• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan

Tahun 2014

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

HERLINA SILVANI PURBA TAMBAK

110100072

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014

NAMA : Herlina Silvani Purba Tambak

NIM : 110100072

Pembimbing Penguji I

dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M NIP. 19620203 200001 1 001 NIP. 19700908 200003 2 001

Penguji II

dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA NIP. 19720404 200112 2 001

Medan, 17 Desember 2014 Dekan Fakultas Kedokteran

Universita Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Keputihan merupakan salah satu gejala yang dialami hampir pada setiap wanita, baik itu keputihan fisiologis dan patologis. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi ditemukan sebanyak 75% wanita di dunia pernah menderita keputihan paling tidak sekali dalam hidupnya. Perilaku menjaga kebersihan genitalia yang tidak tepat dapat memicu keputihan patologis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini adalah 100 siswi kelas x, xi, dan xii SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Sampel penelitian diambil dengan metode simple random sampling (acak sederhana). Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner terpimpin. Analisis data menggunakan uji hipotesis Fisher’s Exact Test / Chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian keputihan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan sangat tinggi, 96% responden pernah mengalami keputihan dan 89,5% diantaranya mengalami keputihan patologis. Hasil uji perilaku menunjukkan 51% responden memiliki perilaku cukup dan 49% memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan genitalia. Tidak ada hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan (p=0,357).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden penelitian mengalami keputihan.

(4)

ABSTRACT

Leuchorrea is one of the most common issue encountered by women, both physiological leuchorrea and pathological leuchorrea. Research shows that 75% women worldwide suffer leuchorrea at least once in their life. Health awareness and proper treatment are essential factors in preserving the health of reproduction system.

The aim of this study was to determine the relationship between behaviour of the genital hygiene with the incidence of leuchorrea in Santo Thomas 2 Senior High School on 2014. This study was descriptive-analytic study with cross sectional approach and 100 students were enrolled. The samples were chosen by the method of simple random sampling. The data that used in this study was primary data, which was the data from questionnaires that filled by the respondents. The data was analysed by using fisher’s exact test / Chi Square.

The result of this study showed that incidence of leuchorrea in Santo Thomas 2 Senior High School is very high, 96% of respondents experienced leuchorrea, 89,5% among them experienced pathological leuchorrea. The result of students behaviour of genital hygiene was 51% classified as a enough and 49% classified as a good behaviour of genital hygiene. There is no relationship between behaviour of genital hygiene with the incidens of leuchorrea in students (p=0.357).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan

pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014”. Tujuan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Penulis menyadari banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya tujukan kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran USU.

2. dr. Suryadharma Hamidah, Sp. KK selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Beby Syofiani Hasibuan, Sp.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam menempuh pendidikan.

4. Orang tua penulis terkasih, Aron Purba, SH,MH dan Warni Saragih, S.Pd yang telah membesarkan dengan penuh cinta kasih dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan. Kedua saudara penulis, Bengsaria Purba dan Christian Purba untuk dukungan dan semangat yang tak pernah padam.

5. Sahabat penulis, Betty Arnita Sari Nababan, Sonya Oksilia, Uli Kartika Sihaloho, Ika Febriani Pandiangan, Deni Nova Sitorus yang selalu ada baik susah maupun senang. Terima kasih untuk semangat dan rasa sabar yang telah diberikan.

(6)

7. Pihak Sekolah, SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, pastilah terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan pikiran, informasi, dan manfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Keputihan ... 5

2.1.1. Penyebab Keputihan ... 6

2.1.2. Patogenesis ... 9

2.1.3. Pemeriksaan Penunjang... 9

(8)

2.1.5. Pencegahan Keputihan ... 10

2.1.6. Komplikasi ... 11

2.2 Remaja (Adolescence)...12

2.2.1 Perkembangan Remaja dan Cirinya ... 12

2.2.2. Anatomi Organ Genitalia Remaja Putri ... 13

2.2.3. Cara Menjaga Kebersihan Organ Genitalia ... 15

2.3 Teori Perilaku ...15

2.3.1 Kerangka Teori Hubungan antara Faktor Predisposisi, Pendukung, dan Pendorong terhadap Perubahan Perilaku dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Definisi Operasional... 18

3.3 Hipotesis Penelitian ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.4. Instrumen Penelitian... 21

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 22

4.7 Pengumpulan Data ... 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Hasil Penelitian ... 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 25

(9)

5.2 Pembahasan ... 28

5.2.1 Karakteristik Responden ... 28

5.2.2 Kejadian Keputihan Fisiologis dan Patologis ... 28

5.2.3 Gambaran Perilaku Kebersihan Genitalia ... 28

5.2.4 Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan ... 30

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 32

6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014

25

5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan Fisiologis dan Patologis

26

5.3. Distribusi Frekuensi Perilaku Kebersihan Genitalia 27 5.4. Pengaruh Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia

dengan Kejadian Keputihan

27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan dari Sekolah Lampiran 5 Data Induk

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Lampiran 7 Lembar Penjelasan

(13)

DAFTAR SINGKATAN

PMK Peraturan Menteri Kesehatan

(14)

Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan

Tahun 2014

Oleh :

HERLINA SILVANI PURBA TAMBAK

110100072

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(15)

ABSTRAK

Keputihan merupakan salah satu gejala yang dialami hampir pada setiap wanita, baik itu keputihan fisiologis dan patologis. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi ditemukan sebanyak 75% wanita di dunia pernah menderita keputihan paling tidak sekali dalam hidupnya. Perilaku menjaga kebersihan genitalia yang tidak tepat dapat memicu keputihan patologis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan desain cross-sectional. Subjek pada penelitian ini adalah 100 siswi kelas x, xi, dan xii SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Sampel penelitian diambil dengan metode simple random sampling (acak sederhana). Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner terpimpin. Analisis data menggunakan uji hipotesis Fisher’s Exact Test / Chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian keputihan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan sangat tinggi, 96% responden pernah mengalami keputihan dan 89,5% diantaranya mengalami keputihan patologis. Hasil uji perilaku menunjukkan 51% responden memiliki perilaku cukup dan 49% memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan genitalia. Tidak ada hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan (p=0,357).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh responden penelitian mengalami keputihan.

(16)

ABSTRACT

Leuchorrea is one of the most common issue encountered by women, both physiological leuchorrea and pathological leuchorrea. Research shows that 75% women worldwide suffer leuchorrea at least once in their life. Health awareness and proper treatment are essential factors in preserving the health of reproduction system.

The aim of this study was to determine the relationship between behaviour of the genital hygiene with the incidence of leuchorrea in Santo Thomas 2 Senior High School on 2014. This study was descriptive-analytic study with cross sectional approach and 100 students were enrolled. The samples were chosen by the method of simple random sampling. The data that used in this study was primary data, which was the data from questionnaires that filled by the respondents. The data was analysed by using fisher’s exact test / Chi Square.

The result of this study showed that incidence of leuchorrea in Santo Thomas 2 Senior High School is very high, 96% of respondents experienced leuchorrea, 89,5% among them experienced pathological leuchorrea. The result of students behaviour of genital hygiene was 51% classified as a enough and 49% classified as a good behaviour of genital hygiene. There is no relationship between behaviour of genital hygiene with the incidens of leuchorrea in students (p=0.357).

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, bukan hanya bebas dari penyakit, kelemahan, atau kecacatan dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya (Widyastuti et al., 2009). Salah satu gejala terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah keputihan. Menurut Benson et al., (2009) keputihan atau leukore adalah keluarnya cairan dari vagina yang biasanya bewarna keputihan. Dalam keadaan normal (fisiologis) keputihan mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu berupa cairan yang kental dan lengket pada seluruh siklus menstruasi, namun lebih cair dan bening ketika terjadi ovulasi. Keputihan menjadi patologis bila terjadi perubahan-perubahan pada warna, konsistensi, volume, dan baunya (Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), 2014).

Keputihan dapat terjadi pada semua usia dan mengenai hampir semua wanita pada suatu saat (Benson et al., 2009). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 75% wanita di dunia pernah menderita keputihan paling tidak sekali dalam hidupnya, dan 45% diantaranya bisa mengalami dua kali atau lebih (Sibuea, 2013). Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis) diibandingkan dengan yang terjadi di Eropa hanya 25% saja, angka ini berbeda tajam karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur yang merupakan salah satu penyebab keputihan (Febiliawanti, 2009).

(18)

permasalahan seputar organ reproduksinya, maka hal ini dapat menjadi masalah baginya (WHO, 2014) seperti perubahan perilaku (Yazici, 2011), sehingga diperlukan perhatian terutama bagi remaja yang belum memahami dan mempunyai perilaku sehat menjaga kebersihan genitalia.

Keputihan abnormal dapat terjadi bila keputihan normal (fisiologis) tidak ditangani dengan perilaku yang sehat dan tepat, seperti mencuci vagina dengan air kotor, menggunakan cairan pencuci vagina secara berlebihan (terutama dengan obat yang iritan), cara cebok yang salah, stimulasi psikis atau stress yang berkepanjangan (Benson et al., 2009), merokok dan menggunakan alkohol, penggunaan bedak talkum atau tisu dan sabun dengan pewangi pada daerah vagina, serta sering memakai atau meminjam barang-barang seperti perlengkapan mandi yang memudahkan penularan keputihan (Kusmiran, 2012). Perilaku yang tidak sehat dapat mengganggu flora normal yang ada di vagina. Hal ini dapat disebabkan adanya perubahan pH pada genitalia yang akan memicu perkembangbiakan bakteri lainnya dan menimbulkan infeksi. Infeksi biasanya berasal dari organ genitalia bawah seperti infeksi vagina atau serviks yang dapat menimbulkan gejala seperti keputihan yang abnormal (patologis), nyeri pada genitalia, rasa gatal, dan perasaan seperti terbakar saat berkemih (Rabiu et al., 2010). Data penelitian menunjukkan bahwa infeksi bakterial vaginosis dan kandidiasis merupakan penyebab tersering keputihan (Spence et al., 2007).

Masalah organ reproduksi remaja khususnya mengenai keputihan perlu mendapat perhatian yang serius. Meskipun secara umum keputihan tidak mengancam jiwa, namun bila keputihan patologis tidak diatasi dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti infertilitas (ketidaksuburan), hamil di luar kandungan (kehamilan ektopik), gangguan menstruasi, dan kanker leher rahim (Rabiu et al., 2010).

(19)

Penelitian yang pernah dilakukan di Asia Selatan, di daerah Bengal Selatan tentang pengetahuan kebersihan genitalia pada 160 anak perempuan didapatkan bahwa 67,5% memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan 97,5% tidak mengetahui bagaimana kebersihan alat genitalia (Badaryati, 2012). Sedangkan di Indonesia sendiri akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi masih kurang sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai kebersihan organ genitalia para remaja putri (Ayuningtyas, 2011).

Hasil survei awal berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada delapan siswi, diantaranya dua siswi kelas x, dua siswi kelas xi, dan empat siswi kelas xii SMA Swasta Santo Thomas Medan didapatkan data dua siswi mengalami keputihan dengan jumlah cairan banyak, kental, dan terasa gatal setiap hari, tiga siswi mengalamai keputihan banyak dan bewarna kuning, namun tidak terasa gatal, serta tiga siswi sisanya mengalami keputihan hanya menjelang menstruasi saja tanpa ada keluhan. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa penyebab terjadinya keputihan dan bagaimana mencegah dan menangani masalah keputihan. Pada saat wawancara dengan dua orang siswi yang mengalami keputihan setiap hari, mereka menyatakan tidak pernah memeriksakan diri dengan alasan tidak tahu meminta bantuan kepada siapa dan dimana tempat memeriksanya, padahal sudah merasa terganggu dengan keluhan keputihan tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku remaja menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan.

1.2 Rumusan Masalah

(20)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui angka kejadian keputihan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan.

b. Untuk mengetahui gambaran perilaku mengenai kebersihan organ genitalia di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan.

c. Untuk mengetahui hubungan perilaku remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kejadian keputihan dan perilaku menjaga kebersihan genitalia.

1.4.2 Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah agar meningkatkan pengetahuan remaja dalam menjaga kebersihan organ genitalia. Selain itu dapat meningkatkan kerjasama dengan departemen/bidang kesehatan untuk mengadakan penyuluhan atau promosi kesehatan mengenai perilaku sehat dalam menjaga organ genitalia.

1.4.2 Bagi Peneliti lain

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Keputihan (Fluor Albus)

Keputihan atau fluor albus atau leukorea atau vaginal discharge merupakan istilah yang menggambarkan keluarnya cairan dari organ genitalia atau vagina yang berlebihan dan bukan darah (Sibagariang, 2010). Menurut Kusmiran (2011), keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar di luar biasanya dari liang vagina baik berbau atau tidak, serta disertai adanya rasa gatal setempat.

Menurut Monalisa et al., (2012), keputihan terbagi dua macam, yaitu: a. Keputihan Fisiologis

Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang berupa lendir atau mukus dan mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan keputihan patologis banyak mengandung leukosit. Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan hormon saat masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, pada saat terangsang, hamil, kelelahan, stres, dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, serta atrofi vulvovagina (hipoestrogenisme) pada menopause.

b. Keputihan Patologis

(22)

2.1.1 Penyebab keputihan

Keputihan atau fluor albus yang fisiologis dapat ditemukan pada :

1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

2. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.

3. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina (Spence et al., 2007).

4. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim.

5. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehingga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.

6. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasepsi (Monalisa et al., 2012).

Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu : 1. Infeksi

1. Infeksi Jamur

(23)

penyakit-penyakit kronis, serta memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.

2. Bakteri

a. Gardnerella vaginalis

Bakteri ini terdapat kira-kira 30% dalam flora vagina wanita normal. Mikroorganisme ini merupakan bakteri batang gram negatif yang biasanya ditemukan bersamaan dengan bakteri anaerob (misalnya Bakteriodes dan Peptokokus). Bakteri ini menyebabkan peradangan vagina tidak spesifik, biasanya membentuk clue cell (bakteri yang mengisi penuh sel-sel epitel vagina). Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, berbau amis, dan bewarna keabu-abuan. Gejala yang ditimbulkan ialah fluor albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.

b. Gonokokus

Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoe dan sering terjadi akibat hubungan seksual. Gejala yang ditimbulkan ialah keputihan yang bewarna kekuningan atau nanah dan rasa nyeri saat berkemih.

c. Klamidia trakomatis

Disebabkan oleh bakteri intraseluler obligat, Chlamydia trachomatis dan sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular seksual. Infeksi biasanya ditandai dengan munculnya keputihan mukopurulen, seringkali berbau dan gatal. Organisme ini paling baik dideteksi dengan asam amino terkait enzim dalam uji antibodi monoklonal terkonjugasi dengan floresen.

3. Parasit

(24)

yang ditularkan secara seksual. Sumber kuman seringkali berasal dari pria dan terdapat di bawah preputium atau dalam uretra atau uretra bagian prostat. Tetapi penularan trikomonas dapat juga melalui pakaian, handuk, atau karena berenang. Gejala yang ditimbulkan ialah fluor albus yang encer sampai kental, bewarna kuning kehijauan, dan kadang-kadang berbusa disertai bau busuk, serta terasa gatal dan panas.

4. Virus

Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti kondiloma, herpes, HIV/AIDS. Kondiloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak dan sangat berbau. Sedangkan infeksi virus herpes bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Infeksi virus dapat memicu terjadinya kanker mulut rahim.

2. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Seperti pada fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera persalinan dan radiasi.

3. Benda asing

Misalnya tertinggalnya kondom, pesarium pada penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebihan.

4. Neoplasma jinak dan kanker

Pada neoplasma jinak maupun ganas dapat ditemukan leukorea atau keputihan bila permukaan sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat genitalia. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.

5. Menopause

Kadar hormon estrogen pada saat menopause menurun sehingga vagina kering dan mengalami penipisan, ini mengakibatkan mudah luka dan disertai infeksi.

6. Fisik

(25)

7. Iritasi

a. Sperma, pelicin, kondom

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian c. Deodorant dan sabun

d. Cairan antiseptik untuk mandi e. Pembersih vagina

f. Kertas tisu toilet yang tidak bewarna

g. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

2.1.2 Patogenesis

Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan dapat menjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Sekresi vagina fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat dari epitel skuamos vagina) dan sel skuamos vagina yang terkelupas (Benson,2009). Suasana area vagina normal ditandai dengan adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus (flora normal) dengan flora endogen lainnya, estrogen, glikogen, pH vagina, dan metabolit lainnya. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen. Adanya pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, laktobasilus (Döderlein) dan produksi asam laktat mengatur pH vagina sekitar 3,8-4,5 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya (Monalisa et al., 2012). Pada kondisi tertentu, pH vagina bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik (lebih basa) mengakibatkan kuman penyakit mudah berkembang dan hidup subur serta menginfeksi vagina (Holloway, 2010).

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pemeriksaan spesimen basah yaitu dengan melakukan pemeriksaan swab vagina dan ditetesi dengan NaCl 0,9% dan atau KOH 10% kemudian dilihat di bawah mikroskop (Monalisa et al., 2012).

(26)

3. Sitologi atau kultur sekret vagina

4. Kultur urin untuk melihat adanya infeksi bakteri 5. Pewarnaan gram

6. Test Amin/Whiff test 7. Penilaian pH cairan vagina

8. PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Ligase Chain Reaction 9. Pap Smear

2.1.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret encer, bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk (Monalisaet al., 2012).

Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada penyebabnya. Umumnya obat-obatan untuk mengatasi penyebab dan mengurangi keluhan. Misalnya diberikan obat golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang diberikan dapat berupa sediaan oral (berupa pil, tablet, kapsul), sediaan topikal seperti krim yang dioleskan, dan uvula yang dimasukkan ke dalam liang vagina. Pada penderita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi pengobatan, serta diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dalam pengobatan (Djuanda, 2009).

2.1.5 Pencegahan Keputihan

Menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya merupakan salah satu upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan:

1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang cukup, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan stress, dan menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang (Handayani,2011) .

(27)

3. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan tetap kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat dan tidak ketat. Biasakan mengganti pembalut pada waktunya untuk mencegah perkembangbiakan bakteri.

4. Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana dalam yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih, menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

5. Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang tiap kali selesai buang air kecil ataupun buang air besar.

6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Jika perlu, sebelum menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter.

7. Hindari penggunaan bedak talkum, tisu, atau sabun dengan pewangi pada daerah genitalia (vagina) karena dapat mengakibatkan iritasi.

8. Jangan membiasakan meminjam barang-barang yang mempermudah penularan misalnya peminjaman alat mandi (Djuanda A, 2009). Bila menggunakan kamar mandi umum terutama kloset duduk harus hati-hati, hindari duduk di atas kloset atau dengan mengelapnya terlebih dahulu. 9. Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi keputihan,

konsultasikan ke dokter terlebih dahulu (Kusmiran, 2011).

2.1.6 Komplikasi

Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:

1. Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartholin . 2. Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas dapat

mengakibatkan kelahiran prematur (Monalisaet al., 2012).

(28)

infertilitas dan perlengketan saluran tuba yang memicu terjadinya kehamilan ektopik (Rabiu et al., 2010).

2.2Remaja (Adolescence)

Remaja berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Menurut WHO, remaja adalah periode usia antara 12 sampai 24 tahun, sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja ialah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN usia remaja yaitu 10 sampai 19 tahun, suatu periode pematangan organ reproduksi, yang sering disebut masa pubertas. Masa remaja atau adolescence merupakan masa transisi yang ditandai adanya perubahan fisik, psikis, dan emosi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik (organobiologik) yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan psikis (kejiwaan), oleh karena itu diperlukan perhatian khusus, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.

2.2.1 Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, kita perlu mengetahui dan mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya (Widyastuti,2009), ada tiga tahap yaitu:

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Remaja lebih cenderung merasa dekat dengan teman sebayanya. b. Kelihatan dan merasa ingin bebas.

c. Mulai lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan berpikir abstrak (khayal).

2. Masa remaja muda (13-15 tahun)

a. Tampak merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis. c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

(29)

a. Menunjukkan pengungkapan kebebasan diri b. Memilih teman sebaya secara lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal (abstrak).

2.2.2 Anatomi Organ Genitalia Remaja Putri

Perempuan memiliki organ reproduksi bagian eksterna dan bagian interna, yang keduanya dihubungkan oleh saluran atau liang vagina (Wiknjosastro, 2005). 1. Organ bagian eksterna

Gambar 2.1 Genitalia Eksterna pada perempuan (Netter,2010)

a. Mons veneris adalah bagian yang menonjol di bagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat.

b. Labia mayora merupakan lanjutan dari mons veneris. Bagian ini terdiri atas kanan dan kiri yang berbentuk lonjong. Labia mayora kanan dan labia mayora kiri akan bertemu membentuk perineum.

c. Labia minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora.

(30)

2. Organ bagian interna

Gambar 2.2 Genitalia Interna pada perempuan (Netter,2010)

a. Vagina (liang senggama) memiliki ukuran panjang bagian depan 6,5 cm dan dinding belakang 9 cm. Di sebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat uretra, sedangkan bagian atasnya berbatasan dengan kandung kemih. Bagian dalam vagina terdapat lipatan-lipatan yang disebut rugae yang memungkinkan vagina melebar pada saat persalinan.

b. Serviks dikenal juga sebagai mulut rahim. Serviks merupakan bagian terdepan dari rahim yang menonjol ke dalam vagina sehingga berhubungan dengan vagina.

c. Rahim (uterus) memiliki bentuk seperti buah pir yang terletak di dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus. Uterus memiliki tiga lapisan yaitu endometrium, miometrium, dan perimetrium. Pada saat terjadi menstruasi, maka terjadi peluruhan bagian endometrium.

d. Saluran telur (tuba falopii) memiliki panjang sekitar 12 cm dengan diameternya 3-8mm. Bagian tuba penting untuk menyalurkan ovum atau telur dari ovarium.

(31)

2.2.3 Cara menjaga kebersihan organ genitalia

Menurut Holloway (2010), daerah genitalia merupakan daerah yang rentan terkena infeksi yang dapat menimbulkan gejala dan bau tidak sedap. Oleh karena itu, perempuan perlu menjaga kebersihan organ genitalia seperti:

1. Mengganti pakaian dalam paling tidak dua kali sehari. Menggunakan pakaian dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan katun.

2. Mencuci vagina dengan cara membasuh dari depan (vagina) ke arah belakang (anus) menggunakan air bersih setiap sehabis buang air kecil, air besar, dan mandi.

3. Biasakan mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

4. Pada saat menstruasi, gunakan pembalut yang lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (misalnya parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam. Pembalut sebaiknya diganti sekitar 4-5 kali sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

5. Hindari penggunaan handuk atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina.

6. Mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk menghindari kelembaban yang berlebihan.

2.3Teori Perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari persepsi (perseption), respon terpimpin (guided respon), mekanisme (mechanisme), dan adopsi (adoption). Perilaku merupakan respon atau reaksi sesorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2003). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

(32)

perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada individu yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan, namun respon yang diberikan seseorang sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Determinan atau faktor internal

Merupakan karakteristik orang yang bersangkutan. Mencakup pengetahuan, persepsi, emosi, dan motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

2. Determinan atau faktor eksternal

Meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti manusia dan sosial ekonomi. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan organ genitalia karena seseorang akan cenderung meniru dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan kebiasaan yang ada di lingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), terdapat tiga faktor utama terbentuknya perilaku menjaga kebersihan organ genitalia, yaitu:

(33)

tentang keputihan maka dia akan dapat mengambil sikap mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencegah keputihan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku sehat. Misalnya untuk mencegah terjadinya keputihan, maka diperlukan tenaga kesehatan serta fasilitas untuk pemeriksaan seperti puskesmas.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini seperti anjuran dan perilaku petugas, serta pengaruh teman. Misalnya, remaja sudah mengetahui cara mencegah keputihan namun tidak melakukannya dengan alasan bahwa ada teman yang mengalami keputihan namun dibiarkan saja.

2.3.1 Kerangka Teori Hubungan antara Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung, dan Faktor Pendorong terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

No .

(35)

keputihan  Keterpaparan

informasi  Pelayanan kesehatan

 Tindakan menjaga kebersihan

genitalia 2. Kejadian

Keputihan

Semua kejadian keputihan baik fisiologis ataupun patologis.

Mengisi kuesioner

Kuesioner Kategori Penilaian : Mengalami Tidak mengalami

Nominal

3.2 Hipotesis Penelitian

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu dilakukan pengumpulan data dan pengukuran variabel bebas (independen) dan variabel tergantung (dependen) hanya satu kali dalam waktu bersamaan (Sastroasmoro, et al, 2013).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Waktu penelitian yaitu pada bulan Juli sampai September 2014.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X yaitu 97 orang, 119 orang kelas XI, dan 128 orang kelas XII SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Total populasi yaitu 344 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini yaitu siswi kelas X, kelas XI dan kelas XII SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, yaitu :

1. Kriteria Inklusi

a. Semua siswi yang bersedia menjadi responden b. Siswi yang sudah menstruasi

c. Hadir pada saat pelaksanaan penelitian

2. Kriteria Eksklusi

a. Siswi yang belum menstruasi

(37)

Cara menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus estimasi proporsi :

n= Z21-α/2 p.(1-p) (N-1)d2+ Z21-α/2 p.(1-p) Keterangan:

N = besar populasi n = besar sampel

d = kesalahan yang dapat ditolerir (10%) p = harga proporsi di populasi (0,5)

z1-α/2= nilai baku distribusi normal 95%(1,96)

Berdasarkan perhitungan sampel, didapatkan besar sampel 75 siswi dan digenapkan menjadi 100 siswi. Cara pengambilan sampel yang akan digunakan ialah pengambilan sampel dengan metode probability sampling secara simple random sampling (acak sederhana) dimana setiap unit populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Wahyuni, 2007).

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan alat kuesioner. Kuesioner yang digunakan sudah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

(38)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang pengetahuan remaja tentang keputihan, sikap remaja tentang pencegahan keputihan, keterpaparan informasi mengenai keputihan dan kebersihan genitalia, perilaku pencarian pelayanan kesehatan, dan tindakan mencegah keputihan patologis yang secara langsung diisi oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Kantor Tata Usaha SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan berupa jumlah siswi, jumlah kelas, dan nama siswi.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, data akan diolah melalui beberapa langkah sebagai berikut (Wahyuni, 2007).

a. Editing

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pemeriksaan kelengkapan pengisian kuesioner dan mengklarifikasi jawaban dari siswi.

b. Coding

Setelah dilakukan editing data, data yang sudah diedit akan diberi kode pada setiap jawaban yang diberikan untuk memudahkan proses pengolahan data. Misalnya dengan mengubah data yang berbentuk kalimat ke dalam data numerik atau angka.

c. Entri Data

Pada langkah ini, data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program SPSS for window.

(39)

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entri, agar terlihat adanya kesalahan atau tidak. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat mengentri data.

Setelah dilakukan pengolahan data, maka analisis data yang akan dilakukan meliputi :

1. Analisis univariat : dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan variabel dependen. Keseluruhan data yang didapat dari pengisian kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat : dilakukan pada dua variabel untuk mencari adanya hubungan antara dua variabel (variabel dependen dan variabel independen). Analisis ini menggunakan uji chi kuadrat (x2) yang dinyatakan dengan rumus :

Keterangan : O : frekuensi pengamatan (observasi) E : frekuensi harapan

4.7Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mengurus surat etika penelitian kemudian mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian pada MEU (Medical Education Unit) FK USU.

2. Setelah mendapatkan surat izin dari pendidikan, peneliti mengajukan surat tersebut ke SMA Swasta SantoThomas 2 Medan.

3. Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah, peneliti mulai melakukan pengumpulan data dari responden.

4. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditanda tangani.

(40)

5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner yang berlangsung selama 20 menit.

6. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden.

7. Setelah semua kuesioner dijawab oleh responden maka peneliti mohon izin dan mengucapkan terimakasih kepada responden.

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap remaja putri SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan. Secara demografi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan berlokasi di Jalan Letjen S.Parman No.107 Medan, Sumatera Utara. Jumlah siswa tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 665 siswa dengan jumlah siswa perempuan 334 orang.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini respoden yang terpilih sebanyak 100 siswi yang terdiri dari siswi kelas x sebanyak 40 siswi, kelas xi sebanyak 27 siswi, dan siswi kelas xii sebanyak 33 siswi. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden dapat diamati melalui usia, usia menarche, kejadian keputihan, dan perilaku menjaga kebersihan genitalia.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Umur di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014

Variabel Siswi

(42)

Pada tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan umur responden SMA Swasta SantoThomas 2 Medan yang tergolong remaja muda (usia 12-15 tahun) sebanyak 47 siswi (47%) dan yang tergolong remaja penuh (usia 16-19 tahun) sebanyak 53 orang (53%). Distribusi usia menarche responden berada diantara rentang umur 10 tahun sampai 15 tahun dengan rata-rata usia menarche responden adalah 12 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan Fisiologis dan Patologis

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kejadian keputihan fisiologis (normal) menunjukkan distribusi dari 100 siswi terdapat 96 siswi (96%) pernah mengalami keputihan dan hanya 4 siswi (4%) yang tidak pernah mengalaminya. Distribusi kejadian keputihan patologis (tidak normal) pada responden menunjukkan sebanyak 86 siswi (86%) pernah mengalami keputihan yang patologis.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Kebersihan Genitalia

Perilaku Siswi

Frekuensi Persentase (%)

Perilaku baik 49 49

(43)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat perilaku kebersihan dengan kategori cukup memiliki persentase paling besar sebesar yaitu 51% dan kategori baik sebesar 49%.

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bermaksud untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan uji non parametrik Fisher’s Exact Test. Analisis statistik menggunakan Fisher’s exact test dikarenakan adanya sel yang mempunyai nilai dibawah nilai 5. Adapun

variabel dependen dalam penelitian ini ialah kejadian keputihan dengan variabel independen perilaku menjaga kebersihan genitalia.

Tabel 5.4 Pengaruh Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan

Perilaku Kejadian Keputihan

Keputihan Tidak Total

f % f % f %

Uji statistik dengan uji Fisher’s Exact Testp=0,357

(44)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Hasil data umur siswi menunjukkan 53% jumlah responden termasuk usia remaja penuh (16-19 tahun) dan usia menarche rata-rata usia 12 tahun. Menarche sebagai tanda pematangan organ reproduksi wanita, sangat beresiko terjadi gangguan apabila tidak melakukan perawatan menjaga kebersihan genitalia dengan tepat dan benar. Menurut Kusmiran (2012), baik usia remaja muda dan usia remaja penuh sama-sama mempunyai resiko terhadap kesehatan reproduksi meskipun pada usia remaja penuh, remaja sudah mempunyai nilai-nilai dan moral sendiri, dan sudah mulai mempunyai sikap yang jelas termasuk dalam perawatan kebersihan diri.

5.2.2 Kejadian Keputihan Fisiologis dan Patologis

Hasil data penelitian diatas menunjukkan hampir semua siswi pernah mengalami keputihan fisiologis. Keputihan fisiologis adalah hal yang normal terjadi pada wanita dan dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Ada beberapa penyebab peningkatan jumlah cairan keputihan yang fisiologis, yaitu peningkatan hormon pada sekitar masa haid atau hamil, pada saat kelelahan dan stress, rangsangan seksual, serta pada pemakaian kontrasepsi (Patel, et al., 2005).

Keputihan fisiologis dapat menjadi keputihan patologis bila perawatannya tidak tepat yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan memicu terjadinya konsekuensi serius. Dari data yang diperoleh, bahwa sebagian besar responden pernah mengalami keputihan patologis yaitu 86 siswi (89,5%) yang ditandai rasa gatal dan berbau, ataupun rasa panas disertai rasa gatal disekitar alat genitalianya.

5.2.3 Gambaran Perilaku Kebersihan Genitalia

(45)

pelayanan kesehatan yang mendukung perilaku sehat untuk mencegah atau menangani keputihan, paparan informasi tentang keputihan serta tindakan menjaga kebersihan genitalia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang terdiri dari kelas x, xi, dan xii di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan, 49% memiliki perilaku kebersihan genitalia yang baik dan 51% berperilaku cukup. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rahmayanti (2012) menemukan 61,9% responden memiliki perilaku yang baik terhadap kebersihan genitalia pada siswi SMA Negeri 9 Kebon Pala Jakarta Timur. Hal ini disebabkan semakin banyak sumber informasi yang didapatkan siswi mengenai perilaku kebersihan genitalia yang benar melalui media cetak atau elektronik, bimbingan orang tua, guru, dan petugas kesehatan.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada sikap yang terbentuk terhadap perilaku menjaga kebersihan genitalia. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan Putriani (2012) di SMA Hang Kesturi Medan menunjukkan gambaran pengetahuan yang baik mengenai keputihan berdampak terhadap sikap dan terbentuknya tindakan mengatasi keputihan. Penelitian yang dilakukan Permatasari (2012) di SMA Negeri 9 Semarang menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal higiene dengan tindakan pencegahan keputihan (p=0.001). Hal ini sesuai dengan teori Bloom dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain atau ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan mengenai cara mencegah terjadinya keputihan yang baik menjadi salah satu unsur penting dalam menentukan sikap dan pelaksanaan pencegahan seperti membedakan antara keputihan fisiologis dan patologis serta penyebab terjadinya keputihan patologis, sehingga pencegahan keputihan dapat dilakukan secara tepat.

(46)

Responden dengan perilaku menjaga kebersihan genitalia yang cukup, dimungkinkan karena proses pembentukan perilaku yang baik yang belum terlihat.

5.2.4 Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan

(47)

5.3 Keterbatasan Penelitian

Responden pada penelitian ini diambil dari populasi siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan yang berjumlah 100 siswa. Penelitian dilaksanakan satu hari pada tanggal 13 September 2014. Pada proses pengumpulan data, peneliti dibantu oleh guru disana, dimana siswi yang menjadi responden dikumpulkan dalam ruang kelas. Kemudian setelah berkumpul, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan membagikan kuesioner yang langsung diisi sendiri oleh responden. Pengisian kuesioner dilakukan selama 20 menit.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu :

1. Peneliti belum menemukan standar baku instrumen variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner sehingga kebenaran data bergantung pada kejujuran responden. 3. Pengisian kuesioner dilakukan pada satu tempat dan waktu bersamaan,

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai “Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA

Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Umur siswi rata-rata sudah tergolong remaja penuh (16-19 tahun) dan usia menarche rata-rata saat berusia 12 tahun.

2. Hampir semua siswi mengalami keputihan (96%) dan 86% siswi mengalami keputihan patologis.

3. Perilaku menjaga kerbersihan genitalia menunjukkan terdapat 51% siswi tergolong memiliki perilaku cukup dan 49% tergolong memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan genitalia.

4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan dengan nilai p= 0,357.

6.2 Saran

Setelah melewati seluruh proses dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Kepada Pihak Sekolah

Sebaiknya mengadakan kerjasama lintas sektoral dan lintas program dengan pihak pelayanan kesehatan atau instansi terkait untuk memberi penyuluhan kesehatan khususnya mengenai menjaga kebersihan organ genitalia.

2. Kepada Orang Tua

(49)

organ genitalia dan bagaimana cara merawat serta menjaganya dengan benar karena orang tua merupakan sumber informasi utama bagi anak. 3. Kepada peneliti lain

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, D.N., 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 4 Semarang. Artikel KTI. Semarang: FK UNDIP

Badaryati, E., 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru Tahun 2012. Skripsi. Depok: FKM UI

Benson, R.C., Martin, L.P., 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

Djuanda, A., Mochtar, H., Siti, A., 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi V. Jakarta: Badan Penerbit FK UI, 363-391

Febiliawanti I. A. Kenali Ciri Keputihan Vagina Abnormal. Available from: http://kesehatan.kompas.com/read/2009/10/26/14125869/kenali.ciri.keputiha

n.vagina.abnormal [Accessed 14 June 2014]

Handayani, Y., 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Putri tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Tahun 2011. Laporan Penelitian. Jakarta: FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Holloway, D., 2010. Nursing Consideration in Patients with Vaginitis. B.J of Nursing

19(16):1040-46

Kusmiran, E., 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

(51)

Nanlessy, M., Hutagaol, E., Wongkar, D., 2013. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Puteri Dalam Menjaga Kebersihan Alat Genitalia dengan Kejadian Keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. Artikel KTI. Manado: FK Universitas Sam Ratulangi

Netter, F.H., 2010. Atlas Of Human Anatomy 5th Edition. US: Elsevier

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Patel, V., Sulochana, P., Helen, W., Merlyn, R., Preetam, B., Bernice, N., et

al.,editors., 2005. Why do women complain of vaginal discharge? A population survey of infectious and psychosocial risk factors in a South Asian community. International Journal of Epidemiology 34: 853-862

Available from: http://ije.oxfordjournal.org/ . [Accessed 20 March 2014]

Permatasari, M.W., Budi, M., Siti, I., Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Personal Hygiene dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 9 Semarang Tahun 2012. Available from: http://jurnal.unimus.ac.id

PMK. 2014. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta, 130-144

Putriani, C., Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswi SMA Hang Kesturi Medan Tentang Keputihan Tahun 2012. KTI. Medan: FK USU

(52)

Rahmayanti, N., 2012. Perilaku Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Dalam Pencegahan Kanker Serviks pada Siswi SMA Negeri 9 Kebon Pala Jakarta Timur. Skripsi. Depok: FKM UI

Sastroasmoro, S., Sofyan, I., 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto

Sibagariang, E., 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: TIM

Sibuea, S.H., Angraini, D.I., Adnyani, N.M.D., 2013. The Influence of Health Promotion to Knowledge and Attitude of Female Teenagers in Caring Their External Organ in State Junior High School 10 in Bandar Lampung. ISSN 2337-3776 : 145-153

Spence, D., Catriona, M., 2007. Vaginal Discharge. BMJ 335:1147-51

Suciati, R., 2013. Tingkat pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang Keputihan di Puskesmas Miri Sragen Tahun 2013. KTI. Surakarta

Triyani, R., Ardiani, S., 2013. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan 4(1) Juni 2013

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta:Bamboedoea Communication, 108-137

Widyastuti, Y., Anita, R., Yuliasti, E.P., 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya, 10-61

Wiknjosastro, H., 2005. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 31-44

(53)
(54)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herlina Silvani Purba Tambak Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 4 Oktober 1992 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Prof. Dr. Sofyan no. 6 Padang Bulan Riwayat Pendidikan : 1. SD Beerseba Sukajadi Pekanbaru (1998-2004) 2. SMP Negeri 3 Pekanbaru (2004-2007)

3. SMA Negeri 5 Pekanbaru (2007-2010)

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011

2. Seminar dan Workshop Advanced

Cardiopulmonary Resuscitation (A-CPR) TBM PEMA FK USU Tahun 2013

Riwayat Organisasi : UKM KMK (Kebaktian Mahasiswa Kristen) USU Riwayat Prestasi : 1. Juara Pertama Pema Medical Olympiad cabang

Urogenitoreproduksi Tahun 2014

2. Juara Pertama Regional Medical Olympiad cabang Urogenitoreproduksi Tahun 2014

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

93 JP 16 XI 12

TIDAK

PERNAH Tidak Pernah

94

94 IA 15 X 13 PERNAH Tidak Pernah

87

95 BS 16 XI 14 PERNAH Pernah

87

96 MMG 14 X 12 PERNAH Pernah

87

97 RS 15 X 13 PERNAH Pernah

93

98 SSS 15 X 12 PERNAH Pernah

86

99 CES 16 XI 12 PERNAH Pernah

87

100 LT 16 XI 11 PERNAH Pernah

(63)

Lampiran 6

HASIL UJI STATISTIK

Statistics

MENARCHE

N Valid 100

Missing 0

Mean 12.22

Median 12.00

Std. Deviation 1.133

MENARCHE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 6 6.0 6.0 6.0

11 19 19.0 19.0 25.0

12 38 38.0 38.0 63.0

13 23 23.0 23.0 86.0

14 12 12.0 12.0 98.0

15 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Kategori Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-15 tahun 47 47.0 47.0 47.0

16-19 tahun 53 53.0 53.0 100.0

(64)

KEPUTIHAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(65)
(66)

Perilaku Kebersihan * KEPUTIHAN Crosstabulation

Continuity Correctionb .304 1 .581

Likelihood Ratio 1.173 1 .279 .357 .294

Fisher's Exact Test .357 .294

N of Valid Casesb 100

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,96.

(67)

Lampiran 7

LEMBAR PENJELASAN

Bersama dengan ini Saya, Herlina Silvani Purba Tambak menyampaikan bahwa saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK

USU) sedang melakukan penelitian mengenai “Hubungan Perilaku Menjaga

Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo

Thomas 2 Medan Tahun 2014”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan

dalam menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada penelitian ini, Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi lembar kuesioner yang Saya berikan dengan jujur dan apa adanya. Informasi yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Saya sangat menghargai bantuan dan partisipasi Anda dalam pelaksanaan penelitian.

Jika selama penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka Anda dapat menghubungi saya, Herlina Silvani Purba Tambak (081275649504).

Demikian lembar penjelasan ini Saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, September 2014 Hormat Saya,

Peneliti

(68)

Lampiran 8

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan dan memahami sepenuhnya tentang penelitian :

“Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tahun 2014.”

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur : ... Alamat : ...

Menyatakan bersedia untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini. Pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan,...2014

Peneliti Yang membuat pernyataan

(69)

Lampiran 9 gatal, berbau, dan rasa panas di vagina(atau salah satunya)?

B. PENGETAHUAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Saudara paling benar.

2. Mohon mengisi jawaban sendiri sesuai dengan apa yang Saudara ketahui, demi tercapainya hasil yang diharapkan.

1. Apa yang dimaksud dengan keputihan?

a. Cairan yang keluar dari vagina yang bewarna putih yang biasanya keluar menjelang haid/pada masa kehamilan

b. Cairan yang keluar dari dubur yang bewarna putih

c. Cairan yang keluar dari vagina bewarna merah hanya keluar menjelang haid atau pada masa kehamilan

(70)

2. Ada berapa macam keputihan? a. 1

b. 2 c. 3

3. Macam keputihan adalah :

a. Keputihan normal dan tidak normal b. Keputihan sehat dan tidak sehat c. Keputihan dan tidak keputihan

4. Bagaimana gejala keputihan yang normal :

a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit b. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau

5. Yang termasuk gejala keputihan tidak normal :

a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit b. Cairan encer, bening, terasa gatal, berbau

6. Yang termasuk penyebab keputihan adalah : a. Infeksi jamur

b. Keturunan

c. Berganti-ganti pakaian

7. Di bawah ini mikroorganisme yang dapat menyebabkan gejala keputihan seperti adanya rasa gatal di vagina, warna cairan seperti putih susu, dan berbau keras adalah :

a. Parasit b. Jamur c. Bakteri

8. Berapakah pH normal vagina? a. 3,6-4,0

b. 3,0-4,7 c. 3,8-4,5

9. Yang bukan penyebab keputihan : a. Infeksi jamur

(71)

c. Memakai celana dalam bukan dari nilon

10. Jika didapatkan tanda cairan terlalu banyak, bau busuk, sering disertai darah tidak segar, maka Saudara harus curiga adanya penyakit :

a. Kanker payudara b. Tumor

c. Kanker leher rahim

11. Di bawah ini termasuk cara mengatasi keputihan, kecuali : a. Memakai celana sampai 2 hari

b. Sering membersihkan alat kelamin c. Sering mengganti celana dalam

12. Dampak dari keputihan yang tidak normal adalah : a. Infeksi pada panggul

b. Perdarahan c. Kanker payudara

13. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mengakibatkan :

a. Mematikan flora yang tidak normal b. Mematikan flora normal vagina

c. Membuat flora jahat dan normal subur berkembang

14. Tindakan yang benar apabila kita mengalami keluhan keputihan yang disertai bau amis/busuk dan adanya rasa gatal adalah :

a. Langsung meminum antibiotik b. Langsung curiga adanya kanker c. Langsung memeriksakan diri ke dokter

B.1 SIKAP TERHADAP PENCEGAHAN KEPUTIHAN Pilihan jawaban adalah :

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

(72)

2. Tulislah angka sesuai dengan pilihan Saudara pada kolom jawaban di sebelah kanan.

1. Menurut saya membasuh daerah kewanitaan yang penting vagina dan anus bersih.

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

2. Menurut saya hanya dengan menjaga daerah kewanitaan keputihan dapat dicegah.

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

3. Untuk membersihkan daerah kewanitaan sering memakai cairan antiseptik pembersih vagina sangat perlu karena bisa menghilangkan kuman-kuman yang berbahaya.

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

4. Saya selalu memakai celana dalam yang dapat menyerap keringat dan tidak ketat, untuk menjaga daerah kewanitaan saya.

(73)

5. Bagi saya memakai pembalut atau pantyliner sepanjang hari sangat baik untuk kesehatan daerah kewanitaan kita.

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

6. Menurut saya membersihkan daerah kewanitaan dengan memakai air dan sabun serta diberi bedak wangi sangat baik untuk menghindari keputihan.

1. SS memeriksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat.

1. SS 2. S 3. TS 4. STS

9. Bila mengalami keputihan yang normal, saya tidak melakukan perawatan pada daerah kewanitaan karena tidak berbahaya.

1. SS 2. S

(74)

10. Berolahraga secara teratur dan makanan yang bergizi juga berpengaruh

1. Apakah di tempat saudara tersedia tempat pelayanan khusus apabila saudara ingin berobat dan konsultasi khususnya mengenai keputihan?

a. Ada b. Tidak ada c. Tidak tahu

2. Anda memeriksakan diri atau konsultasi bila mengalami keluhan keputihan kesehatan reproduksi di mana saja? (bila tidak pernah lanjut ke pertanyaan B.3

1. Puskesmas 2. Rumah sakit

3. Praktik dokter atau Bidan Praktik Swasta 4. Tempat lain (tolong sebutkan)

...

3. Tindakan apa yang dilakukan petugas kesehatan terhadap keluhan keputihan yang berlebihan dan mengganggu yang Saudara sampaikan?

1. Petugas memberikan penjelasan jika ditanya saja 2. Menganjurkan untuk pemeriksaan lebih lanjut 3. Langsung memberikan pengobatan

4. Bagaimana sikap petugas terhadap keluhan keputihan? 1. Menganggap penyakit biasa saja

2. Keputihan hanya disebabkan oleh stress dan kelelahan 3. Keluhan keputihan jangan dianggap remeh

Gambar

Gambar 2.1 Genitalia Eksterna pada perempuan (Netter,2010)
Gambar 2.2 Genitalia Interna pada perempuan (Netter,2010)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan Fisiologis

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan arsip pada Seksi Pemberitaan di LPP RRI Bukittinggi kurang terkendali terutama arsip elektronik, misalnya arsip-arsip yang tercipta tidak disimpan dalam

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

Mereka menggunakan media untuk proses mengamati, menggunakan teknik motivasi dan reward untuk menstimulasi siswa agar aktif bertanya dan berkomunikasi, serta guru

Pada bagian ini, dijelaskan tentang analisis pola penggunaan alat       listrik berdasarkan total kW/h yang dihasilkan dari pemakaian alat listrik.. Dimana, tingginya tingkat

Education pada materi pecahan dalam matematika di kelas IV SDN Trompoasri sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa hal ini dapat dilihat dapat

Kemudian surat yang sudah ditandai tersebut, segera diarsip menggunakan sistem tanggal, dalam odner yang berbeda.. Surat izin, cuti dan sakit digabung dalam satu odner,

REM FUNCTION: Running this script will in turn create scripts to build REM FUNCTION: constraints owned in the database. REM FUNCTION: The primary key

Dalam masyarakat Sumba gong digunakan untuk mengiringi tarian, gong juga dibunyikan pada saat pesta adat dan kematian dengan ritme yang berbeda.. Gong dalam tata