• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELATED INTERESTWRITING, INTENSITY TRAINING, RESOURCES AVAILABILITY WITH THE ABILITY TO WRITE TEXT ARGUMENTATIVE STUDENT EDUCATION DEPARTMENT ENGLISH STAIN JURAI SIWO METRO HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELATED INTERESTWRITING, INTENSITY TRAINING, RESOURCES AVAILABILITY WITH THE ABILITY TO WRITE TEXT ARGUMENTATIVE STUDENT EDUCATION DEPARTMENT ENGLISH STAIN JURAI SIWO METRO HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN, KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEM"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ii

RELATED INTEREST WRITING, INTENSITY TRAINING, RESOURCES AVAILABILITY WITH THE ABILITY TO WRITE TEXT

ARGUMENTATIVE STUDENT EDUCATION DEPARTMENT ENGLISH STAIN JURAI SIWO METRO

By Yerni

The objective of this research are (1) the relationship with the interest in writing an argumentative writing skills English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro, (2) the relationship of exercise intensity with the ability to write an argumentative student majoring in English Education STAIN Jurai Siwo Metro, (3) the relationship Learning Resource Availability with the ability to write argumentative English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro, and (4) the relationship of interest in writing and Availability of Learning Resources with the ability to write argumentative English Education majors STAIN Jurai Siwo Metro.

The method used in this research is descriptive quantitative method with a correlation technique. The method used to determine the level of relationship between the independent variable and dependent variable. Data were collected using an instrument that has been established through each variable. Furthermore, the events observed and the sought relation between the elements of one with the other interrelated.

The result of this research shows that (1) there is a positive relationship and significant interest in writing to the student's ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro with a correlation coefficient of 0.728 or 53.0% (2) there is a positive and significant relationship with exercise intensity argumentative text writing skills of students with STAIN Jurai Siwo Metro correlation coefficient of 0.734 or 53.9%, (3) there is a significant positive relationship and availability of learning resources with the ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro student with a correlation coefficient of 0.663 or 44.0%, and (4) there is a relationship positive and significant interest in writing, exercise intensity, and the availability of learning resources with the ability to write an argumentative text STAIN Jurai Siwo Metro student with a correlation coefficient of 0.856 or 73.2%. Keywords : interest in writing, exercise intensity, availability of learning resources,

(2)

iii

HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN,

KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ARGUMENTATIF MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN

BAHASA INGGRIS STAIN JURAI SIWO METRO Oleh

Yerni

Penelitian ini bertujuan (1) hubungan minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, (2) hubungan intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, (3) hubungan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro, dan (4) hubungan minat menulis dan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik korelasional. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data dikumpulkan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan melalui masing-masing variabel. Selanjutnya, kejadian-kejadian tersebut dicermati dan dicari hubungannya antara unsur satu dengan yang lainnya yang saling berkaitan.

Hasil penelitian adalah (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat menulis dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,728 atau 53,0% (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan intensitas latihan dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,734 atau 53,9%, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,663 atau 44,0%, dan (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro dengan koefisien korelasi sebesar 0,856 atau 73,2%.

(3)

HUBUNGAN MINAT MENULIS, INTENSITAS LATIHAN,

DAN KETERSEDIAAN SUMBER BELAJAR DENGAN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ARGUMENTATIF

MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

STAIN JURAI SIWO METRO

Oleh

YERNI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (Al-Quran,

2:286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Quran, Alam Nasyarah: 6)

(8)

x Kupersembahkan tesis ini kepada:

1. Kedua orang tuaku Amir Apin Sutan Bagindo (Alm.) dan ibunda Masnidar Rasyid yang selalu berdoa untuk keberhasilanku

2. Suamiku Harmon Bahar Rajo Sutan yang selalu mendampingi dan memberi semangat, baik dalam saat suka maupun duka.

3. Anak-anakku tersayang Muhammad Haris, Hanifah Hanum, Ahmad Zaki Hamdani, dan Hasanul Misbah, juga menantuku Dian dan cucuku Nabil yang selalu memberikan cinta dan dorongan agar bisa menyelesaikan pendidikan di S2 Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat untuk terus menyelesaikan kuliahku.

5. Teman satu angkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(9)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK ... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

MOTTO ... ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Kegunaan Penelitian ... 10

1.7 Ruang Lingkup ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 12

2.1.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 12

(10)

xii

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan ... 33

2.1.2.2 Hakikat Menulis ... 34

2.1.2.3 Menulis Paragraf ... 38

2.1.2.4 Unsur-unsur Paragraf ... 39

2.1.2.5 Aspek dalam Menulis... 39

2.1.2.6 Teks Argumentatif... 41

2.1.2.7 Ciri-ciri Teks Argumentatif... 44

2.1.3 Minat Menulis ... 46

2.1.4 Intensitas Latihan... 51

2.1.5 Ketersediaan Sumber Belajar ... 54

2.1.5.1 Hakikat Ketersediaan Sumber Belajar ... 55

2.1.5.2 Syarat-syarat dan Manfaat Sumber Belajar... 56

2.1.5.3 Pola Pemanfaatan Sumber Belajar . ... 58

2.1.5.4 Fungsi dan Jenis Sumber Belajar ... 59

2.1.5.5 Perlunya Pemanfaatan Sumber Belajar. ... 61

2.1.5.6 Perkembangan Sumber Belajar. ... 62

2.1.5.7 Peranan Sumber Belajar dan Proses Pembelajaran. ... 64

2.2 Penelitian yang relevan... 67

2.3 Kerangka Pikir ... 74

2.4 Hipotesis ... 79

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 80

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 81

3.3 Variabel Penelitian ... 81

3.3.1 Kemampuan Menulis Teks Argumentatif ... 82

3.3.2 Minat Menulis... 85

(11)

xiii

3.4 Populasi dan Sampel... 90

3.4.1 Populasi ... 90

3.4.2 Sampel ... ... 90

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 91

3.6 Teknik Analisa Data ... 93

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ... 96

4.1.1 Deskripsi Data Variabel Minat Menulis (X1) ... 96

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Intensitas Latihan (X2) ... 98

4.1.3 Deskripsi Data Variabel Ketersediaan Sumber Belajar (X2) 101 4.1.4 Deskripsi Data Variabel Kemampuan Menulis Argumentasi (Y) ... 104

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 118

4.3 Pembahasan ... 133

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 152

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 158

5.1 Kesimpulan... 158

5.2 Implikasi ... 160

5.3 Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 168

LAMPIRAN... 171

(12)

xiv

Tabel Halaman

1.1. Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa... 11

3.1 Kisi-kisi Kemampuan Menulis Argumentasi... 83

3.2 Kriteria Skor Kemampuan Menulis Teks Argumentatif ... 85

3.3 Kisi-kisi Minat Menulis ... 86

3.4 Kisi-kisi Intensitas Latihan ... 87

3.5 Kisi-kisi Ketersediaan Sumber ... 89

3.6 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas Variabel Minat Menulis………....….... 97

3.7 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas variabel Intensitas latihan………... 98

3.8 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas variabel Ketersediaan Sumber Belajar ...………... 99

3.9 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Normalitas Kemampuan menulis teks argumentatif…….……….…………... 100

3.10 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Minat Menulis………...……….. 101 3.11 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Intensitas Latihan……….……..…………... 102

3.12 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Variabel Ketersediaan Sumber Belajar……….……..…………... 103

3.13 HasilOutput SPSS Versi 17.00untuk Uji Homogenitas Kemampuan menulis teks argumentatif …….……….…………... 103

(13)

xv

4.2 Distribusi Frekuensi Skor Intensitas latihan (X2) ... 114 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Ketersediaan Sumber Belajar (X3)... 117 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan menulis teks argumentatif (Y).. 120 4.5 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X1dengan Y ………... 123 4.6 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dengan Y... 124 4.7 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X2dengan Y ………... 127 4.8 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X2dengan Y…. 128 4.9 Uji Signifikansi Regresi Sederhana antara X3dengan Y ………... 130 4.10 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X3dengan Y… 131 4.11 Uji Signifikansi RegresiGanda antara X1 ,X2 ,dan X3 dengan Y .……. 134 4.12 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana antara X1,X2 dan X3

dengan Y ………..…………..….……. 135

(14)

xvi

Lampiran Halaman

1. Instrumen Minat Menulis ... 171

2. Instrumen Intensitas Latihan ... 175

3. Instrumen Ketersediaan Sumber Belajar ... 177

4. Instrumen Menulis Argumentasi ... 180

5. Hasil Uji Validitas Minat Menulis ... 183

6. Hasil Uji Validiata Intensitas Latihan ... 189

7. Hasil Uji Valid Ketersediaan Sumber Belajar ... 192

8. Hasil Uji Reliabel ... 197

9. Data Penelitiyan ... 201

10. Olah Data Persyaratan Uji Hipotesis ... 210

(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa dipandang sebagai pembelajaran berkomunikasi dengan orang lain.

Bahasa yang digunakan oleh manusia ditinjau dari segi media pengungkapannya terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa tulis dilakukan secara tidak langsung antara komunikator dan komunikan karena antara penulis dan pembaca tidak bertemu langsung. Bahasa lisan dilakukan secara langsung dan bisa secara tatap-muka (face to face) dan bisa secara tidak tatap-muka, misalnya komunikasi melalui telepon.

Berbahasa merupakan keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri seseorang secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami asal-usul yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses informasi atau berperilaku secara cerdas.

(16)

lagi yang lain. Komunikasi tidak langsung meliputi menulis surat, menulis teks tertentu, dan lain-lain. Semua kegiatan komunikasi tersebut memerlukan bahasa sebagai media yang utama dan terpenting. Oleh karena itu, agar dapat melakukan semuanya itu, kemampuan berbahasa Inggrsi mahasiswa harus terus ditingkatkan.

Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh mahasiswa dalam pembelajaran berbahasa. Keempat aspek itu adalah mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keempat keterampulan ini harus diajarkan dengan seimbang agar tujuan pembelajaran bahasa Ingris di perguruan tinggi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dapat tercapai dengan baik.

Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam membuat tulisan. Untuk dapat menulis, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui kaidah-kaidah bahasa yang akan ditulisnya sehinga hasil tulisan dapat dipahami orang lain. Selain itu tentunya minat menulis mahasiswa dan ketersediaan sumber belajar juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat menulis. Kemampuan menulis bukanlah semata-mata milik seseorang yang memiliki bakat menulis saja, tetapi dengan latihan yang terus-menerus dan sungguh-sungguh seseorang dapat memilikinya. Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing terutama di perguruan tinggi.

(17)

hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global, dan (3) mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.

Pembelajaran bahasa Inggris di perguruan tinggi tidak hanya diarahkan pada aspek kognitif tetapi lebih diarahkan kepada aspek penggunaan. Untuk itu, dalam pembelajaran, dosen perlu menciptakan kondisi belajar yang kondusif agar mahasiswa mampu berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rumit dan kompleks karena dalam menulis seluruh unsur pengetahuan kebahasaan dilibatkan untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur kalimat, dan kosa kata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Pendapat Purwadarminta (2003:8) yang mengatakan bahwa pengetahuan mengarang dapat diperoleh dengan belajar dan berlatih.

(18)

Keterampilan menulis mengandung banyak manfaat diantaranya pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Dengan keterampilan menulis dapat dikembangkan kecerdasan, inisiatif, dan kreativitas seseorang. Selain itu, melalui keterampilan menulis dapat pula ditumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan pengetahuan menuangkan informasi.

Satu di antara perkuliahan mata kuliah menulis yang diajarkan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro adalah menulis argumentatif. Perkuliahan menulis argumentatif ini merupakan perkuliahan yang sepertinya mudah, tetapi dalam praktiknya memerlukan keterampilan khusus dan pembiasaan. Lebih lanjut, Akhadiah (2003:16) menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis argumentatif mahasiswa, diantaranya memiliki minat menulis, ketesediaan sumber belajar, menguasai diksi atau kosakata, serta terlatih menuangkan ide-ide dalam tulisan secara baik dan benar. Selain itu, model perkuliahan dosen juga ikut menetukan kemampuan menulis mahasiswa.

(19)

Hasil prapenelitian melalui wawancara terhadap siswa diperoleh informasi bahwa menulis argumentasi termasuk kategori sulit. Menurut mahasiswa, aspek yang paling sulit adalah aspek organization yaitu keruntutan pengungkapan ide dan kalimat pendukung dalam paragraf dan vocabulary yaitu penggunaan kosa kata yang tepat sesuai dengan isi tulisan. Sedangkan unrur content yaitu isi tulisan merupakan mengembangan dari ide yang diberikan,tatabahasa yaitu penggunaan bahasa, danmechanicyaitu tanda baca, ejaan dan penggunaan huruf kapital.

Meskipun banyak manfaatnya kegiatan menulis ternyata tidak banyak orang yang menyukai tulis-menulis, termasuk menulis argumentatif. Di antara penyebabnya karena orang merasa tidak berbakat, serta tidak tahu untuk apa dan bagaimana harus menulis. Selain itu, unsur-unsur teks argumentatif yang harus ditulis apa dan apa kata-kata yang dapat mewakili pikiran yang akan ditulis.

Ketersediaan sumber belajar juga memiliki andil yang sangat besar dalam menunjang kemampuan menulis argumentative mahasiswa. Tersedianya sumber bacaan yang lengkap akan merangsang ide-ide mahasiswa yang dituangkan dalam tulisan. Di zaman yang modern ini sumber internet juga merupakan bagian penting sumber belajar yang membantu mahasiswa meningkatkan kemampuan menulis argumentatif. Dengan berbagai sarana lain yang merupakan sumber belajar akan berdampak positif terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis mahasiswa, termasuk teks argumentatif.

(20)

Kompetensi yang belum tercapai secara optimal tersebut dirasakan oleh mahasiswa dan dosen. Faktor yang menghambat tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis teks argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro ini, antara lain faktor mahasiswa itu sendiri, dosen, materi pelajaran, metode perkuliahan, lingkungan, dan sarana pendukung lainnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro diketahui bahwa perolehan nilai kemampuan menulis argumentatif pada mahasiswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi yang dilakukan dosen di STAIN Jurai Siwo. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris tahun ajaran 2011/2012 tertera pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Tahun Ajran 2011/2012

No Rentang Nilai Jumlah Mahasiswa Persentase

1 > 81 25 12,32

2 71-80 48 23,65

3 61-70 78 38,42

4 < 60 52 25,62

Jumlah 203 100

(21)

Data tersebut menunjukkan bahwa yang mempunyai kemampuan menulis argumentatif sangat baik hanya 25 mahasiswa atau 12,32%. Mahasiswa yang memiliki kemampuan menulis teks argumentatif dalam kategori baik terdapat 48 mahasiswa atau 38,42% yang berarti lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki kemampuan sangat baik. Mahasiswa yang memiliki kemampua sedang sebanyak 78 mahasiswa atau 38,42%. Sedangkan yang memiliki kemampuan kurang terdapat 52 mahasiswa atau 25,62%.

Diduga kurangnya kemampuan menulis argumentatif tersebut karena mahasiswa kurang dapat mengembangkan tulisan karena kurangnya minat dan ketersediaan keterbatasan sumber belajar yang menunjang kemampuan menulis mahasiswa. Minat menulis mahasiswa yang masih rendah sangat menentukan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa. Mahasiswa yang tidak memiliki minat dalam menulis, jelas enggan mengikuti perkuliahan menulis dengan baik, termasuk dalam perkuliahan menulis argumentatif.

1.2 Identifiksi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut.

1) minat menulis mahasiswa yang masih rendah;

2) penguasan kaidah penulisan siswa yang masih rendah.

(22)

4) rendahnya kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo;

5) mayoritas mahasiswa tidak memahamiargumentative key; 6) pengeksplorasian isu tidak terstruktur dengan baik; 7) Masih kurang dalam penyajianargumentbantahan; 8) Masih kurang dalam menangkisargumentbantahan; 9) Pemakaianvocabularyyang kurang akurat;

10) Unity(kesatuan) antaraintroductiondanbodymasih kurang; 11) kurangnya latihan menulis argumentatif;

12) semangat mempelajari kemampuan menulis argumentatif yang rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

(23)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

2. Adakah hubungan antara intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

3. Adakah hubungan antara ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

4. Adakah hubungan antara minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Tahun Pelajaran 2012-2013?

1.5. Tujuan Penelitian

(24)

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Hubungan minat menulis dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro. 2) Hubungan intensitas latihan dengan kemampuan menulis argumentatif

mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro. 3) Hubungan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis

argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

4) Hubungan minat menulis dan Ketersediaan Sumber Belajar dengan kemampuan menulis argumentatif mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro.

1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Secara Teoritis

Penelitian ini mengembangkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Teknologi Pendidikan untuk menguji hubungan minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar dengan kemampuan menulis argumentatif.

1.6.2 Secara Praktis

Kegunaan hasil penelitian ini secara praktis diharapakan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain:

(25)

2. Bagi mahasiswa: diharapkan dapat meningkatkan minat belajar, intensitas latihan belajar, dan pemanfaatan sumber belajar untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan menulis sehingga kegiatan perkuliahan berjalan dengan efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuaan menulis mahasiswa.

3. Bagi Perguruan Tinggi: diharapkan dengan melihat hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan salah satu acuan untuk membantu memberikan solusi pemecahan masalah rendahnya kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di STAI Jurai Siwo Metro.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

(26)

DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Untuk memperoleh rujukan yang tepat berkaitan dengan penelitian maka dibutuhkan tinjauan pustaka yang relevan. Teori-teori yang mendukung penelitian ini adalah teori belajar dan pembelajaran, kemampuan menulis teks argumentatif, minat menulis, intensitas latihan, dan ketersediaan sumber belajar. Diantara tinjauan pustaka yang relevan adalah belajar dan pembelajaran.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Teori yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran meliput dua hal, yaitu (1) hakikat belajar dan pembelajaran; dan (2) Teori Belajar dan Pembelajaran. Hakikat belajar dan pembelajaran ini merupakan dasar dalam pendidikan, termasuk pendidikan di perguruan tinggi. Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang optimal, dibutuhkan teori-teori yang mendukung telaksananya proses belajara dan pembelajaran yang baik. Dengan uraian hakikat belajar dan pembelajaran, penelitian akan lebih terarah dan menghasilkan penelitian yang bermanfaat.

2.1.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

(27)

comptencies, skills, and attitudes. Kemampuan (comptencies), ketrampilan (skills)

dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari mahkluk lainnya

Gagne (2001:3) menyebutkan ”belajar adalah perubahan dalam diri manusia atau kemampuan yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan pertumbuhan.” Lebih lanjut, Gagne (2001:65) mengemukakan bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan kemampuan akademik baru saja, melainkan juga perkembangan emosional, interaksi sosial dan perkembangan kepribadian.

Jenis perubahan yang dimaksud dalam belajar ini meliputi perubahan tingkah laku setelah individu mendapatkan berbagai pengalaman dalam situasi belajar mengajar yang diberlakukan atasnya. Pengalaman-pengalaman tersebut akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Dengan kata lain, bahwa proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman yang diperoleh.

(28)

(1) belajar pada hakikatnya potensi manusia dan perilakunya;

(2) belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para mahasiswanya;

(3) belajar akan lebih mantap dan efektif apabila didorong dengan motivasi; (4) perkembangan pengalaman mahasiswa akan banyak mempengaruhi

kemampuan belajarnya.

Prinsip-prinsip tersebut di atas menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisiologis atau perubahan kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan pengetahuan (knowledge), kebiasaan (habit), kecakapan (skill) atau yang terkenal dengan istilah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik

Selanjutnya Winataputra (2007:1.9) menjelaskan bahwa ciri-ciri belajar yaitu memenuhi tiga hal, yaitu : pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan pada diri individu. Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap.

Gagne dalam Winataputra (2007:1.9) mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

1. Belajar Isyarat (Signal Learning)

(29)

2. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar stimulus-respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar.

3. Belajar Rangkaian (Chanining Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai proses stimulus respon (S-R) yang telah dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan prilaku yang segera atau spontan seperti konsep merah putih, panas-dingin, ibu-bapak, kaya miskin, dan sebagainya.

4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)

Belajar asosiasi verbal terjadi bila individu telah mengetahui sebutan bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal.

5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda, suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang jumlahnya banyak itu.

6. Belajar Konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak.

7. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

(30)

8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya, mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.

Gagne (2001:35) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran tidak hanya terbatas pada peristiwa-perisiwa yang di lakukan oleh dosen, tetapi mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi: kegiatan-kegiatan yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program, radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan bahan tersebut.

(31)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas seorang dosen perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada mahasiswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri mahasiswa agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka dosen harus merencanakan dengan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku mahasiswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas dosen untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar mahasiswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Dosen bertugas membantu mahasiswa belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga mahasiswa dapat belajar dengan mudah, artinya dosen harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada yang paling memungkinkan proses belajar mahasiswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan dan terkontrol Tujuan-tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran dosen di sini adalah sebagai pengelola proses pembelajaran tersebut.

(32)

Untuk itu mahasiswalah yang harus bertindak aktif; setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; seorang mahasiswa akan belajar lebih baik apabila :nemperoleh penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses pembelajaranya terjadi; penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses belajar lebih berarti; dan seorang mahasiswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabila diberi tangungjawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dalam pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat langsung. Oleh karena itu, agar kemampuan mahasiswa dapat dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para dosen dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya. Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, dan kebiasaan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dalam hal ini proses mengajar membantu seseorang di dalam pembelajaran yang merupakan proses perubahan di dalam kemampuan tahapan di dalam mengetahui suatu yang baru dari basil latihan atau pengalaman didapat pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang mana perubahan kemampuan tersebut dapat menetap di dalam diri anak.

(33)

ditandai oleh adanya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru di antara komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif mahasiswa. Jadi, proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi lebih pada kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.

Agar terjadi belajar bermakna maka harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki mahasiswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Untuk itu, didalam proses pembelajaran harus selalu menghubungkan konsep-konsep yang telah dimiliki mahasiswanya dengan interaksi anak dengan sumber ilmu dengan mencari, menemukan, dan mengkontruksi berbagai pengetahuan yang dimiliki.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, saat proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan pengaruh lingkungannya.

(34)

bermakna jika anak mengalami langsung yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat proses perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pembelajaran walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan dosen mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai menyiratkan adanya interaksi antara dosen dengan peserta didik.

Selain itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana dosen (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran". Juga dikemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

(35)

proses pembelajaran yang sistematis sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pembelajaran merupakan kegiatan dan interaksi secara aktif antar mahasiswa, antar mahasiswa dosen dan sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui belajar, dosen perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan dengan memfasilitasi anak/mahasiswa agar dapat memecahkan bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya mahasiswa memperoleh kesempatan ujian dengan bahan /materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran dengan penekanan penggunaan pendekatan pembelajaran yang disesuaikan karakteristik mahasiswa dan karakteristik mata pelajaran dan hambatan yang dialami didalam proses pembelajaran. Jadi efektivitas pembelajaran dapat diketahui dengan baik jika memperoleh masukan dari diri sendiri, mahasiswa, observasi kelas, rekan sejawat, pimpinan, pengkajian rencana pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa (mahasiswa) melalui prosedur yang tepat. Ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif adalah: Pengorganisasian pembelajaran dengan baik; komunikasi secara efektif; penguasaan dan antusiasme dalam pembelajaran; sikap positif terhadap siswa; pemberian ujian dan nilai yang adil; keluwesan dalam pendekatan pembelajaran dan hasil belajar siswa (mahasiswa) yang baik (Miarso,2007:536).

(36)

yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan peristiwa pembelajaran (metode/ perlakuan).

Lebih lanjut, Gagne (2001:132) menyebutkan bahwa peristiwa pembelajaran adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut:

1. Menarik perhatian agar siswa siap menerima pelajaran.

2. Memberitahukan tujuan pembelajaran agar siswa tahu apa yang akan diharapkan dalam belajar itu.

3. Merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya. 4. Presentasi bahan ajaran.

5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar. 6. Membangkitkan timbulnya unjuk kerja ( respon) 7. Memberikan umpan balik atas unjuk kerja.

8. Menilai unjuk kerja dan memperkuat retensi dan transfer pelajaran.

Belajar menurut Slameto (2003: 2), ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Adapun menurut Sardiman (2004: 20) adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

(37)

seutuhnya. Secara umum, belajar boleh juga dikatakan juga sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep maupun teori.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh perubahan tingkah laku. Jika ia belajar maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Suryabrata (1995: 248-249), menyimpulkan belajar adalah hal-hal pokok yang menyangkut sebagai berikut 1) belajar membawa perubahan dalam arti perubahan perilaku, aktual maupun potensial; 2) perubahan itu pada dasarnya didapatkan dari kecakapan baru; 3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

2.1.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori-teori belajar dan pembelajaran yang menjadi rujukan dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pendapat-pendapat para ahli. Teori-teori tersebut memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Diantara teori yang dijadikan acuan dalam belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Teori Belajar Connectionisme - Thorndike

(38)

Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-respon (Sanjaya, 2007:115). Selain itu Teori Connectionisme Thorndike ini juga dikenal dengan nama “Instrumental Conditioning, karena respon tertentu akan dipilih sebagai instrumen dalam memperoleh reward atau hasil yang memuaskan.

Thorndike dalam Winataputra (2007:2.10) mengemukan tiga dalil tentang belajar,

yaitu “Law of Effect” (dalil sebab-akibat), “Law of exercise (dalillatihan/ pembiasaan), dan “law of readiness” (dalil kesiapan)”. Dalil sebab akibat menyatakan bahwa situasi atau hasil menyenangkan yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon atau prilaku yang dimunculkan. Sementara itu, situasi atau hasil yang tidak menyenangkan akan memperlemah hubungan tersebut. Dalil latihan/pembiasaan menyatakan bahwa latihan akan menyempurnakan respon. Pengulangan situasi atau pengalaman akan meningkatkan kemungkinan munculnya respon yang benar. Walaupun demikian, pengulangan situasi yang tidak menyenangkan tidak akan membantu proses belajar.

(39)

mahasiswa mengalami kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat memperlemah pemunculan respons.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukan di atas, konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari

oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang (Sanjaya, 2007:117). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penelitian yang telah dilakukan, Thorndike dalam Winataputra (2007:2.10) menyimpulkan tentang proses belajar tertentu terhadap proses belajar berikutnya, yang dikenal dengan proses transfer of learning atau perampatan proses belajar. Thorndike mengemukakan bahwa latihan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi dalam mempelajari suatu konsep akan membantu penguasaan atau proses belajar seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip (associative shifting). b. Teori Contiguity-Edwin R. Guthrie

Edwin Guthrie mengemukakan Teori Contiguty yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya Guthrie berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dengan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus (Hamzah, 2011:8)

(40)

lagi oleh gerakan tersebut. Dalil yang kedua menyatakan bahwa pola stimulus mempunyai korelasi dan atau keterkaitan yang tinggi dengan respons yang ditimbulkan pertama kali (Winataputra, 2007:2.22).

Guthrie dalam Hamzah (2006: 9) mengemukakan bahwa hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Selain itu Guthrie dalam Winataputra (2006:2.22) menyatakan bahwa motivasi mempengaruhi belajar secara tidak langsung, yang terlihat melalui penyebab atau alasan individu melakukan sesuatu (merespon). Sedangkan Reward atau penghargaan/pujian menurut Guthrie merupakan prinsip yang sekunder.

c. Teori Belajar Piaget

Piaget adalah pengembang teori belajar konstruktivistik. Piaget dalam Sanjaya (2007:123) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan .

(41)

dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi

Selanjutnya proses belajar menurut Piaget harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif mahasiswa yang terbagi ke dalam empat tahap, yaitu (1) tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 tahun sampai 2 tahun), tahap era pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 samapi 12/14 tahun) dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih)

d. Teori Belajar Bruner

Bruner dalam teorinya yang disebut free discovery learning, menyatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, defenisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya (Hamzah, 2006:12).

(42)

diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses, atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Transformasi pengetahuan ini dapat terjadi dengan cara ekstrapolasi, yaitu mengubah daalam bentuk lain yang diperlukan. Proses ini akan lebih baik bila mendapat bimbingan dari dosen. Tahap selanjutnya adalah menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan atau informasi yang telah diterima, agar dapat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari (Winataputra, 2007:3.13).

Selanjutnya Bruner mengemukakan bahwa, pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Lebih lanjut Bruner dalam Djamarah, 2002: 67 menyebutkan bahwa proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:

(1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.

(43)

(3) Tahap simbolik;tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.

e. Teori Pembelajaran Reigeluth

Reigeluth dan rekannya di Indiana University pada tahun 1970-an memperkenalkan teori elaborasi. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.

Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih rinci. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam

“episode belajar”. Selanjutnya mahasiswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.

(44)

mahasiswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah mahasiswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.

Menurut Reigeluth (2001), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini :

1. Terdapat urutan pembelajaran yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.

2. Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.

3. Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.

4. Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.

f. Teori Pembelajaran Gagne

(45)

1. Fase Motivasi

Mahasiswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan merekatentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

2. Fase Pengenalan

Mahasiswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, mahasiswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan dosen, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.

3. Fase Perolehan

Bila mahasiswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu di ubah kedalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori mahasiswa.

5. Fase Retensi

Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

6. Fase Pemanggilan

(46)

hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

7. Fase Generalisasi

Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan memintapara mahasiswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.

8. Fase Penampilan

Mahasiswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.

9. Fase Umpan Balik

Para mahasiswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

(47)

Belajar dan pembelajaran juga didukung oleh teori-teori belajar dan pembelajaran. Teori-teori belajar tersebut sebenarnya saling mendukung sehingga sangat berguna untuk membuat suatu sentesis terhadap penelitian ini.

2.1.2 Kemampuan Menulis Teks Argumentatif

Kemampuan menulis teks argumentatif merupakan kemampuan yang bersifat ekspresif. Hal-hal yang akan diuraikan dalam kemampuan teks argumentatif ini adalah (1) pengertian kemampuan, (2) hakikat menulis, (3) menulis paragraf, (4) unsur-unsur paragraf, (5) aspek dalam menulis, (6) teks argumentatif, dan (7) ciri-ciri teks argumentatif.

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan

Secara singkat kemampuan adalah kesanggupan menggunakan bahasa dan menyampaikan informasi atau pesan tertentu dalam keadaan tertentu. Menurut Tarigan (2008:11) kemampuan diistilahkan dengan kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa tentang bahasanya. Kemampuan merupakan kesanggupan atau kecakapan serta pengetahuan. Artinya, seseorang dikatakan memiliki kemampuan apabila orang tersebut sanggup mengunakan apa yang dimiliki.

(48)

frase, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Huruf dan fonem terdiri atas vokal dan konsonan. Morfem terdiri atas morfem bebas dan morfem terikat. Morfem terikat dapat berupa terikat morfologis dan morfem terikat secara sintaksis.

Nurgiantoro (2010:66) mengatakan bahwa kemampuan yang menjadi tujuan pendidikan terbagi dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah segala macam kemampuan yang dimiliki seseorang menyangkut kemampuan intelektual atau sering juga disebut kecerdasan pikiran. Ranah afektif adalah melihat kemampuan seseorang dari berbagai segi menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan minat, bakat, dan sikap. Sedangkan ranah psikomotrik lebih menyangkut pada kemampuan motorik seseorang.

Pendapat di atas menyebutkan bahwa kemampuan merupakan sesuatu yang mampu dilakukan mahasiswa. Penguasaan mahasiswa tersebut dapat berupa hal-hal yang bersifat pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis, sistensis, dan evaluasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah merupakan kesanggupan pengungkapan pesan atau ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman ke dalam bahasa yang jelas sehingga bisa dipahami oleh orang lain, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2.1.2.2 Hakikat Menulis

(49)

rangkaian kata, khususnya kata tertulis yang disusun sebaik-baiknya sehingga dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh orang yang membacanya. Penulis biasanya menuangkan apa yang ada di pikirannya dengan melibatkan perhatian para pembacanya.

Menurut Sokolik dalam Linse and Nunan (2006: 83), menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari kegiatan yang dilakukan oleh penulis.

Kemampuan menulis menuntut seorang penulis untuk mampu menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan dan kemampuan mengorganisasi wacana dalam bentuk karangan. Selain iu, pemilihan gaya bahasa yang tepat menentukan kemampuan menulis seseorang. Pemilihan kata juga merupakan faktor yang penting yang berfungsi sebagai pembentuk wacana dalam teks yang akan dikembangkan.

Pendapat yang sama dinyatakan oleh Hyland dalam Richard (2003:23) bahwa ”Learning to write in a second language was mainly seen to write developing

linguistic and lexical knowledge as well as familiarity with the syntactic patterns

and cohesive devicesthat form the building block of text”.

Lebih detail Nunan (2003:1) menyatakan :

(50)

Proses menulis adalah penekanan terletak pada keseimbangan antara proses dan produk. Produk merupakan tujuan penulis dan juga merupakan alasan melalui proses pra-menulis, konsep revisi, dan tahap editing. Dengan mengikuti langkah-langkah yang jelas mahasiswa diharapkan dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Kegiatan menulis merupakan suatu proses dimana harus melalui beberapa tahap, yaitu tahap pra-penulisan, tahap penulisan, tahap perbaikan, dan tahap editing. Tahap pra-penulisan adalah tahap berpikir sebelum menuliskan sesuatu. Tahap ini meliputi memahami alasan menulis, pemilihan subjek yang diminati, memperdalam subjek sehingga mendekati hal yang benar-benar diinginkan. Setelah memperdalam subjek, penulis mengumpulkan ide-ide. Satu hal dalam tahap ini adalah perlu dipertimbangkannya calon pembaca yang akan membaca tulisan tersebut. Calon pembaca adalah suatu konsep yang penting untuk dapat memprediksi siapa pembaca tulisannya nanti. Untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan, penulis harus memahami untuk mahasiswa, anak laki-laki, anak perempuan, untuk orang tua, atau bahkan tulisan tersebut adalah untuk ilmuwan. Dengan memahami calon pembacanya, penulis akan memutuskan pola bahasa yang akan digunakan dalam tulisannya sehingga pembacanya akan mudah memahaminya.

(51)

dengan jelas, dan menuliskan kalimat-kalimat dengan lancar. Unsur koherensi dan kohesi antarparagraf harus diperhatikan. Dengan melakukan tiga hal tersebut diharapkan tulisan yang dihasilkan akan dapat menjelaskan sesuatu kepada para pembacanya.

Tulisan yang berkualitas juga memiliki arti bahwa tulisan tersebut menggunakan pola pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Pendahuluan dimulai dengan tulisan yang menarik pembaca untuk mau membaca. Pendahuluan ini bertujuan untuk memberikan ide pokok kepada pembaca sehingga mereka lebih mudah dalam memahami suatu tulisan. Untuk bagian isi dari suatu tulisan bertujuan untuk menyatakan topik yang ingin disampaikan oleh penulis yang disertai dengan contoh dan gambaran dari topik tulisan tersebut.

Bagian terakhir dari suatu tulisan adalah kesimpulan. Bagian ini adalah menyimpulkan hal-hal yang telah ditulis di bagian pendahuluan dan isi dengan tanpa ada pengulangan kalimat yang sama. Selain itu, di bagian ini juga berisi tentang saran-saran dan perkiraan-perkiraan yang ingin disampaikan oleh penulis. Di bagian akhir ini, penulis memiliki kesempatan untuk mengecek kembali tulisannya.

(52)

suatu tulisan yang akan disampaikan oleh pembaca dengan contoh-contoh yang telah diberikan. Pada tahap perbaikan ini, seorang penulis dapat melakukan sendiri ataupun dengan rekan sejawatnya atau teman. Untuk perbaikan dengan rekan sejawat akan lebih efektif karena teman sejawat atau teman adalah orang lain atau bisa disebut dengan pembaca dari tulisan tersebut. Meskipun demikian, bukan berarti semua masukan atau saran dari teman tersebut harus dilaksanakan, tetapi dapat dipertimbangkan untuk kesempurnaan suatu tulisan.

Tahap yang terakhir dari suatu tahap penulisan yaitu tahap keempat yang disebut dengan tahap editing, seorang penulis dapat membaca kembali, mengubah dan memperkuat tulisannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dari calon pembacanya dan mempertimbangkan tujuan dari penulisan tersebut. Selain dua pertimbangan diatas, penulis juga dapat mengecek tata bahasa dengan mengurangi kesalahan tata bahasa, kosakata maupun kesalahan susunan kalimat.

2.1.2.3 Menulis Paragraf (Teks)

Paragraf merupakan bagian yang sangat mendasar dalam menulis dimana pengembangan kalimat untuk membentuk ide pokok. Wishon (2002:71) menyatakan :

”paragraph is like composition; it has unifying central idea (topic idea)an

organizing pattern that develops the idea with concrete details, connecting words

that interrelate ideas and a final sentence that brings the paragraph top a clear

(53)

2.1.2.4 Unsur-unsur dalam Paragraf Didalam Paragraf terdapat 4 unsur:

1. Unity

Paragraf yang unity adalah paragraf yang berhubungan dengan topik dan mengembangkan ide yang ada.

2. Coherence

Paragraf yang coherence adalah paragaraf yang susunan kalimatnya tersusun secara logis mudah dibaca dan dimengerti.

3. Completeness

Paragraf dikatakan completeness bila paragraf itu mendukung topik kalimat dan melihat paragraf sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa paragraf yang baik adalah paragraf yang tidak terlepas dari temanya, tersusun dengan baik, saling berkaitan dengan paragraf sebelumnya dan mudah dimengerti oleh pembacanya.

2.1.2.5 Aspek dalam Menulis

Pada proses pembelajaran menulis, ada beberapa aspek yang harus dipahami untuk menghasilkan tulisan yang baik. Menurut Jacob (2004: 90) ada 5 aspek dalam menulis:

1. Content(isi)

Isi sebuah paragraf harus mengembangkan ide utama. 2. Organization(pengorganisasian dalam tulisan)

(54)

secara mulus tanpa menimbulkan kesenjangan. Tiap kalimat dapat mendukung ide utama paragraf. Setiap menambahkan kalimat baru, kalimat tersebut masih mendukung kalimat sebelumnya.

3. Tata bahasa (ketepatan penggunaan bahasa)

Penulisan dalam kalimat harus benar secara susunanya (correct grammatical)

4. Vocabulary(kosakata)

Pemilihan kosakata harus sesuai dengan isi Paragraf 5. Mechanic

Dalam penulisan harus memperhatikan spelling (ejaan), punctuation (tanda baca) dancapitalization(penandaan huruf besar dan kecil)

Di bawah ini adalah contoh paragraf yang mengandung 5 aspek:

“Kim andSandra were doing their homework from school. They had to make a cloth puppet and a paper house. At noon, Kim and Sandra left their room to have lunch in the dining room. While they were busily aeting and chatting, their brother Alex and Tim sneaked into bedroom. They took the puppets and hide them behind the wardrobe. After lunch, Kim and Sandra could not find the pupets anywhere. They searched everywhere, but still the puppets were missing. Meanwhile Alex and Tim were playing outside. Kim and Sandra cried, because they would not able to hand in their puppets in the next day. In the morning, Tim remembered that they had not returned the puppets to the girls. “Here are the pupets. ‘I’m sorry we hid themyesterday “Tim said. Grandma was very angry, “don’t ever do that again! “sha said. Kim and Sandra handed in their puppets and paper house to their teacher, and they got very good marks. Starting from that time, Alex and Tim promised not to do the same thing to others because they realized it could make trouble.

(Depdiknas, 2005:8) Contoh di atas terdapat lima aspek dalam menulis, yang pertama adanya topik kalimat (topic sentence) yang akan dikembangkan yaitu “Kim and Sandra were doing their homework from school”. Ide utamanya (main idea) adalah “The

(55)

Yang kedua tidak berbelit-belit, ini berarti paragraf itu menceritakan apa yang terjadi, kemudian cerita berikutnya tersusun dengan secara kronologi. Dimulai dengan “Kim and Sandra were doing homework from school.“They had to make

a cloth puppet and a paper house” kemudian timbul permasalahan, “Their brother took the puppets and hid them behind the wardrobe”. Diakhiri dengan “Kim and Sandra handed their puppets and paper house to their techer, and they

got very good mark.

Ketiga, kosakata yang dipilih sesuai dengan isi paragraf dan komunikatif sehingga memudahkan pembaca. Misalnya, “sneaked, searched, cried,returned, busily...” Keempat, ketepatan dalam menyusun kalimat (grammatically correct) dan mudah untuk dimengerti, misalnya, “While they were busily eating and chatting, their brother Alex and Tim sneaked into the bedroom”.

Yang terakhir adalah ketepatan dalam menggunakan tanda baca dan ejaan yang benar, misalnya, puppet (p-u-p-p-e-t-s), nama orang dengan huruf besar, seperti Kim and Sandra.

2.1.2.6 Teks Argumentatif

Argumentasi berarti ada perbedaan tentang satu topik. Metode ini memuat pernyataan secara umum dan dorongan untuk menggiring kepada konkulusi umum secara logis dengan menyodorkan sekumpulan fakta

Menurut Oshima (2006: 142) an argumentative essay isi an which you agree or disagree with an issue, using reasons to support your opinion. Your goal is to

(56)

of essay question because it forces student to think on their own: They have to

take a stand on an issue, support their stand with solid reasons, and support their

reasons with solid evidence.

Argumentasiwriting dibangun dan disusun denganstatemen(premis utama) yang dapat diberdebatkan tentang yang dipelajari. Dengan kata lain pusat dari argumentasi writing adalah adanya statemen yang bisa saja pembaca tidak setuju. Tulisan anda sangat membutuhkan satu statemen untuk meyakinkan pembaca anda untuk percaya.

Dalam argumentasi wraiting ada statemen yang dapat dibantah oleh pembaca, ketika menulis argumentasi writing anda bertujuan untuk membuat pembaca anda setuju dengan statemen anda yang dapat didebat (debatable statements) contohnya adalah Men are better drivers than women, Engineering students do not need to take a lot English courses.

Menurut Keraf (1984: 115) “argumentasi adalah jenis retorika yang berusaha

unutk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar para pembaca percaya atau yakin akan kebenaran objek yang dijadikan topik.” Argumentasi bersifat

membuktikan sesuatu kebenaran dari sesuatu yang meragukan atau suatu

pertentangan.” Untuk itu semakin banyak fakta yang dipergunakan, semakin kuat

pula kebenaran dicapai terhadap objek yang dijadikan topik.

Menurut Finoza (2008: 243) “tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk

meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan

(57)

Syarat utama untuk mengarang karangan argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumatasi memiliki ciri: 1) mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar meneyetujuinya; 2) mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.

Lebih lanjut, Oshima (2006: 143) mengungkapkan bahwa there are several ways to organize an argumentative essay, can use a block pattern or a point-by-point

patern.

Block Pattern

I. Introduktion

Explanation of the issue thesis statement II. Body

Block 1

A. Summary of other side’s arguments B. Rebuttal to the firs argument C. Rebuttal to the second argument D. Rebuttal to the third argument

Block 2 A. Your firs argument B. Your second argument C. Your third argument

III. Conclusion-may include a summary of your poin of view

Point-by-Poin Pattern

I. Introduktion

Explanation of the issue, including a summary of the other side’s argument Thesis statement

II. Body

A. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own counterargument.

B. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own counterargument.

C. Statement of the other side’s firs arguments and rebuttal with your own counterargument.

(58)

2.1.2.7 Ciri-Ciri Teks Argumentasi

Teks argumentasi adalah tulisan yang paling sukar bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk karangan lain. Dikatakan lebih sukar karena pengarang dituntut mampu mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan alasan, pendapat, sikap, dan keya-kinan si pengarang. Untuk mengetahui lebih jelas tentang karangan argumentasi, maka perlu diketahui ciri-cirinya.

Dalam teks argumentasi, penulis memberikan argumentasi atau pendapat (opinion) mereka. Argumentasi/opinion adalah perasaan individu (personal feeling) . Fakta adalah perihal kebenaran. Kebanyakan penulisan menggunakan keduanya (fakta dan pendapat). Tatkala kita bicara tentang pendapat, biasanya kalimat dimulai dengan frasa berikut: I think, I do not think, I believe, In my view, In my opinion( Zemach & Islam, 2005: 42)

Adapun ciri-ciri teks argumentasi menurut Natia (1994 : 40-41) adalah sebagai berikut :

(1) Teks argumentasi menjelaskan pendapat, gagasan, ide, dan keyakinan penulis kepada pembaca.

(2) Teks argumentasi menarik perhatian pembaca pada persoalan yang dikemukakan.

(3) Teks argumentasi meyakinkan pembaca.

(4) Teks argumentasi memerlukan analisis dan sintesis.

(5) Teks argumentasi menggunakan fakta atau data yang berupa angka, pe-ta, statistik, gambar, dan sebagainya.

(59)

Lebih lanjut, Oshima (2006: 146) menyebutkan an argumentative essay contains these five key elements:

1. An explanation of the issue 2. A clear thesis statement

3. A summary of the opposing arguments 4. Rebuttals to the opposing arguments 5. Your own argument

Adapun contoh teks argumentasi seperti berikut. Contoh 1

In my opinion, exaggegaration is the same as lying. My friend Jhon is always exaggerating. When we met two years ago, he told me he spoke French fluently. However, lastweek we met a french man at a soccer match. John could not say anything to him in French except, “Where are you from?” and “Do you like England?”. I think he lies because he want to be exciting. Last night, he told me he has a new millionare girl friend. She probably has alot of money but is not a millionare. I do not believe John is agood friend.

Contoh 2

Currently, began to change in the habits of college campuses in the activities of the new admissions (new students). Habit changes meant, which involves the introduction of campus programs, commonly called campus orientation recognition studies (ospek). Implementation ospek lasts for years. Activity which leads to a form of hazing is becoming obsolete. Instead, the senior students together ospek conducting campus institution with a more meaningful pattern, such as student self-knowledge, social activities, understanding the reality of the nation, and vision for Indonesia.

(60)

2.1.3 Minat Menulis

Menurut pendapat Winkel (2006:105) memberikan definisi minat adalah suatu perasaan pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek, karena objek tersebut menarik dirinya. Sementara menurut pendapat Reilly dan Lewis (2003:454) pengertian minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat pula dikatakan rasa suka seseorang terhadap sesuatu kegiatan dimana minat menjadi sebab kegiatan itu dilakukan oleh seseorang dan juga merupakan penyebab munculnya partisipasi dalam suatu kegiatan. Dengan demikian minat berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang sifatnya aktif terhadap suatu objek, dan minat selalu berhubungan erat dengan kesadaran, kemauan,perhatian, dan perasaan senang.

Menurut pendapat Underwood (2000:31) minat mempunyai aspek-aspek sebagai berikut;

a. Ketertarikan terhadap suatu objek tertentu

Gambar

Tabel 1.1 Kemampuan Menulis Argumentasi Mahasiswa Jurusan PendidikanBahasa Inggris Tahun Ajran 2011/2012
Gambar 2.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Menulis Argumentatif
Tabel 3.2 Kriteria Skor Kemampuan Menulis Teks Argumentatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.1 Opredelitev kontrolinga 2.2 Koncepti kontrolinga v banki 2.3 Naloge in instrumenti bančnega kontrolinga 2.3.1 Infrastruktura kontrolinga 2.3.2 Funkcije kontrolinga v procesu

a) Menyebutkan jenis dan sifat yang bisa membedakan tujuan pemesan. Dengan ketentuan:barang yang akan disuplai harus diketahui jenis, kualitas, dan jumlahnya. b) Kadar

Nobar di kafe merupakan salah satu cara untuk membangun atmosfer menonton yang mirip dengan stadion karena memakai layar besar dengan jumlah penonton yang lebih

Tentukan apakah untuk ukuran input yang sama banyaknya eksekusi basic operation bisa berbeda.. Tentukan persamaan rekursi yang menunjukkan berapa kali basic

Temuan saintifik yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) struktur Tari Tibet terdiri dari tiga ragam gerak, yaitu ฀柏悠฀跨腿 , ฀步฀฀ ,

With the emergence of the new Chitika eMiniMalls advertising company, these websites could be bringing in hundreds of dollars a day, and they don’t even know it.. For years people

Kelompok Kerja Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di

Hengellisen kuukauslehden kirjoituksissa voitonvarmuuteen alkoi kuitenkin jo ensimmäisenä sotasyksynä sekoittua varovaisia huomioita siitä, että myös Suomen kansan synnit