• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

(Tesis)

Oleh

YASIR WIJAYA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)
(3)

THE IMPACT OF PYROLYSIS TECHNOLOGY (CLOSED COMBUSTION) ON ENVIRONMENTAL

QUALITY AND VALUE ADDED OF COCONUT SHELL PRODUCTS (Case Study in Gunung Terang Village South Lampung of Regency, Indonesia)

By

YASIR WIJAYA

Coconut shell charcoal industry is currently growing very rapidly, one of the unsolved problem to date is about supply CO2emissions with a very large number into the atmosphere. Greenhouse gas emissions occur due to processing methods applied by the public until today is still an open burning method (conventional). The purpose of this study to determine the amount of CO2 emissions could be reduced by pyrolysis technology, identify products that can be produced. It also analyzes the feasibility and CDM programs for the development of the technology industry with the coconut shell pyrolysis. With the method of field interviews and laboratory experiment data obtained were then analyzed by some supporters of the theory to analyze the phenomenon that occurs associated with the research objectives to be achieved.

Based on observation and discussion, pyrolysis technology can reduce CO2by an average of 40 gr/kg of coconut shell, for a farmer CO2/years 38 400 kg. Besides producing several products simultaneously in a single production cycle, every 1 kg of coconut shell charcoal is able to produce 349.29 grams; 421.96 ml of liquid smoke, tar 99.78 ml and 95.54 grams of Na2CO3. In addition, the technology industry with the coconut shell pyrolysis is a business unit profitable, high value-added, and feasible to be developed. Industry is able to produce a net present value (NPV) of Rp. 1.712.754.482; Net B / C ratio of 16:47; BCR 1.84; 74.24% IRR and PBP 38 days, as well as providing added value amounting to Rp. 20495.42 per kg of raw materials and proper development of the program submitted for CDM small-scale category (Type III)

(4)

ABSTRAK

DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh YASIR WIJAYA

Industri arang tempurung kelapa saat ini berkembang sangat pesat, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah mengenai supllay emisi CO2 dengan jumlah sangat besar ke atmosfer. Emisi gas rumah kaca terjadi karena metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode pembakaran terbuka (konvensional).

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah emisi CO2yang mampu direduksi oleh teknologi pirolisis, mengidentifikasi produk yang bisa dihasilkan. Selain itu juga menganalisis kelayakan usaha dan program CDM untuk pengembangan industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis. Dengan metode wawancara lapangan dan eksperimen laboratorium data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan beberapa teori pendukung untuk menganalisa fenomena yang terjadi dikaitkan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, teknologi pirolisis mampu mereduksi CO2rata-rata sebesar 40 gram/kg tempurung kelapa, untuk satu petani 38.400 kg CO2/tahun. Selain itu menghasilkan beberapa produk secara bersamaan dalam satu siklus produksi, setiap 1 kg tempurung kelapa mampu menghasilkan 349,29 gram arang; 421,96 ml asap cair, 99,78 ml tar dan 95,54 gram Na2CO3. Selain itu juga industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis merupakan unit usaha yang menguntungkan, bernilai tambah tinggi, dan layak dikembangkan. Industri tersebut mampu menghasilkan nilai bersih kini (NPV) sebesar Rp. 1.712.754.482; Net B/C ratio 16.47; BCR 1.84; IRR 74,24% dan PBP 38 hari, serta memberikan nilai tambah sebesar Rp. 20.495,42 per kg bahan baku dan layak diajukan untuk pengembangan program CDM kategori skala kecil (Tipe III)

(5)

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

YASIR WIJAYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul “DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS

(PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS

LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)”. Adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung. Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya; saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, Januari 2012 Pembuat Pernyataan

(7)

TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang

Kabupaten Lampung Selatan)

Nama Mahasiswa : Yasir Wijaya

Nomor Pokok Mahasiswa : 082001028

Program Studi : Magister Ilmu Lingkungan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Wasinton Simanjuntak, Ph.D Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S

NIP. 19590706 198811 1 001 NIP. 19610826 198702 1 001

2. Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Wasinton Simanjuntak, Ph.D ………

Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S………...

Penguji : Simon Sembiring, Ph.D ……….

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S NIP. 19530528 198103 1 002

(9)

Penulis dilahirkan di Semuli Jaya, Lampung Utara pada tanggal 05 Mei 1984, anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Yusaini Cikmat, A.M.Pd dan Ibu Siti Rianti. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Semuli Jaya diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 02 Kalibalangan diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Menengah Umum di SMUN 01 Abung Semuli diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan S1 pada Jurusan Matematika FMIPA Unila diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun akademik 2008/2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung.

(10)

K

K

u

u

P

P

e

e

r

r

s

s

e

e

m

m

b

b

a

a

h

h

k

k

a

a

n

n

K

K

a

a

r

r

y

y

a

a

i

i

n

n

i

i

,

,

S

S

e

e

b

b

a

a

g

g

a

a

i

i

W

W

u

u

j

j

u

u

d

d

R

R

a

a

s

s

a

a

C

C

i

i

n

n

t

t

a

a

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

n

n

u

u

h

h

T

T

a

a

n

n

g

g

g

g

u

u

n

n

g

g

J

J

a

a

w

w

a

a

b

b

k

k

u

u

,

,

U

U

n

n

t

t

u

u

k

k

M

M

a

a

m

m

a

a

,

,

P

P

a

a

p

p

a

a

,

,

A

A

t

t

u

u

,

,

A

A

d

d

i

i

k

k

-

-

A

A

d

d

i

i

k

k

k

k

u

u

,

,

S

S

a

a

u

u

d

d

a

a

r

r

a

a

-

-S

S

a

a

u

u

d

d

a

a

r

r

a

a

k

k

u

u

,

,

S

S

e

e

r

r

t

t

a

a

S

S

e

e

m

m

u

u

a

a

O

O

r

r

a

a

n

n

g

g

y

y

a

a

n

n

g

g

T

T

e

e

l

l

a

a

h

h

M

M

e

e

m

m

b

b

e

e

r

r

i

i

k

k

a

a

n

n

A

A

r

r

t

t

i

i

D

D

a

a

l

l

a

a

m

m

H

H

i

i

d

d

u

u

p

p

k

k

u

u

,

,

A

A

t

t

a

a

s

s

K

K

e

e

b

b

e

e

r

r

s

s

a

a

m

m

a

a

a

a

n

n

,

,

K

K

a

a

s

s

i

i

h

h

S

S

a

a

y

y

a

a

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

K

K

e

e

k

k

e

e

l

l

u

u

a

a

r

r

g

g

a

a

a

a

n

n

n

n

y

y

a

a

S

S

e

e

l

l

a

a

m

m

a

a

i

i

n

n

i

i

y

y

a

a

n

n

g

g

S

S

e

e

l

l

a

a

l

l

u

u

M

M

e

e

n

n

d

d

o

o

a

a

k

k

a

a

n

n

u

u

n

n

t

t

u

u

k

k

K

K

e

e

b

b

e

e

r

r

h

h

a

a

s

s

i

i

l

l

a

a

n

n

k

k

u

u

(

(

S

S

p

p

e

e

c

c

i

i

a

a

l

l

F

F

o

o

r

r

m

m

y

y

M

M

o

o

m

m

T

T

h

h

a

a

n

n

k

k

Y

Y

o

o

u

u

f

f

o

o

r

r

o

o

f

f

i

i

t

t

s

s

P

P

r

r

a

a

y

y

e

e

r

r

s

s

,

,

l

l

o

o

v

v

e

e

a

a

n

n

d

d

a

a

f

f

f

f

e

e

c

c

t

t

i

i

o

o

n

n

d

d

u

u

r

r

i

i

n

n

g

g

t

t

h

h

e

e

t

t

i

i

m

m

e

e

s

s

,

,

I

I

w

w

i

i

l

l

l

l

T

T

r

r

y

y

a

a

n

n

d

d

A

A

l

l

w

w

a

a

y

y

s

s

T

T

r

r

y

y

T

T

o

o

G

G

i

i

v

v

e

e

i

i

s

s

t

t

h

h

e

e

B

B

e

e

s

s

t

t

)

)

a

(11)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah memberikan inspirasi berpikir serta motivasi untuk berkarya dalam menyelesaikan amanah ini. Semua ini adalah karunia Allah Subhaanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi ke jenjang Pascasarjana dan berhasil menyusun sebuah karya ilmiah berupa tesis, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik serta motivasinya selama menjadi mahasiswa sampai dengan penyusunan tesis ini;

3. Bapak Simon Sembiring, Ph.D selaku pembahas yang dengan kritis telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini; 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc selaku Pembimbing

(12)

5. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si selaku Kepala Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan saran

dan nasehat serta diskusinya selama penulis menjadi mahasiswa;

6. Dr. Tugiyono, Dr. Agus Setiawan, Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Bainuwa, Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc, Dr. Erwanto, Dr. Cipta Ginting Selaku dosen yang pernah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan;

7. Bapak Prof. Dr. Ir Jamalam Lumbanraja, M.Sc selaku dosen MSAPP dan Dr. Didier Pilot (Montpelier SupAgro) selaku Coordinator Asian Link yang telah banyak membantu dan memfasilitasi selama perkuliahan sampai penelitian;

8. Mr. Christine (Copenhagen University, Denmark), Pannete, Isabela, Claire Durand (Montpelier SupAgro, France), Christophe DEPRES (VetAgroSup Lyon, France) Mrs. Asikin Yoeu (Royal University Cambodian) for their

kind to help me in many ways and their eagerness to share knowledge and experiences;

9. Prof Yoshie Yamazaki Sensei (KYOEI University, Japan) dan Bapak Dr. Eng. Admi Syarif atas bantuan, dorongan dan motivasi yang tak pernah bosan kepada penulis;

10. Dian Anggraini, S.Si atas kebersamaan dan kesabarannya menemani penulis selama penelitian baik di Lapangan maupun di Labotarium, selalu setia untuk memberikan semangat, motivasi dan inspirasi kepada penulis; 11. Asnawati, SP; Farlina, SP; Ferry Sosilowati, SP; Helviana R.Ch, SP;

(13)

mendukung penulis sampai menyelesaikan penelitian ini;

12. Teman-teman di Labotarium Polimer FMIPA Unila, Imam Akbar, S.Si, Sony Sascori, S.Si, Slamet Kosasih, Evi, Wanti, Juju dan Siska atas bantuan tenaga, pikiran dan solusinya selama pelaksanaan penelitian serta kehangatan kekeluargaannya selama ini;

13. Hasim Selaku Sekretaris Desa Gunung Terang dan semua para responden yang telah memfasilitasi dan membantu dalam pengumpulan informasi untuk penelitian ini;

14. Sutrisno dan Joko yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan alat untuk penelitian;

15. Dan masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu sejak awal penulis mengikuti pendidikan di pascasarjana, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan tesis ini yang belum disebutkan namanya penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis

(14)

ABSTRACT

THE IMPACT OF PYROLYSIS TECHNOLOGY (CLOSED COMBUSTION) ON ENVIRONMENTAL

QUALITY AND VALUE ADDED OF COCONUT SHELL PRODUCTS (Case Study in Gunung Terang Village South Lampung of Regency, Indonesia)

By

YASIR WIJAYA

Coconut shell charcoal industry is currently growing very rapidly, one of the unsolved problem to date is about supply CO2emissions with a very large number into the atmosphere. Greenhouse gas emissions occur due to processing methods applied by the public until today is still an open burning method (conventional).

The purpose of this study to determine the amount of CO2 emissions could be reduced by pyrolysis technology, identify products that can be produced. It also analyzes the feasibility and CDM programs for the development of the technology industry with the coconut shell pyrolysis. With the method of field interviews and laboratory experiment data obtained were then analyzed by some supporters of the theory to analyze the phenomenon that occurs associated with the research objectives to be achieved.

Based on observation and discussion, pyrolysis technology can reduce CO2by an average of 40 gr/kg of coconut shell, for a farmer CO2/years 38 400 kg. Besides producing several products simultaneously in a single production cycle, every 1 kg of coconut shell charcoal is able to produce 349.29 grams; 421.96 ml of liquid smoke, tar 99.78 ml and 95.54 grams of Na2CO3. In addition, the technology industry with the coconut shell pyrolysis is a business unit profitable, high value-added, and feasible to be developed. Industry is able to produce a net present value (NPV) of Rp. 1.712.754.482; Net B / C ratio of 16:47; BCR 1.84; 74.24% IRR and PBP 38 days, as well as providing added value amounting to Rp. 20495.42 per kg of raw materials and proper development of the program submitted for CDM small-scale category (Type III)

(15)

DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh YASIR WIJAYA

Industri arang tempurung kelapa saat ini berkembang sangat pesat, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah mengenai supllay emisi CO2 dengan jumlah sangat besar ke atmosfer. Emisi gas rumah kaca terjadi karena metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode pembakaran terbuka (konvensional).

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah emisi CO2yang mampu direduksi oleh teknologi pirolisis, mengidentifikasi produk yang bisa dihasilkan. Selain itu juga menganalisis kelayakan usaha dan program CDM untuk pengembangan industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis. Dengan metode wawancara lapangan dan eksperimen laboratorium data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan beberapa teori pendukung untuk menganalisa fenomena yang terjadi dikaitkan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, teknologi pirolisis mampu mereduksi CO2rata-rata sebesar 40 gram/kg tempurung kelapa, untuk satu petani 38.400 kg CO2/tahun. Selain itu menghasilkan beberapa produk secara bersamaan dalam satu siklus produksi, setiap 1 kg tempurung kelapa mampu menghasilkan 349,29 gram arang; 421,96 ml asap cair, 99,78 ml tar dan 95,54 gram Na2CO3. Selain itu juga industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis merupakan unit usaha yang menguntungkan, bernilai tambah tinggi, dan layak dikembangkan. Industri tersebut mampu menghasilkan nilai bersih kini (NPV) sebesar Rp. 1.712.754.482; Net B/C ratio 16.47; BCR 1.84; IRR 74,24% dan PBP 38 hari, serta memberikan nilai tambah sebesar Rp. 20.495,42 per kg bahan baku dan layak diajukan untuk pengembangan program CDM kategori skala kecil (Tipe III)

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... . xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

C. Kerangka Pemikiran ... 6

D. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 8

1. Profil Umum Kelapa di Propinsi Lampung ... 8

2. Deskripsi Daerah Penelitian ... 9

3. Keadaan Penduduk ... 10

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Tingkat Desa ... 11

5. Karakteristik Responden Terpilih ... 11

B. Potensi Tanaman Kelapa ... 13

1. Tanaman Kelapa ... 13

2. Produk Dari Buah Kelapa ... 13

3. Pengolahan Tempurung Kelapa ... 14

C. Pirolisis ... 18

1. Definisi Pirolisis ... 18

2. Pirolisis Selulosa ... 19

(17)

4. Pirolisis Lignin ... 20

D. Dampak Pencemaran Lingkungan ... 20

E. Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) ... 22

F. Studi Kelayakan Finansial ... 25

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan... 25

2. Net Present Value(NPV) ...26

3. Internal Rate of Return (IRR) ... 27

4. Benefit Cost Ratio(BCR) ... 28

5. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C) ... 28

6. Payback Periods(PBP)...29

7. Analisis Sensitivitas (AS) ... 29

G. Teori Nilai Tambah ... 30

H. Pembangunan Berkelanjutan... 34

I. Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Waktu dan Tempat ... 38

B. Alat dan Bahan ... 38

C. Metode ... 39

D. Pelaksanaan ... 40

1. Persiapan Alat dan Sampel ... 38

2. Pirolisis Tempurung Kelapa ... 41

3. Pembuatan Larutan Jenuh NaOH ... 42

4. Pemisahan Natrium Karbonat (Na2CO3) ... 42

5. Pengeringan (Pengovenan) ... 43

E. Pengamatan ... 45

1. Perkembangan (Trend) Teknologi Pengarangan Dewasa ini ... 45

2. Pembuatan Arang Metode Konvensional ... 47

2.1 Bahan Baku ... 47

2.2. Bahan Penunjang ... 47

2.3. Tenaga Kerja ... 48

(18)

xiii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

A. Praktek Konvensional ... 50

B. Eksperimen Laboratorium ... 51

1. Hasil Pirolisis ... 52

2. Produk Pirolisis ... 53

2.1. Asap Cair ... 53

2.2. Arang... 55

2.3. Tar ... 56

2.4. Natrium Karbonat (Na2CO3) ... 57

3. Perhitungan CO2 ... 58

C. Analisis Finansial ... 61

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan ... 61

2. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha... 62

3. Analisis Sensitivitas dan Kelayakan Proyek ... 64

D. Analisis Nilai Tambah ... 67

E. Analisis Aspek Pembangunan Berkelanjutan ... 69

1. Aspek Sosial Ekonomi ... 70

2. Aspek Dampak Lingkungan... 72

F. Model Pengembangan Teknologi ... 73

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(19)

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki luas perkebunan kelapa nomor satu di dunia. Luas kebun kelapa Indonesia 3,712 juta hektar (31,4% luas kebun kelapa dunia) dengan produksi kelapa kurang lebih 12,915 milyar butir (24,4% produksi dunia). Bobot tempurung kelapa mencapai 12% dari bobot buah kelapa. Dengan berat sebutir kelapa rata-rata 1,5 kg, maka potensi tempurung kelapa Indonesia mencapai 2324,7 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007).

(20)

2

Gambar 1. Distribusi potensi tempurung kelapa di Propinsi Lampung

Di Propinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan merupakan wilayah paling potensial karena memiliki perkebunan kelapa 30.213 Ha dengan produksi

30.955 ton pertahun (BPS, 2010). Dengan dukungan bahan baku yang demikian besar, industri berbasis buah kelapa merupakan salah satu industri yang terus berkembang di Kabupaten Lampung Selatan. Selain minyak kelapa, produk lain yang sudah dihasilkan sejak lama adalah serabut kelapa dan arang tempurung.

(21)

Dalam industri ATK, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah emisi gas CO2 dengan jumlah yang sangat besar ke atmosfer. Emisi gas

rumah kaca ini terjadi karena metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode konvensional yaitu metode pembakaran terbuka.

Dikaitkan dengan kelemahan ini, industri ATK sangat memerlukan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini perlu dipikirkan karena asap dari industri arang tempurung kelapa tidak mendapat respon negatif dari masyarakat internasional. Seiring dengan gerakan pengurangan emisi CO2 atau Gas Rumah Kaca (GRK) yang menjadi perhatian dewasa ini.

Dikaitkan dengan pemanasan global yang menjadi isu internasional dewasa ini, industri tempurung kelapa memerlukan teknologi yang lebih baik, dalam arti mampu meminimalkan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses pengolahan. Langkah ini diperlukan agar industri tempurung kelapa tidak menjadi penyumbang gas rumah kaca yang kemungkinan akan dipermasalahkan oleh masyarakat internasional.

(22)

4

seperti arang yang berkualitas, produksi asap cair, dan produksi tar yang yang berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dikaitkan dengan adanya transfer teknologi ini, juga akan dilihat apakah memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian ini akan dikembangkan beberapa pertanyaan melalui kuisioner untuk menjawab kriteria yang sudah ditentukan.

Terkait dengan isu pengurangan emisi gas rumah kaca, salah satu program internasional yang mekanismenya dibawah Kyoto Protocol yang dikenal project Clean Development Mechanism (CDM) yang dimaksudkan untuk membantu negara maju atau industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh CDM khususnya untuk skala kecil bisa direkomendasikan untuk menjadi program CDM apabila dengan adanya transfer teknologi bisa mengurangi emisi CO2kurang dari 15kTon pertahunnya yang kemudian mendapatkan Certified Emission Reduction (CER) dari UNFCCC(http://cdm.unfccc.int/Projects/pac/ssclistmeth.pdf).

(23)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan sebagai dampak

pengembangan dari industri arang tempurung kelapa. Adapun beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah teknologi pirolisis mampu mengurangi terjadinya pemanasan global (emisi CO2) yang diakibatkan proses pembuatan arang tempurung kelapa dengan pembakaran terbuka?

2. Apakah teknologi pirolisis memberikan keuntungan atau nilai tambah kepada pelaku industri tempurung kelapa dibandingkan metode pembakaran konvensional?

3. Apakah teknologi pirolisis memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui berapa jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dengan teknologi pirolisis dan mengidentifikasi hasil produk turunan lainnya.

2. Menganalisis kelayakan usaha teknologi pirolisis untuk pengembangan industri tempurung kelapa.

(24)

6

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka

penelitian ini akan menganalisis bagaimana dampak teknologi pirolisis pada pengembangan pelaku industri tempurung kelapa, meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Selain itu juga akan dilakukan analisis finansial sebagai uji kelayakan pengembangan dari teknologi tersebut dengan menggunakan kreteria (NPV, BCR, Net B/C, IRR dan Payback Period) dan yang terakhir dilakukan analisis nilai tambah yang dihasilkan dari teknologi pirolisis. Untuk membantu analisis, penelitian ini dilakukan survey lapangan dan percobaan laboratorium. Kerangka pemikiran untuk dikembangkan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2.Kerangka Pemikiran Penelitian Teknologi

Pirolisis

Sosial Ekonomi Lingkungan Analisis

Pembangunan Berkelanjutan

Analisis Nilai Tambah Analisis Finansial

NPV BCR Net B/C

IRR Pacback Period

Pendapatan Keuntungan Balas Jasa kreteria

kreteria

(25)

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pembakaran sistem pirolisis dalam pembuatan arang tempurung kelapa mampu mengurangi terjadinya pemanasan global.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian

1. Profil Umum Kelapa di Propinsi Lampung

Propinsi Lampung termasuk salah satu sentra produksi buah kelapa yang

besar di Indonesia, dengan luas perkebunan sekitar 132.824 Ha, merupakan

terluas kedua setelah kopi Robusta. Sekitar 99,95% dari areal tersebut

merupakan perkebunan rakyat (BPS, 2010). Dengan produksi kelapa sebesar

112.300 ton pertahun, maka terdapat sekitar 81.900 ton sabut, 30.700 ton

tempurung kelapa dan 51.200 ton air kelapa. Areal itu tersebar di beberapa

kabupaten, seperti dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1.Distribusi Potensi Kelapa di Propinsi Lampung

No Kabupaten/Kota Luas

(ha)

Produksi (Ton)

1 Lampung Selatan 30213 30955

2 Lampung Timur 27254 26572

3 Tanggamus 19715 18283

4 Lampung Tengah 17448 10091

5 Pesawaran 13846 13169

6 Way Kanan 8282 3531

7 Tulang Bawang 6198 3713

8 Lampung Barat 4527 2944

9 Lampung Utara 4573 2890

10 Bandar Lampung 768 152

Total 132824 112300

(27)

Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah yang terluas sehingga

sangat potensial untuk tanaman kelapa. Sehingga diwilayah ini juga sangat

mendukung untuk perkembangan industri pengolahan dari buah kelapa itu

sendiri. Industri saat ini yang sudah berkembang seperti industri pengolahan

daging, sabut serta tempurung kelapa yang diolah untuk menjadi arang.

Saat ini industri arang batok kelapa berkembang sangat pesat, di

daerah-daerah penghasil kelapa untuk memenuhi permintaan pasar baik lokal

maupun internasional yang terus meningkat. Berdasarkan data BPS nilai

ekspor arang batok kelapa naik sebesar 133,45 persen selama Januari-Juli

2009 dibandingkan periode tahun sebelumnya. Khusus di bulan Agustus

2009, ekspor arang tempurung kelapa dari Lampung mencapai 1.195 ton,

meraih devisa 326.140 dolar AS, dengan Negara tujuan seperti Jepang, Korea

dan China.

2. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian utama dilakukan di Desa Gunung Terang, selain itu juga

dilakukan pengamatan untuk data pembanding di Desa Way Emas. Dua

desa tersebut terdapat di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

Selatan. Memiliki luas wilayah 892 Ha, jarak desa Gunung Terang dengan

Ibukota Kecamatan Kalianda adalah 17 km, jarak ke Ibukota Kabupaten

Lampung Selatan (Kota Kalianda) 16 km dan jarak desa ke Kantor Polisi

15 Km. Secara administrasi Desa Gunung Terang memiliki 4 dusun, 4 RW

dan 11 RT dan termasuk kategori Desa Swadaya dengan batas-batas

(28)

10

Sempurna; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Merak Belantung;

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bulok; Sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Taman Agung.

3. Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Gunung Terang pada tahun 2009 berjumlah 2082 Jiwa

atau 539 kepala keluarga (KK). Terdiri dari beberapa suku yaitu Suku

Lampung Pesisir, Jawa, Sunda, Minang dan Suku Batak. Berdasarkan jenis

kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 974 jiwa (47%) dari total

penduduk 2082 jiwa, sedangkan penduduk lak-laki berjumlah 1108 jiwa

(53%). (Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2009).

Jumlah KK menurut status perkawinan adalah 506 KK sudah kawin

sedangkan 33 KK belum kawin/Janda/Duda. Berdasarkan tingkat

kesejahteraan penduduk Desa Gunung Terang dibagi ke dalam empat

kelompok yaitu: Keluarga Prasejahtera sebanyak 345 KK, Keluarga Sejahtera

1 sebanyak 89 KK, keluarga sejahtera II sebanyak 88 KK dan keluarga

sejahtera III sebanyak 17 KK (Sumber: PLKB Kecamatan Kalianda, 2009).

Pekerjaan masyarakat Desa Gunung Terang sebagian besar adalah petani

baik petani sawah, ladang maupun perkebunan, dengan sebaran pemilik tanah

perkebunan sebanyak 118 rumah tangga, buruh perkebunan 12 rumah tangga,

pemilik sawah 61 rumah tangga, pemilik ladang 118 rumah tangga,

penyewa/penggarap 182 rumah tangga, penyakap 81 rumah tangga dan buruh

tani 52 rumah tangga.

Berdasarkan tingkat pendidikannya penduduk di desa Gunung Terang

(29)

sebanyak 93 KK, Lulus SD-SMP sebanyak 381 KK, SLTA 63 KK dan

lulusan Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 2 KK (KDA BPS, 2010).

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Tingkat Desa

Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Gunung Terang disajikan dalam

Tabel 2.

Tabel 2.Sarana dan prasarana di desa Gunung Terang Tahun 2009

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

(Unit)

1 Pendidikan

- SMPN 1

2

Kesehatan - Poskesdes - Posyandu - Tenaga Bidan - Dukun Bayi

1 2 1 1 3 Sumber Penerangan - Lampu Listrik PLN - Lampu Non PLN

324 43

4

Kelembagaan - Karang Taruna - Kelompok Tani - Kelompok Capir - Kader Pemdes

1 7 1 1 5 Sarana Perekonomian - Warung - Kios

- Rumah Makan

4 2 1

6

Kesehatan Lingkungan berdasarkan Jamban - WC septic

- WC tanpa septic

102 305

Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2009

5. Karakteristik Responden Terpilih

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak aparatur desa

yaitu Sekretaris Desa Gunung Terang. Pelaku yang dibutuhkan dalam

(30)

12

Kelapa (ATK), Pelaku pembuat Kopra, Kopra dan ATK serta juga warga

yang menjadi petani kelapa saja. Berdasarkan karakteristik sampel, maka

peneliti menentukan sampel terpilih dengan menggunakan metode Purposive

Sampling. Alasan utama menggunakan metode ini karena keberagaman ataupun perilaku petani yang melakukan aktifitas seperti yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kecil bahkan hampir sama (homogen). Sehingga

penentuan sampel dapat dilakukan dengan metode keterwakilan saja sesuai

dengan tujuan penelitian.

Responden yang diwawancarai adalah petani yang melakukan aktifitas

pembuatan ATK sebanyak 2 orang, Kopra dan ATK sebanyak 2 orang serta 2

orang warga yang hanya menjadi petani kelapa saja. Sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini hanya pelaku industri ATK saja, selainnya

hanya untuk data pembanding untuk melihat kondisi sosial ekonomi petani

yang beraktifitas bukan membuat ATK. Sedangkan untuk pelaku ATK di

Desa Gunung Terang terdapat 4 KK, dengan total untuk Kabupaten Lampung

Selatan terdapat ± 20 KK. Wawancara dilakukan langsung di tempat usaha

[image:30.612.167.493.510.674.2]

arang tempurung kelapa, seperti ditunjukan dalam Gambar 3.

(31)

B. Potensi Tanaman Kelapa

1. Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman yang

termasuk dalam famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti di Indonesia. Kelapa dikenal sebagai tanaman serbaguna karena seluruh bagian

tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mempunyai nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Salah satu bagian yang terpenting dari tanaman kelapa adalah

buah kelapa. Bagian tanaman ini menjadi yang terpenting terdiri dari beberapa

komponen, seperti terlihat dalam Tabel 3 yang semuanya memiliki nilai

ekonomis.

Tabel 3.Presentase komposisi buah kelapa

Bagian Buah Jumlah Berat (%)

Daging Buah

Sabut

Air Kelapa

Tempurung

28

35

25

12

(Sumber : Palungkun, 2001)

2. Produk Dari Buah Kelapa

2.1 Daging Buah

Selain Virgin Coconut Oil (VCO), produk lain daging buah kelapa minyak goreng, kosmetik dan cocodiesel atau biodiesel sebagai bahan pengganti solar.

Selama ini pengolahan buah kelapa belum optimal dari sisi ekonomi karena

masih banyak komponen buah kelapa yang kurang dimanfaatkan di antaranya

[image:31.612.164.391.368.457.2]
(32)

14

2.2 Sabut Kelapa

Sabut kelapa dapat diproses sebagai barang kerajinan atau dipacking dalam

ukuran tertentu untuk diekspor sebagai bahan pembuat jok mobil, kasur serat

sabut kelapa, dan jaring sabut kelapa (cocomesh) untuk menahan erosi pada

lahan kritis. Dari sabut juga dihasilkan cocodustyang dapat digunakan sebagai

medium tanaman hias atau sayur-sayuran.

2.3 Air Kelapa

Air kelapa diolah menjadi Nata Decoco, yakni hasil fermentasi dari air kelapa,

biasanya dijadikan campuran dalam hidangan penutup makan, dapat juga

sebagai minuman berserat.

3. PengolahanTempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara

biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut

dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan

sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar

selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar (6-9) % (dihitung berdasarkan berat

kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Tilman,

1981).

Tabel 4.Komposisi kimia tempurung kelapa

(33)

Pengolahan tempurung kelapa yang sekarang ini umumnya masyarakat

lakukan yaitu pembuatan arang, dimana proses pengolahannya masih bersifat

tradisional yakni pembakaran terbuka. Sistem ini tanpa disadari oleh masyarakat

memiliki dampak negatif terhadap lingkungan secara global, selain itu juga

memiliki pengaruh yang kurang baik bagi kesehatan pekerja atau masyarakat

sekitar. Karena zat, energi dan atau komponen lain sebagai hasil sampingan

maupun limbah suatu kegiatan pembakaran dapat menimbulkan turunnya mutu

atau kualitas lingkungan hidup yang akhirnya dapat mengakibatkan pencemaran

udara.

Dikaitkan dengan pemanasan global yang menjadi isu internasional saat ini,

industri tempurung kelapa memerlukan teknologi yang lebih baik, dalam artian

mampu meminimalkan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses

pengolahan. Kebutuhan akan teknologi yang lebih ramah lingkungan merupakan

gagasan utama dalam penelitian ini, agar dapat disosialisasikan dengan baik

kepada masyarakat petani kelapa bagaimana prospek dan pemanfaatanya dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta menjaga kualitas lingkungan

udara secara global. Adapun produk dan manfaat dari pengolahan tempurung

kelapa dengan teknologi pirolisis yaitu:

1. Arang

Arang hasil pirolisis ini dapat digunakan sebagai absorben untuk

meningkatkan kualitas air, sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah

tangga, dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pembuat arang aktif.

(34)

16

2. Briket Arang Tempurung

Briket arang tempurung merupakan hasil sampingan dari pembuatan asap

cair yang berbahan tempurung kelapa, arang tempurung ini dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat digunakan sebagai

pengganti minyak tanah. Arang juga banyak dimanfaatkan sebagai

adsorben.

3. Asap Cair

Asap cair merupakan hasil destilasi atau pengembunan dari asap hasil

pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan bahan yang

banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Asap cair

merupakan larutan dari dispersi asap tempurung dalam air yang dibuat

dengan mengkondensasikan asap cair hasil dari pirolisis. Asap cair hasil

pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis. Asap cair hasil

pertama dari pirolisis dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan

sifat fungsional asap cair atau sebagai pengganti asam formiat, anti jamur,

anti bakteri, selain itu juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan

atau ikan. Dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan

menetralisir asam tanah, membunuh hama tanaman dan mengontrol

pertumbuhan tanaman, mempercepat pertumbuhan pada akar, batang,

umbi, daun, bunga, dan buah.

Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional

dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam. Titik didih dari

komponen-komponen pendukung sifat fungsional asap cair dapat dilihat

(35)
[image:35.612.167.479.99.409.2]

Tabel 5.Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Senyawa Titik didih (⁰C-760mmHg) Fenol  Guaikol  4-metilguaikol  Eugenol  Siringol  Furfural  Pirokatekol  Hidrokuinon  Isoeugenol 205 211 244 267 162 240 285 266 Karbonil  Glioksal  Metilglioksal  Glikoaldehid  Diasetil  Formaldehid 51 72 97* 88 -21 Asam

 Asam Asetat  Asam Butirat  Asam Propionat  Asam Isovalerat

118 162 141 176 Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000) Keterangan : * adalah titik leleh

4. Tar

Hasil redimen dari cairan asap cair yaitu tar, dapat dimanfaatkan untuk

usaha meubler karena mampu menahan kualitas kayu dari serangan

rayap.

5. Natrium Karbonat (Na2CO3)

Digunakan dalam proses pembuatan pulp (bubuk kayu), kertas, sabun,

(36)

18

C. Pirolisis

1. Definisi Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga

terjadi penguraian komponen-komponen penyusun tempurung kelapa. Hal

tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung kelapa dipanaskan

tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan

terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun batok

kelapa dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan cairan dan gas

(Widjaya,1982).

Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga

molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang.

Istilah lain dari pirolisis adalah“destructive distillation” atau destilasi kering,

dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik

yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar.

Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang

hampir sama yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada umumnya tempurung

kelapa mengandung dua bagian selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu

bagian lignin. Girard (1992) menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang

dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen tempurung kelapa adalah

sebanding dengan jumlah komponen-komponen tersebut dalam tempurung.

Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam

penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar

(37)

seperti CO, CH4, H2dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi

rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu

[image:37.612.187.418.196.334.2]

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan

pada proses karbonisasi Kayu

Komponen Gas Persentase (%)

Karbondioksida

Karbonmonoksida

Metana

Hidrogen

Etana

Hidrogen Tak jenuh

50,77

27,88

11,36

4,21

3,09

2,72

Sumber : Panshin, 1950

2. Destilat berupa asap cair dan tar

Komposisi utama dari produk tertampung adalah metanol dan asam

asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil

asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain.

3. Residu (karbon).

Tempurung kelapa mempunyai komponen-komponen kandungan

seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada umumnya tempurung

mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta

satu bagian lignin. Adapun pada proses pirolisis terjadi dekomposisi

senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu :

2. Pirolisis Selulosa

Selulosa adalah makro molekul yang dihasilkan dari kondensasi linier

struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa

(38)

20

berakhir pada300-350 oC. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa

berlangsung dalam dua tahap yaitu, reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa dan

reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama-sama air dan

sejumlah kecil furan dan fenol.

3. Pirolisis Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti

pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan

furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat.

Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya.

Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250 oC.

4. Pirolisis lignin

Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul

tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh

dari pirolisis struktur dasar lignin berperan penting dalam memberikan aroma asap

produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan

homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi

pada temperatur 300-350 oC dan berakhir pada 400-450 oC.

D. Dampak Pencemaran Lingkungan

Fokus penelitian ini akan mengamati dampak terhadap Pencemaran Udara

saja, yang mana udara di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan

komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya.

Akibat aktifitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan

(39)

Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu

komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai

pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung

dari lingkungannya. Kemungkinan di suatu tempat dijumpai debu yang bertebaran

dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang

terpolusi oleh asap limbah industri, kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan.

Pencemaran udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan,

zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan

udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti

gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusia.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara).

Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC,

CO, dan asap rokok. Gas CO2 berasal dari asap pabrik, mesin-mesin yang

menggunakan bahan bakar fosil dan akibat pembakaran kayu. Kadar gas CO2

yang semakin meningkat di udara tidak dapat segera diubah menjadi oksigen oleh

tumbuhan karena banyak hutan dunia yang di tebang setiap tahunnya. Kandungan

gas CO2 yang tinggi menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak

dapat di pantulkan lagi ke angkasa, sehingga suhu bumi semakin memanas. Inilah

yang disebut efek rumah kaca (Green House). Jika hal ini terus berlangsung, maka

(40)

22

Gas CO dapat membahayakan orang yang menghirupnya, gas ini sangat

reaktif sehingga mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah.

Jika berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan kematian. Gas CFC

(kloroflorokarbon) digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaksi,

tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbahaya. Tetapi, ternyata ada juga

keburukan dari gas ini. Gas CFC yang naik ke atas dapat mencapai stratosfer.

Di stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3), yang merupakan pelindung bumi

dari pengaruh radiasi ultra violet. Radiasi ultra violet dapat mengakibatkan

kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik,

menyebabkan kanker kulit dan kanker mata. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon,

akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut berlubang

yang disebut lubang ozon.

Emisi yang dikeluarkan dari gas buang pembakaran yang tidak sempurna

dalam pembuatan arang tempurung kelapa antara lain SOx, NOx, CO, HC, dan

partikulat debu. Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO) dan

Hidrokarbon yang berasal dari semua hasil pembakaran. Proses industri dapat

menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan

hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akibatnya apabila otak

kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian. Sedangkan dalam jumlah kecil

dapat menimbulkan gangguan berpikir, gerakan otot, dan gangguan jantung.

E. Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)

Sebagai penelitian pendahuluan, studi ini dimaksudkan untuk mengetahui

(41)

program CDM atau tidak. Program CDM merupakan salah satu bentuk kegiatan

jual beli penurunan emisi GRK antara Negara Annex I dengan negara Non-Annex

I. CDM ini merupakan satu-satunya mekanisme yang dapat dilakukan secara

bersama antara negara Annex I dengan negara Non-Annex I yang memiliki

kewajiban untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sampai angka tertentu per

tahun 2012 seperti yang telah diatur dalam Protokol Kyoto, membantu

negara-negara non-Annex 1 untuk melaksanakan proyek-proyek yang mampu

menurunkan atau menyerap emisi setidaknya satu dari enam jenis gas rumah kaca

yang disajikan dalam Tabel 7.

Negara-negara non-Annex 1 yang dimaksud adalah yang menandatangani

Protokol Kyoto namun tidak memiliki kewajiban untuk menurunkan emisinya.

Satuan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang bisa diturunkan dikonversikan

menjadi sebuah kredit yang dikenal dengan istilah Certified Emissions Reduction

(CERs) satuan reduksi emisi yang telah disertifikasi. Negara-negara Annex 1

dapat memanfaatkan CER ini untuk membantu mereka memenuhi target

[image:41.612.138.421.524.704.2]

penurunan emisi seperti yang diatur di dalam protokol (UNFCCC).

Tabel. 7. Enam Jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto

Gas Rumah Kaca Global Warming Potential

Karbondioksida (CO2) 1

Metana (CH4) 21

Nitrogenoksida (N2O) 310

Hidroflorokarbon (HFCs) 140-11700

Perflorokarbon (PFCs) 6500-9200

(42)

24

Nilai potensi pemanasan global dari ke enam gas rumah kaca ini tidak persis

sama (potensi pengukuran pemanasan global mengukur efek relatif dari radiasi

yang ditimbulkan oleh GRK dibandingkan terhadap CO2). Sebagai contoh, 1 ton

metana memiliki potensi pemanasan global (GWP) setara dengan 21 ton CO2.

Dalam penelitian ini, fokus hanya pada gas CO2 saja terkait dengan adanya

transfer teknologi pirolisis yang akan diajukan. Selain itu juga dalam program

CDM diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam pembangunan yang

berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang sudah

ditentukan.

Meskipun proyek CDM bertujuan untuk mewujudkan pembangunan

berkelanjutan di Negara tuan rumah yang bersangkutan, namun proyek-proyek

yang berskala kecil sulit dikembangkan karena sifatnya yang berbiaya tinggi tapi

menghasilkan kredit rendah. Padahal proyek-proyek skala kecil tersebut yang

justru lebih bermanfaat dan berkelanjutan untuk masyarakat lokal. Karena itu

UNFCCCC berusaha mengatasinya dengan cara membuat perangkat aturan dan

persyaratan (modalities and procedures) jalur cepat supaya biayanya bisa ditekan.

Suatu proyek dikatakan sebagai proyek skala kecil jika memenuhi paling tidak

satu dari tiga kriteria berikut: (CP/2001/13/Add.2, paragraph 6[c], p. 21):

Tipe I: Proyek energi terbarukan yang kapasitas keluarannya <= 15

MW

Tipe II: Proyek perbaikan efisiensi energi yang dapat mengurangi

konsumsi energi baik dari segi pasokan dan/atau permintaan hingga

(43)

Tipe III: Proyek lain yang dapat mereduksi emisi akibat aktivitas manusia

(antropogenik) yang pengurangan emisinya < 15 kT CO2ekuivalen (CO2e)

per tahunnya

Sumber: Panduan Kegiatan MPB di Indonesia,editing by Institute for Global Environmental Strategies

F. Studi Kelayakan Finansial

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan

Untuk menganalisis perolehan keuntungan usaha agroindustri tersebut

diperlukan ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan

atau pengurutan suatu proyek. Telah dikembangkan berbagai macam cara yang

dinamakan investment criteria atau kriteria investasi, diantaranya adalah net present value (NPV), yang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi selama umur investasi. Dikatakan suatu usaha layak

untuk dikembangkan adalah apabila hasil akhir dari nilai bersih sekarang (NPV)

lebih besar dari nol atau bernilai positif. Apabila nilai tersebut lebih kecil dari nol

maka usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.

Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual.

Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam

satu kali periode produksi. Dari penerimaan dan pendapatan suatu usaha tersebut

dibutuhkan informasi tentang biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost). Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus

diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk

(44)

26

pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya

pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil.

Biaya tetap (fixed cost) didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi

yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya

produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap (variable cost)

didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang

diperoleh.

Untuk mendukung analisis finansial tersebut, diperlukan pengkajian

aspek-aspek lain yang saling berkaitan untuk menilai kelayakan dari usaha agroindustri

tersebut diantaranya aspek pasar, teknik, dan ekonomi. Dalam garis besarnya,

langkah-langkah pengkajian aspek-aspek tersebut dilakukan secara berurutan.

Namun, antara langkah yang satu dengan langkah yang lain terdapat umpan balik

sehingga langkah yang lebih awal dapat dipengaruhi oleh langkah berikutnya.

Disamping keunggulan secara mekanis dan teknis, kajian ekonomis dari

produk-produk yang dihasilkan perlu dilakukan. Hal ini untuk menunjukan agar

diperoleh jenis produk yang optimal untuk di kembangkan, baik secara mekanis

maupun ekonomis. Untuk mengetahui kelayakan usaha agroindustri kelapa,

dilakukan suatu analisis kelayakan finansial yang meliputi:

2. Net present value (NPV)

Adalah penjumlahan dari present value net cash flow dalam table cash flow,

atau dalam rumus :

    n t t t t i C B NPV
(45)

dimana :

Bt = benefit kotor tahun ke t

Ct = biaya kotor tahun ke t

n = umur ekonomis

i = discount rate

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah persentase keuntungan yang didapat terhadap investasi yang

ditanamkan. Jika IRR > discount rate maka investasi yang akan dilakukan layak dilakukan, jika IRR sama dengan discount rate maka investasi yang akan dilakukan memberikan keuntungan yang sama dengan opportunity cost, dan jika IRR < discount rate maka investasi yang akan dilaksanakan tidak layak dilakukan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai IRR

yaitu:

= −

− ( − )

Dimana,

i1 = suku bunga bank paling atraktif

I2 = suku bunga coba-coba ( > dari i1)

NPV1 = NPV awal pada i1

(46)

28

4.Benefit Cost Ratio(BCR)

Kriteria rasio manfaat biaya (benefit-cost ratio = BCR) untuk menganalisis

investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t (t = 1, 2, 3, ….., n)

tahun dilakukan berdasarkan formula berikut :

BCR(i) = {Σ PFt (Bt)} / {Σ PFt (Ct)}

Di sini t = 0, 1, 2, …, n, sedangkan PFt= (1 + i)-t.

Suatu proyek industri dikatakan memiliki keuntungan ekonomis, layak

dilaksanakan, apabila nilai BCR(i) lebih besar daripada satu. Jika nilai

BCR(i) lebih kecil daripada satu, maka proyek industri akan mendatangkan

kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs,2002 :145).

5. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara Present Value dari Net Benefit yang positif (+) dengan Present Valuedari Net Benefityang negatif.

/ = P. V. NetBene it(+ P. V. NetBene it(−

Formula secara matematis Net B/C dapat dituliskan sebagai berikut :

dimana :

(47)

Ct : cost bersih dalam pengusahaan tahun t

Kt : investasi pada awal tahun ke-0

n : umur ekonomis waktu pengusahaan (rotasi)

i : suku bunga (nilai discount rate)

6. Payback Periods

Merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali

(mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam

investasi suatu proyek.

=

7. Analisis Sensitivitas (AS)

Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa

sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas/pengaruh dari

beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan

berdasarkan skenario-skenario yang logis. Untuk menghindari ke

tidakpastian perkembangan ekonomi di masa yang akan datang dan sering

analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi sehingga ketidak pastian

yang akan terjadi di masa yang akan datang, seperti :

1. Terjadinya kenaikan biaya (biaya operasional)

2. Terjadinya penurunan harga sehingga akan menurunkan

(48)

30

3. Kemungkinan karena pengaruh faktor alam seperti kemarau

panjang, kebakaran, yang dapat menurunkan produksi sehingga

keuntungan dapat turun.

4. Kemungkinan kesalahan dalam transaksi hasil (yield) per hektar

yang akan dilakukan analisis adalah jika terjadi perubahan

kenaikan biaya dan atau penurunan pendapatan.

Analisis sensitivitas menunjukan tingkat perubahan peubah-peubah penting

seperti harga input, harga produk dan biaya operasional yang masih bisa

diterima dimana usaha agroindustri tidak mengalami kerugian.

Metode yang biasa digunakan dalam analisa sensitivitas yaitu:

a. Analisa Breakeven

b. Analisa sensitivitas dengan model sederhana

c. Analisa sensitivitas menggunakan model discounted

Dalam penerapannya analisa sensitivitas tidak akan dilakukan dengan ketiga

metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai.

G. Teori Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena

mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses

produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang

diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa

(49)

maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan

bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena

adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan

terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahan

perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu.

Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih

antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai

korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai

tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal,

sumberdaya manusia, dan manajemen.

Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan

adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami.

Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk

pertanian

2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga

kerjanya)

3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi

4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang

diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut.

Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor

(50)

32

faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung

yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang

menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.

Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai

berikut :

1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%),

menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang

diterima oleh tenaga kerja langsung.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan

presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima

pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan

presentase keuntungan terhadap nlai tambah

7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi

selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%)

9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)

Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan

(51)

termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan

bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematis

sebagai berikut:

Nilai tambah = f (K, B, T, U, P, V, L)

K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan

T = Tenaga kerja yang digunakan

U = Upah tenaga kerja

P = Harga output

V = Harga bahan baku

L = Nilai input lain

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam

proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan ketrampilan serta

kualitas bahan baku. Penerapan teknologi yang cenderung padat karya akan

memberikan proporsi bagian terhadap tenaga kerja yang lebih besar daripada

proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila yang diterapkan

teknologi padat modal, maka besarnya proporsi bagian pengusaha lebih besar

daripada proporsi bagian tenaga kerja.

Besar kecilnya proporsi tersebut tidak berkaitan dengan imbalan yang

diterima tenaga kerja (dalam rupiah). Besar kecilnya imbalan tenaga kerja

tergantung pada kualitas tenaga kerja itu sendiri seperti keahlian dan ketrampilan.

Kualitas bahan baku juga berpengaruh terhadap distribusi nilai tambah apabila

(52)

34

semakin lama semakin kecil, artinya pengaruh kualitas bahan baku semakin lama

semakin besar.

H. Pembangunan Berkelanjutan

Dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, telah disepakati secara global

mengenai bagaimana seharusnya sumberdaya alam dikelola agar berkelanjutan

sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan kegiatan ekonomi.

Kesepakatan ini dimaksudkan agar pengelolaan sumberdaya alam harus

mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus yakni ekonomi, ekologi, dan sosial.

Pembangunan berkelanjutan, menurut Sumarwoto (dalam Sugandhy dan

Hakim, 2007: 21), pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai:

“Perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan

sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya

memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang

terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat

melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya”.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat

memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan

datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987). Komisi Burtland

menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang

kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan yang

mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi,

dan perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya

kebutuhan saat ini. Untuk mengoperasionalkan paradigma pembangunan

(53)

dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan (sustainable

development triangle).

Menurut kerangka tersebut, suatu kegiatan pembangunan (termasuk

pengelolaan sumberdaya alam dan berbagai dimensinya) dinyatakan berkelanjutan

jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan

(Seralgedin, 1996). Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan

pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan

kapital, dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien.

Adapun substansi dalam penelitian ini, terutama pada aspek sosial dan

ekonomi akan dilihat serta dianalisis bagaimana sistem usaha tani pengolahan

kelapa yang sudah dilakukan saat ini, serta bagaimana Sumber Daya Manusia,

ketersediaan bahan baku dan penggunaan teknologi yang tersedia. Selain itu

peneliti akan menghitung untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan arang

tempurung kelapa dengan mempertimbangkan dimensi keberlanjutannya.

1. Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan (Demokrasi Ekonomi) adalah sistem ekonomi nasional

yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, di mana

produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan

anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat (rakyat) dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian (Baswir,

1993). Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan

(54)

36

rakyat kecil dan kemajuan ekonomi

Gambar

Gambar 1. Distribusi potensi tempurung kelapa di Propinsi Lampung
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Distribusi Potensi Kelapa di Propinsi Lampung
Tabel 2.
+7

Referensi

Dokumen terkait