ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI
MUSI KOTA PALEMBANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh : AHMAD SYARIF
1.06.09.008
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI
MUSI KOTA PALEMBANG
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota
Ahmad Syarif NIM. 1.06.09.008
Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal:
23 Agustus 2014
Menyetujui; Pembimbing
Rifiati Safariah, ST., MT. NIP. 4127 70 17 002
Mengetahui;
Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi dan Ilmu Komputer Perencanaan Wilayah dan Kota
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Ahmad Syarif
NIM : 10609008
TTL : Palembang, 24 September 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Padang Kota/Kab. : Palembang Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Kost : Masjid An- Nur No 9, Bandung
Tlp : 085267725434
Email : achmadsyarif12gmail.com
Pendidikan
TK : Kapota Bakti (1995 - 1997)
SD : SD Negeri 64 Palembang (1997 - 2003) SMP : SMP Negeri 17 Palembang (2003 - 2006) SMU : SMA Negeri 2 Palembang (2006 - 2009) Perguruan Tinggi : UNIKOM Bandung (2009 - 2013)
(Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota)
Pengalaman Organisasi 1. SMP N 17 Palembang
Pramuka
2. SMA N 2 Palembang Anggota OSIS
3. UNIKOM Bandung
Pengalaman Seminar
Seminar “Eksplorasi Isu-Isu Perencanaan Pembangunan Terkait Aspek Ekonomi dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Studi Kasus: Bandung metropolitan Area dan Jawa Barat)” Auditorium Miracle UNIKOM, 11 Maret 2010.
Seminar “Pengembangan Infrastruktur Perkotaan Berbasis Pembiayaan Non-Konvensional (Potensi Sukuk Sebagai Sumber Pembiayaan) Auditorium Miracle UNIKOM, 29 April 2010.
Data Orang Tua
Nama Bapak : H. Hamdallah Nama Ibu : Hj. Yuslaini
Alamat : Jalan Natuna No: 828
RT 11/RW 12 Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat I
Kabupaten/Kota : Kota Palembang Telepon : (0711) 374878
Hormat Saya,
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATAPENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan dan Sasaran ... 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
1.4.1 Lingkup Wilayah ... 5
1.4.2 Lingkup Materi ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.6 Metodologi Penelitian ... 9
1.6.1 Variabel Penelitian... 9
1.6.2 Metode Pengumpulan Data... 10
1.6.3 Metode Pengumpulan Sampel ... 10
1.6.4 Metode Analisis ... 11
1.7 Kerangka Pemikiran ... 15
1.8 Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas ... 18
2.1.1 Pengertian Efektifitas ... 18
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas ... 19
2.2 Ruang Publik ... 21
vi
2.2.2 Fungsi Ruang Publik ... 25
2.2.3 Macam-Macam Bentuk Ruang Terbuka Publik ... 26
2.2.4 Tipologi Ruang Publik ... 27
2.2.5 Manfaat Ruang Publik ... 29
2.3 Pemanfaatan Ruang Publik ... 30
2.3.1 Karakteristik ... 31
2.3.1.1 Pengguna Ruang Publik ... 31
2.3.1.2 Prilaku/Aktivitas Pengguna Ruang Publik ... 32
2.3.2 Pola Pemanfaatan ... 34
2.4 Kawasan Waterfront ... 35
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ruang Publik ... 37
BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Bukit Kecil ... 41
3.1.1 Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Bukit Kecil ... 41
3.1.2 Luas Wilayah ... 43
3.1.3 Jumlah Penduduk ... 43
3.1.4 Pendidikan ... 44
3.1.5 Kesehatan ... 44
3.1.6 Agama ... 44
3.2 Gambaran Kondisi Fisik Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak ... 45
3.2.1 Tinjauan Ekternal... 45
3.2.2 Tinjauan Internal ... 47
4.3 Potensi dan Persoalan Ruang Publik di Kawasan BKB ... 53
3.3.1 Potensi Ruang Publik di Kawasan BKB ... 53
3.2.2 Persoalan Ruang Publik di Kawasan BKB ... 55
BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DI KAWAWASAN BKB 4.1 Karakteristik Ruang Publik BKB ... 61
vii
4.1.2 Karakteristik Penggunaan Ruang Publik Plaza ... 68
4.1.2.1 Karakteristik Penggunaaan Ruang Publik Plaza ... 68
4.1.2.1.1 Fungsi Ruang Publik Plaza ... 68
4.1.2.1.2 Kegiatan/Penggunaan di Ruang Publik Plaza yang tidak Sesuai Fungsi ... 69
4.1.2.2 Karakteristik Penggunaan Ruang Publik Pedestrian ... 70
4.1.2.2.1 Fungsi Ruang Publik Pedestrian ... 70
4.1.2.2.1 Kegiatan/Penggunaan di ruang Publik Pedestrian yang tidak Sesuai Fungsi ... 71
4.2 Analisis Efektifitas Penggunaan Ruang Publik BKB ... 71
4.2.1 Penilaian Ruang Publik Plaza ... 71
4.2.1.1 Penilaian Kesesuaian Fungsi Ruang Publik Plaza ... 71
4.2.1.2 Penilaian tentang Kondisi Ruang Publik Plaza ... 72
4.2.2 Penilaian ruang Publik pedestrian ... 74
4.2.2.1 Penilaian Kesesuaian Fungsi Ruang Publik Pedestrian ... 74
4.2.2.2 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian ... 76
4.3 Analisis Kepuasan Pengunjung Pengunjung Berdasarkan Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik BKB ... 78
4.3.1 Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik Plaza ... 79
4.3.2 Persepsi dan Preferensi Tentang Kondisi Ruang Publik Pedestrian ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Rekomendasi ... 98
5.3 Catatan Studi dan Studi Lanjutan ... 99
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Variabel Penelitian ……….…. 9
Tabel 1.2 Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut …………...……….. 12
Tabel 2.1 Tipologi Ruang Publik ……… 28
Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil Tahun
2012……….. 43
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan
di Kecamatan Bukit Kecil Tahun 2012……….……… 43
Tabel 3.3 Jumlah Rumah Ibadah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bukit Kecil
Tahun 2012………..….. 44
Tabel 3.4 Kondisi Elemen Fisik di Dalam Ruang Publik BKB ……… 48
Tabel 3.5 Kesimpulan Potensi dan Persoalan Penggunaan Ruang Publik di
Kawasan BKB………..………. 59
Tabel 4.1 Pengguna Ruang Publik BKB berdasarkan Usia Pengunjung ………..… 61
Tabel 4.2 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Kelamin……..………. 62
Tabel 4.3 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Pekerjaan……….. 63
Tabel 4.4 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Sumber Penghasilan……….. 63
Tabel 4.5 Rincian yang Berpenghasilan Sendiri……….. 64
Tabel 4.6 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Hari Kunjungan………. 64
Tabel 4.7 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Waktu Kunjungan…….……. 65
Tabel 4.8 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Lama Kunjungan……… 65
Tabel 4.9 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Jenis Kendaraan………. 66
Tabel 4.10 Pengguna Ruang Publik BKB Berdasarkan Parkir Kendaraan…….….…. 66
Tabel 4.11 Pengguna Ruang Publik BKB berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal……. 67
Tabel 4.12 Pengungjung yang Mengetahui Fungsi Ruang Publik Plaza…………..…. 68
Tabel 4.13 Pengungjung yang Melakukan Kegiatan di Ruang Publik Plaza…………. 69
Tabel 4.14 Pengungjung yang Mengetahui Fungsi Ruang Publik Pedestrian………… 70
Tabel 4.15 Pengunjung yang Menggunakan Pedestrian………. 71
ix
Tabel 4.17 Penilaian Menurut Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang
Menggunakan………. 73
Tabel 4.18 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang tidak Menggunakan……….. 74
Tabel 4.19 Penilaian Kesesuaian Fungsi Pedestrian………. 75
Tabel 4.20 Penilaian Kesesuaian Fungsi Pedestrian……….. 75
Tabel 4.21 Penilaian Pengunjung yang Menggunakan Pedestrian……… 76
Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang tidak Menggunakan………..… 77
Tabel 4.23 Bobot Persepsi (Skala Likert)………. 79
Tabel 4.24 Bobot Persepsi Pengunjung Tentang Ruang Publik Plaza……….. 80
Tabel 4.25 Bobot Preferensi (Skala Likert)………..…. 81
Tabel 4.26 Bobot Preferensi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza……….. 82
Tabel 4.27 Bobot Persepsi dan Preferensi Penggunaan Ruang Publik Plaza di Setiap Variabel………..……… 84
Tabel 4.28 Hasil Analisis Kuardan Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Plaza……… 86
Tabel 4.29 Penilaian Kesenjangan Tiap Variabel……….. 87
Tabel 4.30 Bobot Persepsi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian...……… 88
Tabel 4.31 Bobot Preferensi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian…….….. 90
Tabel 4.32 Bobot Persepsi dan Preferensi Penggunaan Ruang Publik Pedestrian di Setiap Variabel……….…… 92
Tabel 4.33 Hasil Analisis Kuardan………...………. 94
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kawasan Plaza Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi………. 3
Gambar 1.2 Peta Kawasan Ruang Publik Kawasan Benteng Kuto Besak ……… 8
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran……….………….. 15
Gambar 2.1 Karakteristik Ruang Kegiatan………..………... 34
Gambar 3.1 Peta Batas Wilayah Administrasi Kecamatan Bukit Kecil……….. 42
Gambar 3.2 Batas Wilayah Ruang Publik Kawasan BKB……… 46
Gambar 3.3 Bangunan Bersejarah di sekitar Ruang Publik………..….... 47
Gambar 4.1 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang Menggunakan ……….. 73
Gambar 4.2 Penilaian Tentang Ruang Publik Plaza Menurut Responden yang tidak Menggunakan ………... 74
Gambar 4.3 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang Menggunakan………..….. 77
Gambar 4.4 Penilaian Tentang Kenyamanan Ruang Publik Pedestrian Menurut Responden yang tidak Menggunakan………..……….. 78
Gambar 4.5 Bobot Persepsi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza………... 81
Gambar 4.6 Bobot Preferensi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Plaza…………..…. 83
Gambar 4.7 Analisi Kuadran Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Plaza.. 85
Gambar 4.8 Analisis Gap Persepsi dan Preferensi Pengunjung Ruang Publik Pedestrian. 87 Gambar 4.9 Bobot Persepsi Pengunjung Terhadap Ruang Publik Pedestrian……….…. 89
Gambar 4.10 Bobot Preferensi Pengunjung Tentang Ruang Publik Pedestrian…………. 91
101
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hakim, R dan Utomo, H. 2004.Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap.
Jakarta:Bumi Aksara
Gunawan, Myra P.1999.Musi Riverside Tourism Development.Bandung:ITB
Lynch, Kevin.1981.Good City From.Cambridge:The MIT Press.
Y. Linda., Perkembangan Pola Ruang Kota Medan, Tesis S2, Univesitas Sumatera
Utara.
BPS, Badan Pusat Statistik. 2012. Palembang Dalam Angka. Kota Palembang.
Prof. Dr. Hadi Sabari Yunus, M.A. 2008, Dinamika Wilayah Peri-Urban
Determinan Masa Depan Kota, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
PEDOMAN DAN PERATURAN
Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Keputusan Presiden Ri
No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.1998.Penataan
Bangunan dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1991 tentang Sungai.
Dinas PU 1996. Konsep Petunjuk Teknis Penyusunan Sarana Induk Sistem
Perkotaan.
TUGAS AKHIR
Thaif, Muhammad Yusran. Arahan Pengembangan Kawasan Ruang Publik Pantai
Losari, Tugas Akhir, Jurusan PWK, UNIKOM, Bandung 2012.
Aulia Astri S. Pertimbangan Dan Komponen Pengembangan Ruang Publik Tepian
Sungai di Kawasan Benteng Kuto Besak Palembang. Tugas Akhir,
102
Rahnandahegar Ardin Adinugrah. 2012. Persepsi dan Preferensi, Masyarakat Kota
Lama Tangerang, Aspek Perancangan Kota, Importance Performance
Analysis. Tugas Akhir Universitas Komputer Indonesia
Melati, 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Peningkatan Ruang Terbuka di
Kelurahan Tamansari (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari Kota
Bandung). Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia.
E. E. Dura Cristian, 2013. Analisis Penguatan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Kecamatan Antapani (Studi Kasus: Kecamatan Antapani Kota
Bandung). Tugas Akhir. Universitas Komputer Indonesia.
MEDIA ELEKTRONIK
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan (Profil kota Palembang) (tanggal
akses 14 Juli 2014)
http://ruliamrullah.wordpress.com/ (Hijaunya Kota Kita) (tanggal akses 23 Juli)
Saksi Peradaban yang Terabaikan di Tepi Sungai Musi – KOMPAS.com (tanggal
akses 3 Agustus 2014)
Website City Walk at Woodbury (tanggal akses 4 Juli 2014)
www.prioritasnews.com/2013/02/25/jejak-tradisi-di-bantaran-musi (tanggal akses
6 Juli 2014)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas
Akhir. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjunan Nabi Besar
Muhammad S.A.W, yang senantiasa menjadi ilham dalam tiap arah pekerjaan.
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Kota Palembang” ini merupakan salah satu syarat kelulusan Mata kuliah Tugas Akhir, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia. Penyusunan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan dengan adanya usaha serta do’a dari penulis maupun dari
pihak-pihak lainnya. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih dengan hati yang tulus kepada :
1. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ayah Hamdallah dan Ibu Yuslaini, selaku orang tua yang telah
memberikan dorongan, semangat, kasih sayang serta doa yang tiada
henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Untuk tugas akhir ini,
kembali saya dedikasikan sebagai suatu penghormatan dan tanda bukti
khusus kepada beliau.
2. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
3. Prof. Dr. Ir Denny Kurniadie, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
Ilmu Komputer.
4. Ibu Rifiati Safariah. ST., MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan tenaga dalam membimbing penulis dengan sabar dalam
iii
5. Bapak Tatang Suheri, ST.,MT., selaku dosen wali yang telah membimbing
dan memberi motivasi kepada penulis dari masuk hingga selesainya masa
perkuliahan.
6. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si., selaku dosen penguji dalam pelaksanaan
sidang ujian yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam
memperbaiki laporan Tugas Akhir ini.
7. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti MT., Selaku dosen pengajar yang telah
memberikan masukan ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota.
8. Almarhumah Ibu Dr. Ir. Endang Saraswati, M.Sc., beliau merupakan
sosok yang sangat baik. Berkat dorongan dan semangat serta sumbangan
pemikiran yang telah beliau berikan kepada Penulis, akhirnya Penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Kakak-kakak dan Abang (Uni Sri, Uda Fauzan, Uni Fauziah, Uni Emil,
Uni Ira, Uni Nun dan Abang Afdal) tersayang yang selalu memberikan
dorongan, dukungan dan do’a selama ini.
10.Buat Om dan Tante (Keluarga besar saya “H.M Yuli” di Kota Bengkulu)
Terima Kasih Atas dukungan dan doanya.
11.Sahabat Penulis angkatan 2009: Achmad Alfan Rifai (Alvan), Andy
Andrean (Ryan), Arif Rahman (Arif), Amboday Boli Boli (Ambo), Bhuna
Hunam (Yunus), Criys Tommy (Tommy), Christian EE Dura (Tyan),
Chandra Setiawan (Cancan), Deni Supriatna (Denis), Ifan M Sofyan
(Ifan), Jakomina Meiske Muabuay (Meiske), Mifartz Fadiz (Mifar),
Margarida MGL Soares (Marga), Ridho Agustian (Edo), Rizal Purnama
Nugraha (Rizal), Mursalim Derlen (Salim), Sahal Abdul Fatah (Sahal),
Laode Ismail Munajad (Ici), Yogi Destriansyah (Ogi), Marianus B. Raja
Kappa (alm), terima kasih atas persahabatan dan kebersamaan yang indah
dan menyenangkan selama ini, semoga persahabatan kita tidak akan
pernah putus.
12.Teman-teman penulis seperjuangan yang juga menyelesaikan laporan
tugas akhir (Angga Sastranegara, Tasa Andrean, Giri Syalaludin) dan
iv
Barnes) Terima kasih atas rasa semangat berusaha hingga akhir. Bangga
melihat semangat yang kalian tunjukkan.
13.Teh Vitri yang selalu hadir di Sekretariat Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota terima kasih sudah memberikan kemudahan dalam
mengurusi surat-surat izin.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis sadari bahwa
Laporan Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan, Banyak
keterbatasan-keterbatasan baik dalam penyajian maupun dalam penulisannya. Untuk itu penulis
dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk dijadikan acuan didalam penyempurnaan penulisan Tugas Akhir nanti.
Bandung, Agustus 2014
Penulis
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan
dan sasaran, ruang lingkup, kerangka pemikiran, metodologi studi dan sistematika
pembahasan.
1.1 Latar Belakang
Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada
batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas
melakukan segala macam kegiatan dengan rasa tenang, nyaman dan tanpa tekanan
dari siapapun (Astri Aulia, ITB 2005). Menurut Carr (1992) ruang publik harus
responsif, demokratis dan bermakna. Responsif artinya ruang terbuka publik harus
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis
berarti ruang publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari
berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan bermakna berarti
ruang terbuka publik harus memiliki tautan dengan manusia, dunia luas, dan
konteks sosial. Dapat diartikan bahwa, ruang publik sebagai wadah aktivitas sosial
dan fungsional yang mempertemukan sekelompok masyarakat dalam rutinitas
normal kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan periodik.
Keberadaan ruang terbuka publik pada suatu kawasan kota sangat penting
artinya karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan baik itu dari segi
masyarakat, lingkungan maupun perkotaan melalui fungsi pemanfaatan ruang
yang ada di dalamnya yang memberikan banyak manfaat seperti olahraga, rekreasi
dan ruang terbuka hijau. Pada pengembangan ruang publik dalam konteks
perkotaan perlu memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh di dalamnya.
Selain itu, sebagai suatu ruang publik, perlu diketahui karakteristik pemanfaatan
ruangnya agar tercipta suatu ruang yang responsif bagi kebutuhan penggunanya.
Keberadaan ruang publik di kota – kota besar sangat diperlukan
masyarakat, salah satunya di perkotaan Palembang. Kota Palembang
membutuhkan ruang terbuka publik, yang tidak saja berfungsi sebagai estetika dan
2
berinteraksi satu sama lain serta sebagai tempat wisata yang murah bagi
warganya. Salah satu ruang publik yang terdapat di pusat Kota Palembang adalah
Kawasan Benteng Kuto Besak (BKB), yang berada pada tepian Sungai Musi.
Pada Kawasan Benteng Kuto Besak, terdapat beberapa bangunan bersejarah
seperti Benteng Kuto Besak (BKB), Museum Sultan Mahmud Badaruddin II,
Monumen Perjuangan (MONPERA) serta juga terdapat dermaga Sungai Musi,
dan restoran terapung ”Riverside”. Akan tetapi, dalam penelitian ini, ruang publik
yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian adalah ruang terbuka publik di
areal Benteng Kuto Besak dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan adanya suatu
amatan yang menarik mengenai penggunaan ruang publik pada kawasan Benteng
Kuto Besak yang berada di tepian sungai serta senantiasa menjadi ajang rekreasi
murah meriah bagi masyarakat, yang mana hal ini menjadi simbol rekreasi bagi
masyarakat urban.
Benteng Kuto Besak merupakan bangunan peninggalan sejarah pada masa
Kesultanan Palembang Darussalam. Berdasarkan catatan sejarah di Balai
Arkeologi Kota Palembang, benteng ini dibangun selama 17 tahun, pembangunan
tersebut di mulai pada abad ke-17 Masehi (sekitar tahun 1780) Pemprakarsa
pembangunan benteng ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin I (1724 – 1758) dan
pembangunannya dilaksanakan oleh Sultan Muhammad Bahauddin yang
merupakan putra dari Sultan Mahmud Badaruddin I. Benteng ini mempunyai
ukuran panjang 188,75 meter, lebar 183,75 meter dan tinggi 9,99 meter (30 kaki)
serta tebal 1,99 meter (6 kaki). Tempat yang menjadi objek wisatanya bertempat
di depan benteng, karena di dalam benteng ditempati oleh Komando Daerah
Militer (Kodam) Sriwijaya.
Terjadinya perubahan pola struktur ruang kawasan yang diikuti dengan
perubahan pemanfaatan bangunan dari tiap zaman sehingga membentuk
karakteristik khas kawasan. Dengan adanya karakteristik khas tersebut dan
letaknya yang strategis, maka pemerintah Kota Palembang menetapkan kawasan
ini menjadi kawasan wisata berdasarkan keputusan Walikota Palembang No. 782 Tahun 2004 dan pada tahun 2008 menggalakkan “Visit Musi 2008”, dimana salah satu obyek wisata yang dijadikan tujuan wisata yaitu berada di kawasan Benteng
3
RTRW Tahun 2004 dan RDTRK Pusat Kota Tahun 2005 yang menyatakan bahwa
kawasan Benteng Kuto Besak merupakan kawasan konservasi atau kawasan cagar
budaya yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.
Gambar 1.1
Kawasan Plaza Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Sumber: google earth, 2014
Beberapa tahun lalu, kawasan sekitar Benteng Kuto Besak (BKB) masih
merupakan kawasan yang kumuh, kotor, tidak aman dan tidak mencerminkan
keindahan kota. Namun beberapa tahun belakangan ini pemerintah Kota
Palembang melakukan berbagai penataan dan pengembangan kawasan BKB agar
menjadi kawasan yang bersih, indah dan bernilai. Konsep penataan kawasan BKB
adalah sebanyak mungkin menyediakan lahan publik yang dapat diakses
masyarakat luas. Diharapakan, dengan begitu kawasan ini dapat menjadi salah
satu ikon Palembang dan menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan
rekreasi masyarakat kota. Hingga saat ini, telah terbangun plaza BKB yang
didukung oleh restoran terapung, restoran permanen, serta dermaga wisata yang
memberikan pilihan alternatif kegiaatan bagi masyarakat kota.
Saat ini, keberadaan ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak sebagai
area konservasi lingkungan kawasan bersejarah tersebut sekaligus menjadi wadah
berlangsungnya kehidupan masyarakat menjadi tempat yang paling diminati oleh
masyarakat khususnya masyarakat Kota Palembang. Plaza Benteng Kuto besak
4
kelompok untuk sekedar melepas penat, duduk–duduk, ngobrol, berolahraga,
bermain, serta sebagai salah satu tempat wisata bagi pengunjung luar Kota
Palembang. Selain itu Plaza BKB yang luas dan terbuka sering menjadi kegiatan
yang digunakan berbagai pihak untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperti
pertunjukan musik, bazar kuliner, bazar pakaian murah, pameran industri dan jasa,
pameran seni dan budaya sampai kegiatan berbau politik dengan latar belakang
Jembatan Ampera sebagai landmark kota Palembang. Dengan membuat ruang
terbuka di tepi Sungai Musi, wisatawan akan lebih mudah dan nyaman menikmati
pemandangan sungai dengan difasilitasi ruang publik di sekitar plasa BKB
tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukanlah penelitian dengan
judul Analisis Efektifitas dan Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di Kawasan Benteng Kuto Besak Tepian Sungai Musi Palembang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dari ruang publik agar lebih
efektif dan fungsional serta dapat menunjang kegiatan wisata Sungai Musi dengan
memperhatikan karakteristik masyarakat Kota Palembang melalui persepsi dan
preferensi penggunaanya. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan
tingkat kepuasan dan efektifitas penggunaan ruang publik di plataran plaza BKB
kawasan tepian sungai Musi yang sesuai dengan harapan agar dapat memberikan
kepuasan dan kenyamanan dalam berwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada penggunaan ruang publik di
kawasan Benteng Kuto Besak, kawasan tepian Sungai Musi yang telah dijelaskan
di atas maka dapat diketahui masalah yang ada di wilayah studi yakni,
penggunaan ruang publik oleh masyarakat. Dari rumusan masalah yang telah
dijabarkan maka muncul pertanyaan dalam penelitian ini, yaitu: Apakah ruang
publik di kawasan Benteng Kuto Besak sudah berfungsi dengan baik dilihat dari
efektif dan kepuasan yang mana mampu mengakomodasi dan memenuhi
5 1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektifitas
dan kepuasan penggunaan ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka sasaran-sasaran penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Indentifikasi karakteristik pengguna ruang publik kawasan Benteng Kuto
Besak
2. Indentifikasi karakteristik penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto
Besak
3. Analisis efektifitas penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak
berdasarkan persepsi masyarakat.
4. Analisis kepuasan berdasarkan persepsi dan preferensi masyarakat tentang
pengunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu ruang
lingkup wilayah studi dan ruang lingkup materi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah untuk penelitian ini adalah ruas Jalan Keraton
yang terletak di kawasan Benteng Kuto Besak tepian Sungai Musi yang
panjangnya ±1km dan berada di Kota Palembang Kecamatan Bukit Kecil,
Kelurahan 19 Ilir. Adapun ruang terbuka publik yang menjadi objek studi yaitu
ruang terbuka Plaza dan Pedestrian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 1.2.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang dibahas dalam studi Analis Efektifitas dan
Kepuasan Penggunaan Ruang Publik di kawasan Benteng Kuto Besak tepian
Sungai Musi ini adalah mencangkup pada pengembangan kawasan ruang publik
yang bisa memberikan manfaat yang maksimal dari suatu pemanfaatan ruang
publik (dan materi pendukung lainnya yang mempermudah pencapaiaan tujuan
6
Berdasarkan sasaran-sasaran yang dicapai, lingkup materi yang dikaji
dalam penelitian ini mencakup:
1. Efektifitas, dilhat dari fungsi dan kondisi ruang publik kawasan Benteng Kuto
Besak.
2. Kepuasan, dilihat dari aspek persepsi dan preferensi masyarakat tentang
penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan
ruang (aktifitas, waktu, dan kondisi ruang publik) yang terjadi sehingga
dapat semakin berguna dalam memanfaatkan ruang publik tersebut
secara bijak dan efektif.
2. Bagi pemerintah, menjadi masukan/rekomendasi bagi pemerintah
dalam mengelola dan mengembangkan ruang terbuka publik.
3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan acuan dalam perencanaaan
8 Gambar 1.2
9 1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi
yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel pengguna dan
penggunaan ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak, lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
3 Analisis efektifitas
10 1.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metodologi pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder
yang diperoleh dari wawancara, dan observasi.
• Data Primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui teknik survey dengan melakukan penyebaran kuesioner terhadap pengunjung, dan
pengamatan langsung terhadap aktifitas pengunjung, dan kondisi ruang publik
di kawasan BKB dan pengambilan gambar atau foto di wilayah studi. Cara
perolehan data dan informasi dari responden ini dilakukan dengan
pengambilan sampel yang berasal dari pengunjung.
• Data Sekunder merupakan bahan-bahan literatur meliputi teori, kebijaksanaan dan peraturan-peraturan yang ada dari instansi terkait. Adapun
instansi-instansi yang diharapkan memberikan data yang dibutuhkan seperti dinas
BAPPEDA, Tata Kota, BPS, kantor Kecamatan serta instansi terkait lainnya.
1.6.3 Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak
sederhana (simple random sampling). Teknik ini termasuk probality sampling,
artinya tiap unit populasi memiliki peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih
atau menjadi responden.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menghitung jumlah pengunjung atau pengguna ruang publik Benteng Kuto Besak.
Teknik pengambilan sampel dari populasi menggunakan rumus Slovin, yaitu :
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi / jumlah pengguna ruang publik kawasan BKB
1 = Konstanta
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
11
Studi ini menggunakan derajat kepercayaan sebesar 10%, dengan
pertimbangan: keterbatasan biaya, waktu dan tingkat kesamaan (homogenitas)
pengguna ruang publik kawasan Benteng Kuto Besak. Berikut perhitungan teknik
pengambilan sampel:
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dengan taraf kesalahan 10%.
1.6.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah metode analisis
deskriptif dan analisis tingkat kinerja. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai
karakteristik aspek penggunaan ruang publik di kawasan BKB, sedangkan analisis
tingkat kinerja/persepsi dan kepentingan/preferensi masyarakat digunakan untuk
memetakan hubungan antar persepsi dengan preferensi dari atribut-atribut yang
telah ditentukan. Analisis tingkat kinerja terdiri dari dua komponen yaitu, analisis
kuadran dan analisis kesenjangan (Gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui
respon konsumen terhadap atribut yang diplotkan berdasarkan tingkat persepsi
dan preferensi dari atribut tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (Gap)
digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu atribut dengan harapan
konsumen terhadap atribut tersebut.
Untuk analisis kuadran cara pengukurannya yaitu untuk menghadapkan
12
∑Xi
∑yi
∑Xi
∑yi
Kecamatan Bukit Kecil dengan kuesioner yang kemudian diminta untuk memberi
jawaban. Untuk menilai tingkat persepsi dan preferensi pengunjung terhadap
atribut tersebut, dalam hal ini digunakan skala 5 tingkat dimana setiap sub
variabel diberi bobot. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2.
Bobot Persepsi dan Preferensi Setiap Atribut
Sumbu X (Persepsi) Bobot Sumbu Y (Preferensi) Bobot
Sangat Baik (SB) 5 Sangat Penting (SP) 5
Baik (B) 4 Penting (P) 4
Cukup (C) 3 Cukup (C) 3
Buruk (BR) 2 Tidak Penting (TP) 2
Sangat Buruk (sb) 1 Sangat Tidak Penting (STP) 2
Langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah bobot penilaian
kinerja/persepsi dan kepentingan/preferensi untuk setiap variabel dengan rumus:
Xi=
Yi=
Dimana:
Xi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i
Yi = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
n = Jumlah responden
Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tingkat persepsi dan
preferensi untuk keseluruhan variabel dengan rumus:
Xi=
Yi=
n
n
n
13
Dimana :
Xi = Nilai rata-rata kinerja atribut
Yi = Nilai rata-rata kepentingan atribut
N = Jumlah atribut
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi
menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius seperti pada gambar berikut ini:
Keterangan:
1. Kuadran I
Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat
kepentingan tinggi menurut responden namun kinerjanya masih rendah.
Implikasinya variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini harus
diprioritaskan untuk diperbaiki di ruang publik kawasan BKB.
2. Kuadran II
Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi dan kinerjanya juga dinilai baik oleh responden.
Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kekuatan atau
keunggulan di mata responden, pemerintah, masyarakat dan swasta perlu
menjaga kualitas dan mempertahankan kinerja dari variabel-variabel tersebut.
3. Kuadran III
Variabel-variabel yang dianggap kurang penting oleh responden dan pada
kenyataannya biasa saja atau tidak terlalu istimewa. Variabel-variabel yang Kuadran IV
Berlebihan Kuadran III
Prioritas Rendah Kuadran I Prioritas Utama
Kuadran II Pertahankan
14
termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk dihilangkan karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh responden amat kecil.
4. Kuadran IV
Variabel-variabel yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat
kepentingan yang rendah menurut responden namum memiliki kinerja yang
baik sehingga dianggap berlebihan oleh responden. Peningkatan kinerja pada
variabel-variabel ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan
15 1.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Analisis Peneliti (2014) Persepsi dan preferensi
Pengunjung
KAWASAN BENTENG KUTO BESAK TEPIAN SUNGAI MUSI SEBAGAI RUANG PUBLIK
Penggunaan Ruang Publik Benteng Kuto Besak
Kesimpulan dan Saran Efektifitas dan kepuasan Ruang Publik Benteng Kuto Besak
Jenis Ruang Publik 1. Plaza
2. Pedestrian
Analisis 1. Deskriptif kualitatif 2. Deskriptif kuantitafif
Penilaian persepsi dan preferensi pengunjung
Ketidaksesuaian ruang publik dengan fungsi
penggunaanya
Efektifitas & kepuasan penggunaan ruang publik di kawasan benteng
16 1.8 Sistematika pembahasan
Pembahasan penelitian ini terdiri dari 5 Bab. Adapun sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memaparkan latar belakang penelitian, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup materi yang memuat batasan studi atau
kajian subtansi, serta ruang lingkup wilayah, kerangka pemikiran,
metodologi studi yang meliputi metode pengumpulan data, metode
analisis yang digunakan serta berisi tentang sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab bagian ini akan membahas beberapa teori yang melandasi studi
ini. Adapun yang akan dibahas yaitu efektiftas yang terdiri dari
pengertian efektifitas, pendekatan terhadap efektifitas. Kemudian
dilanjutkan menegani ruang publik yang terdiri dari pengertian ruang
publik, klasifikasi ruang publik, fungsi ruang publik, macam–macam
bentuk ruang terbuka publik, tipologi ruang publik, manfaat ruang
publik, pemanfaatan ruang publik, kemudian karakterisistik ruang publik
dan kawasan waterfront.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum kawasan Benteng Kuto
Besak yang meliputi gambaran umum Wilayah Kecamatan Bukit Kecil,
kondisi fisik ruang publik di kawasan Benteng Kuto Besak.
BAB IV ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KEPUASAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK BENTENG KUTO BESAK
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai analisis kepuasan dan efektifitas
penggunaan ruang publik BKB yang dilihat dari karakteristik pengguna
dan penggunaan, serta persepsi dan preferensi pengunjung ruang publik
BKB.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan studi yang dilakukan. Selain
17
diajukan bedasarkan kesimpulan yang diperoleh. Pada bagian akhir
18 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan membahas beberapa tinjauan pustaka yang melandasi
studi ini. Adapun yang akan dibahas yaitu efektifitas yang terdiri dari pengertian
efektifitas, pendekatan terhadap efektifitas. Kemudian dilanjutkan bahasan
mengenai ruang publik yang terdiri dari pengertian ruang publik, klasifikasi ruang
publik, fungsi ruang publik, macam–macam bentuk ruang terbuka publik, tipologi
ruang publik, manfaat ruang publik, pemanfaatan ruang publik, kemudian
karakterisistik ruang publik dan kawasan waterfront.
2.1 Efektifitas
2.1.1 Pengertian Efektifitas
Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan yang dapat berhasil guna. Efektifitas disebut juga efektif,
apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah
tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).
Menurut Cambel J.P, pengukuran efektifitas secara umum dan yang paling
menonjol adalah:
1. Keberhasilan program
2. Keberhasilan sasaran
3. Kepuasan terhadap program
4. Tingkat input dan output
5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)
Sehingga efektifitas program dapat dijalankan dengan kemampuan
operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektifitas dapat
diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat
19
telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Sementara itu, menurut Richard
M. Steers, efektifitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk
dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.
Efektifitas dapat didefinisikan dengan empat hal yang menggambarkan
tentang efektivitas, yaitu:
1. Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang seharusnya
diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.
2. Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang terbaik dengan
lawan yang lain sebagai yang terbaik.
3. Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu memberi hasil
yang bermanfaat.
4. Menangani tantangan masa depan.
Efektifitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau
pencapaian tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas,
yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian
target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,
kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut
sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari
tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Efektifitas = Ouput Aktual / Output Target >=1
a. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.
b. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada (satu),
maka efektifitas tidak tercapai.
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas
Pendekatan efektifitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang
20
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang
terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.
1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut
(Price, 1972:15).
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektifitas dengan
pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu
dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang
direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara
keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.
Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu
lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang
merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber
yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan
dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
21
terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber
yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga.
2.2 Ruang Publik
Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada
batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas
melakukan segala macam kegiatan dengan rasa tenang, nyaman dan tanpa tekanan
dari siapapun. Ruang publik juga adalah suatu tempat umum dimana masyarakat
melakukan aktivitas rutin dan fungsional yang mengikat sebuah komunitas, baik
dalam rutinitas normal dari kehidupan sehari – hari maupun dalam perayaan yang
periodik. Ruang publik yang bisa berfungsi optimal untuk kegiatan publik bagi
komunitas maupun individu pada umumnya, mempunyai ciri – ciri antara lain:
merupakan lokasi yang sibuk/startegis, mempunyai akses yang bagus secara
vidual dan fisik, ruang yang merupakan bagian dari suatu jalan (jalur sirkulasi),
mempunyai tempat duduk antara lain berupa anak tangga dan bangku taman
(Carr, 1992).
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, ruang publik tetap
berfungsi sebagai tempat bagi masyarakat untuk bertemu, berkumpul dan
berinteraksi baik untuk kepentingan ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan
demikian, fungsi ruang dapat berubah dengan sejalan berubahnya kebutuhan
pengguna, dimana ruang menyediakan kerangka kerja sebaik mungkin untuk
mengantisipasi perkembangan dan perubahan dalam masyarakat (Project for
Public Space atau PPS,2011).
Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, ruang
publik merupakan tempat atau wadah bagi masyarakat untuk melakukan suatu
aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi serta hiburan, dan tentu saja
mengarah kepada jenis kegiatan hubungan sosial. Ruang juga harus selalu
mengikuti perubahan kebutuhan bagi penggunanya karena keterlibatan
masyarakat di dalamlah sebagai pemakai fasilitas di ruang publik tersebut.
22
ruang publik dalam suatu urutan pengaturan yang berurutan dan saling berkaitan
antar elemen sehingga menciptakan ruang publik yang fungsional. Elemen -
elemen ruang publik itu seperti taman, areal parkir, jalan maupun pedestrian
(Shirvani, 1985).
2.2.1 Klasifikasi Ruang Publik
Berdasarkan penggunaanya, ruang publik ditinjau dari beberapa aspek,
antara lain:
1. Ruang publik ditinjau dari aspek fisik
Menurut Shirvani (1985) dalam urban design dikenal enam elemen fisik
yang digunakan untuk membuat kebijakan, rencana, panduan desain dan program.
Elemen fisik tersebut antara lain sistem keterkaitan ruang (sirkulasi, aksesibilitas
dan parkir), jalur pejalan kaki (pedestrian ways), aktivitas penunjang (activity
support), street furniture. Sehingga dapat dikatakan bahwa, salah satu fungsi
urban space adalah sebagai sebagai simpul kegiatan.
Elemen - elemen fisik tersebut juga didukung oleh activity support yaitu
menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan
fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kehidupan kota yang sempurna/ lebih baik dan bersifat
mendidik (Carolina, 2007). Aktivitas penunjang ini tentu saja dapat menunjang
ruang publik, sebab antara aktivitas dan elemen fisik selalu saling melengkapi
Oleh sebab itu, elem fisik dan aktivitas adalah elemen penting dalam urban
design.
Menurut Huat dan Edwards (1992) dalam suatu ruang kota dibutuhkan
elemen-elemen pendukung (street furniture) untuk penataan ruang publik, sebagai
berikut:
a. Lampu, dimana standar penerangan untuk skala jalur pedestrian secara
umum adalah ketinggian maksimum 12 kaki dan penerangan maksimum
75 watt dengan jarak masing-masing penerangan 50 meter.
b. Signage, berupa tanda-tanda yang diperhikan untuk menunjukkan identitas
jalur pedestrian, arah, rambu lalu lintas serta memberi informasi lokasi
23
c. Ground cover, berupa penggunaaan pavling block atau aspal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan jalur pedestrian.
d. Bangku, digunakan untuk mengantisipasi keinginan pejalan kaki untuk
beristirahat atau menikmati suasana sekitarnya.
e. Kios, peneduh (shelter) dan kanopi, keberadaan kios dapat memberi
petunjuk jalan dan menarik perhatian pejalan kaki sehingga mereka mau
menggunakan jalur pedestrian dan menjadikan jalur tersebut hidup, tidak
monoton.
f. Tanaman peneduh, disamping untuk mempercantik kawasan, juga sebagai
vegetasi untuk mengurangi polusi udara.
g. Tempat sampah perlu untuk menjaga kebersihan jalur pedestrian sehingga
pejalan kaki merasa nyaman dan tidak terganggu.
2. Ruang publik ditinjau dan aspek sosial
Ruang publik dalam fungsinya sebagai area sosial dapat dimanfaatkan
sebagai tempat berkumpul oleh berbagai macam golongan, dimana kegiatan yang
terjadi dapat beragam seperti olah raga dan bermain dengan suasana yang nyaman
dan teduh dari vegetasi yang cukup rindang (Nazaruddin,1996 dalam Mulyandri,
2011). Dapat diartikan bahwa, ruang publik dapat mengakomodasi kebutuhan
masyarakat akan interaksi sosial baik berkumpul ataupun berkomunikasi.
3. Ruang publik ditinjau dari aspek ekologis
Keberadaan ruang terbuka yang dilengkapi dengan unsur-unsur vegetasi,
sedikit banyak juga dapat memberikan andil dalam mengurangi dampak polusi
udara ini. Bahkan menurut Catanese (1979) dalam Prasetyo (2011), fungsi ruang
terbuka dari segi ekologi akan memberikan keseimbangan ekologi untuk
mencegah polusi udara di perkotaan melalui unsur vegetasi yang beragam.
Sedangkan Bueren (2012) menjelaskan bahwa fungsi tanaman dalam ruang
terbuka secara ekologi adalah sebagai pengendali iklim (climate control), dimana
tanaman berfungsi sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan manusia.
Dengan adanya vegetasi (tanaman) dalam penataan ruang publik nanti,
24
penyegaran udara, menurunkan kadar polusi udara serta dapat meredam
kebisingan.
4. Ruang publik ditinjau dari aspek ekonomi
Kegiatan eceran yang hadir di ruang publik disebut oleh Shirvani (1985)
sebagai salah satu elemen activity support yaitu aktivitas pendukung yang
meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang membantu memperkuat ruang
publik kota, karena aktivitas - aktivitas dan ruang fisik selalu menjadi pelengkap
satu sama lain. Hal ini nampaknya menjadi masalah kritis dan penting dari
aktivitas pendukung adalah bagaimana perilaku aktivitas pendukung dan
kesempatan yang dikembangkan, dikoordinasikan dan diintegrasikan ke dalam
susunan fisik perkotaan yang ada.
Hadirnya suatu kegiatan dalam ruang publik merupakan potensi yang
selalu dilakukan oleh pelaku kegiatan ekonomi untuk memperoleh sesuatu,
termasuk di dalamnya pedagang kaki lima (PKL). Pedagang kaki lima menurut
keputusan Memperindag No. 23/MPP/kep/l/1998 tentang lembaga-lembaga usaha
perdagangan, adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang
dengan menggunakan bagian jalan/ trotoar dan tempat-tempat untuk kepentingan
umum. Biasanya para PKL memilih tempat-tempat yang banyak dikunjungi
pengunjung. Aktivitas kaki lima ini kemudian menjadi sorotan banyak orang
termasuk pemerintah kota, terutama karena merekalah yang paling terlihat dan
dalam aktivitasnya mereka memerlukan ruang (semi permanen) yang cukup luas
(Dimara dalam Naupan, 2007).
Sebagai elemen kota, peranan ruang terbuka publik dapat menjadi tempat
interaksi sosial, kegiatan ekonomi, maupun sebagai penyelaras kehidupan
perkotaan serta juga dapat menjadi salah satu pendukung kegiatan dalam
perancangan kota yang secara tidak langsung dapat mendorong perkembangan
suatu kawasan tersebut. Selain itu juga, perlu diperhatikan keterkaitan antara
ruang publik yang sinergis dengan fasiltas pelayan umum yang nantinya memiliki
25 2.2.2 Fungsi Ruang Publik
Ruang publik adalah suatu wadah yang menampung suatu aktivitas
masyarakat di suatu wilayah maupun tempat tertetu, sehingga rung publik dapat
memberikan dampak yang positif bagi suatu masyarakat maupun kelompok. Oleh
karena itu, ruang publik memiliki fungsi – fungsi tertentu. Menurut Hakim (1993),
ruang publik memiliki fungsi sosial dan ekologi, yaitu:
1. Fungsi sosial:
a. Tempat bermain.
b. Tempat berolahraga.
c. Tempat bersantai/menununggu.
d. Tempat komunikasi sosial
e. Sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan.
f. Sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain.
g. Sebagai pembatas atau jarak di antara massa dengan bangunan.
2. Fungsi ekologi :
a. Penyegaran udara.
b. Menyerap air hujan.
c. Pengendalian banjir.
d. Memelihara ekosistem tertentu.
e. Pelembut arsitektur bangunan.
Menurut Darmawan (2007), fungsi ruang publik dalam perencanaan kota:
1. Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat baik formal maupun
informal seperti sholat IED pada hari raya idul fitri dan peringatan penting
lainnya. Disamping itu, kegiatan informal dapat bisa juga terjadi seperti
pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam sebuah acara santai dan
rekreatif seperti konser musik yang dalam sebuah panggung yang
diselenggarakan oleh televisi swata. Kegiatan informal lainnya adalah demo
mahasiswa ataupun masayarakat dengan tujuan untuk menyampaikan
aspirasi maupun protes terhadap kebijakan dan keputusan suatu pihak baik
26
2. Sebagai tempat kegiatan bagi pedang kaki lima yang menjualkan makanan,
minuman, souvenir dan jasa seperti foto bagi pengunjung.
3. Sebagai paru–paru kota yang dapat menyegarkan uadara kawasan tersebut,
sekaligus sebagai ruang evakuasi apabila terjadi bencana.
4. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor – koridor, jalan menuju ke
arah ruang terbuka publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari
struktur kota yang sekaligus sebagai pembagi ruang – ruang fungsi bangunan
disekitarnya.
Berdasarkan fungsi – fungsi ruang publik di atas, dapat dikatakan bahwa
ruang publik menjadi bernilai penting dalam mewadahi kegiatan masyarakat di
suatu tempat serta juga ruang publik sebagai tempat interaksi masyarakata dengan
lingkungan alam.
2.2.3 Macam – Macam Bentuk Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka sebagai wadah kegiatan bersama, dapat dibedakan menjadi
dua kelompok besar, yaitu (Hakim, 2003 dalam Mulyandri, 2011):
1. Ruang terbuka umum, dapat diuraikan menjadi berikut:
a. Bentuk dasar dari ruang terbuka selalu terletak diluar massa bangunan.
b. Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang (warga).
c. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan (multi fungsi).
d. Contoh ruang terbuka umum adalah jalan, pedestrian, taman lingkungan,
plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman rekreasi.
2. Ruang terbuka khusus, pengertiannya adalah sebagai berikut:
a. Bentuk dasar ruang terbuka selalu terletak di luar massa bangunan.
b. Dimanfaatkan untuk kegiatan terbatas dan dipergunakan untuk keperluan
khusus/ spesifik.
c. Contoh ruang terbuka khusus adalah taman rumah tinggal, taman lapangan
upacara, daerah lapangan terbang, dan daerah untuk latihan kemiliteran.
Menurut Project Public Spaces (2007), sebagai pelengkap dan pengontras
bentuk kota, bentuk dan ukuran ruang terbuka merupakan suatu determinan utama
27
terbuka, sebagi salah satu elemen fisik kota yang dapat menciptakan kenikmatan
kota, menyangkut nilai kemanusiaan, karena di dalam ruang terbuka ini banyak
manusia dengan berbagai aktivitas bertemu.
2.2.4 Tipologi Ruang Publik
Pada saat ini, jenis ruang publik sangat beragam yang menggambarkan
bahwa bentuk kegiatan manusia semakin berkembang dan beragam. Ditinjau dari
jenis kegiatannya, jenis ruang publik terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Ruang publik aktif yaitu ruang publik yang memiliki unsur-unsur kegiatan
didalammnya seperti bermain, olahraga, jalan-jalan. Bentuk ruang publik ini
berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja,
penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.
2. Ruang publik pasif yaitu ruang publik yang tidak memiliki unsur-unsur
kegiatan manusia didalamnya seperti penghijauan di tepian jalur jalan dan rel
kereta api, penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Biasanya ruang publik
ini bersifat visual dan fungsi biologis.
Berdasarkan konteksi dimana ruang tersebut berada, ruang publik terbagi
menjadi 4 yaitu (Bach, 1992):
1. Ruang-ruang formal, biasanya ruang publik ini bebentuk plaza dari
bangunan-bangunan religious dan pemerintah seperti Piazza San Marco (Venice), Place
de la Concorde (Paris), dan Piazza del Campo (Siena).
2. Ruang-ruang yang protektif, biasanya ruang publik ini berskala kecil, intim,
dan terdapat tempat duduk dan mengobrol di bagian tertentu seperti Place des
Vosges (Paris) yang berada di lingkungan perumahan. Kemudian ruang publik
ini bersifat semi publik dan digunakan pada waktu tertentu saja seperti di
Kappelerhof (Zurich) hanya untuk parade saja.
3. Ruang-ruang kasual, merupakan bentuk umum dari ruang public seperti plasa
dan waterfront, terdapat pedestrian dan transportasi publik, sering terjadi
kontak dan interaksi sosial.
4. Ruang-ruang linear, merupakan bentuk ruang publik berupa jalan, arcade,
ruang-28
ruang interior di dalam bangunan privat seperti atrium dan supermarket atau
mall.
Kemudian, lebih lengkapnya terdapat beberapa tipologi dari ruang publik yang
telah di jelaskan oleh Carr (1992), seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Tipologi Ruang Publik
Tipologi Jenis Karakteristik
Taman Publik Taman Publik Pusat Ruang terbuka yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai bagian dari zona ruang terbuka dalam system perkotaan dan umunya di pusat kota. Taman di Pusat Kota Taman hijau dengan rerumputan dan vegetasi yang
berlokasi di daerah pusat kota dapat berupa taman tradisional, taman bersejarah, atau taman yang sengaja dibangun untuk penghijauan kota.
Taman Umum Area hijau yang luas dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi
Taman Lingkungan Ruang terbuka yang dibangun di daerah hunian, dikembangkan dan dikelola oleh public sebagai bagian dari zona ruang terbuka di perkotaan, ataupun sebagai bagian dari pengembangan hunian baru, termasuk taman bermain, fasilitas olah raga, dan lain-lain. Taman Mini Taman kecil perkotaan yang memanfaatkan
ruang-ruang di sela-sela bangunan. Lapangan dan
Plaza
Lapangan Pusat Ruang terbuka yang sering merupakan bagian dari sejarah perkembangan suatu kota, dapta direncanakan secara formal ataupun sebagai tempat pertemuan yang dikembangkan dan dikelola secara publik.
Perusahaan Plaza Plasa yang dikembangkan sebagai bagian dari pembangunan gedung-gedung, perkantoran atau komersial, umumnya berada di pusat kota atau kawasan perkantoran baru di daerah pinggiran, dikembangkan dan dikelola oleh pemilik bangunan, namun beberapa dapat dikembangkan secara publik tapi kebanyakan didanai dan dikembangkan oleh privat.
Taman Peringatan Ruang publik yang dibangun untuk memberi penghormatan kepada para pahlawan atau kejadian bersejarah/penting baik di tingkat local maupun nasional.
Pasar Pasar Tradisional Ruang terbuka atau jalan yang digunakan sebagai tempat berjualan kebutuhan sehari-hari atau pasar tradisional, umunya bersifat temporer atau terjadi ketika terdapat taman kota atau tempat parkir.
Jalan Jalur Pejalan Kaki Bagian dari kota dimana orang biasa melakuakan perjalana dengan kaki, bias berupa jalur yang direncanakan atau tidak, yang menghubungkan suatu tempat ke tempat lain.
29
Tipologi Jenis Karakteristik
Transit Mall Pengembangan area-area transit, hanya dilalui untuk kendaraan umum yang menghubungkan ke pusat kota seperti terminal dan halte.
Jalan yang dibatasi Lalu Lintas
Jalan yang digunakan sebagai ruang terbuka publik dimana lalu lintas kendaraan dibatasi dan jalur-jalur pejalan diperlebar dan dilengkapi dengan bangku dan pohon.
Jalan Kota Pemanfaatan ruang-ruang terbuka dan jalan yang menghubungkan bagian-bagian perkotaan.
Lapangan Bermain
Tempat Bermain Taman bermain yang biasanya berlokasi di daerah hunian yang dilengkapi dengan sarana bermain dan kenyamanan seperti bangku taman.
Halaman Sekolah Area bermain yang dibangun sebagai tempat untuk mengamati keberadaan lingkungan atau tempat kegiatan masyarakat.
Ruang-ruang di lingkungan hunian yang didesain, dikembangkan dan dikelola oleh penghuni setempat umumnya dibangun di lahan milik pribadi atau menggunakan lahan kosong yang tidak digunakan termasuk kebun, tempat bermain, dan taman.
Jalan Hijau dan Jalan Taman
Tempat Rekreasi Area-area alami dan ruang rekreasi yang dihubungkan dengan jalur pedestrian dan sepeda.
Atrium/ Pasar Tertutup
Atrium Ruang privat interior yang dikembangkan sebagai atrium dalam ruangan, sering juga disebut festival marketplace, dikelola dan dikembangkan oleh privat. Pusat pebelanjaan Kota Area belanja di dalam ruangan namun biasa juga diluar
ruangan, sering juga disebut festival marketplace, dikelila dan dikembangkan oelh privat.
Ruang Lingkungan
Ruang Terbuka Ruang terbuka yang aksessibel untuk publik seperti pojok jalan, tangga menuju bangunan atau lahan kosong, sering digunakan oleh anak-anak, remaja dan permukiman lokal.
Tepi Laut Tepi Laut, Pelabuhan, Pantai, Sungai, Dermaga, Danau
Ruang terbuka di sepanjang tepian air di dalam area perkotaan dan diperuntukkan bagi publik.
Sumber: Carr,1992
2.2.5 Manfaat Ruang Publik
Beberapa manfaat ruang publik yang diutarakan oleh beberapa ahli, antara
lain:
1. Ruang publik melayanai kebutuhan sosial masyarakat dan memberikan
pengetahuan bagi para pengunjungnya. Ruang dapat dimanfaatkan untuk
melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan masyarakat serta memberikan
30
masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai tempat hiburan, rekreasi sampai
edukasi.
2. Ruang publik menciptakan interaksi antar berbagai kelompok masyarakat
sebagai tempat berkumpul atau sekedar bertemu. Selain itu, ruang ini memiliki
peran dalam mengungkapkan arti maupun nilai dari ruang tersebut,
diantaranya menyampaikan nilai sosial dan budaya (Carr, 1992).
3. Ruang publik memberikan alternatif bagi masyarakat kota dalam melakukan
suatu pergerakan.Dilihat dari sifat dinamisnya, ruang publik menjadi salah
satu bagian penting dalam suatu kawasan yang dapat memberikan suatu
pilihan dalam melakukan pergerakan (Carr, 1992).
4. Ruang publik meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga meningkatkan
kualitas lingkup suatu kota. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan vegetasi
sebagai paru- paru kota sekaligus sebagi penyejuk udara disuatu areal ataupun
bangunan, serta pengembangan rekrasi yang berbasis edukasi bagi
kesejahteraan masyarakat (Carr, 1992).
Dapat disimpulkan bahwa, banyak manfaat yang didapat dari tersedianya
ruang publik pada kawasan perkotaan yaitu sebagai sarana interaksi sosial dimana
masyarakat dapat berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas.
2.3. Pemanfaatan Ruang Publik
Pemanfaatan ruang publik adalah penggunaan ruang publik sebagai ruang
yang melayani kebutuhan fisik, mental, memberikan pengetahuan kepada
pengunjungnya, serta juga sebagai simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial
untuk menciptakan interaksi antarkelompok masyarakat (Carr, 1992).
Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat, antara lain sebagai tempat
untuk bersantai, bermain, berjalan-jalan dan membaca.
Menurut Undang – Undang nomor 26 tahun 2007, pemanfaatan ruang
adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan
rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ruang adalah suatu
31
Perilaku ataupun aktivitas manusia terhadap penggunaan ruang terbuka
ditimbulkan karena adanya kebutuhan dari manusia tersebut untuk
mempergunakan ruang terbuka. Secara psikologis, manusia membutuhkan tempat
dimana dia dapat beraktivitas dan berinterkasi sesama manusia lainnya. Aktivitas
itu berbagai macam dapat berupa olah raga, jalan – jalan, duduk – duduk maupun
berkumpul bersama teman atau keluarga. Menurut Haryadi dan Setiawan (2010),
kegiatan selalu mengadung empat hal pokok yaitu pelaku, macam kegiatan,
tempat dan waktu berlangsunya kegiatan.
Menurut Brignull dan Rogers (1999) ada beberapa aktivitas yang dilakukan
oleh pelaku yaitu:
1. Apa (What)
Aktivitas–aktivitas apa saja yang paling sering dilakukan individu dan
memperhatikan karakteristik tingkah laku manusia.
2. Siapa (Who)
Siapa saja pelaku aktivitas dan memperhatikan tipe pelaku, yang dilihat dari
segi kebudayaan, kelas sosial, usia, kebiasaan, jenis kelamin.
3. Dimana (Where)
Memperhatikan karateristik tempat khusus dimana saja aktivitas berlangsung.
4. Kapan (When)
Kapan aktivitas tersebut dilaksanakan dan kecenderungan minat seseorang
pada waktu tertentu untuk melakukan aktivitas.
5. Mengapa (Why)
Berupa alasan mengapa suatu aktivitas berlangsung di suatu tempat.
2.3.1 Karakteristik
2.3.1.1 Pengguna Ruang Publik
Pada suatu ruang publik, pengguna adalah faktor yang mempengaruhi
ruang tersebut berhasil atau tidak, karena ruang publik yang banyak dikunjungi
dan dimanfaatkan seluruh fasilitas dan layanannya dapat dikatakan ruang tersebut
berhasil. Menurut Hermawan (2006), pengguna ruang dapat dikelompokkan
dalam beberapa kelompok umur yaitu, orang tua, dewasa, remaja, dan anak –