukan dana

secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang

berlaku atau alat untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara.

Sedangkan fungsi regulerend adalah sebagai fungsi tambahan atau fungsi

pelengkap sehingga pajak dipergunakan oleh Pemerintah sebagai alat untuk

mencapai tujuan tertentu.

Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata

cara perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Salah

(17)

2

selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya

lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari

sumber-sumber pajak maupun non pajak.

Upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

melaksanakan otonomi, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi

daerah, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah,

diantaranya dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. UU No.28 Tahun 2009 diharapkan dapat lebih mendorong

peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, dalam

undang-undang tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu

sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah sehingga terdapat perluasan objek pajak daerah dan retribusi

daerah serta adanya pemberian diskresi (keleluasaan) dalam penerapan tarif.

Sesuai UU No. 28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah adalah sebangai berikut:

A. Pajak Provinsi terdiri atas: Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama

kendaraan bermotor, Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, Pajak air

permukaan, dan Pajak rokok.

B. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak

hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak mineral bukan

logam dan bantuan, Pajak parkir, Pajak air tanah, Pajak sarang burung

wallet, Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan bea

(18)

3

Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara lain

diperoleh dari Pajak Hiburan, Pajak Hiburan merupakan salah satu faktor

pemasukan bagi daerah yang cukup potensial dan berkontribusi terhadap

pendapatan daerah.

Pajak hiburan didalam Undang-Undang No 28 tahun 2009 adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan, Hiburan yang dimaksud ialah semua jenis tontonan,

pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut

bayaran, yang terdiri dari:

a. Tontonan film;

b. Pegelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;

c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya

d. Pameran

e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya

f. Sirkus, akrobat, dan sulap

g. Permainan bilyar, golf dan bowling

h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan

i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/ spa, dan pusat kebugaran (fitness center)

j. Pertandingan olahraga

Salah satu jenis Pajak hiburan yang dipungut oleh pemerintah kota Bandar

Lampung adalah penyelenggaraan konser musik.

Berdasarkan pra-survei, terhitung sejak bulan Juni 2014 sampai bulan Desember

2014 telah diselenggarakan beberapa konser musik, seperti konser YUPTURE

(19)

4

Pahoman, pada Bulan Juni 2014, kemudian September Project yang diadakan di

Kolam Renang Pahoman, pada Bulan September 2014, lalu Festival Akbar yang

di selenggarakan di Lapangan Saburai pada Bulan Oktober 2014, kemudian Artery

Project yang diselenggarakan di Graha Mandala Alam, pada Bulan November

2014, kemudian Clasounsation yang diselenggarakan di Balai Krakatau pada

Bulan November 2014, dan Project Ruang Kosong yang diselenggarakan di Alam

Wawai, pada November 2014.

Dasar pemungutan pajak hiburan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

3. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 01 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang

Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan.

Salah satu cara untuk mengendalikan pajak hiburan, terutama di sektor konser

musik ialah dengan perforasi tiket, perforasi tiket ialah pemberian cap berupa

lubang-lubang kecil pada tiket, kegunaan perforasi tiket ialah untuk pelegalan atau

suatu tanda bahwa tiket tersebut telah membayarkan pajak hiburan.1

Penyelenggara yang menyelenggarakan konser tentunya di kenakan pajak hiburan,

penyelenggara yang telah membayar pajak hiburan ditandai dengan cap yang

1

(20)

5

beraada di tiket penjualan konser tersebut yang disebut dengan perforasi, namun

masih saja ada konser musik yang diketahui tiketnya tidak di tandai dengan cap

perforasi, beberapa konser yang tiketnya tidak diperforasi yaitu yupture2014, serta

September projek yang deselenggarakan oleh 0721.org, dan masih banyak lagi

konser yang tidak mengurus perforasi sedangkan pada Pasal 10 Peraturan

Walikota Bandar Lampung Nomor 117 tahun 2011 menyebutkan “Setiap wajib

pajak, wajib menggunakan tiket tanda masuk atau nota pembayaran yang telah

diperforasi/disahkan Dinas Pendapatan Daerah untuk setiap transaksi atas

penyelenggaraan Hiburan”,Artinya setiap tiket yang diperjual belikan harus

diperforasi terlebih dahulu agar sah untuk diperjual belikan, selain itu penghasilan

dari penjualan tiket konser musik cukup besar dan dapat membantu pemasukan

daerah dan pembangunan daerah kota Bandar Lampung khususnya.

Dari uraian tersebut diatas maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian dengan

judul: “PengawasanPerforasi Tiket Konser musik Sebagai Dasar Pengenaan

Pajak Hiburandi Kota Bandar Lampung”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pengawasanperforasi tiket konser musik di Kota Bandar

Lampung ?

b. Faktor-faktorapa sajakah menjadi penghambat dalam

(21)

6

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengawasanperforasitiket konser musik di

Kota Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam

pengawasanperforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi perkembangan ilmu Hukum Administrasi Nesgara khususnya di

bidang Pajak dan Retribusi Darerah yaitu tentang Pajak hiburan dari konser

musik.

2. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan secara praktis untuk pengembangan ilmu pengetahuan

dan memperluas wawsan serta bentuk sumbangan yang dapat diberikan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengawasan

2.1.1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan itu sendiri didefinisikan oleh Sujamto dalam bukunya

Aspek-aspekPengawasan di Indonesia sebagai: “Segala usaha atau kegiatan untuk

mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas

atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.”

Senada dengan pendapat diatas, M. Manulang dalam karyanya Dasar-dasar

Manajemen, mendefinisikan pengawasan sebagai: “Suatu proses untuk

menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan

mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan rencana semula.”

Kedua pendapat tersebut diperkuat lagi oleh pernyataan Sondang P. Siagian dalam

bukunya Filsafat Administrasi, yang menyatakan bahwa pengawasan

adalah:“Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh organisasi untuk

menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan

(23)

8

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka secara singkat inti dari definisi

pengawasan adalah usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

2.1.2. Tujuan Pengawasan

Tujuan Pengawasan yaitu, sebagai berikut :

1. Mengetahui proses pekerjaan apakah berjalan lancar atau tidak.

2. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan

mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama

atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan anggaran yang telah ditetapkan dalam

perencanaan dapat terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

4. Untuk dapat mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana

sebagaimana yang telah ditetapkan.

5. Untuk menetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan apa yang telah

ditetapkan dalam perencanaan.

6. Memberikan saran tindak lanjut pekerjaan agar sesuai dengan ketentuan dan

kebijaksanaan dari pejabat yang berwenang.

2.1.3. Jenis Pengawasan

1. Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan

(24)

9

dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau

pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara

rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah

untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah

pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan

yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia

adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi

negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan

tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan

intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud

harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi

demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai

secara obyektif aktivitas pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan

terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat

mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan

pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan

pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara

lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem

pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan

(25)

10

langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi

lebih awal.Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan

terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini

lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah

ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan

dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang

dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan

pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan

bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan

pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan

terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan

hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan

kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah

“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,

yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk

(26)

11

negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya

pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran

dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan2

2.2 Pendapatan Asli Daerah

2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pengertianpendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1ayat 18

bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”.

Menurut Warsito3, Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah

pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber

PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik

daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.

Sedangkan menurut Herlina Rahman, Pendapatan asli daerah Merupakan

pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah

sebagai perwujudan asas desentralisasi.

2

Ahmad denny salthori,Pengaruh Pengawasan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) – Mandiri Pedesaan, www.digilibunila.ac.id

3

(27)

12

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber

dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan

untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam

pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi.

2.2.2 Sumber-sumber pendapatan asli daerah

Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan,

pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan

operasionah rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa

pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya

saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat untuk

melancarkan roda pemerintahan daerah.4

Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing

pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan

kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan

disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa “Pemerintah daerah berhak dan

berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.

Adanya hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan Kepada daerah untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, merupakan satu upaya untuk

4

(28)

13

meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya

dengan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah secara efisien dan efektif

khususnya Pendapatan asli daerah sendiri.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah

tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan

Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas

pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan

makmur.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana datur dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pasal 285yaitu:

1) Hasil pajak daerah;

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi

daerah. Pengertian pajak, menurut Rochmad Sumitro“Pajak lokal atau pajak

daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti Provinsi,

Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”.

Sedangkan Siagin merumuskannya sebagai, “pajak negara yang diserahkan

kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah

sebagai badan hukum publik”. Dengan demikian ciri-ciri yang menyertai pajak

(29)

14

a) Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai

pajak daerah;

b) Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;

c) Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang

dan/atau peraturan hukum Lainnya;

d) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan

urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai perigeluaran daerah

sebagai badan hukum publik;

2) Hasil retribusi daerah;

Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Retribusi

menurut UU no.28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

ciri-ciripokok retribusi daerah, yakni:

a) Retribusi dipungut oleh daerah;

b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang

Iangsung dapat ditunjuk;

c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam

(30)

15

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan

penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah

dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri.

4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d, meliputi:

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b) Jasa biro;

c) Pendapatan bunga;

d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi,

potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/ataupengadaan

barang dan/atau jasa oleh daerah

2.3 Pajak Daerah

2.3.1 Pengertian Pajak Daerah

Beberapa ahli mendefenisikan pajak sebagai berikut :

Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani 5 , pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

5

(31)

16

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH6 , pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) denga tidak

mendapat jasa-jasa timbale (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Mardiasmo7, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

Menurut N.J. Feldman, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum)

tanpa ada kontra prestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.8

Menurut Pasal 1 UU Nomor 28 Tahun 2009 pengertian Pajak Daerah, yang

selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

6

Ibid, Hlm 6

7

Mardiasmo. 2011, Perpajakan Edisi Revisi, C.V Andi Offset, Yogyakarta, Hlm 1

8

(32)

17

Dari beberapa pengertian diatas , dapat disimpulkan bahwa pajak daerahmemiliki

unsur-unsur :

1. Pajak daerah merupakan iuran dari rakyat kepada kas daerah yang berupa

uang (bukan barang)

2. Pajak daerah dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang

serta aturan pelaksanaannya .

3. Dalam pembayarannya pajak daerah tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh Pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Pajak sebagai sumber pendapatan utama pemerintah yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bermanfaat bagi masyarakatnya.

.

2.3.2. Ciri – Ciri Yang Melekat Pada Pengertian Pajak Daerah

Yang tersimpul dari berbagai definisi, ada ciri – ciri yang melekat pada pengertian

pajak9yaitu :

1. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan

pelaksananaanya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah

9

(33)

18

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai public investmen.

5. Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur.

2.3.3. Jenis Pajak dan Fungsi Pajak Daerah

Di Indonesia ditetapkan berbagai pengelompokkan pajak agar dapat membedakan

antara pajak yang satu dengan pajak yang lain. Jenis pajak dapat digolongkan

menjadi 3 macam , yaitu 10 :

1. Menurut Golongannya

a. Pajak LangsungAdalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain.

b. Pajak Tidak LangsungAdalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak SubjektifAdalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan diri dari wajib pajak.

b. Pajak ObjektifAdalah pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa

memperhatikan keadaan dari diri wajib pajak.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak PusatAdalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

10

(34)

19

b. Pajak DaerahAdalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah .

Berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 28 Tahun 2009 terdapat 5 (lima) jenis pajak

provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat

sebagai berikut:

A. Pajak Provinsi

1.Pajak Kendaraan Bermotor

2.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3.Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4.Pajak Air Permukaan

5.Pajak Rokok

B. Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7. Pajak Parkir

8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

(35)

20

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Adapun beberapa fungsi pajak yaitu11 :

1. Fungsi pajak sebagai sumber penerimaan Negara yang aman, murah dan

berkelanjutan.

2. Fungsi pajak sebagai Instrumen keadilan dan pemerataan.

3. Fungsi pajak sebagai Instrumen kebijakan pembangunan.

4. Fungsi pajak sebagai Instrumen ketenagakerjaan.

5. Fungsi pajak sebagai Instrumen kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan

iklim.

2.3.4. Wajib Pajak dan Objek Pajak Daerah

Wajib pajak pada awalnya berasal dari subjek pajak yang dikenakan pajak karena

memenuhi syarat-syarat subjektif dan objektif yang telah ditentukan. Dengan

demikian, ada keterkaitan antara subjek pajak dengan wajib pajak, walaupun

keduanya dapat dibedakan secara hukum karena keberadaan wahib pajak bermula

dari subjek pajak.12

Objek pajak adalah segala sesuatu karena undang_undang sehingga dapat

dikenakan pajak. Kata “dapat” dikenakan pajak mengandung bahwa objek pajak,

boleh atau tidak boleh kena pajak. Pengenaan pajak terhadap suatu objek harus

dipertimbangkan secara maksimal agar tidak menimbulkan permasalahan dalam

masyarakat. Oleh karena itu, penentuan suatu objek untuk dikenakan pajak lebih

11

Ibid, Hlm 44

12

(36)

21

dahulu dilakukan penelitian sehingga dapat menciptakan kemanfaatan bagi

Negara maupun daerah selaku pihak yang membutuhkan pajak. Hal ini dipertegas

Rochmat Soemitro, bahwa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali

macamnya. Segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran

atau objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa.13

2.3.5. Sistem Pemungutan Pajak Daerah

A. Official Assessment System

Official Assessment system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemerintah sebagai pihak pemungut pajak (fiskus)

untuk menghitung dan menetapkanukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh

wajib pajak sebagai penanggung pajak14. Fiskus adalah perbendaharaan pajak.

ciri-cirinya :

a. wewenang untuk menentukan berapa besar pajak terutang yang ada pada

fiskus.

b. wajib pajak bersifat pasif.

c. utang pajak akan timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

13

Ibid. Hlm 72

14

(37)

22

B. Semi Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan menentukan

berapa jumlah pajak yang terhutang berada pada kedua belah pihak (pemungut

pajak dan wajib pajak). Apabila pelakasanaan pemungutan pajak menggunakan

sistem ini, maka di awal tahun pajak, wajib pajak diberi kewenangan melakukan

kewajiban menghitung atau menaksir dan menentukan besar kecilnya pajak

terhutang yang harus dibayar, tetapi pada akhir tahun pajak penentuan jumlah

hutang pajak yang riil akan dihitung dan ditetapkan oleh pihak pemungut pajak.15

C. Self Assessment System

Pengertian Self Assessment System merupakan sistem pengenaan pajak yang

memberi kewewenangan kepada wajib pajak untuk menghitung dan menentukan

sendiri jumlah besarnya hutang pajak yang harus dibayar.16

ciri-cirinya :

a. wewengan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib

pajak sendiri

b. dalam hal ini wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. fiskus tidak ikut campur, akan tetapi hanya mengawasi.

15

Ibid. Hlm 91

16

(38)

23

D. With Holding System

Pengertian With Holding System adalah sistem pemungutan pajak ini memberi

kewewenangan kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak. Fiskus akan berperan jika terjadi gejala bahwa pemotongan atau

pemungutan pajak tidak atau belum sepenuhnya dilakukan oleh pihak ketiga.17

ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.4. Pajak Hiburan

2.4.1 Pengertian Pajak Hiburan

Pajak hiburan didalam Undang-Undang No 28 tahun 2009 adalah pajak atas

penyelenggaraan hiburan, Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,

permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Sularno mendefinisikan hiburan adalah sesuatu yang sifatnya dapat

menyenangkan dari pribadi yang menikmati atau mengkonsumsinya.18 Pajak

hiburan menurut Nasution adalah pajak yang dikenakan atas semua hiburan

dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu daerah.19

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak

Hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan

17

Ibid. Hlm 96

18

Slamet Sularno, 1999, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara, Jakarta. Hlm 25

19

(39)

24

hiburan. Dalam pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang

perlu diketahui. terminologi tersebut antara lain:

1. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan,

dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau

dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk

penggunaan fasilitas untuk berolahraga.

2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik

untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas

namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi

tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.

3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan

untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan

fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,

karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk

melakukan tugas pengawasan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam

bentuk apa pun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta

wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan

serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apa

pun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan

penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah

jumlah yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima,

(40)

25

5. Tanda masuk adalah semua tanda atua alat atau cara yang sah dengan nama

dan dalam bentuk aapa pun yang dapat digunakan untuk menonton,

menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara

yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalsasu oleh Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten/Kota. Termasuk tanda masuk di sini adalah tanda masuk

dalam bentuk dan dengan nama apa pun, misalnya karcis, tiket undangan,

kartu langganan, kartu anggota (membership), dan sejenisnya.

6. Harga tanda masuk, selanjutnya disingkat HTM, adalah bayaran nilai uang

yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau

pengunjung.

2.4.2 Objek, Subjek dan Jenis Pajak Hiburan

Menurut Undang-Undang No 28 tahun 2009 Objek pajak hiburan adalah jasa

penyelenggaraan hiburan yang di pungut bayaran, dan Subjek Pajak Hiburan

adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, adapun jenis – jenis

pajak hiburan dalam pasal 42 ayat 2:

1. Tontonan film

2. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana

3. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya

4. Pameran

5. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya

6. Sirkus, akrobat, dan sulap

7. Permainan bilyar, golf dan bowling

(41)

26

9. Panti pijat, refleksi, mandi uap/ spa, dan pusat kebugaran (fitness center)

10.Pertandingan olahraga

Dari uraian jenis pajak hiburan di atas, konser musik termasuk jenis pajak hiburan

Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana.

2.4.3. Tarif Pajak Hiburan

Menurut Peraturan daerah kota Bandar Lampung nomor 1 tahun 2011 pasal 21

tentang Pajak Daerah tarif pajak untuk setiap jenis hiburan ditetapkan sebagai

berikut:

a. Pagelaran kesenian rakyat/tradisional, sebesar 5% (lima persen) dari harga

tanda masuk;

b. Pameran, pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, pertandingan olah raga,

(termasuk yang diselenggarakan taman hiburan rakyat/tempat wisata

air/waterpark/kolam renang) sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda

masuk;

c. tontonan film, sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda masuk;

d. Pagelaran musik, tari, sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari harga tanda

masuk;

e. Pacuan kuda, kendaraan bermotor sebesar 30% (tiga puluh persen) dari harga

(42)

27

Tarif pajak untuk penyelenggaraan hiburan selain sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), ditetapkan sebagai berikut:

a. Permainan ketangkasan (termasuk yang diselenggarakan game center),

sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran;

b. Panti pijat, refleksi, permainan billyard, boling, golf, sebesar 35% (tiga puluh

lima persen) dari pembayaran;

c. mandi uap/spa, pusat kebugaran, pagelaran busana, kontes kecantikan,

sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran;

d. karaoke, diskotik, klab malam, dan sejenisnya sebesar 40% (empat puluh

persen) dari pembayaran;

2.4.4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan

1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 01 Tahun 2011 tentang Pajak

Daerah

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang Tata

(43)

28

2.5. Perforasi Tiket

Perforasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembuatan lubang pada

kertas, kartu, dan sebagainya.

Perforasi Tiket adalah pemberian cap berupa lubang-lubang kecil pada tiket,

Kegunaanperforasi tiket yaitu untuk pengendalian, pengawasan dan pelegalan atau

tanda bahwa tiket tersebut telah membayarkan pajak hiburan, Tiket yang tidak

diperforasikan artinya tidaksah dan tidak dapat diperjual belikan karena belum

membayar pajak.20

Disebutkan didalam Perwali Kota Bandar Lampung Nomor 117 tahun 2011 pada

pasal 10 “Setiap wajib pajak, wajib menggunakan tiket tanda masuk atau nota

pembayaran yang telah diperforasi/disahkan Dinas Pendapatan Daerah untuk

setiap transaksi atas penyelenggaraan Hiburan” Artinya adalah perforasi tiket

adalah komponen penting dalam pemungutan dan pengawasan Pajak Hiburan,

setiap penyelenggaraan hiburan wajib menggunakan tiket masuk dan sejenisnya

yang sudah diperforasikan sebelum diperjual belikan.

20

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu

penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakkukan berdasarkan bahan

hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas

hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan

sistem hukum.21

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan

untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau

antara hukum yang berkaitan dengan pengawasan perforasi tiket, serta melakukan

wawancara dengan beberapa informan yang dianggap dapat memberikan

informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.

21

(45)

30

3.2 Sumber Data

3.2.1. Data Primer

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa Data Primer dan Data

sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan yaitu hasil

wawancara dengan informan, terdiri dari:

a. Kepala seksi penerimaan sumber lain-lain, Dinas pendapatan

daerah kota Bandar Lampung, Dimas Aditya Herlambang, S.H.

b. 0721.org, Agung Asadillah, S.H.

3.2.2. Data Sekunder

Sedangkan Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi terhadap bahan

hukum, data sekunder yang peneliti gunakanterdiri dari:

A. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu:

a. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah

b. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

c. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 01 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah

d. Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang

Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan.

B. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan yang

(46)

31

berhubungan dengan pengawasan perforasi tiket konser musik sebagai

dasar pengenaan Pajak Hiburan di Kota Bandar Lampung.

C. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu Bahan Hukum yang bersumber dari :

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia

b. Literatur-literatur dan hasil penelitian

c. Media Massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar, website,

buku, dan hasil karya ilmiah para sarjana.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data di lakukan dengan cara :

1. Studi kepustakaan, adalah dengan cara membaca, mengutip

literatur-literatur, mengkaji Peraturan Perundang-undangan, dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Studi lapangan, adalah mengumpulkan data dengan mengadakan

penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan

dengan wawancara kepada informan dan responden yang sudah

ditentukan. Wawancara dilakukan dengan dengan cara menanyakan

pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang

(47)

32

3.4 Pengolahan Data

Pengeolahan data di lakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Identifikasi data, yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan pengawasan perforasi tiket konser musik sebagai dasar

pengenaan Pajak hiburan di Kota Bandar Lampung.

2. Editing, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para

responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui

apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses

selanjutnya. Semua data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan

permasalahan yang ada dalam penulisan ini, editing dilakukan pada data

yang sudah terkumpul diseleksi dan diambil data yang diperlukan.

3. Klasifikasi data, yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok

yang telah ditentukan secara sistemis sehingga data tersebut siap untuk

dianalisis.

4. Penyusunan data, yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam

data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat,

5. Penarikan kesimpulan, yaitu langkah selannjutnya setelah data tersusun

secara sistemis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan

yang bersifat umum dari data yang besifat khusus.

3.5 Analisis Data

Data yang telah di olah kemudian dianalisiskan menggunakan cara analisis

deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan

dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan-permasalahan pada bab-bab

(48)

33

dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Pengawasan perforasi tiket di kota Bandar Lampung secara peventif

dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan administrasi konser musik

sebelum konser berlangsung, para penyelenggara harus membawa surat izin

keramaian dari kepolisian dan tiket yang akan diperforasikan untuk

mencocokan antara jumlah keramaian yang disetujui kepolisian dengan

jumlah tiket yang akan diperforasikan, dan bila yang tertera dalam surat izin

keramaian dari kepolisian tidak sesuai dengan jumlah tiket yang akan

diperforasikan, maka tiket tersebut akan ditahan oleh Dispenda kota Bandar

Lampung. Pengawasan Perforasi tiket secara represif dilakukan dengan cara

penyelenggara konser harus merobek dan menyimpan tiket tanda masuk yang

telah terjual lalu membuat laporan penjualan (sales report) tiket/tanda masuk

dengan melampirkan bagian/robekan tanda masuk yang telah terjual setelah

acara konser musik terlaksana ke Dispenda Kota Bandar Lampung, namun

(50)

46

kecurangan justru sangat sering terjadi di tempat penyelenggaraan

berlangsung.

2. Faktor penghambat pengawasan perforasi tiket konser musik adalah: sumber

daya manusia yang kurang, dari kurangnya personil sehingga pengawasaan

tidak optimal hingga sumberdaya manusia dari penyelenggara itu sendiri yang

kurangnya wawasan mengenai perforasi tiket, ketidak lengkapan administrasi

untuk memperforasi tiket, serta budaya nepotisme yang sering terjadi

sehingga banyak penyelenggara konser yang lolos dari pengawasan

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil Penelitian dan pembahasan yang dilakukan

oleh peneliti diatas, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran kepada

pihak-pihak terkait demi perbaikan di masa mendatang sebagai berikut:

a. Pengawasan adalah hal yang sangat penting dalam perjalanan pemungutan

pajak hiburan, agar pemasukan dari pajak hiburan dapat maksimal dan

tidak ada kecurangan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pengawasan perforasi tiket sebaiknya lebih ditinggkatkan, jangan hanya

pengawasan secara administratif, tetapi juga pengawasan secara langsung

dilapangan, sealain itu juga diharapkan adanya pengawasan di internal

Dispenda itu sendiri agar tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh

(51)

47

b. Pemerintah Daerah, khususnya Dispenda Kota Bandar Lampung,

sebaiknya memberikan pengarahan kepada penyelenggara hiburan

khususnya koser musik akan tatacara memperforasikan tiket, serta

memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang melanggar, tidak

cukup dengan menahan tiketnya saja.

c. Pihak penyelenggara konser musik diharapkan dapat lebih memahami apa

saja yang diperlukan untuk melakukan perforasi tiket, dan menyadari akan

kewajibannya untuk memperforasikan tiketnya dan membayar pajak, agar

(52)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdullah, Rozali , 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Adisasmita, Rahardjo , 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Brotodihardjo. R. Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung, PT Refika Aditama.

Djafar, Saidi Muhammad , 2007, Pembaruan Hukum Pajak Edisi Revisi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

Mardiasmo. 2011, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, C.V Andi Offset.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. Citra Aditya Bakti.

Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, Yogyakarta, FH UII Press

Nasution, Agus Salim, 1986, Pajak Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Karunika Universitas Terbuka.

Rosdiana, Haula& Irianto, Edi Slamet , 2012, Pengantar Ilmu Pajak, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada..

Sularno, Slamet, 1999, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1984. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta, LP3ES.

(53)

49

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.01 Tahun 2011 tentang Pajak

Daerah.

Peraturan Walikota Bandar Lampung No.117 Tahun 2011 Tentang Tata Cara

Referensi

Dokumen terkait