KONTROL PENURUNAN TANAH AKIBAT TIMBUNAN PADA
TITIK DENGAN BORE LOG TEST NO. BH-II (AREA-II)
PROYEK BANDAR UDARA KUALA NAMU
TUGAS AKHIR
SAIDATUL ZAHARA
04 0404 002
BIDANG STUDI GEOTEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
KONTROL PENURUNAN TANAH AKIBAT TIMBUNAN PADA
TITIK DENGAN BORE LOG TEST NO. BH-II (AREA-II)
PROYEK BANDAR UDARA KUALA NAMU
Tugas akhir diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian
Pendidikan sarjana teknik sipil
Oleh:
SAIDATUL ZAHARA
04 0404 002
Pembimbing :
Ir.Rudi Iskandar, MT
NIP :
131 945 813
Diketahui:
Ketua Departemen Teknik Sipil
Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan
NIP : 130 905 362
BIDANG STUDI GEOTEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
ABSTRAK
Tahap penimbunan merupakan tahapan yang tidak pernah lepas dari proses
konstruksi. Akibat dari penimbunan ini maka air pori dalam tanah akan mengalir dan
mengakibatkan volume dari tanah tersebut mengecil, istilah ini sering disebut dengan
konsolidasi. Penurunan tanah ini akan sangat mempengaruhi konstruksi di masa yang
akan datang, jika penurunan tanah yang terjadi cukup besar dapat menimbulkan
kerusakan yang cukup berarti pada konstruksi, oleh karena itu dilakukan analisis
terhadap besar penurunan tanah yang akan terjadi.
Untuk mengetahui besar penurunan dan lama waktunya dilakukan analisis
dengan program Plaxis dan dengan perhitungan manual menurut teori konsolidasi
satu dimensi Terzaghi. Data-data yang digunakan merupakan data tanah dari Proyek
Bandar Udara Kuala Namu. Timbunan dilakukan setebal 4 meter dengan 4 kali
tahapanan penimbunan, dengan jarak waktu masing-masing penimbunan 100 hari.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
, kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan
ampunan serta perlindungan pada-Nya dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan
kita, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah
, maka tak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah
sesatkan, maka tak ada yang dapat
memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak
untuk disembah kecuali Allah
, dan saya bersaksi bahwa Muhammad
adalah
hamba dan utusan-Nya. Allah
berfirman:
“
Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan
sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.”
(Ali Imron: 102).
Firman-Nya juga:
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan
kalian dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa’: 1).
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian pada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosamu. Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar.”
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Rasulullah , dan sejelek-jelek perkara adalah perkara
yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah
itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka.
1Akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang mana tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik tingkat strata
satu (S1) di Departeman Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dan adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah :
“Analisa Penurunan Tanah Akibat Timbunan
Pada Proyek Bandar Udara Kuala Namu”
Saya telah berusaha dengan seluruh daya upaya dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, namun saya menyadari masih banyak kekurangan dari setiap sisi.
Keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman merupakan penyebab dari
ketidaksempurnaan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran dari Bapak dan ibu Dosen serta rekan – rekan mahasiswa demi kemajuan
penulis nantinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah : “Barangsiapa tidak bersyukur (berterima
kasih) kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah
.”
2Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan
yang diberikan untuk terselesaikannya tugas akhir ini kepada:
1.
Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT sebagai Pembimbing Tugas Akhir
1
Hadist shahih, riwayat Abu Dawud no. 2118, an-Nasa-i III/104-105, ad-Darimi II/142, Ahmad
I/392-393, 432,’Abdurrazaq no. 10449, ath-Thayalisi no. 338, al-Hakim II/182-183, al-Baihaqi VII/146
dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud
. (Lihat
Khutaib Khutbatul Haajah
oleh Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Albani, dan juga
Doa & Wirid
Yazid bin Abdul Qadir Jawas).
2
2.
Bapak Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3.
Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, sebagai sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4.
Bapak Dr.Ir. Roesyanto, M.SCE, Bapak Ir. Faizal Ezeddin, MS, dan Bapak
Dr.Ir. Sofyan A. Silalahi, M.Sc, sebagai pembanding Tugas Akhir.
5.
Para Dosen di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU terutama Sub
Jurusan Geoteknik yang selama ini telah mengajarkan ilmunya kepada saya.
6.
Bapak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bapak Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), dan seluruh Staf Satuan Kerja Bandar Udara Medan Baru di Batang
Kuis dan seluruh Staf Paket-2 PT. Waskita Karya (Persero) Pembangunan
Bandar Udara Medan Baru di Lubuk Pakam karena telah mengizinkan saya
menggunakan data dari Proyek Bandar Udara Kuala Namu sebagai bahan
dalam tugas akhir saya.
7.
‘Ummii’ tercinta Sabariah Lubis atas segala pengorbanan dan semua yang
telah beliau berikan kepada saya.
8.
Saudara saya Riza Azmi dan istrinya Eli Suwita Hasibuan (dan keponakan
saya tercinta yang baru saja lahir Asy Syifa) yang selama ini telah banyak
memberikan masukan dan saran, dan memperkenalkan saya kepada Islam
yang Haq.
10.
Akhowat: Iif, Nelfi, Kak Dewi, Armi & Irma, Ani, Hesti, Lina, Kak Midah,
Inur, Lisa, Muti, Dina, Ridha, Ika, dll, atas nasehat dan semangatnya, semoga
Allah senantiasa menunjuki kita diatas manhaj yang haq.
11.
Buat teman-teman SMU : Qiqi, Ade, Septi, Suci, Wulan, Naumi, Nisa atas
doanya dan persahabatan tanpa pamrih selama ini.
12.
Teman-teman di Sub Jurusan Geoteknik: Citra, Mabrur, Bang Aldo, Bang
Boni, Bang Fahmi dan Bang Ipul, terima kasih atas kerjasamanya selama ini.
13.
Buat keluarga Besar Usman Latif Lubis dan Ahmad Wen Geni atas segala
dorongan dan bantuan.
14.
Buat teman-teman, adik-adik, abang-abang dan kakak-kakak di Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
15.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para ustadzah dan akhowat di
Ma’had Abu Ubaidah Bin Al Jarrah Medan, karena sudah memberi izin untuk
tidak masuk kuliah demi menyelesaikan tugas akhir ini.
16.
Rekan, teman, saudara dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang senantiasa memberikan semangat dan dukungannya.
Akhir kata saya mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi
semua, khususnya dalam bidang ilmu teknik sipil.
Medan, Maret 2009
Hormat saya,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
…..………...…… i
KATA PENGANTAR
…...………...
ii
DAFTAR ISI
……….……vi
DAFTAR NOTASI
……… viii
DAFTAR TABEL
……….... xi
DAFTAR GAMBAR
……….. xii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ………... I-1
I.2 Identifikasi Masalah ………... I-2
I.3 Tujuan Penelitian ………I-3
I.4 Pembatasan Masalah ………..…… I-3
I.5 Metodologi Penulisan ……… I-3
BAB II KONSOLIDASI TANAH
II.1 Tanah ... II-1
II.1.1 Deskripsi Tanah ... II-1
II.2 Konsolidasi Satu Dimensi ... II-3
II.2.1 Pemampatan Awal, Konsolidasi Primer, dan Konsolidasi Sekunder
...II-4
II.2.2 Perhitungan Penurunan yang Disebabkan oleh Konsolidasi Primer
III.1. Umum ……….. III-1
III.2 Pemodelan Tanah dan Parameter yang Digunakan ... III-1
III.3 Input Data ………. III-3
III.3.1 Model Geometri dan Kondisi Batas (Boundary Conditions) ..III-3
III.3.2 Data Bahan (Material) ……….………. III-4
III.3.3 Mesh Generation ……….. III-5
III.3.4 Kondisi Awal (Initial Condition) ……….… III-5
III.3.5 Tegangan Awal ……… III-5
III.4. Perhitungan (Calculation) ………. III-11
III.5 Output Data ………. III-13
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pendahuluan………...………IV-1
IV.2 Perhitungan Secara Analitis dengan Teori Satu Dimensi Terzaghi . IV-1
IV.2.1 Lama Waktu Sampai Mencapai Konsolidasi 95% ………… IV-4
IV.2.2 Besar Penurunan Tanah ………... IV-6
IV.2.3 Perhitungan Tekanan Air Pori ………. IV-9
IV.3 Program Plaxis ……….. IV-13
IV.4 Hasil perbandingan Teori Konsolidasi Terzaghi dengan Program Plaxis
………...………..IV-13
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR NOTASI
C
cindeks
pemampatan
C
sindeks
pemuaian
c
vkoefisien
konsolidasi
E modulus
Young
e angka
pori
e
0angka
pori
awal
H
tebal lapisan tanah
H
drpanjang maksimum aliran tanah
LL batas
cair
S
rDerajat kejenuhan
k koefisien
permeabilitas
k
xkoefisien permeabilitas arah horizontal
k
ykoefisien permeabilitas arah vertikal
a
vkoefisien
pemampatan
e
perubahan angka pori
p perubahan
tekanan
v kecepatan
aliran
i gradien
hidrolik
0
p
tekanan efektif awal akibat berat tanah di atasnya
S
penurunan konsolidasi primer
S
tpenurunan konsolidasi primer pada saat t
T
vfaktor
waktu
t
50, t
90waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi 50% dan 90%
U
derajat konsolidasi rata-rata
U
zderajat konsolidasi rata-rata pada kedalaman z
p tekanan
p
ctekanan
pra
konsolidasi
u tekanan
air
pori
u
0tekanan pori awal
u
ztekanan air pori pada kedalaman z
V volume
total
V
ovolume total awal
V
svolume butiran tanah
V
vvolume
pori
V
V0volume pori awal
w kadar
air
berat volume tanah basah
dry
berat volume tanah kering
satberat volume jenuh air
wberat volume air
H perubahan
tinggi
p
avpenambahan
tekanan
rata-rata
u
perubahan tekanan air pori
V perubahan
volume
V
vperubahan volume pori
’ perubahan
tegangan
efektif
regangan
0
regangan
awal
tegangan
0
tegangan
awal
v
angka Poisson
c
kohesi
TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Beberapa tipe tanah dan sifatnya ... II.2
Tabel 2.2
Hubungan untuk indeks Pemampatan, C
cmenurut
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Rentang ukuran partikel ... II-2
Gambar 2.2. Penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi satu dimensi ……... II-8
Gambar 2.3. Karakteristik lempung yang terkonsolidasi secara normal
(normally consolidated) dengan sensivitas rendah sampai
sedang ……… II-8
Gambar 2.4. Karakteristik lempung yang terlalu (over consolidated)
dengan sensitivitas rendah sampai sedang ... II-10
Gambar 2.5. Penurunan suatu contoh tanah atau lapisan tanah setebal
H di lapangan ... II-11
Gambar 2.6. (a) Lapisan lempung yang mengalami konsolidasi, (b) aliran
air pada A selama konsolidasi ... II-16
Gambar 2.7. Variasi U
zterhadap T
vdan z/H
dr... II-20
Gambar 2.8. Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu,
T
v(U
vtetap untuk seluruh tebal lapisan) ... II-21
Gambar 3.8 Tekanan air pori berlebih ………. III-15
Gambar 3.9. Kurva penurunan terhadap waktu ……… III-16
Gambar 3.10. Kurva Tekanan air pori berlebih ……….. III-17
Gambar 4.1 Hasil drilling log dan tes laboratorium di proyek Bandar udara
Kuala Namu ………... IV-3
Gambar 4.2. Penampang melintang tanah ……….. IV-4
Gambar 4.3. Grafik penurunan vs waktu untuk masing-masing timbunan ..… IV-10
Gambar 4.4. Grafik Penurunan total vs waktu ………..…... IV-11
Gambar 4.5. Grafik Tekanan air pori vs waktu ……… IV-12
Gambar 4.6. Grafik perbandingan penurunan antara program Plaxis dan
Terzaghi ………. IV-14
Gambar 4.7. Perbandingan tekanan air pori antara Program Plaxis dan
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penambahan beban diatas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan tanah
dibawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan oleh adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori,
dan sebab-sebab lain. Beberapa atau semua faktor tersebut mempunyai hubungan
dengan keadaan tanah yang bersangkutan.
Proses pemampatan tanah ini lebih dikenal dengan istilah konsolidasi,
dengan kata lain konsolidasi adalah proses keluarnya air pori dalam rongga pori
akibat adanya beban yang bekerja. Akibat keluarnya air pori dalam rongga dan
adanya reposisi letak partikel tanah maka fenomena yang terjadi disebut sebagai
penurunan konsolidasi (Sc).
Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam satu arah saja, yaitu
arah vertikal, karena lapisan yang mendapat tambahan beban itu tidak dapat bergerak
dalam arah horizontal (ditahan oleh tanah disekililingnya). Dalam keadaan seperti ini
pengaliran air juga akan berjalan terutama dalam arah vertikal saja, hal ini disebut
one-dimensional consolidation (konsolidasi satu dimensi) dan perhitungan
konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori one-dimensional consolidation tersebut.
Pada saat konsolidasi berlangsung, gedung atau bangunan diatas lapisan
tersebut akan menurun (settle). Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu
diketahui mengenai penurunan, yaitu:
Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
•
Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), yang merupakan hasil
dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat dari keluarnya air
yang menempati pori-pori tanah.
•
Penurunan segera (immediate settlement), yang merupakan akibat dari
deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan
kadar air.
b.
Kecepatan penurunan tersebut.
Pada tanah berpasir yang sangat tembus air (permeable), air dapat mengalir
dengan cepat sehingga pengaliran air-pori ke luar sebagai akibat dari kenaikan
tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Oleh sebab itu penurunan segera dan
penurunan konsolidasi pada tanah berpasir terjadi bersamaan.
Koefisien rembesan lempung sangat kecil dibandingkan dengan koefisien
rembesan pasir sehingga penambahan tekanan air pori yang disebabkan oleh
pembebanan akan berkurang secara lambat laun dalam waktu yang sangat lama. Oleh
sebab itu penurunan konsolidasi pada tanah lempung biasanya jauh lebih besar dan
lebih lama dibandingkan dengan penurunan segera.
Oleh karena hal-hal tersebut diatas maka biasanya hanya penurunan pada
lapisan lempung yang diperhitungkan, dan pada tugas akhir ini juga hanya dilakukan
perhitungan pada lapisan lempung saja.
2.
Identifikasi Masalah
a.
Besar penurunan tanah yang diakibatkan beban berupa tanah timbun.
b.
Waktu selama proses konsolidasi sampai mencapai konsolidasi 90%.
c.
Besar tekanan air pori selama proses konsolidasi.
3.
Tujuan Penelitian
Secara ringkas adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
a.
Menganalisis dan mendapatkan hubungan antara besar penurunan vertikal
terhadap waktu berdasarkan teori konsolidasi satu dimensi menurut teori
Terzaghi dan besar tekanan air pori terhadap waktu selama proses konsolidasi
b.
Menganalisis hasil paket program Plaxis berupa hubungan penurunan vertikal
dan besar tekanan air pori terhadap waktu.
c.
Membandingkan hasil perhitungan analitis (yaitu teori konsolidasi satu dimensi
menurut Terzaghi) dan hasil Program Elemen Hingga, Plaxis.
4.
Pembatasan Masalah
Batasan-batasan yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini adalah:
-
Data tanah yang ditinjau adalah pada titik dengan bore log test no.
BH-II (AREA-II).
-
Beban timbunan berupa tanah timbun setebal 4 (empat) meter
-
Konsolidasi yang dianalisis hanya konsolidasi primer.
-
Model yang digunakan yaitu model Mohr Coulumb.
5.
Metodologi Penulisan
BAB II
KONSOLIDASI TANAH
II.1 Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
3Sedangkan dalam
ilmu mekanika tanah yang disebut dengan tanah ialah semua endapan alam yang
berhubungan dengan teknik sipil, kecuali batuan tetap. Endapan alam tersebut
mencakup semua bahan, dari tanah lempung (clay) sampai berangkal (boulder).
4II.1.1 Deskripsi Tanah
Tanah dapat dideskripsikan berdasarkan sifat-sifatnya, BS 5930 [ref 1.3]
memberikan petunjuk rincian deskripsi tanah. Berdasarkan standar tersebut, tipe-tipe
dasar tanah adalah berangkal (boulders), kerakal (cobbles), kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay), yang didefinisikan berdasarkan ukuran
partikel seperti terlihat pada Gambar 2.1 : sebagai tambahan dari penamaan di atas
adalah lempung organik, lanau atau pasir, dan gambut (peat). Campuran dari
tipe-tipe tanah dasar disebut tipe-tipe komposit.
53
Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)
Jilid 1,Braja M.Das, diterjemahkan Noor
Endah & Indrasurya B. Mochtar, Erlangga (7/207).
4
Mekanika Tanh 1
, G Djatmiko Soedarmo & S J Edy Purnomo, Kanisius (1/11).
5
Gambar 2.1.
Rentang ukuran partikel
Tabel 2.1.
Beberapa tipe tanah dan sifatnya
6Tipe Tanah
Sifat Tanah
Uji Lapangan
Pasir,
kerikil
Lepas
Dapat
digali dengan sekop; pasak kayu
50mm dapat ditancapkan dengan mudah
Padat
Dibutuhkan
cangkul
untuk
menggali;
pasak kayu 50mm sulit ditancapkan.
Sedikit
terikat
Pengujian
secara
visual;
cangkul
memindahkan gumpalan-gumpalan
tanah yang dapat terkikis.
Lanau
Lunak
atau
lepas
Mudah diremas dengan jari.
Keras
atau
padat
Dapat
diremas dengan tekanan yang
kuat pada jari-jari tangan.
Lempung
Sangat
lunak
Meleleh
diantara jari-jari tangan ketika
diperas.
Lunak
Dapat
diremas
dengan
mudah.
Keras
Dapat diremas dengan tekanan jari yang
kuat.
Kaku
Tidak
dapat
diremas
dengan
jari;
dapat
6
digenjet dengan ibu jari.
Sangat
kaku
Dapat
digenjet dengan kuku ibu jari.
Organik,gambut
Keras
Serat-serat
telah
tertekan.
Berongga
Sangat
kompresibel
dan
struktur
terbuka.
Plastis
Dapat
diremas
dengan
tangan
dan
menyebar pada jari-jari.
II.2 Konsolidasi Satu Dimensi
Konsolidasi merupakan proses berkurangnya kadar air pada lapisan tanah
lempung yang jenuh tanpa penggantian air oleh udara (Terzaghi, 1946), (E. Wahls
dan Smith, 1969). Konsolidasi juga merupakan proses kecepatan berkurangnya
volume akibat keluarnya air pada rongga yang merupakan fungsi waktu (Crawford,
1964), (Tuma dan Hadi, 1973), (Cernica, 1982). Holzs dan Kovacs (1981),
menyatakan jika tanah lempung mengalami pembebanan dengan permeabilitas yang
rendah dimana tekanannya di kontrol dengan kecepatan sejauh mana air dapat
tersembul keluar melalui ruang pori. Dengan demikian mekanisme konsolidasi
merupakan respon dari tegangan-regangan-waktu (visco elastic).
Proses berkurangnya volume yang terjadi selama proses konsolidasi
disebabkan oleh salah satu atau rangkaian keseluruhan dari faktor berikut (Tuma dan
Hadi, 1973), (Holtz dan Kovacs, 1981), (Cernica, 1982):
7a.
Penyusunan kembali butiran-butiran lempung
b.
Deformasi dari butiran lempung
7
c.
Deformasi air pori dan udara
d.
Keluarnya air pori dan udara.
II.2.1 Pemampatan Awal, Konsolidasi Primer, dan Konsolidasi Sekunder
Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama
diperkenalkan oleh Terzaghi, dan menghasilkan grafik yang menunjukkan hubungan
antara pemampatan dan waktu. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa ada tiga
tahapan yang berbeda yang dapat dijalankan sebagai berikut:
Tahap I : Pemampatan Awal (initial Compression), yang pada umumnya
adalah disebabkan oleh pembebanan awal (preloading).
Tahap II : Konsolidasi primer (primary consolidation), yaitu periode selama
tekanan air pori secara lambat laun dipindahkan ke dalam tegangan efektif, sebagai
akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.
Tahap III : Konsolidasi sekunder (secondary Consolidation), yang terjadi
setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Pemantapan yang terjadi disini adalah
disebabkan oleh penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.
8Penurunan konsolidasi primer merupakan salah satu proses penurunan yang
terjadi pada lempung jenuh berbutir halus dengan koefisien daya rembes yang kecil
dan tergantung pada waktu, dimana proses terjadinya diakibatkan oleh adanya
dissipasi tekanan air pori serta keluarnya udara dalam rongga dari massa tanah.
Mekanisme konsolidasi primer didasarkan pada alasan bahwa, untuk setiap
perubahan tekanan air pori akan ada tegangan efektif maksimum yang dapat ditahan
oleh gaya antar butir dari kerangka tanah (E. Wahls, 1962).
8
Jika tegangan yang terjadi melebihi kapasitas kerangka tanah pada kondisi
angka pori tertentu, maka kelebihan tegangan tersebut seluruhnya akan ditahan oleh
air pori, kapasitas gaya antar butir dari kerangka tanah akan meningkat yang
selanjutnya akan mengurangi besarnya tegangan air pori. Proses tersebut akan
berlangsung terus sampai terjadi keseimbangan dimana tegangan air pori akan sama
besar dengan tegangan hidrostatik, dan seluruh tegangan akan ditahan oleh struktur
antar butir.
Definisi baku tentang penurunan konsolidasi sekunder belum sepenuhnya
terdifinisikan dengan jelas. Penurunan sekunder secara umum dipandang sebagai
penurunan yang terjadi akibat adanya perubahan tegangan efektif, meskipun
kejadiannya secara lengkap belum sepenunhya difahami (Hitchell, 1976).
Penurunan konsolidasi sekunder merupakan perubahan volume yang
berlangsung secara terus menerus, yang dimulai selama konsolidasi primer meskipun
terjadi pada kecepatan yang rendah pada tegangan efektif yang konstan setelah
semua tekanan air pori telah terdissipasi seluruhnya (Holtz dan Kovacs, 1966).
Penurunan konsolidasi sekunder ditandai oleh terjadinya rangkak (pelelehan)
dari struktur lempung akibat adanya tegangan efektif yang konstan (K.Y.Lo, 1976).
Sedangkan rangkak merupakan hasil dari tergelincirnya kontak partikel pada ikatan
yang lemah, diikuti dengan pengaliran bahan dari ikatan yang lemah ke ikatan yang
lebih kuat (Chhristiansen, 1964).
9II.2.2 Perhitungan Penurunan yang Disebabkan oleh Konsolidasi Primer Satu
Dimensi menurut Terzaghi.
9
Teori konsolidasi Terzaghi dibuat berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
101.
tanah adalah, dan tetap akan, jenuh (S = 100%). Penurunan konsolidasi dapat
diperoleh untuk tanah yang tidak jenuh, tetapi ramalan waktu terjadinya
penurunan sangat tidak dapat dipercaya.
2.
Air dan butiran-butiran tanah tidak dapat ditekan.
3.
Terdapat hubungan linear antara tekanan yang bekerja dan perubahan volume
[
a
v=
Δ
e
/
Δ
p
]
.
4.
Koefisien permeabilitas k merupakan suatu konstanta. Ini mungkin benar di
lapangan, tetapi di laboratorim mungkin akan terdapat kesalahan besar
sehubungan dengan asumsi ini yang cenderung menghasilkan kesalahan dalam
menentukan waktu terjadinya penurunan.
5.
Hukum Darcy berlaku (v = ki).
6.
terdapat temperatur konstan. Perubahan temperatue dari sekitar 10 sampai 20
0C
(masing-masing merupakan temperatur lapangan dan laboratorium)
menghasilkan sekitar 30% perubahan dalam viskositas air. Pengujian di
laboratorim harus dilakukan pada temperatur yang diketahui, sebaiknya sama
dengan temperatur di lapangan.
7.
konsolidasi merupakan konsolidasi satu-dimensi (vertikal), sehingga tidak
terdapat aliran air atau pergerakan tanah lateral. Ini benar-benar terjadi dalam
pengujian di laboratorium dan pada umumnya juga berlaku di lapangan.
8.
contoh yang digunakan merupakan contoh yang tidak terganggu. Ini merupakan
masalah utama sebab bagaimanapun telitinya contoh itu diambil dia sebenarnya
telah tidak terbebani lagi oleh tanah yang berada di atasnya seperti pada keadaan
10
di lapangan. Di samping itui, muka air tanah statis dan tekanan pori akan hilang.
Pada tanah yang peka, kesalahan-kesalahan serius mungkin akan dihasilkan pada
tanah yang lainnya, pengaruhnya mungkin akan jauh lebih kecil. Interpretasi data
yang teliti akan dapat mengurangi kesalahan pengambilan contoh tanah tersebut.
Terdapat beberapa perumusan mengenai penurunan yang diakibatkan
konsolidasi satu dimensi, perumususan tersebut hanya berbeda pada simbol-simbol
yang digunakan, tetapi pada dasarnya prinsip yang digunakan sama. Menurut Das
dalam bukunya Mekanika Tanah:
Ditinjau suatu lapisan lempung jenuh dengan tebal H dan luas
penampang-melintang
A serta tekanan efektif overbuden rata-rata sebesar
p
0. Disebabkan oleh
suatu penambahan tekanan sebesar
Δ
p
, anggaplah penurunan konsolidasi primer
yang terjadi adalah sebesar S. Jadi, perubahan volume (Gambar 2.1) dapat diberikan
sebagai berikut:
A
S
A
S
H
A
H
V
V
V
=
−
=
×
−
−
×
=
×
Δ
0 1(
)
(2.1)
dimana V
0dan V
1berturut-turut adalah volume awal dan volume akhir.
Tetapi, perubahan volume total adalah sama dengan perubahan volume pori,
v
V
Δ
. Jadi:
ν ν
ν
V
V
V
A
S
V
=
×
=
−
=
Δ
Δ
0 1(2.2)
dimana
0
ν
V
dan
1
ν
V
berturut-turut adalah volume awal dan volume akhir dari pori.
Dari definisi angka pori
S
V
e
V
=
Δ
×
Δ
ν(2.3)
Gambar 2.2.
Penurunan yang disebabkan oleh konsolidasi satu dimensi
Tapi,
e
e
AH
e
V
V
O O
S
Δ
+
=
+
=
1
1
0
atau
O
e
e
H
S
+
Δ
=
1
(2.4)
Gambar 2.3.
Karakteristik lempung yang terkonsolidasi secara normal (normally
consolidated) dengan sensitivitas rendah sampai sedang
Untuk lempung yang terkonsolidasi secara normal di mana e versus log p
merupakan garis lurus (Gambar 2.3), maka:
[
O O]
C
p
p
p
C
e
=
log(
+
Δ
)
−
log
dimana
C
c= kemiringan kurva e versus log p dan diddefinisikan sebagai “indeks
pemampatan” (compression index).
Masukkan persamaan (2.5) ke dalam persamaan (2.4); persamaan yang
didapat adalah:
⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
+
Δ
+
=
O O O cp
p
p
e
H
C
S
log
1
(2.6)
Untuk suatu lempung yang tebal, adalah lebih teliti bila lapisan tanah tersebut
dibagi menjadi beberapa sub-lapisan dan perhitungan penurunan dilakukan secara
terpisah untuk tiap-tiap sub-lapisan. Jadi, penurunan total dari seluruh lapisan
tersebut adalah:
∑
⎥
⎥
⎦
⎤
⎢
⎢
⎣
⎡
⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
+
Δ
+
=
) ( ) ( ) (log
1
Oii i O O i c
p
p
p
e
H
C
S
dimana :
H
i= tebal sub-lapisan i
) (i O
p
= tekanan efektif overbuden untuk sub-lapisan i
) (i
p
Δ
= penambahan tekanan vertikal untuk sub-lapisan i.
Untuk lempung yang terlalu terkonsolidasi (Gambar 2.4), apabila
c
O
p
p
p
+
Δ
)
≤
(
lapangan, variasi e versus log p terletak di sepanjang garis cb dengan
kemiringan yang hampir sama dengan kemiringan kurva pantul (rebound curve) yang
didapat dari uji konsolidasi di laboratorium. Kemiringan kurva pantul, C
s, disebut
sebagai “indeks pemuaian” (swell index). Jadi:
[
O O]
s
p
p
p
C
e
=
log(
+
Δ
)
−
log
Δ
(2.7)
⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
+
Δ
+
=
O O O sp
p
p
e
H
C
S
log
Gambar 2.4.
Karakteristik lempung yang terlalu (over consolidated) dengan
sensitivitas rendah sampai sedang.
Apabila
p
O+
Δ
p
>
p
c⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
+
Δ
+
+
+
=
c O O
O c O
s
p
p
p
e
H
C
p
p
e
H
C
S
log
1
log
1
ν
(2.9)
Akan tetapi, apabila kurva e vesus log p tersedia, mungkin saja untuk memilih
Δ
e
dengan mudah dari grafik tersebut untuk rentang (range) tekanan yang sesuai.
Kemudian harga-harga yang diambil dari kurva tersebut dimasukkan ke dalam
persamaan (2.4) untuk menghitung besarnya penurunan S.
11Sedangkan menurut Bowles:
Penurunan
Δ
H
pada setiap massa tanah yang mengalami tegangan
Δ
p
terdiri
dari penurunan-penurunan “segera”, konsolidasi”, dan “tekanan sekunder” atau
“rangkak”. Dalam bentuk persamaan, penurunan adalah:
11
Gambar 2.5.
Penurunan suatu contoh tanah atau lapisan tanah setebal H di lapangan.
s c
i
H
H
H
H
=
Δ
+
Δ
+
Δ
Δ
(2.10)
Pada beberapa tanah
Δ
H
c,
Δ
H
sdapat mendekati nol, dan pada tanah lain,
i
H
Δ
dapat mendekati nol atau sedemikian kecilnya sehingga dapat diabaikan.
Dari Gambar 2.5, dengan perbandingan dapat ditulis
e
e
H
H
c+
Δ
=
Δ
1
(perhatikan bahwa
=
Δ
∈
Δ
H
H
, regangan)
Dari sana, penurunan konsolidasi di lapangan yang diintegrasikan secara numerik
sepanjang kedalaman H adalah
O c
e
e
H
H
H
+
Δ
=
Δ
=
Δ
1
)
(
ε
Sekarang substitusikan
2 1 'log
p
p
C
c=
Δ
ε
, dan mendapatkan
1 2 '
log
p
p
HC
H
c=
cΔ
(2.11)
Dengan memakai definisi untuk
2 1
log
p
p
C
H
e
=
Δ
=
cΔ
didapatkan
1 2
log
1
p
p
e
HC
H
O c c+
=
Dengan menggunakan data penggambaran aritmetis dan memperhatikan bahwa mv =
1/E, dan dari mekanika bahan
Δ
ε
=
Δ
p
/E, dan langsung didapatkan
pH
a
pH
m
H
c=
Δ
=
Δ
Δ
'ν
ν
(2.13)
Dalam perhitungan ini
p
2= p
1+ sebuah pertambahan tekanan yang berhubungan dengan p
1p
1=
tekanan referensi, dapat berupa p
oatau p
ctergantung pada
persoalan dihadapi.
e
o= angka pori referensi yang bersesuaian dengan tekanan referensi p
1Dalam prakteknya, p
o, e
o, dan pertambahan tekanan dihubungkan dengan titk
tengah (pada H/2) lapisan yang akan mengalami konsolidasi. Variasi p
odan e
oterhadap kedalaman biasanya hampir linear sehingga nilai “rata-rata” pada setengah
H dapat dianggap cukup teliti. Pertambahan tegangan akibat pembebanan biasanya
mendekati bentuk parabolis yang berkurang dengan bertambahnya kedalaman,
sehingga suatu prosedur khusus dibutuhkan untuk mendapatkan nilai “rata-rata”
karena hasil dengan kesalahan yang besar akan diperoleh apabila memakai suatu
nilai rata-rata linear, kecuali apabila H sangat kecil (misalnya di bawah 2 m).
Penurunan konsolidasi
Δ
H
cakan terdiri dari dua komponen apabila p
c> p
o.
satu komponen adalah dari p
oke p
cdengan memakai
C
γatau
C
γ', dan komponen
lainnya adalah dari p
cke p
c+
Δ
p
'
[di mana
Δ
p
'
ditentukan oleh
persamaan
Δ
p
'
=
Δ
p
−
(
p
c−
p
o)
] dengan memakai C
catau
C
c'.
12Indeks Pemampatan (Compression Index)
12
Indeks pemempatan yang digunakan untuk menghitung besarnya penurunan
yang tejadi di lapangan sebagai akibat dari konsolidasi dapat ditntukan dari kurva
yang menunjukkan hubungan antara angka pori dan tekanan yang didapat dari uji
konsolidasi di laboratorium.
Terzaghi dan Peck (1967) menyarankan pemakaian persamaan empiris
berikut ini untuk menghitung indeks pemempatan:
Untuk lempung yang struktur tanahnya tak terganggu/belum rusak
(undisturbed)
C
c= 0.009 (LL – 10) (2.14)
Untuk lempung yang terbentuk kembali (remolded)
C
c= 0.007 (LL – 10) (2.15)
dimana LL = batas cair dalam persen.
Apabila tidak tersedia data konsolidasi hasil percobaan di laboratorium,
persamaan (2.14) sering digunakan untuk menghitung konsolidasi primer yang
terjadi di lapangan.
Tabel 2.2.
Hubungan untuk indeks Pemampatan, C
cmenurut Rendon-Herrero
(1980).
13Persamaan Acuan
Daerah
Pemakaian
C
c= 0.007 (LL – 10)
C
c= 0.01 W
NC
c= 1.15 (e
0– 0.27)
C
c= 0.30 (e
0– 0.27)
C
c= 0.0115 W
NC
c= 0.0046 (LL – 9)
C
c= 0.75 (e
0– 0.5)
C
c= 0.208e
0+ 0.0083
C
c= 0.156e
0+ 0.0107
Skempton
Nishida
Hough
Lempung yang terbentuk
kembali (remolded)
Lempung Chicago
Semua lempung
Tanah kohesi anorganik; lanau,
lempung berlanau, lempung.
Tanah organik, gambut, lanau
organik, dan lempung
Lempung Brazilia
Tanah dengan plastisitas
rendah
Lempung Chicago
Semua lempung
Indeks Pemuaian (Swell Index, C
s)
Indeks pemuaian adalah lebih kecil daripada indeks pemampatan dan
biasanya dapat ditentukan di laboratorium. Pada umumnya,
c s
sampai
C
C
10
1
5
1
≈
13
Batas cair, batas plastis, indeks pemampatan, indeks pemuaian untuk tanah
yang masih belum rusak strukturnya diberikan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.3.
Pemampatan dan pemuaian tanah asli.
14Tanah
Batas
cair
Batas
Plastis
Indeks
Pemampatan C
cIndeks
Pemuaian C
sLempung Boston Blue
Lempung Chicago
Lempung Ft. Gordon
Georgia
Lempung New
Orleans
Lempung Montana
41
60
51
80
60
20
20
26
25
28
0.35
0.4
0.12
0.3
0.21
0.007
0.007
0.05
0.05
II.2.3 Kecepatan Waktu Konsolidasi
Adapun mengenai kecepatan waktu konsolidasi dijelaskan oleh Das dalam
bukunya sebagai berikut:
Gambar 2.5a menunjukkan suatu lapisan lempung dengan tebal 2 H
dryang
terletak antara dua lapisan pasir yang sangat tembus air (highly permeable). Apabila
lapisan lempung tersebut diberi penambahan tekanan sebesar
Δ
p
, maka ekanan air
pori pada suatu titik A di dalam lapisan tanah lempung tersebut akan naik. Umtuk
konsolidasi satu dimensi, air pori akan mengalir ke luar dalam arah vertikal, yaitu ke
arah lapisan pasir.
14
Gambar 2.5 (a)
Lapisan lempung yang mengalami konsolidasi,
(b)
aliran air pada A
selama konsolidasi.
Gambar 2.5 (b) menunjukkan suatu aliran air yang melalui elemen kubus
pada A. untuk elemen tanah tersebut,
Kecepatan air yang mengalir ke luar – kecepatan air yang mengalir masuk =
kecepatan perubahan volume.
Jadi:
t
V
dy
dx
dy
dx
dz
z
v
z z
z
∂
∂
=
⋅
⋅
−
⋅
⎟
⎠
⎞
⎜
⎝
⎛
∂
∂
+
ν
ν
di mana
V = volume elemen tanah.
v
z= kecepatan aliran dalam arah sumbu z.
atau:
t
V
dz
dy
dx
z
v
z∂
∂
=
⋅
⋅
∂
∂
(2.16)
[image:34.595.116.515.85.291.2]z
u
k
z
h
k
i
k
w z∂
∂
−
=
∂
∂
−
=
⋅
=
γ
ν
(2.17)
di mana u = tekanan air pori yang disebabkan oleh penambahan tegangan.
Dari persamaan-persamaan (2.14) dan (2.15):
t
V
dz
dy
dx
z
u
k
w∂
∂
⋅
⋅
=
∂
∂
−
21
2
γ
(2.18)
Selama konsolidasi, kecepatan perubahan volume elemen tanah adalah sama dengan
kecepatan perubahan volume pori (void). Jadi,
t
V
e
t
e
V
t
V
t
eV
V
t
V
t
V
s s s s s∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
=
∂
+
∂
=
∂
∂
=
∂
∂
ν(
)
(2.19)
di mana:
V
s= volume butiran padat.
V
v= volume pori.
Tetapi (dengan menganggap bahwa butiran padat tanah tidak mampumampat),
0
=
∂
∂
t
V
sdan
O O se
dz
dy
dx
e
V
V
+
⋅
⋅
+
=
1
1
Masukkan harga-harga
∂
V
s/
∂
t
dan V
stersebut ke dalam Persamaan (2.17), didapat:
t
e
e
dz
dy
dx
t
V
O∂
∂
+
⋅
⋅
=
∂
∂
1
(2.20)
di mana e
o= angka pori awal.
t
e
e
u
k
O z w∂
∂
+
=
∂
∂
−
1
1
2 2γ
(2.21)
Perubahan angka pori terjadi karena penambahan tegangan efektif (yaitu:
pengurangan tekanan air pori yang terjadi). Anggaplah bahwa penambahan tegangan
efektif adalah sebanding dengan pengurangan tekanan air pori
u
a
p
a
e
=
∂
Δ
=
−
∂
∂
ν(
'
)
ν(2.22)
di mana:
)
'
(
Δ
p
∂
= perubahan tekanan efektif
ν
a
= koefisien kemampumampatan ( dapat dianggap konstan untuk suatu
rentang penambahan tekanan yang sempit).
Kombinasikan Persamaan-persamaan (2.19) dan (2.20)
t
u
m
t
u
e
a
u
k
O z w∂
∂
−
=
∂
∂
+
=
∂
∂
−
γ
ν ν1
2 2di mana m
v= koefisien kemampumampatan volume =
a
ν/(
1
+
e
O)
, atau
2 2
z
u
c
t
u
∂
∂
=
∂
∂
ν
(2.23)
di mana c
v= koefisien konsolidasi =
k
/(
γ
wm
ν)
Persamaan (2.21) adalah dasar persamaan diferensial dari teori konsolidasi
oleh Terzaghi dan dapat dipecahkan dengan kondisi-kondisi batas sebagai berikut:
z = 0, u = 0
z = 2H
dr, u = 0
t = 0, u = u
Oν T M x m m dr O
e
H
Mz
M
u
u
2 0sin
2
− = =∑
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
=
(2.24)
di mana:
m adalah bilangan bulat.
)
1
2
(
2
+
=
m
M
π
u
O= tegangan air pori awal
2 dr
H
t
c
T
ν=
ν= faktor waktu
Faktor waktu (time factor) adalah bilangan tak berdimensi.
Karena konsolidasi merupakan proses dari keluarnya air pori, derajat
konsolidasi pada jarak z pada suatu waktu t adalah:
O z O z O z
u
u
u
u
u
U
=
−
=
1
−
(2.25)
di mana u
z= tekanan air pori pada jarak z pada waktu t.
Persamaan-persamaan (2.24) dan (2.25) dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan derajat konsolidasi pada setiap kedalaman z. Keadaan ini ditunjukkan
dalam Gambar (2.6).
Derajat konsolidasi rata-rata untuk seluruh kedalaman lapisan lempung pada
suatu saat t dapat dituliskan dari persamaan (2.25):
O H z dr t
u
dz
u
H
S
S
U
dr∫
⋅
⎟⎟⎠
⎞
⎜⎜⎝
⎛
−
=
=
2 02
1
Gambar 2.6
. Variasi U
zterhadap T
vdan z/H
drdi mana:
U = derajat konsolidasi rata-rata.
S
t= penurunan lapisan lempung pada saat t.
S = penurunan batas lapisan lempung yang disebabkan oleh konsolidasi
primer.
Dengan memasukkan persamaan untuk tekanan air pori, u
z, yang diberikan
dalam persamaan-persamaan (2.24) dan (2.25), akan didapat:
∑
==∞ −−
=
mm
T M v
e
M
U
0 2
2
2
1
(2.27)
Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu yang tak
berdimensi,
T
v, diberikan dalam tabel 2.3, yang berlaku untuk keadaan dimana u
Oadalah sama untuk seluruh kedalaman lapisan yang mengalami konsolidasi (lihat
juga Gambar 2.7).
Gambar 2.7.
Variasi derajat konsolidasi rata-rata terhadap faktor waktu, T
v(U
vtetap
untuk seluruh tebal lapisan).
Harga faktor waktu dan derajat konsolidasi rata-rata yang bersesuaian dengan
keadaan yang diberikan dalam Tabel 2.3 dapat dinyatakan dengan suatu hubungan
yang sederhana:
Untuk U = 0 sampai 60%, (2.28)
Untuk U > 60%, T
v= 1.781 - 0.933 log (100 – U%) (2.29)
Tabel 2.3
Variasi faktor Waktu terhadap Derajat Konsolidasi
15Derajat
Faktor
konsolidasi
waktu
U% Tv
0 0
10 0.008
20 0.031
30 0.071
40 0.126
50 0.197
60 0.287
70 0.403
80 0.567
90 0.848
100 ~
15
[image:39.595.121.483.351.723.2]Tabel 2.4
Faktor Waktu terhadap Derajat Konsolidasi
16Derajat
Faktor Waktu Tv
konsolidasi Keadalaman Keadalaman
U% I
II
0 0 0
10 0.003 0.047
20 0.009 0.1
30 0.024 0.158
40 0.048 0.221
50 0.092 0.294
60 0.16 0.383
70 0.271 0.5
80 0.44 0.665
90 0.72 0.94
100 ~
~
Koefisien Konsolidasi
Koefisien konsolidasi, c
v, biasanya akan berkurang dengan bertambahnya
batas cair (LL) dari tanah. Rentang (range) dari variasi harga c
vuntuk suatu batas cair
tanah tertentu adalah agak lebar.
Untuk penambahan beban yang diberikan pada suatu contoh tanah, ada dua
metode grafis yang umum dipakai untuk menentukan harga c
vdari uji konsolidasi
satu-dimensi di laboratorium. Salah satu dari dua metode tersebut dinamakan metode
logaritma-waktu (logarithm-of-time method) yang diperkenalkan oleh Casagrande
dan Fadum (1940); sedang metode yang satunya dinamakan metode akar-waktu
(square-root-of-time method) yang diperkenalkan oleh Taylor (1942). Prosedur yang
umum untuk mendapatkan harga c
vdengan kedua metode tersebut diberikan di
bawah ini.
16
Metode Logaritma-Waktu
Untuk suatu penambahan beban yang diberikan pada saat uji konsolidasi di
laboratorium dilakukan, grafik deformasi vs log-waktu dari contoh tanah yang diuji
ditunjukkan dalam Gambar 2.8 Berikut ini adalah cara untuk menentukan c
vyang
diperlukan:
a.
Perpanjang bagian kurva yang merupakan garis lurus dari konsolidasi primer dan
sekunder hingga berpotongan di titik A. Ordinat titik A adalah d
100– yaitu
deformasi pada akhir konsolidasi primer 100 %.
b.
Bagian awal dari kurva deformasi vs log t adalah hampir menyerupai suatu
parabola pada skala biasa. Pilih waktu t
1dan t
2pada bagian kurva sedemikian
sehingga t
2=4 t
1. misalkan perbedaan deformasi contoh tanah selama waktu (t
2–
t
1) sama dengan x.
c.
Gambarlah suatu garis mendatar DE sedemikian rupa sehingga jarak vertikal BD
adalah sama dengan x. Deformasi yang bersesuaian dengan garis DE adalah sama
dengan d
0(yaitu deformasi pada konsolidasi 0%).
d.
Ordinat titik F pada kurva konsolidasi merupakan deformasi pada konsolidasi
primer 50%, dan absis titik F merupakan waktu yang bersesuaian dengan
konsolidasi 50% (t
50).
e.
Untuk derajat konsolidasi rata-rata 50%, t
v= 0.197 (Tabel 2.3). Maka:
2 50 50
dr v
H
t
c
T
=
(2.30)
atau
50 2
197
.
0
t
H
di mana H
dr= panjang aliran rata-rata yang harus ditempuh oleh air pori selama
proses konsolidasi.
Untuk contoh tanah di mana air porinya dapat mengalir ke arah atas dan
bawah,
H
drternyata sama dengan setengah tebal contoh tanah rata-rata selama
konsolidasi. Untuk contoh tanah di mana air porinya hanya dapat mengalir ke luar
dalam satu arah saja, H
drsama dengan tebal contoh tanah rata-rata selama
konsolidasi.
Metode Akar-Waktu
Pada metode ini, grafik deformasi vs akar waktu dibuat untuk tiap-tiap
penambahan beban (Gambar 2.9). cara untuk menentukan harga c
vyang diperlukan
adalah sebagai berikut:
1.
gambar suatu garis AB melalui bagian awal dari kurva.
2.
gambar suatu garis AC sehingga OC
= 1.15 OB. Absis titik D, yang
merupakan perpotongan garis AC dan kurva konsolidasi, memberikan
harga akar waktu untuk tercapainya konsolidasi 90% (
t
90).
3.
Untuk konsolidasi 90%, T
90= 0.848 (Tabel 2.3). Jadi
2 90 90
0
.
848
dr v
H
t
c
T
=
=
(2.32)
atau
90 2
848
.
0
t
H
c
dr2 dr
H
dalam persamaan (2.33) ditentukan dengan cara yang sama seperti pada
metode logaritma-akar waktu.
1717
BAB III
PENGGUNAAN PLAXIS UNTUK ANALISIS
III.1. Umum
Plaxis adalah sebuah paket program yang disusun berdasarkan metode
elemen hingga yang telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan analisis
deformasi dan stabilitas dalam bidang rekayasa geoteknik. Prodesur pembuatan
model secara grafis yang mudah memungkinkan pembuatan suatu model elemen
hingga yang rumit dapat dilakukan dengan cepat, sedangkan berbagai fasilitas yang
tersedia dapat digunakan untuk menampilkan hasil komputasi secara mendetail.
Proses perhitungannya sendiri sepenuhnya berjalan secara otomatis dan didasarkan
pada prosedur numerik yang handal.
Plaxis dimaksudkan sebagai suatu alat bantu analitis untuk digunakan oleh
ahli geoteknik yang tidak harus menguasai metode numerik. Umumnya para praktisi
menganggap bahwa perhitungan dengan metode elemen hingga yang non-linear
adalah sulit dan menghabiskan banyak waktu. Tim riset dan pengembangan Plaxis
menjawab masalah tersebut dengan merancang prosedur-prosedur perhitungan yang
handal dan baik secara teoritis, yang kemudian dikemas dalam suatu kerangka yang
logis dan mudah digunakan.
III.2 Pemodelan Tanah dan Parameter yang Digunakan
Timbunan (Drained)
1 m
γ
unsat= 11.87 kN/m
2Lapisan 3 (Medium, Drained)
γ
sat= 16.17 kN/m
25 m
3 m
γ
sat= 16.37 kN/m
21 m
γ
sat= 17.48 kN/m
210 m
γ
sat= 19.02 kN/m
2 [image:45.595.113.536.152.540.2]eksisting yang digunakan untuk analisis program Plaxis, adapun pemodelan tanahnya
adalah tampak seperti gambar berikut:
Gambar 3.1.
Potongan melintang tanah
Jenis material yang digunakan pada analisa ini adalah model Mohr-Coulomb,
dan parameter-parameter tanah yang akan dipakai pada program ini adalah berat isi
jenuh dan tak jenuh (
satdan
unsat),
permeabilitas (k
xdan k
y), modulus Young (E),
angka Poisson (v), kohesi (c), sudut geser (ø), dan sudut dilantansi ( ).
Nilai dari berat isi jenuh dan tak jenuh (
satdan
unsat) didapat dari hasil
laboratorium begitu juga dengan nilai permeabilitas (k
xdan k
y), atau dapat juga
dengan memperhitungkan dari nilai berikut:
Lapisan 1 (Lunak, Undrained)
Tabel 3.1.
Harga-harga koefisien Rembesan pada umumnya
18k
Jenis Tanah
(cm/dtk) (ft/mnt)
Kerikil bersih
1.0 - 100
2.0 - 200
Pasir kasar
1.0 - 0.01
2.0 - 0.02
Pasir halus
0.01 - 0.001
0.02 - 0.002
Lanau
0.001 - 0.00001
0.002 - 0.00002
Lempung kurang
dari
0.000001 kurang
dari
0.000002
Besar modulus elastisitas (modulus Young) untuk tanah lempung berpasir,
lanau berlempung dihitung dengan menggunakan rumus empiris
E
e=
(
3
−
6
)
q
catau
c
e
q
E
=
(
1
−
2
)
, dimana q
cadalah perlawanan penetrasi konus.
Angka Poisson (v) sering dianggap sebesar 0.2 sampai 0.4. nilai sebesar 0.5
biasanya dipakai untuk tanah jenuh, dan 0.0 sering dipakai untuk tanah kering dan
tanah lainnya untuk kemudahan dalam perhitungan. Pada kasus perilaku tak
terdrainase, maka dimasukkan angka Poisson efektif yaitu harus lebih kecil dari 0.35.
Besar kohesi (c), sudut geser (ø) didapat dari uji laboratorium. Sedangkan
sudut dilantansi ( ) untuk tanah lempung cenderung tidak ada sama sekali (yaitu
=0).
III.3 Input Data
III.3.1 Model Geometri dan Kondisi Batas (Boundary Conditions)
Timbunan dapat dianalisa dengan menggunakan model regangan bidang
(plain strain), dengan 15 titik nodal. Satuan dasar yang digunakan untuk panjang,
gaya, dan waktu adalah m, kN, dan hari. Model geometri mempunyai lebar total 40
m dimulai dari titik tengah timbunan. Geometri penuh dapat digambarkan dengan
18
menggunakan pilihan garis geometri (Geometry line). Deformasi dari lapisan pasir
pada kedalaman 10 m dari tanah asli diasumsikan tidak terjadi. Karena itu, lapisan ini
tidak diikutsertakan dalam model dan digunakan kondisi jepit untuk dasar model.
Jepit standar (standard fixities) dapat digunakan untuk mendifinisikan kondisi batas.
Tampilan dari model geometri dapat dilihat pada Gambar 3.2
III.3.2 Data Bahan (Material)
Adapun Sifat-sifat material yang dimasukkan ke kumpulan data material pada
program masukan (input) Plaxis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2.
Parameter desain yang digunakan untuk analisis
Parameter
Timbunan
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
Lapisan 4
Tebal (m)
4.0
6.0
3.0
1.0
10.0
Kondisi
Tanah
Padat Lunak Lunak
Medium Padat
Model Mohr
Columb
Mohr
Columb
Mohr
Columb
Mohr
Columb
Mohr
Columb
Type Drained
Undrained
Drained Drained Drained
γ
unsat(kN/m
3)
11.87 11.87 12.12 14.16 15.33
sat
γ
(kN/m
3)
16.17 16.17 16.37 17.48 19.02
K
x(m/hari)
8.64
0.00044
8.64
8.64
8.64
Ky (m/hari)
9.00
0.00035
9.00
9.00
9.00
E (kN/m
2) 15.00 360
720 72.00 15.00
ν
0.35 0.35 0.25 0.30 0.35
C (kN/m
2) 7.50 11.10 11.30 7.90 7.50
ø
(
0
)
28
011’30” 5
024’35.20” 6
05’5” 22
08’8.34” 28
011’30”
(
0
)
- - -
III.3.3 Mesh Generation
Setelah memasukkan parameter material, jaring elemen hingga sederhana
dapat disusun dengan menggunakan tingkat kekasaran elemen sedang (medium).
Kemudian dilakukan penyusunan jaring elemen dengan menekan tombol susun
jaring elemen (generate mesh). Hasil penyusunan jaring elemen dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
III.3.4 Kondisi Awal (Initial Condition)
Dalam kondisi awal (initial condition) ditetapkan berat isi air sebesar 10
kN/m
3. Tekanan air sepenuhnya adalah tekanan hidrostatik berdasarkan garis freatik
global melalui ttitik (0.0;19.0) dan (40.0;19.0). Kemudian dibuat kondisi batas untuk
analisis konsolidasi pada arah vertikal sebelah kiri dan kanan dengan cara menekan
tombol batas konsolidasi tertutup (closed consolidation boundary) kemudian klik
titik (0.0; 24.0) dan (0.0; 0.0) kemudian klik kanan dan juga klik titik (40.0; 20.0)
dan (40.0; 0.0). kemudian klik tombol hitung tekanan air (generate water pressure).
Gambar Kondisi awal dan tekanan air pori awal dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan
Gambar 3.5
III.3.5 Tegangan Awal
Setelah perhitungan tekanan air, kembali ke konfigurasi geometri awal. Pada
kondisi awal, timbunan belum ada sehingga untuk menghitung tegangan awal dari
model maka timbunan harus dinonaktifkan terlebih dahulu.
warna latar belakang), maka geometri yang aktif akan berupa geometri yang
horizontal dengan lapisan-lapisan yang horizontal pula.
III.4. Perhitungan (Calculation).
Konstruksi timbunan terdiri dari dua tahap, masing-masing membutuhkan
waktu 5 hari. Setelah tahapan konstruksi pertama, dilanjutkan dengan konsolidasi
selama 100 hari agar tekanan air pori berlebih dapat berdisipasi. Setelah tahapan
konstruksi kedua, sebuah rentang konsolidasi lain diberikan sehingga penurunan
final dapat diperhitungkan. Karena itu, perlu didefinisikan delapan buah tahapan
perhitungan.
Berikut langkah-langkah dalam tahap perhitungan:
•
Tahap perhitungan pertama adalah analisis konsolidasi, tahapan konstruksi.
Dalam lembar-tab umum (general) dipilih konsolidasi (consolidation) dari
kotak jenis perhitungan (calculation type). Dalam lembar-tab parameter,
dimasukkan interval waktu sebanyak 5 hari. Tahapan konstruksi (staged
construction) sebagai masukan pembebanan (loading input) dipilih dan
dilakukan pengaktifan bagian pertama dari timbunan dalam jendela
konfigurasi geometri.
•
Tahap kedua juga merupakan analisis konsolidasi, tahapan konstruksi. Kali
ini tidak ada perubahan dalam geometri karena hanya diperlukan analisis
konsolidasi hingga waktu batas tertentu saja. Dimasukkan interval waktu
sebesar 100 hari. Dilakukan hal yang sama untuk masing-masing timbunan
sampai tahap ketujuh.
•
Tahap kedelapan adalah analisis konsolidasi hingga mencapai tekanan air
Sebelum memulai perhitungan, dilakukan pemilihan titk-titik. Titik A dipilih
pada permukaan tanah asli sebagai perhitungan untuk besar timbunan yang akan
terjadi, dan titik B di tengah lapisan tanah lempung yang akan digunakan untuk
menggambarkan proses terbentuknya (dan berkurangnya) tekanan air pori berlebih.
Selama analisis konsolidasi berlangsung, peningkatan waktu dapat terlihat
pada bagian atas dalam jendela informasi perhitungan. Selain pengali, sebuah
parameter Pmaks akan muncul, yang menunjukkan tekanan air pori maksimum saat
ini.
III.5 Output Data
Setelah perhitungan selesai, hasil keluaran dapat dilihat pada program
keluaran. Jendela keluaran akan menampilkan jaring elemen terdeformasi pada
kondisi setelah konsolidasi secara penuh terjadi. Gambar jaring elemen terdeformasi
dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan gambar tekanan air pori berlebih juga dapat
dilihat pada Gambar 3.8
44
Gambar 3.9.
K
urva
pe
nuruna
n t
erha
da
p w
akt
[image:59.842.138.753.123.524.2]u
Grafik Penurunan Vs Waktu
-0.8
-0.7
-0.6
-0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0
0
250
500
750
1000
1250
Waktu (hari)
P
e
nur
una
n (
m
)
45
Gambar 3.10.
K
urva
T
eka
na
n a
ir pori
be
rl
ebi
[image:60.842.116.747.127.501.2]h
Grafik Tekanan Air Pori Vs Waktu
0
5
10
15
20
25
30
0
250
500
750
1000
1250
Waktu(hari)
Te
k
a
na
n A
ir
P
or
i (
k
N
/m
^
2
)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pendahuluan
Pada bab ini, akan dianalisa pengaruh penimbunan tanah terhadap tanah dasar
di daerah Bandar Udara Kuala Namu. Data-data masukan yang digunakan
merupakan data yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah pada Proyek Bandar
Udara Medan Baru. Disini akan dibandingkan hasil perhitungan analitis yang
menggunakan teori konsolidasi satu-dimensi Terzaghi dan hasil eksekusi komputer
yang menggunakan program PLAXIS.
Adapun tanah yang akan dianalisis adalah tanah di daerah Proyek Bandar
Udara Kuala Namu dengan Bore Log no. BH-II (AREA-II), hasil bore log dan tes
laboratorium dapat dilihat pada Tabel IV.1.
IV.2 Perhitungan Secara Analitis dengan Teori Satu Dimensi Terzaghi
Berdasarkan data hasil bore log menunjukkan bahwa tanah yang berjenis
lempung hanya mencapai kedalaman 7.80 m, sedangkan jenis tanah setelahnya
berjenis pasir, oleh karena itu pada analisis ini hanya dilakukan perhitungan sampai
kedalaman 7.80 m.
Gambar
Dokumen terkait