• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Kota Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Kota Palembang"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI

MUSI KOTA PALEMBANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : AHMAD SYARIF

1.06.09.008

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI

MUSI KOTA PALEMBANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana (S1)

Pada Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota

Ahmad Syarif NIM. 1.06.09.008

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal:

23 Agustus 2014

Menyetujui; Pembimbing

Rifiati Safariah, ST., MT. NIP. 4127 70 17 002

Mengetahui;

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi dan Ilmu Komputer Perencanaan Wilayah dan Kota

(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ahmad Syarif

NIM : 10609008

TTL : Palembang, 24 September 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Padang Kota/Kab. : Palembang Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Kost : Masjid An- Nur No 9, Bandung

Tlp : 085267725434

Email : achmadsyarif12gmail.com

Pendidikan

TK : Kapota Bakti (1995 - 1997)

SD : SD Negeri 64 Palembang (1997 - 2003) SMP : SMP Negeri 17 Palembang (2003 - 2006) SMU : SMA Negeri 2 Palembang (2006 - 2009) Perguruan Tinggi : UNIKOM Bandung (2009 - 2013)

(Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota)

Pengalaman Organisasi 1. SMP N 17 Palembang

Pramuka

2. SMA N 2 Palembang Anggota OSIS

3. UNIKOM Bandung

(5)

Pengalaman Seminar

Seminar “Eksplorasi Isu-Isu Perencanaan Pembangunan Terkait Aspek Ekonomi dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Studi Kasus: Bandung metropolitan Area dan Jawa Barat)” Auditorium Miracle UNIKOM, 11 Maret 2010.

Seminar “Pengembangan Infrastruktur Perkotaan Berbasis Pembiayaan Non-Konvensional (Potensi Sukuk Sebagai Sumber Pembiayaan) Auditorium Miracle UNIKOM, 29 April 2010.

Data Orang Tua

Nama Bapak : H. Hamdallah Nama Ibu : Hj. Yuslaini

Alamat : Jalan Natuna No: 828

RT 11/RW 12 Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat I

Kabupaten/Kota : Kota Palembang Telepon : (0711) 374878

Hormat Saya,

(6)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.4.1 Lingkup Wilayah ... 5

1.4.2 Lingkup Materi ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Metodologi Penelitian ... 9

1.6.1 Variabel Penelitian... 9

1.6.2 Metode Pengumpulan Data... 10

1.6.3 Metode Pengumpulan Sampel ... 10

1.6.4 Metode Analisis ... 11

1.7 Kerangka Pemikiran ... 15

1.8 Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas ... 18

2.1.1 Pengertian Efektifitas ... 18

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas ... 19

2.2 Ruang Publik ... 21

(7)

vi

2.2.2 Fungsi Ruang Publik ... 25

2.2.3 Macam-Macam Bentuk Ruang Terbuka Publik ... 26

2.2.4 Tipologi Ruang Publik ... 27

2.2.5 Manfaat Ruang Publik ... 29

2.3 Pemanfaatan Ruang Publik ... 30

2.3.1 Karakteristik ... 31

2.3.1.1 Pengguna Ruang Publik ... 31

2.3.1.2 Prilaku/Aktivitas Pengguna Ruang Publik ... 32

2.3.2 Pola Pemanfaatan ... 34

2.4 Kawasan Waterfront ... 35

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Publik ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bukit Kecil ... 41

3.1.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Bukit Kecil ... 41

3.1.2 Luas Wilayah ... 43

3.1.3 Jumlah Penduduk ... 43

3.1.4 Pendidikan ... 44

3.1.5 Kesehatan ... 44

3.1.6 Agama ... 44

3.2 Gambaran Kondisi Fisik Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak ... 45

3.2.1 Tinjauan Ekternal... 45

3.2.2 Tinjauan Internal ... 47

4.3 Potensi dan Persoalan Ruang Publik di Kawasan BKB ... 53

3.3.1 Potensi Ruang Publik di Kawasan BKB ... 53

3.2.2 Persoalan Ruang Publik di Kawasan BKB ... 55

BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWAWASAN BKB 4.1 Karakteristik Ruang Publik BKB ... 61

(8)

vii

4.1.2 Karakteristik Penggunaan Ruang Publik Plaza ... 68

4.1.2.1 Karakteristik Penggunaaan Ruang Publik Plaza ... 68

4.1.2.1.1 Fungsi Ruang Publik Plaza ... 68

4.1.2.1.2 Kegiatan/Penggunaan di Ruang Publik Plaza yang tidak Sesuai Fungsi ... 69

4.1.2.2 Karakteristik Penggunaan Ruang Publik Pedestrian ... 70

4.1.2.2.1 Fungsi Ruang Publik Pedestrian ... 70

4.1.2.2.1 Kegiatan/Penggunaan di ruang Publik Pedestrian yang tidak Sesuai Fungsi ... 71

4.2 Analisis Efektifitas Penggunaan Ruang Publik BKB ... 71

4.2.1 Penilaian Ruang Publik Plaza ... 71

4.2.1.1 Penilaian Kesesuaian Fungsi Ruang Publik Plaza ... 71

4.2.1.2 Penilaian tentang Kondisi Ruang Publik Plaza ... 72

4.2.2 Penilaian ruang Publik pedestrian ... 74

4.2.2.1 Penilaian Kesesuaian Fungsi Ruang Publik Pedestrian ... 74

4.2.2.2 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian ... 76

4.3 Analisis Kepuasan Pengunjung Pengunjung Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik BKB ... 78

4.3.1 Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik Plaza ... 79

4.3.2 Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik Pedestrian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Rekomendasi ... 98

5.3 Catatan Studi dan Studi Lanjutan ... 99

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Variabel Penelitian ……….…. 9

Tabel 1.2 Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut …………...……….. 12

Tabel 2.1 Tipologi Ruang Publik ……… 28

Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil Tahun

2012……….. 43

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan

di Kecamatan Bukit Kecil Tahun 2012……….……… 43

Tabel 3.3 Jumlah Rumah Ibadah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil

Tahun 2012………..….. 44

Tabel 3.4 Kondisi Elemen Fisik di Dalam Ruang Publik BKB ……… 48

Tabel 3.5 Kesimpulan Potensi dan Persoalan Penggunaan Ruang Publik di

Kawasan BKB………..………. 59

Tabel 4.1 Pengguna Ruang Publik BKB berdasarkan Usia Pengunjung ………..… 61

Tabel 4.2 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Kelamin……..………. 62

Tabel 4.3 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Pekerjaan……….. 63

Tabel 4.4 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Sumber Penghasilan……….. 63

Tabel 4.5 Rincian yang Berpenghasilan Sendiri……….. 64

Tabel 4.6 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Hari Kunjungan………. 64

Tabel 4.7 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Waktu Kunjungan…….……. 65

Tabel 4.8 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Lama Kunjungan……… 65

Tabel 4.9 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Kendaraan………. 66

Tabel 4.10 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Parkir Kendaraan…….….…. 66

Tabel 4.11 Pengguna Ruang Publik BKB berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal……. 67

Tabel 4.12 Pengungjung yang Mengetahui Fungsi Ruang Publik Plaza…………..…. 68

Tabel 4.13 Pengungjung yang Melakukan Kegiatan di Ruang Publik Plaza…………. 69

Tabel 4.14 Pengungjung yang Mengetahui Fungsi Ruang Publik Pedestrian………… 70

Tabel 4.15 Pengunjung yang Menggunakan Pedestrian………. 71

(10)

ix

Tabel 4.17 Penilaian Menurut Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang

Menggunakan………. 73

Tabel 4.18 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang tidak Menggunakan……….. 74

Tabel 4.19 Penilaian Kesesuaian Fungsi Pedestrian………. 75

Tabel 4.20 Penilaian Kesesuaian Fungsi Pedestrian……….. 75

Tabel 4.21 Penilaian Pengunjung yang Menggunakan Pedestrian……… 76

Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang tidak Menggunakan………..… 77

Tabel 4.23 Bobot Persepsi (Skala Likert)………. 79

Tabel 4.24 Bobot Persepsi Pengunjung Tentang Ruang Publik Plaza……….. 80

Tabel 4.25 Bobot Preferensi (Skala Likert)………..…. 81

Tabel 4.26 Bobot Preferensi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza……….. 82

Tabel 4.27 Bobot Persepsi dan Preferensi Penggunaan Ruang Publik Plaza di Setiap Variabel………..……… 84

Tabel 4.28 Hasil Analisis Kuardan Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Plaza……… 86

Tabel 4.29 Penilaian Kesenjangan Tiap Variabel……….. 87

Tabel 4.30 Bobot Persepsi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian...……… 88

Tabel 4.31 Bobot Preferensi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian…….….. 90

Tabel 4.32 Bobot Persepsi dan Preferensi Penggunaan Ruang Publik Pedestrian di Setiap Variabel……….…… 92

Tabel 4.33 Hasil Analisis Kuardan………...………. 94

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kawasan Plaza Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi………. 3

Gambar 1.2 Peta Kawasan Ruang Publik Kawasan Benteng Kuto Besak ……… 8

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran……….………….. 15

Gambar 2.1 Karakteristik Ruang Kegiatan………..………... 34

Gambar 3.1 Peta Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Bukit Kecil……….. 42

Gambar 3.2 Batas Wilayah Ruang Publik Kawasan BKB……… 46

Gambar 3.3 Bangunan Bersejarah di sekitar Ruang Publik………..….... 47

Gambar 4.1 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang Menggunakan ……….. 73

Gambar 4.2 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang tidak Menggunakan ………... 74

Gambar 4.3 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang Menggunakan………..….. 77

Gambar 4.4 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang tidak Menggunakan………..……….. 78

Gambar 4.5 Bobot Persepsi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza………... 81

Gambar 4.6 Bobot Preferensi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza…………..…. 83

Gambar 4.7 Analisi Kuadran Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Plaza.. 85

Gambar 4.8 Analisis Gap Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Pedestrian. 87 Gambar 4.9 Bobot Persepsi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Pedestrian……….…. 89

Gambar 4.10 Bobot Preferensi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian…………. 91

(12)

101

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hakim, R dan Utomo, H. 2004.Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap.

Jakarta:Bumi Aksara

Gunawan, Myra P.1999.Musi Riverside Tourism Development.Bandung:ITB

Lynch, Kevin.1981.Good City From.Cambridge:The MIT Press.

Y. Linda., Perkembangan Pola Ruang Kota Medan, Tesis S2, Univesitas Sumatera

Utara.

BPS, Badan Pusat Statistik. 2012. Palembang Dalam Angka. Kota Palembang.

Prof. Dr. Hadi Sabari Yunus, M.A. 2008, Dinamika Wilayah Peri-Urban

Determinan Masa Depan Kota, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

PEDOMAN DAN PERATURAN

Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Keputusan Presiden Ri

No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.1998.Penataan

Bangunan dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1991 tentang Sungai.

Dinas PU 1996. Konsep Petunjuk Teknis Penyusunan Sarana Induk Sistem

Perkotaan.

TUGAS AKHIR

Thaif, Muhammad Yusran. Arahan Pengembangan Kawasan Ruang Publik Pantai

Losari, Tugas Akhir, Jurusan PWK, UNIKOM, Bandung 2012.

Aulia Astri S. Pertimbangan Dan Komponen Pengembangan Ruang Publik Tepian

Sungai di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang. Tugas Akhir,

(13)

102

Rahnandahegar Ardin Adinugrah. 2012. Persepsi dan Preferensi, Masyarakat Kota

Lama Tangerang, Aspek Perancangan Kota, Importance Performance

Analysis. Tugas Akhir Universitas Komputer Indonesia

Melati, 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Peningkatan Ruang Terbuka di

Kelurahan Tamansari (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari Kota

Bandung). Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia.

E. E. Dura Cristian, 2013. Analisis Penguatan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di Kecamatan Antapani (Studi Kasus: Kecamatan Antapani Kota

Bandung). Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia.

MEDIA ELEKTRONIK

http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan (Profil kota Palembang) (tanggal

akses 14 Juli 2014)

http://ruliamrullah.wordpress.com/ (Hijaunya Kota Kita) (tanggal akses 23 Juli)

Saksi Peradaban yang Terabaikan di Tepi Sungai Musi – KOMPAS.com (tanggal

akses 3 Agustus 2014)

Website City Walk at Woodbury (tanggal akses 4 Juli 2014)

www.prioritasnews.com/2013/02/25/jejak-tradisi-di-bantaran-musi (tanggal akses

6 Juli 2014)

(14)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat

rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas

Akhir. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjunan Nabi Besar

Muhammad S.A.W, yang senantiasa menjadi ilham dalam tiap arah pekerjaan.

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Kota Palembang” ini merupakan salah satu syarat kelulusan Mata kuliah Tugas Akhir, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan

Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Penyusunan Tugas Akhir ini

dapat terselesaikan dengan adanya usaha serta do’a dari penulis maupun dari

pihak-pihak lainnya. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih dengan hati yang tulus kepada :

1. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

Ayah Hamdallah dan Ibu Yuslaini, selaku orang tua yang telah

memberikan dorongan, semangat, kasih sayang serta doa yang tiada

henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Untuk tugas akhir ini,

kembali saya dedikasikan sebagai suatu penghormatan dan tanda bukti

khusus kepada beliau.

2. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

3. Prof. Dr. Ir Denny Kurniadie, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan

Ilmu Komputer.

4. Ibu Rifiati Safariah. ST., MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan sabar dalam

(15)

iii

5. Bapak Tatang Suheri, ST.,MT., selaku dosen wali yang telah membimbing

dan memberi motivasi kepada penulis dari masuk hingga selesainya masa

perkuliahan.

6. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si., selaku dosen penguji dalam pelaksanaan

sidang ujian yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam

memperbaiki laporan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti MT., Selaku dosen pengajar yang telah

memberikan masukan ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota.

8. Almarhumah Ibu Dr. Ir. Endang Saraswati, M.Sc., beliau merupakan

sosok yang sangat baik. Berkat dorongan dan semangat serta sumbangan

pemikiran yang telah beliau berikan kepada Penulis, akhirnya Penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Kakak-kakak dan Abang (Uni Sri, Uda Fauzan, Uni Fauziah, Uni Emil,

Uni Ira, Uni Nun dan Abang Afdal) tersayang yang selalu memberikan

dorongan, dukungan dan do’a selama ini.

10.Buat Om dan Tante (Keluarga besar saya “H.M Yuli” di Kota Bengkulu)

Terima Kasih Atas dukungan dan doanya.

11.Sahabat Penulis angkatan 2009: Achmad Alfan Rifai (Alvan), Andy

Andrean (Ryan), Arif Rahman (Arif), Amboday Boli Boli (Ambo), Bhuna

Hunam (Yunus), Criys Tommy (Tommy), Christian EE Dura (Tyan),

Chandra Setiawan (Cancan), Deni Supriatna (Denis), Ifan M Sofyan

(Ifan), Jakomina Meiske Muabuay (Meiske), Mifartz Fadiz (Mifar),

Margarida MGL Soares (Marga), Ridho Agustian (Edo), Rizal Purnama

Nugraha (Rizal), Mursalim Derlen (Salim), Sahal Abdul Fatah (Sahal),

Laode Ismail Munajad (Ici), Yogi Destriansyah (Ogi), Marianus B. Raja

Kappa (alm), terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang indah

dan menyenangkan selama ini, semoga persahabatan kita tidak akan

pernah putus.

12.Teman-teman penulis seperjuangan yang juga menyelesaikan laporan

tugas akhir (Angga Sastranegara, Tasa Andrean, Giri Syalaludin) dan

(16)

iv

Barnes) Terima kasih atas rasa semangat berusaha hingga akhir. Bangga

melihat semangat yang kalian tunjukkan.

13.Teh Vitri yang selalu hadir di Sekretariat Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota terima kasih sudah memberikan kemudahan dalam

mengurusi surat-surat izin.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis sadari bahwa

Laporan Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan, Banyak

keterbatasan-keterbatasan baik dalam penyajian maupun dalam penulisannya. Untuk itu penulis

dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun

untuk dijadikan acuan didalam penyempurnaan penulisan Tugas Akhir nanti.

Bandung, Agustus 2014

Penulis

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

dan sasaran, ruang lingkup, kerangka pemikiran, metodologi studi dan sistematika

pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada

batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas

melakukan segala macam kegiatan dengan rasa tenang, nyaman dan tanpa tekanan

dari siapapun (Astri Aulia, ITB 2005). Menurut Carr (1992) ruang publik harus

responsif, demokratis dan bermakna. Responsif artinya ruang terbuka publik harus

dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis

berarti ruang publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari

berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan bermakna berarti

ruang terbuka publik harus memiliki tautan dengan manusia, dunia luas, dan

konteks sosial. Dapat diartikan bahwa, ruang publik sebagai wadah aktivitas sosial

dan fungsional yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas

normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik.

Keberadaan ruang terbuka publik pada suatu kawasan kota sangat penting

artinya karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan baik itu dari segi

masyarakat, lingkungan maupun perkotaan melalui fungsi pemanfaatan ruang

yang ada di dalamnya yang memberikan banyak manfaat seperti olahraga, rekreasi

dan ruang terbuka hijau. Pada pengembangan ruang publik dalam konteks

perkotaan perlu memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh di dalamnya.

Selain itu, sebagai suatu ruang publik, perlu diketahui karakteristik pemanfaatan

ruangnya agar tercipta suatu ruang yang responsif bagi kebutuhan penggunanya.

Keberadaan ruang publik di kota – kota besar sangat diperlukan

masyarakat, salah satunya di perkotaan Palembang. Kota Palembang

membutuhkan ruang terbuka publik, yang tidak saja berfungsi sebagai estetika dan

(18)

2

berinteraksi satu sama lain serta sebagai tempat wisata yang murah bagi

warganya. Salah satu ruang publik yang terdapat di pusat Kota Palembang adalah

Kawasan Benteng Kuto Besak (BKB), yang berada pada tepian Sungai Musi.

Pada Kawasan Benteng Kuto Besak, terdapat beberapa bangunan bersejarah

seperti Benteng Kuto Besak (BKB), Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,

Monumen Perjuangan (MONPERA) serta juga terdapat dermaga Sungai Musi,

dan restoran terapung ”Riverside”. Akan tetapi, dalam penelitian ini, ruang publik

yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian adalah ruang terbuka publik di

areal Benteng Kuto Besak dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan adanya suatu

amatan yang menarik mengenai penggunaan ruang publik pada kawasan Benteng

Kuto Besak yang berada di tepian sungai serta senantiasa menjadi ajang rekreasi

murah meriah bagi masyarakat, yang mana hal ini menjadi simbol rekreasi bagi

masyarakat urban.

Benteng Kuto Besak merupakan bangunan peninggalan sejarah pada masa

Kesultanan Palembang Darussalam. Berdasarkan catatan sejarah di Balai

Arkeologi Kota Palembang, benteng ini dibangun selama 17 tahun, pembangunan

tersebut di mulai pada abad ke-17 Masehi (sekitar tahun 1780) Pemprakarsa

pembangunan benteng ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin I (1724 – 1758) dan

pembangunannya dilaksanakan oleh Sultan Muhammad Bahauddin yang

merupakan putra dari Sultan Mahmud Badaruddin I. Benteng ini mempunyai

ukuran panjang 188,75 meter, lebar 183,75 meter dan tinggi 9,99 meter (30 kaki)

serta tebal 1,99 meter (6 kaki). Tempat yang menjadi objek wisatanya bertempat

di depan benteng, karena di dalam benteng ditempati oleh Komando Daerah

Militer (Kodam) Sriwijaya.

Terjadinya perubahan pola struktur ruang kawasan yang diikuti dengan

perubahan pemanfaatan bangunan dari tiap zaman sehingga membentuk

karakteristik khas kawasan. Dengan adanya karakteristik khas tersebut dan

letaknya yang strategis, maka pemerintah Kota Palembang menetapkan kawasan

ini menjadi kawasan wisata berdasarkan keputusan Walikota Palembang No. 782 Tahun 2004 dan pada tahun 2008 menggalakkan “Visit Musi 2008”, dimana salah satu obyek wisata yang dijadikan tujuan wisata yaitu berada di kawasan Benteng

(19)

3

RTRW Tahun 2004 dan RDTRK Pusat Kota Tahun 2005 yang menyatakan bahwa

kawasan Benteng Kuto Besak merupakan kawasan konservasi atau kawasan cagar

budaya yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.

Gambar 1.1

Kawasan Plaza Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Sumber: google earth, 2014

Beberapa tahun lalu, kawasan sekitar Benteng Kuto Besak (BKB) masih

merupakan kawasan yang kumuh, kotor, tidak aman dan tidak mencerminkan

keindahan kota. Namun beberapa tahun belakangan ini pemerintah Kota

Palembang melakukan berbagai penataan dan pengembangan kawasan BKB agar

menjadi kawasan yang bersih, indah dan bernilai. Konsep penataan kawasan BKB

adalah sebanyak mungkin menyediakan lahan publik yang dapat diakses

masyarakat luas. Diharapakan, dengan begitu kawasan ini dapat menjadi salah

satu ikon Palembang dan menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan

rekreasi masyarakat kota. Hingga saat ini, telah terbangun plaza BKB yang

didukung oleh restoran terapung, restoran permanen, serta dermaga wisata yang

memberikan pilihan alternatif kegiaatan bagi masyarakat kota.

Saat ini, keberadaan ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak sebagai

area konservasi lingkungan kawasan bersejarah tersebut sekaligus menjadi wadah

berlangsungnya kehidupan masyarakat menjadi tempat yang paling diminati oleh

masyarakat khususnya masyarakat Kota Palembang. Plaza Benteng Kuto besak

(20)

4

kelompok untuk sekedar melepas penat, duduk–duduk, ngobrol, berolahraga,

bermain, serta sebagai salah satu tempat wisata bagi pengunjung luar Kota

Palembang. Selain itu Plaza BKB yang luas dan terbuka sering menjadi kegiatan

yang digunakan berbagai pihak untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti

pertunjukan musik, bazar kuliner, bazar pakaian murah, pameran industri dan jasa,

pameran seni dan budaya sampai kegiatan berbau politik dengan latar belakang

Jembatan Ampera sebagai landmark kota Palembang. Dengan membuat ruang

terbuka di tepi Sungai Musi, wisatawan akan lebih mudah dan nyaman menikmati

pemandangan sungai dengan difasilitasi ruang publik di sekitar plasa BKB

tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukanlah penelitian dengan

judul Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Palembang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dari ruang publik agar lebih

efektif dan fungsional serta dapat menunjang kegiatan wisata Sungai Musi dengan

memperhatikan karakteristik masyarakat Kota Palembang melalui persepsi dan

preferensi penggunaanya. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan

tingkat kepuasan dan efektifitas penggunaan ruang publik di plataran plaza BKB

kawasan tepian sungai Musi yang sesuai dengan harapan agar dapat memberikan

kepuasan dan kenyamanan dalam berwisata.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada penggunaan ruang publik di

kawasan Benteng Kuto Besak, kawasan tepian Sungai Musi yang telah dijelaskan

di atas maka dapat diketahui masalah yang ada di wilayah studi yakni,

penggunaan ruang publik oleh masyarakat. Dari rumusan masalah yang telah

dijabarkan maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu: Apakah ruang

publik di kawasan Benteng Kuto Besak sudah berfungsi dengan baik dilihat dari

efektif dan kepuasan yang mana mampu mengakomodasi dan memenuhi

(21)

5 1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas

dan kepuasan penggunaan ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak. Untuk

mencapai tujuan tersebut maka sasaran-sasaran penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Indentifikasi karakteristik pengguna ruang publik kawasan Benteng Kuto

Besak

2. Indentifikasi karakteristik penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto

Besak

3. Analisis efektifitas penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak

berdasarkan persepsi masyarakat.

4. Analisis kepuasan berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat tentang

pengunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu ruang

lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah untuk penelitian ini adalah ruas Jalan Keraton

yang terletak di kawasan Benteng Kuto Besak tepian Sungai Musi yang

panjangnya ±1km dan berada di Kota Palembang Kecamatan Bukit Kecil,

Kelurahan 19 Ilir. Adapun ruang terbuka publik yang menjadi objek studi yaitu

ruang terbuka Plaza dan Pedestrian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 1.2.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang dibahas dalam studi Analis Efektifitas dan

Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di kawasan Benteng Kuto Besak tepian

Sungai Musi ini adalah mencangkup pada pengembangan kawasan ruang publik

yang bisa memberikan manfaat yang maksimal dari suatu pemanfaatan ruang

publik (dan materi pendukung lainnya yang mempermudah pencapaiaan tujuan

(22)

6

Berdasarkan sasaran-sasaran yang dicapai, lingkup materi yang dikaji

dalam penelitian ini mencakup:

1. Efektifitas, dilhat dari fungsi dan kondisi ruang publik kawasan Benteng Kuto

Besak.

2. Kepuasan, dilihat dari aspek persepsi dan preferensi masyarakat tentang

penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan

ruang (aktifitas, waktu, dan kondisi ruang publik) yang terjadi sehingga

dapat semakin berguna dalam memanfaatkan ruang publik tersebut

secara bijak dan efektif.

2. Bagi pemerintah, menjadi masukan/rekomendasi bagi pemerintah

dalam mengelola dan mengembangkan ruang terbuka publik.

3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan acuan dalam perencanaaan

(23)

8 Gambar 1.2

(24)

9 1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi

yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel pengguna dan

penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak, lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

3 Analisis efektifitas

(25)

10 1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder

yang diperoleh dari wawancara, dan observasi.

• Data Primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui teknik survey dengan melakukan penyebaran kuesioner terhadap pengunjung, dan

pengamatan langsung terhadap aktifitas pengunjung, dan kondisi ruang publik

di kawasan BKB dan pengambilan gambar atau foto di wilayah studi. Cara

perolehan data dan informasi dari responden ini dilakukan dengan

pengambilan sampel yang berasal dari pengunjung.

• Data Sekunder merupakan bahan-bahan literatur meliputi teori, kebijaksanaan dan peraturan-peraturan yang ada dari instansi terkait. Adapun

instansi-instansi yang diharapkan memberikan data yang dibutuhkan seperti dinas

BAPPEDA, Tata Kota, BPS, kantor Kecamatan serta instansi terkait lainnya.

1.6.3 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak

sederhana (simple random sampling). Teknik ini termasuk probality sampling,

artinya tiap unit populasi memiliki peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih

atau menjadi responden.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menghitung jumlah pengunjung atau pengguna ruang publik Benteng Kuto Besak.

Teknik pengambilan sampel dari populasi menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi / jumlah pengguna ruang publik kawasan BKB

1 = Konstanta

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

(26)

11

Studi ini menggunakan derajat kepercayaan sebesar 10%, dengan

pertimbangan: keterbatasan biaya, waktu dan tingkat kesamaan (homogenitas)

pengguna ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak. Berikut perhitungan teknik

pengambilan sampel:

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dengan taraf kesalahan 10%.

1.6.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis

deskriptif dan analisis tingkat kinerja. Penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai

karakteristik aspek penggunaan ruang publik di kawasan BKB, sedangkan analisis

tingkat kinerja/persepsi dan kepentingan/preferensi masyarakat digunakan untuk

memetakan hubungan antar persepsi dengan preferensi dari atribut-atribut yang

telah ditentukan. Analisis tingkat kinerja terdiri dari dua komponen yaitu, analisis

kuadran dan analisis kesenjangan (Gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui

respon konsumen terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat persepsi

dan preferensi dari atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (Gap)

digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan

konsumen terhadap atribut tersebut.

Untuk analisis kuadran cara pengukurannya yaitu untuk menghadapkan

(27)

12

∑Xi

∑yi

∑Xi

∑yi

Kecamatan Bukit Kecil dengan kuesioner yang kemudian diminta untuk memberi

jawaban. Untuk menilai tingkat persepsi dan preferensi pengunjung terhadap

atribut tersebut, dalam hal ini digunakan skala 5 tingkat dimana setiap sub

variabel diberi bobot. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2.

Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut

Sumbu X (Persepsi) Bobot Sumbu Y (Preferensi) Bobot

Sangat Baik (SB) 5 Sangat Penting (SP) 5

Baik (B) 4 Penting (P) 4

Cukup (C) 3 Cukup (C) 3

Buruk (BR) 2 Tidak Penting (TP) 2

Sangat Buruk (sb) 1 Sangat Tidak Penting (STP) 2

Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah bobot penilaian

kinerja/persepsi dan kepentingan/preferensi untuk setiap variabel dengan rumus:

Xi=

Yi=

Dimana:

Xi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i

Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i

n = Jumlah responden

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi dan

preferensi untuk keseluruhan variabel dengan rumus:

Xi=

Yi=

n

n

n

(28)

13

Dimana :

Xi = Nilai rata-rata kinerja atribut

Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut

N = Jumlah atribut

Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi

menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut ini:

Keterangan:

1. Kuadran I

Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan tinggi menurut responden namun kinerjanya masih rendah.

Implikasinya variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini harus

diprioritaskan untuk diperbaiki di ruang publik kawasan BKB.

2. Kuadran II

Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan yang tinggi dan kinerjanya juga dinilai baik oleh responden.

Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kekuatan atau

keunggulan di mata responden, pemerintah, masyarakat dan swasta perlu

menjaga kualitas dan mempertahankan kinerja dari variabel-variabel tersebut.

3. Kuadran III

Variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh responden dan pada

kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Variabel-variabel yang Kuadran IV

Berlebihan Kuadran III

Prioritas Rendah Kuadran I Prioritas Utama

Kuadran II Pertahankan

(29)

14

termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena

pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden amat kecil.

4. Kuadran IV

Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat

kepentingan yang rendah menurut responden namum memiliki kinerja yang

baik sehingga dianggap berlebihan oleh responden. Peningkatan kinerja pada

variabel-variabel ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan

(30)

15 1.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Analisis Peneliti (2014) Persepsi dan preferensi

Pengunjung

KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI MUSI SEBAGAI RUANG PUBLIK

Penggunaan Ruang Publik Benteng Kuto Besak

Kesimpulan dan Saran Efektifitas dan kepuasan Ruang Publik Benteng Kuto Besak

Jenis Ruang Publik 1. Plaza

2. Pedestrian

Analisis 1. Deskriptif kualitatif 2. Deskriptif kuantitafif

Penilaian persepsi dan preferensi pengunjung

Ketidaksesuaian ruang publik dengan fungsi

penggunaanya

Efektifitas & kepuasan penggunaan ruang publik di kawasan benteng

(31)

16 1.8 Sistematika pembahasan

Pembahasan penelitian ini terdiri dari 5 Bab. Adapun sistematika

pembahasannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memaparkan latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan dan sasaran, ruang lingkup materi yang memuat batasan studi atau

kajian subtansi, serta ruang lingkup wilayah, kerangka pemikiran,

metodologi studi yang meliputi metode pengumpulan data, metode

analisis yang digunakan serta berisi tentang sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab bagian ini akan membahas beberapa teori yang melandasi studi

ini. Adapun yang akan dibahas yaitu efektiftas yang terdiri dari

pengertian efektifitas, pendekatan terhadap efektifitas. Kemudian

dilanjutkan menegani ruang publik yang terdiri dari pengertian ruang

publik, klasifikasi ruang publik, fungsi ruang publik, macam–macam

bentuk ruang terbuka publik, tipologi ruang publik, manfaat ruang

publik, pemanfaatan ruang publik, kemudian karakterisistik ruang publik

dan kawasan waterfront.

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum kawasan Benteng Kuto

Besak yang meliputi gambaran umum Wilayah Kecamatan Bukit Kecil,

kondisi fisik ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak.

BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK BENTENG KUTO BESAK

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai analisis kepuasan dan efektifitas

penggunaan ruang publik BKB yang dilihat dari karakteristik pengguna

dan penggunaan, serta persepsi dan preferensi pengunjung ruang publik

BKB.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan studi yang dilakukan. Selain

(32)

17

diajukan bedasarkan kesimpulan yang diperoleh. Pada bagian akhir

(33)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan membahas beberapa tinjauan pustaka yang melandasi

studi ini. Adapun yang akan dibahas yaitu efektifitas yang terdiri dari pengertian

efektifitas, pendekatan terhadap efektifitas. Kemudian dilanjutkan bahasan

mengenai ruang publik yang terdiri dari pengertian ruang publik, klasifikasi ruang

publik, fungsi ruang publik, macam–macam bentuk ruang terbuka publik, tipologi

ruang publik, manfaat ruang publik, pemanfaatan ruang publik, kemudian

karakterisistik ruang publik dan kawasan waterfront.

2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan yang dapat berhasil guna. Efektifitas disebut juga efektif,

apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah

tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).

Menurut Cambel J.P, pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling

menonjol adalah:

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)

Sehingga efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampuan

operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektifitas dapat

diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat

(34)

19

telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Sementara itu, menurut Richard

M. Steers, efektifitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk

dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.

Efektifitas dapat didefinisikan dengan empat hal yang menggambarkan

tentang efektivitas, yaitu:

1. Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya

diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.

2. Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik dengan

lawan yang lain sebagai yang terbaik.

3. Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil

yang bermanfaat.

4. Menangani tantangan masa depan.

Efektifitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau

pencapaian tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas,

yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian

target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut

sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari

tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Efektifitas = Ouput Aktual / Output Target >=1

a. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama

dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.

b. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada (satu),

maka efektifitas tidak tercapai.

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas

Pendekatan efektifitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang

(35)

20

berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang

terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang

kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan

mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut

(Price, 1972:15).

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektifitas dengan

pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu

dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang

direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana

organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu

lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu

lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara

keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu

lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang

merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber

yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan

dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan

(36)

21

terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan

memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber

yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

lembaga.

2.2 Ruang Publik

Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada

batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas

melakukan segala macam kegiatan dengan rasa tenang, nyaman dan tanpa tekanan

dari siapapun. Ruang publik juga adalah suatu tempat umum dimana masyarakat

melakukan aktivitas rutin dan fungsional yang mengikat sebuah komunitas, baik

dalam rutinitas normal dari kehidupan sehari – hari maupun dalam perayaan yang

periodik. Ruang publik yang bisa berfungsi optimal untuk kegiatan publik bagi

komunitas maupun individu pada umumnya, mempunyai ciri – ciri antara lain:

merupakan lokasi yang sibuk/startegis, mempunyai akses yang bagus secara

vidual dan fisik, ruang yang merupakan bagian dari suatu jalan (jalur sirkulasi),

mempunyai tempat duduk antara lain berupa anak tangga dan bangku taman

(Carr, 1992).

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, ruang publik tetap

berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk bertemu, berkumpul dan

berinteraksi baik untuk kepentingan ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan

demikian, fungsi ruang dapat berubah dengan sejalan berubahnya kebutuhan

pengguna, dimana ruang menyediakan kerangka kerja sebaik mungkin untuk

mengantisipasi perkembangan dan perubahan dalam masyarakat (Project for

Public Space atau PPS,2011).

Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, ruang

publik merupakan tempat atau wadah bagi masyarakat untuk melakukan suatu

aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi serta hiburan, dan tentu saja

mengarah kepada jenis kegiatan hubungan sosial. Ruang juga harus selalu

mengikuti perubahan kebutuhan bagi penggunanya karena keterlibatan

masyarakat di dalamlah sebagai pemakai fasilitas di ruang publik tersebut.

(37)

22

ruang publik dalam suatu urutan pengaturan yang berurutan dan saling berkaitan

antar elemen sehingga menciptakan ruang publik yang fungsional. Elemen -

elemen ruang publik itu seperti taman, areal parkir, jalan maupun pedestrian

(Shirvani, 1985).

2.2.1 Klasifikasi Ruang Publik

Berdasarkan penggunaanya, ruang publik ditinjau dari beberapa aspek,

antara lain:

1. Ruang publik ditinjau dari aspek fisik

Menurut Shirvani (1985) dalam urban design dikenal enam elemen fisik

yang digunakan untuk membuat kebijakan, rencana, panduan desain dan program.

Elemen fisik tersebut antara lain sistem keterkaitan ruang (sirkulasi, aksesibilitas

dan parkir), jalur pejalan kaki (pedestrian ways), aktivitas penunjang (activity

support), street furniture. Sehingga dapat dikatakan bahwa, salah satu fungsi

urban space adalah sebagai sebagai simpul kegiatan.

Elemen - elemen fisik tersebut juga didukung oleh activity support yaitu

menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan

fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai. Tujuannya

adalah untuk menciptakan kehidupan kota yang sempurna/ lebih baik dan bersifat

mendidik (Carolina, 2007). Aktivitas penunjang ini tentu saja dapat menunjang

ruang publik, sebab antara aktivitas dan elemen fisik selalu saling melengkapi

Oleh sebab itu, elem fisik dan aktivitas adalah elemen penting dalam urban

design.

Menurut Huat dan Edwards (1992) dalam suatu ruang kota dibutuhkan

elemen-elemen pendukung (street furniture) untuk penataan ruang publik, sebagai

berikut:

a. Lampu, dimana standar penerangan untuk skala jalur pedestrian secara

umum adalah ketinggian maksimum 12 kaki dan penerangan maksimum

75 watt dengan jarak masing-masing penerangan 50 meter.

b. Signage, berupa tanda-tanda yang diperhikan untuk menunjukkan identitas

jalur pedestrian, arah, rambu lalu lintas serta memberi informasi lokasi

(38)

23

c. Ground cover, berupa penggunaaan pavling block atau aspal yang harus

diperhatikan dalam perencanaan jalur pedestrian.

d. Bangku, digunakan untuk mengantisipasi keinginan pejalan kaki untuk

beristirahat atau menikmati suasana sekitarnya.

e. Kios, peneduh (shelter) dan kanopi, keberadaan kios dapat memberi

petunjuk jalan dan menarik perhatian pejalan kaki sehingga mereka mau

menggunakan jalur pedestrian dan menjadikan jalur tersebut hidup, tidak

monoton.

f. Tanaman peneduh, disamping untuk mempercantik kawasan, juga sebagai

vegetasi untuk mengurangi polusi udara.

g. Tempat sampah perlu untuk menjaga kebersihan jalur pedestrian sehingga

pejalan kaki merasa nyaman dan tidak terganggu.

2. Ruang publik ditinjau dan aspek sosial

Ruang publik dalam fungsinya sebagai area sosial dapat dimanfaatkan

sebagai tempat berkumpul oleh berbagai macam golongan, dimana kegiatan yang

terjadi dapat beragam seperti olah raga dan bermain dengan suasana yang nyaman

dan teduh dari vegetasi yang cukup rindang (Nazaruddin,1996 dalam Mulyandri,

2011). Dapat diartikan bahwa, ruang publik dapat mengakomodasi kebutuhan

masyarakat akan interaksi sosial baik berkumpul ataupun berkomunikasi.

3. Ruang publik ditinjau dari aspek ekologis

Keberadaan ruang terbuka yang dilengkapi dengan unsur-unsur vegetasi,

sedikit banyak juga dapat memberikan andil dalam mengurangi dampak polusi

udara ini. Bahkan menurut Catanese (1979) dalam Prasetyo (2011), fungsi ruang

terbuka dari segi ekologi akan memberikan keseimbangan ekologi untuk

mencegah polusi udara di perkotaan melalui unsur vegetasi yang beragam.

Sedangkan Bueren (2012) menjelaskan bahwa fungsi tanaman dalam ruang

terbuka secara ekologi adalah sebagai pengendali iklim (climate control), dimana

tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan manusia.

Dengan adanya vegetasi (tanaman) dalam penataan ruang publik nanti,

(39)

24

penyegaran udara, menurunkan kadar polusi udara serta dapat meredam

kebisingan.

4. Ruang publik ditinjau dari aspek ekonomi

Kegiatan eceran yang hadir di ruang publik disebut oleh Shirvani (1985)

sebagai salah satu elemen activity support yaitu aktivitas pendukung yang

meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat ruang

publik kota, karena aktivitas - aktivitas dan ruang fisik selalu menjadi pelengkap

satu sama lain. Hal ini nampaknya menjadi masalah kritis dan penting dari

aktivitas pendukung adalah bagaimana perilaku aktivitas pendukung dan

kesempatan yang dikembangkan, dikoordinasikan dan diintegrasikan ke dalam

susunan fisik perkotaan yang ada.

Hadirnya suatu kegiatan dalam ruang publik merupakan potensi yang

selalu dilakukan oleh pelaku kegiatan ekonomi untuk memperoleh sesuatu,

termasuk di dalamnya pedagang kaki lima (PKL). Pedagang kaki lima menurut

keputusan Memperindag No. 23/MPP/kep/l/1998 tentang lembaga-lembaga usaha

perdagangan, adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang

dengan menggunakan bagian jalan/ trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan

umum. Biasanya para PKL memilih tempat-tempat yang banyak dikunjungi

pengunjung. Aktivitas kaki lima ini kemudian menjadi sorotan banyak orang

termasuk pemerintah kota, terutama karena merekalah yang paling terlihat dan

dalam aktivitasnya mereka memerlukan ruang (semi permanen) yang cukup luas

(Dimara dalam Naupan, 2007).

Sebagai elemen kota, peranan ruang terbuka publik dapat menjadi tempat

interaksi sosial, kegiatan ekonomi, maupun sebagai penyelaras kehidupan

perkotaan serta juga dapat menjadi salah satu pendukung kegiatan dalam

perancangan kota yang secara tidak langsung dapat mendorong perkembangan

suatu kawasan tersebut. Selain itu juga, perlu diperhatikan keterkaitan antara

ruang publik yang sinergis dengan fasiltas pelayan umum yang nantinya memiliki

(40)

25 2.2.2 Fungsi Ruang Publik

Ruang publik adalah suatu wadah yang menampung suatu aktivitas

masyarakat di suatu wilayah maupun tempat tertetu, sehingga rung publik dapat

memberikan dampak yang positif bagi suatu masyarakat maupun kelompok. Oleh

karena itu, ruang publik memiliki fungsi – fungsi tertentu. Menurut Hakim (1993),

ruang publik memiliki fungsi sosial dan ekologi, yaitu:

1. Fungsi sosial:

a. Tempat bermain.

b. Tempat berolahraga.

c. Tempat bersantai/menununggu.

d. Tempat komunikasi sosial

e. Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan.

f. Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain.

g. Sebagai pembatas atau jarak di antara massa dengan bangunan.

2. Fungsi ekologi :

a. Penyegaran udara.

b. Menyerap air hujan.

c. Pengendalian banjir.

d. Memelihara ekosistem tertentu.

e. Pelembut arsitektur bangunan.

Menurut Darmawan (2007), fungsi ruang publik dalam perencanaan kota:

1. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal maupun

informal seperti sholat IED pada hari raya idul fitri dan peringatan penting

lainnya. Disamping itu, kegiatan informal dapat bisa juga terjadi seperti

pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam sebuah acara santai dan

rekreatif seperti konser musik yang dalam sebuah panggung yang

diselenggarakan oleh televisi swata. Kegiatan informal lainnya adalah demo

mahasiswa ataupun masayarakat dengan tujuan untuk menyampaikan

aspirasi maupun protes terhadap kebijakan dan keputusan suatu pihak baik

(41)

26

2. Sebagai tempat kegiatan bagi pedang kaki lima yang menjualkan makanan,

minuman, souvenir dan jasa seperti foto bagi pengunjung.

3. Sebagai paru–paru kota yang dapat menyegarkan uadara kawasan tersebut,

sekaligus sebagai ruang evakuasi apabila terjadi bencana.

4. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor – koridor, jalan menuju ke

arah ruang terbuka publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari

struktur kota yang sekaligus sebagai pembagi ruang – ruang fungsi bangunan

disekitarnya.

Berdasarkan fungsi – fungsi ruang publik di atas, dapat dikatakan bahwa

ruang publik menjadi bernilai penting dalam mewadahi kegiatan masyarakat di

suatu tempat serta juga ruang publik sebagai tempat interaksi masyarakata dengan

lingkungan alam.

2.2.3 Macam – Macam Bentuk Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka sebagai wadah kegiatan bersama, dapat dibedakan menjadi

dua kelompok besar, yaitu (Hakim, 2003 dalam Mulyandri, 2011):

1. Ruang terbuka umum, dapat diuraikan menjadi berikut:

a. Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak diluar massa bangunan.

b. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang (warga).

c. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multi fungsi).

d. Contoh ruang terbuka umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan,

plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman rekreasi.

2. Ruang terbuka khusus, pengertiannya adalah sebagai berikut:

a. Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan.

b. Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan

khusus/ spesifik.

c. Contoh ruang terbuka khusus adalah taman rumah tinggal, taman lapangan

upacara, daerah lapangan terbang, dan daerah untuk latihan kemiliteran.

Menurut Project Public Spaces (2007), sebagai pelengkap dan pengontras

bentuk kota, bentuk dan ukuran ruang terbuka merupakan suatu determinan utama

(42)

27

terbuka, sebagi salah satu elemen fisik kota yang dapat menciptakan kenikmatan

kota, menyangkut nilai kemanusiaan, karena di dalam ruang terbuka ini banyak

manusia dengan berbagai aktivitas bertemu.

2.2.4 Tipologi Ruang Publik

Pada saat ini, jenis ruang publik sangat beragam yang menggambarkan

bahwa bentuk kegiatan manusia semakin berkembang dan beragam. Ditinjau dari

jenis kegiatannya, jenis ruang publik terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Ruang publik aktif yaitu ruang publik yang memiliki unsur-unsur kegiatan

didalammnya seperti bermain, olahraga, jalan-jalan. Bentuk ruang publik ini

berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja,

penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.

2. Ruang publik pasif yaitu ruang publik yang tidak memiliki unsur-unsur

kegiatan manusia didalamnya seperti penghijauan di tepian jalur jalan dan rel

kereta api, penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Biasanya ruang publik

ini bersifat visual dan fungsi biologis.

Berdasarkan konteksi dimana ruang tersebut berada, ruang publik terbagi

menjadi 4 yaitu (Bach, 1992):

1. Ruang-ruang formal, biasanya ruang publik ini bebentuk plaza dari

bangunan-bangunan religious dan pemerintah seperti Piazza San Marco (Venice), Place

de la Concorde (Paris), dan Piazza del Campo (Siena).

2. Ruang-ruang yang protektif, biasanya ruang publik ini berskala kecil, intim,

dan terdapat tempat duduk dan mengobrol di bagian tertentu seperti Place des

Vosges (Paris) yang berada di lingkungan perumahan. Kemudian ruang publik

ini bersifat semi publik dan digunakan pada waktu tertentu saja seperti di

Kappelerhof (Zurich) hanya untuk parade saja.

3. Ruang-ruang kasual, merupakan bentuk umum dari ruang public seperti plasa

dan waterfront, terdapat pedestrian dan transportasi publik, sering terjadi

kontak dan interaksi sosial.

4. Ruang-ruang linear, merupakan bentuk ruang publik berupa jalan, arcade,

(43)

ruang-28

ruang interior di dalam bangunan privat seperti atrium dan supermarket atau

mall.

Kemudian, lebih lengkapnya terdapat beberapa tipologi dari ruang publik yang

telah di jelaskan oleh Carr (1992), seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Tipologi Ruang Publik

Tipologi Jenis Karakteristik

Taman Publik Taman Publik Pusat Ruang terbuka yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai bagian dari zona ruang terbuka dalam system perkotaan dan umunya di pusat kota. Taman di Pusat Kota Taman hijau dengan rerumputan dan vegetasi yang

berlokasi di daerah pusat kota dapat berupa taman tradisional, taman bersejarah, atau taman yang sengaja dibangun untuk penghijauan kota.

Taman Umum Area hijau yang luas dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi

Taman Lingkungan Ruang terbuka yang dibangun di daerah hunian, dikembangkan dan dikelola oleh public sebagai bagian dari zona ruang terbuka di perkotaan, ataupun sebagai bagian dari pengembangan hunian baru, termasuk taman bermain, fasilitas olah raga, dan lain-lain. Taman Mini Taman kecil perkotaan yang memanfaatkan

ruang-ruang di sela-sela bangunan. Lapangan dan

Plaza

Lapangan Pusat Ruang terbuka yang sering merupakan bagian dari sejarah perkembangan suatu kota, dapta direncanakan secara formal ataupun sebagai tempat pertemuan yang dikembangkan dan dikelola secara publik.

Perusahaan Plaza Plasa yang dikembangkan sebagai bagian dari pembangunan gedung-gedung, perkantoran atau komersial, umumnya berada di pusat kota atau kawasan perkantoran baru di daerah pinggiran, dikembangkan dan dikelola oleh pemilik bangunan, namun beberapa dapat dikembangkan secara publik tapi kebanyakan didanai dan dikembangkan oleh privat.

Taman Peringatan Ruang publik yang dibangun untuk memberi penghormatan kepada para pahlawan atau kejadian bersejarah/penting baik di tingkat local maupun nasional.

Pasar Pasar Tradisional Ruang terbuka atau jalan yang digunakan sebagai tempat berjualan kebutuhan sehari-hari atau pasar tradisional, umunya bersifat temporer atau terjadi ketika terdapat taman kota atau tempat parkir.

Jalan Jalur Pejalan Kaki Bagian dari kota dimana orang biasa melakuakan perjalana dengan kaki, bias berupa jalur yang direncanakan atau tidak, yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain.

(44)

29

Tipologi Jenis Karakteristik

Transit Mall Pengembangan area-area transit, hanya dilalui untuk kendaraan umum yang menghubungkan ke pusat kota seperti terminal dan halte.

Jalan yang dibatasi Lalu Lintas

Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka publik dimana lalu lintas kendaraan dibatasi dan jalur-jalur pejalan diperlebar dan dilengkapi dengan bangku dan pohon.

Jalan Kota Pemanfaatan ruang-ruang terbuka dan jalan yang menghubungkan bagian-bagian perkotaan.

Lapangan Bermain

Tempat Bermain Taman bermain yang biasanya berlokasi di daerah hunian yang dilengkapi dengan sarana bermain dan kenyamanan seperti bangku taman.

Halaman Sekolah Area bermain yang dibangun sebagai tempat untuk mengamati keberadaan lingkungan atau tempat kegiatan masyarakat.

Ruang-ruang di lingkungan hunian yang didesain, dikembangkan dan dikelola oleh penghuni setempat umumnya dibangun di lahan milik pribadi atau menggunakan lahan kosong yang tidak digunakan termasuk kebun, tempat bermain, dan taman.

Jalan Hijau dan Jalan Taman

Tempat Rekreasi Area-area alami dan ruang rekreasi yang dihubungkan dengan jalur pedestrian dan sepeda.

Atrium/ Pasar Tertutup

Atrium Ruang privat interior yang dikembangkan sebagai atrium dalam ruangan, sering juga disebut festival marketplace, dikelola dan dikembangkan oleh privat. Pusat pebelanjaan Kota Area belanja di dalam ruangan namun biasa juga diluar

ruangan, sering juga disebut festival marketplace, dikelila dan dikembangkan oelh privat.

Ruang Lingkungan

Ruang Terbuka Ruang terbuka yang aksessibel untuk publik seperti pojok jalan, tangga menuju bangunan atau lahan kosong, sering digunakan oleh anak-anak, remaja dan permukiman lokal.

Tepi Laut Tepi Laut, Pelabuhan, Pantai, Sungai, Dermaga, Danau

Ruang terbuka di sepanjang tepian air di dalam area perkotaan dan diperuntukkan bagi publik.

Sumber: Carr,1992

2.2.5 Manfaat Ruang Publik

Beberapa manfaat ruang publik yang diutarakan oleh beberapa ahli, antara

lain:

1. Ruang publik melayanai kebutuhan sosial masyarakat dan memberikan

pengetahuan bagi para pengunjungnya. Ruang dapat dimanfaatkan untuk

melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan masyarakat serta memberikan

(45)

30

masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai tempat hiburan, rekreasi sampai

edukasi.

2. Ruang publik menciptakan interaksi antar berbagai kelompok masyarakat

sebagai tempat berkumpul atau sekedar bertemu. Selain itu, ruang ini memiliki

peran dalam mengungkapkan arti maupun nilai dari ruang tersebut,

diantaranya menyampaikan nilai sosial dan budaya (Carr, 1992).

3. Ruang publik memberikan alternatif bagi masyarakat kota dalam melakukan

suatu pergerakan.Dilihat dari sifat dinamisnya, ruang publik menjadi salah

satu bagian penting dalam suatu kawasan yang dapat memberikan suatu

pilihan dalam melakukan pergerakan (Carr, 1992).

4. Ruang publik meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga meningkatkan

kualitas lingkup suatu kota. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vegetasi

sebagai paru- paru kota sekaligus sebagi penyejuk udara disuatu areal ataupun

bangunan, serta pengembangan rekrasi yang berbasis edukasi bagi

kesejahteraan masyarakat (Carr, 1992).

Dapat disimpulkan bahwa, banyak manfaat yang didapat dari tersedianya

ruang publik pada kawasan perkotaan yaitu sebagai sarana interaksi sosial dimana

masyarakat dapat berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas.

2.3. Pemanfaatan Ruang Publik

Pemanfaatan ruang publik adalah penggunaan ruang publik sebagai ruang

yang melayani kebutuhan fisik, mental, memberikan pengetahuan kepada

pengunjungnya, serta juga sebagai simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial

untuk menciptakan interaksi antarkelompok masyarakat (Carr, 1992).

Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat, antara lain sebagai tempat

untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca.

Menurut Undang – Undang nomor 26 tahun 2007, pemanfaatan ruang

adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan

rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

pembiayaannya. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ruang adalah suatu

(46)

31

Perilaku ataupun aktivitas manusia terhadap penggunaan ruang terbuka

ditimbulkan karena adanya kebutuhan dari manusia tersebut untuk

mempergunakan ruang terbuka. Secara psikologis, manusia membutuhkan tempat

dimana dia dapat beraktivitas dan berinterkasi sesama manusia lainnya. Aktivitas

itu berbagai macam dapat berupa olah raga, jalan – jalan, duduk – duduk maupun

berkumpul bersama teman atau keluarga. Menurut Haryadi dan Setiawan (2010),

kegiatan selalu mengadung empat hal pokok yaitu pelaku, macam kegiatan,

tempat dan waktu berlangsunya kegiatan.

Menurut Brignull dan Rogers (1999) ada beberapa aktivitas yang dilakukan

oleh pelaku yaitu:

1. Apa (What)

Aktivitas–aktivitas apa saja yang paling sering dilakukan individu dan

memperhatikan karakteristik tingkah laku manusia.

2. Siapa (Who)

Siapa saja pelaku aktivitas dan memperhatikan tipe pelaku, yang dilihat dari

segi kebudayaan, kelas sosial, usia, kebiasaan, jenis kelamin.

3. Dimana (Where)

Memperhatikan karateristik tempat khusus dimana saja aktivitas berlangsung.

4. Kapan (When)

Kapan aktivitas tersebut dilaksanakan dan kecenderungan minat seseorang

pada waktu tertentu untuk melakukan aktivitas.

5. Mengapa (Why)

Berupa alasan mengapa suatu aktivitas berlangsung di suatu tempat.

2.3.1 Karakteristik

2.3.1.1 Pengguna Ruang Publik

Pada suatu ruang publik, pengguna adalah faktor yang mempengaruhi

ruang tersebut berhasil atau tidak, karena ruang publik yang banyak dikunjungi

dan dimanfaatkan seluruh fasilitas dan layanannya dapat dikatakan ruang tersebut

berhasil. Menurut Hermawan (2006), pengguna ruang dapat dikelompokkan

dalam beberapa kelompok umur yaitu, orang tua, dewasa, remaja, dan anak –

Gambar

Tabel 2.1 Tipologi Ruang Publik
Gambar 3.1 Peta Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Bukit Kecil
Gambar 3.2
Gambar 3.3 Bangunan Bersejarah di sekitar Ruang Publik
+7

Referensi

Dokumen terkait