• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) untuk Meningkatkan Performa Puyuh Periode Pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) untuk Meningkatkan Performa Puyuh Periode Pertumbuhan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (

Carica papaya

L.)

UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA PUYUH PERIODE

PERTUMBUHAN

LITA HIDAYATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) untuk Meningkatkan Performa Puyuh Periode Pertumbuhan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

(4)

ABSTRAK

LITA HIDAYATI. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) untuk Meningkatkan Performa Puyuh Periode Pertumbuhan. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan YULI RETNANI.

Daun pepaya memiliki zat bioaktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai taraf penggunaan ekstrak daun pepaya pada air minum terhadap performa puyuh. Ternak yang digunakan adalah puyuh berumur 2 hari sebanyak 320 ekor dan dipelihara selama 5 minggu. Pakan (PK 21.42%, energi 3739 kkal) diberikan secara ad libitum. Ekstrak daun pepaya dibuat dengan perebusan selama 30 menit (1 kg daun pepaya kering dengan 5 L air) diberikan pada pagi hari, dan air minum diberikan secara ad libitum.Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. R0= Vitachik, R1= 2.5 ml, R2= 5.0 mldan R3= 7.5 mlekor-1hari-1 ekstrak daun pepaya. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah uji daya hambat ektrak, performa puyuh, Escherichia coli pada ekskreta puyuh. Hasil uji daya hambat ekstrak mampu menghambat bakteri Salmonella typhimurium. Pemberian ekstrak pada puyuh periode pertumbuhan (0-5 minggu) dengan dosis 2.5-7.5 ml tidak mempengaruhi performa (konsumsi pakan, PBB, konversi pakan, bobot badan akhir, konsumsi air minum, mortalitas dan karkas) sehingga penggunaan ekstrak daun pepaya dapat menggantikan Vitachick pada air minum dan dapat menurunkan populasi E. coli pada ekskreta puyuh di umur 5 minggu (kualitatif).

Kata kunci: ekstrak daun pepaya, E. coli, performa puyuh, S. typhimurium ABSTRACT minutes (1 kg dry papaya leaves with 5 L water) and given in every morning and water were given ad libitum. Treatments consisted of R0= Vitachick, R1= 2.5 ml, R2= 5.0 mland R3= 7.5 mlquail-1day-1 papaya leaves extract were arranged in Randomized Completely Design (RCD) with four replication. Variable that used in this research were clearing zone, quail performance and E. coli in quail excreta. The result of clearing zone extract can block S. typhimurium. Extract that given in quail growth period (0-5 weeks) with 2.5-7.5 ml doses can not influence the performance (feed intake, feed conversion, body weight gain, water intake, mortality and carcass). So the using of papaya leaves extract can substitute Vitachick in water and decrease the population of E. coli in quail excreta within 5 weeks old (qualitative).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (

Carica papaya

L.)

UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA PUYUH PERIODE

PERTUMBUHAN

LITA HIDAYATI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) untuk Meningkatkan Performa Puyuh Periode Pertumbuhan Nama : Lita Hidayati

NIM : D24090139

Disetujui oleh

Ir Dwi Margi Suci, MS Pembimbing I

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan februari 2013 ini Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Puyuh Periode Pertumbuhan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Naik turunnya suhu dan kelembaban menyebabkan ternak mengalami stress dan meningkatnya serangan bakteri terhadap ternak sehingga produktifitas ternak menurun dan mortalitas meningkat. Bakteri yang biasa menyerang unggas adalah S. thypimurium dan E. coli. Pengobatan yang biasa dilakukan peternak adalah dengan menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai akan menyebabkan resistensi terhadap manusia yang mengkonsumsi ternak tersebut, sehingga perlu ada alternative pemberian antibiotik pada ternak yang mengalami stress dan terserang penyakit. Penggunaan herbal menjadi alternatif antibiotik bagi ternak. Hal tersebut menjadi salah satu alasan penulis untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan pemberian ekstrak daun papaya sebagai alternatif pengganti Vitachick pada puyuh periode pertumbuhan (0-5 minggu).

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi, wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.

Bogor, November 2013

(11)
(12)

DAFTAR ISI

JUDUL i

ABSTRAK iii

PRAKATA ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Ekstrak Daun Pepaya 2

Pakan 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Prosedur Percobaan 4

Tahap Pemeliharaan 4

Rancangan Percobaan 4

Peubah yang diamati 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Potensi Daun Pepaya sebagai Antimikroba 6

Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya terhadap Performa Puyuh 9

Konsumsi Pakan 9

Pertambahan Bobot Badan 9

Konversi Pakan 10

Konsumsi Air Minum 10

Mortalitas 10

Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya terhadap Bakteri S. thypimurium dan E. coli 11

Persentase Bobot Karkas dan Organ Dalam 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi pakan yang diberikan pada puyuh 3

2 Komposisi Vitachick 3

3 Hasil uji sumur difusi ekstrak daun pepaya 7

4 Performa puyuh yang dipelihara selama 5 minggu 9 5 Kadar bakteri Salmonellasp. dan E.coli pada ekskreta puyuh 11

6 Karkas dan organ dalam puyuh 12

DAFTAR GAMBAR

1 Uji sumur ekstrak daun pepaya 5

2 Pengamatan koloni bakteri S. typhimurium dan E. coli 6 3 Clearing zone ekstrak daun pepaya terhadap S. typhimurium 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konsumsi pakan 16

2 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) pertambahan bobot badan 16

3 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konversi pakan 16

4 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) bobot badan 16

5 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konsumsi air minum 16

6 Hasil uji lanjut duncan konsumsi air minum 16

7 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) mortalitas 17

8 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) karkas 17

(14)

PENDAHULUAN

Ekstrak daun pepaya memiliki kandungan zat bioaktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa puyuh. Puyuh (Cortunix cortunix japonica) merupakan unggas penghasil daging dan telur. Keberadaan puyuh dijadikan sebagai pendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Ternak puyuh merupakan salah satu ternak yang dapat berproduksi dalam waktu cepat. Oleh karena itu banyak upaya telah dilakukan untuk meningkatkan performa puyuh sebagai unggas pedaging dan petelur. Masalah yang sering dihadapi oleh peternak puyuh adalah tingkat kematian yang tinggi pada puyuh starter, karena pada periode ini puyuh rentan sekali terhadap stress dan terserang penyakit.

S. typhimurium merupakan bakteri yang sering menyerang unggas dan dapat mengkontaminasi produk dan membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsinya (Ohl et al. 2001). Penyakit yang disebabkan oleh S. typhimurium dan E. coli biasanya disebabkan karena makanan yang tercemar kuman tersebut, kemudian kuman ini berkembang biak seperti dalam daging, susu, telur dalam kondisi suhu dan lingkungan yang cocok, sehingga menimbulkan penyakit apabila terkonsumsi (Kusumaningsih 2010). Barrow (2000) menyatakan bahwa keparahan Salmonellosis pada unggas tergantung dari seterotif dan strain bakteri, umur dan genetik inangnya.

E. coli ialah bakteri yang berbentuk batang pendek (basil) tergolong dalam Gram negatif dan hidup dalam saluran pencernaan atau usus baik pada hewan maupun manusia (Fardiaz 1993). E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (Kaper et al. 2004). E. coli yang mencemari bahan makanan berasal dari tinja manusia, sehingga keberadaannya pada bahan makanan atau ikan segar menunjukkan adanya ancaman kesehatan pada konsumen (manusia). Oleh karena itu E. coli dipakai sebagai indikator cemaran yang berbahaya bagi manusia dan hewan.

(15)

2

Flavonoid yang terkandung dalam daun pepaya dapat berperan sebagai antimikroba. Untuk mengetahui taraf penggunaan ekstrak daun papaya yang efektif maka dilakukan uji sumur difusi atau uji daya hambat terlebih dahulu. Uji sumur difusi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik ekstrak daun pepaya terhadap bakteri S. typhimurium, uji ini merupakan uji kuantitatif (Pratiwi 2008). Pada uji sumur, ekstrak daun papaya di masukkan ke dalam media agar yang mengandung bakteri, senyawa ekstrak daun pepaya yang telah dimasukkan ke dalam agar akan berdifusi langsung ke media agar. Hal tersebut akan menyebabkan senyawa aktif bekerja melawan bakteri tanpa ada hambatan (Indu et al. 2006).

Peningkatan efisiensi pakan menurut Sudjatinah et al. (2005) adalah melalui bentuk ekstrak, karena air minum merupakan hal yang cukup penting bagi unggas selain itu pemberian dalam bentuk ekstrak akan lebih mudah diabsorbsi sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya cerna pada unggas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai taraf penggunaan ekstrak daun pepaya didalam air minum terhadap performa puyuh dan sebagai antibotik alami.

METODE PENELITIAN

Bahan

Ekstrak Daun Pepaya

Daun pepaya yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pepaya pada dahan ke 1 dan 2 dihitung dari dahan terbawah atau daun yang sudah cukup tua. Daun pepaya kemudian dicacah kemudian dilayukan pada ruangan selama satu hari setelah itu daun pepaya dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas matahari langsung selama 48 jam atau hingga kering. Pembuatan ekstrak daun pepaya mengikuti metode esktraksi herba ciplukan sebagai antidiabetes pada mencit yang dilakukan oleh Afifah et al. (2011) yaitu dengan cara perebusan. Daun pepaya yang sudah kering direbus bersama air pada suhu 90-950C selama 30 menit dengan perbandingan 1:5, yaitu 1 kg daun pepaya kering dengan 5 liter air setelah itu ekstrak disaring untuk memisahkan daun dengan air ekstrak dan ekstrak siap untuk digunakan.

Pakan

(16)

3

Perlakuan kontrol (R0) diberikan Vitachik untuk dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun pepaya. Komposisi Vitachick yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 2.

Ternak

Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah puyuh starter berumur 2 hari dan berjumlah 320 ekor.

Alat

Kandang yang digunakan adalah 16 kandang koloni dengan masing-masing kandang berisi 20 ekor puyuh dan tiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Peralatan yang digunakan adalah termometer, timbangan digital dan gelas ukur.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Pemeliharaan puyuh (Coturnix coturnix japonica) dilakukan selama 5 minggu dipeternakan rakyat Slamet Quail Farm di Desa Cilangkap, Cikembar Sukabumi. Persiapan pembuatan ekstrak daun pepaya dilakukan di Laboratorium Industri Pakan dan uji sumur ekstrak daun pepaya dan analisis koloni baktersi S. typhimurium dan E. coli dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Tabel 2 Komposisi Vitachick

Tabel 1 Komposisi nutrien pakan yang diberikan pada puyuh umur 0-5 minggu

Komponen Hasil analisis

(17)

4

Prosedur Percobaan

Tahap Pemeliharaan

Puyuh yang digunakan dalam penelitian ditempatkan secara acak kedalam kandang koloni berdasarkan perlakuan yang diberikan. Populasi puyuh yang digunakan adalah 320 ekor dan ditempatkan dalam kandang koloni dengan masing-masing kandang perlakuan berisi 20 ekor. Pemberian pakan dan air minum diberikan adlibitum setelah ekstrak daun pepaya habis diminum.

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah: R0: Pakan komersil + air minum + vitachik

R1: Pakan komersil + air minum + 2.5 ml ekstrak daun pepaya ekor-1hari-1 R2: Pakan komersil + air minum + 5.0 ml ekstrak daun pepaya ekor-1hari-1 R3: Pakan komersil + air minum + 7.5 ml ekstrak daun pepaya ekor-1hari-1 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 4 ulangan. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut :

Yij = µ ++

Keterangan :

Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum

� : efek perlakuan ke-1

� : galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1991). Peubah jumlah bakteri S. typhimurium dan E. coli tidak dilakukan analisis statistik.

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah uji sumur daun pepaya, perfoma puyuh meliputi konsumsi pakan, PBB, konsumsi air minum, konversi pakan, persentase karkas, persentase organ dalam, mortalitas, jumlah bakteri S. typhimurium dan E. coli pada ekskreta puyuh.

(18)

5 Kultur bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 50 µ l menggunakan pipet mikro lalu dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya media selektif agar steril 15 ml dituangkan ke dalam cawan petri, lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Setelah media memadat, dibuat lubang berdiameter 0.5 cm menggunakan pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan ekstrak daun pepaya 5%, 10% dan 15%, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh diameter zona bening disekitar lubang.

Konsumsi pakan (gram ekor-1). Konsumsi pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan dalam satu minggu dikurangi sisa pakan pada akhir minggu tersebut.

Pertambahan bobot badan (gramekor-1). Pertambahan bobot badan rata-rata setiap minggu diukur berdasarkan bobot badan akhir minggu dikurangi bobot badan pada awal minggu.

Konsumsi air minum (Lhari-1ekor-1). Konsumsi air minum setiap hari dari pemberian air minum awal dikurangi sisa akhir minum diukur setiap hari.

Konversi pakan. Konversi pakan dihitung berdasarkan jumlah konsumsi rataan dibagi dengan pertambahan bobot badan rata-rata setiap minggu selama penelitian.

Persentase karkas (%). Persentase karkas dihitung dengan membagi bobot karkas puyuh umur 4 minggu dengan bobot akhir dan dikalikan 100%. Puyuh yang dipotong adalah puyuh jantan umur 4 minggu dan dari masing-masing perlakuan dipilih 2 ekor secara acak.

Persentase organ dalam (%). Persentase organ dalam dihitung dengan membagi bobot organ dalam (hati, jantung, ampela) dengan bobot karkas dan dikalikan 100%.

Mortalitas (%). Angka Mortalitas diperoleh dari jumlah puyuh yang mati seluruhnya dibagi dengan jumlah puyuh pada awal percobaan dikalikan seratus persen.

Perhitungan jumlah koloni bakteri S. typhimurium dan E. coli. Perhitungan total koloni bakteri menggunakan metode pengenceran (Waluyo 2005). Media selektif yang digunakan adalah SSA (Salmonella Shigela Agar) dan EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). Tahapan dalam perhitungan total koloni bakteri ini adalah dengam mengambil 1 gram sampel ekskreta dari masing-masing ulangan dari masing-masing perlakuan. Kemudian dicampur dengan 10 ml air

(19)

6

steril dan diaduk hingga homogen. Campuran tersebut diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi air steril 9 ml dan diaduk hingga homogen, pengenceran dilakukan hingga tabung ke 5, dari masing-masing tabung pengencer diambil 1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri kemudian dimasukkan media selektif SSA steril yang telah didinginkan hingga suhu 50oC sebanyak kurang lebih 15 ml. Cawan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC dengan posisi terbalik (Fardiaz 1993). Pengamatan bakteri S. typhimurium diindikasikan dengan adanya koloni berwarna hitam dan memiliki bentuk bulat (Gast 2003).

Perhitungan jumlah koloni bakteri E. coli mengikuti cara yang sama seperti pada perhitungan jumlah koloni bakteri salmonella, yang membedakan adalah media agar yang digunakan. Untuk menumbuhkan bakteri E. coli diambil 1 ml dari masing-masing tabung pengencer kemudian dituangkan media selektif EMBA steril yang telah didinginkan hingga suhu 50oC sebanyak kurang lebih 15 ml. setelah itu cawan diinkubasi pada suhu 37oC dengan posisi terbalik selama 48 jam. Pengamatan bakteri E. coli diindikasikan dengan adanya koloni berwarna hitam keunguan dan memiliki bentuk bulat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Daun Pepaya sebagai Antimikroba

Penggunaan ekstrak daun pepaya sebagai antimikroba dapat memperbaiki performa puyuh, karena daun pepaya mengandung polifenol dan flavonoid. Hasil uji fitokimia daun pepaya menunjukkan bahwa pada daun pepaya terkandung saponin, alkaloid, tanin, fenolic, flavonoid, triterfenoid, steroid dan glikosida (Retnani et al. 2013b). Kandungan senyawa lain yang terkandung dalam daun pepaya terdapat pada Tabel 3.

(20)

7

Efek flavonoid terhadap organisme cukup banyak sehingga banyak orang menggunakan tanaman yang mengandung flavonoid sebagai obat tradisional. Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun pepaya berperan secara langsung sebagai antimikroba dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus, selain itu flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan alami dengan cara menangkap radikal bebas (Waji 2009). Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun pepaya dapat digunakan sebagai antibiotik untuk menggantikan vitamin mix. Senyawa tersebut dapat menurunkan populasi S. typhimurium pada puyuh.

Pada uji sumur difusi menggunakan bakteri gram negatif yaitu S. typhimurium. Bakteri Gram negatif lebih berbahaya karena lipopolisakarida bersifat racun dan membran terluar bakteri Gram negatif memberikan perlindungan kepada bakteri Gram negatif terhadap bertahan dari sel inang. Bakteri Gram negatif juga lebih kebal terhadap antibiotik dibandingkan bakteri Gram positif karena dinding sel bakteri Gram negatif mampu mencegah masuknya antibiotik yang membahayakannya. Genus bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella spp, Shigella spp, E. Coli, Yersinia enterolitica. (Raven et al. 2008).

Uji sumur difusi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik ekstrak daun pepaya terhadap bakteri S. typhimurium. Uji ini merupakan uji kuantitatif. Uji sumur difusi dilakukan untuk melihat efek dari daun pepaya yang akan digunakan. Hasil uji sumur difusi ekstrak daun pepaya dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil clearing zone ekstrak daun pepaya terhadap bakteri S. typhimurium menunjukkan nilai yang cukup baik dan dapat menghambat bakteri S. typhimurium.

Tabel 4 Hasil uji sumur difusi ekstrak daun pepaya

Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Clearing zone (mm)

R0 0 ml L-1 0.00

R1 50 ml L-1 5.00

R2 100 ml L-1 9.00

R3 150 ml L-1 13.00

Keterangan: Hasil Analisis Laboratorium Biokimia, Fisiologi, dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2012)

Tabel 3 Kandungan beberapa zat bioaktif daun pepaya

Zat Bioaktif Jumlah (ppm)

(21)

8

a b c

Berdasarkan hasil uji sumur difusi yang telah dilakukan diperoleh data bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya yang diberikan maka clearing zone yang terbentuk akan semakin luas. Menurut Pratiwi (2008) pengukuran daya hambat terhadap bakteri menggunakan metode dari Davis Stout dengan ketentuan: sangat kuat (daerah hambat >20 mm), kuat (daerah hambat 10-20 mm), sedang (daerah hambat 5-10 mm) dan lemah (daerah hambat <5 mm). Hasil uji daya hambat pada ekstrak daun pepaya termasuk kedalam kategori sedang dan kuat. R3 termasuk kedalam kategori kuat sedangkan untuk R1 dan R2 termasuk kedalam kategori sedang. Clearing zone yang terbentuk dari ekstrak daun pepaya masih lebih besar jika dibandingkan dengan clearing zone yang terbentuk dari tepung daun jarak sebesar 6.80 mm dengan konsentrasi 10% (Pratiwi 2008), ekstrak daun tanjung yaitu sebesar 12.16 mm dengan dosis 1gml-1 (Noor 2006), ekstrak daun mengkudu sebesar 6.00 mm dengan konsentrasi 15% (Retnani et al. 2013a).

Menurut Setiaji (2009) senyawa aktif pada daun pepaya yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah tocophenol, flavonoid dan alkaloid karpain. Flavonoid merupakan senyawa metabolit yang sering ditemukan pada tumbuhan. Salah satu peran flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai antimikroba dan antivirus, sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Senyawa ini merupakan antimikroba karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba (Rahman 2008).

Aktifitas biologis senyawa flavonoid terhadap bakteri S. typhimurium dilakukan dengan merusak dinding sel dari bakteri S. typhimurium yang terdiri atas lipid dan asam amino yang akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut akan masuk kedalam inti sel dan akan kontak dengan DNA pada inti sel bakteri S. typhimurium. Melalui perbedaan kepolaran antara lipid dan DNA dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid akan terjadi reaksi sehingga akan merusak struktur lipid dari DNA bakteri S. typhimurium sehingga inti sel bakteri akan lisis dan mati (Gunawan 2009).

Habitat normal salmonella adalah pada saluran pencernaan dan dapat tumbuh pada suhu 5-47°C dan suhu optimum untuk tumbuh adalah 35-37°C (Pelezar dan Chan 2004). S. typhimurium banyak ditemukan pada vertebrata, invertebrata, dan feses ternak. Penyebaran bakteri Salmonella terjadi secara panzootik melalui perpindahan unggas, hewan lain, manusia, produk asal unggas, udara, kontaminasi pakan, serta melalui air minum dan vaksinasi.

(22)

9

Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya terhadap Performa Puyuh

Penggunaan ekstrak daun pepaya selain sebagai antibakteri diharapkan juga dapat digunakan untuk meningkatkan peforma puyuh. Performa ternak merupakan cermin dari keseluruhan organ tubuh. Faktor yang mempengaruhi performa suatu ternak diantaranya adalah PBB, bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, konsumsi air minum dan mortalitas. Performa ternak secara keseluruhan dipaparkan pada Tabel 5.

Konsumsi Pakan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya dalam air minum puyuh tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi pakan. Konsumsi pakan perlakuan berkisar antara 259.47-277.70 gram, hal tersebut menunjukkan konsumsi puyuh cukup normal. Kaharudin (2007) menyatakaan rataan konsumsi pakan puyuh periode pertumbuhan adalah 260.45 gram. Ekstrak daun pepaya yang pahit tidak terlalu mempengaruhi konsumsi puyuh terhadap pakan. Unggas mempunyai bungkul perasa (papilla) sebanyak 25 buah sehingga unggas tidak peka terhadap rasa makanan (Sutardi 1980). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Muhidin (1999) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya ke dalam air minum dapat meningkatkan nafsu makan sampai batas-batas tertentu. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan yaitu komposisi nutrisi dalam pakan dan manajemen dalam pemeliharaan.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa. Hasil analisis ragam tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan menurut Wahju (1985) diantaranya dipengaruhi oleh jumlah dan mutu konsumsi pakan yang diberikan. Pemberian ekstrak daun pepaya dalam air minum yang diharapkan dapat meningkatkan nafsu makan secara statistik tidak memberikan pengaruh yang signifikan. PBB pada penelitian ini berkisar antara 100.36-104.48 gram/ekor. Kaharudin (2007) menyatakan bahwa PBB yang optimal pada puyuh

Tabel 5 Performa puyuh yang dipelihara selama 5 minggu

(23)

10

umur 4 minggu adalah 64.53-68.09 gram. Tambunan (2013) menyatakan bahwa PBB puyuh yang dipelihara selama 5 minggu berkisar antara 97.00-106.25 gram. Pada penelitian ini dilakukan pemeliharaan selama 5 minggu dan nilai PBB tersebut sudah cukup optimal.

Konversi Pakan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konversi pakan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa konversi pakan merupakan rasio antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan, sehingga apabila perlakuan pemberian ekstrak daun pepaya yang diberikan tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan serta konsumsi pakan secara signifikan, maka konversi pakan yang dihasilkan juga relatif sama. Konversi pakan pada penelitian ini berkisar antara 2.55-2.76 hal tersebut hampir sama dengan nilai konversi pakan puyuh yang diberi ekstrak daun mengkudu yaitu 2.39-2.76 pada penelitian Retnani et al. (2013b) dan masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai konversi ayam broiler yang diberi ekstrak daun papaya yaitu 1.69-1.91 (Sudjatinah et al. 2005). Sedangkan menurut Kaharudin (2007) nilai konversi pakan pemeliharaan puyuh periode pertumbuhan adalah 3.91-4.17.

Konsumsi Air Minum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi air minum berbeda nyata (P<0.5) di antara perlakuan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada puyuh yang tidak diberi ekstrak daun pepaya memiliki nilai konsumsi air yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Wahju (1985) menyatakan bahwa rasa pada unggas memegang peranan yang relatif kecil untuk menentukan banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi. Menurut Sritharet (2002) konsumsi air minum pada puyuh hingga umur 5 minggu adalah 1-1.3 liter, pada penelitian ini jumlah total konsumsi air minum masih kurang hal tersebut disebabkan oleh pahitnya rasa ekstrak daun papaya sehingga berpengaruh terhadap konsumsi air minum. Tingkat kepahitan ekstrak daun pepaya yang cukup tinggi disebabkan oleh kandungan alkaloid carpain (C14H25NO2) yang banyak terdapat pada daun muda (Kalie 2006). Banyaknya makanan atau minuman yang dikonsumsi tergantung pada tingkat keaktifan hewan, temperatur lingkungan serta fase pertumbuhannya. Konsumsi air minum pada penelitian ini berkisar antara 0.97-1.25 liter. Nilai tersebut cukup rendah jika dibandingkan dengan nilai konsumsi air minum pada puyuh yang diberi ekstrak daun ciplukan yaitu 1.42-2.29 liter (Taryati 2010). Konsumsi air yang rendah dapat mempengaruhi performa dari puyuh. Penurunan air tubuh pada unggas hingga 10% akan menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis sedangkan penurunan hingga 20% akan menyebabkan kematian (Pesti et al. 2005). Menurut Arifien (2002), jumlah konsumsi air minum lebih nyata dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jumlah dan keadaan pakan yang yang diberikan.

Mortalitas

(24)

11 terdapat pada perlakuan yang diberikan ekstrak daun pepaya sebesar 7.5 ml ekor -1

hari-1. Hal tersebut sesuai dengan Waji (2009) bahwa flavonoid yang terkandung dalam daun pepaya dapat bertindak sebagai antibiotik dangan cara menganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Puyuh merupakan unggas yang rentan mengalami stres yang dapat mengakibatkan kematian pada periode pemeliharaan. Mortalitas pada puyuh paling sering terjadi pada saat periode starter. Menurut Kaharudin (2007) mortalitas pada puyuh pada periode pertumbuhan memiliki kisaran 7.62%-7.17%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di peternakan puyuh Pak Slamet, memiliki angka mortalitas puyuh starter mencapai 4% pada perlakuan kontrol. Hasil penelitian Taryati (2010) mengenai pemberian ekstrak daun ciplukan memiliki angka mortalitas 8.5%-10.58% masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Retnani et al. (2013b) mengenai pemberian ekstrak daun mengkudu pada puyuh starter yaitu 0.67%-4%. Dalam hal ini penggunaan ekstrak daun pepaya memiliki nilai mortalitas yang lebih rendah sehingga diharapkan penggunaan ekstrak daun pepaya mampu menurunkan mortalitas puyuh pada periode starter, selain itu cukup banyak petani pepaya didaerah sukabumi, sehingga limbah daun pepaya dapat digunakan sebagai alternatif antimikroba bagi puyuh dan dapat menggantikan peran Vitachick.

Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya terhadap Bakteri Salmonella thypimurium dan Escherichia coli

Pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap bakteri S. typhimurium dan E. coli yang terdapat pada ekskreta puyuh dapat dilihat pada Tabel 6.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak daun pepaya 0-7.5 ml ekor-1hari-1 tidak terdapat S. typhimurium pada ekskreta puyuh. Berbeda dengan E.coli pada pemberian ekstrak 0 ml ekor-1hari-1 terdapat cukup banyak bakteri E.coli, dan jumlah koloni bakteri E.coli mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya taraf pemberian ekstrak daun pepaya. Pada taraf pemberian ekstrak daun pepaya 7.5 ml ekor-1hari-1 tidak terdapat jumlah koloni bakteri E.coli. Penurunan jumlah bakteri yang terdapat pada eksreta puyuh sesuai dengan hasil uji sumur difusi yang telah dilakukan sebelumnya. Semakin tinggi kadar ekstrak yang diberikan maka daya hambat atau clearing zone yang terbentuk semakin luas. Hal tersebut sesuai dengan Rahman (2008) yang menyatakan bahwa tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Flavonoid merupakan senyawa antimikroba karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba. Flavonoid yang bersifat lipofilik akan merusak membran mikroba. Enzim papain

Tabel 6 Kadar bakteri S. typhimurium dan E.coli pada ekskreta puyuh

Ekstrak daun pepaya Salmonella sp Escherichia coli

0 ml ekor-1hari-1 - +++

2.5 ml ekor-1hari-1 - ++

5.0 ml ekor-1hari-1 - +

7.5 ml ekor-1hari-1 - -

(25)

12

juga berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri karena pada papain terkandung 11.6% Potasium benzylglucosinolate yang mampu mengurangi gula darah sekaligus mempercepat penyembuhan luka. Papain memiliki aktivitas antibakteri yang menghambat pertumbuhan organisme Gram positif dan Gram negatif. Papain menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif (S. aureus, E. coli, B. cereus,P. aeruginosa dan S. flexneri) (Bussadori et al. 2005).

Persentase Bobot Karkas dan Organ Dalam

Efek dari pemberian ekstrak daun pepaya selain pada performa dapat dilihat juga pada persentasi karkas dan organ dalam. Persentasi karkas akan berpengaruh terhadap nilai jual karkas pada peternak sedangkan persentase organ dalam akan menunjukkan pengaruh ekstrak tersebut pada kerja hati dan organ dalam lainnya. Pemotongan karkas dilakukan pada minggu ke 4 hal tersebut dilakukan karena mengikuti kebiasaan di peternak. Persentasi karkas dan organ dalam puyuh umur 4 minggu dapat dilihat pada Tabel 7.

Hasil analisis ragam karkas dan organ dalam (hati, jantung dan ampela) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun pepaya tidak berbeda nyata (P>0.05), hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6 antara perlakuan dengan kontrol memiliki persentasi karkas dan organ dalam yang hampir sama, persentasi karkas berkisar antara 79.50%-80.88% dan persentasi organ dalam berkisar antara19.12%-20.50%. Hal tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Taryati (2010) yang menggunakan ekstrak ciplukan, yang memiliki persentasi karkas sebesar 78.3%. Pada penelitian ini bobot akhir yang dihasilkan hampir sama dengan bobot akhir di peternakan Pak Slamet yang berkisar antara 80-100 gram. Bobot karkas dipengaruhi juga oleh proses selama pengulitan sehingga tidak ada jaringan kulit yang masuk kedalam bobot karkas. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah umur, lemak tubuh, bobot badan, jenis kelamin, kualitas dan kuantitas pakan.

Persentase karkas selain mempengaruhi nilai jual juga mempengaruhi persentase organ dalam (hati, jantung dan ampela). Persentasi organ dalam dapat mengindikasikan kesehatan dari ternak yang diamati. Berdasarkan pengamatan tidak ditemukan adanya pembengkakan dan perubahan warna hati, hal tersebut menunjukkan bahwa puyuh jantan hasil penelitian ini dalam kondisi yang normal dan pemberian ekstrak daun pepaya hingga tidak mempengaruhi persentasi organ dalam.

Tabel 7 Karkas dan organ dalam puyuh

(26)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak daun pepaya 150 ml L-1 pada uji sumur difusi memiliki daya hambat 13 mm dan tergolong daya hambat yang cukup kuat dan mampu menghambat bakteri S. typhimurium. Pemberian ekstrak daun pepaya pada puyuh periode pertumbuhan (0-5 minggu) dengan dosis 2.5-7.5 ml tidak mempengaruhi performa puyuh (konsumsi pakan, PBB, konversi pakan, bobot badan akhir, konsumsi air minum, mortalitas dan karkas) dan dapat menurunkan populasi E. coli pada ekskreta puyuh di umur 5 minggu, sehingga penggunaan ekstrak daun pepaya dapat menggantikan Vitachick pada air minum dan dapat digunakan sebagi antimikroba.

Saran

Senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif (E. coli dan S. typhimurium). Performa puyuh yang dihasilkan memiliki bobot badan akhir 108.23 – 110.31 gram dan memiliki nilai konversi pakan sebesar 2.55 – 2.76. Sehingga perlu ada penelitian lanjutan mengenai efek ekstrak daun pepaya pada bakteri gram positif dan penggunaan ekstrak daun pepaya pada taraf yang berbeda untuk meningkatkan performa puyuh.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah BS, Sukandar EY, Ratnawati Y, Kusmaningati S, Wulandari A, Narvikasari S. 2011. Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata linn.) pada mencit diabetes dengan induksi aloksan. J Farmasi Indones. 5(4):166-171. Ardina Y. 2007. Development of antiacne gel formulation and minimum

inhibitory concentration determination from carica papaya leaves extract (carica papaya a linn.). [internet]. [diacu 20 april 2013].

Bussadori SK, Castro LC, Galvao AC. 2005. Papain Gel: A new chemo mechanical caries removal agent. J Clin Ped Dentist. 30:115-120.

Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate methods of microbiological antibiotic assay. J Microbiol. 22:659-665.

Fardiaz S. 1993. Analisis mikrobiologi Pangan. Cetakan Pertama. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID). IPB Pr.

Gast RK. 2000. Paratypoid Infection. Diseas of Poultry. 11th Edition. America (US): Lowa State University.

(27)

14

Tersedia pada: http://adigunawan2009.wordpress.com/2009/05/26/potensi-buah-pare-momordica-charantia-l-sebagai-antibakteri-salmonella-typhimurium.

Indu MN, Hatha AAM, Abiros C, Harsha U, Vivekanandan G. 2006. Antimicrobial activity of some South-Indian spices againts serotypes of Eschericia coli,

Salmonella, Listeria monocytogenes and Aeromonas hydrophila. J Biotech. 37:153-158.

Kaharudin D. 2007. Performan puyuh hasil pembibitan peternakan rakyat di Kota Bengkulu. JIPI. 3:396-400.

Kalie MB. 2006. Bertanam Pepaya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kaper JB, Nataro JP, Mobely HL. 2004. Pathogenic Escherichia coli. Nat Rev Microbiol. 2:123–140.

Kusumaningsih A. 2010. Beberapa bakteri patogenik penyebab Foodborne Disease pada bahan pangan asal ternak. Wartazoa. 20(3):103-111.

Muhidin D. 1999. Agroindustri papain dan pektin. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Noor SM. 2006. Analysis of secondary chemical compounds and cntibacterial test

of Mimusops elengi L. extract against Salmonella typhimurium and Shigella boydii. Wartazoa. 2:46-63.

Ohl ME, Miller SI. 2001. Salmonella: a model for bacterial pathogenesis. Annu. Rev Med. 52:259-74

Pelezar MJ, Chan ECS. 2004. Dasar Mikrobiologi. Edisi Kelima. Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo. Jakarta (ID): UI Pr.

Pesti GM, Bakalli RI, Priver JD, Adensio A, Foster EH. 2005. Poultry Nutrition and Feeding. Canada(CA): Trafford.

Pratiwi SI. 2008. Aktivitas antibakteri tepung daun jarak (Jatropha curcas L.) pada berbagai bakteri saluran pencernaan ayam broiler secara in vitro.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahman MF. 2008. Potensi antibakteri ekstrak daun pepaya pada ikan gurami yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophyla. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Raven, Johnson, Losos, Mason, Singer. 2008. Biology. 8th Edition. New York (NY): Mc Graw Hill Companies, Inc.

Retnani Y, Idat GP, Lia CP. 2013a. Physical characteristic and palatability of biscuit bio-suplement for diary goat. Pakist J Biol Sci.

Retnani Y, Wardiny TM, Taryati. 2013b. Morinda citrifolia L. leaf extract as aintibacterial Salmonella typhimurium to increas productivity quail (Coturnix coturnix japonica). Pakist J Biol Sci.

Setiaji G. 2009. Efektifitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya l) untuk pencegahan dan pengobatan ikan lele dumbo (Clariaspy) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophyla. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sritharet N. 2002. Effect of heat stress on histological features in pituichytes and hepatocytes, and enzyme activities of liver and blood plasma in japanese quail (Coturnix japonica). J Poult Sci. 39(2):167-178.

Sudjatinah, Wibowo CH, Widyaningrum P. 2005. pengaruh pemberian ekstrak daun pepaya terhadap tampilan produksi ayam broiler. J Indon Trop Anim Agri. 30(4):224-228.

(28)

15 Sutardi. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor(ID): Departemen Ilmu Nutrisi dan

Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. IPB Pr.

Tambunan GM, Sarengat W, Suprijatna E. 2013. Pengaruh penambahan kotoran wallet dalam ransum terhadap performans burung puyuh jantan umur 0-5 minggu. Anim Agri J. 2(1):105-113.

Taryati. 2010. Evaluasi penambahan ekstrak ciplukan (Physalis angulata) dalam air minum terhadap daya hambat bakteri Salmonella typhimurium dan performa puyuh (Coturnix coturnix japonica) 0-4 minggu. [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

USDA. 2013. Phytochemical and ethnobotanical databases Carica papaya L. [internet]. [diunduh 12 november 2013]. Tersedia pada: http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/duke/plantdisp.xsql?taxon=209.

Wahju J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Waluyo L. 2005. Mikrobiologi Umum. Edisi kedua. Malang (ID): UMM Pr.

(29)

16

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Lampiran 5 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konsumsi air minum

Sumber JK dB KT F Sig.

Perlakuan 0.001 3 0.000 0.013 0.998

Galat 0.239 12 0.020

Total 0.240 15

Lampiran 4 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) bobot badan

Sumber JK dB KT F Sig.

Perlakuan 4.949 3 1.650 0.145 0.931 Galat 136.611 12 11.384

Total 141.561 15

Lampiran 3 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konversi pakan

Sumber JK dB KT F Sig.

Perlakuan 0.028 3 0.009 0.794 0.520

Galat 0.143 12 0.012

Total 0.172 15

Lampiran 2 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) pertambahan bobot badan

Sumber JK dB KT F Sig.

Perlakuan 120.045 3 40.015 1.577 0.246

Galat 304.477 12 25.373

Total 424.523 15

Lampiran 1 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) konsumsi pakan

Sumber JK dB KT F Sig.

Perlakuan 0.002 3 0.001 1.618 0.237

Galat 0.005 12 0.000

Total 0.007 15

Lampiran 6 Hasil uji lanjut duncan konsumsi air minum

(30)

17

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Keterangan: JK: jumlah kuadrat , dB: derajat bebas, KT: kuadrat tengah

Lampiran 9 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) organ dalam

JK dB KT F Sig.

Perlakuan 7.560 3 2.520 1.513 0.262

Galat 19.992 12 1.666

Total 27.551 15

Lampiran 8 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) karkas

JK dB KT F Sig.

Perlakuan 7.560 3 2.520 1.513 0.262

Galat 19.992 12 1.666

Total 27.551 15

Lampiran 7 Hasil uji sidik ragam (ANOVA) mortalitas

JK dB KT F Sig.

Perlakuan 17.188 3 5.729 0.846 0.495

Galat 81.250 12 6.771

(31)
(32)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada Tanggal 11 Desember 1992 dari ayah H. Taukhidi dan ibu Hj. Nuliyanah. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 1 Bodelor dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Cirebon dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA International Islamic Boarding School dan lulus pada tahun 2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian

Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor Penulis aktif dalam beberapa organisasi, yaitu: Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) periode 2009-2012, Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (HIMASITER) 2010-2011. Tahun 2010 penulis mendapatkan dana dari DIKTI untuk PKM Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Daun Bangun-Bangun sebagai Suplemen Pakan Puyuh untuk Menghasilkan Telur Rendah Kolesterol dan Tinggi Vitamin A.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS dan Prof. Dr. Ir. Yuli Retnani, MSc selaku dosen pembimbing skripsi serta pembimbing akademik atas bimbingannya. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji sidang dan kepada Dr. Ir. Widya Hermana, MSi selaku dosen panitia dan dosen penguji pada sidang penulis pada tanggal 9 Oktober 2013 dan selaku dosen pembahas seminar hasil penelitian penulis pada tanggal 18 Juli 2013. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Bu Yani selaku staf Laboratorium Biokimia, Fisiologi, Mikrobiolgi dan Nutrisi, Bapak Slamet selaku pemilik Slamet Quail Farm Sukabumi dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alfi selaku pemilik kebun pepaya.

Gambar

Tabel 1 Komposisi nutrien pakan yang diberikan pada puyuh umur 0-5 minggu
Gambar 1 Uji sumur ekstrak daun Pepaya
Gambar 2 Pengamatan koloni bakteri  S. typhimurium dan E. coli
Tabel 3 Kandungan beberapa zat bioaktif  daun pepaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan selama periode finisher, penambahan DL-metionin pada pakan basal rneninqkatkar' pertambahan bobot badan dan konversi pakan, tetapi konsumsi pakan tidak

Skripsi yang berjudul : Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan terhadap Performa Puyuh Petelur (Coturnix coturnix japonica) dan penelitian yang terkait merupakan

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa pemberian ekstrak daun pepaya pada level 9 ml (P5) dalam campuran air minum ayam arab jantan periode starter telah memberikan

Berdasarkan kualitas telur pertama burung puyuh pemberian tepung daun pepaya (Carica papaya) dalam ransum terhadap telur burung puyuh (Coturnix coturnix javonica) ,

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya; menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis dengan “ Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica

Hasil analisis dengan Anova pengaruh pemberian suplemen telur puyuh organik terhadap konsumsi pakan pada tikus putih periode laktasi menunjukkan hasil yang tidak

PENGARUH PENAMBAHAN SARI BIJI PEPAYA Carica papaya L DALAM AIR MINUM PUYUH TERHADAP QUAIL DAY PRODUCTION DAN BOBOT TELUR PUYUH Coturnix coturnix japonica SKRIPSI Oleh : FAJAR

untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun pepaya pada pakan buatan dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan bandeng, 2.. untuk mengetahui dosis yang terbaik