• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTOTYPE AUTOMATION SYSTEM RAISING THE VOLTAGE RISE TO REACH A VALUE OF BREAKDOWN VOLTAGE ON ELECTRICAL INSULATION PROTOTIPE SISTEM OTOMASI PENAIKAN TEGANGAN SECARA BERTINGKAT UNTUK MENCAPAI NILAI TEGANGAN TEMBUS PADA ISOLASI LISTRIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROTOTYPE AUTOMATION SYSTEM RAISING THE VOLTAGE RISE TO REACH A VALUE OF BREAKDOWN VOLTAGE ON ELECTRICAL INSULATION PROTOTIPE SISTEM OTOMASI PENAIKAN TEGANGAN SECARA BERTINGKAT UNTUK MENCAPAI NILAI TEGANGAN TEMBUS PADA ISOLASI LISTRIK"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRACT

PROTOTYPE AUTOMATION SYSTEM RAISING THE VOLTAGE RISE TO REACH A VALUE OF BREAKDOWN VOLTAGE ON ELECTRICAL

INSULATION

By Firman Zamizi

Insulation of electrical equipment is essential for the protection of electrical equipment and we as engineers or consumers of electric shock is quite dangerous for our salvation. Insulation resistance testing (Insulation Resistance Test) was conducted to determine the condition of the insulation of electrical equipment for safe operation next tool.

As for damage to the insulation of electrical equipment and cause a lot of damage indication that we can see physically. Some indication of the cause of damage to the insulation of electrical equipment, among others, are, swelling, cracking, splitting, discoloration indicative of aging by heat (thermal), the incidence of contamination on the surface of the coil and the connection surface, the occurrence of abrasion or other mechanical pressure caused, evidence of the occurrence of partial discharge (partial discharge) and corona.

This research is centered on the manufacture of electrical insulation testing prototype tool with the increase of the voltage rise. With a voltage range between 0 range with 1 kV. By using air as the insulating medium to be measured, which then set the width of the gap distance between the electrode voltage conductors.

(2)

i

ABSTRAK

PROTOTIPE SISTEM OTOMASI PENAIKAN TEGANGAN SECARA BERTINGKAT UNTUK MENCAPAI NILAI TEGANGAN TEMBUS PADA

ISOLASI LISTRIK

Oleh Firman Zamizi

Isolasi peralatan listrik sangat penting untuk perlindungan peralatan listrik maupun kita sebagai engineer ataupun konsumen dari sengatan listrik yang cukup membahayakan bagi keselamatan kita. Pengujian tahanan isolasi (Insulation Resistance Test) dilakukan untuk mengetahui kondisi isolasi suatu peralatan listrik untuk keamanan pengoperasian alat selanjutnya.

Adapun terjadinya kerusakan isolasi peralatan listrik banyak sekali penyebab dan indikasi kerusakan yang dapat kita lihat secara fisik. Beberapa indikasi yang menyebabkan terjadinya kerusakan isolasi peralatan listrik antara lain ialah, pembengkakan, retak, pemisahan, perubahan warna sebagai indikasi penuaan akibat panas (termal), timbulnya kontaminasi pada permukaan kumparan dan permukaan koneksi, terjadinya abrasi atau hal yang di sebabkan tekanan mekanis lainnya, bukti terjadinya luahan parsial (partial discharge) dan korona.

Penelitian ini berpusat pada pembuatan alat prototipe pengujian isolasi listrik dengan penaikan tegangan secara bertingkat. Dengan range tegangan kisaran antara 0 sampai dengan 1 kV. Dengan menggunakan media udara sebagai isolasi yang akan di ukur, yang kemudian di atur lebar jarak gap antara elektroda penghantar tegangan.

(3)

PROTOTIPE SISTEM OTOMASI PENAIKAN TEGANGAN SECARA BERTINGKAT UNTUK MENCAPAI NILAI TEGANGAN TEMBUS PADA

ISOLASI LISTRIK

(Skripsi)

Oleh : Firman Zamizi

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di daerah Jakarta, pada tanggal 20 Juni 1990. Penulis merupakan anak ke-tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Liryanto dan Ibu Faridah, yang diberi nama Firman Zamizi.

Riwayat Pendidikan lulus Sekolah Dasar (SD) di SDN Kali Abang Tengah V, Bekasi Utara pada tahun 2002, Lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Negeri 19 Bekasi, Kec. Medan Satria pada tahun 2005, Lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Taruna Bangsa pada tahun 2008, dan diterima di Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung (Unila) pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(9)

Moto

Sukses dapat menghampiri mereka yang optimis, juga

menyapa yang pesimis, sukses dapat berlabuh pada

seorang yang cekatan dan keras, tetapi sukses juga

mendarat pada para sahabat yang lambat dan fleksibel.

Jikapun malam begitu pekat

Dan mata sebaiknya dipejam saja

Hatiku masih lincah melesat

Jauh melampaui ruang dan masa

Kelananya menjajakkan mimpi-mimpi

Di sepertiga malam terakhir

Aku terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu

Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai

(10)
(11)
(12)

ix

SANWACANA

Bismillahirahmanirrahim…

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya telah memberikan kekuatan dan kemampuan berpikir kepada penulis dalam

penyelesaian penulisan tugas akhir ini, sehingga laporan ini dapat selesai tepat

pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada

Rasulullah SAW, karena dengan perantaranya kita semua dapat merasakan

nikmatnya kehidupan.

Laporan Tugas Akhir ini berjudul “Prototipe Sistem Otomasi Penaikan Tegangan

Secara Bertingkat Untuk Mencapai Nilai Tegangan Tembus Pada Isolasi Listrik”,

ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Selama menjalani pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan bantuan

pemikiran serta dorongan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A. selaku Dekan Fakultas Teknik.

(13)

x

3. Ibu Herlinawati, S.T.,M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro sekaligus

sebagai Pembimbing Akademik, yang telah memberikan masukan, saran yang

bersifat membangun dalam studi penulis.

4. Bapak M. Komarudin, S.T.,M.T. sebagai Pembimbing Utama, yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, saran serta kritikan

yang bersifat membangun dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

5. Bapak Ir. Noer Soedjarwanto, M.T. selaku Pembimbing Kedua, yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, saran, serta kritikan

yang bersifat membangun dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Dr.Eng. Lukmanul Hakim, S.T., M,Sc. Selaku penguji skripsi penulis

yang telah memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun dalam

Tugas Akhir ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung, atas pengajaran

dan bimbingannya yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa Teknik Elekto Universitas Lampung.

8. Mbak Ning, Mas Daryono dan seluruh jajarannya atas semua bantuannya

dalam menyelesaikan urusan administrasi di Jurusan Teknik Elektro

Universitas Lampung.

9. Kedua orang tua penulis, Liryanto dan Faridah, yang sangat penulis cintai dan

sayangi yang telah memberikan do’a, dorongan moril, cinta, kasih sayang dan

semangat serta pengorbanannya sehingga penulis mampu menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

10. Kakak-kakak penulis, Tia Ferdiana, dan Ahmad Fauzi serta seluruh keluarga

(14)

xi

semangatnya, do’a, kasih dan sayangnya kepada penulis agar dapat

menyelesaikan kuliah dan Tugas Akhir ini.

11. Teman-teman penulis bayu, koko, syuhada hendri stiawan, cipo, haki (Asisten

Laboratorium Kendali) dan matul serta ferdi yang telah menemani ketika

penulis mengerjakan Tugas Akhir ini.

12. Teman-teman Asistem Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik Adi, dan tuntas

selama 1 tahun berjuang menjaga Laboratorium dan Praktikum Sistem Tenaga

Elektrik.

13. Teman-teman Elektro 2008 atas kebersamaan kalian semua, dari penulis

berada di bangku kuliah sampai penyelesaian Tugas Akhir ini, bagi penulis

kalian sahabat Elektro yang luas biasa.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah membantu serta

mendukung penulis dari awal kuliah sampai dengan terselesaikannya tugas

akhir ini.

15. Almamater tercinta, atas kisah hidup yang penulis dapatkan semasa kuliah.

Penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam

penulisan tugas akhir ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi kebaikan dan kemajuan di masa mendatang. Semoga Allah SWT

membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

tugas akhir ini.

Bandar Lampung, 7 Juli 2014 Penulis,

(15)
(16)

xiii

B. Pengukuran Ignition Coil dan Karakteristiknya ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 30

(17)

xiv

2. Tampilan Fisik Sistem Keseluruhan ... 40

3. Driver Switching Sekaligus Penaik Tegangan Otomatis (Module Driver L298) ... 40

4. Module Sistem Minimum Microcontroller AtMega8535 ... 42

5. Sensor Arus ACS712 ... 43

2. Data Hasil Pengujian Sensor Arus ACS712 ... 51

3. Rasio Belitan Ignition Coil Denso GT ... 52

(18)

xv

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 144

A. Simpulan ... 144

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Linearitas hubungan antara Arus Skunder

dengan Tegangan out dari sensor arus ... 51

2. Kalibrasi Tegangan Primer dengan Tegangan Skunder ... 53

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ignition Coil ... 6

2. Skematik Ignition Coil ... 7

3. Sirkuit Aplikasi Otomotif, Saklar Tertutup ... 8

4. Rumus Tegangan Tinggi dengan perubahan Fluks ... 8

5. Magnetik Fluks akibat terjadinya Tegangan Rendah ... 9

6. Rumus Tegangan Transformator ... 10

7. Sirkuit Aplikasi Automotif, Saklar Terbuka... ... 11

8. Rendah Kinerja dari Ignition coil karena beralih arcing ... 12

9. Peningkatan kinerja dengan capasitor Across beralih ... 13

10. Rumus Penyimpanan energi pada Capasitor dan Induktor ... 13

11. Ignition Coil menggunakan pengendali MOSFET ... 15

12. Karakteristik Sinyal ignition Coil, dengan rasio pengukuran... 19

13. Model Rasio Kumparan Ignition Coil ... 19

14. Model Ignition Coil, memasukan Induktansi magnetik. ... 20

15. Rumus Induktansi Ignition Coil . ... 21

16. Persamaan yang telah di satukan ... 21

17. Skematik trafo dengan beban nol ... 22

(21)

xv

ii

19. Model Ignition coil dengan kebocoran induktansi ... 23

20. Karakteristik Resonansi Frekuensi ignition Coil ... 24

21. Rumus LC ... 24

22. Menetukan Resonansi Kapasitansi ... 24

23. Ignition Coil dengan Kapasitansi ... 25

24. Rumus kedalaman kulit ... 26

25. Resistansi ... 26

26. Luas Konduksi untuk Silinder Konduktor ... 27

27. Rumus Resistansi AC dari Kawat dengan efek kulit ... 27

28. Dowell pot... 28

29. Model Ignition Coil dengan memasukan resistensi coil ... 29

30. Diagram Alir Penelitian ... 32

31. Proses pengujian nilai dielektrik isolasi listrik ... 33

32. Unit Pengontrol Utama ... 35

33. Skematik rangkaian sistem ... 38

34. Blok Diagram ... 39

35. Tampilan fisik sistem keseluruhan ... 40

36. Module Driver l298 ... 41

37. Modul sistem minimum Microcontroller ... 42

38. Sensor Arus ACS712ELCTR-5A ... 44

39. LCD 16x2 ... 45

40. Bentuk Gelombang sinyal PWM T= 22,40 ms... 46

41. Bentuk Gelombang sinyal PWM T= 23,64 ms ... 46

(22)

xviii

43. Bentuk Gelombang sinyal PWM T= 44,48 ms ... 47

44. Bentuk Gelombang sinyal PWM T= 44,48 ms dan spesifikasi lainnya

... 48

45. Connection pada Ignation Coil ... 49

(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isolasi peralatan listrik sangat penting untuk perlindungan peralatan listrik

maupun kita sebagai engineer ataupun konsumen dari sengatan listrik yang cukup

membahayakan bagi keselamatan kita. Karen listrik ialah media yang

menghantarkan elektron dari potensial tinggi ke potensial rendah. Dan

bermacam-macam tingkatan listrik sesuai kadar penggunaannya.

Pengujian tahanan isolasi (Insulation Resistance Test) dilakukan untuk

mengetahui kondisi isolasi suatu peralatan listrik untuk keamanan pengoperasian

alat selanjutnya. Sebaiknya pengujian dilakukan secara teratur (berkala) sehingga

didapat grafik kondisi tahahan isolasi peralatan tersebut dari waktu kewaktu

sehingga dapat diketahui laju kerusakannya dan dapat mencegah kerusakan alat

secara tiba-tiba.

Adapun terjadinya kerusakan isolasi peralatan listrik banyak sekali penyebab dan

indikasi kerusakan yang dapat kita lihat secara fisik. Beberapa indikasi yang

menyebabkan terjadinya kerusakan isolasi peralatan listrik antara lain ialah :

1. Pembengkakan, retak, pemisahan, perubahan warna sebagai indikasi penuaan

akibat panas (termal).

2. Timbulnya kontaminasi pada permukaan kumparan dan permukaan koneksi.

3. Terjadinya abrasi atau hal yang di sebabkan tekanan mekanis lainnya.

(24)

2

Maka dari itu perlunya sebuah metode pengujian pada isolasi peralatan listrik

untuk mengetahui besar nilai tegangan tembus pada isolasi peralatan listrik yang

akan di ujikan. Dengan mengetahui nilai tegangan tembus isolasi tersebut kita

dapat mengetahui range tegangan berapa yang wajib untuk kita hindarkan pada

peralatan listrik yang akan di gunakan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Merancang sistem otomasi penaikan tegangan secara bertingkat untuk

mencapai nilai tegangan tembus pada isolasi listrik.

2. Agar alat prototipe ini menjadi standar acuan kontrol untuk alat rancang

bangun pengujian isolasi peralatan listrik.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Dapat memperoleh sistem otomasi yang tepat dan berguna untuk membuat

alat instrument pengujian isolasi listrik.

2. Sebuah rancang sistem prototipe ini menjadi solusi paling baik untuk

pengujian nilai isolasi yang mederen.

D. Rumusan Masalah

Setiap peralatan listrik pasti terlapisi oleh yang namanya bahan isolator yang

berfungsi agar tidak terkontak manusia dengan listrik secara langsung. Setiap

(25)

3

isolasi pun berbeda-beda. Yang kemudian kita butuh mengetahui berapa nilai

tegangan yang dapat di tembus dari isolasi yang akan di uji.

E. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Rancang otomasi penaikan tegangan secara bertingkat per 0,1 volt setiap

detiknya.

2. Alat ini akan di suplay dengan tegangan 12 volt DC, dengan pengendalian

kenaikan pengujian tegangan drive elektronika yang berfungsi melakukan

switching tegangan yang nantinya akan dinaikan oleh trafo, sampai tegangan

tinggi yang diinginkan.

3. Sistem pengendali proses display pengujian tegangan tinggi menggunakan

mikrokontroler Atmega8535.

4. Tidak membahas tentang transformator secara keseluruhan.

F. Hipotesis

Pengujian nilai isolasi peralatan listrik ini menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam menjaga keamanan baik untuk kemanan peralatan listrik itu sendiri

maupun bagi kita sebagai pengguna peralatan listrik tersebut. Maka di perlukan

suatu alat instrumentasi pengujian nilai isolasi peralatan listrik yang sistematis,

otomatis dan moderen dengan sistem kontrol yang presisi tingkat akurasinya

(26)

4

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penuliasan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, rumusan masalah,

batasan masalah, hipotesis, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan secara garis besar tentang teori dasar yang berhubungan

dengan alat yang akan dibuat.

BAB III METODE PENELITIAN

Memuat langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian, diantaranya waktu dan

tempat penelitian, alat dan bahan, komponen dan perangkat penelitian, prosedur

kerja, perancangan, dan pengujian sistem.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi mengenai hasil pengujian dan membahas terhadap data-data hasil

(27)

5

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menyimpulkan semua kegiatan dan hasil-hasil yang diperoleh selama

proses pembuatan dan pengujian sistem serta saran-saran yang sekiranya

diperlukan untuk menyempurnakan penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ignition Coil

Ignition Coil adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan tinggi

diperlukan untuk menciptakan percikan yang memicu bahan bakar dalam mesin

pembakaran internal, dan sebagian besar kumparan pengapian ini di gunakan

pada kendaraan bermotor, mobil, truk, traktor rumput.

Gambar 1. Ignition Coil (Kumparan Pengapian)

Ignition Coil istilah khusus mengacu pada tiga perangkat terminal yang terdiri

(29)

7

Gambar 2. Skematik Ignition Coil

Ignition coil ini sangat berguna untuk menciptakan tegangan yang sangat tinggi

dan busur yang sangat panjang. Sayangnya banyak sekali informasi tidak tepat

mengenai tentang ignition coil tersebut. Mudah-mudakan tulisan ini memberikan

informasi yang cukup untuk memberikan informasi yang cukup untuk memahami

persis bagaimana koil penyala bekerja serta beberapa ide dan proyek untuk

mendapatkan anda memulai aplikasi otomotif sirkuit koil pengapian umum terdiri

suplai tegangan secara seri dengan saklar mekanik diseluruh terminal dengan

(30)

8

Gambar 3. Sirkuit Aplikasi Otomotif, Saklar tertutup.

Ketika cam menutup saklar, arus mengalir melalui kumparan tegangan rendah

berkelok-kelok yang memiliki relatif sedikit berubah, dan kemudian

perlahan-lahan meningkat fluks magnetik dalam inti (menyimpan energi). Ketika cam

membuka saklar, arus cepat menurun, menyebabkan fluks magnetik dalam inti

mengurangi dengan cepat juga. Karena tegangan tinggi berliku (yang memiliki

banyak berubah dari tegangan rendah berkelok-kelok) adalah luka pada inti yang

sama, ia melihat penurunan yang cepat sama dalam fluks magnetik. Anda

mungkin ingat dari sebelumnya bahwa tegangan yang berliku diberikan oleh.

Gambar 4. Rumus Tegangan Tinggi dengan perubahan Fluks.

Dimana VHV adalah tegangan pada kumparan tegangan tinggi, NHV adalah jumlah

(31)

9

tegangan kumparan berkaitan dengan tingkat perubahan fluks magnetik, dan fluks magnetik berubah dengan cepat, tegangan besar dibuat di terminal HV.

Mari kita lihat proses ini secara lebih rinci. Pertama, Pertimbangkan saat dimana saklar menutup. Ini adil untuk menganggap bahwa pada saat itu inti magnetik akan benar-benar mengalami kerusakan magnetik dan fluks akan menjadi nol. Menutup switch akan menerapkan tegangan ke koil yang akan menyebabkan fluks magnetik untuk membangun dari waktu ke waktu.

Gambar 5. Magnetik Fluks akibat terjadinya Tegangan rendah.

Pada beberapa titik waktu cam akan membuka tombol lagi, dan ini adalah dimana

hal-hal mendapatkan sedikit lebih menarik. Pada saat ini ada beberapa jumlah

fluks magnetik yang tersimpan dalam inti magnetik yang mewakili beberapa

jumlah fluks magnetik yang tersimpan dalam inti magnetik yang mewakili

beberapa energi yang tersimpan, dan karena itu tidak dapat hanya dissappear.

Sebaliknya, harus ada beberapa makanisme untuk menghamburkan energi dan

mengurangi fluks kembali ke nol. Dalam rangka untuk mencapai hal ini, tegangan

negatif besar muncul di seluruh tegangan rendah berkelok-kelok, rumus gambar 5

menunjukan fluks magnetik menurun dari waktu ke waktu. Kunci untuk operasi

coil pengapian pada kenyataan bahwa tegangan negatif besar yang muncul pada

(32)

10

Karena tegangan tinggi berkelok-kelok adalah pada inti yang sama, maka akan

mengalami penurunan yang cepat sama dalam fluks magnetik. Pada rumus di

gambar 5 yang memberikan perubahan fluks dari waktu ke waktu, dalam rumus

gambar 4 yang memberikan tegangan dari tegangan tinggi berliku sebagai fungsi

dari fluks, akan memberikan tegangan melintasi tegangan tinggi berliku karena

tegangan diterapkan pada tegangan rendah berliku. Substansi ini memberikan

hasil sebagai berikut.

Gambar 6. Rumus Tegangan Transformator.

Perhatikan bahwa persamaan ini menjelaskan tindakan transformator, dimana

tegangan yang muncul pada tegangan tinggi berliku sama dengan tegangan rendah

berliku dikalikan dengan rasio belitan dari dua gulungan. Ini memiliki efek

mengalikan tegangan besar yang muncul pada tegangan rendah yang muncul pada

tegangan rendah berliku dalam rangka untuk men-reset inti dengan rasio belitan

dari dua gulungan. Dengan rasio putaran 100:1 dan tegangan reset pada tegangan

rendah berkelok-kelok dari 300V, tegangan 30kV akan muncul di tegangan tinggi

(33)

11

Gambar 7. Sirkuit Aplikasi Automotif, Saklar terbuka.

Saya belum melihat penjelasan yang baik di tempat lain seperti apa faktor

mengontrol tegangan rendah berliku tegangan reset. Aku membuang 300V hanya

untuk menempatkan beberapa nomor pada masalah, tapi bagaimana tegangan

yang benar-benar ditentukan? Jawaban singkatnya adalah bahwa ketika tegangan

rendah berliku terputus tegangan di atasnya. Dan akibatnya tegangan tinggi

berkelok-kelok, akan meningkat sampai energi menemukan tempat untuk pergi.

Keterangan dari tegangan pada sirkuit yang terhubung ke koil. Berikut adalah

beberapa contoh dari beberapa siruit yang lebih umum.

Mari kita mulai dengan rangkaian yang ditunjukan pada gambar 6 dan gambar 7.

Ada kelalaian penting yang membedakan sirkuit ini dengan yang ditemukan

dalam mobil yang secara drastis mengurangi kinerja rangkaian seperti yang

ditunjukkan. Pada saat ketika saklar mulai membuka, maka potensi peningkatan

tegangan terjadi di switch, yang cepat rusak untuk membentuk busur pada

tegangan yang relatif rendah. Tegangan busur kemudian menjadi gaya

(34)

12

daripada yang kita inginkan. Tentu saja hal ini menyebabkan tegangan output jauh

lebih rendah juga, dan busur yang lemah terjadi.

Gambar 8. Rendah kinerja dari Ignition coil karena beralih arcing.

Sirkuit yang sebenarnya digunakan dalam sistem pangapian otomotif termasuk

kapasitor di switch untuk mencegah lengkung dan meningkatkan kinerja.

Sementara saklar ditutup ada sangat sedikit tegangan diatasnya (beberapa

milivolts) yang menyebabkan kapasitor untuk sepenuhnya debit. Pada saat ketika

saklar mulai membuka kekuatan kapasitor tegangan di atasnya untuk tetap nol

(atau sangat mendekati nol) volt, mencegah busur dari pembentukan. Kapasitor

menyediakan fungsi lain yang penting dalam rangkaian ini dengan menyediakan

fungsi lain yang penting dalam rangkaian ini dengan menyediakan jalan bagi

(35)

13

Gambar 9. Peningkatan kinerja dengan capasitor Across beralih

Jadi bagaimana tepatnya, selain mencegah beralih dari busur, apakah kapasitor

meningkatkan tegangan pada tegangan rendah berkelok-kelok? Ketika saklar

membuka semua arus yang mengalir pada tegangan rendah berkelok-kelok mulai

mengalir melalui kapasitor, sampai semua energi yang tersimpan dalam induktor

di transfer ke kapasitor. Persamaan untuk energi yang tersimpan dalam induktor

ditransfer kapasitor. Persamaan untuk energi yang tersimpan dalam setiap

komponen di berikan di bawah ini.

Gambar 10. Rumus penyimpanan energi pada Capasitor dan Induktor.

Persamaan ini dapat digunakan untuk memperkirakan tegangan maksimum

dicapai di tegangan rendah berliku. Asumsikan bahwa tegangan rendah berliku

(36)

14

5A. Induktor tidak jenuh, dan kami ingin 300 V di seluruh tegangan rendah

berliku. Menggunakan persamaan 4B kita dapat menghitung bahwa 5mH

membawa 5A toko 62,5 mJ energi. Jika energi ini benar-benar di transfer ke

kapasitor, kita dapat menggunakan persamaan 4A untuk menghitung bahwa kita

perlu kapasitansi dari 1,39 UF mencapai 300 V. Tegangan yang sebenarnya akan

terbatas jika salah satu tegangan rendah atau gulungan tegangan tinggi yang

mampu menciptakan busur sebelum kapasitor terisi penuh.

Yang sebagian besar mencakup bagaimana sebuah gulungan starter beroperasi di

dalam kendaraan, tetapi kemungkinan bahwa sebagian besar aplikasi

non-kendaraan akan lebih tidak menyertakan cam dan saklar mekanik. Fungsi switch

dapat dengan mudah diganti dengan transistor atau MOSFET, tapi beberapa

perawatan yang diperlukan dalam merancang rangkaian agar tidak merusak salah

satu perangkat semikonduktor yang relatif halus. Saya telah melihat beberapa

tempat di internet di mana penulis menyatakan switch semikonduktor tidak dapat

diandalkan untuk aplikasi koil pengapian, tapi ini tidak begitu. Tidak ada alasan

mengapa saklar semikonduktor tidak dapat digunakan andal dalam aplikasi ini,

dan itu lebih mungkin bahwa sirkuit mereka dirancang dengan buruk.

Pertama, amati apa yang terjadi ketika saklar mekanik hanya diganti dengan

MOSFET. Saklar tersebut akan dipindahkan ke sisi rendah dari kumparan, tetapi

ini tidak mengubah pengoperasian sirkuit, itu hanya membuatnya lebih mudah

(37)

15

Gambar 11. Ignition coil menggunakan pengendali MOSFET

Metode ini sangat sederhana saklar digantikan oleh MOSFET, tapi bagaimana itu

berbeda daripada menggunakan saklar mekanik? Ada dua perbedaan utama.

Pertama, kapasitansi di MOSFET kecil dibandingkan dengan kapasitor biasanya

digunakan dengan switch mekanis. A 400 V 10 A MOSFET mungkin memiliki

kapasitansi pada urutan 100 pF, atau sekitar 10.000 kali lebih kecil dari kapasitor

dalam contoh otomotif sebelumnya. Implikasi praktis dari hal ini adalah bahwa

tegangan MOSFET akan meningkat jauh lebih cepat, dan untuk tegangan jauh

lebih tinggi daripada dalam aplikasi otomotif. Menggunakan contoh dari 5 mH

dan 5 A, tegangan MOSFET secara teoritis akan meningkat menjadi 1,25 GV

(1.250 Juta Volt!) Sekarang, jelas orang-orang semacam tegangan keterlaluan

akan pernah tercapai. Sesuatu yang lain dalam rangkaian akan memberi jalan baik

(38)

16

Perbedaan lain, yang tampaknya cukup jelas adalah bahwa tidak ada lagi kontak

mekanis membuka. Dalam sistem mekanis dengan tegangan terkendali build-up

busur akan membentuk seluruh saklar dan menghilangkan semua energi itu. Tidak

ada mekanisme keamanan seperti dengan MOSFET.

Jadi apa yang akan terjadi di sirkuit MOSFET? ada dua kemungkinan. Kasus

terbaik adaalah bahwa busur akan melompat antara dua titik dalam rangkaian

yang berdekatan sebelum tegangan mampu membangun ke tingkat dimana

apapun di sirkuit rusak. Lebih mungkin, dan lebih merusak, akan bahwa tegangan

MOSFET akan membangun hingga gangguan tegangan dan MOSFET akan mulai

melakukan dalam sebuah acara yang disebut ‘avalanche”. Sebuah longsoran yang

cukup besar akan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada MOSFET, atau

menghancurkannya sama sekali dalam satu tembakan. Meskipun potensi

kerusakan yang disebabkan, banyak MOSFET dapat menahan beberapa tingkat

longsoran berulang.

Parameter kunci untuk merancang sebuah sirkuit yang dapat menahan longsor

biasanya tercantum pada datasheet MOSFET sebagai "Single Pulse Longsor

Energi" dan "berulang Avalanche Energy" (jika MOSFET avalanche dinilai sama

sekali.) Parameter ini menentukan energi maksimum MOSFET dengan aman

dapat menyerap tanpa kerusakan. Datasheet mungkin daftar pulsa energi

longsoran tunggal untuk beralih tertentu menjadi 500 mJ. Dalam hal ini,

persamaan 4B akan digunakan untuk menghitung jumlah energi yang tersimpan

dalam induktansi yang akan dimatikan dan dibandingkan dengan nilai datasheet.

Jika perangkat hipotetis ini digunakan untuk mengganti 5 mH, 5 A induktor dalam

(39)

17

untuk bertahan hidup longsoran tunggal. Perangkat yang sama ini mungkin

memiliki energi longsoran berulang dari 15 mJ, dalam hal ini tidak akan ada

garauntee bahwa perangkat akan bertahan atau beroperasi dengan benar setelah

beberapa longsoran. Dalam kedua kasus, MOSFET akan menyerap energi dari

longsoran, dan mungkin memanas substansial. Perawatan harus diambil untuk

memastikan bahwa energi longsoran tidak melebihi spesifikasi datasheet DAN

bahwa perangkat akan tetap berada dalam spesifikasi suhu datasheet.

Tentu saja, yang memungkinkan MOSFET untuk beroperasi dalam modus

avalanche mungkin bukan pilihan terbaik, dan ada cara lain untuk membatasi

tegangan itu pengalaman. Metode yang paling jelas adalah untuk menambahkan

kapasitansi eksternal di MOSFET, seperti dengan saklar mekanik. Kapasitansi

dapat berukuran, seperti sebelumnya, untuk memastikan tegangan tertentu atau

mencegah rangkaian dari melebihi tegangan tertentu. Solusi yang lebih kuat

adalah dengan menambahkan sebuah kapasitor secara seri dengan resistor

(biasanya disebut "snubber.") Ini memungkinkan energi yang diserap oleh

kapasitor yang akan dihamburkan dalam resistor eksternal, daripada MOSFET itu

sendiri. Hal ini juga mencegah lonjakan arus yang besar dari kapasitor melalui

MOSFET ketika pertama kali menyalakan. Ada jenis lain dari sirkuit snubber juga

beberapa diantaranya berbagai kombinasi resistor, kapasitor dan dioda.

Mereka adalah dasar-dasar pengapian koil yang saya ingin membahas. Berikut

adalah beberapa halaman tambahan informasi lebih rinci pada beberapa mata

(40)

18

B. Pengukuran Ignition Coil dan Karakteristiknya.

Setiap desain yang melibatkan kumparan pengapian lebih canggih dari yang sangat

sederhana akan membutuhkan beberapa pengetahuan rinci tentang karakteristik

dari koil pengapian yang akan digunakan dalam desain. Lembar data rinci dengan

karakterisasi menyeluruh dan parameter kunci tampaknya tidak akan tersedia, tapi

banyak dari nilai-nilai ini dapat diperoleh dengan peralatan yang relatif sederhana

dan teknik. Beberapa desain mungkin memerlukan lebih detail dari yang lain,

sehingga spesifikasi yang paling dasar ditentukan terlebih dahulu, dan model yang

semakin rinci dikembangkan.

Struktur koil pengapian sangat mirip dengan sebuah transformator standar, dan

sebagian besar pemodelan dan pengukuran teknik berlaku untuk keduanya. Dalam

kedua kasus, parameter yang paling dasar adalah rasio belitan dari kumparan. Ada

berbagai cukup khas untuk rasio belitan pengapian koil, umumnya antara 50:1

sampai 200:1 mungkin, dengan 100:1 mungkin yang paling umum. Pengukuran

yang menunjukkan rasio belitan signifikan di luar kisaran ini mungkin

menunjukkan kesalahan dalam pengukuran atau coil rusak. Metode paling

sederhana untuk mengukur rasio belitan adalah untuk menerapkan tegangan AC

ke salah satu coil, dan membandingkan besarnya tegangan pada kumparan

lainnya. Perhatian utama dengan membuat pengukuran ini adalah untuk

berhati-hati dari besarnya sinyal AC diterapkan. Menerapkan terlalu besar sinyal mungkin

memiliki beberapa efek. Pertama, menerapkan terlalu besar produk volt-detik

akan menghasilkan jenuh inti menghasilkan hasil yang salah. Juga, Jika arus

magnetizing yang dihasilkan dari produk volt-detik besar menjadi terlalu besar

(41)

19

output mungkin jenuh mengakibatkan kliping dan pengukuran yang salah.

Menjaga pertimbangan-pertimbangan dalam pikiran, pengukuran yang sebenarnya

sangat sederhana.

Gambar 12. Karakteristik sinyal ignition coil, dengan rasio pengukuran.

Menggunakan pengukuran ini, rasio belitan dihitung sebagai nilai RMS dari

tegangan tinggi koil dibagi dengan nilai RMS dari kumparan tegangan rendah.

Membagi 100 V dengan 983 hasil mV dalam rasio 101,7 berubah, sangat hampir

100:1. Model ini sejauh ini terlihat seperti.

(42)

20

Selain aksi trafo yang ideal diukur di atas, mereka juga induktansi secara paralel

dengan transformator yang ideal yang disebut induktansi magnetik. Biasanya,

induktansi magnetik ditampilkan pada sisi primer transformator. Namun, hal itu

dapat tercermin pada setiap berliku dengan kuadrat dari rasio belitan. Induktansi

magnetik adalah induktansi yang diukur pada terminal transformator. Metode

yang paling sederhana untuk mengukur induktansi magnetik adalah dengan

menggunakan induktansi meter, tapi fungsi generator, resistor, dan osiloskop juga

bisa digunakan. Aku mengukur induktansi magnetik kumparan saya dengan meter

LCR dan mendapat 5,5 mH pada gulungan primer dan 57,2 H di sekunder.

Perhatikan bahwa kedua pengukuran ini mengukur unsur yang sama di sirkuit,

tidak ada dua elemen independen yang diukur. Sebagai bukti ini, membagi

induktansi diukur sekunder dengan rasio belitan kuadrat, yaitu 57,2 H dibagi

dengan 1022, menghasilkan hampir persis 5,5 mH.

Gambar 14. Model Ignition Coil, memasukan induktansi magnetik.

Pengukuran ini dapat digunakan untuk memeriksa pengukuran rasio belitan dibuat

(43)

21

Gambar 15. Rumus Induktansi Ignition Coil

Gambar 16. Persamaan yang telah di satukan.

Menggunakan nilai yang terukur sebelumnya, rasio belitan dihitung untuk 102:1

oleh gambar 16 juga, yang mendukung penghitungan awal.

Penyempurnaan berikutnya dari model ini adalah untuk menambahkan induktansi

kebocoran. Kebocoran induktansi merupakan fluks melalui satu kumparan yang

tidak terkait dengan kumparan lain, dan dimodelkan sebagai induktansi seri

dengan induktansi magnetizing. Lebih khusus lagi, kebocoran fluks adalah bagian

dari induktansi magnetizing diukur yang tidak terkait dengan kumparan lainnya,

sehingga kebocoran induktansi diukur dikurangi dari diri induktansi untuk

(44)

22

Pertimbangkan sebuah transformator ideal dengan korsleting sekunder. Dalam

konfigurasi ini, impedansi primer dapat dihitung sebagai impedansi sekunder

dikalikan dengan kuadrat rasio bergantian. Dengan korsleting sekunder (yaitu

impedansi sekunder adalah nol) impedansi primer juga akan menjadi nol.

Gmbar 17. Skematik trafo dengan beban nol

Jika sekunder korsleting pada transformator praktis dan impedansi diukur pada

primer hasilnya akan menunjukkan beberapa nilai terbatas induktansi hadir. Hal

ini disebabkan induktansi kebocoran, yang tidak terkait dengan sekunder, dan

karena itu tidak mewakili impedansi skala sekunder itu.

Gambar 18. Transformer dengan kebocoran Induktansi

Dengan menggunakan metode ini, kebocoran induktansi untuk rendah dan tinggi

kumparan tegangan diukur menjadi 612 uh dan 6,76 H, masing-masing.

(45)

23

Gambar 19. Model ignition coil dengan kebocoran induktansi

Sejauh ini model hanya dipertimbangkan efek murni induktif. Namun, pada

frekuensi yang lebih tinggi perilaku kapasitif menjadi dominan. Hal ini biasanya

disebabkan oleh kapasitansi antara gulungan, tetapi kapasitansi ini tidak

sepenuhnya menjelaskan perilaku yang diamati. Cukup, model disamakan yang

digunakan untuk menggambarkan induktansi menjadi tidak memadai sebagai

panjang gelombang menjadi lebih pendek dan panjang dibandingkan dengan

kumparan itu sendiri. Pada titik tertentu, sebagai frekuensi meningkat, reaktansi

induktif dan kapasitif membatalkan dan kumparan akan beresonansi. Titik ini

disebut frekuensi resonansi diri. Model disamakan dapat dimodifikasi dengan

penambahan kapasitor untuk memperbaiki perilakunya pada rentang terbatas

frekuensi di atas frekuensi resonansi diri tanpa menggunakan model saluran

transmisi. Menentukan frekuensi resonansi diri dibantu oleh fakta bahwa

kumparan muncul benar-benar resistif pada frekuensi ini. Pada titik ini tegangan

dan arus yang melalui kumparan akan di fase, memungkinkan frekuensi resonansi

diri akan ditentukan oleh menyapu frekuensi dan mencatat titik di mana tegangan

(46)

24

Gambar 20. Karakteristik Resonansi Frekuensi ignition coil.

Di sini, frekuensi resonansi diri untuk kumparan saya bertekad untuk menjadi

38,55 kHz. Hubungan antara resonansi dan frekuensi untuk rangkaian LC paralel.

Gambar 21. Rumus LC.

(47)

25

Gambar 22. Menentukan Resonansi Kapasitansi

Menggunakan diri induktansi dari tegangan rendah berkelok-kelok dan frekuensi

resonansi diri, kapasitansi resonansi dapat dihitung menjadi 3,49 nF. Model

dengan kapasitansi ini ditunjukkan di bawah ini.

Gambar 23. Ignition Coil dengan Kapasitansi

Selain elemen induktif dan kapasitif sudah dibahas, gulungan tembaga juga

memiliki beberapa perlawanan. Nilai-nilai ini dapat dengan mudah diukur dengan

Ohm meter. Aku menentukan tegangan rendah dan kumparan tegangan tinggi

resistensi menjadi 1,7 dan 8,7 kOhms masing-masing. Ini menggoda untuk

menggunakan nilai-nilai secara langsung dalam model; Namun, nilai-nilai ini

jarang akurat pada frekuensi tinggi. Ini agak kontra intuitif, karena resistensi

umumnya tidak dianggap bergantung pada frekuensi. Dalam kasus resistensi pada

frekuensi tinggi dua efek, yang disebut kulit dan efek kedekatan, dapat

meningkatkan resistensi terhadap sinyal AC. Efek kulit menyebabkan arus ac

meningkatkan frekuensi untuk menembus kurang dalam ke dalam konduktor dari

permukaan. Hal ini mengurangi penampang melalui mana arus mengalir, dan

akibatnya meningkatkan daya tahan. Kedalaman kulit, atau kedalaman efektif

(48)

26

Gambar 24. Rumus kedalaman Kulit

mana kedalaman kulit, adalah resistivitas dari konduktor (1,68x10-8 Ohm.m untuk

tembaga) dan permeabilitas ruang bebas (sama dengan bahan

non-magnetik sebagian besar) dan adalah permeabilitas relatif dari konduktor (sekitar

1 untuk sebagian besar konduktor non-ferrous) hambatan dari panjang kawat

dengan panjang tertentu dan luas penampang dapat dihitung dengan.

Gambar 25. Resistansi

di mana adalah panjang konduktor dan penampang konduktor. Jika diameter

kawat kurang dari dua kali kedalaman kulit, maka daerah dapat dihitung dengan

menggunakan. Jika tidak, penampang daerah konduktif akan lebih kecil dan harus

(49)

27

Gambar 27. Luas konduksi untuk Silinder Konduktor.

Oleh karena itu, perlawanan dari panjang kawat di mana diameter lebih kecil dari

kedalaman kulit diberikan pada rumus di bawah ini.

Gambar 28. Rumus Resistansi AC dari kawat dengan efek kulit

Efek kedekatan terjadi ketika berkelok-kelok lebih dari satu lapisan tebal, dan

merupakan hasil dari fluks magnet yang berubah dari lapisan sebelumnya

membatalkan arus pada interior saat ini berkelok-kelok dan meningkatkan arus di

bagian luar berliku. Efeknya diperparah dengan setiap lapisan tambahan dalam

(50)

28

Bentuk yang tepat untuk efek kedekatan berada di luar cakupan diskusi ini,

sehingga efek gabungan dari kulit dan efek kedekatan digabungkan untuk

menunjukkan efek kumulatif mereka pada perlawanan AC.

Gambar 29. Dowell Plot

Grafik ini, yang dikenal sebagai plot Dowell, dapat digunakan untuk menghitung

faktor dimana resistensi DC harus dikalikan untuk menentukan perlawanan AC.

Sumbu X adalah ketinggian konduktor dibagi dengan kedalaman kulit pada

frekuensi yang menarik, dan diikuti secara vertikal sampai memotong kurva untuk

jumlah lapisan dalam kumparan. Posisi titik ini ini kemudian dicatat pada sumbu

vertikal, dan multiplier resistance dibaca off. Sebagai contoh, sebuah kumparan

yang terbuat dari konduktor dengan rasio tinggi untuk kedalaman kulit tiga dan

dua lapisan gulungan memiliki resistansi AC sekitar 12 kali lebih tinggi Thant

resistansi DC dari kawat. Perlu dicatat bahwa kurva ini diturunkan untuk bentuk

(51)

29

mengandung frekuensi pada harmonik fundamental dan lebih tinggi, jadi

tergantung pada gelombang resistensi yang sebenarnya mungkin mungkin 1,2-2

kali lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh plot Dowell.

Jika Anda kebetulan tahu secara spesifik konstruksi coil pengapian Anda, Anda

dapat memperkirakan perlawanan AC menggunakan metode ini. Kemungkinan

besar Anda tidak akan memiliki akses ke informasi bahwa kecuali jika Anda

membongkar dan menghancurkan coil, yang kemungkinan besar tidak perlu.

Hambatan AC untuk frekuensi switching yang diberikan dapat ditentukan dengan

pengukuran sederhana dengan cukup kesetiaan untuk model ini. Dengan asumsi

frekuensi switching dari 100 Hz, tegangan rendah dan tegangan tinggi berliku

resistensi diukur sebagai 9,78 ohm dan 9,38 kΩ masing-masing (dibandingkan

dengan 1,7 Ω dan 8,7 kΩ di DC). Model, termasuk resistensi berkelok-kelok pada

100 Hz ditunjukkan pada Gambar 30.

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan dari bulan Maret 2013, bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik Jurusan Teknik Elektro

Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian mencakup berbagai instrumentasi, komponen,

perangkat kerja, serta bahan-bahan yang digunakan dalam proses penelitian, diantaranya :

B.1. Instrumentasi dan Komponen, yang terdiri dari :

a. Multimmeter digital

g. Pelat konduktor dengan ujung cembung

h. ACU kering (Baterai) 12 Volt i. LCD

B.2. Perangkat kerja, yang terdiri dari :

(53)

31

2. Downloader AVR parallel

3. Papan projek (Project Board)

4. Kabel penghubung

5. Satu unit electronic tools kit.

6. Software Diptrace

7. Soldier, Timah, dan beberapa peralatan pembersih soldier dan timah

8. Bor PCB

B.3. Bahan-bahan, yang terdiri dari :

1. Papan plastik mika (Accrilyc)

2. PCB

3. Kabel timah

C. Prosedur Kerja

Dalam penyelesaian tugas akhir ini ada beberapa langkah kerja yang dilakukan

(54)

32

Gambar . Diagram Alir Penelitian 1. Studi Literatur

Dalam studi literatur dilakukan pencarian informasi mengenai segala sesuatu

(55)

33

a. Proses pembangkitan tegangan tinggi dari 12 Volt DC sampai mendapatkan busur bunga listrik.

b. Karakteristik komponen-komponen yang akan digunakan serta prinsip

kerjanya.

c. Pencarian data tentang perolehan tegangan skunder ignation coil.

d. Cara kerja dan pemrograman mikrokontroler jenis Atmega 8535.

2. Perancangan Sistem

Secara umum sistem pada tugas akhir ini adalah seperti yang ada pada blok

diagram dibawah ini :

Gambar. Proses pengujian nilai dielektrik isolasi listrik

Sistem pengujian nilai dielektrik pada minyak transformator daya ini dapat kita

(56)

34

akan mensuply ke trafo pembangkitan tegangan tinggi sampai 40 kV, dan kemudian tegangan tersebut yang digunakan untuk pengujian nilai dielektrik dari minyak transformator daya, dan memberikan output display 7segment dengan

menggunakan Mikrokontroler Atmega 8535.

3. Perancangan Perangkat Keras

Berdasarkan blok diagram pada gambar di atas, perangkat yang digunakan pada

penelitian ini adalah :

a. Sumber Tegangan 12 volt DC.

Sumber tegangan 12 volt DC untuk penelitian ini kami menggunakan ACU

kering dengan kapasitas tegangan 12 volt DC. Sumber tegangan 12 volt ini mensuplay suatu unit pengontrol utama.

b. Unit pengontrol Utama

Unit pengontrol utama ini terdiri dari Module L298 yang berfungsi untuk memberikan supply tegangan yang bervariasi sesuai dengan seetingan yang telah

(57)

35

Gambar . Unit pengontrol Utama

c. Mikrokontroler Atmega8535, pengontrol tegangan tinggi

Dalam penelitian ini untuk bagian mikrokontroler ATmega8535 pengontrol tegangan tinggi digunakan untuk mendapatkan input dari keypad dan ditampilkan

(58)

36

4. Perancangan Perangkat Lunak

Perancangan perangkat lunak ini digunakan untuk menuliskan perintah pada mikrokontroler, penulisan perintah ini menggunakan bahasa C sebagai bahasa

pemrogramannya dan dengan menggunakan software Code Vision AVR. Program yang diterapkan pada mikrokontroller ATMega8535 mempunyai fungsi sebagai

berikut :

a. Menerima input dari keypad

b. Menampilkan input dari keypad ke seven segment.

c. Memproses input dari keypad yang kemudian menjadi masukan bagi rangkaian pengontrol utama untuk mengatur tegangan tinggi.

5. Pembuatan Alat

Pada tahap ini seluruh perangkat baik itu perangkat keras ataupun lunak

disatukan dengan cara memasukan program ke dalam mikrokontroller dengan men-download program dengan downloader yang sudah tersedia.

6. Pengujian Alat

Dalam tahap ini seluruh alat yang sudah dirangkai dan setelah alat dinyalakan,

(59)

37

(60)

D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN :

Dari serangkaian penelitian, pengujian dan analisa yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa :

1. Proses terjadinya sebuah loncatan listrik/bunga listrik itu terjadi ketika

medan listrik yang bernilai besar dan di dukung dengan kondisi gap celah

elektroda yang sesuai nilai medan listrik, dengan besaran tegangan per

satuan meter.

2. Untuk setiap ukuran celah elektroda akan mendapatkan berapa nilai

tegangan tembusnya tergantung kepada medan listrik yang dihasilkan.

3. Variabel nilai frekuensi sangat mempengaruhi keluaran tegangan skunder

pada coil ignation.

4. Dan variabel nilai arus sangat berpengaruh terhadap keuaran tegangan

skunder pada coil ignation.

5. Sistem pengendali otomatis menaikan tegangan secara otomatis sangat di

perlukan untuk menbuat alat instrumentasi yang modern.

B. SARAN

Project tugas akhir ini tidak sesuai dengan konsep awal, karena terbatas pada

(61)

58

membuat project ini dengan sempurna. Di harapkan agar bisa di teruskan

(62)

AFTAR PUSTAKA

[1] Malvino. Penerjemah Hanapi Gunawan., “Prinsip-prinsip Elektronika”,

Penerbit Erlangga, di cetak PT. Gelora Aksara Pratama, 1979.

[2] Muhammad H. Rasyid, Ph.D. Fellow IEE, Fellow IEEE Profesor and Director., “Power Electronics Handbook Devices, Circuits, And

Applications”, Departement of Electrical and Computer Engineering University of West Florida Pensacola, Florida.

[3] Luecke Jerry., “Analog and Digital Circuits for Electronic Control System Applications”, Newnes is an imprint of Elsevier 200 wheeler Road,

Burlington, MA 01803, USA Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, UK.

[4] John Bird, Bsc(Hons) CEng CMath MIEE FIMA FIIE(ELEC) FcollP., “Electrical and Electronics Principles and Technology”, Newnes an imprint of Elsevier Science Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP 200 Wheeler Rd, Burlington MA 01803.

[5] Winoto Ardi., “ Mikrokontroler AVR Atmega8/16/32/8535 dan Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR”, Informatika Bandung, ISBN 978-979-1153-43-0, 2008.

[6] ATMEL, Datasheet Atmega8535, http://www.atmel.com

Gambar

Gambar 1. Ignition Coil (Kumparan Pengapian)
Gambar 2. Skematik Ignition Coil
Gambar 4. Rumus Tegangan Tinggi dengan perubahan Fluks.
Gambar 5. Magnetik Fluks akibat terjadinya Tegangan rendah.
+7

Referensi

Dokumen terkait