• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miniatur Inkubator Pengering Cabai Menggunakan Sensor Dht11 Berbasis Arduino Uno

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Miniatur Inkubator Pengering Cabai Menggunakan Sensor Dht11 Berbasis Arduino Uno"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto.2006.Rangkaian Elektronika, Penerbit: UI – Press, Jakarta.

Tokheim.1995. Elektronika Digital. Edisi kedua, Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Diakses pada 20 juli 2016

(2)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Perancangan sistem

Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembuatan rangkaian dan program. Seperti pengambilan data pada pengujian inkubator dengan mengambil data dari sensor DHT11 seperti kelembapan dan suhu inkubator kemudian data yang dihasilkan dari sensor tersebut akan ditampilkan ke LCD melalui arduino sebagai pengolah data.

3.1.1 Prinsip Kerja Alat

Sistem ini dibangun untuk melihat berapa nilai pada kelembapan dan suhu pada suatu inkubator untuk mengeringkan cabai agar cabai dapat kering tanpa menggunakan sinar matahari dan hanya menggunakan lampu sebagai sumber panas dan kipas sebagai penyebar suhu panas yang diberikan oleh lampu. Lampu yang dipakai adalah lampu pijar 60 watt.

Gambar 3.1 Konsep Dasar Sistem Penjelesannya sebagai berikut:

1. Input data berupa pembacaan kelembapan dan suhu pada inkubator.

2. Proses pengolahan data kelembapan dan suhu diolah kedalam program pada Arduiono kemudian ditampilkan ke LCD 16x2.

3. Output adalah hasil data yang sudah diolah Arduino akan ditampilkan pada LCD. INPUT

(3)

3.1.2 Cara Kerja Alat.

Cara kerja alat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hidupkan lampu pada inkubator dan hidupkan juga arduino sebagai pengolah datanya dengan menggunakan adaptor yang sudah tersedia.

2. Lampu memberikan sumber panas dan kipas menyebarkan sumber panas yang diberikan lampu,kemudian sensor DHT11 membaca kelembapan dan suhu pada inkubator.

3. Setelah itu data kelembapan dan suhu yang didapat oleh sensor DHT11 akan dikirim ke arduino agar data bisa ditampilkan pada LCD.

3.2 Perancangan Rangkaian.

(4)

3.3 Diagram alir

CABAI MERAH

SORTASI

PENYIAPAN SAMPEL SEKITAR 200 g

SAMPEL DIBAGI DUA,SATU BAGIAN DIBELAH

SAMPEL YANG DIBELAH DAN TIDAK DIBELAH DIMASUKKAN DALAM INKUBATOR PENGERING CABAI DENGAN SUHU 30 derajat DAN KIPAS

PENGUKURAN KELEMBAPAN DAN SUHU INKUBATOR SETIAP SATU MENIT

SEKALI.

PENGUKURAN KELEMBAPAN DAN SUHU INKUBATOR SETIAP SATU MENIT

SEKALI.

UNTUK MENDAPATKAN HASIL CABAI YANG KERING, PENGERINGAN DIBUTUHKAN 1 JAM DALAM SUHU 800C

(5)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.4 DATA PENGUJIAN ALAT

PercobaanKe menit-

1. Temperatur 1- temperatur 0 28,06oC – 28,06oC = 9,68oC Kelembapan 0-kelembapan 1 59,02% - 50,00% = 9,02 % 2. Temperatur 2- temperatur 1

44,52oC – 37,74oC = 6,78oC Kelembapan 1 -kelembapan 2 50,00 % - 36,89 % = 9,84 % 3. Temperatur 3- temperatur 2

49,35oC – 44,52 oC = 4,83oC Kelembapan 2 -kelembapan 3 36,89% - 27,05% = 9,84 % 4. Temperatur 4- temperatur 3

53,23oC – 49,35oC = 3,88oC Kelembapan 3-kelembapan 4 27,05% - 22,13% = 4,92 % 5. Temperatur 5- temperatur 4

(6)
(7)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian hasil,dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Kondisi optimal cabai merah kering yang dihasilkan dicapai pada kombinasi suhu

pengeringan 800oC dan waktu pengeringan 4,5 jam dengan nilai chroma 21,22, kadar

vitamin C 5,8 mg/100 g, kadar air 10,56%, dan dengan .

2. Maka pada hasil pengujian dibuktikan bahwa dalam 5 menit kelembapan yang

berkurang mencapai 40,17 per 5 menit dan temperatur yang bertambah mencapai 27,1

o

C.

4.2 Saran

Beberapa tambahan yang diperlukan dalam meningkatkan kemampuan alat ini adalah:

1. Dari segi bentuk alat sebaiknya menggunakan tempat yang lebih menarik dan praktis agar pengguna bisa menggunakannya dengan mudah.

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pasca Panen Cabai

Tanaman cabai merah adalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan olehkandungan capsaicin. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan Vitamin C.

Tanaman Cabai pada dasarnya terbagi atas dua golongan utama, yaitu cabai besar (Capsicum annum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Cabai besar terbagi menjadi dua golongan, yaitu cabai pedas (hot pepper) dan cabai paprika (sweet pepper). Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika.

Asal Usul dan Perkembangan Tanaman Cabai

(9)

Columbus membawa cabai dari benua Amerika ke Spanyol untuk dipersembahkan kepada Ratu Isabella sebagai hasil temuannya di benua Amerika.

Pada tahun 1500-an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki menduduki wilayah Portugis di Hormuz, teluk Persia. Saat Turki menduduki Hongaria, cabai pun dibudidayakan di Hongaria.Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan kemungkinan cabai dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa cabai masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis.

Tanaman cabai termasuk tanaman semusim (annual) yang berbentuk perdu, tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman dewasa antara 65 - 170 cm dengan lebar tajuk 50 – 100cm. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman cabai tergolong dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji cabai tertutup oleh kulit buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Lembaga pada biji cabai terbagi dalam dua daun lembaga, sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae). Hiasan bunganya termasuk lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu, sehingga dimasukkan dalam sub-kelas Sympetalae. Cabai termasuk dalam keluarga terung-terungan (Solanaceae).

(10)

Sebagai penyedap masakan, cabai banyak digunakan untuk memasak berbagai jenis masakan, bahkan sebagian daerah di Indonesia, seperti Sumatera Barat (Padang) buah cabai merupakan bumbu wajib untuk setiap masakan. Umumnya selain sebagai bumbu masakan, cabai juga dikonsumsi dalam bentuk sambal serta bentuk olahan cabai, seperti cabai kering, saos cabai, pasta cabai, dll.

Cabai yang dipanaskan, diambil bijinya kemudian diberi air jeruk nipis + garam, dapat menggugah selera makan. Gabungan rasa panas serta pedas yang disebabkan alkaloid kapsaikin, dihasilkan kelenjar dalam plasenta di pangkal buah cabai, membuat orang yang memakannya berkeringat dan bercucuran air mata, namun beberapa saat kemudian akan timbul rasa nyaman. Khasiat penggugah selera makan tersebut sebenarnya dirangsang oleh minyak atsiri (ditimbulkan cabai saat dikunyah), atau oleh aromanya yang terhirup hidung sebelum disantap. Kapsaikin berfungsi merangsang keluarnya air liur di mulut, juga merangsang kerja lambung sehingga pencernaan menjadi lancar.

Cabai sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping memperlancar sirkulasi darah ke jantung, sifatnya yang analgesik mampu mengobati kejang otot dan rematik. Kandungan utama kapsaikin berfungsi sebagai antialergi, karena mampu menumpulkan kepekaan saraf tepi. Selain itu kapsaikin juga dapat mengurangi dan mengeluarkan lendir dari paru-paru sehingga cabai dapat menyembuhkan bronkitis, influensa, sinusitis, dan asma. Kapsaikin juga berfungsi menstimulir detektor panas dalam kelenjar hipotalamus sehingga menghasilkan perasaan sejuk meskipun di udara panas. Selain itu, kapsaikin dapat menghalangi bahaya pada sel trachea, bronchial, dan bronchoconstiction yang disebabkan oleh asap rokok dan polutan lainnya.

(11)

radikal bebas akan ikut dalam sirkulasi tubuh, dan akan menyebabkan kerusakan sel yang besar. Radikal bebas dapat merusak saraf dan pembuluh darahyang bisa menyebabkan penyakit seperti diabetes.

Kandungan flavonoid dan antioksidan pada cabai berfungsi melindungi tubuh dari kanker. Cabai mampu memperlancar sekresi asam lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan karena adanya kandungan kapsisidin. Kapsikol dalam cabai dapat mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak napas, dan gatal-gatal. Oleh karena itu cabai banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri obat-obatan koyo. Kandungan kalium dan fosfor tinggi pada Cabai dapat membantu pertumbuhan tulang dan sel baru.

Mengkonsumsi cabai secara teratur juga dapat menunda kerentaan tubuh. Akan tetapi bagi mereka yang sangat sensitif terhadap cabai, apabila dipaksakan dapat mengalami kejang perut dan diare. Meskipun kondisi tubuh cukup kuat menerima masakan pedas, tapi jika berlebihan dapat berakibat fatal bagi kesehatan. Konsumsilah cabai dalam jumlah terukur, sesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing.

Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan di Jericho dan berumur sekitar 4000 tahun. Metode ini juga merupakan metode yang sederhana, aman, dan mudah. Dan dibandingkan dengan metode lain, metode ini memiliki daya tahan yang lama dan tidak memerlukan perlakuan khusus saat penyimpanan.

(12)

misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan.

Pengeringan atau penurunan kadar air biasanya dilakukan dengan tujuan mengawetkan produk sehingga bisa disimpan lebih lama tanpa mengalami kerusakan yang berlebihan, meningkatkan nilai ekonomis suatu produk dan mengendalikan produk agar mencapai persyaratan yang dikehendaki oleh proses berikutnya. Secara garis besar ada dua fenomena penting dalam pengeringan yaitu perpindahan kalor dari udara ke dalam bahan selanjutnya dipakai untuk mengubah air dari fase cair ke fase gas. Kedua adalah terjadinya perpindahan massa (keluarnya uap air dari bahan ke udara di sekelilingnya). Salah satu alat pengeringan bahan yang sering dipakai dalam skala industri adalah oven elektrik.

Prinsip kerja alat ini adalah menurunkan kadar air dalam bahan dengan mengalirkan panas dari elemen (yang mengubah dari energi listrik menjadi energi kalor) dengan udara sebagai mediumnya. Skala komersial industri pangan, oven elektrik ditetapkan pada kecepatan 2,45 x 10 rps. Pemanasan didapat dari pergerakan partikel yang disebabkan oleh arus bolak-balik (arus AC), selain itu oven listrik sering digunakan sebagai alat pengeringan untuk keperluan laboraturium karena bisa dipakai untuk metode penelitian kelembaban dari beberapa material yang berbeda. Oleh karena itu, oven elektrik dikategorikan sebagai cabinet dryer (almari pengeringan).

Prinsip pengeringan adalah menghambat pertumbuhan mikroba dengan mengurangi kadar air, juga menurunkan aw. Jika kita mengeringkan sesuatu bahan pangan, ada 2 masalah pokok syang terlibat di dalamnya, yaitu hantaran panas kepada bahan dan di dalam bahan yang dikeringkan; penguapan air dari dalam bahan. Kedua hal di atas menentukan kecepatan pengeringan.

(13)

dari banyak faktor sekeliling bahan yaitu : suhu, kelembaban, kecepatan aliran air, tekanan udara, serta waktu pengeringan.

Pada dasarnya pengeringan baku pada skala industri terdiri dari dua prinsip dasar yaitu pengeringan secara langsung dan tidak langsung.Pengeringan secara langsung merupakan proses pengeringan bahan dimana bahan yang akan dikeringkan selama proses pengeringan langsung dikenai panas tanpa medium tertentu. Contoh alat yang memiliki prinsip kerja pengeringan secara langsung inia adalah spray dryer. Sedangkan proses pengeringan secara tidak langsung merupakan proses pengeringan buatan dimana selama proses pengeringan panas yang digunakan dialirkan melalui suatu medium tertentu misal, oven elektrik.

2.1.1Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering

Yang termasuk golongan ini adalah: ฀ Suhu:

Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat ฀ Kecepatan aliran udara pengering:

Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat ฀ Kelembaban udara:

Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat ฀ Arah aliran udara:

Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering 2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan

Yang termasuk golongan ini adalah: ฀ Ukuran bahan:

(14)

Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat. 2.1.2 Proses pengeringan

Proses pengeringan terbagi menjadi 3 kategori :

1. Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan atmosfir

Pengeringan ini memanfaatkan udara bebas di atmosfir

2. Pengeringan hampa udara

Keuntungan dalam pengeringan ini didasarkan dengan kenyataan penguapan air terjadi lebih cepat di bawah tekanan rendah daripada di bawah tekanan tinggi.

3. Pengeringan beku

Pengeringan beku adalah sebuah proses yang memberikan kualitas bahan yang baik dari segi kestabilitas aroma, warna, dan kemampuan rehidrasi. Pengeringan ini didasarkan proses sublimisasi yang berada di temperature 0o celcius dan tekanan 613 Pascal.

2.1.3 Metode Pengeringan: 1. Pengeringan alami.

Pengeringan alami terdiri dari:. ฀ Sun Drying

Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit. Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 o Fahrenheit selama 10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya

฀ Air Drying

(15)

฀ Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan

khusus, serta biayanya lebih murah.

฀ Kelemahan Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat

tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan. 2. Pengeringan Buatan

Pengeringan buatan terdiri dari: ฀ Menggunakan alat Dehidrator

Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan menggunakan alat dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu 6-10 jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita gunakan.

฀ Menggunakan oven

Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Lebih lama dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering, temperature oven harus di atas 140o derajat Fahrenheit.

Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur

seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan.

Kelemahan Pengeringan Buatan adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus,

serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami.

Cabai atau cabe merah atau lombok anggota tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai.

(16)

banyak mengandung yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabe cocok ditanam pada ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk memperoleh harga cabe yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya: Untuk areal satu

(17)

Keanekaragaman jenis cabai merah cukup tinggi. Artinya, cabal merah memiliki beberapa varietas dan kultivar yang dibedakan berdasai-kan bentuk, ukuran, rasa pedas, dan warna buahnya. Cabal merah dapat diperbanyak dengan biji.

Umur panen masing-masing cabe hibrida berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang lebih cepat, ada pula yang lambat tergantung karateristik, jenis dan yang tak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tanam.

Cabai merah merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan harga jual berani bersaing di pasaran domestik maupun internasional. Pada umumnya dikenal 2 jenis cabai merah yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang cabai merah segar atau SNI 01-4480-1998 merupakan ketentuan-ketentuan yang memuat antara lain persyaratan mutu dari buah cabai merah. Untuk memperoleh cabai merah bermutu tinggi sebaiknya memperhatikan klasifikasi dan persyaratan mutu di samping perbaikan penanganan pasca panen, serta pengemasannya.

Cabai merah besar dicirikan dengan pangkalnya berpundak, ujung buah tumpul atau runcing, kulit buah tebal, rasa kurang pedas, buah muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah serta permukaan buah licin. Garis tengah pangkal buah kurang lebih 1,7 cm dan panjang buah mencapai 9-14 cm. Varietas yang dianjurkan antara lain : Cipanas, Barito, Taiwan dan Manggala.

Cabai merah keriting, dicirikan dengan sub pangkal buah tidak berpundak, ujung buah runcing, kulit tipis, rasa pedas, buah muda berwarna hijau muda sampai hijau dan buah tua berwarna merah dan permukaan buahnya bergelombang. Varietas cabai keriting yang dianjurkan antara lain : Bengkulu, Cimeti dan varietas lain yang dianjurkan.

(18)

merah besar dan cabai merah keriting yang ditandai dengan bentuk buah yang lurus dan tidak melengkung, sesuai dengan bentuk kultivar yang bersangkutan.

Pengelolaan pasca panen yang mengolah cabe menjadi bahan olahan yaitu bisa dilakukan dengan pengeringan dan dibuat saus. Pengolahan cabe kering biasanya tidak hanya untuk konsumsi industri , tetapi juga untuk ekspor. Pengeringan cabe bisa dilakukan dengan proses alamiah , bisa juga dilakukan dengan menggunakan alat. Cabe kering siap olah biasanya mempunyai spesifikasi : kemasakan > 60 %, sehat dan sosoknya mulus. Pengeringan cabe yang kurang matang maupun yang busuk berdampak pada kualitas cabe olahan itu sendiri. Karena cabe yang pas dan tepat adalah warna aslinya masih bisa dipertahankan. Pengeringan cara sederhana dengan matahari dilakukan dengan menyeleksi cabe dan membuang tangkainya sebalum dilakukan pencucian.

Pengeringan menggunakan alat tidak ubahnya seperti oven yang memanggang kue. Ini pun prinsip kerjanya seperti itu, dimana cabe yang sudah direndam diletakkan pada hamparan (rigen) secara teratur setebal 2 cm tersebut dimasukkan ke dalam alat tersebut

Berikut cara-cara pengawetan cabai :

Cabai disimpan segar

Cara ini adalah yang termudah sekaligus terpopuler. Prosedurnya sederhana. Setelah dibersihkan, cabai dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam lemari pendingin.

Kegunaan dari kantong plastik di sini adalah untuk mencegah bercampurnya aroma dari berbagai makanan di dalam lemari pendingin yang dapat mengurangi kesegaran cabai tersebut. Dengan cara ini, kesegaran cabai dapat terjaga sampai dua hari lamanya.

Cabai dikeringkan utuh

(19)

untuk menghilangkan kadar airnya, sehingga kadar air yang tersisa hanya 6-8 persen. Cabe dapat bertahan sekitar 3 hari sebelum akhirnya busuk.

Cabai dibuat bubuk

Ada dua tahap pelaksanaan. Pertama, cabai dikeringkan seperti halnya pada proses pengeringan cabai utuh. Yakni, dijemur di bawah terik matahari. Tahap selanjutnya, untuk menghaluskannya, ibu-ibu rumah tangga biasa menggunakan alat ulekan ataupun alu tumbuk.

Penjual-penjual cabai bubuk biasa mengemas cabai yang telah menjadi bubuk ini dalam kemasan plastik atau di botol-botol kecil sehingga memudahkan konsumen. Batas keawetan cabai biasanya tertera di kemasan cabai bubuk tersebut. Cabai bubuk dalam kemasan biasanya dapat bertahan sampai 2 minggu, tetapi tergantung juga seberapa zat pengawet yang digunakan.

Cabai giling

Banyak ibu rumah tangga di kota-kota membeli cabai giling. Banyak penjual di pasar menjual cabai giling yang merupakan campuran abai yang digiling dengan garam. Caranya, setelah dibersihkan, cabai lalu digiling menggunakan mesin giling dengan ditambah garam. Makin banyak garam yang ditambahkan, makin lama juga cabai tersebut bertahan dari kebusukan. Hebatnya, cara seperti ini bisa membuat cabai bertahan selama 5 hari sebelum akhirnya busuk.

Cabai Saus

Cara ini biasa digunakan oleh produsen makanan besar. Para produsen tersebut menggunakan teknologi mutahir untuk menghilangkan mikrobiologi dalam proses pengawetan cabai menjadi saus. Tidak jarang juga mereka menambahkan bahan pengawet ke dalamnya. Kesegaran saus botolan tersebut dapat terjamin lama. Hal ini sesuai tanggal kadaluarsa yang tercantum di botol-botol kemasannya.

(20)

pengawetan cabai dengan digiling dapat membuat kandungan gizi seperti vitamin A, B, dan C berkurang. Terlebih setelah digiling, cabai tersebut digoreng seperti yang biasa dilakukan oleh para ibu rumah tangga. ''Panas dari proses penggorengan dapat menghilangkan sampai tiga per empat vitamin A, B, dan C yang dikandung cabai tersebut,'' kata Hardinsyah. Dosen dari IPB ini mengingatkan, bila ingin mengawetkan cabai sebaiknya memperhatikan kesegaran dan bentuk fisiknya. Caranya, perhatikan keutuhan dan bagusnya keseluruhan struktur cabai. Bagian-bagiannya tidak ada yang busuk dan terputus mulai dari tangkai sampai ujungnya. Hal yang terpenting, tidak terlihatnya bintik hitam pada cabai. Sebab, bintik ini bila telah parah akan berubah menjadi bintik putih. Cara mengecek apakah cabai bubuk pun cukup mudah. Bila kemasannya plastik, pastikan bagian cabai satu sama lainnya tidak lengket dan menggumpal.

Cabai awal mulanya berwarna merah gelap, kemudian cabai tanpa perlakuan dikeringkan selama tujuh hari dengan menggunakan sinar matahari (sun drying). Sehingga warna cabai menjadi lebih gelap (merah gelap). Kekerasan biji menjadi berkurang karena biji menjadi kering dan mudah patah. Kilap cabai pun menjadi lebih kurang mengkilap (kurang mengkilap) karena cabai mengalami pemanasan dari cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Karena pemanasan umumnya menimbulkan warna yang lebih tua (gosong). Berat cabai pun menyusut dari 16, 2724 gr menjadi 6, 49 gr. Karena air yang terkandung dalam cabai menguap akibat dari penyinaran cahaya matahari. Dimana cahaya matahari mengeluarkan panas yang dapat menguapkan air yang terkandung dalam cabai. Tekstur cabai pun menjadi lebih kasar (kasar). Karena kadar air yang berkurang ini lah cabai menjadi menyusut sehingga cabai menjadi lebih kasar. Aroma khas cabai pun menjadi menghilang, karena penguapan akibat dari pemanasan yang ditimbulkan oleh cahaya matahari.

(21)

lebih mengkilap, karena air blansing membersihkan semua kotoran yang menempel pada cabai. Sehingga pada cabai sedikit terdapat kotoran, yang menyebabkan cabai menjadi lebih mengkilap. Kotoran yang dimaksud adalah debu. Berat cabai menjadi meningkat karena cabai menyerap air blansing sehingga sekarang cabai mengandung air blansing tersebut. Cabai pun menjadi lebih mudah dipatahkan karena cabai mengandung banyak air setelah proses blansing. Tekstur cabai menjadi lebih halus, karena air yang terserap menyebabkan pori-pori cabai terbuka. Aroma khas cabai pun meningkat karena proses penguapan menyebabkan aroma khas cabai menjadi lebih tercium oleh kita.

Setelah pengeringan selama tujuh hari, cabai mengalami sedikit penurunan kualitas. Karena pada cabai blansing 1, 5 menit ini cabai hanya menyerap sedikit air. Sehingga cabai tidak dapat mempertahankan semua karakteristik dari cabai setelah pengeringan selama tujuh hari. Karena air yang terkandung dalam cabai menguap selama proses pengeringan. Sehingga setelah pengeringan tujuh hari warna cabai menjadi lebih tua, kilap cabai berkurang, berat cabai menyusut setengahnya, cabai menjadi lebih mudah dipatahkan, tekstur cabai pun kasar , dan aroma khas cabai pun berkurang.

Pada cabai dengan perlakuan blansing selama 3 menit, karakteristik cabai menjadi lebih baik. Warna menjadi lebih cerah, kekerasan biji berkurang, cabai menjadi mengkilap, berat cabai pun bertambah, cabai pun menjadi lebih mudah dipatahkan, tekstur cabai menjadi lebih halus, dan aroma khas cabai pun meningkat. Hal ini karena air pada blansing terserap oleh cabai dan waktu blansing pun cukup yaitu 3 menit. Tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama. Jika terlalu singkat kadar air yang terkandung sedikit dan jika terlalu lama kadar air yang terkandung terlalu banyak. Kalau terlalu sedikit, pada saat pengeringan air dapat menguap seluruhnya Jika terlalu banyak air , cabai akan bersifat lebih bonyok dan lebih cepat hancur.

(22)

lebih lunak, cabai pun mempunyai daya kilap yang lebih baik dari cabai dengan tanpa perlakuan, blansing 1, 5 menit dan blansing 3 menit. Berat cabai setelah pengeringan selama tujuh hari mengalami penyusutan setengah dari berat cabai setelah blansing selama 5 menit. Walaupun begitu, berat sebelum perlakuan dengan setelah pengeringan tujuh hari tidak beda jauh. Karena pada saat blansing selama 5 menit, cabai menyerap banyak air. Sehingga air yang terkandung setelah pengeringan selama tujuh hari masih cukup banyak.

Pada cabai blansing 5 menit, kemudahan dipatahkan, tekstur, dan aroma setelah pengeringan selama tujuh hari pun lebih baik dari cabai dengan perlakuan blansing selama 3 menit. Karena pada cabai blansing 5 menit, masih terdapat cukup banyak air. Karena pada saat blansing selama 5 menit, cabai menyerap banyak air. Hal ini disebabkan oleh waktu blansing yang cukup lama, yaitu 5 menit. Tetapi yang tidak baik dari perlakuan blansing selama 5 menit, cabai lebih mudah hancur dan patah. Sehingga dalam proses pengeringan, cabai harus dikontrol lebih sering dari cabai tanpa perlakuan, cabai blansing 1,5 menit dan cabai blansing 3 menit.

(23)

setelah pengeringan tidak tercium. Lain dengan cabai blansing, aroma cabai masih tercium walaupun sedikit berkurang.

Pada cabai Na CO warna cabai kurang baik setelah perendaman dan setelah pengeringan selama tujuh hari bila dibandingkan dengan cabai NMS. Pada cabai NMS warna setelah pengeringan merah cerah. Tetapi untuk sifat mempertahankan warna bahan pangan, perendaman cabai dalam Na CO lebih baik dalam proses pengeringan cabai. Karena warna cabai tidak mengalami perubahan. Daya kilap antara cabai NMS dan cabai Na CO , lebih baik cabai NMS. Berat cabai Na CO mengalami penyusutan setelah pengeringan selama tujuh hari, sama halnya dengan cabai tanpa perlakuan, cabai blansing 1, 5 menit, 3 menit, 5 menit dan cabai NMS. Kemudahan dipathkan lebih baik dari cabai NMS. Untuk tekstur lebih baik cabai NMS daripada cabai Na CO . Pada cabai NMS cabai tidak menjadi kusut dan keriput. Aroma lebih baik dari cabai NMS karena pada cabai NMS setelah pengeringan selama tujuh hari, cabai tidak tercium lagi baunya. Tetapi pada cabai Na CO , aroma cabai justru semakin meningkat

Umumnya buah cabai merah dipetik apabila telah masak penuh, ciri-cirinya seluruh bagianbuah berwarna merah. Di dataran rendah masa panen pertama adalah pada umur 75-80 harisetelah tanam dengan interval waktu panen 2-3 hari. Sedangkan di dataran tinggi agak lambatyaitu pada tanaman berumur 90-100 hari setelah tanam dengan interval panen 3-5 hari.

(24)

Cabai merah besarmerupaka salah satu jenis sayuran yang mempunyai kadar air yang cukup tinggi pada saat panen. Selain masih mengalami proses respirasi, cabai merah akan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis ini menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40%. Daya tahan cabai merah segar yang rendah ini menyebabkan harga cabai merah di pasaran sangat berfluktuasi. Alternatif teknologi penangann pascapanen yang tepat dapat menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai merah.

Cabai dipanen pada saat buah memiliki bobot maksimal, bentuknya padat, dan warnanya tepat merah menyala (untuk cabai merah) dengan sedikit garis hitam (90% masak). Umur panen cabai pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu vaietas, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan.

Tabel 2.1. Kualitas cabai merah besar segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4480-1998)

No Jenis Uji Persyaratan

Mutu I Mutu II Mutu III 1

.

Keseragaman warna Merah> 95%

3 Bentuk 98 Norma 96 Norma 95 Norma

4 .

Keragaman ukuran:

a. Cabai merah besar segar - Panjang buah

- Garis tengah pangkal

(25)

Sumber: departemen pertanian, Standar Mutu Indonesia SNI 01-4480-1998. Berdasarkan Anonim (2011) cara panen cabai adalah sebagai berikut:

1. Cabai dipetik dengan menyertakan tangkai buahnya. Cabai yang dipanen tanpa menyertakan tangkainya akan lebih cepat busuk bila disimpan dan mengurangi bobit hasil panen.

2. Pemanenan biasanya dilakukan sekaligus antara cabai yang masak penuh dengan cabai yang 80-90% masak dalam satu wadah.

3. Cabai yang terserang penyakit harus ditempatkan dalam wadah teersendiri sehingga pada saat panen diperlakukan dua wadah. Buah yang rusak/sakit ini harus dipanen. Jika tidak dipanen maka menular ke cabai yang lain.

4. Waktu panen yang baik pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal sebagai hasil penimbunan zat-zat makanan pada malam harinya dan belum banyak mengalami penguapan.

Sifat khas cabai merah adalah tidak dapat disimpan lama, karena kandungan airnya cukup tinggi. Selain itu, pada saat panen raya dan harga rendah sangat diperlukan penangan yang dapat mempertahankan nilai ekonomis dari komoditas tersebut.

2.1.4Sensor DHT11

DHT11 adalah sensor digital yang dapat mengukur suhu dan kelembaban udara di

sekitarnya. Sensor ini sangat mudah digunakan bersama dengan Arduino. Memiliki

tingkat stabilitas yang sangat baik serta fitur kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi

disimpan dalam OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu,

maka module ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya.

DHT11 termasuk sensor yang memiliki kualitas terbaik, dinilai dari respon, pembacaan data

yang cepat, dan kemampuan anti-interference. Ukurannya yang kecil, dan dengan transmisi

sinyal hingga 20 meter, membuat produk ini cocok digunakan untuk banyak aplikasi-aplikasi

(26)

Gambar 2.1 DHT11 2.1.5 Mikrokontroler Arduino Uno

Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source,

diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan

elektronik dalam berbagai bidang.

Gambar 2.2 Rangkaian Arduino UNO

2.1.6 Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD)

(27)

Gambar 2.3 Rangkaian skematik konektor dari Mikrokontroler ke LCD

Liquid crystal display (LCD) merupakan sejenis crystal yang akan berpendar jika diberi tegangan tertentu, sehinggaperpendaran tersebut dapat diatur untuk

(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cabai merah besar (Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kebutuhan akan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai.

Cabai merah memiliki sifat mudah busuk/rusak. Sifat seperti ini dipengaruhi oleh kadar air dalam cabai yang sangat tinggi sekitar 90% dari kandungan cabai merah itu sendiri. Kandungan air yang sangat tinggi ini dapat menjadi penyebab kerusakan cabai pada saat musim panen raya. Hal ini dikarenakan hasil panen yang melimpah sedangkan proses pengeringan tidak dapat berlangsung secara serentak, sehingga menyebabkan kadar air dalam cabai masih dalam keadaan besar, sehingga menyebabkan pemusukan.

Beberapa upaya penyelamatan hasil pertanian adalah dengan melakukan pengeringan. Prinsip pengeringan cabai adalah menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air diantara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara panas mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat mengurangi uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan secara menerus.

(29)

mekanis dengan menggunakan alat pengering. Walupun demikian, penjemuran tidak dapat diandalkan karena sangat tergantung pada kondisi cuaca.

Proses pengeringan mekanis dengan menggunakan alat pengering mekanis yang tidak sesuai dengan karateristik dari cabai yang dikeringkan mengakibatkan terjadinya kerusakan cabai, sehingga dapat mengurangi mutu dari cabai yang dihasilkan. Oleh karena itu , diperlukan sebuah model pengeringan sebagai dasar dalam perancangan sebuah alat pengering. Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu diadakan penelitian untuk mendapatkan sebuah model pengeringan yang mampu mempresentase peruilaku cabai selama pengeringa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam bentuk laporan Tugas Akhir dengan judul “ MINIATUR INKUBATOR PENGERING CABAI MENGGUNAKAN SENSOR DHT11 BERBASIS ARDUINO UNO”.

Pada alat ini penulis akan menggunakan sebuah mikrokontroler berbabis Arduino Uno dengan sensor kelembapan DHT11.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengolah data yang diberikan oleh sensor kelembapan DHT11.

2. Merancang alat yang dapat mengeringkan cabai sehingga mengurangi tingkat kebusukan pada cabai.

3. Membantu para petani cabai dalam mengeringkan cabai agar tidak selalu mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan cabai.

(30)

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Sensor yang digunakan adalah sensor kelembapan DHT11 hanya bisa mencapai suhu

temperatur maksimal 90oC sedangkan cabai butuh suhu temperatur mencapai 800oC. 2. Kontruksi alat tidak sempurna sehingga masih terlihat susah untuk digunakan para

konsumen.

3. Cabai mampu kering dalam waktu 4 jam dikarenakan suhu yang bisa dicapai sensor hanya 90oC.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan bagaimana sebenarnya prisip kerja alat pengering cabai yang menggunakan sensor kelembapan DHT11 menggunakan arduino uno, maka sistematika penulisan laporan tugas akhir ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latarbelakang,rumusanmasalah,tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain tentang prinsip kerja sensor kelembapan DHT11,lampu dan kipas angin yang berbasis arduino uno.

BAB III : PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

(31)

BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke ARDUINO.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(32)

Proyek ini bertujuan untuk perancangan sistem ini menggunakan metode rancang bangun yang terdiri dari beberapa tahap yaitu, (1) indentifikasi kebutuhan, (2) analisis kebutuhan (3) konsep rancang pembuatan dan (5) pengujian.

Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa masing-masing bagian dala sistem ini telah berfungsi dengan baik. Alat ini dapat bekerja sesuai dengann harapn , yakni mengontrol sistem pada waktu proses pengeringan sampai selesai dalam inubator dan menampilkannya pada LCD. alat ini mengendalikan lampu dankipas sehingga proses pengeringan cabai merah dapat berlangsung dengan baik. Dari hasil pengujian dpat disimpulkan bahwa alat in telh berfungsi sebagaimana yang direncanakan.

(33)

SENSOR DHT11 BERBASIS ARDUINO UNO

PROJEK AKHIR II

NIM : 132411001

EKA PUSNA JAHRA RITONGA

D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

DEPERTEMEN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(34)

SENSOR DHT11 BERBASIS ARDUINO UNO

TUGAS AKHIR II

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ahli madya

NIM : 132411001

EKA PUSNA JAHRA RITONGA

D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

DEPERTEMEN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(35)

Judul : Miniatur Inkubator Pengering Cabai Menggunakan Sensor DHT11 Berbasis Arduino UNO

Kategori : Tugas Akhir

Nama : EKA PUSNA J RITONGA

NIM : 132411001

Program Studi : D-3 Metrologi Dan Instrumentasi Departemen : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, Juli 2016

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi Pembimbing

D3 Metrologi Dan Instrumentasi

(36)

MINIATUR INKUBATOR PENGERING CABAI MENGGUNAKAN SENSOR DHT11 BERBASIS ARDUINO UNO

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

(37)

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwata’ala, atas segala karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan safa’atnya di kemudian hari. Aamiin...

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada keluarga tercinta Ayahanda Usman Bil Alpan dan Ibunda Suzanna, terima kasih atas kasih sayang dan kepercayaan yang telah ayah dan bunda berikan kepada kakak, serta adikku tercinta Ahmad Ghozaly Ritonga,Sayawaludin Akbar Ritonga dan Nizar Uzri Ritonga, terimakasih buat dukungannya, doa dan motivasi yang diberikan dari awal mulai perkuliahan sampai penulisan Tugas Akhir ini serta buat seluruh keluarga yang telah membantu, mendukung dan memberikan kelonggaran serta support terhadap pendidikan saya hingga bisa berkembang seperti sekarang.

1. Yth.Bapak Dr. Krista Sebayang, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang,selaku Ketua Program Studi S-I Metrologi dan Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(38)

Saya dalam melakukan sidang tugas akhir II

4. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Diploma Tiga (III) Metrologi Dan Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada teman-teman seperjuangan Juliana, Juliani,midha azha, Novitasari limbong, Puja jp, Iffah kocik,Dara Z, Yenita S yang selalu berada disaat susah maupun senang, terlebih lagi kita selalu bersama untuk mengerjakan Tugas Akhir selama 24 jam setuiap hari tidak tidur di UKM dan tak lupa semua teman-temanku Metrologi dan Instrumentasi.

6. Tak lupa juga dengan teman-teman super seperti Dolly, Bang Royansyah, Bang Budi, Bang Yetsun,Bang Nuril,Kak Maya Bang Faqih dan beserta pengurusanggota UKM Robotik SIKONEK Universitas Sumatera Utara. 7. Dan juga teman-teman Roket anak Elektro cas,cas,cas,cas seperti

Riza,Dimas,Dika,Yasir,Tegguh,Lutfi,dan Bang Irwan yang saat ini sedang mengikuti kontes roket ,semoga sukses dan menang.aamiinn

8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satuper satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

(39)

Medan, Januari 2016 Penulis,

(40)

PROYEK AKHIR

MINIATUR INKUBATOR PENGERING CABAI MENGGUNAKAN SENSOR DHT11 BERBASIS ARDUINO UNO

Oleh : Eka Pusna Jahra Ritonga NIM :132411001

ABSTRACT

This projek aims to the design of this system using the method of design that consists of several stages, namely, (1) the identification of needs, (2) a needs analysis (3) the concept design and manufacture (5) testing.

From the test results, showing that each piece dala these systems are functioning properly. This tool can work according dengann expectations, ie, control the system during the drying process to completion in inubator and displays it on the LCD. This tool controls the lights and fan so red chillies drying process can take place properly. From the test results dpat concluded that the tools in telh functioning as planned.

(41)

Proyek ini bertujuan untuk perancangan sistem ini menggunakan metode rancang bangun yang terdiri dari beberapa tahap yaitu, (1) indentifikasi kebutuhan, (2) analisis kebutuhan (3) konsep rancang pembuatan dan (5) pengujian.

Dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa masing-masing bagian dala sistem ini telah berfungsi dengan baik. Alat ini dapat bekerja sesuai dengann harapn , yakni mengontrol sistem pada waktu proses pengeringan sampai selesai dalam inubator dan menampilkannya pada LCD. alat ini mengendalikan lampu dankipas sehingga proses pengeringan cabai merah dapat berlangsung dengan baik. Dari hasil pengujian dpat disimpulkan bahwa alat in telh berfungsi sebagaimana yang direncanakan.

(42)

Halaman

1.5Sistematika Penulisan 3

BAB II . LANDASAN TEORI

2.1 Pasca Panen Cabai 5

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengerinan 10

2.1.2 Proses Pengeringan 11

2.1.3 Metode Pengeringan 11

2.1.4 Sensor DHT11 22

2.1.5 Mikrokontroler Arduino Uno 22 2.1.6 Rangkaian Liquid Crystal Display (LCD) 22

BAB III METODE PERCOBAAN

(43)

3.1.2 Cara Kerja Alat 26

3.2 Perancangan Rangkaian 26

3.2.1 Sensor DHT11 25

3.2.2 Mikrokontroler Arduino UNO 25 3.2.3 Rangkaian Liquid CrystalDisplay (LCD) 26

3.3 Diagram Alir 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Data Pengujian Alat 28

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 30

5.2Saran 31

(44)

Nomor Judul Halaman Tabel

2.1 kualitas cabai erah besar segar berdasarkan standart nasional Indonesia

(45)

Nomor Judul Halaman Gambar

2.1 DHT11 23

2.2 Rangkaian Arduino UNO 23

2.3 Rangkaian skematik konektor dari Mikrokontroler ke LCD 24

3.1 Konsep Dasar Sistem 25

3.2 Schematic Rangkaian 26

Gambar

Gambar 3.1 Konsep Dasar Sistem
Gambar 3.2 Schematic Rangkaian
Gambar 3.5 Diagram Alir
Tabel 2.1. Kualitas cabai merah besar segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan   Presiden   Nomor   24   Tahun   2010   tentang Kedudukan,  Tugas,  dan  Fungsi  Kementerian  Negara serta  Susunan  Organisasi,  Tugas  dan

bahwa untuk menindaklanjuti Ketentuan Pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Dana Bergulir, perlu menetapkan Peraturan

Untuk Usaha Menengah belum ada kriteria yang pasti hanya dicantumkan dalam pasal 1 butir 2, bahwa Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi ya

Garcinia cowa Roxb", Pharmacognosy Journal, 2017 Publication upm-idm.upm.edu.my Internet Source library.nymc.edu Internet Source www.archclinbiomedres.com Internet

Masalah etika ini selalu dihadapi oleh para manajer dalam keseharian kegiatan bisnis, namun harus selalu dijaga terus menerus, sebab reputasi sebagai perusahaan

kelompok MPB yang terdiri atas matakuliah yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan perilaku berkarya sesuai dengan ketentuan

[r]

Sebagai contoh, kita lihat di negara Inggris, yang merupakan negara Eropa pertama kali yang menerapkan sistem ekonomi syariah. Pada dasarnya, Inggris bukanlah