• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Paparan, Dosis Dan Sistem Proteksi Radiasi Pada Penggunaan Sinar – X Merk Hitachi di Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Paparan, Dosis Dan Sistem Proteksi Radiasi Pada Penggunaan Sinar – X Merk Hitachi di Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANA

RADIA

DI R

FAKU

ALISA PA

SI PADA

RUMAH

ULTAS MA

UN

APARAN

A PENGG

SAKIT P

GEMB

DEPA

ATEMATI

NIVERSIT

N, DOSIS

GUNAAN

PUSAT H

SKRIP

Oleh BIRA KAR 1108210

ARTEME

IKA DAN I

TAS SUM

M E D

2 0 1

DAN SIS

SINAR –

H. ADAM

PSI

h

RO - KARO 001

EN FISIK

ILMU PEN

MATERA

A N

3

(2)

ANA

RADIA

DI R

D FAKUL

ALISA PA

SI PADA

RUMAH

Diajukan se Sa LTAS MA UN

APARAN

A PENGG

SAKIT P

ebagai sala arjana Sain Unive Ge DEPA TEMATIK NIVERSIT

N, DOSIS

GUNAAN

PUSAT H

SKRIP

ah satu syar ns dalam Pr Fakultas M ersitas Sum Oleh embira Kar 1108210 ARTEME

KA DAN I TAS SUM

M E D A

2 0 1

DAN SIS

SINAR –

H. ADAM

PSI

rat untuk m rogram Stu MIPA matera Utar

h

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : ANALISA PAPARAN, DOSIS DAN SISTEM

PROTEKSI RADIASI PADA PENGGUNAAN

SINAR – X MERK HITACHI DI RUMAH

SAKIT PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

Nama Mahasiswa : Gembira Karo - Karo Nomor Induk Mahasiswa : 110821001

Program Studi : Fisika S-1 Ekstensi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui :

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen Fisika

(4)

ABSTRAK

(5)

ANALISYS THE EXPOSURE, DOSE AND RADIATION PROTECTION SYSTEM TO USING X-RAY RADIATION HITACHI BRAND AT

GENERAL HOSPITAL H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACT  

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya,penulis dapat diberikan kekuatan dan

pikiran yang sehat sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan guna

memenuhi persyaratan jenjang sarjana (S-1) Fisika Fakultas Matematika Dan

Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara.

Didalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan – kekurangan yang terjadi.Hal tersebut dikarenakan kemampuan

yang terbatas dari penulis,dan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari pihak Pendidik, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik

Medan, Keluarga dan teman -teman . Maka pada kesemapatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: Bapak Dr.

Marhaposan Situmorang dan Drs. Syahrul Humaidi,M.Sc selaku Ketua dan

Sekretaris Departemen Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Herli Ginting,MS, selaku pembimbing

pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan arahan , panduan,

masukan-masukan, motivasi serta bimbingan sehingga penulisan dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Teristemewa buat Ayahanda dan Ibunda

Tercinta, istriku tersayang Rosaria br Ginting dan anakku Piere Steven Randall

Karo – Karo Sitepu yang telah banyak memberikan dukungan dan doa, serta

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa

yang membalas kebaikan dan melipat gandakan pahala pada semua pihak yang

telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua .Tuhan

(7)

DAFTAR I SI

Halaman

UCAPAN TERIMA KASIH i

INTISARI ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Rumusan Masalah 2

1.3.Batasan Masalah 3

1.4.Tujuan Penelitian 3

1.5.Manfaat Penelitian 3

1.6.Tempat Penelitian 4

1.7.Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Sinar – x 5

2.2. Proses terjadinya Sinar - x 5

2.3. Sifat Fisik Sinar – x 9

2.4. Interaksi sinar – x dengan materi 10

2.5. Dosis Radiasi 13

(8)

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi 13

2.6.2 satuan kecepatan pemaparan 14

2.6.3 Pemantauan paparan radiasi dipersonil 14

2.7. Sifat radiasi 15

2.8. Efek radiasi 15

2.9. Nilai ambang batas 18

2.10. Proteksi radiasi 18

BAB III METODE PENELITIAN 21

3.1. Peralatan dan Bahan 21

3.2. Diagram alir penelitian 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Dosis radiasi 22

3.3.2. Paparan radiasi 22

3.3.3 Proteksi radiasi 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4.1. Paparan radiasi 23

4.2. Dosis radiasi 24

4.3 Proteksi radiasi 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27

5.1. Kesimpulan 27

(9)

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN L

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Efek foto listrik 11

Gambar 2.2 Penghamburan compton 11

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan 12

Gambar 2.4 Penempatan personal monitoring 15

(10)

ABSTRAK

(11)

ANALISYS THE EXPOSURE, DOSE AND RADIATION PROTECTION SYSTEM TO USING X-RAY RADIATION HITACHI BRAND AT

GENERAL HOSPITAL H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACT  

(12)

BAB I PENDAHULIAN

1.1 Latar belakang

Segala jenis radiasi ionisasi sangatlah berbahaya dan dapat menyebabkan

terjadinya perubahan biologis pada jaringan. Bahaya efek biologis dari sinar-x

pertama kali diketahui segera setelah ditemukannya sinar-x. Saat itulah, informasi

tentang efek berbahaya dari ekspos sinar-x yang berlebihan berkembang seiring

dengan penelitian tentang bahaya efek radiasi tersebut.

Pengujian radiografi pada dasarnya adalah penyinaran contoh uji dengan

menembus logam. Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi diskontinuity di dalam bahan seperti diskontinuity akibat tuangan, pengelasan dan lain sebagainya. Metode pengujian ini menggunakan sinar– sinar elektromagnetik (sinar – χ atau

sinar - γ) yang ditembuskan kepada bahan uji lalu direkam dalam film khusus.

Dari hasil rekaman film akan dapat diamati diskontinuity bahan juga dapat diperoleh hasil rekaman yang permanen. Pengujian radiografi ini mempunyai

potensi bahaya yang sangat besar baik dalam pengujian maupun dalam bahan

radioaktif yang digunakan.

Pengujian yang tidak mematuhi prosedur kerja aman yang berlaku dapat

menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh, yaitu efek stokastik dan non stokastik.

Begitu juga dengan kesalahan dalam pengelolaan serta penyimpanan dan

penggunaan alat dan bahan radioaktif yang digunakan. Hal tersebut dapat

membahayakan kesehatan pekerja dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu efek

yang ditimbulkan oleh bahaya radiasi ini adalah kematian sel. Banyaknya sel yang

mati akan meningkat sesuai dengan besar dosis radiasi yang diterima. Apabila

tidak ditangani dan dilakukan sesuai dengan prosedur bekerja secara aman, hal

tersebut dapat berlanjut pada kematian.

Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan mencakup dua kegiatan

utama, yaitu Pemantauan daerah kerja dan pemantauan kawasan. Kedua jenis

(13)

dilakukan dalam setiap kegiatan pemanfaatan radiasi. Pemantauan daerah kerja

dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap individu pekerja radiasi terjamin

keselamatannya dari bahaya radiasi. Pemantauan ini terdiri atas pemantauan

radiasi dan kontaminasi yang keduanya dapat dipakai untuk memperkirakan

penerimaan dosis oleh para pekerja radiasi. Jenis pemantauan daerah kerja

disesuaikan dengan jenis sumber yang digunakan dan kegiatan di tempat tersebut.

Pada daerah kerja yang hanya menggunakan sumber terbungkus cukup dilakukan

pemantauan radiasi saja. Sedang daerah kerja yang menggunakan sumber radiasi

terbuka dan mempunyai potensi terkontaminasi oleh bahan radioaktif, disamping

pemantauan radiasi perlu juga dilakukan pemantauan kontaminasi. Pemantauan

daerah kerja ini bukan hanya sekadar melakukan pengukuran laju dosis maupun

tingkat kontaminasi baik permukaan udara, tetapi juga menginterpretasikan hasil

pengukuran tersebut untuk dibandingkan dengan batasan dosis yang telah

ditetapkan.

1.2 Rumusan masalah

Untuk mempermudah melakukan penulisan ini maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang mempengaruhi laju paparan dosis radiasi?

2. Bagaimana laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik

Medan?

3. Apakah terjadi kebocoran pada Tabung Sinar x di kamar periksa 3 di Instalasi

Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Batasan masalah

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat Radiasi

Sinar –x.

(14)

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah akan dibatasi pada:

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat radiasi

sinar – x.

2. Sumber radiasi yang diamati adalah sinar – x Merk Hitachi

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam

Malik Medan.

2. Untuk mengetahui banyaknya dosis yang diserap pekerja dari pemakaian

radiasi sinar – x

merk hitachi.

3. Untuk mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X-Ray di Instalasi

Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui laju paparan radiasi di sekitar kamar periksa 3 pada Instalasi

Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Agar dapat diketahui banyaknya dosis yang diserap akibat pemakain radiasi

sinar – x merk hitachi.

3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X- Ray di Instalasi

Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.6 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan BPFK

(15)

1.7. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan

masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi

acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta

pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian,

diagram alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian

sampel.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa

data yang diperoleh dari penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang

cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X

dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi,

2001).

2.2 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen

Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik

yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen)

terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi,

elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat

pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada

sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung

(perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X

yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada

sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.

Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat

pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan

oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan

bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan

(17)

1. Sumber elektron (filamen).

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung

sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif

Jauhari, 2008).

2. Anoda.

Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai

radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi,

mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir

melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda.

Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang

dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk

mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang

tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang

menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang

fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik

pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif Jauhari, 2008).

5. Target.

Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang

mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik

mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah

menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus

mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini

diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas

panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan

berhadapan dengan katoda.

(18)

Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan

panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara

harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar

mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian

dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih

efisien dan daya tahan yang lebih lama (M. Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung.

Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan

terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi

listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya.

Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan

ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai

daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M.

Akhadi, 2001).

8. Rumah tabung.

Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang

dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal

radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik.

Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus

dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi

diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane,

2008).

9. Filter.

Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam

radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan

bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan

filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh

sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika

(19)

praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal,

biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran

filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal

10. Pembatas sinar.

Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah

tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator.

Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah,

dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X.

Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah

dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas

sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat

digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut

dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat

digunakan sebagai sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas

lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak

sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti

sinar tampak.

Adapun bagian daripada kolimator adalah:

- Lampu.

Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan

luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut

berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis

persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan

penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut

menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.

- Cermin.

Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber

(20)

bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin tersebut

berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga

menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan

penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju

cermin .

2.3 Sifat Fisik Sinar-X

Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah

1. Daya Tembus.

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan

digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan)

yang digunakan, makin besar daya tembusnya.

2. Pertebaran.

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut

akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi

hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

3. Penyerapan.

Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau

kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya,

makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografik.

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah

diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Pendar Fluor (Fluoresensi).

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau

zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi

sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

2.4 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari

(21)

 Efek fotolistrik  Efek Compton

 Efek produksi pasangan

Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X

dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi

pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari,

2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx

... ( 2.1 )

m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm

haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m digantikan menjadi (m r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi massa.

Efek foto listrik.

Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron,

sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang

dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik

terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV

(22)

Ha

Pengha

sebuah fo

elektron y

datang), se

Da

mungkin s

energi dib

semakin

kekekalan

amburan C

amburan co

oton dan s

yang diangg

eperti yang

Gamba

se

alam suatu t

semua ener

buat kekal.

dimungkink

n semua ene

Compton

ompton mer

ebuah elek

gap bebas (

ditunjukkan

ar 2.2 Pengha

empurna anta

tumbukan a

rgi foton da

Hal ini dap

kan. Jika h

rgi foton di

Gambar 2.

rupakan sua

ktron bebas

(tenaga ikat

n pada gam

amburan com

ara sebuah fo

antara sebua

apat dipinda

pat diperlih

hal itu me

iberikan kep

1 Efek foto li

atu tumbuka

s. Dimana

t elektron le

mbar di bawa

mpton: suatu

oton dan sebu

ah foton dan

ahkan ke el

hatkan deng

emang ben

pada elektro

istrik.

an lenting s

foton beri

ebih kecil d

ah ini:

tumbukan le

uah elektron.

n elektron b

ektron jika

an berasum

ar, maka m

on .

sempurna a

interaksi de dari energi enting . bebas maka a momentum

msi bahwa r

(23)

Ef Proses Apabila fo sebagai ga massanya juga sama energi:

hv1 =

K+ = En

K- = En

Oleh k

minimal (

kecepatan 2.5 Dosis Do sebgai aki Be (terjemaha fek Produks produksi pa oton semac antinya timb sama deng

a dengan m

(2 m0c2) +

nergi Kineti

nergi Kineti

karena prose

(2 m0c2) (1

n cahaya.

Radiasi

osis radiasi

ibat radiasi m

esaran radi

an dari istila

si Pasangan

asangan han

cam ini men

bul sepasan

gan elektron

muatan ele

(K+) + (K-)

ik positron

ik elektron

es ini hanya

1.02 MeV)

Gamba

dapat diart

mengenai m

asi untuk

ah exposure n

nya terjadi b

ngenai inti

ng

elektron-n-elektron b

ektron. Pro

...

a bisa berla

m0 adalah

ar 2.3 Efek pr

tikan sebag

materi (Dwi

pertana ka

e) dengan si

bila energi

atom berat

elektron. Po

bermuatan l

ses ini me

...

angsung bil

h massa dia

roduksi pasan

ai kuantisas

Seno, 2008

ali diperke

imbol X, ya

datang lebih

, foton ters

ositron adal istrik positi emenuhi hu ... lamana ene am elektron ngan.

si dari pros

8).

enalkan ada

ang pada Ko

h dari 1.02

sebut lenyap

lah partikel

if yang bes

ukum keke

... ( 2

ergi foton d

on dan c a

ses yang dit

(24)

pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma

untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan

listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

2.6 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya

paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis

radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.

Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya

yaitu:

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di

udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah

sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber

radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek

yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4Coulomb/kg udara

1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

2.6.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3R.

2.6.3 Pemantauan Paparan Radiasi Personil

Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila

dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan

(25)

tugasnya.

paparan

kardiologi

Me

alat terseb

satu film b

di luar apr

Pe

film badg

secara ben

maksimum

dalam Gam

2.7 Sifat R

Ad keberadaa 1. Radia meng radias Ketentuan yang dite

i dan semua

etode yang

but sangat p

badge di ba

ron tersebut

tugas prote

ge tersebut

nar. Pilihan

m atau papa

mbar 2.4.

Gam

Radiasi

da dua mac

an sumber ra

asi tidak

enalinya di

si.

n ini men

erima ole

a personil ya

paling pop praktis dan awah apron t. eksi radiasi sehingga

n lokasi ter

aran seluru

mbar 2.4 Pe

cam sifat r

adiasi pada dapat did iperlukan su ngamanatkan eh dokter ang memba puler peman ekonomis.

dan yang la

(PPR) haru

laporan pa

rsebut berg

uh tubuh leb

enempatan

radiasi yang

suatu temp

deteksi ole

uatu alat ba

n keharusa

spesialis

antu dalam p

ntauan radia

Biasanya,

ain pada ba

us diberitah

aparan radi

gantung pad

bih penting

n personal m

g dapat dig

at atau baha

h indra m

antu pendet

an dilakuk

radiologi, d

pemggunaan

asi adalah fi

setiap oran

gian leher b

hu kesepaka

asi dapat d

da apakah p

g, sebagaim

 

monitoring

gunakan un

an yaitu :

manusia, s

teksi yang

kan peman

dokter spe

n alat.

film badge s

ng menggun

baju yang b

atan penggu diinterpreta paparan ter mana ditunju g ntuk menge

sehingga u

(26)

2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilalui melalui proses ionisasi,

eksitasi. Dengan menggunakan sifat – sifat tersebut kemudian digunakan

sebagi dasar untuk membuat detektor radiasi.

2.8 Efek Radiasi

Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas

berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan

kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel – selnya aktif membelah

mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel – sel darah

putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit

dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 )

Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami

perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel.

Komponen selular darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusul

setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu

tinggi masih dapat memproduksi sel – sel darah, sedangkan pada dosis yang

cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian.

Akibatnya penekanan aktivitas sum – sum tulang maka orang yang terkena radiasi

akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan

haemoglobin.

Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan

radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan

tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel – sel dapat mengalami perubahan struktur

Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua

jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu :

1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun

sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi.

2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung

(27)

Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi

pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :

1. Efek Stokastik

Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia

dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan

genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai

dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi

sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan

kerusakan somatik maupun genetik

2. Efek Deterministik

Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat

langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat

muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal

adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat

menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan

menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit

merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau kerontokan

rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 – 12.000 mSv.

Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum

maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,

lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat

kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok,

shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah

erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan

rambut kulit.

Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi

dosis tinggi pada manusia adalah :

a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan

(28)

b. Penyinaran dosis radiasi 10 – 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran

pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.

c. Dosis radiasi 3 – 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel

darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 – 2

bulan.

d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma

pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan

kemandulan.

e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga

mengakibatkan katarak dengan dosis 2 – 5 mSv.

2.9 Nilai Ambang Batas

Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu

kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International

Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah

dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari

penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini

memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik

gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ).

Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi

didasarkan akumulasi sebagai berikut :

D = 5 ( N – 18 ) ... 2.3

Dimana :

D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan

dalam Rem.

5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi

yaitu 5 rem pertahun.

N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun.

18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan

(29)

Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan

Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89

tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.

Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18

tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam

masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko

kontaminasi radioaktif yang tinggi.

2.10 Proteksi Radiasi

Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil,

prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan

dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu

paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya

maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah

melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan

kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:

I2/I1 = d12/d22 ... 2.4

Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang

seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini

diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna

juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap

sebagai poin utama.

Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas

tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:

I = Io e-µx ... 2.5

dengan:

- I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan;

(30)

- µ adalah

densitas, d

- x adalah

h koefisien

dan energi f

ketebalan b

G

S

atenuasi da

foton); dan

bahan atenu

Gambar2.5 P

Sesuai deng

ari bahan (y

uasi.

Pengurangan

gan Hukum

yang tergan

n Intensitas

Kuadrat Te

ntung pada n

Radiasi

erbalik.

(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan dan bahan

- Satu set peralatan sinar – x Merk Hitachi dengan :

TYPE Pesawat : PM – 1551C, Tegangan Masuk : 110 V – 220V, Kapasitas Pesawat: 550 mA, KV Range : 35 kV – 150 kV, Phase : Singel phase, Spesifikasi : 2 buah tube.

- Survey meter

- Dosimeter

- Mistar

- Baju afron 0,5 Pb

3.2 Diagram alir penelitian

Proses Pengukuran Dosis Radiasi

Proses Pengukuran Paparan Radiasi Sumber Radiasi Merk

Hitachi

Proses Pengukuran Proteksi Radiasi

Data Pengukuran Dosis, Paparan dan Proteksi Radiasi

(32)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Dosis Radiasi

1. Diset alat sinar – x merk hitachi pada arus 200 mA, 16 s.

2. Diletakkan alat pengukur dosis radiasi dibawah keluaran sinar –x.

3. Dihidupkan alatsinar – x pada tegangan kilovolt 40.

4. Diukur dosis radiasi sinar - x yang keluar.

5. Dilakukan pengukuran dengan cara yang sama untuk tegangan

50 kilovolt, 60 kilovolt, 70 kilovolt dan 80 kilovolt.

3.3.2 Paparan radiasi

1. Diset alat sinar – x pada 60 kilovolt, 200 mA, 16 s.

2. Disiapkan titik – titik penentuan jarak untuk 1m, 2m, 3m, 4m dan 5m

dari sumber radiasi.

3. Diletakkan alat pengukur radiasi pada jarak 1m dari sumber dalam

kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x

5. Dengan cara yang sama dilakukan untuk jarak 2m, 3m, 4m dan 5m.

3.3.3 Proteksi radiasi

1. Disiapkan baju khusus anti radiasi (baju apron)

2. Diset alat sinar – x pada 200 mA, 16 s.

3. Diletakkan alat ukur dosis radiasi yang telah dilapis baju apron pada

jarak 1m dari Sumber dalam kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x pada tegangan kilovolt 40.

5. Dengan cara yang sama diukur besar radiasi yang diterima apron

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paparan radiasi

Dari hasil penelitian untuk melihat besar paparan radiasi diperlihatkan pada grafik 4.1 berikut ini :

 

Grafik 4.1 paparan radiasi

Dari grafik terlihat bahwa pengaruh paparan radiasi bergantung antara

sumber radiasi dengan objek, dimana semakin jauh objek dari sumber maka

semakin kecil objek terkontaminasi radiasi. Walaupun semakin kecil bukan berarti

objek terbebas dari pengaruh radiasi. Ini perlu penanganan dan perhatian karena

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

0 1 2 3 4 5

paparan

 

radiasi

 

(

µ

Sv)

Jarak (m)

Grafik

 

Jarak

 ‐

vs

 ‐

Paparan

 

radiasi

Paparan 80 kilovolt

Paparan 70 kilovolt

Paparan 60 kilovolt

Paparan 50 kilovolt

[image:33.595.132.494.257.628.2]
(34)

efek radiasi tidak pernah spontan pengaruhnya tetapi perlahan – lahan. Oleh

karena itu diperlukan tindakan – tindakan yang sifatnya spontan dan kontiniu

untuk menanggulangi efek akibat paparan radiasi. Dari hasil diatas paparan radiasi

terendah berada pada tegangan 40 kilovolt dimana besar radiasi maksimum

berada pada kisaran 0,13 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,01 µSv

Paparan radiasi maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana radiasi

maksimum sebesar 0,81 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,04 µSv.

Dari hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar kilovolt yang diberikan maka

semakin besar paparan radiasi yang dihasilkan. Dari grafik juga terlihat bahwa

penurunan paparan radiasi terhadap jarak berlangsung secara eksponensial ini

menunjukkan bahwa daya jelajah sinar radiasi berkurang secara eksponen.

4.1 Dosis Radiasi

Dari hasil yang diperoleh pada pengukuran dosis radiasi yang

terserap dari sinar – x Merk Hitachi dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik 4.2 Dosis radiasi

Dari grafik diatas terlihat terjadi kenaikkan tingkat dosis radiasi

yang diterima jika tegangan masukan (kilovolt) dinaikkan. Ini menunjukkan

46 56

64 74

81

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 20 40 60 80 100

Dosis

 

radiasi

 

(

 

µ

Sv)

Tegangan (kV)

[image:34.595.128.497.440.675.2]
(35)

bahwa besar dosis yang diterima bergantung pada tegangan (kilovolt) yang

diinfutkan dimana besar dosis maksimum berkisar 81 µSv yang berada pada

tegangan 90 kilovolt. Besarnya keluaran dosis masih dibawah ambang batas

normal pemakian yang ditetapkan BAPETEN dimana besar tetapan dosis yang

diterima maksimum 50 mSv pertahun. Dari data diatas jika dikalkulasikan

pertahun berkisar 35,4 mSv. Untuk penggunaan Di Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik tegangan yang digunakan adalah 60 kilovolt sehingga masih jauh

dibawah ambang batas maksimum dalam pemakaian dimana dosis yang didapat

20,44 mSv.

4.3 Proteksi Radiasi

Karena berbahayanya pengaruh radiasi maka keluaran radiasi harus

diproteksi agar tidak terlalu membahayakan pasien dan petugas medis. Hasil dari

proteksi radiasi dengan menggunakan baju anti radiasi (baju apron) dapat dilihat

dari grafik 4.3 berikut:

Grafik 4.3 Proteksi radiasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa memproteksi radiasi dengan

menggunakan baju apron sangat berfungsi dengan baik dimana pada tegangan

kilovolt yang digunakan pada rumah sakit yaitu 60 kilovolt besar radiasi yang

0 0

0,01

0,02

0,03

0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035

50 60 70 80 90

Dosis

 

radiasi

 

(

µ

Sv)

tegangan (kilovolt)

[image:35.595.128.497.446.663.2]
(36)

terserap bernilai 0 atau dikatakan bebas dari pengaruh radiasi, tetapi ketika

tegangan kilovolt dinaikkan terjadinya penyerapan dosis radiasi pada apron. Ini

menunjukkan bahwa daya sinar radiasi sangat besar sehingga mampu menembus

baju tersebut. Oleh sebab itu bagi petugas yang selalu menangani ruang ruang

radiasi perlu diperhatikan dalam penggunaan kilovolt yang yang besar maka akan

terkontaminasi radiasi yang sudah tentu sangat membahayakan petugas medis

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Besarnya dosis radiasi yang diserap dalam penyinaran sinar – x bergantung

pada tegangan yang diberi.

2. Besar paparan radiasi dipengaruhi oleh jarak antara sumber radiasi dengan

objek.

3. Nilai proteksi radiasi sangat dipengaruhi besarnya kilovolt yang diberikan

karena bahan proteksi radiasi dapat ditembus sinar radiasi jika besar tegangan

yang diberikan diatas 70 kilovolt.

4. Nilai dosis radiasi yang terukur dari sinar – x merk hitachi RSUP H. Adam

Malik masih dalam ambang batas aman pemakaian karena standar BAPETEN

50 mSv pertahun.

5. Tidak terjadi kebocoran radiasi pada pesawat sinar – x Merk Hitachi yang

berada di RSUP H. Adam Malik Medan

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian untuk bahan – bahan proteksi yang lain

agar dapat diketahui kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menerima

radiasi sehingga diketahui mana yang lebih baik dan aman untuk pemakaian

(38)

DAFTAR PUSTAKA

1. Akhadi,M. 1997. Pengantar Tekhnologi Nuklir. PT.Rineka Cipta Jakarta

2. Anonim. 2012 .Care for Cancer, http//www.terapibrachy.com.Diakses Tahun 2012 Medan

3. Bapeten. 1997. Pendidikan dan PelatihanPetugas Proteksi Radiasi. Jakarta 4. Bapeten. 2005. Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta

5. Dwi Suseno, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

6.Govinda., Advanced Medical radiation Dosimetry, Prentice Hall of India, 1992.

7. Kadek Subagiada”Pengaruh Source Skin Distance (SSD) Terhadap Profil Dosis

Radiasi Pesawat Sinar-X , 2012

8.Khan, Faiz M., The Physics of radiation Therapy, William & Wilkins, USA,

1994.

9.Syahriar rasad,1990. Radiodiagnostik, Balai Penerbit FKUI. Jakarta

10.Togap Marpaung, Proteksi radiasi Dalam Radiologi. Seminar Keselamatan

Nuklir, 2006

11.William R. Hendee, Radiation Therapy Physics, Chicago London, Januari

1984.

(39)

LAMPIRAN

Tegangan (kV) Dosis Radiasi(µSv)

50 46 60 56 70 64 80 74 90 81

Paparan radiasi (µSv)

40 kV paparan 50 kV paparan 60 kV paparan 70 kV paparan 80 kV paparan 1,00 m

0,13 1,00 m

0,22 1,00 m

0,39 1,00 m

0,64 1,00 m

0,81

2,00 m

0,06 2,00 m

0,08 2,00 m

0,15 2,00 m

0,25 2,00 m

0,33

3,00 m

0,02 3,00 m

0,04 3,00 m

0,07 3,00 m

0,12 3,00 m

0,15

4,00 m

0,02 4,00 m

0,02 4,00 m

0,03 4,00 m

0,06 4,00 m

0,09

5,00 m

0,01 5,00 m

0,01 5,00 m

0,02 5,00 m

0,03 5,00 m

0,04

Tegangan (kV) Proteksi radiasi (µSv)

Gambar

Gambar 2.1 Efek foto liistrik.
Grafik Jarak ‐ vs ‐ Paparan radiasi
Grafik Tegangan(kV) ‐ Dosis Radiasi
Grafik Proteksi radiasi

Referensi

Dokumen terkait