• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN SEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANLET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN SEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANLET"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

RESPON PERTUMBUHANSEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN

ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANLET Oleh

Vanny Unjunan Sari

Keberadaan anggrekPhalaenopsis amabilisdi Indonesia mulai punah akibat eksploitasi, alih fungsi dan kebakaran hutan, perdagangan bebas serta perubahan iklim. Perbanyakan tanaman secarain vitrodianggap cara terbaik, karena dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, seragam, sehat dan dalam waktu yang cepat untuk konservasiex situ. Dewasa ini uji coba dalam formulasi media untuk menekan biaya banyak dilakukan dengan penggunaan pupuk komersil yang mengandung hara lengkap dan untuk menutupi kekurangannya diberikan tambahan adenda organik.

Tujuan dari penelitian ini antara lain mengetahui 1) pengaruh konsentrasi pupuk lengkap NPK (32:10:10) pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhan

seedlinganggrekPhalaenopsis amabilis,2) pengaruh penambahan berbagai jenis adenda organik pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhanseedlinganggrek Phalaenopsis amabilis, dan 3) interaksi antara konsentrasi pupuk lengkap NPK

(2)

Vanny Unjunan Sari Penelitian ini dilakukan di laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada bulan April hingga Juli Agustus. Penelitian menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan factorial (2 x 4). Faktor pertama merupakan media dasar pupuk lengkap NPK (32:10:10) dengan konsentrasi 2 atau 3 g/l dan faktor kedua adenda organik (tomat 200 g/l, nanas 200 g/l , pisang 100 g/l dan kentang 200 g/l). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali yang berisi 4seedling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konsentrasi pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) sebagai media dasar tidak berpengaruh nyata hampir pada setiap variabel pengamatanP. amabilis, kecuali kehijauan daun dimana

konsentrasi 2 g/l lebih baik dari 3 g/l, 2) adenda tomat merupakan adenda yang menunjukkan hasil terbaik dibandingkan adenda nanas, pisang dan kentang pada variabel pengamatanP. amabilisseperti panjang daun, tinggiseedling,dan kehijauan daun, dan 3) terdapat interaksi antara pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) dan adenda organik terhadap pertumbuhanseedling P. amabilis, terutama pada konsentrasi 2 g/l Growmore dan penambahan adenda pisang. Data pendukung hasil aklimatisasi menunjukan persentase keberhasilan aklim yang tinggi dimana, pada konsentrasi 2 atau 3 g/l Growmore dengan penambahan adenda nanas keberhasilannya mencapai 100%, diikuti adenda tomat 90% serta adenda pisang 75–88% dan adenda kentang 69–80%.

(3)

RESPON PERTUMBUHANSEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN

ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANLET (Skripsi)

Oleh

VANNY UNJUNAN SARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ABSTRAK

RESPON PERTUMBUHANSEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN

ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANLET Oleh

Vanny Unjunan Sari

Keberadaan anggrekPhalaenopsis amabilisdi Indonesia mulai punah akibat eksploitasi, alih fungsi dan kebakaran hutan, perdagangan bebas serta perubahan iklim. Perbanyakan tanaman secarain vitrodianggap cara terbaik, karena dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, seragam, sehat dan dalam waktu yang cepat untuk konservasiex situ. Dewasa ini uji coba dalam formulasi media untuk menekan biaya banyak dilakukan dengan penggunaan pupuk komersil yang mengandung hara lengkap dan untuk menutupi kekurangannya diberikan tambahan adenda organik.

Tujuan dari penelitian ini antara lain mengetahui 1) pengaruh konsentrasi pupuk lengkap NPK (32:10:10) pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhan

seedlinganggrekPhalaenopsis amabilis,2) pengaruh penambahan berbagai jenis adenda organik pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhanseedlinganggrek Phalaenopsis amabilis, dan 3) interaksi antara konsentrasi pupuk lengkap NPK

(5)

Vanny Unjunan Sari Penelitian ini dilakukan di laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada bulan April hingga Juli Agustus. Penelitian menggunakan rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan factorial (2 x 4). Faktor pertama merupakan media dasar pupuk lengkap NPK (32:10:10) dengan konsentrasi 2 atau 3 g/l dan faktor kedua adenda organik (tomat 200 g/l, nanas 200 g/l , pisang 100 g/l dan kentang 200 g/l). Perlakuan diulang sebanyak 3 kali yang berisi 4seedling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konsentrasi pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) sebagai media dasar tidak berpengaruh nyata hampir pada setiap variabel pengamatanP. amabilis, kecuali kehijauan daun dimana

konsentrasi 2 g/l lebih baik dari 3 g/l, 2) adenda tomat merupakan adenda yang menunjukkan hasil terbaik dibandingkan adenda nanas, pisang dan kentang pada variabel pengamatanP. amabilisseperti panjang daun, tinggiseedling,dan kehijauan daun, dan 3) terdapat interaksi antara pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) dan adenda organik terhadap pertumbuhanseedling P. amabilis, terutama pada konsentrasi 2 g/l Growmore dan penambahan adenda pisang. Data pendukung hasil aklimatisasi menunjukan persentase keberhasilan aklim yang tinggi dimana, pada konsentrasi 2 atau 3 g/l Growmore dengan penambahan adenda nanas keberhasilannya mencapai 100%, diikuti adenda tomat 90% serta adenda pisang 75–88% dan adenda kentang 69–80%.

(6)

RESPONS PERTUMBUHAN SEEDLING Phalaenopsis amabilis IN VITRO TERHADAP KONSENTRASI PUPUK NPK LENGKAP (32:10:10) DAN

ADENDA ORGANIK SERTA AKLIMATISASI PLANTLET

Oleh

VANNY UNJUNAN SARI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Juni 1994 sebagai puteri pertama dari empat bersaudara dari pasangan Dencik A.M, S.H., M.H. dan Hijir Amperawati. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan tahun 2006 di SD Negeri 1 Beringin Raya Bandar Lampung, pendidikan Sekolah Menengah Pertama tahun 2009 di SMP Negeri 4 Bandar Lampung, Sekolah Menengah Atas tahun 2012 di SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Pada tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Lansekap Hortikultura, Bioteknologi Dasar (2015 dan 2016), Fisiologi

Tumbuhan, Kultur Jaringan, dan Perbanyakan Tanaman serta sebagai trainer dalam Pelatihan Teknik Kultur Jaringan Tanaman di Universitas Lampung. Penulis terdaftar sebagai anggota Duta Pertanian (Agroteknologi) pada Periode Kepengurusan 2014–2015.

(11)

This opus I present it for my mom and dad,

a couple of patient and sincere creatures, my cheerleaders, my mentors,

and my number one fans.

I couldn t wish better parents than both of you

Also my sisters,

(12)

Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui

dengan orang yang tidak tahu? (Az Zumar : 9)

Science is just a magic that s been explained

(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam

tercurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW. Pada penulisan tugas akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan, bantuan, dan nasihat serta

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis selama melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Rugayah, M.P. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberi saran dan perbaikan dalam menyelesaikan penulisan.

3. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. selaku Penguji dan Pembahas yang telah memberi saran, dan perbaikan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. 4. Bapak Ir. Eko Pramono, M.P. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan saran dan dukungan selama penulis menyelesaikan masa studi. 5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

(14)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Ibunda Hijir Amperawati dan Ayahanda Dencik A.M, S.H., M.H. yang telah memberikan dukungan moral dan moril hingga dapat menyelesaikan studi. 8. Adik–adik yang kusayangi Venna Derinda Sari, Vennesa Perwina Sari dan

Vindri Aisyah Putri yang telah mendukung kakaknya dalam menyelesaikan studi.

9. Hayane A. Warganegara S.P., M.Si., dan Rosa Nur Indah Jayanti yang telah membantu penulis pelaksanaan penelitian.

10. Ninna Sari A.Md. Kep., Destia Novita Sari, Anggi Tyasrini, Karina

Rayyandini, Firza Syailindra dan Jefri Handoko yang memberikan dukungan terhadap penulis.

Semoga Allah SWT melindungi dan melimpahkan rahmat dan berkah-Nya serta membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 01 Desember 2016 Penulis,

(15)

ii

1.1 Latar Belakang ……...……… 1

1.2Tujuan Penelitian …...……… 4

1.3 Landasan Teori ……...………....… 4

1.4 Kerangka Pemikiran ………...……… 7

1.5 Hipotesis …….……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 9

2.1Phalaeonopsis amabilis …….……… 9

2.2 Taksonomi ….……… 11

2.3 Morfologi …...……… 12

2.4 Lingkungan TumbuhPhalaeonopsis amabilis …...……… 14

2.5 Kultur Jaringan Polong Anggrek ..………. 15

2.6 Aklimatisasi Anggrek ..……….... 16

2.7 Komponen Media Kultur Jaringan ..………. 18

2.7.1 Pupuk Daun ...……….… 18

2.7.2 Adenda Organik .…... 19

III. BAHAN DAN METODE ……….………….…… 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …….………..………… 20

3.2 Bahan dan Alat …….………...………… 20

3.3 Metode Penelitian ….………...………… 22

3.4 Pelaksanaan Penelitian …..……….………… 22

3.4.1 Sterilisasi Alat ………..……….………… 22

(16)

ii

3.4.3 Subkultur …..……….……… 28

3.4.4 Pengamatan .……… 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .……… 30

4.1 Hasil Penelitian .………...…..……….... 30

4.1.1 Perkembangan Umum Seedling P. amabilis In Vitro ... 30

4.1.2 Rekapitulasi Analisis Ragam …...……..……….……… 30

Jumlah Akar ……….………. 32

Jumlah Daun ………....…….... 32

Panjang Daun ………...…………..…. 33

Panjang Akar ………...…………. 34

Bobot Basah Tanaman …….…... 34

Tinggi Tanaman ………...……... 34

Jumlah Tunas ………...………....……..……. 35

Tingkat KehijauanDaun ……...………. 35

Aklimatisasi Planlet ………...………... 37

4.2 Pembahasan ……...……….……….. 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN .………. 46

5.1 Kesimpulan .……….………. 46

5.2 Saran ………. 46

PUSTAKA ACUAN ……….………. 48

(17)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan hara makro dan mikro pada

pupuk Growmore (32:10:10) ………..………... 18 2. Komponen kandungan dalam 100 g (tomat, nanas, pisang, kentang) ... 19 3. Formulasi media perlakuan untuk pertumbuhanseedlinganggrek

Phalaenopsis amabilis in vitro ………... 21 4. Kombinasi perlakuan …...………. 22 5. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh media dasar dan adenda

organik pada pertumbuhanseedlinganggrekPhalaenopsis amabilis.. 32 6. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada jumlah akar anggrek

Phalaenopsis amabilispada umur12 MST ………...….... 53 7. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata jumlah akar anggrek

Phalaenopsis amabilispada umur12 MST ……..………... 53 8. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organi pada jumlah

akar anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …………... 53 9. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada jumlah daun anggrek

Phalaenopsis amabilispada umur12 MST ….………... 54 10. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata jumlah daun anggrek

Phalaenopsis amabilispada umur 12 MST ………... 54 11. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

jumlah daun anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 54 12. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada panjang daun anggrek

Phalaenopsis amabilispada umur12 MST …..…... 55 13. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata panjang daun

(18)

iv 14. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

panjang daun anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 55 15. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada panjang akar

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur12 MST …..…... 55 16. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata panjang akar

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST. ……... 55 17. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

panjang akar anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 56 18. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada tinggiseedling

anggrek Phalaenopsis amabilispada umur 12 MST ……... 56 19. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata tinggiseedling

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …... 56 20. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

tinggi tanaman anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 57 21. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada bobot basah

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …..……... 57 22. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot basah

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ….…... 57 23. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

bobot basah anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 58 24. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada jumlah tunas

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …...…... 58 25. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata jumlah tunas

anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …..…... 58 26. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada

jumlah tunas anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ... 59 27. Pengaruh media dasar dan adenda organik pada tingkat kehijauan

daun anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST ……... 59 28. Hasil uji Barlett dengan Statistix 8 pada rata-rata tingkat kehijauan

daun anggrekPhalaenopsis amabilispada umur 12 MST …..…... 59 29. Hasil uji analisis ragam media dasar dan adenda organik pada tingkat

(19)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. PenyebaranPhalaenopsis amabilis ………….………...…... 11 2. Struktur BungaPhalaenopsis amabilis ……… 13 3. SeedlinganggrekPhalaenopsis amabilissebagai eksplan …….…… 20 4. Alat-alat yang digunakan; (a) botol kultur, (b) alat-alat sterilisasi,

(c) alat pembuatan media, (d) alat-alat diseksi .……… 24 5. Pupuk lengkap Growmore 32:10:10; (a) kemasan dan

(b) tampilan pupuk ……..……….… 25 6. Bahan–bahan yang digunakan sebagai adenda organik

(a) nanas, (b) tomat, (c) pisang, (d) kentang ………....… 26 7. Tahap-tahap subkultur, (a) pengambilanseedling,

(b) pemotonganseedling, (c) penanamanseedlingke media

perlakuan, (d) botol yang telah berisi 4seedling ……….… 28 8. Perkembangan umumseedling Phalaenopsis amabilispada

media perlakuan 3 g/l Growmore dan adenda tomat umur

(a) 4 MST, (b) 8 MST, dan (c) 12 MST ……….……….. 31 9. Pengaruh perbedaan konsentrasi media dasar Growmore

(32:10:10) dan jenis adenda organik pada jumlah daunseedling

Phalaenopsis amabilis12 MST ……….………...… 33 10. Pengaruh adenda terhadap panjang daunseedling

Phalaenopsis amabilis12 MST …………...………..…..… 33 11. Pengaruh penambahan adenda terhadap tinggi tanaman

seedling Phalaenopsis amabilis12 MST ………..…..……… 34 12. Pengaruh perbedaan konsentrasi media dasar Growmore (32:10:10)

dan jenis adenda organik pada tingkat kehijauan daunseedling

(20)

vi 13.Seedling Phalaenopsis amabilis12 MST pada media perlakuan ….... 36 14. Persentase keberhasilanPhalaenopsis amabilis1 bulan setelah

aklimatisasi ……….. 37 15. Penampakan visual planletPhalaenopsis amabilispada media

(21)

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai kekayaan anggrek yang banyak hingga dijuluki sebagaiThe Land of Orchid. Hal tersebut karena anggrek yang hidup dan tumbuh hampir di

seluruh daerah di Indonesia, lebih dari 5000 spesies dari total 35.000 spesies di dunia. Anggrek diminati karena bentuk dan warnanya yang indah, diantara jenis anggrek yang banyak diminati adalah anggrek bulan atauPhalaenopsis.

Keberadaan anggrekPhalaenopsisdi Indonesia mulai punah akibat eksploitasi, alih fungsi dan kebakaran hutan, perdagangan bebas serta perubahan iklim. Beberapa jenis anggrek bulan menjadi spesies prioritas tumbuhan konservasi (Risnaet al.,2010). Berdasarkan CITES (2015) semua jenis anggrek bulan masuk ke dalam daftar Appendiks II. Spesies anggrek bulan yang mulai punah ialahPhalaenopsis amabilis.

Phalaenopsis amabilismerupakan bunga nasional sesuai dengan ketetapan Presiden Republik Indonesia nomor 4/1993. Phalaenopsis amabilisdisebut sebagai “Puspa Pesona”, karena bentuknya yang indah. Penetapan ini merupakan

(22)

2 Tang dan Chen (2007) menyatakan bahwaPhalaenopsis amabilisberpotensi sebagai induk dalam pemuliaan untuk menghasilkan berbagai anggrek bulan hibirida baru. Selain itu, menurut Yusnita (2012)Phalaenopsis amabilis merupakan tetua utama untuk menghasilkanPhalaenopsisstandard.

Phalaenopsis amabilismemiliki potensi karakter seperti warna putih bersih, dengan hiasan kuning dan bintik kemerahan pada labellum. Jumlah malai lebih dari dua (bercabang), dengan jumlah bunga banyak dan waktu mekar lama.

Usaha dalam melestarikanPhalaenopsis amabilistelah banyak dilakukan oleh hobbis, kolektor dan berbagai lembaga penelitian serta akademisi. Usaha dalam melestarikan dikenal dengan cara konservasi. Menurut Puspita (1999) konservasi terdiri atas dua jenis, yakni konservasiin situdanex situ. In situdiartikan sebagai cara melindungi tanaman di dalam habitat aslinya sekaligus menjaga ekosistem serta flora dan fauna lain, sedangkanex situdiartikan membudidayakan dan memperbanyak tanaman di luar habitat aslinya.

(23)

3 Media memiliki peranan penting dalam kultur jaringan. Menurut Yusnita (2010), media kultur anggrek secarain vitroadalah formulasi media Knudson C, Vacin dan Went, Murashige dan Skoog, serta pupuk lengkap. Pupuk lengkap digunakan dalam praktik kultur jaringan sebagai media alternatif untuk menekan biaya dari bahan kimia yang mahal. Hasil penelitian dari beberapa spesies tanaman

menunjukkan bahwa formulasi pupuk lengkap dengan penambahan bahan organik seperti pepton dan ekstrak buah, mampu menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan formulasi yang telah ada.

(24)

4 1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhanseedlinganggrek

Phalaenopsis amabilisterbaik.

2) Mengetahui pengaruh berbagai jenis adenda organik pada media kulturin vitroterhadap pertumbuhanseedlinganggrekPhalaenopsis amabilisterbaik. 3) Mengetahui interaksi antara pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) dan

berbagai jenis adenda organik dalam pertumbuhanseedlinganggrek Phalaenopsis amabilisterbaik.

1.3 Landasan Teori

Berikut merupakan landasan teori yng digunakan sebagai penjelasan teoritis:

Perbanyakan vegetatif secara konvensional seperti pemisahan anakan dan keiki terbilang mudah namun, membutuhkan waktu yang lama dan hasil tanaman yang tidak seragam serta rawan penyebaran penyakit. Secara generatif pengecambahan bijiex vitrosulit dilakukan karena, berukuran sangat kecil (dust seed) dan tidak memiliki kotiledon serta endosperm (Yusnita, 2010). Ramadianaet al(2006) menyatakan bahwa pembiakan anggrek secara generatif pada umumnya menggunakan teknikin vitrodalam media buatan.

(25)

5 kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkan (Tuhuteru 2012). Menurut Yusnita (2010) pupuk lengkap mengandung unsur hara baik makro dan mikro yang dapat digunakan dalam kultur jaringan dengan mudah dan murah.

Ada tiga unsur hara ensensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak pada fase vegetatif tanaman. Unsur tersebut ialah nitrogen, fosfor dan kalium yang terdapat pada pupuk lengkap Growmore (32:10:10). Penelitian Sari (2008), penggunaan media dasar Growmore dengan penambahan pepton dapat digunakan sebagai alternatif media ½ MS pada perkecambahan biji anggrekDendrobium.

Penggunaan pupuk Growmore dalam media kultur mampu meningkatkan jumlah daunseedlinganggrekDendrobium(Saraswati, 2009).

Wetherell (1982) menyatakan bahwa untuk tujuan tertentu komposisi media dapat dimodifikasi lebih lanjut. Menurut Gamborg dan Shyluk (1981); dan Beyl (1999) dalam media kultur sering ditambahkan senyawa organik komplek. Hal yang sama dinyatakan oleh Ummi (2008) pembuatan media kultur dapat ditambahkan bahan organik sebagai sumber gula, vitamin, ZPT dan asam amino. Bahan organik bahan organik yang pernah digunakan dalam kultur jaringan seperti tomat, nanas, pisang dan kentang.

(26)

6 umbi yang memiliki karbohidrat tinggi sebesar 19,1 g per 100 g buah juga

memiliki kandungan magnesium, kalium dan fosfor (Godam, 2012).

Hasil studi Jayanti (2011) menunjukkan bahwa penambahan ekstrak tomat ke dalam media ½ MS dapat mengingkatkan jumlah akar tanaman anggrek Phalaenopsis. Penambahan ekstrak tomat 150 g/l dan 2 g/l Growmore pada

media kultur dapat menghasilkan tanaman anggrek Dendrobium tertinggi dan jumlah bobot tanaman terbaik (Septiana, 2012).

Zou (1995) dalam George (2008) menemukan bahwa ekstrak kentang pada perlakuan media kultur tanamanDoritaenopsis(Orchidaceae) dapat menghindari hiperhidrisitas. Penelitian Nuhayah (2006) menyatakan bahwa penambahan ekstrak kentang pada media Vacin dan Went untuk anggrekPhalaenopsis sp, memberikan rata-rata jumlah akar anggrek sebanyak 1,33 helai. Pada konsentrasi 20 g/l memberikan pengaruh terbaik pada tinggi plantlet (2,06 cm) dan saat muncul akar pertama (28,85 HST).

(27)

7 1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang dikemukakan, berikut merupakan susunan kerangka pemikiran penulis:

Perbanyakan anggrek secara vegetatif konvensional dirasa kurang efektif dalam meningkatkan produksi tanaman anggrek untuk konservasiex situdan cara generatif menyulitkan karena biji tidak memiliki cadangan makanan yang cukup. Perbanyakan secarain vitrodianggap cara terbaik, karena dapat menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya, seragam, sehat dan dalam waktu yang singkat. Salah satunya dengan pengecambahan biji hasilselfing(persilangan dalam)Phalaenopsis amabilisdan pembesaranseedling in vitro.

Salah satu faktor keberhasilan dalam kultur jaringan ialah penggunaan media kultur yang tepat dan sesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan (eksplan). Formulasi media kultur yang sering digunakan seperti formulasi Knudson C, Vacin dan Went serta Murashige dan Skoog. Ketiga formulasi tersebut

menunjukkan tingkat pertumbuhan yang baik dalam pertumbuhan anggrek namun, memiliki komponen bahan yang cenderung mahal.

(28)

8 Adenda organik diketahui memiliki kandungan hormon, vitamin dan mineral yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu diharapkan terlihatnya respon pertumbuhan yang mengarah pada pembesaran seedling P. amabilis in vitroyang terbaik antara konsentrasi pupuk dan adenda organik yang lebih efisien untuk tujuan konservasi.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1) Konsentrasi pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) 2 g/l pada media kulturin vitrodapat menghasilkan pertumbuhanseedlinganggrek Phalaenopsis amabilisyang lebih baik dibandingkan 3 g/l.

2) Adenda organik tomat pada media kulturin vitromemiliki pengaruh terbaik terhadap pertumbuhanseedlinganggrekPhalaenopsis amabilisdibandingkan jenis adenda lain.

(29)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Phalaenopsis amabilis

NamaPhalaenopsisdiambil dari bahasa Yunani Phalainayang berarti “Ngengat atau Kupu– Kupu” danOpsisyang berarti “Berbentuk atau Menyerupai”dan dalam bahasa Inggris dikenal denganMoth Orchid. Di IndonesiaPhalaenopsis amabilisdiketahui sebagai anggrek bulan dan ditetapkan menjadi salah satu dari tiga bunga nasional Indonesia, yang disebut sebagai puspa pesona sesuai dengan ketetapan Presiden nomor 4/1993 (Puspitaningtyas, 2010).

Beberapa pertimbangan antara lain anggrek bulan merupakan lambang organisasi PAI sejak 4 November 1956, leluhur telah lama mengetahui dan merupakan cikal bakal dari anggrekPhalaenopsis, selain ituPhalaenopsismerupakan marga pertama yang ditemukan peneliti flora di Indonesia tahun 1918,Phalaenopsis dapat tumbuh dan ditemukan hampir di setiap kepulauan di Indonesia.

(30)

10

Menurut Yusnita (2012) pemuliaanPhalaenopsisstandard putih besar merupakan jenis terpenting untuk pasarPhalaenopsisdunia. Hal tersebut menyebabkan Phalaenopsisstandart selalu diproduksi lebih banyak dibandingkanPhalaenopsis novelty. Salah satu tetua dariPhalaenopsisstandard ialahPhalaenopsis amabilis. Berdasarkan “The Handbook on Judging and Exhibition”, terdapat tiga arah

tujuan dari segi kriteria dalam pemuliaanPhalaenopsis, yaitu (1) bunga yang bulat dan besar; (2) bentuk bunga yang menyerupai bintang; dan (3) petal bersayap dan multiflora.

Phalaenopsis amabilisditemukan oleh Carl Ludwig Blume (1825) yang merupakan genus terbaru dariPhalaenopsis(Rentoul, 2003). Spesies awal Phalaenopsisberasal dariEpidendrum amabileyang dideskripsikan oleh Lineus pada 1753, dan merupakan koleksi spesimen dari Peter Osbeck (1723–1805). Publikasi awal dikemukakan olehRumphius (1627–1702) dengan spesies yang sama seperti Lineus namun, dengan namaAngraecum album majus(Alrichet al.,

2014).

(31)

11

Gambar 1. PenyebaranPhalaenopsis amabilis Sumber : Chi Chu Tsaiet al.,2015.

2.2 Taksonomi

Klasifikasi taksonomi anggrek bulan menurut Rukmana (2008) yakni: Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Famili : Orchidaceae Subfamili : Epidendroidae Suku : Vandeae Subsuku : Aeridinae Genus :Phalaenopsis

(32)

12

2.3 Morfologi

AnggrekPhalaenopsis amabilismemiliki morfologiyang sama seperti jenis anggrek lainnya. Bagian tersebut terdiri dari yakni bunga, daun, akar dan batang.

BungaPhalaenopsisterletak di ketiak daun atau bagian lateral dan bersifat hemaphrodit yakni, terdapatorgan reproduksi jantan (androecium) dan organ reproduksi betina (gymnoecium) dalam satu kuntum bunga (Utamiet al., 2007). Anggrek bulan memiliki infloresens bunga yang terdiri dari poros malai bunga (axis) dan kuntum–kuntum bunga.

Menurut Yusnita (2011) mahkota bunga (petal) anggrekPhalaenopsisberjumlah tiga buah,dua petal berselang–seling dengan kelopak bunga, dan petal

termodifikasi yang berada di bawah menjadilabellum. Phalaenopsis amabilis memiliki susunan bungatrimerousyang diartikan sebagai berjumlah tiga seperti, kelopak bunga (sepal) sebanyak 3 buah, pada bagian teratas disebut sepal dorsal, dan 2 bagian samping disebut sepal lateral (Gambar 2).

(33)

13

Gambar 2. Struktur BungaPhalaenopsis amabilis

AnggrekPhalaenopsismemiliki daun yang berwarna hijau dengan tekstur tebal berdaging yang berfungsi menyimpan air dan cadangan makanan serta klorofil. Bentuk daunPhalaenopsisseperti daun tanaman monokotil, melebar ke arah ujung dengan tulang daun sejajar. Pangkal daun menghimpit batang atau pangkal daun di atasnya. Posisi daun bertunggang dan sejajar dalam dua baris yang rapat berhadapan (berselang–seling) dengan lebar 5–10 cm (Utamiet al., 2007).

Batang anggrekPhalaenopsisbersifat monopodial yakni tumbuh meninggi atau secaraverticaldengan ukuran 30–40 cm pada satu poros tumbuh (Yusnita, 2012). Sisi batang diantara ketiak daun adalah tempat bunga keluar. Ukuran batang anggrekPhalaenopsissangat pendek, hampir tidak terlihat dan tidak menghasilkan umbi semu (pseudo bulb) dan rhizom. Di bagian batang terdapat akar–akar udara yang berguna sebagai alat untuk mencari makan, dan

(34)

14

AnggrekPhalaenopsishidup secara epifit dan memiliki akar adventif yang tumbuh dari bagian batang antara buku–buku. Akar menempel pada batang dan mengikuti bentuk permukaan batang tempat menempel. Jaringan velamen terdapat pada akar anggrekyang berfungsi dalam memudahkan menyerap air yang ada pada permukaan inang dan juga dapat berfungsi sebagai alat pernafasan anggrek. Pada akar anggrek terdapat jamurmycorhizayang bersimbiosis dengan cara mengambil zat organik humus dan diubah menjadi bahan makanan untuk anggrek (Utamiet al., 2007).

Polong anggrek (buah) berwarna hijau dengan ukuran beragam dan berbentuk kapsul memanjang. Polong tersusun dari tiga buah karpel, ketika masak akan pecah mengerluarkan biji yang mencapai jutaan seperti debu (dust seed). Waktu yang dibutuhkan polongPhalaenopsishingga masak pada 4–4,5 bulan. Biji anggrek berukuran panjang sekitar 0,3–5 mm dan lebar sekitar 0,08–0,75 mm.

Embrio pada biji berukuran sekitar 30–100 µm x 100–300 µm dan bobotnya 0,3 –14 µg. Biji dibungkus oleh testa mirip jaring, sekitar 70–90 % ruangan dalam biji berisi udara dan kebanyakan tidak memiliki cadangan makanan. Oleh karena itu untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal biji anggrek membutuhkan lingkungan yang tepat dengan unsur hara essensial, gula, mineral dan ZPT salah satunya melalui teknisin vitro(Yusnita, 2012).

2.4 Lingkungan TumbuhPhalaenopsis

(35)

15

yang singkat (Baker dan Baker, 1991). Menurut Lee dan Lin (1984) untuk keseragaman anakan didapatkan jika suhu siang 20–250C dan suhu malam 15– 200C selama 4 hingga 5 minggu. Temperatur konstan 20, 23 atau 250C dapat menginisiasi pembungaan ( Blanchard dan Runckle, 2004).

Kelembaban idealPhalaenopsisialah 60–80 % tetapi, kelembaban tinggi dapat meningkatkan resiko penyakit. Pencahayaan terbaik untuk pertumbuhan 5000– 8000 lux sedangkan, untuk pembungaan 8000–1500 lux. Phalaenopsis

tergolong tanaman CAM yang menangkap CO2lebih banyak pada malam hari (Arditti, 1992).

2.5 Sterilisasi Polong dan Penanaman Biji Anggrek

Polong anggrek diambil dari tanaman sehat dan sudah dalam keadaan3/4 masak, namun belum pecah. Sterilisasi polong buah anggrek dilakukan dengan mencuci bersih bagian luar polong buah anggrek menggunakanliquid detergentdi bawah air mengalir. Polong kemudian direndam sembari dikocok di dalam botol kultur dengan campuran pemutih (NaOCl 5,25%) sebanyak 1,6% selama 15 menit dan beberapa tetesTween20. Selanjutnya polong dibilas air steril dan dicelupkan ke dalamethanol96% dan dibakar singkat. Polong kemudian dibelah menggunakan bladesteril di dalamlaminar air flow cabinet(LAFC) dan biji–biji anggrek dalam polong ditebarkan pada permukaan media kultur.

Lingkungan pengecambahan dilakukan pada ruangan steril (aseptik) dan

(36)

16

2.000 lux atau fotoperiodiritas selama 16 jam terang dan 8 jam gelap. Biji anggrek akan membentuk protokorm diikuti pembentukan plumula dan radikula. Setelah berumur kurang lebih 4 bulan akan membentuk primodia daun. Primodia daun yang terbuka ±8 bulan disebutseedling. Seedlingkemudian mengalami multiplikasi dan pembesaran dengan cara subkultur (Yusnita, 2010).

Subkultur adalah pemindahan kultur dari media lama ke media yang baru untuk mendapatkan pertumbuhan baru yang diinginkan. Fungsi subkultur ialah menjaga planlet agar tetap mendapatkan suplai energi dan unsur hara yang cukup.

Subkultur anggrek umumnya dilakukan 6–8 bulan (Yusnita, 2010).

Perbanyakan klonalin vitroanggrek dapat dilakukan melalui beberapa pola regenerasi hingga menjadiplantlet, seperti meriklon, organogenesis dan

embryogenesis (Yusnita, 2010). Pada tahap pembesaran menurut Syaputri (2009) dalam Yusnita (2012) media yang menggunakan arang aktif 2 g/l dan

penambahan bubur pisang ambon sebanyak 50–100 g/l dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhanseedling.

2.6 Aklimatisasi Anggrek

Seedlingyang telah cukup besar kemudian dilakukanhardening offsebelum diaklimatisasi. Hardening offdiartikan sebagai meletakkan bibit anggrek botolan di luar ruang kultur dalam keadaan suhu kamar dan cahaya matahari tidak

(37)

17

Selain itu, aklimatisasiin vitrodapat dilakukan dengan cara membuka tutup botol selama beberapa hari di tempat dengan kelembaban 50–70 %, suhu kamar dan tidak terkena cahaya matahari langsung. Perlakuan ini dapat merangsang penebalan lapisan lilin kutikula dan membuat bibit lebih kuat (Yusnita, 2010).

Aklimatisasi dapat dilakukan setelah 8–12 bulan sejak pengecambahan. Planlet yang diaklimatisasi berukuran 5–8 cm dengan jumlah daun 3–5 lembar dan akar yang berjumlah 4–6 helai . Aklimatisasi diartikan sebagai kegiatan

memindahkan bibit kecil keluar botol kultur sehingga bibit kecil dapat beradaptasi dengan lingkungan baru seperti berfotosintesis, menghasilkan energi dan

menyerap unsur hara dengan menaikan suhu dan cahaya secara perlahan (Yusnita, 2010).

(38)

18

2.7 Komponen Media Kultur Jaringan 2.7.1 Pupuk Lengkap Growmore

Pupuk lengkap Growmore adalah pupuk komersil buatan Amerika yang mudah ditemukan dipasaran dengan harga terjangkau yakni Rp 30.000,- untuk 1 kemasan yang berisi 500 g. Pupuk lengkap ini berbentuk kristal berwarna biru dan umum yang digunakan untuk menutrisi tanaman. Pemupukan secaraex vitro

menggunakan pupuk Growmore (32:10:10) umum digunakan pada tanaman anggrek ialah 0,5 g/l pada umur 2–4 bulan, 1–1,5 g/l pada umur 4–6 bulan dan 2 g/l pada umur > 6 bulan dengan frekuensi 1–2 kali seminggu (Yusnita, 2010). Pupuk Growmore memiliki kandungan unsur hara, baik makro maupun mikro yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan hara makro dan mikro pada pupuk Growmore (32:10:10) No. Unsur Hara Kandungan (%)

(39)

19

2.7.2 Adenda Organik

Adenda organik merupakan bahan–bahan berasal dari makhluk hidup yang dapat ditambahkan pada media kultur. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan ialah buah-buahan dan umbi. Buah dan umbi merupakan hasil akumulasi dari fotosinesis setelah tanaman mengalami fase generatif. Buah diketahui

mengandung sejumlah vitamin, mineral dan gula. Kandungan nutrisi buah yang digunakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen kandungan dalam 100 g (tomat, nanas, pisang dan kentang). No Komponen Tomat Nanas Pisang Kentang 1. Hidrogen Peroksida 4000 nmol - -

-2. Peroksidase 3.10003U - - -13. Riboflavin (vit B2) 0,04 mg 0,04 mg 0,730 mg 0,03 mg 14. Niasin (vit B3) 0,62 mg 0,24 mg 0,665 mg 1,40 mg 15. Asam Fatothanik (vit B5) 0,24 mg - 0,334 mg -16. Piridoksin (vit B6) 0,08 mg - 0,376 mg 0,25 mg

17. Asam Folat (vit B9) - - 20 µg

(40)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung dari bulan April sampai Agustus 2016.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalahseedlinganggrekP. amabilisyang berumur ± 3 BST (bulan setelah tanam) dan berukuran 1-1,5 cm dengan dua daun membuka. Seedlingditunjukkan pada Gambar 3.

(41)

21 Media kultur yang digunakan terdiri atas media dasar pupuk lengkap Growmore (32:10:10) dengan penambahan berbagai adenda organik. Konsentrasi Growmore yang digunakan yakni 2 dan 3 g/l. Adenda organik yang digunakan berupa, ekstrak tomat 200 g/l, ekstrak kentang 200 g/l, ekstrak nanas 200 g/l, dan bubur pisang 100 g/l. Bahan tambahan lain yang umum digunakan dalam pertumbuhan anggrek seperti, sukrosa 20 g/l, air kelapa muda 50 ml/l, vitamin MS 10 ml/l, arang aktif 2 g/l dan agar 7 g/l (Tabel 3).

Tabel 3. Formulasi media perlakuan untuk pertumbuhanseedlinganggrek P. amabilis in vitro

No Komponen Media Konsentrasi 1. Growmore 2 atau 3 g/l 2. Vitamin MS 10 ml/l

- Tiamin - HCl 0,1 mg/l - Asam nikotinat 0,5 mg/l - Piridoksin-HCl 0,5 mg/l - Glisin 2,0 mg/l 3. Air Kelapa (cw) 50 ml/l 4. Sukrosa (gula pasir) 20 g/l 5. Adenda Organik

(42)

22 3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam rancangan teracak sempurna (RTS) dengan perlakuan faktorial 2 x 4. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk lengkap Growmore (32:10:10) sebagai media dasar dengan bobot 2 dan 3 g/l. Faktor yang kedua ialah pemberian ekstrak adenda organik yaitu nanas sebanyak 200 g/l, tomat 200 g/l, kentang 200 g/l dan pisang 100 g/l (Tabel 4).

Tabel 4. Kombinasi perlakuan.

No. Kombinasi Perlakuan 1. Growmore 2g/l + nanas 200 g/l 2. + tomat 200 g/l 3. + kentang 200 g/l 4. + pisang 100 g/l 5. Growmore 3g/l + nanas 200 g/l 6. + tomat 200 g/l 7. + kentang 200 g/l 8. +pisang 100 g/l

Perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdiri atas 1 botol yang berisi 4seedling. Homogenitas data diuji menggunakan uji Bartlett. Apabila asumsi terpenuhi, dilakukan analisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Sterilisasi Alat

(43)

23 kemudian direndam dalam air yang diberi detergen dan desinfektan selama kurang lebih 12 jam. Botol selanjutnya dicuci dan dibilas di bawah air mengalir. Proses berlanjut dengan merendam botol di dalam air panas selama 15 menit. Tahap akhir botol ditiriskan dan ditutup menggunakan plastik serta diikat dengan karet. Sebelum digunakan untuk pembuatan media, botol disterilisasi kembali

menggunakan autoklaf tomy pada suhu, waktu dan tekanan yang sama.

Alat–alat lain untuk keperluan subkultur antara lain, cawan petri, keramik, alat diseksi disterilisasi dengan menggunakan autoklaf tomy pada suhu 1210C dan tekanan 1,2 kg/cm2selama 30 menit. Alat–alat tersebut dibungkus kertas dan dimasukan ke dalam plastik tahan panas dan diikat karet agar kedap. Alat diseksi diautoklaf kecualiblade,karena telah disterilisasi menggunakan sinar gamma (Gambar 4).

(44)

24

Gambar 4. Alat–alat yang digunakan; (a) botol kultur, (b) alat–alat sterilisasi, (c) alat pembuatan media, (d) alat–alat diseksi.

3.4.2 Pembuatan Media

Pembuatan media terdiri atas dua tahap, tahap pertama yaitu pembuatan media dasar dan tahap kedua ialah pembuatan adenda organik. Pembuatan adenda organik dibedakan berdasarkan jenis ekstrak tiap adenda.

Pembuatan media dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Semua alat dan bahan yang digunakan dibilas menggunakan aquades. Media dasar memiliki komponen media pupuk lengkap Growmore (32:10:10), berwarna biru berbentuk butiran halus. Pupuk lengkap ditimbang sesuai ulangan perlakuan 2 atau 3 g/l, air kelapa 50 ml/l, vitamin MS 10 ml/l, sukrosa 20 g/l. Semua bahan dimasukkan ke dalambeaker glassdan dilarutkan hingga homogen menggunakan magnetic stirrer(Gambar 5).

a

d

c

(45)

25

Gambar 5. Pupuk lengkap Growmore 32:10:10; (a) kemasan dan (b) tampilan pupuk.

Adenda organik dipilih berdasarkan kesehatan dan kematangan buah yang

dicirikan dari warna, kekerasan buah dan persentase derajat brix buah. Pada buah tomat dilihat warna kulit yang merah dan tidak memiliki lubang serta tidak keras dan tidak terlalu lunak. Buah nanas yang dipilih memiliki warna kuning cerah dan untuk buah kentang dipilih umbi yang sehat serta tidak berlubang. Buah pisang dipilih dengan permukaan warna kulit kuning matang dan tidak ada warna hitam atau lebam.

Brix merupakan jumlah suatu padatan semu zat terlarut yang dimiliki oleh buah seperti gula, pengukurannya menggunakan alat yang disebut refraktometer. Alat tersebut dapat menunjukkan persentase padatan dalam cairan melalui bias cahaya dengan skala 0–100 %. Persentase derajat brix adenda berturut turut adalah sebagai berikut tomat 2%, nanas sebesar 4%, pisang 20%, dan kentang sebesar 5%. Jenis–jenis adenda organik yang digunakan disajikan pada Gambar 6.

(46)

26

Gambar 6. Bahan–bahan yang digunakan sebagai adenda organik antara lain; (a) nanas, (b) tomat, (c) pisang, (d) kentang.

Buah kemudian dicuci di bawah air mengalir danliquid detergenthingga bersih, kemudian direndam dengan larutan pemutih komersil (NaOCl 5,25 %) sebanyak 5% selama 5 menit. Selanjutnya buah dibilas dengan air mengalir dan dibilas kembali menggunakan aquades. Pada buah nanas perlakuan direndam pemutih setelah buah dikupas dari kulitnya. Buah tomat dilakukan tanpa pengupasan kulit, sedangkan buah kentang pengupasan kulit dilakukan setelah buah direndam pemutih dan direbus hingga lunak.

Buah yang telah steril ditimbang hingga bobotnya 200 g/l dan dicampurkan aquades 250 ml, kemudian buah dihaluskan menggunakanblender. Buah kemudian diambil ekstrak dengan disaring sebanyak 2 kali dengan saringan teh dan disaring kembali menggunakan kapas steril hingga mudah lolos. Setelah

a

d b

(47)

27 ekstrak adenda didapatkan, ekstrak dicampurkan ke media dasar dan

dihomogenkan menggunakanmagnetic stirrer. Larutan media kemudian dimasukan ke dalam labu ukur dan ditambahkan aquades hingga tera. Larutan kembali dihomogenkan dan diukur tingkat asam–basanya (pH) dan ditetapkan menjadi 5,8. Jika pH kurang dari 5,8 ditambahkan beberapa tetes KOH, jika lebih besar maka ditambahkan HCl.

Adenda dari pisang tidak dilakukan sterilisasi, hanya diukur derajat brix buah. Pisang kemudian dikupas kulitnya dan ditimbang hingga 100 g/l kemudian dilumatkan menggunakan spatula diataspetridish. Pencampuran bubur pisang dan larutan media dasar dilakukan setelah larutan media dasar ditera dan diukur asam–basanya (pH).

Larutan media dimasukan ke dalam panci dan ditambahkan pemadat berupa bubuk agar sebanyak 7 g/l serta arang aktif 2 g/l. Larutan dimasak hingga mendidih di atas kompor sambil diaduk. Selanjutnya dimasukan ke dalam botol kultur yang telah diberi label perlakuan sebanyak 30–35 ml per botol kultur.

(48)

28 3.4.3 Subkultur

SeedlinganggrekP. amabilisyang berasal dari media kultur awal 2 g/l Growmore dan 200 g/l tomat serta 150 ml air kelapa diambil menggunakan pinset.

Pemindahan ke dalam media kultur sesuai perlakuan secara bertahap dilakukan dengan kondisi aseptik di dalamlaminar air flow cabinet(LAFC) (Gambar 7). Selanjutnya, kultur dipelihara di rak–rak kultur dengan fotoperioderitas terang 16 jam dan gelap 8 jam pada pencahayaan lampu fluoresens 1.000–2000 lux serta suhu 24 ºC (±2 ºC) selama 3 bulan.

Gambar 7. Tahap-tahap subkultur, (a) pengambilanseedling, (b) pemotongan seedling, (c) penanamanseedlingke media perlakuan, dan (d) botol yang telah berisi 4seedling.

a

d

b

(49)

29 3.4.4 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada umur 3 bulan setelahseedlingditransfer ke media perlakuan (12 MST). Variabel pengamatan meliputi :

1. Jumlah akarseedling

Jumlah akar dihitung perseedling(helai). 2. Jumlah daunseedling

Jumlah daun yang muncul dihitung pada setiapseedling(helai). 3. Panjang daunseedling

Daun terpanjang tiapseedlingdiukur dalam satuan sentimeter (cm). 4. Panjang akarseedling

Akar terpanjang diukur dari pangkal hingga ujung akar (cm). 5. Tinggiseedling

Tinggiseedlingdiukur dari pangkalseedlinghingga ujung daun terpanjang (cm).

6. Bobot basah

Bobot basahseedlingditimbang tiapseedlingberserta tunas baru pada tiap botol kultur (g).

7. Jumlah tunas baru

Jumlah tunas baru anggrekP. amabilisperseedling(buah). 8. Tingkat kehijauan daun

Tingkat kehijauan tiap daun perseedlingdalam Spad Unit (SU). 9. Aklimatisasi planlet

(50)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) sebagai media dasar tidak berpengaruh nyata hampir pada setiap variabel pengamatanP. amabilis, kecuali tingkat kehijauan daun pada konsentrasi 2 g/l Growmore lebih tinggi dibandingkan dari 3 g/l.

2. Adenda tomat merupakan adenda yang menunjukkan hasil terbaik

dibandingkan adenda nanas, pisang dan kentang pada variabel pengamatan P. amabilisseperti panjang daun, tinggi planlet,dan tingkat kehijauan daun. 3. Terdapat interaksi antara pupuk lengkap NPK Growmore (32:10:10) dan

adenda organik terhadap pertumbuhanseedling P. amabilis,terutama pada konsentrasi 2 g/l Growmore dan penambahan adenda pisang.

5.2 Saran

(51)

47

(52)

47

PUSTAKA ACUAN

Alrich, P., and W. Higgins. 2014. Phalaenopsis. Bijdragen tot de Flora van Nederlandsch Indie.

Arditti, J. 1992. Fundamental of Orchid Biology. John Wiley & Sons, Inc. Departmentof Development and Cell Biology. University of California, Irvine.132 dan 239 hlm.

Baker, M.L., and C.O. Baker. 1991. Orchid Species Culture. Timber Press. Portland. Ore.

Beyl, C.A. 2005. Getting Started with Tissue Culture: Media Preparation Sterile Technique, and Laboratory Equipment. 19-36. USA, CRC Press.

Blanchard, M.G., and E. Runkle. 2004. Temperature Effects On Flower

Induction of Two Phalaenopsis Orchid Hybrid. HortScience 39: 882 hlm.

Buletin Indonesia. 1997. Anggrek Bulan. Buletin Indonesia. Indonesia Chi-ChuTsai., and C. Chang-Hung. 2015. Biogeography of the Phalaenopsis

amabilisspecies complex inferred from nuclear and plastid DNAs. BMC Plant Biology.

CITES. 2015. Phalaenopsis amabilis. http://cites.org/eng/node/39100. Diakses tanggal 27 May 2016.

Cunningham, Jr. F. X., B. Pogsos., Z. Sun., K. A. Mc. Donald., Dellapenna., and E. Grantt. 1996. Functional analysis of the β and ε lucopene cyclase

enzymes of Arabidopsis reveals a mechanism for control of cyclic carotenoid formation. The Plant Cell. 1(8): 1613-1626 hlm. De Pinto, M. C., D. Francis., and De Gara. 1999. The Redox State of The

ascorbate-dehydroascorbate Pair As a Spesific Sensor of Cell Divission in Tobacco BY-2 cells. Protoplasma. 209, 90–97 hlm.

(53)

49

Gamborg, O.L., and J.P. Shyluk. 1981. Nutrition, Media and Characteristic of Plant Cell and Tissue Culture. Academic Press, New York.

George, E.F., M.A. Hall., and G.J. Klerk. 2008. Plant Propagation By Tissue Culture 3 rd Edition. Spring : Netherlands.115–119 dan 433 hlm. Godam. 2012. Isi Kandungan Gizi Tepung Maizena. Komposisi Nutrisi Bahan

Makanan.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hlm.

Gunawan, L.W. 2006. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 91 hlm. Irfandi. 2005. Karakteristik Morfologi Lima Populasi Nanas (Ananas

comosus(l.) Merr). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Jayanti, A. 2011. Pengaruh Ekstrak Tomat dan Tripton pada Pembesaran SeedlingAnggrek Phalaenopsis Hibrida in Vitro. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung. 59 hlm.

Kailaku, S.I., K.T. Dewandari., dan Sunarmani. 2007. Potensi Likopen dalam Tomat untuk Kesehatan. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian. 3(1): 50-58 hlm.

Karjadi, A.K., dan A. Buchori. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar Granola. Jurnal Hortikultura 18(4): 380-384 hlm.

Lakitan, B. 2013. Dasar–Dasar Fisiologi Tumbuhan. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal. 67–68 dan 96 hlm.

Lee, N., and G.M. Lin. 1984. Effect of Temperature on Growth and Flowering of Phalaenopsis white hybrid. Chinese Soc. Hort. Sci. 30:223-231 hlm.

Marlina, L. 2005. Studi Pengecambahan Biji dan Pembesaran Seedling In Vitro serta Aklimatisasi Planlet Anggrek Phalaenopsis Hibrida. (Tesis). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

Murdad, R. 2007.Effects of Carbon Source and Potato Homogenate on In Vitro

Growth and Development of Sabah’s Endangered Orchid : Phalaenopsis

gigantea. School of Science and Technology. University of Malaysia. AsPac J Mol. Biol Biotechnol. Vol 18(1): 199-202 hlm.

(54)

50

Pratiwi, D. 2015. Pertumbuhan Seedling Anggrek Cattleya Hibrida In Vitro pada Media Dasar Pupuk Lengkap NPK (32:10:10) dengan Berbagai Jenis Addenda Organik. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

Puspitanigtyas, D.M., dan M. Sofi. 1997. Phalaenopsis javanicaJJ. Smith. Eksploitasi (3)2. p5.

___________________________. 2010. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. LIPI. Bogor. 72 hlm.

Ramadiana, S., D.H. Rizka., D.Hapsoro., dan Yusnita. 2006. Pengaruh Pepton Terhadap Pengecambahan Biji Anggrek (Phalaenopsis amabilis)dan Dendrobium Hybrids In Vitro. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung.

Rentoul, J. N. 2003. Growing Orchids, Complete and Unbridged. Singapore. Publishing Solutions. 790p.

Risna, R.A., Y.W.C. Kusuma., D. Widyatmoko., R. Hendirian., dan D.O. Pribadi. 2010. Spesies prioritas untuk konservasi tumbuhan Indonesia seri I: Arecaceae, Cyatheaceae, Nepenthaceae, Orchidaceae. LIPI Press. Jakarta.

Rukmana, H.R. 2008. Budidaya Anggrek Bulan. Kanisus. Yogyakarta. Sakanishi, Y., H. Imanishi., and G. Ishida. 1980. Effect of Temperature On

Growth and Flowering of Phalaenopsis amabilis. Bul. Univ. Osaka, SeriesB.Agr.Biol-Osaka (Prefence) Daigaku 32:1-9 hlm.

Sari, A.P., Yusnita., dan D. Hapsoro. 2008. Hibridisasi, Pengaruh Dua Jenis Media Dasar dan Pepton Terhadap Perkecambahan Biji dan

Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium Hibrida secara InVitro. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II Universitas Lampung, 17-18 November 2008.

Saraswati. 2009. Produksi Biofertilizer untuk Efisiensi Penggunaan Pupuk dalam Budidaya Tanaman Perkebunan. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor.

Septiana, V. 2012. Pengaruh Media Dasar dan Bahan Addenda pada

Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium In Vitro. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

(55)

51

Suryanti., dan Supriyadi. 2008. Pisang : Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syaputri, G. 2009. Pengaruh Arang Aktif dan Bubur Pisang Ambon pada Pembesaran Seedling Dendrobium Hibrida In Vitro. (Skripsi). Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung.

Tuhuteru, S. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan beberapa Konsentrasi Air Kelapa. (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Pattimura.

Tang, C.Y., and W.H. Chen. 2007. Breeding and development of new varieties in Phalaenopsis. In:Chen WH, Chen HH (eds) Orchid Biotechnology. World Scientific, New Jersey.

Thom, M., A. Maretzki., E. Komor., and W.S. Sakai. 1981. Nutrient uptake and accumulation by sugarcane cell cultures in relation to the Growth Cycle. Plant Tissue Culture Organ, 1, 3-14 hlm.

Tsang. 2005. Lycopene In Tomatoes and Prostate Cancer.

http://www.healthcastle.com. Diakses tanggal 17 September 2016. Ummi, M. 2008. Ekstrak Pisang sebagai Suplemen Media MS dalam Media

Kultur Tunas Pisang Rajabulu (Musa Paradisiciana. L. ABB GROUP) In Vitro. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Utami, E.S.W., S. Issirep., Taryono., dan S. Endang. 2007. Pengaruh naphtalene acetic acid (NAA) Terhadap Embriogenesis Somatik Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis (L). BI. Biodiversitas. 8(4): 295-299 hlm.

Wetherell, D.F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In vitro. Avery Publishing Group Inc., Wayne, New Jersey.

Winarni, F. 2012. Uji Protein dan Organoleptik Telur Asin Hasil Pengasinan Menggunakan Abu Kelapa dengan Penambahan Sari Buah Nanas. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Biologi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. 51 hlm.

Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Penerbit Universittas Lampung. Bandar Lampung. 55, 81, dan 91 hlm.

Gambar

Gambar 1. Penyebaran Phalaenopsis amabilisSumber : Chi Chu Tsai et al., 2015.
Gambar 2. Struktur Bunga Phalaenopsis amabilis
Tabel 1. Kandungan hara makro dan mikro pada pupuk Growmore (32:10:10)
Tabel 2. Komponen kandungan dalam 100 g (tomat, nanas, pisang dan kentang).
+7

Referensi

Dokumen terkait