1 1.1 Latar Belakang Laporan Kerja Praktek
Berdirinya BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermuamalah
secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagain besar umat Islam di
Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian
Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan dan
moneter.
BPRS berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara umum berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPRS adalah penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan memberikan pembiayaan
(kredit) serta penempatan dana sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
(Muhamad, 2010: 133).
Bank syariah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga.
Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpunan danan
(funding) untuk disalurkan (financing) kepada orang atau lembaga yang
membutuhkannya dengan sistem bagi hasil. Sistem perbankan ini secara garis
menjamin keseimbangan (balance), menekankan sifat saling percaya (trust) dan
saling tolong menolong antara kedua belah pihak. (Ali Yafie,2009:220)
Bagi Hasil merupakan sebuah bentuk pengembalian dari kontrak investasi,
berdasarkan suatu periode tertentu dengan karakteristiknya yang tidak tetap dan
tidak pasti besar kecilnya perolehan tersebut. Karena perolehan itu sendiri
bergantung pada hasil usaha yang telah terjadi. Perbankan syariah pada umumnya
mengaplikasikannya dengan menggunakan sistem profit sharing maupun revenue
sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini
semuanya menggunakan perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana . (Siti Zayyini,2012)
Pola bagi hasil atau syirkah terdiri dua model. Model pertama, dimana
kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak menyediakan
seluruh (100%) dana/modal sementara pihak lain mengelola modal dan hasil
usaha dibagi menurut rasio kesepakatan diawal, akad ini dinamakan mudharabah
(trustee profit sharing). Dan apabila dua orang lebih bersepakat untuk sama-sama mengeluarkan modal dalam suatu usaha serta ikut andil dalam manajerial usaha
bersama, resiko dan keuntungan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan,
akad ini dinamakan musyarakah. Pola ini merupakan akad bank syariah yang utama dan paling penting yang disepakati oleh ulama. (M. Syafi’i
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank islam secara keseluruhan. Namun disisi aktiva, mekanisme bagi
hasil dalam bentuk produk-produk pembiayaan usaha ternyata belum memberikan
hasil yang berarti bagi tingkat pendapatan bank syariah. Dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1.1
Pembiayaan Bank-Bank Syariah Dunia dari Total Pembiayaan
Pembiayaan Bagi Hasil
Mudharabah Musyarakah Pembiayaan Jual Beli (Murabahah)
8,17% 9,83% 65,66%
Sumber : IAIB (International Association of Islamic Bank)
Dari tabel diatas terbukti belum banyaknya akad yang berbasis bagi
hasil (mudharabah) dan (musyarakah), padahal kedua akad ini merupakan
pembeda yang sangat jelas antara bank syariah dan bank konvensional. Diantara
penyebab masih rendahnya pembiayaan berbasis bagi hasil dibandingkan dengan
akad pembiayaan yang berbasis jual beli dan sewa, adalah karena ketidaksiapan
masyarakat/nasabah dalam hal pencatatan usaha yang cukup lengkap dan
kelemahan SDM BPRS dalam hal analisa dan pembinaan usaha nasabah. (Gatot
Bedasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin bermaksud
untuk mengetahui tentang pembiayaan musyarakah pada BPRS Amanah
Rabbaniah dan penulis mengambil judul“TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBIAYAAN BAGI HASIL PADA BANK SYARIAH BPRS AMANAH”
1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang akan
dibahas sebagai gambaran penulis untuk pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur sistem pembiyaan bagi hasil di BPRS Amanah
Rabbaniah?
2. Apa saja hambatan dalam prosedur pembiayaan bagi hasil yang diperoleh oleh
BPRS Amanah Rabbaniah?
3. Apa saja upaya yang telah dilakukan BPRS Amanah Rabbaniah dalam
mengatasi hambatan yang terjadi pada prosedur pembiayaan musyarakah?
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaanadapun manfaat yang
ingin diperoleh penulis apabila tujuan penelitian dapat dicapai adalah sebagai
1.3.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan dan bisa melahirkan
sumber daya yang ahli dan profesional dibidangnya, terutama aspek syariahnya di
BPRS Amanah Rabbaniah, dan mampu memberikan kontribusi terhadap
pengemban ekonomi islam bagi praktisi sebagai pertimbangan dalam memberikan
pembiayaan yang berbasis bagi hasil. Dan diharapkan penelitian ini menjadi
pijakan dalam pengembangan bank syariah dimasa yang akan datang.
1.3.2 Kegunaan Akademisi
Untuk melahirkan akademisi yang ahli dan profesional, untuk memajukan
semua pihak baik itu eksternal dan internal, selain itu agar mampu memberikan
yang terbaik untuk masa depannya. Penulis berharap hasil penelitian ini menarik
minat peneliti lain, khususnya dikalangan mahasiswa fakultas ekonomi di
UNIKOM, dan untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang
sama atau serupa. Dari hasil penelitian itu dapat dilakukan generalisasi yang lebih
profesional. Apabila hal itu dapat dicapai, maka akan memberi sumbangan yang
cukup berarti bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang akuntansi
1.4Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
1.4.1 Tempat Kerja Praktek
Adapun pelaksanaan Praktek Kerja lapangan (PKL) dilaksanakan di BPRS
Amanah Rabbaniah beralamat di Jln Raya Timur No.52 Banjaran Kab.
Bandung.Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selam 1 (satu)
bulan, yaitu dimulai pada tanggal 03 Agustus s.d. 03 September 2015.
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Praktek ini diadakan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at dan dimulai pada pukul 07.45 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Penulis melaksanakan kerja
praktek selama 1 bulan, mulai dari tanggal 03 Agustus 2015 sampai dengan 04
8 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Menyadari bahwa pertumbuhan perbankan Syariah nasional yang relatif
cepat, terutama setelah dikeluarkannya UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, telah mendorong untuk
meningkatkan kemampuan dalam jasa keuangan. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat profesialisme yang mengacu pada “ prudential banking“.
Selama periode krisis ekonomi, bank syariah masih dapat menunjukan
kinerja yang relative lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan
konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relative lebih rendahnya penyaluran
pembiayaan bermasalah pada Bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya.
PT. Bank Syariah Amanah Rabbaniah saat ini hadir untuk menjawab
keragu-raguan di masyarakat dan sekaligus sebagai wujud dari kegiatan ekonomi
yang berbasis syariah. Dengan menggunakan sistem syariah, Insya Allah bank
Syariah Amanah Rabbaniah dapat memberikan kontribusinya dalam
pengembangan ekonomi Islam dan terciptanya pertumbuhan ekonomi yang
berkeadilan.
Bank Syariah Amanah Rabbaniah lahir sebagai penjabaran dari hasil
keputusan Muktamar Persatuan Islam tahun 1990 di Garut.Sebagai langkah awal
yang bergerak intern jam’iyah dalam rangka membantu beberapa pengusaha dalam bidang permodalan dengan sistem bagi hasil.
Pada tahun 1990, pimpinan pusat Persatuan Islam yang diwakili oleh
bidang Garapan Sosial Ekonomi melakukan beberapa pertemuan dengan para
pemarkasa dari PT. BPR Syariah Dana Mardhatillah dan PT. BPR Syariah Berkah
Amal Sejahtera untuk mendirikan bank syariah. Dari sinilah muncul nama Bank
Perkereditan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Rabbaniah.
Bank Syariah Amanah Rabaniah didirikan pada tanggal 19 September
1991 dengan akta pendirian Nomor 27 tanggal 9 Juli 1990 oleh notaris Masri
Husen, SH. Dan telah diumumkan dalam berita Negara RI Nomor 68 tanggal 25
Agustus 1991, lembaran berita Negara Nomor 2658 tahun 1991 serta berdasarkan
izin operasional Menteri Keuangan RI melalui surat keputusan Menteri Keuangan
RI Nomor: KEP.281/KM.13/1991 tentang pemberian izin usaha PT. Bank
Perkereditan Rakyat Syariah Amanah Rabbaniah, tepat tanggal 24 Oktober 1991
PT. Bank Syariah Amanah Rabbaniah resmi beroperasi.
Bank syariah Amanah Rabbaniah merupakan jasa lembaga keuangan yang
beroperasi dengan sistem syariah, hadir untuk membantu dan berkerjasama
dengan masyarakat luas dalam meningkatkan tarap hidup masyarakat melalui jasa
keuangan.
a. Deskripsi Kelembagaan BPRS Amanah Rabbaniah
Nama Bank : Bank Perkereditan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Rabbaniah.
a) Alamat Kantor: Jl. Raya Timur No. 52 (pengkolan) Banjaran Kab. Bandung
40377 Tlp. (022) 5940131 Fax.(022) 5949230.
b) Alamat Kas : Jl. Raya Bojongsoang No. 95 Kab. Bandung 40288 Tlp. (022)
7501456 Fax.(022) 7501808.
Bentuk Badan Hukum : Perseroan Terbatas (PT)
a). Akta pendirian No. 27 Tanggal 9 Juli 1990 oleh Notaris Masri Husen, SH. Dan
telah diumumkan dalam berita Negara RI No. 68 tanggal 23 Agustus 1991.
Lembaran berita Negara No. 2658 tahun 1991.
b). Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP.281/KM.13/1991 tentang
pemberian Izin Usaha PT. Bank Perkereditan Rakyat Amanah Rabbaniah.
c). Akta ini telah mengalami perubahan dan perbaikan dan penyesuaian anggaran
dasar dengan Undang-Undang No. 1/1995, yaitu Akta nomor 19 tanggal 31
Januari 2000 oleh Notaris Masri Husen, SH telah mendapatkan pengesahan dari
Menkumdang dan HAN RI No: C-20942 HT.01.04.TH 2001 tanggal 9 November
2001.
d). Dan perubahan anggaran dasar terakhirnya yaitu Akta No. 11 tanggal 12
Februari 2002 oleh Notaris Sofiyanti Harris Kartasasmita, SH, dan telah
mendapatkan pengesahan Menkeh dan HAM RI No: C-13712 HT.01.04 TH 2003
tanggal 17 Juni 2003.
Nomor Pokok Wajib Pajak : 1.448.4521.421
Bank Koresponden :
a. Bank Danamon Capem Kopo Sayati No. AC Atas Nama: PT. BPR Amanah
b. Bank Muamalat cabang Bandung No. 101.00016.05. An. BPRS Amanah
Rabbaniah, PT.
c. Bank Permata Syariah Cabang Buah Batu No. 377.100.6522 An. BPRS
Amanah Rabbaniah, PT.
d. Bank Jabar Banten Capem Dayeuh Kolot No. 071.309230.001 An. BPRS
Amanah Rabbaniah, PT.
Visi, Misi dan Tujuan perusahaan:
1). Sebagai mitra usaha pelaku ekonomi menengah dan kecil secara selektif
dengan mengutamakan syariah dan kualitas layanan dalam rangka mencapai hasil
optimal bagi semua pihak.
2). Menjadi lembaga keuangan syariah yang menghasilkan produk jasa perbankan
terbaik dan menjadi pilihan pertama bagi nasabah dalam kegiatan ekonomi
dengan orientasi pengembangan usaha kecil.
Tujuan operasionalisasi BPRS Amanah Rabbaniah adalah:
(a). Mensejahterakan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah pedesaan.
(b). Menambah lapangan kerja terutama tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
(c). Menambah ukuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
STUKTUR ORGANISASI
PT. BPRS AMANAH RABBANIAH
Gambar 2.1
(Struktur Organisasi sumber BPRS Amanah Rabbaniah)
2.2.1 Susunan Pemegang Saham :
Sampai dengan tahun 2009 pemegang saham pemegang saham PT. BPR Syariah
Amanah Rabbaniah berjumlah 44 orang yang terdiri dari 20.000 lembar saham
atau senilai Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).
1.) PP. Persatuan Islam (Prof. DR.H. Maman Abdurrahman, MA)
2.) Ir. Eka Fuadi, MBA.M.Sc
3.) Ir.H. Wadi Taufik, MM.
4.) Drs.H.Farid Wajidi Tahin, MM
5.) Ir. Ahmad Riskawa, MSc.
6.) H.Bambang Setyo, MSc
7.) Ir. H. Rosyid Abdurrahman
8.) Ir. H.M. Iwan Purwana
9.) H.MD. Idad Soemarta
10.) Pemilik lainnya
2.2.2 Susunan Pengurus :
1.) DEWAN PENGAWAS SYARIAH :
Ketua : KH. Aceng Zakaria (Anggota Dewan Hisbah PP Persis)
Anggota : DR.H. Ahmad Hasan Ridwan, M.Ag
2.) DEWAN KOMISARIS :
Komisaris Utama : Drs.H. Farid Wajidi Tahin, MM.
Komisaris : Dr.H. Irfan Safrudin, M.Ag
3.) DIREKSI :
Direktur Utama : Dra. Sri Puspitadewi
Direktur Marketing : Siswanto Sejati, SE.
2.3 Uraian Kegiatan Perusahaan
Di dalam struktur organisasi BPRS Amanah Rabbaniah yang telah
terampir bahwa terlahir kesatuan komando melalui pelimpahan wewenang yang
berlangsung secara vertikal dan sepenuhnya dikeluarkan oleh Dewan komisaris
kepada ketua bidang tertentu. Adapun uraian tugasnya adalah sebagai berikut:
1.) Dewan Pengawas Syariah
Bertugas sebagai operasional dan produk-produknya agar sesuai dengan
ketentuan syariat, melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang BPRS
secara khusus dan ekonomi Islam secara lebih luas, dan mengajarkan serta
menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam pada BPRS atau lembaga keuangan
lainnya. Dewan pengawas syariah berfungsi sebagai penasihat dan pemberi
saran kepada direksi mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah,
sebagai wakil dan mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional dalam
mengkomunikasikan usul dan saran dalam pengembangan produk dan jasa bank
yang memerlukan kajian fatwa dari Dewan Syariah Nasional.
2.) Dewan Komisaris
Bertugas dalam mengelola likuiditas perusahaan (bank) dan menetapkan
semua kebijakan perusahaan yang dipimpinnya.Dewan komisaris berfungsi
sebagai penanggung jawab manajemen bank dan manajemen operasional secara
3.) Direktur Utama
Direktur perusahaan (bank) bertugas mengelola dan mengawasi secara
langsung pada seluruh bagian kegiatan operasional bank.Direktur berfungsi
sebagai pimpinan dan sekaligus sebagai pelaksana kebijakan dari rapat umum
pemegang saham perusahaan.
4.) Direktur Marketing
Membuat, merumuskan, menyusun, menetapkan konsep dan rencana
umum perusahaan, mengarahkan dan memberikan kebijakan/keputusan atas
segala rancang bangun dan implementasi manajemen pemasaran, penjualan dan
promosi ke arah pertumbuhan dan perkembangan perusahaan dan mengarahkan
karyawan untuk meningkatkan seluruh sumber daya yang ada secara optimal bagi
kepentingan perusahaan.
5.) Direktur Operasional
Bertanggung jawab untuk memastikan organisasi berjalan sebaik mungkin
dalam memberikan pelayanan dan memenuhi harapan para pelanggan dan klien
dengan cara yang efektif dan efisien. Inti tugas Direktur Operasional adalah
bagaimana membuat perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak
dengan biaya yang lebih rendah.
6.) Kepala Bagian Marketing
Melakukan koordinasi kerja dan pembagian/pendelegasian tugas serta
kerja yang lebih baik serta melakukan perencanaan strategi pemasaran hasil
produksi yang terpadu dan efisien dengan memperhatikan sumber daya
perusahaan.
7.) Kepala Bagian Operasional
Memonitor dan mengontrol terlaksananya operasional Bank yaitu
menjalankan fungsi kepemimpinan pada bagian operasional serta menyusun
rencana kerja atau anggaran dibidang operasional untuk melaksanakan program
kerja berdasarkan rencana anggaran kantor.
8.) Kepala Bagian Umum & SDM
Mengkoordinasi kegiatan pengelolaan kepegawaian, pengembangan SDM
serta pengelolaan rumah tangga kantor, pemeliharaan/perbaikan peralatan sarana
dan kebersihan di lingkungan kantor pusat sehingga perumusan perencanaan dan
peberdayaan pegawai (man power planning) sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
9.) Kepala Bagian Litbang
Melakukan penelitian dan pengembangan analisa pemasaran secara umum
untuk membantu penelitian, promosi serta pengembangan perusahaan, lalu
menerbitkan laporan-laporan dari penerbit lainnya mengenai aktivitas perusahaan,
dalam rangka aktivitas penelitian dan pengembangan perusahaan serta bisa juga
memberikan saran-saran atau pertimbangan kepada Direksi sesuai dengan hirarki
10.) Administrasi Pembiayaan
Mempersiapkan proses pencairan pembiayaan lalu mempersiapkan proses
pelepasan jaminan, penutupan asuransi dan membantu klaim asuransi, laporan
SID (eksternal), Laporan jatuh tempo pembiayaan, TBO, jth tempo asuransi dan
jaminan, laporan realisasi pencairan, laporan back to back, laporan FPN, laporan
monitoring KJPP, laporan BMPK dan rekap hasil komite. Melayani permintaan
BI Checking Melakukan penyimpanan dokumen dan data Mengupdate FPN
kolektibilitas dan dilaporkan kepada divisi terkait.
2.4 Kegiatan Perusahaan
Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa
dengan bank-bank umum syariah. Namun demikian, sesuai UU Perbankan No. 10
tahun 1998, BPR Syariah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: 2. Tabungan berdsarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2.4.1 Melakukan penyaluran dana melalui:
2.4.1.1Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
a.) Mudharabah
Akad kerjasama antara dua pihak yaitu (modal 100% dari bank) pihak
pertama sebagai penyedia modal atau dana untuk suatu usaha (shahibul maal) dan
pihak kedua yang bertanggung jawab atas pengelolaan dana/manajemen usaha.
b.) Istishna
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan/pembeli
dan penjual/pembuat.
c.) Ijarah
Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa
didikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri
d.) Salam
Transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka
2.4.1.2 Jual beli lainnya.
a). Mudharabah
Merupakan jenis pembiayaan dengan pola modal sepenuhnya dari
Bank. Dalam pengelolaan usaha pihak bank tidak terlibat, tetapi mitra usaha
telah memiliki keahlian dan pengalaman serta mempunyai karakter baik. Hasil
usaha diperhitungkan dengan pola bagi hasil
b). Musyarakah
Merupakan jenis pembiayaan dengan pola penyertaan modal kedalam
suatu usaha yang dikelola bersama dengan pola berbagi hasil. Dimana pihak
bank ikut terlibat ke dalam manajemen dalam mengelola usahanya.Setiap bank
bermitra, maka mitranya telah memiliki keahlian.Pengalaman dan karakteristik
baik serta usahanya telah berjalan.
2.4.1.3 Bagi hasil lainnya
a) Rahn
(Gadai), merupakan produk layanan jasa perbankan syariah, di mana
bank menerima titipan atas harta milik si peminjam sebagai jaminan yang
diterima.
b) Qardh.
Penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang disetujui
oleh Dewan Syariah Nasional.
Dibanding bank umum syariah, kegiatan operasional yang dapat dilakukan
BPR Syariah lebih terbatas. Sebagaimana diatur dalam SK Direktur BI No.
32/36/KEP/DIR/1999, BPR Syariah tidak diijinkan untuk menerima dana
simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan dalam bentuk wadiah.8
Begitu juga BPR syariah dilarang untuk:
1. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
2. Melakukan penyertaan modal.
21 3.1 Landasan Teori
3.1.1 Pengertian Sistem
Sistem adalah setiap sesuatu terdiri dari obyek-obyek, atau unsur-unsur,
atau komponen-komponen yang bertata kaitan dan bertata hubungan satu sama
lain, sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan
pemrosesan atau pengolahan yang tertentu. (Moekijat dalam Prasojo, 2011:152)
Sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi dalam satu kesatuan untuk menjalankan suatu proses pencapaian
suatu tujuan utama. (Sutarman, 2010:5)
Dari definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa Sistem adalah
unsur-unsur elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi menjadi satu kesatuan
untuk mencapai suatu tujuan.
3.1.2 Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat
bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan memberikan
hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh
bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu
melakukan analisis pembiayaan yang mendalam. Sifat pembiayaan bukan
merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada
nasabah dalam melakukan usaha. (Ismail,2011:103)
Dari definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa Pembiayaan adalah
aktivitas bank dalam menyalurkan dan menyediakan dana kepada nasabah yang
membutuhkan dana, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain.
3.1.3 Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil merupakan suatu bentuk skema pembiayaan alternatif, yang
memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan bunga. Sesuai dengan
namanya, skema ini berupa pembagian atas hasil usaha yang dibiayai dengan
kredit/pembiayaan. Skema bagi hasil dapat diaplikasikan baik pada pembiayaan
langsung maupun pada pembiayaan melalui bank syariah (dalam bentuk
pembiayaan mudharabah dan musyarakah). Dalam berkontrak bagi hasil, perlu
didesain suatu skema bagi hasil yang optimal, yakni yang secara efisien dapat
mendorong entrepreneur (debitur) untuk melakukan upaya terbaiknya dan dapat
Bagi hasil dalam Undang-undang nomor 2 Tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil, diatur dalam pasal 1 huruf c, yang berbunyi “perjanjian bagi hasil ialah
perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik pada satu fihak
dan seseorang atau badan hukum pada lain fihak yang dalam undang-undang ini
disebut "penggarap" berdasarkan perjanjian mana penggarap diperkenankan oleh
pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha pertanian diatas tanah pemilik,
dengan pembagian hasilnya antara kedua belah fihak. Dalam hukum agraria
nasional, pada dasarnya tidak mengenal dan memperbolehkan bagi hasil ini.
(Widhihandoko,2014:45)
Dari definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa Bagi Hasil adalah suatu
bentuk pembiayaan alternatif yang memiliki karakteristik dan ciri khas yang
sangat berbeda dibanding bunga.
3.1.4 Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola, dimana keuntungan usaha dibagi dalam bentuk prosentase (nisbah) sesuai kesepakatan, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, apabila
kerugian itu diakibatkan oleh kelalaian si pengelola maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. (M. Syafi’i Antonio,2009:99)
Mudharabah adalah akad antara dua pemilik modal (harta) dengan
pengelolaan modal tersebut, dengan syarat bahwa keuntungan diperoleh dua belah
Dari definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa Mudharabah adalah suatu
akad antara dua belah pihak antara (shahibul maal) penyedia modal dan
(mudharib) pengelola, keuntungan dibagi dalam jumlah kesepakatan atau persentase.
3.1.5 Pengertian Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontrubusi dana,
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan. (M.syafi’i Antonio,2009:90)
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan
pembagian keuntungan secara bagi hasil. Menurut Dewan Syariah Nasional MUI
dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan kesepakatan
sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana. Para mitra bersama – sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha tertentu dalam masyarakat, baik
usaha yang sudah berjalan maupun yang baru. Investasi musyarakah dapat dalam
bentuk kas, setara kas atau asset non kas. (Dewan Syariah Nasional MUI dan
PSAK Np.106,2011)
Dari definisi diatas dapat saya simpulkan bahwa Musyarakah adalah
bentuk akad kerjasama antara dua orang atau lebih dimana masing-masing pihak
3.1.6 Teori Prosedur Pembiayaan Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing dikenal dengan profit sharing. Profit
sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Scara definitif profit sharing diartikan: “ distribusi beberapa bagian dari laba paa para pegawai dari suatu perusahaan” (Muhammad. 2010:18). Hal ini dapat berbentuk suatu
bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada
tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.
Kerjasama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan
transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada
periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan
atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian kerjasama ini disetujui
oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati
dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan. (Muhammad Ridwan,
2010:120).
3.1.6.1 Landasan Syariah Mudharabah
Al-Qur’an
“…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah…” (al-Muzzammil: 20)
“apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah…” (al-Jumuah: 10)
“tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan)
Al-Hadist
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
3.1.6.2 Landasan Syariah Musyarakah 1. Al-Qur’an
“…Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga…” (an-Nisa’: 12)
“…Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh…” (Shaad: 24)
2. Al-Hadist
“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah
satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang
3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.2.1.1 Prosedur Pembiayaan Bagi Hasil
Dalam prosedur pembiayaan bagi hasil bank melibatkan beberapa pihak
untuk bisa menjalankan pembiayaan bagi hasil ini. Dan dibawah ini ada beberapa
tahapan-tahapan analisi dan evaluasi pembiayaan untuk dapat merealisasikan
terjadi pembiayaan bagi hasil yaitu:
1. Pengajuan permohonan diajukan secara tertulisdengan mengisi formulir Surat
Keterangan Permohonan Pemiayaan (SKPP).
2. Syarat-syarat pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Amanah Rabbaniah
adalah sebagai berikut :
a.) Usaha nasabah telah sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan.
b.) Usaha nasabah tidak termasuk dalam jenis usaha pemberiaan kredit yang
perlu dihindari yang bersifat spekulatif atau yang mempunyai resiko tinggi.
c.) Tidak melampaui batas maksimum pembiayaan.
3. Terjadi analisi nasabah melakukan konfirmasi kepada Account Officer untuk memenuhi data-data perusahaan.
4.Setelah data-data perusahaan dilengkapi selanjut nya penganalisaan proyek
nasabah melalui account officer apakah diproses lebih lanjut atau tidak.
5. Account Officer dengan pihak komite melakukan jumlah persetujuan bagi hasil dengan bantuan analisa yuridis dari pihak unit support.
6. Komite mengembalikan dokumen persetujuan bagi hasil kepada account
7. Account Officer memproses lebih lanjut dan menyerahkan dokumen persetujuan kepada nasabah, dan nasabah menyetujui.
8. Nasabah melengkapi semua dokumen-dokumen persetujuan.
9. Nasabah mengirim dokumen kepada unit support.
10. Nasabah juga mengirim surat permohonan realisasi bagi hasil kepada pihak
unit support.
11. Setelah dokumen dan permohonan di accept oleh unit soppurt maka
selanjutnya nasabah membacakan akad pengikat jaminan.
12.Setelah pembacaan akad selesai keluar surat persetujuan realisasi pembayaran
untuk perjajian pembagian keuntungan.
Gambar diagram flowchart atas Prosedur Akad Pembiayaan yang berbasis bagi
hasil di BPRS Amanah Rabbaniah.
Gambar 3.1
Flowchart Akad yang berbasis Bagi Hasil di BPRS Amanah Rabbaniah
3.2.1.2 Hambatan Pembiyaan Bagi Hasil
Masih rendah nya peminat masyarakat/nasabah terhadap produk yang di
jalankan oleh Bank Amanah Rabbaniah yaitu Pembiayaan yang berbasis bagi
hasil (mudharabah) dan (musyarakah) padahal kedua produk tersebut adalah
wadah masyarakat/nasabah untuk berwirausaha dan menghindari bunga yang
marak dilakukan oleh Bank konvensional. (Gatot Bertam, kepala bagian umum
dan SDM)
3.2.1.3 Upaya Yang Dilakukan BPRS Amanah Rabbaniah
Salah satu upaya yang dilakukan oleh bank dalam rangka memasarkan
akad mudaharabah/musyarakah adalah dengan memilih nasabah yang lokasi
usahanya dekat dengan lokasi bank, sehingga memudahkan pembinaan bank, serta
memilih nasabah yang telah teruji karakter dan kemampuannya dengan dengan
akad berbasis jual beli dan sewa. Sehingga independensi bagi hasil serta fluktuasi
yang terjadi dalam pembiayaan bagi hasil tidak menjadi hambatan masyarakat
untuk melakukan akad yang berbasis bagi hasil.
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek
3.2.2.1 Prosedur Pelaksanaan Bagi Hasil
Setiap tahapan proses pembiayaan yang dilakukan oleh bank Amanah
Rabbaniah sudah sesuai dengan melakukan prinsip kehati-hatian. Hal ini
disebabkan karena pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu produk Amanah
mempengaruhi kepentingan masayarakat, penyimpan dana dan para pengguna jasa
perbankan lainnya, walaupun dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip
kehati-hatian termasuk dalam melakukan peninjauan langsung kelapangan atas
kelayakan usaha.
3.2.2.2 Hambatan Pelaksanaan Bagi hasil
Masih rendahnya tingkat kejujuran nasabah dalam memberikan
laporan-laporan hasil yang diperoleh dalam usaha yang dijalankan sehingga terjadi
asymetric Information. Kondisi ini menyebabkan pihak perbankan menetapkan berbagai kebijakan terkait dengan pembiayaan bagi hasil agar dapat
mengantisifasi terjadinya kerugian dengan memberikan syarat agar ada jaminan
bagi mereka yang meminta pembiayaan yang berbasis bagi hasil. Implikasi dari
adanya jaminan menyebabkan semakin minimnya tingkat permintaan pembiyaan
bagi hasil kepada Bank Amanah Rabbaniah.
3.2.2.3 Upaya Perhitungan Bagi Hasil
Pengelola bank syariah harus berhati-hati dalam melakukan pelaksanaan
bagi hasil dan bank mau tidak mau harus membuat kebijaksanaan menambah
porsi pendapatan nasabah, sebab jika kondisi bank belum sehat kebijakan bank ini
akan semakin memperburuk kondisi bank itu sendiri dan permintaan pembiayaan
32 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan tentang Tinjauan Pelaksanaan sistem pembiayaan bagi
hasil, penulis dapat menarik kesimpulan di dukung dengan teori-teori antara lain
sebagai berikut :
1. Dilakukan nya analisis dan prosedur otoritas terhadap permohonan
pembiayaan serta adanya dokumen dan catatan yang cukup dalam proses
aplikasi pembiayaan bagi hasil ini, prosedur aplikasi pembiayaan bagi hasil di
Bank Amanah Rabbaniah telah sesuai dan menerapkan prinsip kehati-hatian,
ini dapat dilihat dari adanya pemisahan tugas yang memadai.
2. Hambatan atau permasalahan yang timbul di bank Amanah Rabbaniah masih
kurang berkontribusi nya dengan baik akad bagi hasil, penyebab masih
rendahnya bagi hasil ini dikarenakan kurang kepercayaan bank terhadap
nasabah dan kelemahan SDM BPRS dalam hal analisa dan pembinaan
nasabah.
2. Upaya yang telah dilakukan oleh bank amanah rabbaniah dalam
meningkatkan pembiayaan bagi hasil dengan meningkatkan kepercayaan
yang tinggi kepada nasabah agar peningkatan kuantitas nasabah mudah untuk
4.2 Saran
Penulis disini memberikan saran, dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak
yang terkait di Bank Amanah Rabbaniah.
1. Bank amanah rabbaniah harus meningkatkan kembali produk usaha asli bank
syariah yaitu Pembiayaan Bisnis, khusus nya pembiayaan yang berbasis bagi
hasil. Agar pendapatan perusahaan yang tersalur pada seluruh pembiayaan
dapat berjalan stabil tidak hanya mengandalkan pembiyaan jual beli saja.
2. Saran dalam hambatan ini adalah bank lebih baik memasarkan akad bagi hasil
ini adalah strategi pertama dengan memilih lokasi usahanya dekat dengan
lokasi bank, sehinga memudahkan pembinaan bank tersebut dan menarik
perhatian masyarakat setempat.
3. Upaya yang telah dilakukan oleh bank amanah rabbaniah sudah baik dalam
meningkatkan pembiayaan bagi hasil tapi disini bank harusnya melakukan
sosialisasi dan edukasi bank syariah kepada masyarakat sehingga masyarakat
tahu dan mau menggunakan bank syariah sebagai bagian dari aktifitas
ekonominya. Adapun media yang dapat digunakan yang dirasakan cukup
efektif adalah dalam bentuk pengajian kepada tokoh masyarakat dan tokoh
agama sebagai key person di tengah maayarakat. Sebagai lembaga yang relative baru, maka proses adopsi inovasi kepada masyarakat wajib dilakukan
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Program Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Oleh : RONNY SAPTA
21112126
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan Laporan Kerja Praktek ... 4
1.3Kegunaan Kerja Praktek ... 4
1.3.1 Kegunaan Praktis... 5
1.3.2 Kegunaan Akademis ... 5
1.4Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6
1.4.1 Tempat Kerja Praktek... 6
v BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 8
2.2 Struktur Organisasi... 12
2.2.1 Susunan Pemegang Saham ... 12
2.2.2 Susunan Pengurus ... 13
2.3 Uraian Tugas Perusahaan ... 14
2.4 Kegiatan Perusahaan ... 17
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Landasan Teori... 21
3.1.1 Pengertian Sistem... 21
3.1.2 Pengertian Pembiayaan ... 21
3.1.3 Pengertian Bagi Hasil ... 22
3.1.4 Pengertian Mudharabah ... 23
3.1.5 Pengertian Musyarakah ... 23
3.1.5 Teori Pembiayaan Bagi Hasil ... 25
3.2 Hasil Pelaksanaan Dan Pembahasan Kerja Praktek... 27
3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Prakek ... 27
3.2.1.1 Prosedur Pembiayaan Bagi Hasil ... 24
3.2.1.2 Hambatan Pembiayaan Bagi Hasil ... 30
3.2.1.3 Upaya yang dilakukan Amanah Rabbaniah ... 30
vi
3.2.2.1 Prosedur Pelaksanaan Bagi Hasil ... 28
3.2.2.2 Hambatan Pelaksanaan Bagi Hasil ... 31
3.2.2.3 Upaya Perhitungan Bagi Hasil ... 31
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 32
4.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN ... 35
Gema Instansi.
Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Cet. III. Jakarta: Rajawali Pers.
Naja, Daeng. 2011. Akad Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Hasanudin. Maulana dan Jaih Mubarok. 2012. Perkembangan Akad Musyarakah,
Cet. I. Jakarta: Kencana
Indonesia. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional tentang Pembiayaan Musyarakah &
Mudharabah, No.08/DSN-MUI/IV/2000
35
NIM : 21112126
JenisKelamin : Laki-laki
NamaLengkap : Ronny Sapta
Tempat, TanggalLahir : Garut, 08 Agustus 1994
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Nikah
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
Alamat : Kp.Bojong Asem Kec. Arjasari Kab.Bandung
RT/RW 01/02 Kel.Lebakwangi,
Kec.Arjasari Kab Bandung
No. HP : 089667576030/081320989900
E-mail : saptaronny@yahoo.com
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
1999–2000 : TK. Al-Musadadhyah Garut
2000– 2006 : SDN 1 Banjaran 2006– 2009 : SMPN 1 Banjaran
i Assalaamu’alaikum wr,wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, Shalawat serta
salam semoga tetap pada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta
hambanya yang beriman dan beramal shaleh. Karena atas izin dan kehendakNya,
serta dengan didasari segala usaha dan daya yang sesuai dengan kemampuan penulis,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan judul
”TINJAUAN PELAKSANAAN SISTEM PEMBIAYAAN BAGI HASIL PADA
BANK SYARIAH BPRS AMANAH RABBANIAH.”
Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis sungguh menyadari bahwa
dalam penyusunan usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan tersaji
dalam kesahajaan, semata-mata tersaji karena keterbatasan dan ketidak mampuan
penulis, serta masih terdapat kekurangan – kekurangan baik dalam hal penggunaan bahasa, penyampaian materi maupun pengetahuan yang penulis miliki.
Menyadari hal tersebut, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat
demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dimasa yang
akan datang.
Selama melakukan penyusunan usulan penelitian ini, penulis memperoleh
ii
Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan sehingga penulis
bisa menyelesaikan usulan penelitian ini
2. H. Dr.Ir Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor UNIKOM
3. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi
UNIKOM.
4. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,MAk.,AK.,CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi UNIKOM.
5. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si.,Ak selaku Dosen Wali.
6. Adi Rachmanto, S.Kom, M.Kom selaku Pembimbing Akademik
7. Seluruh dosen dan staf UNIKOM khususnya Program Studi Akuntansi fakultas
ekonomi.
8. Bapak Chrisna Aditya selaku pembimbing di perusahaan.
9. Bapak Gatot Bertram selaku Kepala bagian Umum dan SDM BPRS Amanah
Rabbaniah.
10.Kedua Orang Tua tercinta, Bapak dan Ibu atas Do’a dan Dukungannya yang
iii
12.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kerja
praktek.
Akhir kata, dengan tersusunnya usulan penelitian ini semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis yang menyusun laporan ini, umumnya bagi
semua yang masih dalam tahap belajar.
Bandung, Desember 2015
Penulis