• Tidak ada hasil yang ditemukan

nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "nn"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Terdapat pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki guru terhadap kinerja guru, ini berarti bahwa salah satu faktor kinerja guru ditentukan oleh kecerdasan emosional yang dimiliki guru. thitung = 14,661, sehingga th = 14,661> tt = 2,576. Dengan demikian, hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima, yang berarti koefisien korelasi sangat signifikan. Jadi, terdapat hubungan positip antara kecerdasan emosional (X1) dengan kinerja guru. Koefisien determinasi kecerdasan emosional yang dimiliki guru dengan kinerja guru ditentukan oleh nilai R2 = 0,630. Hal ini menunjukkan 63% variansi kemampuan kinerja guru (Y) dapat ditentukan oleh kecerdasan emosional yang dimiliki guru (X1). Apabila dibandingkan dengan faktor budaya sekolah dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, maka besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru menduduki urutan kedua setelah budaya sekolah.

(2)

H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima, yang berarti koefisien korelasi sangat signifikan. Jadi, terdapat hubungan budaya sekolah (X2) terhadap kinerja guru (Y). Koefisien determinasi budaya sekolah dengan kinerja guru ditentukan oleh nilai R2 = 0,673 Hal ini menunjukkan 67,30% variansi kinerja guru (Y) dapat ditentukan oleh budaya sekolah (X2). Jika dilihat dari urutan besarnya pengaruh dibandingkan dengan faktor kecerdasan emosional dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, maka faktor budaya sekolah paling besar pengaruhnya terhadap kinerja guru.

5.1.3 Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. dan thitung = 15,512. sehingga th = 15,512 > tt = ± 2,576. Dengan demikian, hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima, yang berarti koefisien korelasi sangat signifikan. Jadi, terdapat hubungan positip antara gaya kepemimpinan kepala sekolah (X3) dengan kinerja guru. Koefisien determinasi gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru ditentukan oleh nilai R2=0,562. Hal ini menunjukkan 56,20% variansi kinerja guru (Y) dapat ditentukan oleh gaya kememimpinan kepala sekolah. Besarnya pengaruh variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah menduduki peringkat terendah jika dibandingkan dengan variabel lainnya yaitu budaya sekolah dan kecerdasan emosional.

(3)

besarnya R2 0,801 yang berarti bahwa kinerja guru ditentukan sebanyak 80,10% oleh faktor kecerdasan emosional, budaya sekolah, dan kepemimpinan kepala sekolah. Sedangkan sisanya sebeSar 19,90% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. 5.2 Saran

5.2.1 Menciptakan asah, asuh, dan asih di lingkungan sosial sekolah akan mampu meningkatkan kecerdasan emosional yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan kinerja guru.

5.2.2 Membiasakan perilaku atau perbuatan yang sesuai dengan nilai dan norma yang baik melalui peraturan dan tata tertib di sekolah dapat mampu menumbuhkan budaya sekolah yang akan diinternalisasikan dalam perilaku warga sekolah.

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting dalam membantu peserta didik untuk membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan mengembangkan logika intelektual serta menciptakan kondisi-kondisi untuk keberhasilan dalam belajar. Peran ini menandakan bahwa guru sebagai pelaku dalam penyelenggaraan pendidikan memikul tanggung jawab utama dalam transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari tidak terampil manjadi terampil, dan dari ketergantungan menjadi mandiri.

Keberadaan sosok guru dalam masyarakat diposisikan sebagai agen pembaharuan yang diharapkan bisa memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung keberhasilan pembelajaran sesuai kebutuhan masyarakat yang dinamis. Akan datang pembelajaran bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berfikir, bertanya, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya.

(5)

dapat memadai dan sesuai dengan tujuan institusional yang telah ditetapkan. Hasil belajar dalam konteks ini, dimaknai sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Pada pendidikan dasar khususnya sekolah dasar, dimana isi kegiatan belajar berupa materi dasar yang secara fungsional sebagai prasyarat bagi pengembangan kepribadian anak melalui seperangkat pengetahuan, sikap dan keterampilan, menuntut guru untuk merancang dan melaksanakan materi pembelajaran yang mampu menciptakan dan mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan menjadi kesatuan yang lebih berarti bagi kehidupan dan pengembangan kepribadian. Hasil belajar akan dapat maksimal, apabila dibarengi dengan usaha-usaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi, konsekuensinya guru dituntut untuk merancang dan melaksanaan metode pembelajaran yang mampu menciptakan dan mengenalkan sumber-sumber belajar menjadi kesatuan yang lebih berarti. Di sisi lain, guru memiliki seperangkat keterbatasan terutama yang berkaitan kualitas personal dalam memahami, mewujudkan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi yang makin dinamis.

(6)

berupa pencapaian hasil belajar peserta didik yang bernakna dan bermutu. Namun menurut Usman (2009:19), berdasarkan fakta empiris menunjukkan bahwa kinerja lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia jauh dari memadai.

Undang-undang guru dan dosen merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru di samping juga meningkatkan kesejahteraan guru. Upaya peningkatan kompetensi ditunjukkan dengan adaya kualifikasi pendidikan minimal sarjana bagi guru, baik guru pada pendidikan dasar maupun menengah dan uji sertifikasi guru dalam jabatan. Sedangkan peningkatan kesejahteraan adalah diberikan tunjangan bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidikan sebesar gaji pokok. Namun demikian, sampai saat ini upaya tersebut masih belum tampak jelas korelasinya dengan peningkatan kinerja guru dan kualitas pendidikan.

Kinerja guru (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerja sama dengan semua warga sekolah.

(7)

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi(Goleman, 2000). Dengan kemampuan ini maka guru akan mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan disekitarnya dan memilki keterampilan sosial yang akan meningkatkan kualitas pemahaman mereka tentang kinerja karena pelaksanaan tugasnya dilakukan dengan didasari oleh kesadarannya sendiri.

Mengembangkan budaya sekolah dapat dimulai dari hal-hal yang dianggap kecil tetapi akan berdampak besar apabila terus dikembangkan dan dibiasakan, seperti membiasakan berbicara yang sopan dan santun, membiasakan mentaati tata terib sekolah, membiasakan menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah, membiasakan disiplin dalam belajar, membiasakan meraih prestasi yang tinggi, membiasakan hidup bersih dan sehat, membiasakan mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dan lain-lain, hal tersebut di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Maxwell dalam (Matondang,2008:39) bahwa: ” Pertama kita

bentuk kebiasaan-kebiasaan kita, setelah itu kebiasaan-kebiasaan tersebutlah yang akan membentuk kita”.

(8)

baik yang berorientasikan kepada pekerjaan (task) ataupun yang berorientasi kepada bentuk-bentuk perilaku (behavioral), kedua-duanya harus dijalankan secara proporsional.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa guru memiliki peran penting dan strategis dalam mencapai tujuan instruksional, kurikuler, institusional, sampai pada tujuan pendidikan nasional. Berhasil tidak pencapaian tujuan tersebut tetunya dapat diestimasi dengan melihat kinerja guru. Jika kinerja guru baik tentu optimisme pencapaian tujuan semakin besar, sebaliknya jika kinerja guru jelek, maka berarti pesimismelah yang semakin besar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikan sebagai berikut.

1.2.1 Rendahnya kualitas pendidikan merupakan pencerminan dari kinerja guru yang masih rendah

1.2.2 Kajian kinerja guru penting dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh secara signifikan

1.2.3 Kinerja guru dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal 1.2.4 Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor internal yang

diduga berpengaruh terhadap kinerja guru

1.2.5 Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor-faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap kinerja guru. 1.2.6 Budaya sekolah merupakan faktor-faktor eksternal yang diduga

(9)

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan, baik waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini membatasi kajian pada kecerdasan emosional, gaya kepemimpinan, dan budaya sekolah sebagai faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki guru terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus? 1.4.2 Apakah terdapat pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SD di

Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus?

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus?

1.4.4 Apakah terdapat hubungan kecerdasan emosional, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan budaya sekolah terhadap kinerja guru SD di

Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.

1.5.1 Pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki guru terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

(10)

1.5.3 Pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

1.5.4 Hubungan kecerdasan emosional, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan budaya sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

1.6 Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.7.1 Terdapat pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki guru terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

2.7.2 Terdapat pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

2.7.3 Terdapat pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus.

Referensi

Garis besar

nn

Dokumen terkait

BELAJAR GITAR DENGAN INTERAKTIF MACROMEDIA FLASH MX adalah salah satu aplikasi sarana multimedia yang berisi informasi tentang pelajaran bermain gitar. Aplikasi ini di tampilkan

-Teleologi, mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam raya berproses menuju suatu tujuan,

Lebih lanjut, Menurut Fandy, Gregorius dan Dadi (2008), bahwa salah satu manfaat spesifik kepuasan berdampak positif pada loyalitas. Maka tidak diragukan

Berdasarkan dengan kenyataan yang ada maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran word square pada pembelajaran Bahasa Inggris kelas V MIN 08 Bandar Lampung,

(m.1343H) yang merupakan guru Sheikh Yasin al-Fadani sendiri), Maka saya mengumpulkan sebanyak empat puluh Hadith dari empat puluh kitab dengan sanad-sanadku dalam

film mahabharata bahasa indonesia antv, download film mahabharata bahasa indonesia antv, film mahabharata antv bahasa indonesia full episode, film india mahabharata antv

Data adalah hasil pencatatan penelitian baik berupa fakta atau angka. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah penelitian kuantitatif. Dalam pembelajaran Seni Budaya ini

Yesus bertanya, ”Menurutmu siapakah dia?” Saya berkata, “Tuhan itu adalah isteriku\.” Saya berkata, “Tuhan tidakkah Kau dengar, saya punya dua anak laki-laki yang harus