• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP WARNA WARNI TENUN INDONESIA SEBAGAI PERANCANGAN MEDIA PROMOSI SARUNG GAJAH DUDUK PRODUKSI PT. PISMATEX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP WARNA WARNI TENUN INDONESIA SEBAGAI PERANCANGAN MEDIA PROMOSI SARUNG GAJAH DUDUK PRODUKSI PT. PISMATEX"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SEBAGAI PERANCANGAN MEDIA PROMOSI

SARUNG GAJAH DUDUK PRODUKSI PT. PISMATEX

Proyek Studi

diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai

gelar Sarjana Seni Rupa

oleh

Marsa Iman ‘Adlina 2411410004

Program Studi Seni Rupa Konsentrasi DKV, S1 Jurusan Seni Rupa

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

 Berusahalah untuk tidak menjadi sukses, tetapi menjadi berguna

(Albert Einstein)

 Janganlah meminta beban yang ringan, tapi mintalah bahu yang kuat

(Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Proyek Studi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua Bapak Rachmat Hartowiyono dan Ibu Siti Maemunah, adik saya Riffat Iman Hirzi, karunia terbesar sepanjang masa yang pernah diberikan Tuhan.

(5)

Proyek Studi ini. Penyelesaian Proyek Studi ini dapat terlaksana atas bantuan

berbagai pihak, secara langsung maupun tidak. Dengan segala kerendahan hati,

penulis berterima kasih kepada:

1. Prof. Fatchur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang dan Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

fasilitas administratif dalam penyusunan proyek studi ini;

2. Bapak Drs. Syafii, M.Pd., Ketua Jurusan Seni Rupa, dan Bapak

Supatmo, S.Pd., M. Hum., Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas administratif dalam

penyusunan proyek studi ini;

3. Bapak Eko Haryanto, S.Pd., M.Ds. selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, arahan, dan kepercayaan kepada

penulis;

4. Bapak Drs. Dwi Budi Harto, M.Sn. selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan perwalian serta arahan kepada penulis;

5. Bapak Jamal, selaku CEO dari PT. Pismatex, Bapak Widi selaku

Manajer Pemasaran, Bapak Agus selaku Creative Design Supervisor,

Bapak Wawan, Mas Yoyon, Mbak Iha yang telah membantu banyak

(6)

7. Bapak saya, Drs. Rachmat Hartowiyono, Ibu saya, Dra. Siti

Maemunah, Adik saya, Riffat Iman Hirzi yang telah memberi doa

restu, kasih sayang, dorongan moril, spriritual, dan materi kepada

penulis;

8. Aqsho, Kinan, Bagas, Angga, Anto, Bryan, Sueb, Nana, Ning, Irene,

Ajis, Vian, Mas Galih, Mas Bejo, Fandi, Degi, Danang, Maman, Eka,

Dian, Yosi, dan teman-teman Seni Rupa DKV 2010 yang selalu

memberi inspirasi, motivasi, dan pengalaman yang tidak terlupakan;

9. Amel, Ayu, Iim, Nunung, Utari, Rafika, Mayang, Kina, Sofi, Novi,

Evi, Irda, Indri, Fitri, Mba Tika, Mba Nay, yang selalu membagi

keceriaan setiap harinya;

10.Oki, Nikmah, Laely, Sifa, Afiet, Satya, Phintani, Intan, Iis, Patris,

Arifina, Rista;

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap Proyek Studi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi

berbagai pihak.

Semarang, Maret 2015

(7)

Semarang. Pembimbing Eko Haryanto, S.Pd., M.Ds.

Kata Kunci: Sarung, Tenun, Media Promosi, Gajah Duduk

Sarung merupakan sandang yang banyak dikenakan oleh masyarakat Indonesia, baik digunakan sehari-hari atau sebagai atribut ibadah umat muslim, hingga kaitannya dengan tradisi tenun di Indonesia. Gajah Duduk adalah salah satu brand sarung produksi PT. Pismatex. Sarung Gajah Duduk adalah sarung yang ditenun dengan mesin yang di produksi dalam banyak pilihan varian motif dan warna. Beberapa varian produk sarung Gajah Duduk diproduksi dengan menerapkan motif khas Indonesia, namun produk-produk tersebut belum banyak dikenal oleh konsumen sehingga tingkat penjualannya masih rendah, apabila dibandingkan dengan varian motif yang sudah umum. Tujuan proyek studi ini adalah: (1) Menghasilkan ragam media promosi untuk mengenalkan enam varian produk sarung Gajah Duduk dengan motif khas Indonesia yang belum diperkenalkan dengan baik pada konsumen, (2) Memperbaiki dan menambahkan ragam media promosi terdahulu untuk enam varian produk sarung Gajah Duduk bermotif khas Indonesia, (3) Menyampaikan nilai yang terkandung dalam produk sarung Gajah Duduk bermotif khas Indonesia kepada konsumen melalui media promosi.

Metode perancangan media promosi dilakukan dengan menganalisis target audience, kemudian mencari ide dan berkonsultasi dengan klien, selanjutnya dilakukan proses produksi yaitu persiapan peralatan, membuat sketsa, proses perancangan media promosi, proses cetak dan membangun karya, lalu menentukan penempatan atau sasaran media.

Media promosi dirancang dengan menerapkan konsep bertajuk „Warna -Warni Tenun Indonesia‟ untuk 6 (enam) varian sarung Gajah Duduk yang memiliki motif khas Indonesia. Terdapat beberapa kategori bentuk media promosi, yaitu Stationery Set, Iklan Media Cetak, Merchandise, Kalender, Kemasan primer dan sekunder, dan CD Interaktif berupa profil media promosi. Pada media promosi diterapkan unsur visual yang serupa untuk menguatkan kesatuan karakter dari keenam varian produk bermotif khas Indonesia. Kecuali pada unsur visual yang diterapkan pada kemasan primer, yang lebih mengkomunikasikan karakter setiap varian secara khusus.

(8)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

2.5.1. Pengertian Komunikasi ... 12

2.5.2. Unsur-unsur Komunikasi ... 13

2.5.3. Macam-macam Komunikasi ... 15

2.2. Desain Komunikasi Visual ... 18

2.2.1. Pengertian Desain Komunikasi Visual ... 18

2.2.2. Unsur-unsur Visual ... 19

2.2.3. Prinsip Desain Komunikasi Visual ... 27

2.3.Komunikasi Pemasaran ... 31

2.3.1. Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 31

2.3.2. Ruang Lingkup Komunikasi Pemasaran ... 32

2.3.3. Promotion Mix ... 34

2.3. Struktur Iklan ... 36

2.4. Tipografi ... 40

2.5.1. Pengertian Tipografi ... 40

(9)

2.7. Profil PT. Pismatex ... 43

2.8. Brand Gajah Duduk ... 45

BAB 3 METODE PERANCANGAN... 58

3.1. Media Komunikasi Visual ... 58

3.1.1. Stationery Set ... 58

3.5.1. Identifikasi Masalah ... 74

3.5.2. Analisis targetaudience ... 74

3.5.3. Pencarian Ide dan Proses Konsultasi dengan Klien ... 75

3.5.4. Persiapan Peralatan ... 76

3.5.5. Rough Sketch... 77

3.5.6. Perancangan Media Promosi ... 77

3.5.7. Proses Pencetakan dan Membangun Karya ... 78

3.5.8. Penempatan Media/Sasaran Media ... 78

BAB 4 DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA ... 82

4.1.Logo Media Promosi ... 82

4.2.Stationery Set ... 89

4.2.1. Kop Surat ... 89

4.2.2. Amplop Surat ... 93

(10)

4.5.Kemasan Primer ... 134

4.5.1. Kemasan Gajah Duduk Ikat ... 134

4.5.2. Kemasan Gajah Duduk Tikar ... 141

4.5.3. Kemasan Gajah Duduk Batavia ... 148

4.5.4. Kemasan Gajah Duduk 4000 Spesial ... 156

4.5.5. Kemasan Gajah Duduk Batik ... 164

4.5.6. Kemasan Gajah Duduk Songket ... 172

4.6.Kemasan Sekunder ... 181

4.7.Iklan Media Cetak ... 185

4.8.Profil Media Promosi ... 190

4.9.CD Profil Media Promosi dan CD Case ... 198

4.10. Merchandise ... 201

4.10.1.T-Shirt I ... 201

4.10.2.T-Shirt II ... 203

4.10.3. Jam Dinding ... 205

4.10.4. Mug ... 207

4.10.5. Pin ... 209

4.10.6. Gantungan Kunci ... 211

BAB 5 PENUTUP ... 214

5.1.Simpulan ... 214

5.2.Saran ... 215

DAFTAR PUSTAKA ... 216

(11)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Tema

Promosi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari proses

produksi suatu perusahaan. Untuk melakukan kegiatan promosi dibutuhkan media

promosi. Media promosi adalah sarana penyampaian pesan dari produsen kepada

konsumen. Adanya hubungan komunikasi dari produsen kepada konsumen akan

berdampak pada tingkat penjualan hasil produksi. Komunikasi akan terjadi jika

pembuat pesan dan penerima pesan mempunyai persamaan makna. Akan

dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang

dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dikomunikasikan (Effendy,

1984:9). Apabila sebuah perusahaan produsen menyampaikan pesan dengan baik

kepada konsumen mengenai hasil produksinya, maka konsumen akan memberi

timbal balik yang baik pula, salah satunya yaitu dengan membeli produk.

Sarung merupakan kain berbentuk persegi panjang yang kedua sisinya

disatukan dengan cara dijahit dan digunakan sebagai sandang bawahan. Sarung

pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, oleh para saudagar dari Arab

dan Gujarat yang juga menyebarkan agama Islam. Hingga saat ini, sarung identik

sebagai atribut ibadah yang dikenakan oleh umat muslim laki-laki di Indonesia.

Selain itu, di Indonesia sarung juga merupakan atribut tradisional, yaitu

sebagai pakaian adat. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki motif sarung

(12)

arti dan fungsi tersendiri dalam setiap bentuk dan motif sarung, salah satunya

yaitu sebagai patokan kelas sosial bagi penggunanya. Walaupun terdapat banyak

perbedaan sarung di setiap daerah, namun cara pembuatan kain sarung di

Indonesia menggunakan teknik yang sama hampir di seluruh penjuru negeri, yaitu

dengan teknik tenun. Teknik tenun menjadi pemersatu dari semua perbedaan

mengenai sarung di Indonesia. (http://forum.epi.edu/index.php?topic=11837.0)

Keberagaman motif tekstil, terutama pada sarung merupakan salah satu

pencapaian kebudayaan yang paling menonjol di Indonesia. Pengaruh komoditi

tekstil di Indonesia selama berabad-abad memiliki peran penting dalam hubungan

perdagangan antar pulau maupun perdagangan internasional yang telah

berkembang sejak dahulu kala. Menurut Okke-Hatta Rajasa (2000:12) terdapat

penggunaan komponen yang sama dalam tradisi tekstil di Indonesia, contohnya

dalam teknik pembuatan dan penggunaan serat kayu sebagai bahan. Dapat dilihat

juga banyak kesamaan dalam cara atau gaya mengenakannya di seluruh daerah di

Indonesia, dengan beberapa variasi sebagai ciri khas kedaerahan. Cara memakai

kain tenun yang paling umum bagi pria dan wanita adalah dengan menjahitnya

menjadi berbentuk seperti tabung (persegi panjang yang dijahit kedua sisinya

dijahit, sehingga terbentuk lubang di tengah) dan memakainya seperti rok atau

dikenal juga dengan sebutan Sarong atau Sarung yang digunakan sebagai sandang

bawahan.

Semakin berkembangnya zaman, banyak hasil karya manusia yang tertelan

masa dan secara sadar dianggap sebagai hal kuno. Budaya yang dulu pernah

(13)

sebagai suatu warisan atau barang antik tanpa diketahui nilai yang sesungguhnya.

Hal ini terjadi karena keberadaan hal-hal tradisional tergeser oleh hal-hal baru dan

digantikan oleh budaya modern yang bukan budaya asli dari Indonesia, seperti

kecanggihan teknologi yang mempermudah segalanya yang membuat manusia

terlena.

PT. Pismatex merupakan salah satu production holdings yang terbesar di

Indonesia. Salah satu hasil produksi adalah merek sarung Gajah Duduk yang juga

salah satu merek sarung terbesar di Indonesia dan telah merambah pasar tekstil

Internasional yang sudah berjalan di Asia Tenggara.

Sarung dengan merek yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia adalah

sarung yang ditujukan untuk pengguna laki-laki sebagai atribut keagamaan. Hal

tersebut tentunya merupakan fungsi sarung yang terbatas. Namun penulis melihat

perbedaan yang cukup signifikan dari segi motif produk pada merek sarung Gajah

Duduk dengan merk sarung lain. Merek Gajah Duduk memiliki varian sarung

dengan konsep motif yang diadaptasi dari motif-motif sarung khas Indonesia,

sehingga dapat ditujukan kepada khalayak yang lebih luas lagi dan memiliki nilai

yang lebih tinggi dari sekedar sarung biasa, namun juga menjadi suatu makna

apresiasi pada motif khas Indonesia dan juga sebagai item fashion.

Meskipun memiliki konsep produk yang unik, PT. Pismatex belum pernah

memiliki media promosi yang dikhususkan untuk varian sarung dengan motif

khas Indonesia. Media promosi yang dijalankan pada umumnya mewakili

keseluruhan varian produk secara umum, sehingga dikhawatirkan masyarakat

(14)

Indonesia. Karenanya tingkat penjualan produk sarung Gajah Duduk dengan motif

khas Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, jika dibandingkan dengan

sarung Gajah Duduk lain dengan motif yang sudah umum. Akibatnya hingga

terdapat sebuah produk sarung bermotif khas Indonesia yang mulai dihentikan

proses produksinya, karena hasil penjualan yang kurang memuaskan.

Dari pemaparan yang telah disampaikan, dapat diketahui bahwa terdapat

masalah dalam segi promosi untuk varian produk sarung Gajah Duduk dengan

motif khas Indonesia. Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat

ragam media promosi yang ditujukan untuk mempromosikan varian produk

sarung Gajah Duduk dengan motif khas Indonesia secara khusus, dengan harapan

masyarakat dapat mengenal dan menerima produk, sehingga penjualannya akan

meningkat. Perkembangan teknologi dan lingkungan yang senantiasa berubah

membuat setiap perusahaan harus lebih jeli dalam memilih media promosi yang

digunakan dalam pemasaran hasil produksinya. Kegiatan promosi yang dilakukan

oleh suatu perusahaan juga harus mengikuti perkembangan teknologi dan

menyesuaikan pasar.

Menurut Kotler dan Keller (2009:31), inti dari program pemasaran adalah

penawaran perusahaan yang berwujud, mencakup kualitas produk, desain, fitur,

dan kemasan. Perusahaan juga harus menentukan bagaimana menghantarkan

kepada pasar sasarannya nilai yang terkandung dalam produk dan melakukan

komunikasi yang tepat sasaran kepada pasar tentang nilai tersebut. Yang perlu

disampaikan oleh media promosi bukan hanya sekedar pengetahuan pokok

(15)

Dalam proyek studi ini, media promosi dirancang sebagai pembaruan,

perbaikan, dan pengembangan dari promosi yang telah digunakan oleh PT.

Pismatex. Berdasarkan permasalahan pemasaran mengenai produk sarung yang

bermotif khas Indonesia, konsep yang diangkat dalam perancangan media

promosi ini adalah „Warna-Warni Tenun Indonesia‟. Yang ingin disampaikan dari

konsep ini yaitu pengenalan varian produk sarung Gajah Duduk yang mengangkat

motif-motif khas Indonesia. Konsep ini juga ditujukan untuk menanamkan

kesadaran pada masyarakat bahwa Indonesia memiliki berbagai macam tradisi

tenun yang indah dan berwarna-warni, sehingga perancangan ini khusus ditujukan

untuk mempromosikan varian-varian produk sarung Gajah Duduk bermotif khas

Indonesia.

1.2.Alasan Pemilihan Jenis Karya

Dalam proyek studi ini, permasalahan yang terjadi pada PT. Pismatex

berkaitan dengan tingkat penjualan yang rendah dan belum didukung oleh media

promosi yang dikhususkan untuk varian produk sarung Gajah Duduk dengan

motif khas Indonesia. Maka, pemecahan masalah dengan metode desain

komunikasi visual dapat dilakukan dengan perancangan media promosi yang

dikhususkan untuk varian-varian produk tersebut. Selain itu, perancangan media

promosi ini juga ditujukan untuk menyampaikan pengetahuan mengenai nilai

kearifan lokal yang tercermin dari motif yang diterapkan pada produk.

Media promosi yang akan dirancang merupakan pembaruan, perbaikan,

dan pengembangan dari media yang telah digunakan sebelumnya oleh PT.

(16)

penyampaiannya yang disesuaikan dengan target audience. Media promosi yang

telah ada dibuat untuk mempromosikan produk sarung Gajah Duduk secara

umum, salah satunya yaitu dibuatnya tagline untuk merek Gajah Duduk bertajuk

„Kreasi Indonesia‟ pada tahun 2009, yang secara sadar diterapkan untuk produk

Gajah Duduk secara keseluruhan dan mengacu pada sarung sebagai hasil karya

kreasi yang berasal dari Indonesia, dan belum mengacu pada penggambaran

produk dari segi motif. Untuk itu, perancangan media promosi ini dibuat untuk

mempromosikan secara khusus varian produk sarung Gajah Duduk yang

dikategorikan dalam segi motif, yaitu motif khas Indonesia. Oleh karena itu

dibutuhkan konsep yang terarah dalam mengupayakan komunikasi yang baik

kepada konsumen demi keberhasilan pemasaran varian produk Gajah Duduk

motif khas Indonesia, yaitu dibuatnya media promosi dengan dasar konsep yang

bertajuk „Warna-Warni Tenun Indonesia‟.

Dalam proyek studi ini, ragam media promosi yang diperhitungkan agar

penyampaiannya mengenai Warna-Warni Tenun Indonesia yang lebih mendalam

akan sampai pada target audience dengan baik. Media promosi yang dirancang

ditujukan sebagai media promosi yang dekat dengan penggunaan sehari-hari,

dekat dan dapat dimiliki oleh konsumen. Untuk tujuan tersebut, sebelumnya PT.

Pismatex telah menggunakan media promosi berupa stationery set, agenda,

kalender meja dan dinding, kemasan primer, iklan media cetak, dan merchandise,

yang mana akan dibuat ulang dalam proyek studi ini yang disesuaikan dengan

(17)

goodie bag dan multimedia interaktif berupa profil media promosi yang

dijalankan secara offline menggunakan CD (CompactDisc).

Media promosi berupa stationery set digunakan oleh perusahaan dalam

kepentingan surat menyurat perusahaan, yang di dalamnya terdapat point of sale

materials yaitu alamat dan nomor telefon. Stationery set berisikan alat tulis

menulis, dan juga kartu nama.

Pembuatan media promosi berupa agenda lebih ditujukan kepada

orang-orang di dalam perusahaan, seperti pegawai untuk tujuan pribadi perusahaan.

Agenda digunakan sebagai buku untuk mencatat berbagai hal seputar perusahaan

dan pekerjaan di dalamnya sesuai dengan keinginan pemiliknya. Salah satu alasan

dirancangnya agenda yaitu untuk menjaga loyalitas bagi para pegawai dari PT.

Pismatex. Agenda dirancang dengan menerapkan karakter dari sarung Gajah

Duduk dan digunakan setiap saat akan mudah diingat dan melekatkan brand di

dalam hati orang-orang yang bekerja di dalamnya.

Kemasan pokok dan kemasan sekunder juga merupakan media promosi

langsung yang sangat menentukan penjualan produk, konsumen akan tertarik pada

sebuah produk berdasarkan apa yang bisa dilihat sebagai sampul atau

pembungkusnya. Kemasan pokok merupakan kemasan yang membungkus

langsung sebuah produk, sedangkan kemasan sekunder merupakan kemasan yang

dibuat untuk mempermudah membawa kemasan pokok, dalam perancangan ini

kemasan sekunder atau seringkali disebut dengan goodie bag, dibuat dengan

bahan kain, yang juga memiliki fungsi mengurangi sampah plastik, karena dapat

(18)

Pemilihan iklan majalah ditujukan untuk mengenalkan produk kepada

konsumen melalui majalah. Iklan majalah untuk media promosi ini diutamakan

untuk diterapkan pada majalah yang mengulas tentang budaya dan wisata. Salah

satunya adalah kategori majalah inflight magazine, seperti Majalah Garuda dan

LionMag yang hanya beredar dalam penerbangan sipil saja. Dalam hal ini, iklan

ditujukan untuk menarik wisatawan. Produk sarung gajah duduk ditawarkan

bukan sebagai sarung yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari, namun lebih

dicondongkan sebagai produk sarung yang berkaitan dengan budaya dan

mengandung unsur estetis. Karena pada umumnya wisatawan selalu berusaha

mencari item yang berkaitan dengan sebuah kebudayaan, kesenangan, dan seni.

Multimedia Interaktif merupakan media promosi yang tidak dicetak dalam

sebuah media seperti kertas maupun bahan lain. Multimedia Interaktif hanya

dapat ditampilkan dalam perangkat digital. Dalam perancangan ini, Multimedia

Interaktif akan ditampilkan dengan menggunakan perangkat komputer.

Multimedia Interaktif yang disajikan diperbanyak dengan menggunakan CD

(Compact Disc), sehingga sering disebut juga dengan CD Interaktif. Multimedia

Interaktif semacam ini digunakan dalam hal presentasi mengenai profil singkat

perusahaan dan informasi-informasi lain mengenai perusahaan yang ditampilkan

secara singkat. Multimedia Interaktif ditujukan untuk kegiatan BtoB (Brand to

Brand), dengan sasaran yaitu perorangan atau perusahaan lain yang memiliki

(19)

Pembuatan merchandise ditujukan kepada konsumen pada saat diadakan

event tertentu, atau konsumen merupakan pemborong ataupun tengkulak dari

produk sarung Gajah Duduk.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, berikut merupakan

rumusan masalah yang perlu dipecahkan dalam proyek studi ini:

1. Belum adanya promosi yang dikhususkan, sehingga berdampak

terhadap ketidaktahuan masyarakat tentang konsep yang terkandung

pada motif khas Indonesia yang terdapat dalam beberapa varian

produk sarung Gajah Duduk;

2. Kurangnya kualitas media promosi yang ada kurang berpengaruh

terhadap tingkat penjualan varian produk sarung Gajah Duduk dengan

motif khas Indonesia;

3. Nilai kebudayaan yang terkandung dalam varian sarung Gajah Duduk

bermotif khas Indonesia belum tersampaikan dengan jelas pada media

promosi yang telah ada.

1.4.Tujuan dan Manfaat 1.4.1. Tujuan

Tujuan Perancangan adalah suatu pencapaian akhir yang diharapkan dari

suatu perancangan yang telah disusun atau direncanakan sebelumnya. Adapun

(20)

1. Untuk menghasilkan ragam media promosi untuk mengenalkan enam

varian produk Sarung Gajah Duduk dengan motif khas Indonesia yang

belum diperkenalkan dengan baik pada konsumen;

2. Untuk memperbaiki dan menambahkan ragam media promosi

terdahulu untuk enam varian produk sarung Gajah Duduk bermotif

khas Indonesia;

3. Untuk menyampaikan nilai yang terkandung dalam produk sarung

Gajah Duduk bermotif khas Indonesia kepada konsumen melalui

media promosi.

1.4.2. Manfaat

Manfaat dari perancangan media promosi untuk produk sarung Gajah

Duduk produksi PT. Pismatex adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis:

Meningkatkan kreativitas berkarya penulis dalam bidang desain

komunikasi visual terutama dalam hal perancangan media promosi. Selain

itu penulis menjadi jeli dengan permasalahan yang ada di masyarakat dan

mampu mencari pemecahan masalah yang ada melalui desain komunikasi

visual. Juga memberikan pengetahuan lebih dan juga keinginan untuk

mendalami hal-hal yang baru.

2. Bagi Klien

Manfaat bagi PT. Pismatex adalah terciptanya media promosi yang

(21)

produk sarung Gajah Duduk produksi PT. Pismatex. Sehingga diharapkan

dapat meningkatkan omset perusahaan.

3. Bagi Lembaga

Dapat menjadi sumber informasi dan referensi mengenai

perancangan media promosi perusahaan yang bergerak di bidang yang

serupa.

4. Bagi Mayarakat/Konsumen

Masyarakat dapat mengenal produk beserta perusahaan

produksinya dengan lebih baik sebagai salah satu alternatif pilihan dalam

membeli produk tekstil terutama sarung. Selain mengenal produk

masyarakat juga mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam

mengenai produk yang dipromosikan, tidak hanya sebagai produk yang

dapat dipakai, namun makna dari produk tersebut yang merupakan hasil

kreativitas asli Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi dan berkesadaran

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa

Latin communis yang berarti „sama‟, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti „membuat sama‟ (to make common). Istilah communis

adalah istilah yang paling sering digunakan sebagai asal-usul komunikasi, yang

merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa

suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana,

2005:4).

Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,

atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media

(Effendy, 2005:5).

Menurut Effendy (2005:10), komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada

kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Komunikatif terjadi apabila

kedua pihak mengerti bahasa yang dipergunakan. Proses Komunikasi primer

merupakan penyampaian pikiran kepada orang lain menggunakan lambang

sebagai media (bahasa, kial, isyarat, gambar, warna). Sedangkan komunikasi

sekunder menggunakan alat/sarana sebagai media kedua setelah memakai

(23)

2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

Unsur komunikasi adalah yang membuat komunikasi dapat berjalan. Setiap unsur

akan saling mempengaruhi, dan jika salah satu unsur terganggu maka proses

komunikasi dapat dikatakan miscommunication (tidak efektif).

Dari pengertian komunikasi yang telah disampaikan, komunikasi hanya dapat

terjadi apabila ada seorang yang menyampaikan pesan dan seorang yang

menerima pesan dengan tujuan tertentu. Terdapat berbagai macam pandangan

mengenai jumlah unsur atau elemen yang mendukung terjadinya suatu proses

komunikasi.

Menurut Harold Lasswell dalam The Structure and Function of Communication in

Society dalam Effendy (2005:10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who says

What in Which Channel To Whom With What Effect?

Dari paradigma Lasswell di atas dapat diketahui bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni:

- Komunikator (communicator, source, sender)

- Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

- Efek (effect, impact, influence)

Komunikator merupakan sumber dari pesan yang ingin dikomunikasikan, bisa

terdiri dari satu orang maupun dalam bentuk kelompok seperti organisasi atau

(24)

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan

oleh komunikator kepada komunikan (penerima pesan). Pesan dapat disampaikan

secara langsung ataupun melalui media komunikasi. Isi dari pesan dapat berupa

pengetahuan, hiburan, informasi, ajakan, propaganda, dan lain-lain.

Media dalam komunikasi adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan isi

pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Komunikasi antar pribadi dapat

menggunakan panca indera manusia sebagai penyampai pesannya. Dalam

komunikasi massa, media komunikasi merupakan alat yang dapat

menghubungkan antara sumber dan penerima secara terbuka, dimana setiap prang

dapat melihat dan mendengarnya. Media komunikasi massa dapat berupa media

cetak maupun media elektronik. Media cetak antara lain adalah surat kabar,

majalah, poster, selebaran, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik antara lain

adalah televisi, radio, film, intenet, dan lain-lain.

Komunikan merupakan pihak yang menjadi sasaran dari pesan yang disampaikan

oleh komunikator. Penerima bisa terdiri dari seorang maupun dalam bentuk

kelompok kecil maupun besar. Komunikan lebih sering dikenal sebagai audience

atau receiver. Jika pesan tidak diterima oleh komunikan, maka masalah tersebut

akan kembali lagi pada komunikator maupun pesan dan harus dilakukan

perubahan dari awal sebuah komunikasi berlangsung.

Efek atau pengaruh dalam sebuah komunikasi adalah antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, atau dilakukan oleh komunikan setelah menerima pesan dari

komunikator. Pengaruh dapat terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku

(25)

perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan

seseorang akibat penerimaan pesan. Efek juga dapat berupa timbal balik dari

komunikan kepada komunikator maupun terhadap pesan yang disampaikan.

2.1.3. Macam-macam Komunikasi

Menurut Kusrianto (2009:4), terdapat berbagai macam komunikasi. Antara lain

sebagai berikut:

1. Komunikasi verbal atau lisan

Pada jenis komunikasi ini dipergunakan pengucapan maupun bunyi-bunyian serta

telinga sebagai sensasi dengar. Komunikasi jenis ini disampaikan dengan bahasa

lisan, yang berupa bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa gaul, dan lain-lain

yang digunakan sesuai dengan bahasa yang dapat diterima oleh masing-masing

komunikator dan komunikan. Kemudian terdapat juga auditory, yaitu komunikasi

yang menggunakan bunyi-bunyian, suara, seperti pembawaan pada musik

dukacita yang dapat membawa suasana yang khusyuk dan sebagainya.

2. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang merujuk pada tulisan, yaitu

disampaikan melalui visual dalam bentuk tulisan. Contohnya adalah surat kabar,

selebaran, majalah, dan sebagainya.

3. Komunikasi tactual

Komunikasi tactual menggunakan kulit sebagai sensasi rabaan. Beberapa contoh

komunikasi tactual adalah tulisan dari huruf Braille untuk kaum tunanetra, sampel

dengan tekstur kertas, kain, keramik, dan lain-lain.

(26)

Komunikasi olfactoral menggunakan hidung sebagai alat penerima pesannya.

Salah satu contohnya seperti pada sampel parfum yang disediakan oleh penjual

parfum yang dapat menarik calon pembeli.

5. Komunikasi pengecap (taste from tongue)

Komunikasi jenis ini menggunakan alat indera lidah sebagai sensasi pengenal

rasa.

6. Komunikasi tubuh

Komunikasi tubuh merupakan komunikasi yang sudah digunakan sejak zaman

primitif sebelum manusia mengenal jenis komunikasi yang lain. Bahasa tubuh

digunakan dalam mengekspresikan suatu maksud. Terdapat beberapa kelompok

komunikasi tubuh, antara lain sebagai berikut:

a. Kinesika, yaitu gerakan tubuh dalam komunikasi nonverbal yang

merujuk pada sikap tubuh dan gerakan tubuh. Kinesika biasanya

digunakan oleh penderita tuna rungu.

b. Body language, contohnya pada orang yang sedang gelisah, tanpa

sengaja akan menunjukkan gerakan-gerakan tubuh yang

memperlihatkan gejala kegelisahan.

c. Disiplin Ilmu Kepribadian, yaitu ilmu untuk meningkatkan citra

kepribadian yang baik.

d. Olah tubuh dalam peran, yaitu melakukan gerakan yang dibutuhkan

dalam sebuah peran seperti pada teater, pantomim, tarian dengan

tujuan untuk mengkomunikasikan suatu cerita melalui olah tubuh.

(27)

Komunikasi jenis ini menggunakan kekuatan pikiran untuk memperngaruhi

pikiran atau sugesti seseorang. Contohnya yaitu hipnotis, telepati, dan hipnoterapi.

Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan

untuk menggerakkan indera ke enam nya.

8. Komunikasi perilaku

Perilaku atau kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang merupakan sebuah

informasi penting mengenai orang itu. Setiap orang memiliki kebiasaan yang

berbeda-beda, dengan kebiasaan itu akan menjadi ciri khas atau identitas

seseorang yang dikenal oleh orang-orang disekitarnya.

9. Komunikasi menggunakan teknologi

Komunikasi dengan menggunakan teknologi memungkinkan manusia melakukan

komunikasi yang dilakukan dari jarak yang jauh. Misalnya adalah telefon

genggam, televisi, video call, radio, dan lain-lain.

10. Komunikasi visual

Komunikasi visual menggunakan mata sebagai alat penglihatan untuk menerima

pesan. Komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual,

dimana unsur dasar bahasa visual adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan

dapat digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan.

11. Pesan multiindera

Pesan multiindera adalah pesanyang memanfaatkan lebih dari satu indera.

2.2.Desain Komunikasi Visual

(28)

Desain merupakan kata serapan dari kata dalam bahasa Inggris, design. Design

dalam kamus besar bahasa Inggris dapat berarti pola, konstruksi, model, yang

menunjukkan design sebagai sebuah kata benda (noun). Namun juga design dapat

berarti merancang yang merupakan bentuk dari kata kerja (verb). Seperti yang

dikemukakan oleh John Heskett (2005:3), design is to design a design to produce

a design. Heskett menyebutkan empat kali kata „design’ dalam pengertian design

itu sendiri. Kata pertama merupakan kata design yang berarti ilmu. Kata kedua

yaitu to design yang merupakan kata kerja (verb) yang berarti merancang. Kata

ketiga adalah a design yang berupa kata benda (noun) yang berarti sebuah

rancangan. Dan kata keempat a design juga merupakan kata benda (noun) yang

berarti hasil rancangan.

Dikatakan Umar Hadi (1993), sebagai bahasa, desain komunikasi visual adalah

ungkapan ide, dan pesan dari perancang kepada publik yang dituju melalui simbol

berwujud gambar, warna, tulisan dan lainnya. Ia akan komunikatif apabila bahasa

yangdisampaikan itu dapat dimengerti oleh publik. Ia juga akan berkesan apabila

dalampenyajiannya itu terdapat suatu kekhasan atau keunikan sehingga ia tampil

secaraistimewa, mudah dibedakan dengan yang lain. Maka dalam berkomunikasi,

diperlukansejumlah pengetahuan yang memadai seputar siapa publik yang dituju,

dan bagaimanacara sebaik-baiknya berkomunikasi dengan mereka.

Supriyono (2010:9) mengatakan bahwa desain grafis kini lebih dikenal sebagai

Desain Komunikasi Visual, karena memiliki peran mengkomunikasikan pesan

atau informasi kepada pembaca dengan berbagai kekuatan visual, seperti tipografi,

(29)

komunikasi dikategorikan sebagai commercial art karena merupakan paduan

antara seni rupa (visual art) dan keterampilan komunikasi untuk tujuan bisnis.

Kusrianto (2007:12), menjabarkan Desain Komunikasi Visual ke dalam tiga kata

penyusunnya. Desain berarti perancangan estetika, cita rasa, dan kreativitas.

Komunikasi berarti ilmu yang menyampaikan maupun sarana menyampaikan

pesan, dan Visual berarti sesuatu yang dapat dilihat. Menurut definisinya, Desain

Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari segala upaya untuk

menciptakan suatu rancangan alias desain yang bersifat kasat mata (visual) untuk

mengkomunikasikan maksud, maka itu sebetulnya hanya terbatas pada sepotong

saja dari tujuan tatanan estetika yang lebih luas.

2.2.2. Unsur-Unsur Visual

Menurut Kusrianto (2009: 30), untuk mewujudkan suatu tampilan visual, terdapat

beberapa unsur yang diperlukan, antara lain sebagai berikut:

1. Titik

Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi

memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung ditampilkan

dalam bentuk kelompok dengan variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu.

2. Garis

Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap

pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau

coretan, juga menjadi batas (limit) suatu bidang atau warna yang saling bertemu.

(30)

ditampilkan dalam bentuk garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag, gelombang,

dan lain sebagainya. Kualitas dari sebuah garis dapat diukur dari tiga hal, yaitu

orang yang membuatnya, alat yang digunakan, dan bidang dasar tempat garis

digoreskan.

3. Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari

bentuknya, bidang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang

geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang

geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya. Bidang dapat

dihadirkan dengan menyusun titik-titik maupun garis dengan kepadatan tertentu,

dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis

atau lebih.

4. Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak

antar objek berunsur titik, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada

perwujudan tiga dimensi, sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang

nyata dan ruang semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual

sebenarnya tidak dapat diraba, namun dapat dimengerti.

5. Warna

Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung

keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang diterima oleh mata

(31)

adalah Hue (spektrum warna), Saturation (nilai kepekatan), dan Lightness (nilai

cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut memiliki nilai 0 hingga 100.

Unsur yang paling menentukan adalah lightness. Jika ia bernilai 0, maka seluruh

palet warna akan menjadi hitam (gelap tanpa cahaya), sebaliknya jika lightness

bernilai 100, maka palet warna akan berwarna putih saja, tidak berwarna karena

terlalu silau. Pada nilai 40 sampai 50, maka akan didapatkan warna-warna yang

jelas.

Menurut Sanyoto (2010:46), nirmana digunakan untuk melatih kepekaan artistik

dan melatih keterampilan teknis kesenirupaan. Berikut ini dijelaskan tentang

bahasa rupa warna berupa karakter dan simbolisasi warna, jika warna telah

berubah menjadi lebih muda, tua, atau menjadi redup , karakternya pun dapat

berubah.

- Kuning

Warna kuning berasosiasi dengan matahari yang menunjukkan keadaan terang dan

hangat. Kuning memiliki karakter terang, gembira, ramah, supel, riang, cerah,

hangat. Kuning melambangkan kecerahan, kehidupan, kemenangan, kegembiraan,

kemeriahan, kecemerlangan, peringatan, dan humor.

Kuning cerah adalah warna emosional yang menggerakkan energi dan keceriaan,

kejayaan, dan keindahan. Kuning emas melambangkan keagungan, kemewahan,

kejayaan, kemegahan, kemuliaan, dan kekuatan. Kuning sutera adalah warna

marah. Kuning tua dan kuning kehijau-hijauan mengasosiasikan sakit, penakut,

iri, cemburu, bohong, dan luka.

(32)

Warna jingga atau oranye berasosiasi dengan warna awan jingga atau juga buah

jeruk. Awan jingga terlihat pada pagi hari, saat peralihan dari gelap menjadi

terang, sehingga melambangkan kemerdekaan, anugerah, kehangatan. Namun

juga terlihat saat menjelang malam yang melambangkan bahaya. Jingga dapat

menimbulkan sakit kepala, mempengaruhi sistem syaraf, menggetarkan jiwa, dan

menimbulkan nafsu makan. Warna ini cukup mencolok sehingga digunakan agar

dapat dilihat banyak khalayak, seperti pakaian petugas pemadam kebakaran, atau

digunakan untuk penjual obral.

- Merah

Warna merah dapat berasosiasi dengan darah, api, dan panas. Karakternya kuat,

cepat, enerjik, semangat, gairah, marah, berani, bahaya, positif, agresif,

merangsang, dan panas. Warna ini merupakan simbol umum dari sifat nafsu

primitif, marah, berani, perselisihan, bahaya, perang, seks, kekejaman, dan

kesadisan. Bersifat menaklukan, ekspansif, dan dominan (berkuasa). Warna ini

paling populer pada wanita. Merah dapat meningkatkan tekanan, darah dan detak

jantung. Namun merah muda memiliki arti kesehatan, kebugaran, dan keharuman.

- Ungu

Ungu memiliki watak angkuh, kebesaran, dan kekayaan. Ungu merupakan

pencampuran merah dan biru, sehingga membawa atribut-avribut dari kedua

warna tersebut. Merah merupakan lambang keberanian, sedangkan biru

melambangkan aristocratic, kebangsawanan, sehingga warna ungu adalah warna

raja, yang memang digemari oleh raja-raja kuno. Ungu juga melambangkan

(33)

- Biru

Biru berasosiasi dengan air, laut, langit, dan di barat pada es. Biru memiliki watak

dingin , pasif, melankoli, sayu, sendu, sedih, tenang, berkesan jauh, mendalam,

tak terhingga, namun cerah. Biru melambangkan keagungan, keyakinan,

keteguhan iman, kesetiaan, kebenaran, kemurahan hati, kecerdasan, perdamaian,

stabilitas, keharmonian, kesatuan, dan kepercayaan, dan keamanan. Biru dapat

menenangkan jiwa dan mengurangi nafsu makan.

- Hijau

Hijau berasosiasi dengan hijaunya alam, tumbuh-tumbuhan, sesuatu yang hidup

dan berkembang. Hijau berwatak segar, muda, hidup, tumbuh, dan beberapa

watak yang menyerupai warna biru. Warna hijau relatif lebih netral pengaruh

emosinya, sehingga cocok untuk istirahat. Hijau sebagai pusat spektrum

menghadirkan keseimbangan yang sempurna dan sebagai sumber kehidupan.

Hijau melambangkan kesuburan, kesetiaan, keabadian, kebangkitan, kesegaran,

kemudaan, keremajaan, keyakinan, kepercayaan, keimanan, pengharapan,

kesanggupan, keperawanan, kementahan/belum berpengalaman, kealamian,

lingkungan, keseimbangan, kenangan, dan kelarasan.

- Putih

Putih merupakan warna paling terang. Putih berasosiasi dengan salju di Barat.

Adapun di Indonesia, warna ini berasosiasi pada sinar putih berkilauan, kain

kafan, sehingga memberi ketakutan pada anak. Putih memiliki watak positif,

merangsang, cerah, tegas, mengalah. Warna ini melambangkan cahaya, kesucian,

(34)

kebenaran, kesopanan, keadaan tak bersalah, kehalusan, kelembutan, kewanitaan,

kebersihan, simpel, kehormatan. Di Barat, putih sebagai kostum pengantin wanita

sebagai lambang kesucian, tapi juga simbol peletakan senjata dan tanda menyerah.

- Hitam

Hitam merupakan warna tergelap. Warna ini berasosiasi dengan kegelapan

malam, kesengsaraan, bencana, perkabungan, kebodohan, misteri, ketiadaan, dan

keputusasaan. Karakter warna ini adalah menekan, tegas, mendalam dan

depresive. Hitam melambangkan kesedihan, malapetaka, suram, murung, gelap,

kematian, kekejaman, rahasia, ketakutan, seksualitas, penyesalan, duka cita. Jika

disandingkan dengan warna lain warna hitam dapat berubah karakternya, sebagai

latar belakang hitam berasosiasi dengan kuat, tajam, formal, anggun (elegance)

dan bijaksana. Hitam dengan putih memberi kesan kemanusiaan, resolusi, tenang,

sopan, keadaan mendalam, dan kebijaksanaan.

- Abu-abu

Abu-abu merupakan warna paling netral, tidak adanya kehidupan yang spesifik.

Abu-abu berasosiasi dengan suasana suram, dan mendung. Warna ini berada di

antara hitam dan putih sehingga berkesan ragu-ragu. Pengaruh emosinya

berkurang dari putih namun terbebas dari beratnya hitam, sehingga wataknya

lebih menyenangkan. Warna abu-abu cocok dipadukan dengan semua warna,

terutama dengan warna-warna pokok. Warna ini menyimbolkan ketenangan,

kebijaksanaan, kerendahatian, keberanian untuk mengalah, turun tahta, kelabu,

dan keragu-raguan.

(35)

Warna cokelat berasosiasi dengan tanah, warna tanah, avau warna natural.

Karakter warna cokelat adalah kedekatan hati, sopan, arif, bijaksana, hemat,

hormat, tetapi sedikit kurang bersih atau tidak cemerlang karena warna ini berasal

dari percampuran berbagai warna seperti halnya warna tersier. Warna cokelat

melambangkan kesopanan, kearifan, kebijaksanaan, dan kehormatan.

6. Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari sebuah permukaan. Secara fisik tekstur dibagi

menjadi dua, yaitu tekstur halus dan tekstur kasar, dengan kesan pantul mengkilap

dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya, tekstur digolongkan menjadi tekstur

nyata dan tekstur semu. Disebut tekstur nyata apabila terdapat kesamaan antara

hasil raba dan penglihatannya. Misal, apabila suatu permukaan terlihat kasar dan

ketika diraba juga terasa kasar pada kulit. Sementara itu, pada vekstur semu

terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan. Misal, apabila pada

sebuah permukaan tampak kasar, namun saat diraba ternyata terasa halus.

Dalam penerapannya, tekstur dapat berpengaruh terdapat unsur visual lainnya,

yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas

warna.

2.2.3. Prinsip Desain Komunikasi Visual

Menurut Supriyono (2010: 86), dalam Desain Komunikasi Visual, terdapat

beberapa aturan (rules). Semacam gramatika atau kaidah-kaidah visual untuk

mencapai komposisi yang harmonis. Berbeda dengan grammar dalam tata bahasa

(36)

kreativitas dan orisinalitas ide. Juga terdapat istilah “break the rule” dimana perancang diperbolehkan melakukan terobosan kreatif yang melanggar

prinsip-prinsip desain yang ada, untuk menarik lebih banyak perhatian massa.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keseimbangan (balance)

Keseimbangan atau balance adalah pembagian sama berat, baik secara visual

maupun optik. Komposisi dalam desain dapat dikatakan seimbang apabila objek

di bagian kiri dan kanan terkesan sama berat. Ada dua pendekatan untuk

menciptakan keseimbangan. Pertama, yaitu dengan membagi sama berat kanan

dan kiri atau atas dan bawah secara simetris atau setara, yang disebut dengan

keseimbangan formal (formal balance).

Keseimbangan yang kedua adalah keseimbangan asimetris (informal balance)

yaitu penyusunan elemen-elemen desain yang tidak sama antara sisi kanan dan

sisi kiri namun terasa seimbang. Beberapa elemen kecil di suatu sisi dapat

diimbangi dengan elemen besar di sisi lainnya agar terlihat seimbang. Tidak

hanya dengan ukuran, pencapaian keseimbangan asimetris juga dapat dilakukan

melalui penyusunan garis, warna, bidang, value, dan tekstur dengan

memperhitungkan bobot visualnya. Secara visual, objek berwarna gelap tampak

lebih berat dibandingkan objek berwarna terang. Dengan demikian, objek

berukuran kecil dengan warna hitam di sebelah kiri dapat mengimbangi objek

berukuran besar dengan warna verang di sebelah kanan. Warna panas secara

(37)

Keseimbangan asimetris lebih dinamis, variatif, surprise, dan tidak formal.

Sementara keseimbangan simetris mempunyai kesan yang kokoh dan stabil,

sesuai untuk citra tradisional dan konservatif.

2. Tekanan (emphasis)

Informasi yang dianggap penting untuk disampaikan pada audiens haruslah

ditonjolkan secara mencolok melalui elemen visual yang kuat. Penekanan atau

penonjolan objek dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain dengan

penggunaan warna yang mencolok, ukuran foto/ilustrasi yang dibuat dalam

ukuran besar, menggunakan huruf sans serif dengan ukuran besar, arah diagonal,

dan dibuat berbeda dengan elemen yang lain.

Dalam seni rupa, khususnya bidang Desain Komunikasi Visual, dikenal istilah

focal point, yaitu penonjolan satu elemen visual dengan tujuan untuk menarik

perhatian. Focal point sering juga disebut dengan point of interest, yang berarti

pusat perhatian. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menonjolkan

elemen visual dalam sebuah karya desain, yaitu sebagai berikut:

a. Kontras

Focal point dapat diciptakan dengan teknik kontras, yaitu objek dianggap paling

penting di buat berbeda dengan elemen-elemen lainnya.

b. Isolasi Objek

Focal point dapat diciptakan dengan cara memisahkan objek yang ingin

ditonjolkan dari kumpulan objek-objek yang lain. Secara visual, objek yang

terisolasi atau terpisah akan lebih menarik perhatian.

(38)

Objek yang ditempatkan di tengah sebuah bidang akan menjadi focal point. Objek

yang ditempatkan pada titik pusat garis perspektif juga akan menjadi fokus

perhatian. Dalam karya Desain Komunikasi Visual, khususnya desain publikasi,

perlu adanya satu akentuasi atau penonjolan salah satu elemen dengan tujuan

untuk menarik perhatian audiens. Elemen kunci sering juga disebut dengan

stopping power atau ye-catcher karena tugasnya memang menghentikan pembaca

audiens dari aktivitasnya.

Namun demikian kesederhaan tetap perlu dijaga. Apabila semua informasi dalam

sebuah karya desain ditonjolkan maka akan tidak efektif karena hasilnya akan

membuat audiens menjadi bingung. Jika ke semua elemn ditonjolkan maka sama

saja dengan tidak menonjokan apa-apa.

3. Irama (rhytm)

Irama adalah pola layout yang dibuat dengan cara menyusun elemen-elemen

visual secara berulang-ulang. Irama visual dalam desain grafis dapat berupa

repetisi dan variasi. Repetisi adalah irama yang dibuat dengan penyusunan elemen

berulang kali secara konsisten. Sementara itu, variasi adalah perulangan elemen

visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau posisi.

Penyusunan elemen-elemen visual dengan interval yang teratur dapat

menciptakan kesan statis. Sebaliknya, pergantian ukuran, jarak, posisi pada

sebuah elemen dapat menciptakan suasana dinamis, riang, dan tidak monoton.

Repetisi dapat menciptakan kesatuan dan meningkatkan kenyamanan baca. Akan

tetapi, perulangan yang terus-menerus tanpa adanya variasi, menjadikan desain

(39)

4. Kesatuan (unity)

Sebuah karya desain akan dikatakan menyatu apabila secara keseluruhan tampak

harmonis, terdapat kesatuan antara tipografi, ilustrasi, warna, dan unsur-unsur

lain. Menciptakan kesatuan pada desain yang hanya memiliki satu muka, seperti

poster akan lebih mudah dibandingkan dalam bentuk buku atau folder dengan

beberapa halaman. Pada desain majalah atau buku, kesatuan dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Mengulang warna, bidang, garis, grid dan elemen lain yang sama

pada setiap halaman.

b. Menyeragamkan jenis huruf untuk judul, body copy, dan caption.

c. Menggunakan unsur-unsur visual yang memiliki kesamaan warna,

tema, atau bentuk.

d. Menggunakan satu atau dua jenis huruf dengan variasi ukuran dan

style (bold, italic, dan sebagainya).

2.3.Komunikasi Pemasaran

2.3.1. Pengertian Komunikasi Pemasaran

Menurut Lamb (2001:6), pemasaran merupakan proses perencanaan dan

menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa

untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu, maupun

organisasi.

Shimp (2003:4) mendefinisikan komunikasi pemasaran adalah merepresentasikan

(40)

pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan

atau kliennya.

Tjiptono (1997:219) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai aktivitas

pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk,

dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar

bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan

yang bersangkutan.

Prisgunanto (2006:8) mendefinisikan komunikasi pemasaran semua elemen -

elemen promosi dari marketing mix yang melibatkan komunikasi antar organisasi

dan terget audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance

pemasaran.

Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa di dalam komunikasi pemasaran

tersebut ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, aktivitas

menyebarkan informasi, mempengaruhi konsumen agar bisa menerima dan loyal

terhadap produk yang ditawarkan.

2.3.2. Ruang Lingkup Komunikasi Pemasaran

Prisgunanto (2006:22) mengatakan lingkup komunikasi pemasaran terbagi

(41)

1. Komunikasi Pemasaran Internal

Komunikasi internal sangat tergantung pada aktivitas interaksi antar individu

dalam struktur, karena setiap orang dalam struktur perusahaan adalah pelaku

pemasaran (marketer) yang membawa simbol-simbol komunikasi pemasaran

perusahaan secara tidak langsung.

Komunikasi internal menarik bagi pelaku pasar karena hal –hal sebagai berikut:

a. Manajemen pemasaran jarang memiliki jalur otorritas dalam sebuah

perusahaan, oleh karena pelaku pemasaran dalam rangka untuk

mencapai hasil lebih baik dengan cara mengutamakan unsur

persuasi, bukan pemerintah.

b. Banyak aktivitas pemasaran digunakan sebagai kunci informasi yang

mencerminkan bagaimana seharusnya perusahaan melakukan

tindakan dan strategi. Informasi dari komunikasi pelanggan dapat

dilakukan melalui rekaman data base pelanggan perusahaan (nama

pelanggan, alamat, telepon, email dan informasi lainnya).

c. Manajemen pemasaran akan mengumpulkan dan mengkoordinasikan

penyediaan data pasar untuk penyusuna perencanaan strategi dari

analisis kondisi saat ini.

d. Komunikasi internal memainkan peran yang sangat penting dalam

memotivasi performa staf yang berefek langsung kepada kualitas.

2. Komunikasi Pemasaran Eksternal

Komunikasi eksternal lebih terfokus kepada sasaran komunikasi pelanggan,

(42)

sebuah perusahaan kepada masyarakat lain yang lebih luas. Komunikasi

pemasaran eksternal penting untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Sarana komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari

pelaku bisnis kepada pelanggan (costumer), dengan sarana saluran

satu arah, maka diperlukan feedback atau timbal balik dari pasar,

yang dikirim oleh pelanggan sebagai respon bagi perusahaan.

b. Riset pasar digunakan sebagai kunci dalam penyusunan program

strategi pemasaran eksternal.

c. Program komunikasi pemasaran eksternal terkontrol oleh seorang

pemimpin atau manager marketing, promosi, periklanan. Dan akan

lebih baik lagi apabila terdapat program hubungan komunitas dengan

khalayak dalam suatu perusahaan.

d. Program komunikasi pemasaran eksternal yang terkontrol dengan

baik akan lebih memiliki potensi dalam menciptakan gambaran dan

citra produk yang lebih baik serta akan mengarah kepada bentuk

komunikasi intended dan unintended yang terawasi dalam keperluan

pengarahan sikap beli pelanggan.

2.3.3. Promotion mix

Untuk dapat mencapai tujuan komunikasi, perusahaan dapat menggunakan

sebuah alat bantu yang disebut dengan promotion mix (Belch, 2011:377). Adapun

(43)

a. Advertising

Merupakan segala bentuk komunikasi non-personal melalui berbagai media massa

seperti TV, radio, majalah, dan koran mengenai informasi tentang perusahaan,

produk dan jasa, atau sebuah sponsor yang dikenal. Elemen komunikasi ini paling

banyak digunakan pemasar karena dapat menjangkau target audience dalam

jumlah yang lebih besar daripada elemen-elemen lain. Selain itu, advertising juga

dapat membangun ekuitas merek dengan menciptakan brand image dan brand

association melalui eksekusi iklan ke dalam benak konsumen.

b. Direct Marketing

Adalah sebuah aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan secara

langsung kepada konsumennya. Umumnya aktivitas pemasaran ini dilakukan

dengan cara mengirimkan direct mail, melakukan telemarketing dan direct selling

kepada konsumen yang dituju. Untuk dapat melakukan hubungan secara langsung

dengan para konsumen potensialnya maka perusahaan mengelola database

konsumen.

c. Interactive/Internet Marketing

Aktivitas pemasaran yang dilakukan secara inveraktif melalui CD-ROMs, TV

inveraktif, komputer, tablet dan berbagai alat elektronik lainnya yang mendukung

atau secara online dengan menggunakan jaringan internet untuk

mengkomunikasikan produk dan jasa. Melalui

aktivitas ini, perusahaan dan konsumen dapat melakukan komunikasi dua arah

(44)

d. Sales Promotion

Aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan cara memberikan nilai incentive

kepada tim penjualan, distributor, atau konsumennya secara langsung untuk

mendorong penjualan dengan cepat. Sales promotion yang dilakukan kepada

konsumen biasanya dengan membagikan sample produk, kupon dan lain

sebagainya untuk mendorong konsumen agar langsung melakukan pembelian.

Sedangkan sales promotion yang dilakukan kepada distributor dan pedagang

dilakukan dalam bentuk kontes penjualan, pemberian harga khusus, penyediaan

merchandising dan masih banyak lagi bentuk lainnya.

e. Publicity/Public Relations

Sama halnya dengan advertising, public relations adalah komunikasi

non-personal melalui berbagai media massa seperti TV, radio, majalah dan surat kabar

mengenai perusahaan, produk, jasa, atau sponsor acara yang didanai langsung

atau tidak langsung yang dilakukan dalam bentuk news release, press conference,

artikel, film, dan lain-lain. Perbedaannya dengan advertising adalah untuk masu

jaringan media massa perusahaan tidak mengeluarkan dana khusus melainkan

menyediakan berita seputar produk dan jasa, melakukan event atau aktivitas lain

yang menarik untuk diliput atau dipublikasikan oleh media massa. Sedangkan

public relations adalah fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengevaluasi

perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individu atau organisasi

terhadap public interest, serta mengeksekusi sebuah program untuk dapat diterima

dan dipahami oleh publik. Tujuan utama melakukan public relations adalah untuk

(45)

biasanya dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan dana, mensponsori

acara khusus, berpartisipasi dalam aktivitas sebuah komunitas dan masih banyak

lagi.

f. Personal Selling

Adalah aktifitas komunikasi yang dilakukan secara langsungoelh pihak penjual

untuk meyakinkan pembeli potensial agar membeli produk dan jasa yang

ditawarkan. Melalui aktivitas komunikasi ini, penjualan dapat memodifikasi pesan

komunikasi agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen serta

mendapatkan timbal balik dari konsumennya.

2.4.Struktur Iklan

Iklan pada media cetak erat kaitannya dengan istilah copywrite. Menurut Santosa

dalam Avina, copywriting adalah “the task of writing text for advertising” atau dengan kata lain tulisan yang dibuat untuk keperluan periklanan. Menurut

moriarty, copywriting merupakan proses untuk menunjukkan nilai dan manfaat

yang ditawarkan oleh merek.

Menurut Rendra Widyatama, berikut ini adalah elemen-elemen pembentuk sebuah

iklan (http://komunikasi-info.blogspot.com):

1. Judul Iklan (Headline)

Ad Headline atau headline berarti sebagai kepala iklan. Fungsinya untuk menarik

perhatian audience sejak pertama membaca. Headline yang menarik dapat

menahan mata untuk berhenti sejenak untuk melihat dan mencari pada stimuli

(46)

Ciri-ciri headline antara lain adalah: (1) tulisan yang menonjol; (2) Menggunakan

frasa atau kalimat pendek, bisa juga berupa sebuah kata, maupun huruf; (3)

kata-kata yang digunakan mengandung kesan kuat sehingga menarik minat dan

perhatian khalayak (persuasif dan bias, bahkan provokatif).

2. Sub Judul Iklan (Sub Ad Headline)

Sub judul merupakan bagian dari iklan yang bertugas untuk menjabarkan lebih

jauh pesan yang terdapat dalam judul. Sub judul harus lebih ringkas daripada body

copy. Sub judul digunakan untuk memelihara perhatian yang telah diperoleh dari

khalayak setelah melihat headline, untuk terus dilanjutkan atau digiring menerpa

body copy.

Ciri-ciri dari sub judul antara lain adalah: (1) huruf lebih kecil dari headline dan

lebih besar dari body copy; (2) letaknya berdekatan dengan headline; (3) bila

berada di atas headline disebut dengan overline atau kicker, jika dibawah disebut

dengan underline.

3. Tubuh Iklan (Ad Body Copy)

Tubuh iklan merupakan uraian pesan yang lebih mendalam dan detail

dibandingkan sub headline.

4. Closer

Merupakan bagian penutup atau bagian yang mengakhiri iklan. Fungsinya untuk

menyimpulkan apa yang sudah tertulis pada headline, sub headline¸dan body

copy. Pada umumnya berisi perintah pada khalayak untuk melakukan sesuatu.

(47)

seperti alamat, keunggulan, pesan tentang merek, dan lain sebagainya. Dan juga

mengingatkan kembali mengenai inti pesan.

5. Flash

Merupakan bagian iklan yang menonjolkan sebagian pesan iklan namun penting

agar mendapatkan perhatian lebih dibanding yang lain. Isi pesan biasanya tentang

waktu, volume, tempat, pembatasan, tokoh penting, atau penawaran tertentu.

Flash biasanya mencantumkan 2 atau 3 kata saja, sebagai alat bantu mengarahkan

pandangan khalayak guna menerpa bagian-bagian tertentu dalam iklan.

6. Banner

Merupakan bagian dari iklan yang berbentuk garis pararel memanjang yang di

dalamnya terdapat teks berupa pesan tertentu. biasanya banner diberi warna

penuh. Fungsinya yaitu untuk menonjolkan pesan, hampir sama dengan flash,

namun dalam banner kata yang digunakan lebih panjang atau bisa terdiri lebih

dari satu kalimat.

7. Ilustrasi

Ilustrasi mreupakan gambar reka bentuk, dapat berupa gambar benda mati, bentuk

abstrak, dan lain sebagainya. Fungsinya untuk menambah daya tarik,

menggambarkan teks, menguatkan dan menegaskna pesan, meningkatkan daya

(48)

8. Logo

Logo adalah tanda bagi merek dagang. Logo biasanya dibangun dari perpaduan

antara garis, gambar, angka, huruf, suku kata atau kalimat serta warna. Logo

merupakan identitas perusahaan avau sebuah produk dalam bentuk visual.

9. Slogan

Slogan merupakan motto atau frasa yang dipakau sebagai ekspresi ide atau tujuan

yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Slogan dapat berarti satu atau

(49)

2.5.Tipografi

2.5.1. PengertianTipografi

Menurut Rustan (2011: 16), secara tradisional, istilah tipografi berkaitan erat

dengan setting huruf dan pencetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi

digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya meluas. Kini

tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf.

Tipografi adalah seni tentang aturan atau tata cara penggunaan huruf, kata,

paragraf pada ruang-ruang yang tersedia untuk menciptakan kesan-kesan tertentu

sehingga dapat menolong para pembaca agar lebih nyaman dan maksimal dalam

membaca. Tipografi juga dapat dikatakan sebagai „visual language’ atau bahasa yang dapat dilihat. Typography menurut Roy Brewer dapat memiliki pengertian

luas yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau

dalam pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan, dan berbagai

hal bertalian dengan pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk

ilustrasi dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada halaman cetak.

(http://helliumworks.blogspot.com/2010/12/tipografi-arti-dan-fungsinya)

2.5.2. Legibility dan Readibility

Menurut Rustan (2011: 74), tingkat efektifitas tipografi sebagai penyampai

pesan berkaitan dengan legibility dan readibility

1. Legibility

Suatu huruf dikatakan legible apabila masing-masing huruf mudah

(50)

2. Readibility

Teks yang readible berarti keseluruhannya mudah dibaca. Apabila legibility lebih

membahas kejelasan satu per satu karakter, readiblility menyangkut keseluruhan

teks yang telah disusun.

2.5.3. Klasifikasi Huruf

Peran tipografi adalah mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman

tersebut ke pengamat. Perkembangan tipografi saat ini telah mengalami

perkembangan dari fase jenis penciptaan dengan tangan (hand drawn) hingga

mengalami komputerisasi membuat penggunaan tipografi menjadi lebih mudah

dan dalam waktu yang lebih cepat dengan jumlah pilihan huruf yang semakin

banyak. Berikut ini merupakan klasifikasi huruf-huruf menurut James Craig:

(http://helliumworks.blogspot.com/2010/12/tipografi-arti-dan-fungsinya)

1. Roman

Ciri huruf ini adalah bersirip (serif) dan berujung lancip. Huruf roman memiliki

ketebalan yang kontras antara garis pembentuk utama huruf dengan siripnya.

Kesan yang ditimbulkan adalah anggun, lemah, gemulai, dan feminim.

2. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki sirip dengan bentuk persegi seperti papan

dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah

Gambar

Gambar 2.1. Logo Pismatex
Gambar 2.2. Kantor dan Pabrik Pismatex (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013)
Gambar 2.4. Logo Gajah Duduk (Sumber: http://gajahduduk.com)
Gambar 2.5. Iklan cetak Gajah Duduk (Sumber: LionMag Vol V/April 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait