• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Pencaharian dan Pemberdayaan Masyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mata Pencaharian dan Pemberdayaan Masyar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MATA PENCAHARIAN DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI PROVINSI ACEH

Community Livelihood and Development in Surrounding Forest in Aceh Province

Indra1 dan Agussabti1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Aceh, (2) menyusun strategi pemberdayaan masyarakat, (3) mendapatkan lesson learn dari pemberdayaan masyarakat di Doi Tung, Thailand. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo lues, Aceh Tengah, Aceh Utara, Bireun, Pidie, dan Aceh Besar dengan menggunakan metode survei. Jumlah sampel 1.200 orang dengan teknik multi stage sampling. Data primer dikumpulkan dengan wawancara, Focus Group Discussion, dan in-depth interview. Data dianalisis secara descriptive kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggiran hutan Aceh bermata pencaharian di sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan buruh illegal logging dengan rata-rata jumlah pendapatan rumah tangga < Rp 1.000.000, sedangkan jumlah pengeluarannya antara Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000. Secara umum interaksi sosial relatif baik dengan indikasi masih tingginya sifat kegotongroyongan dan perilaku saling peduli dan saling menghormati. Strategi pemberdayaan masyarakat harus terstandardisasi dan berimbang antara fisik dan non fisik (pembinaan) dengan berbasis kebutuhan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat, pemerintah, NGOs dan PT secara sistematis, terorganisir dan berkelanjutan. Lesson learnt yang diperoleh dari pemberdayaan masyarakat Doi Tung, Thailand adalah manajemen pemberdayaan yang sangat baik, dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pada seluruh tahapan agribisnis, mulai agro-input hingga agro-marketing dan agro-penunjang. Perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tentang manfaat hutan dan dampak (resiko) jika ekosistem hutan terganggu, dan pengetahuan mitigasi bencana.

Key Words : Mata Pencaharian, Pemberdayaan, Masyarakat, Hutan

PENDAHULUAN

Aceh mempunyai potensi hutan yang cukup tinggi dengan luas hutannya sekitar 3.588.135 ha atau 62,55 % dari luas wilayah Provinsi Aceh, namun kelimpahan sumberdaya tersebut tidak tercermin dari kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan Aceh. BNN (2011) menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di pinggiran hutan di Aceh berada dalam keadaan miskin dengan pendapatan kurang dari Rp 1 juta per bulan. Walhi (2012) mengatakan bahwa eksploitasi sumberdaya alam (hutan) di Aceh secara tidak bijaksana akan memperburuk kondisi perekonomian masyarakat Aceh, khususnya mereka yang tinggal di sekitar hutan.

1

(2)

Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable), namun jika tidak dikelola dengan baik (berkelanjutan) maka sumberdaya ini bisa musnah (habis). Jika hutan terganggu (rusak), maka Daerah Aliran Sungai (DAS) akan bermasalah, seperti erosi, pendangkalan sungai, dan lain-lain. Penyebab kerusakan hutan di Aceh disinyalir karena ulah keserakahan manusia, baik oleh pengusaha pemegang HPH, illegal logging, atau aktivitas mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan.

Salah satu cara untuk mengurangi tekanan terhadap hutan dan DAS dapat dilakukan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995). Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et al., 1994). Definisi pemberdayaan ini menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan kondisi sosial budaya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Aceh, (2) menyusun strategi pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Aceh, (3) menyajikan lesson learn dari pengalaman pemberdayaan masyarakat di Doi Tung, Thailand.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) kabupaten dalam Provinsi Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Gayo lues, Aceh Tengah, Aceh Utara, Bireun, Pidie, dan Aceh Besar pada Tahun 2010. Lingkup penelitian terbatas pada mengidentifikasi mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan Aceh dan menyusun strategi pemberdayaan masyarakat sehingga mereka lebih berdaya untuk masa yang akan datang.

(3)

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan Aceh memiliki karakteristik seperti berikut: (a) Sebagian besar merupakan kelompok usia produktif (18 s/d 55 tahun), hanya sebagai kecil yang berusia balita, anak-anak dan lansia (dia atas 55 tahun); (b) Sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah (tamat SD dan SMP) bahkan ada yang tidak tamat SD, hanya sebagian kecil yang berpendidikan tingkat SLTA; (c) Sebagian besar masyarakat sudah cukup lama tinggal di pinggiran atau di hutan (secara turun temurun); dan (d) Jumlah anggota keluarga, sebagian besar 3 – 5 orang, (e) Sebagian kecil keluarga dikepalai oleh perempuan (janda) dengan jumlah tanggungan kecil (kurang dari 4 orang).

2. Mata Pencaharian dan Pendapatan

Mata pencaharian utama sebagian besar di bidang pertanian (petani sawah, perkebunan, dan hortikultura). Sedangkan Mata pencaharian samping pada sub-sektor peternakan seperti unggas, kerbau, sapi dan kambing. Jenis tanaman andalan yang dikerjakan sangat tergantung daerah seperti padi, jagung, kacang panjang, cabe, kakao, kopi, kelapa, pinang, pisang, tembakau, dan lain-lain. Mata pencaharian non pertanian, seperti dagang, tukang/buruh bangunan, buruh logging, dan lain-lain.

Dalam memasarkan hasil panen, sebagian besar masyarakat berhubungan dengan agen dan atau tengkulak yang datang ke desa atau ke kecamatan. Sebagian besar kepala keluarga memiliki penghasilan rendah (lebih kecil dari Rp. 1.000.000,-) per bulan. Sedangkan pengeluaran secara rata-rata perbulan melebih penghasilan (berkisar Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-). Pengeluaran ini ada kaitannya dengan jumlah tanggungan kepala keluarga yaitu sebagian memiliki tanggungan 3 s/d 4 orang dan sebagaian lainnya lebih dari 4 orang.

3. Kondisi Sosial Budaya

Secara umum interaksi sosial relatif baik dengan indikasi masih tingginya sifat kegotongroyongan dalam berbagai kegiatan, meskipun jumlah pertemuan yang diprakarsai gampong relatif kecil, saling peduli dan saling menghormati. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pembudidayaan tanaman dan menajemen/pengelolaan usaha kebun masih rendah. Sebagian besar masyarakat memiliki kepatuhan hukum yang “tinggi”, namun karena keterbatasan pengatahuan tentang hukum kadang dalam berkehidupan terjadi pelanggaran seperti penanaman ganja dan illegal loging.

Kondisi infrastruktur disetiap desa cukup beragam, namun umumnya tidak memiliki infrastruktur publik yang lengkap. Jalan menuju desa survey umumnya kurang baik (sebagian berbatuan), tidak memiliki fasilitas air bersih (umumnya menggunakan air sumur), ada desa yang tidak memiliki gedung sekolah dasar, tidak memiliki pasar desa, dan puskesmas pembantu, namun seluruh desa telah memiliki jaringan listrik (PLN).

(4)

4. Strategi Pemberdayaan

Pemberdayaan ekonomi melalui alternative development harus mampu menjadi salah satu sentra (pusat) bagi pengembangan masyarakat di perdesaan. Pemberdayaan ekonomi harus mengacu pada kebutuhan masyarakat lokal dan dibangun dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dilaksanakan secara terintegrasi dari aspek lainnya di masyarakat dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat. Kenyataannya konsep pemberdayaan ekonomi seperti yang dimaksud belum teraplikasi secara optimal. Berdasarkan temuan lapangan, ada beberapa isu utama yang menyebabkan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar hutan belum optimal, yaitu:

1. Masih banyak lahan masyarakat yang belum dimanfaatkan dengan berbagai alasan, seperti kekurangan modal dan sarana produksi pertanian,

2. Beberapa lahan yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian pangan dan perkebunan seperti (kakao dan karet), namun masih kurang terawat akibat kurang dukungan pendanaan dan modal kerja,

3. Masih kurangnya penyuluhan dan pemberdayaan ekonomi yang terpadu dan komprehensif sebagai akibat dari rendahnya kapasitas SDM,

4. Kurangnya sinkronisasi kebijakan, pendanaan, pembinaan dan pemberdayaan pemerintah dan lembaga non-pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat lokal sehingga lemahnya dampak pemberdayaan ekonomi selama ini terhadap aktivitas penghidupan masyarakat

5. Lemahnya pemahaman pelaksana program pemberdayaan terhadap kebutuhan masyarakat lokal sehingga rendahnya partisipasi dan akses masyarakat terhadap kegiatan pemberdayaan ekonomi tersebut.

6. Keterlibatan berbagai komponen terkait dalam pemberdayaan ekonomi belum terkoordinasi dan terintegrasi dengan baik

(5)
[image:5.595.87.526.84.356.2]

Gambar 1. Model dan Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Aceh

Secara skematis menunjukkan bahwa peran dan keterlibatan masing-masing lembaga (PT, pemerintah, non-pemerintah, dan masyarakat) melalui berbagai dukungan dan program dalam pemberdayaan ekonomi akan menentukan keberhasilan program pemberdayaan dalam mencapai outcome yang telah ditetapkan berdasarkan permasalahan temuan lapangan. Dalam mencapai out comes yang telah ditetapkan, dibutuhkan sebuah strategi yang memungkinkan semua komponen terlibat dan seluruh potensi dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kelemahan/masalah kondisi saat ini dan harapan dari masyarakat/stakeholder, maka strategi yang sebaiknya ditempuh untuk menghasilkan out comes dalam pemberdayaan ekonomi dapat ditempuh adalah: (1) strategi pra-intervensi dan (2) strategi intervensi.

1). Strategi Pra-intervensi

Sebelum dilakukannya intervensi dalam implementasi program pemberdayaan ekonomi, perlu dipertimbangkan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan, yaitu:

a. Membangun komunikasi dengan antar komponen yang terlibat dengan tokoh masyarakat lokal: geuchik, tuha puet, ulama setempat, tokoh pemuda, tokoh perempuan. Untuk itu, perlu dibentuk tim yang merupakan representatif dari perwakilan masing-masing komponen yang terlibat.

b. Memfasilitasi capacity building dari tim yang terbentuk sehingga masing-masing komponen mengetahui tugas, tanggung jawab, dan apa yang harus dilakukannya serta tidak ada dominasi dan saling memberdayakan antar komponen yang terlibat. c. Mengidentifikasi permasalahan/isu terkait dengan pemberdayaan ekonomi

masyarakat lokal. Identifikasi masalah ini kadang belum dilakukan dengan baik sehingga program yang disusun sering tidak berorientasi pada solusi atau pemecahan masalah yang dihadapi sehingga tidak menyentuh kebutuhan pembangunan ekonomi masyarakat.

(6)

dihadapi dalam penyusunan program adalah disusun secara tergesa-gesa dan hanya dilakukan oleh segelintir orang dalam tim dan kurang representatif sehingga memiliki banyak kelemahannya. Oleh sebab itu, program-program pemberdayaan ekonomi ke depan yang dirancang ke depan harus memperhitungkan (a) inovasi yang melekat pada program, (2) besarnya dana, sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya yang mendukung program, dan (3) menjawab persoalan ekonom dan berbasis pada kebutuhan masyarakat lokal.

e. Menyusun rencana implementasi program pemberdayaan ekonomi. Siapa melakukan dan bertanggung jawab terhadap apa yang ingin dicapai berdasarkan program yang telah disusun dan out comes yang diharapkan.

2). Strategi Intervensi

Setelah adanya tim yang terseleksi dengan baik dan program pemberdayaan ekonomi, maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan, yaitu:

a. Meningkatkan sosialisasi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Program pemberdayaan ekonomi ke depan perlu dirancang secara seimbang antara fisik dan non-fisik sehingga tidak menimbulkan bias dalam implementasi program. Dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu keberdayaan masyarakat terperbaiki.

b. Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah dan membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa pemberdayaan ekonomi harus berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat. Oleh sebab itu, apabila dapat dilakukan identifikasi masalah dengan melibatkan masyarakat dan mampu membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa pemberdayaan ekonomi berasal dari, oleh, dan untuk masyarakat, maka dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu partisipasi dan akses masyarakat terhadap kegiatan ekonomi meningkat.

c. Menyelenggarakan pelatihan berbasis kebutuhan masyarakat dan pelaksana program dengan didukung dengan ketersediaan anggaran yang memadai dan berkelanjutan. Dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu Pembangunan Kapasitas Mutu/kualitas masyarakat meningkat.

d. Mengidentifikasi dan menggerakkan tokoh atau organisasi masyarakat potensial (geuchik, aso lhok, tuha peut, imam, mukim) sebagai penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat bersama pelaksana program. Dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu terjadinya integrasi Program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

e. Melakukan advokasi kepada pemerintah. Dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu dukungan kebijakan pemerintah dalam program pemberdayaan ekonomi pada masa mendatang.

f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta pertemuan secara berkelanjutan. Dari kegiatan ini diharapkan akan mencapai indikator out comes pemberdayaan ekonomi yaitu kesinambungan pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi.

5. Lesson Learn dari Doi Tung Project, Thailand

(7)

tandus, gersang penuh masalah dengan lingkungan menjadi daerah hortikultura dan perkebunan yang membanggakan bahkan sentra produksi andalan dan menjadi daerah wisata terkenal.

Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat ini telah menyebabkan Doi Tung berkembang sangat fenomenal, bahkan menjadi nama sebuah district tersendiri dalam Provinsi Chiang Rai, serta telah menjadi obyek wisata utama (agrowisata) yang banyak dikunjungi masyarakat atau wisatawan. Kerja keras dan menggerakkan semua elemen menjadi kunci sukses mereka dalam melakukan perubahan dan pemberdayaan masyarakat, serta menata daerah menjadi objek wisata yang sangat menarik, menghasilkan berbagai produk berkualitas. Tanaman Kopi dan Makadamia telah dipilih untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus untuk konservasi. Kopi ditanam di bawah tegakan makadamia, yang kedua produk tanaman ini sudah banyak berproduksi dan sudah menjadi brand name dari Doi Tung.

Promosi intensif dan pengemasan yang menarik telah meningkatkan citra dan permintaan akan produk ini. Pendekatan pengembangan tanaman adalah pertanian organik (minimalisasi penggunaan agrochemical), integrated farming antar komoditas, pendekatan konservasi sumberdaya alam dan sustainable development, serta sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan mengajak mereka terlibat dalam pengembangan tanaman dan pengolahan hasil (awalnya sebagai pekerja, namun kemudian menjadi plasma dari perkebunan ini).

Pabrik aneka keramik, kertas spesifik dari bahan lokal, kain tenun (weaving) dan pengolahan kopi Doi Tung yang kesemuanya merupakan bagian dari kegiatan Doi Tung Development Project yang dikelola MFLF (Mae Fah Luang Fond) untuk memberdayakan masyarakat (pendidikan dan keahlian), menyediakan lapangan kerja (termasuk bagi kaum wanita), sekaligus memanfaatkan dan mempromosikan potensi setempat. Pada kegiatan ini banyak melibatkan kaum wanita, sehingga mereka dapat diberdayakan .dalam kegiatan perekonomian. Kegiatan masyarakat ini selalu diberikan bimbingan dalam upaya peningkatan produksi, multi performance produk (termasuk desain dan sentuhan akhir) dengan melibatkan para profesional.

Berbagai produk jadi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dicakup dalam pengelolaan MFLF selalu dipromosikan dan diikutkan dalam even nasional dan internasional, sehingga membentuk citra dan brand image sendiri bagi konsumen. Saat ini Doi Tong Coffee dan Doi Tung Macadamia sudah banyak di kenal di tingkat internasional dan menjadi oleh-oleh khas bagi orang yang berkunjung ke Thailand (dijual di berbagai tempat strategis). Bahan pakaian maupun pakaian jadi dengan desain yang menarik dan artistik dengan merek Doi Tung Fashion juga sudah banyak dikenal dan menjadi trade mark produk Thailand. Lebih dari itu berbagai produk dan desain pakaian hasil tenun masyarakat telah diikutkan pada berbagai acara international fashion show, dan tidak kalah bersaing dengan hasil fashion desainer kelas dunia lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

2. Pemberdayaan masyarakat harus terstandardisasi dan berimbang antara fisik dan non fisik (pembinaan) dengan berbasis kebutuhan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi secara sistematis, terorganisir dan berkelanjutan.

3. Lesson learnt yang diperoleh dari pemberdayaan masyarakat Doi Tung, Thailand adalah manajemen pemberdayaan yang sangat baik, dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pada seluruh tahapan agribisnis, mulai agro-input hingga agro-marketing dan agro-penunjang. Hal lain yang bisa dipetik adalah kerja keras dengan menggerakkan semua stakeholders, meningkatkan kapasitas masyarakat (pendidikan dan keahlian), menyediakan lapangan kerja (termasuk bagi kaum wanita), memanfaatkan dan mempromosikan potensi setempat. Pendekatan pengembangan tanaman adalah pertanian organik, integrated farming antar komoditas, pendekatan konservasi sumberdaya alam dan sustainable development. 4. Salah satu cara untuk mengurangi terhadap kerusakan hutan di Provinsi Aceh, maka

perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan melalui mata pencaharian alternatif (Alternative Development), seperti yang dilakukan di Doi Tung, Thailand.

5. Dalam melakukan pemberdayaan tersebut, perlu melibatkan masyarakat, pemerintah, NGOs, dan Perguruan Tinggi (PT) mulai dari perencanaan program, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi secara sistematis, terorganisasi, dan berkelanjutan.

6. Perlu diberikan pemahaman kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tentang manfaat hutan dan dampak (resiko) jika ekosistem hutan terganggu, dan pengetahuan mitigasi bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional, 2011. Survey Pemetaan Wilayah dan Area Ganja Serta Karakteristik Petani Di Aceh Dalam Kaitannya dengan Pelaksanaan Program Alternative Development. BNN, Jakarta.

Mae Fah Luang Foundation. http://www.maefahluang.org/index.php. Diakses Tanggal 20 Maret 2013

Ife, J. (1995), Community Development, Creating Community Alternatives – Vision, Analysis and Practice, Melbourne, Longman.

Parsons, Ruth J., James D. Jorgensen, Santos H. Hernandez, 1994. The Integration of Social Work Practice. Wadsworth, Inc., California.

Suharto, E, 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan-STKS

Walhi 2012. Potensi Kerusakan Hutan Aceh Masih Tinggi.

Gambar

Gambar 1.  Model dan Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Hutan Aceh

Referensi

Dokumen terkait

Preferensi Petani Terhadap Karakteristik Beberapa Varietas Bawang Merah Sebelum mengetahui tingkat preferensi total maka terlebih dahulu mencari tingkat preferensi rerata dan rerata

Pengujian sensitivitas lainnya (untabu- lated) adalah dengan menggunakan absolute discretionary accruals (AbsDAC) sebagai varabel terikat sebagaimana yang dilakukan oleh

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh NEM, motivasi dan kedisplinan terhadap prestasi belajar oleh [3] bahwa ada pengaruh antara NEM, tingkat kedisiplinan dan

Lebih naas lagi, kini bukan saja masyarakat luar yang membenci Indung, kedua orang tua dan semua saudaranya pun marah pada- nya!. Mereka merasa malu mempunyai bayi yang lahir

Rene Van de Carr, dkk, bahwa The Prenatal Enrichment di Hua Chiew General Hospital di Bangkok Thailand yang dipimpin C.Panthura-amphorn, telah melakukan penelitian bahwa bayi

Dari penelitian ini yang telah dilakukan, maka sistem dapat mengimplementasikan metode Least Sqaure untuk menghitung prediksi menentukan jumlah pendaftaran calon mahsiswa

Bagi para pembela etika kepedulian, pandangan semacam ini tidak hanya memosisikan etika kepedulian sebagai universalisasi dari pilihan bebas individu untuk masuk dalam

Pengaruh Suhu Kempa dan Komposisi Perekat Asam Sitrat – Pati terhadap Sifat Fisika Mekanika Papan Partikel.. Bambu