• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB SATU SANG PENYIHIR DAN KUALI MELOMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB SATU SANG PENYIHIR DAN KUALI MELOMPAT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB SATU

SANG PENYIHIR DAN KUALI M ELOM PAT

Pada suat u masa, hiduplah penyihir t ua baik hat i yang menggunakan sihirnya dengan murah hat i dan bijak unt uk menolong para t et angganya. Bukannya menyombongkan sumber kekuat an sihir yang dia miliki, si penyihir berpura-pura mengatakan bahw a, semua ramuan, jimat , dan obat penaw ar yang dia berikan, muncul begit u saja dari kuali kecil yang dia sebut sebagai kuali keberunt ungan. Bahkan dari t empat -t empat yang jauh banyak orang dat ang kepadanya, membaw a berbagai macam masalah. Dan si penyihir dengan senang hat i akan mengaduk kualinya, lalu membereskan masalah mereka.

Penyihir yang dicint ai banyak orang ini hidup bahagia sampai t ua, lalu meninggal dunia. Si penyihir mew ariskan seluruh hart anya kepada sat u-sat unya anak laki-laki yang dia miliki. Tet api sifat sang anak berkebalikan dari ayahnya yang lembut hat i. M enurut anak ini, orang-orang yang t idak memiliki kekuat an sihir sama sekali t ak berharga, hingga dulu mereka sering bert engkar t ent ang kebiasaan ayahnya memberikan bant uan sihir kepada para t et angga.

Set elah kemat ian ayahnya, anak laki-laki menemukan bungkusan kecil yang t ersembunyi di dasar kuali t ua milik ayahnya, dan namanya t ert era di bungkusan t ersebut . Dia membuka bungkusan it u, berharap akan menemukan emas, t et api hanya menemukan sepat u yang halus, tebal, ukurannya t erlalu kecil unt uk dipakai, dan hanya sebelah. Di dalam sepat u it u t erdapat sepot ong kain bert uliskan, “ Anakku, harapan t erbesarku adalah kau t ak akan pernah membut uhkan sepat u ini.”

Anak laki-laki it u memaki kepikunan ayahnya, lalu melemparkan sepat u it u kembali ke dalam kuali, dan memut uskan unt uk menggunakan kuali t ersebut sebagai t empat sampah mulai esok hari.

M alam it u juga seorang perempuan pet ani menget uk pint u depan.

“ Cucu perempuanku t erkena penyakit kut il parah, Sir,” kat anya pada anak laki-laki sang penyihir. “ Biasanya ayahmu membuat kan ramuan khusus di kuali t ua…”

“ Pergi! ” seru si anak lelaki. “ Apa peduliku pada kut il cucumu yang nakal?” Dan dia membant ing pint u di hadapan perempuan t ua it u.

Saat it u juga t erdengar suara berisik dari dapurnya.si penyihir menyalakan t ongkat sihirnya dan membuka pint u dapur. Dan di sana, dia sangat t akjub ket ika melihat kuali t ua milik ayahnya: t umbuh sat u kaki perunggu dari dasar kuali, kuali it u melompat -lompat di t empat , di tengah-t engah dapur, membuat suara yang sangat berisik ket ika kaki perunggunya berdent am-dent am di lant ai bat u. Si penyihir mendekat i kuali it u dengan keheranan, t api langsung mundur ket ika melihat seluruh permukaan kuali dipenuhi kut il.

“ Benda menjijikkan!” serunya. Pert ama-t ama dia mencoba me-Lenyap-kan kuali it u, lalu berusaha membersihkan kuali dengan sihir, dan akhirnya memaksa kuali pergi dari rumahnya. Tapi t ak sat u pun mant ranya berhasil, dan dia t ak mampu mencegah kuali it u melompat -lompat mengejarnya keluar dapur, lalu mengikut inya ke kamar t idur, t erus melompat dengan berisik di set iap anak t angga kayu. Semalaman si penyihir t ak bisa t idur karena kuali it u t erus-menerus melompat di sebelah ranjangnya. Dan keesokan paginya, saat dia hendak sarapan, kuali it u juga t erus melompat -lompatmengejarnya hingga ke meja makan. Klont ang, klont ang, klont ang, begit ulah bunyi kuali berkaki perunggu. Si penyihir bahkan belum sempat memakan buburnya ket ika t erdengar ket ukan lagi di pint u.

(2)

“ Keledai t uaku, Sir,” jelas si laki-laki t ua. “ Keledaiku hilang, at au dicuri orang. Tanpa keledai it u aku t ak bisa membaw a barang dagangan ke pasar, dan nant i malam keluargaku past i akan kelaparan.”

“ Dan aku sudah kelaparan sekarang!” jerit si penyihir, lalu membant ing pint u si depan laki-laki t ua it u. Klont ang, klont ang, klont ang, begit ulah bunyi kaki perunggu si kuali saat melompat -lompat di lant ai. Tapi sekarang suaranya bercampur dengan lenguhan keledai dan erangan manusia yang sakit menahan lapar, semuanya bergema dari dalam kuali.

“ Jangan melompat -lompat . Diamlah! ” pekik si penyihir, t api seluruh kekuatan sihir yang dia miliki t ak mampu membuat kuali kut ilan it u diam. Kuali it u teru saja melompat -lompat , mengikut inya sepanjang hari, melenguh dan mengerang dan mengeluarkan suara berisik, t ak peduli apa yang dilakukan si penyihir dan kemana dia pergi.

Sore it u t erdengar ket ukan ket iga di pint u, dan di ambang pint u berdiri seorang perempuan muda yang menangis begit u sedih, seakan hat inya akan pat ah.

“ Bayiku sakit amat parah,” kat anya. “ M aukah kau menolong kami? Ayahmu menyuruhku dat ang kapan pun aku punya masalah…”

Tapi si penyihir membant ing pint u di hadapan perempuan muda it u.

Dan sekarang kuali penyiksa it u t erisi penuh dengan air asin, menumpahkan air mat a ke seluruh lant ai saat dia melompat , melenguh, mengerang, dan mengeluarkan kut il lebih banyak lagi.

M eskipun sepanjang minggu it u t ak ada lagi penduduk desa yang dat ang meminta bant uan kepada si penyihir, kuali berkaki t erus memberit ahunya t ent ang berbagai penyakit dan kemalangan penduduk desa. Hanya dalam beberapa hari, kuali it u bukan hanya melenguh dan mengerang dan menumpahkan air mat a dan melompat -lompat dan mengeluarkan kut il, t api juga t erbat uk-bat uk dan munt ah-munt ah, menangis sepert i bayi, mengaing sepert i anjing, menumpahkan keju basi dan susu asam dan siput -siput yang kelaparan.

Sang penyihir t ak bisa t idur at au makan karena kuali it u t erus mengikut inya. Tapi kuali berkaki t ak mau pergi, dan si penyihir t ak mampu membuat kuali it u diam at au memaksanya berhent i melompat -lompat . Akhirnya sang penyihir t ak t ahan lagi.

“ Baw alah semua masalahmu, semua kesulit anmu, dan semua keluhanmu! ” t eriaknya sambil berlari di t engah gelapnya malam, menuju jalan desa, dengan kuali yang melompat -lompat di belakangnya. “ Ayo! Biarkan aku menyembuhkanmu, memperbaiki keadaanmu dan menghiburmu! Kuali ayahku ada di sini, dan aku akan membuat kalian sembuh! ”

Dengan kuali yang terus melompat di belakangnya, si penyihir berlari sepanjang jalan, mendaraskan mant ra keset iap arah.

Di dalam salah sat u rumah, kut il-kut il anak perempuan it u lenyap saat dia t idur; keledai yang hilang di-Panggil dari lapangan penuh t anaman berduri dan dikembalikan ke kandangnya dengan selamat ; bayi yang sakit diberi ramuan dit t any—salah sat u jenis t anaman mint berbunga ungu hingga put ih—dan t erbangun, sehat kembali, dan pipinya merona merah. Di set iap rumah yang penghuninya sakit dan sedih, sang penyihir berusaha membant u sebaik mungkin, dan perlahan-lahan kuali di sebelahnya berhent i mengerang dan munt ah-munt ah, dan mulai t erdiam, bersih mengilap.

“ Bagaimana sekarang, Kuali?” t anya sang penyihir yang gemet ar kelelahan ket ika mat ahari mulai t erbit . Kuali it u memunt ahkan sepat u sebelah yang dulu dilemparkan sang penyihir ke dalamnya, lalu

mengizinkan sang penyihir memakaikan sepat u it u ke kaki perunggunya. Bersama-sama, mereka

(3)

it u hingga set erusnya, sang penyihir membant u penduduk desa sepert i ayahnya dulu. karena kalau t idak, kuali it u akan melepas sepat unya dan mulai melompat -lompat lagi.

BAB DUA

AIR M ANCUR M UJUR M ELIM PAH

Jauh di at as bukit , dalam sebuah t aman ajaib yang dikelilingi dinding-dinding t inggi sert a dilindungi sihir yang kuat , berdirilah Air M ancur M ujur M elimpah.

Sekali set ahun, pada jam-jam di ant ara t erbit dan t enggelamnya mat ahari di hari t erpanjang dalam t ahun it u, sat u orang yang t ak mujur mendapat kesempat an unt uk berjuang mencari jalan ke Air M ancur, membasuh diri di sana, dan mendapatkan kemujuran yang melimpah unt uk selama-lamanya.

Pada hari yang t elah dit ent ukan, rat usan orang dat ang dari seluruh penjuru kerajaan agar mereka dapat sampai di dinding-dinding t aman sebelum fajar t iba. Laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, t ua dan muda, memiliki kekuat an sihir maupun t idak, mereka semua berkumpul di t engah gelapnya malam, masing-masing berharap dirinyalah yang akan berhasil memasuki t aman ajaib.

Penyihir pert ama, bernama Asha, menderit a sakit yang t ak bisa disembuhkan t abib mana pun. Dia berharap Air M ancur akan menghilangkan semua sakit -penyakit nya dan memberinya umur panjang sert a kebahagiaan.

Penyihir kedua, bernama Alt heda, bercerit a bahw a rumah, emas, dan t ongkat sihirnya t elah dicuri seorang penyihir jahat . Dia berharap Air M ancur akan mengembalikan kekuat an sert a kekuat annya. Penyihir ket iga, bernama Amat a, t elah dit inggalkan oleh pria yang sangat dicint ainya hingga Amat a berpikir hat inya t akkan pernah sembuh lagi. Dia berharap Air M ancur akan membebaskannya dari duka dan rasa rindu.

Karena saling mengasihani, ket iga perempuan it u set uju bahw a jika mendapat kesempat an, mereka akan bersat u dan berusaha mencapai Air M ancur bersama-sama.

Langit mulai disinari cahaya pert ama mat ahari t erbit , dan ada celah kecil di dinding yang t erbuka. Kerumunan orang it u mendesak maju, set iap orang berseru bahw a merekalah yang berhak at as keajaiban Air M ancur. Sulur-sulur t anaman merambat dari t aman ajaib menjulur di ant ara kerumunan orang, dan melingkar mengikat penyihir pert ama, Asha. Asha menggapai pergelangan t angan penyihir kedua, Alt heda, yang mencengkeram ujung jubah penyihir ket iga, Amat a.

Dan Amat a t ersangkut pada baju besi seorang kesat ria kumal yang duduk di at as kuda kurus kering. Tanaman merambat it u menarik ket iga penyihir masuk ke celah kecil di dinding, dan sang kesat ria t ert arik dari kudanya, di belakang ket iga penyihir.

Seruan-seruan marah dari kerumunan orang yang kecew a memenuhi udara pagi, lalu kerumunan it u t erdiam ket ika dinding-dinding t aman t ert ut up kembali.

Asha dan At helda marah kepada Amat a yang t ak sengaja menarik sang kesat ria masuk ke t aman bersama mereka.

“ Hanya sat u orang yang dapat membasuh diri di Air M ancur! Sudah cukup sulit menent ukan siapa di ant ara kit a yang berhak melakukannya, dan sekarang ada t ambahan seorang lagi! ”

(4)

kesat ria, memperhat ikan bahw a ket iga perempuan yang bersamanya adalah penyihir. Dan karena dia t idak memiliki kekuat an sihir, ket erampilan hebat dalam berduel dengan t ongkat besar sambil berkuda, berduel dengan pedang, maupun ket erampilan lain yang berharga, Sir Luckless yakin dia t ak mungkin mengalahkan ket iga perempuan it u mencari jalan menuju Air M ancur. Sebab it ulah Sir Luckless menyat akan keinginannya unt uk mundur dan keluar dari dinding-dinding yang mengelilingi t aman it u. M endengar ini, Amat a juga menjadi marah.

“ Pengecut ! ” kat anya mencemooh sang kesat ria. “ Tariklah pedangmu, Kesat ria, dan bant u kami mencapai t ujuan! ”

Demikianlah ket iga penyihir dan kesat ria menyedihkan it u masuk lebih jauh ke t aman ajaib. Tanaman-t anaman obaTanaman-t langka dan berbagai jenis buah serTanaman-t a bunga Tanaman-t umbuh melimpah mengapiTanaman-t jalan seTanaman-t apak yang dit erangi cahaya mat ahari. Tak sat u pun rint angan mereka t emui sampai mereka mencapai kaki bukit t empat Air M ancur berdiri.

Di sana, seekor cacing put ih raksasa melingkar di dasar bukit , mat anya but a dan tubuhnya membengkak. Ket ika mereka semakin mendekat , cacing it u berbalik dan memperlihat kan w ajahnya yang jelek, lalu mengucapkan serangkaian kat a:

“ Persembahkan kepadaku bukt i sakitmu.”

Sir Luckless menghunus pedang dan mencoba membunuh binat ang it u, t api pedangnya just ru pat ah. Lalu Alt heda melempari cacing it u dengan bat u, sedangkan Asha dan Amat a mendaraskan set iap mant ra yang mungkin dapat menghilangkan sic acing at au membant u mereka melew at inya, t et api kekuat an t ongkat sihir mereka sama t ak bergunanya dengan batu yang dilemparkan Alt heda at aupun pedang besi sang kesat ria: Cacing it u t et ap t ak membiarkan mereka lew at .

M at ahari bergerak semakin t inggi di langit , dan Asha yang put us asa mulai menangis.

Kemudian cacing besar it u mendekat kan w ajahnya dan meminum air mat a yang mengalir di pipi Asha. Set elah hausnya t erpuaskan, cacing it u menggeliat ke samping dan menghilang ke dalam lubang yang t erbuka di t anah.

Gembira karena cacing it u menghilang, ket iga penyihir perempuan dan sang kesat ria mulai mendaki bukit . M ereka yakin dapat t iba di Air M ancur sebelum sore menjelang.

Akan t et api, di t engah perjalanan menaiki lereng t erjal, mereka melihat kat a-kat a yang t erukir di t anah di hadapan mereka:

“ Persembahkan kepadaku buah usahamu.”

Sir Luckless mengambil sat u-sat unya koin yang ia miliki, lalu menaruhnya di sisi bukit berumput it u, t et api koinnya menggelinding ke baw ah dan hilang. Ket iga penyihir dan sang kesat ria t erus mendaki, namun t ak selangkah pun mereka maju, meskipun mereka sudah berjalan selama berjam-jam. Puncak bukit t ak juga semakin dekat , dan ukiran kat a-kat a it u t et ap ada di hadapan mereka.

(5)

“ Jadilah pemberani, t eman-t eman, dan jangan menyerah! ” seru Alt heda sambil menyeka keringat dari keningnya.

Seiring dengan jat uhnya but ir-but ir keringat Alt heda t anah, ukiran kat a-kat a yang menahan laju mereka perlahan-lahan menghilang, dan kini mereka bisa bergerak semakin dekat ke puncak bukit .

Bahagia karena rintangan kedua ini berhasil disingkirkan, mereka berjalan secepat mungkin menuju puncak bukit , sampai akhirnya mereka dapat melihat Air M ancur, gemerlapan bagaikan krist al di baw ah naungan pepohonan dan bunga-bungaan.

Tet api sebelum bisa mencapai Air M ancur, mereka dihadapkan pada anak sungai yang mengelilingi puncak bukit , menghalangi jalan mereka. Di kedalaman air yang bening, t erdapat sebuah bat u halus yang di permukaannya t ertulis:

Persembahkan kepadaku hart a masa lalumu.

Sir Luckless mencoba menyeberangi anak sungai dengan pedangnya, t api perisai it u t enggelam. Ket iga penyihir menariknya dari air, lalu mencoba melompat i anak sungai it u. Namun mereka t idak dapat menyeberanginya, sementara di langit mat ahari mulai t enggelam semakin jauh.

M aka mereka semua memikirkan apakah art i pesan pada bat u it u, dan Amat a yang pert ama kali memahami isi pesan t ersebut . Dengan t ongkat sihirnya, Amat a menarik semua ingat an t ent ang saat -saat bahagia bersama kekasihnya yang hilang dalam benak, lalu menjat uhkan semua ingat an it u ke dalam air yang mengalir deras. Anak sungai menghanyut kan ingat an Amat a, dan t iba-t iba muncul bat u-bat u pijakan di sepanjang anak sungai, dan akhirnya ket iga penyihir sert a sang kesat riabisa melew at i anak sungai, menuju puncak bukit .

Air M ancur M ujur M elimpah berkilau di hadapan mereka, berdiri di antara t anaman obat sert a bunga-bungaan, semuanya lebih langka dan lebih indah daripada yang pernah mereka lihat sebelumnya. Warna langit berubah merah bagaikan permat a rubi, dan t ibalah w akt unya bagi mereka unt uk menent ukan siapa yang akan membasuh diri di Air M ancur.

Tet api, sebelum mereka membuat keput usan, Asha yang lemah t erjat uh ke t anah. Kelelahan akibat perjalanan dan perjuangan mereka menuju puncak bukit , dia hampir mat i.

Ket iga t emannya ingin menggendong Asha ke Air M ancur, t et api Asha begit u sedih dan menderit a sehingga dia memohon agar mereka agar t idak menyent uhnya sama sekali.

M aka Alt heda cepat -cepat mengumpulkan berbagai t anaman obat yang menurut nya akan membant u Asha, mencampurnya dengan air di bot ol minuman Sir Luckless, dan menuangkan ramuan it u ke mulut Asha.

Seket ika it u, Asha mampu berdiri lagi. Dan yang lebih mengejutkan lagi, seluruh gejala penyakit parahnya hilang t ak berbekas.

“ Aku sembuh! ” seru Asha. “ Aku t ak perlu membasuh diri di Air M ancur—biar Alt heda yang membasuh diri! ”

Tapi Alt heda sedang sibuk mengumpulkan lebih banyak lagi t anaman obat .

“ Jika aku bisa menyembuhkan penyakit ini, aku past i bisa memperoleh emas berlimpah! Biar Amata saja yang membasuh diri! ”

Sir Luckless membungkuk mempersilakan Amat a berjalan menuju Air M ancur, t api Amat a malah

(6)

menyadari bahw a selama ini kekasihnya memang jahat dan t ak set ia, t erbebas dari laki-laki it u saja sudah merupakan kebahagiaan besar baginya.

“ Kesat ria yang baik, Andalah yang harus membasuh diri di Air M ancur, sebagai balasan at as semua t indakan kesat ria Anda! ” kat a Amat a pada Sir Luckless.

M aka sang kesat ria berjalan maju ke arah Air M ancur M ujur M elimpah, dengan baju besi lengkap di t engah cahaya t erakhir mat ahari yang hampir tenggelam sepenuhnya, dan membasuh diri di air mancur it u. Sir Luckless bet ul-bet ul t ak menyangka dirinya yang t erpilih dari rat usan orang yang menunggu-nunggu kesempat an ini, hingga dia gemet ar gembira karena kemujurannya.

Ket ika mat ahari t urun di kaki langit , Sir Luckless melangkah keluar dari baw ah Air M ancur dengan penuh kemenangan dan kemuliaan. Dalam baju besinya yang karat an, Sir Luckless berlutut di hadapan Amata, perempuan paling baik hat i dan cant ik yang pernah dilihat nya. Dengan gembira dan bangga karena keberhasilannya, sang kesat ria memohon agar Amat a sudi membuka hat i unt uknyadan menikah dengannya, dan Amat a, yang t ak kalah gembiranya, menyadari bahw a dia t elah menemukan laki-laki yang pant as mendapatkan cint anya.

Akhirnya, t iga penyihir dan sang kesat ria bersama-sama menuruni bukit , bergandengan t angan, dan sejak saat it u keempat nya memperoleh umur panjang dan hidup bahagia. Dan t ak seorang pun pernah curiga bahw a sebenarnya Air M ancur M ujur M elimpah sama sekali t idak memiliki keajaiban.

BAB TIGA

PENYIHIR BERHATI BERBULU

Pada zaman dahulu kala, seorang penyihir muda yang t ampan, kaya, dan berbakat , mengamat i bahw a t eman-t emannya jadi suka bert indak bodoh ket ika mereka jat uh cint a. M ereka meloncat ke sana kemari dan berdandan, kehilangan nafsu makan, dan bahkan kehilangan harga diri. Jadi penyihir muda it u memut uskan unt uk t idak pernah jat uh dalam perangkap kelemahan sepert i t eman-t emannya, dan menggunakan Ilmu Hit am unt uk memast ikan imunit asnya.

Tanpa menget ahui rahasianya, keluarga penyihir muda it u menertaw akan sikapnya yang begit u t ak acuh dan dingin.

“ Semua akan berubah,” ramal mereka, “ saat seorang gadis menarik perhat iannya.”

Tet api t ak seorang gadis pun menarik perhat ian si penyihir muda. M eskipun banyak gadis t ert arik melihat sikap angkuh sang penyihir dan menggunakan cara-cara paling halus unt uk menyenangkan sang penyihir, t ak sat u pun berhasil menyent uh hat inya. penyihir muda it u bersukaria dalam sikap t ak acuhnya dan kisah-kisah yang beredar sebagai akibat nya.

Kesegaran masa muda mulai memudar, dan t eman-t eman si penyihir sat u demi sat u menikah dan memiliki anak-anak.

“ Hat i mereka past i sudah kering,” kat anya mengejek diam-diam, saat mengamat i t ingkah laku t eman-t emannya yang kini menjadi orangeman-t ua, “ makin lama makin mengerueman-t akibaeman-t eman-t uneman-t ueman-t an-eman-t uneman-t ueman-t an ket urunan mereka yang t erus merengek!”

(7)

Pada w akt unya, orangt ua si penyihir yang sudah t ua meninggal dunia. Anak merreka t idak berkabung; sebaliknya dia just ru menganggap dirinya berunt ung at as kemat ian mereka. Sekarang dia yang berkuasa di kast il mereka. Set elah memindahkan hart anya yang paling berharga ke ruang baw ah t anah yang paling dalam, si penyihir hidup nyaman dan berkelimpahan, kesenangannya selalu diut amakan oleh para pelayannya.

Sang penyihir yakin bahw a semua orang iri padanya, iri pada kesendiriannya yang sempurna dan t ak t erganggu. Karena it ulah amarahnya begit u memuncak ket ika pada suat u hari dia mendengar dua pelayan berbicara t ent angnya.

Pelayan pert ama mengat akan bahw a dia merasa kasihan kepada sang penyihir yang t ak juga dicint ai seorang pun, meskipun dia memiliki begit u banyak kekayaan dan kekuasaan.

Tapi pelayan kedua just ru mengejek, bert anya-t anya mengapa laki-laki yang memiliki begit u banyak emas dan kast il megah t ak bisa membuat seorang gadis pun t ert arik menjadi ist rinya.

M endengar percakapan it u, harga diri sang penyihir sangat t ersinggung.

Seket ika it u juga, sang penyihir memut uskan unt uk mencari ist ri, dan w anit a yang akan menjadi ist rinya harus lebih baik daripada ist ri orang lain. Wanit a it u haruslah memiliki kecant ikan t iada t ara, sehingga semua laki-laki yang melihat nya akan iri; w anit a it u haruslah berasal dari ket urunan penyihir, sehingga ket urunan mereka akan mew arisi bakat sihir yang sangat hebat ; dan w anit a it u haruslah memiliki kekayaan yang sama besar dengannya, sehingga kehidupan penyihir yang nyaman t idak akan t erganggu meskipun ada t ambahan orang dalam keluarganya.

M ungkin but uh w akt u lima puluh t ahun bagi si penyihir unt uk menemukan w anit a sepert i it u. Tet api kebet ulan sekali, sehari set elah sang penyihir memut uskan unt uk mencari ist ri, seorang gadis yang memenuhi semua krit erianya dat ang ke daerah it u untuk mengunjungi sanak saudara.

Gadis it u adalah penyihir yang berkemampuan t inggi dan memiliki banyak emas. Dia juga begit u cant ik sehingga menarik hat i set iap laki-laki yang melihat nya; set iap laki-laki, kecuali sat u orang. Hat i sang penyihir muda sama sekali t ak merasakan apa-apa. M eskipun demikian, gadis it u memenuhi semua krit eria, jadi sang penyihir mulai mendekat i gadis it u.

Semua orang yang melihat perubahan dalam diri sang penyihir sangat t erkejut , dan berkat a kepada gadis it u bahw a dia t elah berhasil melakukan sesuat u yang gagal dilakukan rat usan gadis lain.

Gadis muda it u sendiri senang sekaligus menghindar dari perhat ian yang diberikan sang penyihir. Dia merasakan bahw a di balik hangat nya pujian sang penyihir, sebenarnya hat i penyihir it u sangat dingin. Dia belum pernah bert emu laki-laki yang begit u aneh dan menut up diri sepert i sang penyihir. Akan t et api, sanak saudaranya berkali-kali mengat akan bahw a mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi, dan mereka menerima undangan jamuan besar yang diadakan sang penyihir unt uk menghormat i gadis it u.

M eja dipenuhi peralat an makan dari emas dan perak yang dipenuhi anggur t erbaik sert a berbagai makanan mengundang selera. Para pemusik memainkan suling-suling berlapis sut ra, menyanyikan lagu t ent ang cint a yang t ak pernah dirasakan t uan mereka. Gadis it u duduk di singgasana di sebelah sang penyihir yang berbicara sangat pelan menggunakan kat a-kat a para penyair, meskipun dia t ak t ahu art i kat a-kat a it u.

Gadis it u mendengarkan, kebingungan, hingga akhirnya menjaw ab, “ Bicaramu sangat baik, Penyihir, dan aku akan sangat senang menerima semua perhat ianmu, jika saja aku yakin kau punya hat i! ”

(8)

Sambil memint a sang gadis unt uk mengikut inya, penyihir it u mengajak si gadis pergi dari jamuan, t urun ke ruang baw ah t anah tempat dia menyimpan hart anya yang paling berharga.

Di sini, dalam kot ak krist al ajaib, t ersimpan hat i sang penyihir yang masih berdet ak.

Set elah begit u lama t erpisah dari mat a, t elinga, dan jemari, hat i it u t ak pernah lagi menyaksikan keindahan, at au mendengar suara musik, at aupun merasakan lembut nya suara. Gadis it u ket akut an melihat nya, karena sekarang hat i sang penyihir sudah menyusut dan t ert ut upi bulu-bulu hit am yang panjang.

“ Oh, apa yang t elah kaulakukan?” si gadis menangis. “ Kembalikan hat i it u ke t empat nya semula, kumohon! ”

Unt uk menyenangkan gadis it u, sang penyihir mengambil t ongkat sihirnya, membuka kot ak krist al, merobek dadanya sendiri, dan melet akkan kembali hat i yang berbulu it u ke lubang kosong yang merupakan t empat asli hat i it u.

“ Sekarang kau t elah sembuh dan akan merasakan art i cint a sejat i! ” si gadis berseru, lalu memeluk sang penyihir.

Sent uhan lembut lengan si gadis, suara napasnya di t elinga sang penyihir, dan aroma rambut pirangnya yang t ebal; semuanya menusuk hat i yang baru t erbangun it u bagaikan t ombak t ajam. Tet api set elah bert ahun-t ahun berada dalam keterasingan, hat i sang penyihir berubah aneh, menjadi but a dan buas dalam kegelapan yang mengelilinginya, dan seleranya menjadi begit u kuat sert a jahat .

Para t amu lain mulai menyadari ket idakhadiran t uan rumah mereka dan si gadis. M eskipun aw alnya t ak t erganggu, mereka jadi semakin gelisah ket ika jam-jam mulai berlalu, lalu mereka mencari keduanya ke seluruh kast il.

Akhirnya mereka menemukan ruang baw ah t anah, dan pemandangan yang sangat mengerikan t elah menunggu mereka di sana.

Gadis it u t erbaring t ak bernyaw a di lant ai, dadanya robek, dan sang penyihir yang kini jadi gila berjongkok di sebelahnya.dalam salah sat u t angan sang penyihir yang berlumuran darah t ergenggam hat i yang besar, halus, dan mengilap. Penyihir it u menjilat dan membelai-belai hati it u, bersumpah akan menggant i hat inya dengan hat i si gadis.

Di t angan yang sat unya, sang penyihir menggenggam t ongkat sihirnya, mencoba mengeluarkan hat inya yang sudah susut dan berbulu. Tet api hat i yang berbulu it u lebih kuat daripada sang penyihir, hat i it u menolak melepaskan diri dari semua rasa yang sekarang bisa ia nikmat i, menolak masuk kembali ke kot ak kemat ian yang t elah menyekapnya begit u lama.

Di hadapan para t amu yang ket akut an, sang penyihir melempar t ongkat sihirnya, lalu mengambil belat i perak. Sambil bersumpah unt uk t ak pernah dikendalikan oleh hat i, dia mencabut hat inya sendiri dari dada.

Unt uk sesaat , sang penyihir berlut ut dalam kemenangan, masing-masing t angan menggenggam sat u hat i; kemudian dia jat uh di at as t ubuh si gadis, dan mat i.

BAB EM PAT

(9)

Pada zaman dahulu kala, di negeri yang sangat jauh, hiduplah seorang raja bodoh yang memut uskan bahw a hanya dia yang boleh memilik kekuat an sihir.

Oleh karena it u, Raja memerint ahkan kepala pasukannya unt uk membent uk Pasukan Pemburu Penyihir dan memberi mereka sekaw anan anjing pemburu hitam yang buas. Pada saat yang sama, Raja

mengeluarkan pengumuman yang harus dibacakan di desa dan kot a, di seluruh negeri: “ Raja mencari inst rukt ur sihir.”

Tak ada penyihir sungguhan yang berani mengajukan diri unt uk posisi t ersebut , karena mereka semua bersembunyi dari Pasukan Pemburu Penyihir.

Tet api, seorang penipu licik yang t ak punya kekuatan sihir sama sekali, melihat hal ini sebagai

kesempat an baik unt uk memperkaya diri. M aka dia dat ang ke ist ana, mengaku sebagai penyihir hebat . Si penipu memainkan beberapa t rik sederhana unt uk menunjukan kekuat an sihirnya dan Raja yang bodoh langsung menunjuknya menjadi Kepala Penyihir Besar, Guru Sihir Raja.

Penipu it u memohon agar Raja memberikan sekarung besar emas kepadanya, supaya dia dapat membeli t ongkat sihir dan berbagai keperluan si penyihir. Dia juga memint a beberapa permat a rubi yang besar unt uk membuat jimat penyembuh, sert a sat u-dua piala perak unt uk menyimpan dan membuat ramuan. Semua permint aan ini disanggupi oleh Raja yang bodoh.

Si penipu menyimpan semua hart a it u di rumahnya sendiri, lalu kembali ke ist ana.

Penipu it u t idak t ahu bahw a dia diaw asi oleh perempuan t ua yang t inggal di pondok kumuh di ujung halaman. Nama perempuan it u Babbit y, dan dia adalah t ukang cuci yang membuat semua seprai di ist ana t et ap lembut , w angi, dan put ih. Babbit y mengint ip dari balik seprai-seprai yang sedang dijemurnya dan melihat si penipu memat ahkan dua rant ing dari pohon Raja lalu masuk ke ist ana. Si penipu memberikan salah sat u rant ing kepada Raja dan meyakinkannya bahw a rant ing it u adalah t ongkat sihir berkekuat an hebat .

“ Tapi t ongkat it u hanya akan berfungsi jika Yang M ulia layak menggunakannya,” kat a sang penipu. Set iap pagi, si penipu dan Raja yang bodoh keluar ke halaman ist ana, lalu melambai-lambaikan t ongkat sihir mereka dan meneriak-neriakkan mant ra omong kosong kea rah langit . Si penipu sengaja

memperlihat kan t rik-t rik baru supaya Raja t et ap memercayai kemampuannya sebagai Penyihir Besar sert a kekuat an tongkar sihir yang dibeli dengan begit u banyak emas.

Suat u pagi, ket ika si penipu dan Raja yang bodoh sedang memut armut ar rant ing mereka, melompat -lompat dalam lingkaran, dan merapal mant ra-mant ra kosong, suara t aw a t erbahak-bahak sampai ke t elinga Raja. Babbity si t ukang cuci sedang mengamat i Raja dan penipu it u dari jendela pondok kecilnya. Dia t ert aw a begit u keras hingga t ak bisa berdiri dan t ak t erlihat lagi dari jendela.

“ Aku past i t erlihat sangat konyol hingga t ukang cuci ist ana t ert aw a sekeras it u! ” kat a Raja. Dia berhent i melompat -lompat dan memut ar-mut ar rant ingnya, lalu mengerutkan kening. “ Aku let ih berlat ih sihir! Kapan aku siap menunjukkan mant ra-mant ra sungguhan di depan rakyat ku, Penyihir?”

Si penipu berusaha menenangkan muridnya, meyakinkan Raja bahwa sebent ar lagi dia past i mampu melakukan sihir hebat . Tapi t aw a Babbit y t elah menyinggung perasaan Raja lebih dari yang diduga si penipu.

“ Besok,” kat a Raja, “ kit a akan mengundang para bangsaw an unt uk melihat raja mereka melakukan sihir!” Si penipu sadar sekaranglah w akt unya dia mengambil seluruh hart a yang sudah diberikan Raja dan pergi jauh.

(10)

jauh…”

“ Jika kau pergi dari ist ana t anpa izinku, Penyihir, Pasukan Pemburu Penyihir-ku akan mengejarmu dengan anjing-anjing mereka! Besok kau harus membant u menunjukkan kemampuan sihirku di hadapan seluruh bangsaw an, dan jika ada orang yang menert aw aiku, aku akan memenggalmu! ”

Raja kembali ke ist ana dengan marah, meninggalkan si penipu sendirian dan ket akut an. Bahkan seluruh kelicikannya t ak bisa menyelamat kan si penipu, karena dia t ak bisa kabur dan t ak bisa membant u. Raja menunjukkan ket erampilan sihir yang sama-sama t idak mereka kuasai.

Unt uk melampiaskan ket akut an dan kemarahannya, si penipu mendekat i jendela pondok Babbit y si t ukang cuci. Saat mengint ip ke dalam, dia melihat perempuan t ua it u duduk di meja, sedang

membersihkan tongkat sihir. Di salah sat u pojok pondok, dalam sebuah ember kayu, seprai-seprai Raja t ercuci sendiri.

Si penipu seket ika paham bahw a Babbit y adalah penyihir sungguhan, dan perempuan t ua yang telah memberinya kesulit an besar it u juga dapat menyelesaikan masalahnya.

“ Perempuan t ua!” seru si penipu. “ Taw amu membuatku berada dalam kesulit an besar! Jika kau t ak mau membant uku, aku akan memberit ahu semua orang kau adalah penyihir. Dan kaulah yang akan dicabik-cabik oleh kaw anan anjing Raja! ”

Babbit y t ua t ersenyum pada si penipu dan meyakinkannya bahw a dia akan melakukan apa pun yang dia mampu unt uk membant u.

Si penipu menyuruh Babbit y di balik semak-semak sement ara Raja mempert ontonkan keahlian sihirnya. Dan saat it u Babbity harus menggunakan mant ranya unt uk membant u Raja, seolah-olah Raja sendirilah yang memiliki kekuat an sihir. Semuanya harus dilakukan t anpa sepenget ahuan Raja. Babbit y set uju melakukan semua it u, t api dia menanyakan sat u hal.

“ Tuan, bagaimana jika Raja mencoba mant ra yang t idak Babbit y kuasai?” Si penipu hanya mendengus.

“ Sihirmu lebih dari cukup unt uk imajinasi raja bodoh it u,” ia meyakinkan Babbit y. Si penipu lalu kembali ke ist ana unt uk berist irahat , sangat puas at as kepint arannya sendiri.

Pagi berikut nya, semua bangsaw an di kerajaan, laki-laki dan perempuan, berkumpul di halaman ist ana. Raja naik ke panggung di hadapan mereka, si penipu berdiri di sebelahnya.

“ Pert ama-t ama, aku akan membuat t opi lady di sana menghilang! ” seru Raja, lalu mengarahkan rant ingnya kepada perempuan bangsaw an yang dimaksud.

Dari balik semak-semak di dekat mereka, Babbit y mengarahkan t ongkat sihirnya ke arah yang sama dan membuat t opi it u menghilang. Begit u besar kekaget an dan kekaguman para penont on yang berkerumun, dan begit u keras t epuk t angan mereka unt uk Raja yang merasa bangga bukan main.

“ Kemudian, aku akan membuat kuda it u terbang! ” seru Raja, lalu mengarahkan rant ingnya kepada kudanya sendiri.

Dari balik semak-semak, Babbit y mengarahkan t ongkat sihirnya kepada kuda it u dan kuda it u t erangkat t inggi ke udara.

“ Dan sekarang,” kat a Raja, menengok ke segala arah unt uk mencari ide, ket ika Kapt en Pasukan Pemburu Penyihir berlari ke depan.

“ Yang M ulia,” kat a Kapt en, “ pagi ini Sabre mat i karena memakan cendaw an beracun! Hidupkan dia dengan t ongkat sihirmu, Yang M ulia! ”

(11)

bernyaw a lagi.

Raja yang bodoh melambaikan rant ingnya dan mengarahkannya pada anjing mat i it u. Tet api di balik semak, Babbit y hanya t ersenyum, dia bahkan t ak mau repot -repot mengangkat t ongkat sihirnya, karena t ak ada sihir yang dapat membangkitkan makhluk yang sudah mat i.

Ket ika anjing it u tet ap t idak bergerak, para penonton mulai berbisik-bisik, hingga akhirnya t ert aw a. M ereka curiga bahw a dua keberhasilan Raja sebelumnya hanyalah t ipuan.

“ M engapa t idak berhasil?” t eriak Raja pada penipu yang sedang memikirkan sat u-sat unya t ipuan yang t ersisa.

“ Di sana, Yang M ulia, di sana! ” serunya sambil menunjuk ke semak-semak t empat Babbit y bersembunyi. “ Aku dapat melihat nya dengan jelas, penyihir jahat yang menghalangi sihir Yang M ulia dengan mant ra-mant ra jahat nya! Tangkap dia, t angkap dia! ”

Babbit y lari dari semak-semak, dan Pasukan Pemburu Penyihir langsung mengejar, melepaskan kaw anan anjing pemburu yang haus akan darah Babbit y. Tet api saat mencapai pagar t anaman yang rendah, Babbit y lenyap dari pandangan semua orang. Ket ika Raja, si penipu, sert a semua bangsaw an sampai ke sana, mereka melihat kaw anan anjing pemburu menyalak dan berput ar-put ar di sekit ar pohon t ua yang bengkok.

“ Penyihir it u mengubah dirinya jadi pohon! ” t eriak si penipu. Karena t akut Babbit y akan berubah lagi menjadi manusia lalu membongkar rahasianya, dia menambahkan, “ Tebang dia, Yang M ulia, it ulah cara menghukum penyihir-penyihir jahat ! ”

Sebuah kapak langsung dibaw a ke t empat it u, dan pohon t ua it u t umbang disertai sorakan keras para bangsaw an dan si penipu.

M eskipun begit u, ket ika mereka bersiap-siap kembali ke ist ana, t erdengar suara t aw a t erbahak-bahak, membuat mereka semua t erpaku di tempat .

“ Orang-orang bodoh!” seru suara Babbit y dari t unggul pohon. “ Semua penyihir t ak bisa dibunuh dengan cara dibelah dua! Ambil kapaknya, jika kalian t idak percaya padaku, dan belahlah Penyihir Besar menjadi dua! ”

Kapt en Pasukan Pemburu Penyihir ingin sekali mencobanya, t et api ket ika dia mengangkat kapak, si penipu t ersungkur dan berlut ut , memohon ampun dan mengakui semua kecurangannya. Ket ika si penipu diseret unt uk dibaw a ke penjara baw ah t anah, t unggul it u t ert aw a lagi, lebih keras dari sebelum-sebelumnya.

“ Dengan membelah dua seorang penyihir, kalian t elah menebarkan kut ukan mengerikan at as seluruh kerajaan ini! ” t unggul it u memberit ahu Raja yang ket akut an. “ Sejak saat ini, set iap kesulit an yang kaut impakan kepada t eman-t eman penyihirku akan terasa bagaikan ayunan kapak pada dirimu sendiri, sampai-sampai kau akan berharap mat i saja karenanya! ”

M endengar it u, Raja juga jat uh berlut ut , dan mengat akan pada t unggul pohon it u bahw a dia akan segera mengeluarkan pengumuman ke seluruh negeri. Semua penyihir di kerajaan akan dilindungi dan mereka semua boleh memprakt ikkan sihir dengan t enang.

“ Bagus sekali,” kat a t unggul, “ t api kau belum menebus kesalahanmu pada Babbit y! ”

“ Apa pun, apa pun yang kauinginkan! ” seru Raja yang bodoh sambil memegangi tunggul it u.

“ Kau akan mendirikan pat ung Babbit y di at asku, unt uk mengingat t ukang cucimu yang malang dan unt uk mengingat kanmu selamanya at as kebodohanmu sendiri! ” kat a t unggul.

(12)

Babbit y dari emas murni. Kemudian Raja yang sangat malu besert a seluruh bangsaw an kembali ke ist ana, meninggalan t unggul t erbahak.

Ket ika halaman ist ana kembali lengang, dari lubang di ant ara akar-akar pohon keluarlah seekor kelinci kekar dan bermisai t ebal sambil menggigit t ongkat sihir. Babbit y keluar dari halaman ist ana menuju t empat yang sangat jauh dengan melompat -lompat . Tak lama kemudian pat ung emas t ukang cuci berdiri di at as t unggul, dan sejak saat it u t ak ada lagi penyihir yang diburu di kerajaan t ersebut .

BAB LIM A

KISAH TIGA SAUDARA

Pada zaman dahulu ada t iga saudara, kakak-beradik laki-laki, yang berkelana melew at i jalan panjang berliku-liku di senja hari. Pada w akt unya, ket iga saudara ini t iba di sungai yang t erlalu dalam unt uk diseberangi dengan berjalan kaki dan terlalu berbahaya unt uk diseberangi dengan berenang. M eskipun demikian, ket iga saudara ini menguasai ilmu sihir, maka mereka t inggal melambaikan t ongkat sihir mereka dan sebuah jembat an muncul di at as air yang berbahaya it u. M ereka sudah t iba di t engah jembat an ket ika t ernyat a jalan mereka dihalangi sosok berkerudung.

Dan kemat ian berbicara kepada mereka. Dia marah t elah kehilangan t iga korban baru, karena para pengelana biasanya t enggelam di sungai. Tet api Kemat ian licik. Dia berpura-pura memberi selamat kepada ket iga saudara ini at as sihir mereka, dan berkat a masing-masing berhak mendapat kan hadiah karena t elah cukup pint ar unt uk menghindarinya.

M aka, si sulung, yang suka bert empur, memint a t ongkat sihir yang lebih hebat daripada semua t ongkat sihir yang ada: t ongkat sihir yang harus selalu memenangkan duel bagi pemiliknya, t ongkat sihir yang layak dit erima penyihir yang t elah mengalahkan Kemat ian! M aka Kemat ian menyeberang ke sebat ang pohon elder di t epi sungai, membuat t ongkat sihir dari dahan yang menggant ung di sana dan

memberikannya kapada si sulung.

Kemudian si t engah, orang yang sombong, memut uskan dia ingin mempermalukan Kemat ian lebih jauh lagi dan memint a kekuat an unt uk memanggil yang lain dari Kemat ian. M aka Kemat ian memungut sebut ir bat u dari t epi sungai dan memberikannya kepada si t engah, dan memberit ahunya bahw a bat u it u akan memiliki kekuat an unt uk mengembalikan orang yang sudah mat i.

Kemudian Kemat ian menanyai si bungsu, apa yang diinginkannya. Si bungsu ini yang palng rendah hat i dan juga paling bijaksana di ant ara ket iga kakak-beradik ini, dan dia t idak memercayai Kemat ian. M aka dia memint a sesuat u yang bisa membuat nya melanjut kan perjalanan dari t empat it u t anpa diikut i Kemat ian. Dan Kemat ian, dengan sangat amat enggan, menyerahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepadanya. Kemudian kemat ian menyisih dan mengizinkan ket iga kakak-beradik it u pergi melanjut kan perjalanan mereka, dan mereka pun melanjut kan perjalanan, sambil membicarakan dengan t akjub pet ualangan yang t elah mereka alami, dan mengagumi hadiah dari Kemat ian.

(13)

penginapan. Disana dia membanggakan keras-keras kehebat an t ongkat sihir yang t elah diperolehnya dari Kemat ian sendiri, dan t ent ang bagaimana tongkat sihir it u membuat nya t ak t erkalahkan.

M alam it u juga, seorang penyihir lain mengendap-endap mendat angi si sulung yang sedang t erlelap, bersimbah anggur, di t empat t idurnya. Pencuri ini mengambil t ongkat sihirnya dan, sebagai t ambahan, menggorok leher si sulung.

M aka kemat ian mengambil si sulung sebagai miliknya.

Sement ara it u, si tengah pulang kerumahnya, t empat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan bat u yang memiliki kekuat an unt uk memanggil orang mat i, dan memut arnya t iga kali dalam t angannya. Bet apa heran dan gembiranya dia, sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya unt uk dinikahinya, sebelum gadis it u meninggal dalam usia muda, muncul seket ika it u juga dihadapannya.

M eskipun demikian gadis it u sedih dan dingin, t erpisah darinya oleh sehelai selubung. Walaupun t elah kembali ke dunia orang hidup, dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia it u dan menderit a.

Akhirnya, si t engah, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, membunuh diri supaya bisa benar-benar bergabung dengan gadis it u.

M aka kemat ian mengambil si t engah sebagai miliknya.

Namun, meski Kemat ian mencari si bungsu selama bert ahun-t ahun, dia t ak pernah berhasil

menemukannya. Barulah ket ika t elah mencapai usia sangat lanjut , si bungsu membuka Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya.Dan kemudian dia menyalami Kemat ian sebagai t eman lama, dan pergi bersamanya dengan senang, dan sebagai t eman sederajat , mereka meninggalkan kehidupan ini.

Dilarang memperjual-belikan ebook ini! Edit ed by. Echi

Referensi

Dokumen terkait