PERBANDINGAN KADAR LDL KOLESTEROL PADA
DM TIPE 2 DENGAN ATAU TANPA HIPERTENSI
TESIS
OLEH :
JELITA SIREGAR
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK ILMU PATOLOGI KLINIK
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H.ADAM MALIK
MEDAN
PERBANDINGAN KADAR LDL KOLESTEROL PADA
DM TIPE 2 DENGAN ATAU TANPA HIPERTENSI
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister
Dalam Bidang Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
JELITA SIREGAR
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK ILMU PATOLOGI KLINIK
DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H.ADAM MALIK
MEDAN
Medan, Desember 2010
Tesis ini diterima sebagai salah satu syarat Program Pendidikan untuk
mendapatkan gelar Magister Patologi Klinik di Departemen Patologi Klinik
FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.
Disetujui oleh pembimbing
Prof.dr.Burhanuddin Nasution,SpPK-KN,FISH dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD
NIP.130517448 NIP 140139401
Disahkan Oleh
Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen
FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan Patologi Klinik FK USU/RSUPH. Adam
Malik Medan
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayahnya, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan
Program Pendidikan Magister Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis
(tesis) ini yang berjudul Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada
DM tipe 2 dengan atau tanpa hipertensi. Selama saya mengikuti pendidikan, saya telah mendapat banyak bimbingan,nasehat,bantuan
dan arahan serta juga dukungan dari berbagai pihak sehingga saya
dapat menyelesaikan pendidikan.Untuk semua itu pada kesempatan
ini perkenankanlah saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tak terhingga kepada :
Yth. Prof. dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN,FISH, yang
merupakan pembimbing saya yang telah banyak memberikan
petunjuk, bimbingan, bantuan, pengarahan, dan dorongan selama
pendidikan, dan dalam penelitian serta penulisan tesis ini. Semoga
Tuhan membalas semua kebaikannya.
Yth, dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD yang merupakan
pembimbing saya yang telah memberikan petunjuk, bimbingan,
bantuan, pengarahan, dan motivasi dalam penelitian serta penulisan
tesis ini.
Yth, Prof. dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH,FISH sebagai
Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
yang memberi kesempatan kepada saya sebagai peserta Program
Pendidikan Magister Patologi Klinik dan selama pendidikan saya telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, wawasan, motivasi serta
Yth, Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-K,FISH sebagai Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,
arahan dan petunjuk serta motivasi baik selama saya mengikuti
pendidikan dan sampai selesainya tesis ini.
Yth, dr. Ricke Loesnihari, SpPK-K, Sekretaris Program Studi
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, yang telah
banyak memberi bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya
mengikuti pendidikan.
Yth, seluruh guru-guru saya, Prof.dr. Herman Hariman PhD
SpPK-KH, FISH, dr Muzahar, DMM, SpPK-K, dr. Zulfikar Lubis, SpPK, dr. Tapisari Tambunan K, dr. Ozar Sanuddin, SpPK-K, dr. Farida Siregar SpPSpPK-K, dr. Ulfa Mahiddin, SpPSpPK-K, dr.Lina , SpPK, Prof. dr. Iman Sukiman, Sp.PK-KH,FISH dan dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan
dan hingga selesainya tesis ini.
Yth, Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan di bidang statistik sejak
awal penyusunan sampai hingga selesainya tesis ini.
Yang saya hormati, seluruh teman-teman sejawat PPDS
Departemen Penyakit Dalam FK USU/RSUP.H.Adam Malik Medan,
yang telah memberikan bantuan kepada saya dengan bekerja sama
yang baik pada saat saya melakukan penelitian.
Yang saya sayangi, seluruh teman sejawat PPDS Patologi
RSUP.H.Adam Malik Medan, telah memberikan bantuan, dukungan dan kerjasama yang baik selama saya menjalani pendidikan.
Sembah sujud dan terimakasih yang tak terhingga dan
setulus-tulus nya saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda
dr. Arifin Sakti Siregar Sp.KK dan Ibunda Dahniar yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidik serta memberi dukungan dan
doa serta memberikan bantuan baik moril maupun materil dan
memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak terhingga.
Terimakasih yang tak terhingga dan setulus-tulus nya saya
sampaikan kepada mertua saya, Drs. H. Amri Tambunan dan Ir.
Anita Lubis/Almh. Farida Siregar yang memberi dukungan baik moril maupun materil dan memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak
terhingga.
Terimakasih saya sampaikan kepada kakak, abang,adik, abang
ipar dan adik ipar saya yang memberi dukungan dan doa agar saya
dapat menyelesaikan pendidikan magister ini.
Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada
suami tercinta dr. Asri Ludin Tambunan yang telah mendampingi
saya dengan penuh pengertian, perhatian dan dorongan serta
pengorbanan selama ini. Demikian juga pada kedua permata hati saya
Adam Yafiq Zahran Tambunan dan Raisa Nabila Tambunan yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang selama saya
mengikuti pendidikan.
Demikian juga kepada seluruh keluarga besar kami yang dengan
ikhlas telah membantu, membimbing dan memotivasi selama saya
mengikuti pendidikan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat
Akhirul kalam, semoga tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin Ya Robbal A’lamin.
Medan, Desember 2010
Penulis
( dr. JELITA SIREGAR)
II.3.1 Definisi Hipertensi ………. 14
III.7.3.1 Pengambilan Sampel Darah ...30
III.7.3.2 Pengolahan Sampel ...30
III.7.4. Pemeriksaan Laboratorium ... 31
III.7.4.1 Pemeriksaan Kadar Gula Darah ... 31
III.7.4.2 Pemeriksaan LDL Kolesterol ...31
III.7.5. Pemantapan Kualitas ... 33
III.8. Batasan dan Definisi Operasional ... 34
III.8.1 Kerangka Kerja ... 36
III.9. Perkiraan Biaya Penelitian ... 37
III.9.1. Jadwal Penelitian ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 38
BAB V. PEMBAHASAN ... 45
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Skema Kerangka Konseptual 8
Gambar 1.2. Struktur Lipid 10
Gambar 1.3. Skema Kerangka Kerja 36
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi DM menurut PERKENI 12
Tabel 2. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus 13
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah 15
Tabel 4. Kategori risiko berdasarkan kadar LDL Kolesterol 18
Tabel 5. Pemantapan Kualitas menggunakan Kontrol Precinorm
Lipid pada pemeriksaan kadar LDL Kolesterol 39
Tabel 6. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
dan non hipertensi 39
Tabel 7. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
Tabel 8. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2
dengan hipertensi dan non hipertensi 43
Tabel 9. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2
dengan hipertensi dan non hipertensi pada jenis
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data pasien penelitian DM tipe 2 dengan
Hipertensi dan non hipertensi 57
Lampiran 2 Formulir Persetujuan……… … 60
Lampiran 3. Status Pasien………. 61
Lampiran 4. Lembar Penjelasan kepada calon subjek penelitian 63
Lampiran 5. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang
Kesehatan FK-USU 66
Lampiran 6. Penunjukkan dr. Dharma Lindarto, Sp.PD –KEMD
Sebagai Dosen Pembimbing II 67
DAFTAR SINGKATAN
LDL : Low Density Lipoprotein
HDL : High Density Lipoprotein
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
Ox-LDL : Oksidasi LDL
DMTTI : Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
PP : Post Prandial
KGD : Kadar Gula Darah
DM : Diabetes Melitus
LFG : Laju Filtrasi Glomerus
RINGKASAN
Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam
pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, aktivasi
trombosit, trombosis, stres oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah
dan akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi
pada setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko seperti
meningkatnya usia, diabetes melitus, merokok, miningkatnya kadar
kolesterol total dan LDL Kolesterol serta hipertensi berperan penting
pada awal dan percepatan proses terbentuknya aterosklerosis.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit
kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM.
Hipertensi sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik
hipertensi lebih sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding
diabetik normotensi. Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas
kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi pada penderita diabetik hipertensi
dibanding diabetik normotensi.
Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional di Departemen
Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama
dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik
Medan yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan
besar sampel, dipeoleh sampel penelitian 72 orang yaitu 36 orang
sebagai sampel pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang
sebagai kontrol sampel DM tipe 2 non hipertensi.
Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya
pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu
dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,
kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis
yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa
antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah
serta creatinin darah.
Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.
Berdasarkan analisa statistik dijumpai perbedaan yang bermakna antara
kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (151,08±35,55)
dibandingkan dengan kelompok DM tipe 2 non hipertensi 113,75±31,12
RINGKASAN
Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam
pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, aktivasi
trombosit, trombosis, stres oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah
dan akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi
pada setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko seperti
meningkatnya usia, diabetes melitus, merokok, miningkatnya kadar
kolesterol total dan LDL Kolesterol serta hipertensi berperan penting
pada awal dan percepatan proses terbentuknya aterosklerosis.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit
kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM.
Hipertensi sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik
hipertensi lebih sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding
diabetik normotensi. Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas
kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi pada penderita diabetik hipertensi
dibanding diabetik normotensi.
Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional di Departemen
Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama
dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik
Medan yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan
besar sampel, dipeoleh sampel penelitian 72 orang yaitu 36 orang
sebagai sampel pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang
sebagai kontrol sampel DM tipe 2 non hipertensi.
Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya
pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu
dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,
kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis
yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa
antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah
serta creatinin darah.
Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini
menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.
Berdasarkan analisa statistik dijumpai perbedaan yang bermakna antara
kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (151,08±35,55)
dibandingkan dengan kelompok DM tipe 2 non hipertensi 113,75±31,12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Aterosklerosis merupakan penyebab kematian pada pria dan
wanita di Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya. Lipoprotein
plasma tertentu memainkan peranan penting dalam aterogenesis.
Lipoprotein plasma yang mengandung apolipoprotein (apo) B 100 telah
diidentifikasi sebagai kenderaan yang mentranspor kolesterol ke dalam
dinding arteri. Mereka adalah lipoprotein berdensitas rendah (LDL),
berdensitas menengah (IDL), berdensitas sangat rendah (VLDL) dan
lipoprotein Lp(a).(1)
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri
besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,
neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima dan
akhirnya ke tunika media. Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta, dan-arteri serebral.(2)
Di dalam darah kita temukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol,
trigliserid, dan fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam air,
maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat
terlarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau
apoprotein. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan nama
dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron dan lipoprotein a kecil (Lp(a).(3)
LDL adalah lipoprotein utama pengangkut kolesterol dalam darah
yang terlibat dalam proses terjadinya penyakit jantung koroner. Oksidasi
LDL (ox-LDL) memainkan peranan penting pada patogenesis
aterosklerosis. Ox-LDL dapat ditangkap oleh makrofag melalui reseptor
scavenger pada makrofag menyebabkan terbentuknya sel busa (foam cells). Penimbunan sel busa ini di ruang subendotel pembuluh darah
merupakan bukti paling awal adanya pertumbuhan plak aterosklerotik
yang dikenal sebagai fatty streak.(4,5,6)
Glikasi lipoprotein pada diabetes yang tidak terkontrol baik, juga memberi
kontribusi terhadap pembentukan sel busa.(1)
Proses yang menyebabkan oksidasi LDL melibatkan radikal
superoksida, oksida nitrat, hydrogen peroksida, dan oksidan lain. Anti
oksidan, misalnya vitamin E, asam askorbat (vitamin C), dan karotenoid,
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia sebagai akibat kerja insulin tidak adekuat dan /
atau sekresi insulin tidak cukup atau keduanya-duanya.(7)
American Diabetes Association baru-baru ini merevisi klasifikasi
dan terminology diabetes mellitus. Istilah sebelumnya, insulin-dependent
diabetes mellitus (IDDM) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus
(NIDDM) telah diganti dengan tata nama masing-masing menjadi diabetes
tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 meliputi kasus yang disebabkan oleh
kerusakan sel B pancreas dan diabetes tipe 2 yang terdiri dari gabungan
kerusakan sekresi dan kerja insulin, yang terdapat dalam rentang mulai
dari resistensi insulin yang dominan dengan defisiensi insulin secara relatif
sampai dengan kerusakan sekresi yang dominan dengan resistensi
insulin.(18)
Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit
kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa mortalitas
kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM. Hipertensi
sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik hipertensi lebih
sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding diabetik normotensi.
Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih
tinggi pada penderita diabetik hipertensi dibanding diabetik
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi
adalah meningkatnya kadar LDL kolesterol pada penderita DM tipe 2 .(13).
Studi Framingham melaporkan bahwa LDL kolesterol merupakan suatu
komponen yang aterogenik mempunyai dampak klinis pada penyakit
kardiovaskuler.(12,13)
Insidensi dan keparahan aterosklerosis sangat ditingkatkan oleh
faktor resiko lain seperti merokok, hipertensi dan diabetes.(14)
Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan
peningkatan kadar kolesterol total dengan bertambahnya umur. Akan
tetapi kadar HDL kolesterol akan tetap konstan sedangkan kadar LDL
kolesterol cenderung meningkat. Sedangkan pada 589 perempuan
didapatkan respons peningkatan kolesterol sedikit berbeda yaitu kadar
LDL kolesterol cenderung meningkat lebih cepat sedangkan kadar HDL
kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol total/HDL
menjadi rendah. Rasio yang rendah tersebut akan mencegah penebalan
dinding arteri sehingga perempuan cenderung lebih sedikit terjadi risiko
PJK.(15)
Berdasarkan penelitian Hamid Nasri et al tahun 2006 di Universitas
Shahrekord, Iran, melakukan penelitian terhadap 122 subjek DM tipe 2
yaitu 40 laki-laki dan 82 perempuan terdapat adanya peningkatan kadar
LDL-kolesterol dengan hipertensi pada pasien dengan DM tipe 2 dengan
Pada penelitian H.A.H. Asdie dkk tahun 2005 di RS.DR. Sardjito,
Yogyakarta, melakukan penelitian terhadap 72 subjek DM tipe 2 yaitu 56
orang yang hipertensi dan 16 orang yang normotensi menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara LDL kolesterol dengan kejadian
hipertensi pada populasi DM tipe 2 dengan p < 0,002.(17)
Idogun ES dkk di Universitas Benin Teaching, Nigeria, melakukan
penelitian terhadap 52 subjek DM tipe 2 yaitu 23 orang yang diabetik
normotensi, 16 orang diabetik hipertensi dan 13 orang diabetik nefrropati
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara LDL kolesterol
dengan kejadian hipertensi pada populasi DM tipe 2 dengan p <
0,0001.(18)
Dengan dasar teori di atas menimbulkan keinginan peneliti untuk
melakukan penelitian tentang hubungan LDL dengan hipertensi pada DM
tipe 2.
I.2. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2
dengan hipertensi dibanding LDL kolesterol pada DM tipe 2 non
I.3. Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan atau
tanpa hipertensi.
I.4. Tujuan penelitian
I.4.1. Tujuan Umum
Untuk melihat peningkatan LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan
atau tanpa hipertensi.
I.4.2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui perbedaan kadar LDL pada DM tipe 2 dengan
atau tanpa hipertensi
I.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat :
a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pencegahan terjadinya dislipidemia pada penderita Diabetes Melitus
mengingat pada Diabetes Melitus merupakan salah satu penyebab
kematian utama pada PJK.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pertimbangan dalam
melakukan pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap pada
Kerangka Konseptual
DIABETES MELITUS TIPE 2
HIPERTENSI NON
HIPERTENSI
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. LIPID DAN LIPOPROTEIN
Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh
untuk VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B 100, sedang Apo B48
ditemukan pada kilomikron. Apo A1, Apo A2, dan Apo A3 ditemukan
terutama pada lipoprotein HDL dan kilomikron.(19)
Setiap lipoprotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester),
trigliserid, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan
mempunyai inti trigliserid dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid
dan sedikit kolesterol bebas. Apoprotein ditemukan pada permukaan
lipoprotein.(19)
Setiap partikel LDL mengandung sekitar 1500 molekul kolesterol
ester dalam inti berminyak. Inti ini dikelilingi oleh mantel mengandung
kolesterol 500 molekul, 800 molekul fosfolipid, dan satu molekul
apoprotein B100.(20)
Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi
Gambar 1. Struktur Lipidprotein
II.1.1. METABOLISME LIPOPROTEIN(19)
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur
metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse
cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan
metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid, sedang jalur reverse
cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL.
Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan
kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga
terdapat kolesterol dari hati yang diekskresikan bersama empedu ke usus
halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang
Jalur Metabolisme Endogen(19,20)
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam
sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam
VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL
akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL
berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah
menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut
kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling
banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan
dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal,
testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL.
Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap
oleh reseptor scavenger-A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa
(foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol
yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat
okdidasi seperti :
• Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti
pada sindrom metabolik dan diabetes melitus.
• Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol –HDL akan
• Jalur Reverse Cholester Transport
Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke
hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.(21)
II.2. DIABETES MELITUS
II.2.1. Defenisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemi sebagai akibat berkurangnya produksi
insulin, ataupun gangguan aktivitas dari insulin ataupun keduanya.
Keadaan ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan metabolisme
terhadap karbohidrat, lemak maupun protein.(22,23,24,25)
II.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Ada berbagai klasifikasi DM yang dipakai sekarang ini, seperti
klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA), World
Health Organization (WHO).(25,26) Klasifikasi DM yang dipakai di Indonesia
menurut Konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia) 2006
sesuai dengan klasifikasi DM menurut ADA 1997.(22,47) Dalam hal ini DM
Tabel 1. Klasifikasi DM menurut PERKENI (22)
1.
2.
3.
4.
Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut).
Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin)
DM Tipe Lain
A. Defek genetik fungsi sel beta
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit Endokrin Pankreas
D. Endokrinopati
E. Karena obat/zat kimia
F. Infeksi
G. Sebab imunologi yang jarang
H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes Melitus Gestasional
II.2.3. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan
khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Jika dijumpai keluhan yang
khas dan pemeriksaan kadar glukosa darah (KGD) sewaktu ≥ 200 mg/dl
sudah cukup untuk menegakkan diagnosa DM. Hasil pemeriksaan KGD
kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan KGD yang baru satu
kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.
diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka
abnormal, baik KGD puasa ≥ 126 mg/dl, KGD sewaktu ≥ 200 mg/dl pada
hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang
abnormal.(22,27,28,29,30)
Tabel 2. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus22
1 Gejala klasik DM + KGD sewaktu ≥200 mg/dl atau
2 Gejala klasik DM + KGD puasa ≥ 126 mg/dl atau
3 KGD 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl
II.2.4. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
umumnya ditemukan pada usia dewasa (resiko tinggi pada usia di atas 40
tahun), walaupun dapat terjadi pada anak-anak. Jumlah penderita DM tipe
2 diperkirakan 90-95 % dari total penderita DM.Penyebab utama DM tipe
insulin ditemukan pada lebih 90 % kasus dan merupakan penyebab
terbanyak pada DM tipe 2.(31,32,33)
II.3. HIPERTENSI
II.3.1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur
berulang-ulang, sekurang-kurangnya 2 kali pengukuran tekanan darah
pada waktu yang berbeda, dengan atau tanpa pemakaian obat
antihipertensi.(34)
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan
penyebab yang tidak diketahui (hipertensi esensial/primer atau idiopatik)
dan diketahui (hipertensi sekunder). (35)
Hipertensi essensial (essential hypertension, EHT) atau hipertensi
primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui terjadi pada
± 90-95% kasus hipertensi. Patogenesis hipertensi essensial adalah
multifaktorial. Dalam terjadinya hipertensi essensial terlibat berbagai faktor
patofisiologik antara lain faktor genetik, peningkatan aktivitas saraf
simpatis, kemungkinan berkaitan dengan stres psikososial, produksi
hormon yang menahan garam dan menyebabkan vasokonstriksi.
disfungsi endotel, stres oksidatip, remodeling dan berkurangnya elastisitas
pembuluh darah.(36)
Tabel 3. Menurut The seventh Report of the Joint National Comitte on Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC), klasifikasi tekanan darah orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan Hipertensi derajat 2.
Klasifikasi Tekanan
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Sumber : The Seventh Report of The Joint Commite on Prevention Evaluation and Treatment of high Blood Pressure (18)
II.3.2. Patogenesis hipertensi pada DM tipe 2
Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks,
banyak faktor berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada
diabetes faktor tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah
plasma, obesitas, selain faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan
II.3.3. Dislipidemia pada Diabetes
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.(38,39,40)
Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar
trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol
tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes,
namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (small
dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih
bersifat aterogenik daripada partikel-partikel LDL yang lebih besar
(buoyant LDL particles). Selanjutnya, karena ukurannya yang lebih kecil,
kandungan di dalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebih
meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini
dikenal dengan istilah “dislipidemia diabetik”.(41)
II.4. PATOFISIOLOGI DISLIPIDEMIA PADA DIABETES
Akhir-akhir ini semakin banyak penyakit kardiovaskuler terjadi pada
pasien dengan diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Tetapi, hubungan
antara diabetes dan aterosklerosis belum dapat dimengerti sepenuhnya.
Beberapa kelainan metabolik yang sering terjadi pada pasien dengan
diabetes mempengaruhi proses produksi dan pembuangan lipoprotein
Kerusakan kerja insulin dan keadaan hiperglikemia akan
menyebabkan perubahan lipoprotein plasma pada pasien denga diabetes.
Pada diabetes tipe 2, obesitas atau kekacauan metabolisme yang resisten
terhadap insulin dapat menjadi penyebab dislipidemia, selain
hiperglikemia itu sendiri. (43)
II.4.1. Komplikasi Diabetes
Percepatan aterosklerosis pada penderita diabetik adalah suatu hal
yang kompleks, dan lebih cepat dari nondiabetik. Kecenderungan
penderita diabetik salah menghasilkan bahan bakar, terutama lemak,
menyebabkan kadar lemak beredar lebih tinggi, terutama LDL kolesterol
yang bisa menumpuk dalam dinding pembuluh darah. Kemungkinan lain
adalah perubahan pada pembuluh darah terkecil, mikroangiopati, yang
bisa menyebabkan peningkatan kebocoran protein dan lemak pada
dinding pembuluh darah dan dengan demikian akan terjadi aterosklerosis
berat. Ketiga dan paling menarik, adalah penderita diabetik mempunyai
kelainan sel difus menyebabkan penuaan sel-sel tertentu, dan penuaan
prematur ini terutama mengenai dinding pembuluh darah dan akibatnya
merusak dinding pembuluh darah.(7)
Komplikasi makrovaskuler misalnya pembuluh darah koroner,
pembuluh darah otak, pembuluh darah kaki dan komplikasi mikrovaskuler
Tabel 4. Kategori risiko kadar LDL Kolesterol (40)
Kelompok Risiko
LDL Kolesterol (mg/dl)
Risiko tinggi < 100
Faktor risiko multipel (≥ 2 faktor risiko) < 130
Risiko rendah (0-1 faktor risiko) < 160
Mengacu pada NCEP ATP III maka sasaran kadar kolesterol LDL
disesuaikan dengan banyaknya faktor risiko yang dimiliki seseorang.
Berdasarkan banyaknya faktor risiko, maka terdapat 3 kelompok risiko (41):
1. Risiko tinggi
a. Mempunyai riwayat PJK.
b. Mereka yang mempunyai risiko yang disamakan dengan
PJK :
- Diabetes Melitus
- Bentuk lain penyakit aterosklerotik yaitu strok, penyakit
arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis.
- Faktor risiko multipel (> 2 faktor risiko) dan mempunyai
risiko PJK dalam waktu 10 tahun > 20 % (lihat skor risiko
Framingham).
2. Risiko multipel (≥ 2 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam
3. Risiko rendah (0-1 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam
kurun waktu 10 tahun < 10 tahun.
II.5. PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis merupakan penyakit vaskuler yang ditandai dengan
timbulnya ateroma, yaitu suatu dungkul pada dinding arteri. Timbulnya
ateroma ini menimbulkan penyempitan lumen arteri, dan apabila dungkul
tersebut lepas, akan menimbulkan emboli yang selanjutnya
mengakibatkan penyumbatan lumen. Gangguan aliran darah ini dapat
menimbulkan iskemia dan kematian jaringan di daerah aliran arteri,
khususnya pada organ-organ yang miskin kolateral seperti jantung dan
otak.(11)
Penyebab aterosklerosis bersifat multifaktoral, sebagian
penyebabnya bersifat genetis, sebagian lainnya karena faktor lingkungan,
misalnya karena kebiasaan makan. Walaupun penyakit aterosklerosis
digolongkan sebagai penyakit sistemik, namun ateroma tak timbul di
sembarang tempat, melainkan pada tempat-tempat predileksi khusus.
Faktor lain yang memicu timbulnya aterosklerosis adalah
hiperkolesterolemia yang menyebabkan peningkatan kadar LDL. Dalam
patogenesitas aterosklerosis, ikut pula berperan sejumlah sel, sebagian
berupa sel yang terdapat di dalam darah (monosit, limfosit) dan sebagian
lagi berasal dari dinding arteri (sel endothelium, sel otot polos,
Hiperkolesterolemia merupakan faktor terpenting dalam
patogenesis aterosklerosis. Kadar kolesterol yang tinggi disebabkan oleh
kenaikan kadar LDL. Perjalanan hidup LDL dimulai dengan sintesis dan
sekresi VLDL oleh sel-sel hati (hepatosit). VLDL mengandung kolesterol
dan trigliserida (TG). Setelah memasuki aliran darah, VLDL mulai
kehilangan kandungan TG-nya karena TG mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga
kandungan ester kolesterol semakin lama semakin tinggi. Dengan proses
ini VLDL mula-mula berubah menjadi IDL dan akhirnya berubah menjadi
LDL. Selanjutnya LDL akan diendositosis oleh sel-sel jaringan perifer dan
hepatosit setelah terlebih dahulu diikat oleh reseptor LDL (LDL-R).(35)
Kadar LDL yang tinggi pada dasarnya disebabkan oleh dua hal,
yaitu :sintesis VLDL yang berlebihan atau gangguan ambilan (uptake) LDL
oleh sel-sel jaringan. Penyebabnya dapat bersifat genetis atau pengaruh
dari faktor lingkungan. Sintesis VLDL yang berlebih misalnya terjadi pada
diabetes mellitus dan kebiasaan makan makanan tinggi kolesterol. (35)
II.6. TAHAPAN ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis tak terjadi secara mendadak, melainkan terjadi
melalui sejumlah tahapan, masing-masing tahap memerlukan waktu untuk
mencapai tahap berikutnya. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai
a. Tahap dini.
Pada tahap paling awal ini, secara makroskopik, belum terlihat
perubahan pada dinding sel arteri, tapi secara mikroskopik pada
sub intima ditemukan sekelompok sel yang dalam sitoplasmanya
terlihat gelembung-gelembung mirip busa sabun, karenanya
disebut sel busa (foam cell). Sel busa ini berasal dari makrofag dan
gelembung mirip busa tersebut berisi ester kolesterol.(35)
b. Tahap pembentukan garis lemak (fatty streak).
Pada tahap ini terjadi penumpukkan sel-sel busa sehingga
mendesak endotelium. Secara makroskopik terlihat dinding arteri
sedikit menonjol ke dalam lumen membentuk geligir.(35)
c. Tahap pembentukkan ateroma.
Pada tahap ini, di samping sel busa terlihat pula tumpukan lemak
ekstrasel yang terjadi karena nekrosis sel busa. Di dalam sub
intima juga dijumpai limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen.
Keberadaan serat kolagen ini menimbulkan nama fibrous plaque
(bercak berserat). Walaupun dalam keadaan terdesak, sel-sel
endotelium masih terlihat utuh. Secara makroskopis terlihat sebagai
d. Tahap lesi lanjut.
Pada tahap ini terjadi nekrosis endotelium yang memicu terjadinya
thrombus.(35)
Dari hasil peneltian epidemiologi diketahui ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi dan merangsang terbentuknya aterosklerosis.
Faktor ini disebut faktor risiko. Faktor risiko ada yang dapat dimodifikasi
dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan penyakit
aterosklerosis.(45)
II.6.1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko yang penting pada usia di atas 45
tahun. Penyakit jantung iskemik 5 kali lebih sering pada individu di
mana tekanan darah > 160/95 mmHg daripada normotensi
( < 140/90 mmHg ). (45,46,47)
2. Merokok
Orang yang merokok > 10 batang / hari mempunyai risiko 3 kali lebih
besar. Hubungan rokok dan ateroskerosis dikaitkan dengan adanya
3. Diabetes Melitus
Semua pasien yang menderita diabetes mellitus > 10 tahun
mempunyai aterosklerosis signifikan. (45,46,47)
4. Hiperlipidemia
Adanya hiperlipidemia merupakan faktor risiko yang kuat terjadinya
aterosklerosis pada pasien < 45 tahun. Dijumpai total kolesterol serum
> 240 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, Trigliserida > 250 mg/dl. (45,46,47)
5. HDL yang rendah
Nilai HDL koletserol < 35 mg/dl. HDL yang rendah umumnya terjadi
pada perokok, DM, orang inaktif yang tidak teratur berolah raga, dan
pasien dengan Trigliserida yang tinggi. Latihan yang teratur dapat
meningkatkan HDL kolesterol plasma. (45,46,47)
II.7. Pengertian Resistensi Insulin
Resistensi insulin adalah : suatu keadaan terjadinya gangguan
respons metabolik terhadap kerja insulin, akibatnya untuk kadar
glukosa plasma tertentu dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak
daripada “normal” untuk mempertahankan keadaan normoglikemia.(48)
Akibat resistensi insulin (endogen), maka diperlukan jumlah insulin
yang tinggi sebagai kompensasi untuk mengontrol gula darah agar
tetap normal, jika sel beta pankreas masih adekuat untuk
Hiperinsulinemia suatu respon kompensasi yang tipikal karena
menurunnya aksi insulin pada sel target, kondisi ini disebut sebagai
resisten insulin atau sensitifitas insulin di sel target telah menurun.(49)
Hiperinsulinemia akan mencegah terjadinya intoleransi glukosa atau
hanya sedikit terganggu, mencegah hiperglikemia atau manifesnya
diabetes. Bila sel beta pankreas lelah, muncul keadaan hiperglikemia,
asam lemak bebas meningkat. Resistensi insulin ditemui pada
penderita NIDDM, obesitas, hipertensi. Derajat gangguan toleransi
glukosa berbeda-beda diberbagai kelompok tersebut, ini ditentukan
oleh kemampuan sel beta pankreas untuk memghasilkan insulin(49)
II.8. SINDROMA METABOLIK(50)
Sesuai dengan perkembangannya, maka definisi SINDROMA
METABOLIK (SM) juga mengalami variasi. Pada tahun 1998
World Health Organization (WHO) memberikan definisi SM sebagai gangguan metabolisme glukosa atau RI ditambah 2 atau lebih kelainan
Pada tahun 2001 the National Cholesterol Education Program’s Adult Traetment Panel III (NCEP: ATP III) memberikan definisi SM adalah tiga atau lebih kelainan berikut ini :
1. Obesitas sentral : lingkar pinggang ≥ 102 cm (pria),≥ 88 cm
(wanita).
2. Trigliserida (> 150 mg / dL).
3. HDL <40mg/dL pada pria atau <50 mg / dL pada wanita.
4. Glukosa puasa > 110 mg / dL.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional (potong
lintang) bentuk observasi (non eksperimental). Pengukuran
variabel dilakukan hanya satu kali.
3.2. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP
H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada
bulan Agustus sampai dengan bulan November 2010
3.3. Populasi dan Subjek Penelitian
Kelompok kasus adalah semua penderita DM tipe 2 dengan
hipertensi bekerja sama dengan Poliklinik sub divisi Endokrinologi
Departemen Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan dan
sebagai kelompok pembanding adalah penderita DM tipe 2 dengan yang
non hipertensi. Seluruh peserta yang ikut dalam penelitian ini diberikan
informed-consent dan telah mendapat penjelasan tentang prosedur
3.3.1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia ikut dalam penelitian
2. Penderita DM tipe 2 sesuai kriteria ADA 2002,
berdasarkan :
- Gejala Klinis diabetes
- Pemeriksaan Laboratorium :
KGD Puasa : > 126 mg/dl dan KGD 2 jam PP
: > 200 mg/dl
3. Penderita DM dengan hipertensi
4. Usia > 40 tahun
3.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Penderita DM tipe 1
2. Umur < 40 tahun
3. Sekunder hiperglikemia, seperti pemakaian obat
kortikosteroid
4. Gagal ginjal
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan
besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji Hipotesa
dua kelompok berpasangan :
N1 =N2 =
Zα = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai
α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 dan Zα = 1,96.
Zβ = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada
nilai β yang ditentukan. Untuk β = 0,10 dan Zβ = 1,282
Sd = Standar deviasi LDL pada penderita DM tipe 2 adalah 37
2 (1,96 + 1,282).37
20
D = Presisi rerata (tingkat ketepatan)
Besar sampel untuk masing – masing kelompok minimal adalah 36
orang.
3.5. Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik. Untuk
melihat gambaran karakteristik penderita disajikan dalam bentuk tabulasi
dan dideskripsikan. Untuk melihat hubungan antara LDL dengan
hipertensi dan non hipertensi pada populasi DM tipe 2 digunakan uji T
berpasangan. Hasil tes dikatakan bermakna bila nilai p < 0.05.
Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini menggunakan
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.
3.6. Ethical clearance dan Inform Consent
Ethical clearance diperoleh dari komite Penelitian Bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang
menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan
3.7. Bahan dan Cara Kerja
3.7.1. Bahan yang diperlukan
Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah darah tanpa
anti koagulan.
3.7.2. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik
Anamnese dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar
pertanyaan pada status dan keterangan yang ada pada status.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi penderita berbaring . Seluruh
data dan hasil pemeriksaan dicatat dalam status khusus penelitian.
3.7.3. Pengambilan dan Pengolahan Sampel
3.7.3.1. Pengambilan sampel darah.
Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya
pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu
dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,
kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis
yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa
antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah
3.7.3.2 Pengolahan Sampel
Darah tanpa antikoagulan dibiarkan dalam suhu ruangan selama
30 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 g selama 15
menit, serum dipisahkan secara hati-hati ke dalam 2 tabung plastik.
Tabung plastik pertama untuk pemeriksaan Kadar Gula Darah dan
creatinin dengan alat Cobas 6000 automatic analyzer. Tabung kedua
segera disimpan dalam refrigerator, dengan suhu 2-8 0C sampai waktu
pemeriksaan LDL Kolesterol.
3.7.4. Pemeriksaan Laboratorium
3.7.4.1. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatik berdasarkan
reaksi hexokinase (UV test) dengan alat Automatic Cobass 6000 C 501.
Sampel yang digunakan adalah serum.
3.7.4.2. Pemeriksaan LDL kolesterol
3.7.4.2.1. Tes enzimatik kolorimetrik
Sampel : serum
Prinsip :
LDL kolesterol ester kolesterol+asam lemak bebas
LDL kolesterol + 02 ∆4 -kolestenone+H2O
Kolesterol oxidase
peroxidase
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + HSDA +H2O + H pigmen
Biru ungu+5H2O
(Abs.max=585 nm)
HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3,5-dimethoxyaniline
Intensitas warna zat biru-ungu ini yang terbentuk secara langsung
sebanding dengan konsentrasi kolesterol yang diukur dengan photometer.
Reagen - working solutions :
R1 MOPS (3-morpholinopropane sulfonic acid buffer) : 20,1 mmol/L. pH
6,5 ; HSDA : 0,96 mmlo/L ; ascorbate oxidase : ≥ 50 μkat/L,
peroxidase (horseradish): 167 μkat/L ; preservative
R2 MOPS (3-morpholinopropane sulfonic acid buffer) : 20,1 mmol/l. pH
6,8 ; MgSO4.7H2O : 8,11 mmlo/l ; 4-aminoantipyrine : 2,46 mmol/L
cholesterol esterase : ≥ 50 μkat/L, cholesterol oxidase : 33,3 μkat/L ;
peroxidase (horseradish): 334 μkat/L ; detergent ; preservative.
Cara Kerja : Alat dan program ready
Kadar LDL kolesterol diukur secara automatisasi pada panjang
gelombang 600 nm. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam mg/dl.
Kalkulasi analit dengan faktor konversi :
3.7.5. PEMANTAPAN KUALITAS
Hasil dari suatu pemeriksaan laboratorium dapat berkualitas baik
bila dilakukan pemantapan kualitas. Pemantapan kualitas penting untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum
melakukan pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk
meningkatkan kualitas dari pemeriksaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
di antaranya adalah : prosedur pemeriksaan, penggunaan alat-alat yang
harus sesuai dengan petunjuk, ataupun reagensia yang digunakan.
Pemeriksaan laboratorium klinik baik apabila test tersebut teliti (precision)
dan akurat dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya
(ada nilai target).
Untuk pemeriksaan creatinin darah digunakan assay control
Precinorm U dan Precipath U. Untuk pemeriksaan LDL kolesterol
digunakan assay control Precinorm L.
Untuk pemantapan kualitas pemeriksaan LDL kolesterol dilakukan
dengan menggunakan control sera assay C.f.a.s lipid. Pemantapan
kwalitas dilakukan dengan cara mengerjakan sample penelitian
bersama-sama dengan assayed control sera dengan nilai target 82 – 136 mg/dl.
Bila hasil pemeriksaan control sera assayed masuk dalam nilai
target, maka sample penelitian dianggap terkontrol. Setelah itu dilakukan
Tabel 5. Pemantapan kualitas menggunakan Kontrol Precinorm Lipid
pada pemeriksaan Kadar LDL Kolesterol.
NO Kelompok
3.8. Batasan dan Definisi Operasional
a. Diabetes Melitus
Disebut DM apabila didapati gejala klinis dan pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan KGD puasa ≥126 mg / dl, KGD 2 jam PP
≥ 200 mg/dl.
b. Hipertensi
Yang dimaksud dengan penderita hipertensi adalah penderita
dengan riwayat hipertensi atau pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya hipertensi. Kriteria hipertensi sesuai dengan ketetapan
JNC VII 2003 ( The Seventh Report of The Joint National Commite
on Detection, Evaluation dan Treatment of High Blood Pressure)
yaitu: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal ditentukan berdasakan riwayat penyakit seperti
penderita hemodialisa regular, pemeriksaan fisik dengan adanya
hipertensi, edema dan pucat, dan atau penetapan Estimation
Glomerular Filtration Rate (EGFR) yang direkomendasikan The
National Kidney Foundation dengan kalkulasi Cocroft-Gault
berdasarkan pemeriksaan kreatinin serum.
EGFR = Berat badan (kg) x (140 – umur )
Kadar creatinin serum x 72
Pada wanita hasil x 0,85
d. IMT
Ditentukan berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh), digunakan
untuk membuat penggolongan apakah seseorang tersebut
obesitas, overweight, ataukah normal.Untuk orang Asia, disebut
obesitas bila IMT > 25 kg/m2 , overweight bila IMT 23-24,9 kg/m2
dan normal bila IMT 18,5-22,9 kg/m2 , berat badan kurang
( underweight) bila IMT < 18,5 kg/m2
Kerangka Kerja
Inklusi : Bersedia ikut dalam penelitian, penderita DM tipe 2 sesuai kriteria ADA 2002, Penderita DM dengan Hipertensi, Usia >40 tahun
Populasi : Penderita DM tipe 2 dengan hipertensi
Kadar LDL Kolesterol
3.9. Perkiraan Biaya Penelitian
3.9.1. Jadwal Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional yang telah
dilaksanakan mulai Agustus sampai November 2010. Didapatkan 36
pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang kelompok kontrol
pasien DM tipe 2 yang non hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi yang berkunjung ke Poliklinik Endokrinologi Departemen
Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
4.1. Gambaran Umum Peserta Penelitian
Pada penelitian ini, kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi terdiri
dari 13 orang pria (36,1%) dan 23 orang wanita (63,9%) dengan umur
rerata 54,72±5,86, sedangkan pada DM tipe 2 non hipertensi terdiri dari 22
orang pria (36,1%) dan 14 orang wanita (63,9%) dengan umur rerata
Tabel 6. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan non
Pada tabel 6 terlihat bahwa proporsi jenis kelamin perempuan yang
menderita hipertensi dengan dislipidemia 19 orang (57,6%) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki 14 orang (42,4%). Dalam hal ini jenis kelamin
dijumpai perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan pada
kelompok hipertensi dengan dislipidemia dengan non dislipidemia
Berdasarkan kelompok umur, pada kedua kelompok terbanyak
pada rentang usia 51 sampai 60 tahun 21(58,3%), tidak dijumpai
perbedaan bermakna pada kelompok DM dengan hipertensi dan non
hipertensi ( p > 0,05).
Tabel 7. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan non
Keterangan :
* Uji T
** Uji Wilcoxon
Gambaran Indek Masa tubuh pada kedua kelompok didapati rerata
25,69±2,87 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata 25,19±1,99
pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai perbedaan
bermakna antara Indek Masa Tubuh pada kelompok DM dengan
hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).
Untuk lamanya terdiagnosa DM pada kedua kelompok didapati
rerata 1,83±1,29 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata
3,69±2,12 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini dijumpai
perbedaan bermakna antara lamanya terdiagnosa DM pada kelompok
DM dengan hipertensi dan non hipertensi ( p < 0,05).
Pada pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik didapati
rerata tekanan daran sistolik pada kelompok DM dengan hipertensi
adalah 148,89±11,89 dan pada kelompok non hipertensi adalah
119,72±9,40. Dijumpai perbedaan bermakna antara tekanan darah
sistolik pada kelompok DM dengan hipertensi dan non hipertensi (p
<0,05), sedangkan pada pengukuran tekanan darah diastolik pada
75,28±6,08. Dalam hal ini dijumpai dijumpai perbedaan bermakna
antara tekanan darah diastolik pada kelompok DM dengan hipertensi
dan non hipertensi ( p < 0,05).
Pada KGD Puasa pada kedua kelompok didapati rerata
175,50±70,95 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata
166,39±68,38 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak
dijumpai perbedaan bermakna antara KGD Puasa pada kelompok DM
dengan hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).
Pada KGD 2 jam PP pada kedua kelompok didapati rerata
287,78±114,73 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata
269,92±109,81 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak
dijumpai perbedaan bermakna antara KGD 2 jam PP pada kelompok
DM dengan hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).
Pada LFG pada kedua kelompok didapati rerata 90,32±23,51
pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata 102,82±38,86 pada
kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai perbedaan
bermakna antara LFG pada kelompok DM dengan hipertensi dan non
Tabel 8. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol Pada DM tipe 2
dengan Hipertensi dan non Hipertensi
Variabel N LDL Kolesterol
(x±SD)
P
DM
Hipertensi
36 151,08±35,55
0,0001 *
DM
Non Hipertensi
Keterangan :
* Uji T
36 113,75±31,12
Pada pemeriksaan LDL pada kelompok DM tipe 2 dengan
hipertensi didapati rerata kadar LDL adalah 151,08±35,55 mg/dl, lebih
tinggi dibandingkan pada kelompok non hipertensi dengan rerata adalah
113,75±31,12 mg/dl dan secara statistik dijumpai perbedaan bermakna
Tabel 9. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol Pada DM tipe 2
dengan Hipertensi dan non Hipertensi pada jenis kelamin laki-laki
dan perempuan
Pada pemeriksaan LDL kolesterol pada laki-laki didapati rerata
136,23±31,76 mg/dl pada kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi dan
didapati rerata 114,54±27,94 mg/dl pada kelompok non hipertensi.
Sementara pada perempuan didapati rerata 159,48±35,44 mg/dl pada
kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi dan didapati rerata 113,30±33,38
mg/dl pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai
BAB V
PEMBAHASAN
Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam
pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, stres
oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah, faktor genetik, dan
akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi pada
setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Hubungan sindroma
metabolik dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler adalah
terjadinya proses aterosklerosis yang menggambarkan terjadinya
disfungsi endotel. Faktor tekanan darah, obesitas abdominal,
hiperinsulinemia dan dislipidemia ini diawali dengan keadaan resistensi
insulin. Dari beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan
dari kadar LDL Kolesterol dihubungkan dengan peningkatan resiko
kejadian penyakit kardiovaskular sesuai dengan penelitian Hamid
Nasir pada tahun 2006(16)
Pada penelitian ini pemeriksaan kadar LDL Kolesterol dilakukan
pada dua kelompok yaitu kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi
sebanyak 36 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 13
laki-laki (36,1%) dan 23 perempuan ( 63,9%),dengan usia rata-rata
54,72±5,863 dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia
Kelompok DM tipe 2 non hipertensi ( kontrol ) sebanyak 36 orang
dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 22 laki-laki (61,1%) dan
perempuan 14 (38,9%) dengan usia rata-rata 52,22±6,44 dengan
penyebaran terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun dan indek
masa tubuh rata-rata 25,19±1,99. Pada kedua kelompok ini
memperlihatkan ada perbedaan bermakna pada jenis kelamin
penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dengan penderita non hipertensi
( p<0,05) dan tidak ada perbedaan bermakna pada umur dan IMT
kelompok penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan penderita non
hipertensi ( p>0,05).
H.A.H. Asdie,dkk tahun 2005, menyatakan dari 72 subjek DM tipe
2 yang memenuhi kriteria kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi
sebanyak 56 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 21
laki-laki (29,16%) dan 35 perempuan (48,61%) dengan usia rata-rata
60,13±8,508, dengan indek masa tubuh rata-rata 22,17±2,772.
Kelompok DM tipe 2 non hipertensi sebanyak 16 orang dengan
karakteristik jenis kelamin terdiri dari 8 laki-laki (11,11%) dan
perempuan 8 (11,11%) dengan usia rata-rata 56,45±10,56 dengan
indek masa tubuh rata-rata 23,08±2,769. Pada kedua kelompok ini
memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna pada umur dan IMT
Pada penelitian ini dijumpai perbedaan yang bermakna antara
kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p < 0,05)
sesuai dengan penelitian Idogun ES et al yang dilakukan pada tahun
2006 dan pada penelitian H.A.H. Asdie,dkk tahun 2005 (p < 0,05).
Pada penelitian ini juga dijumpai perbedaan bermakna pada
pengukuran parameter seperti lama DM, tekanan Diastole dan tekanan
darah Sistole pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p <0,05) dan tidak
dijumpai perbedaan bermakna antara KGD Puasa dan KGD 2 jam PP,
pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p <0,05) sesuai dengan penelitian
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. KESIMPULAN
Pada penelitian ini dijumpai :
1. Peningkatan kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2 dengan
hipertensi berbeda yang bermakna bila dibandingkan dengan non
hipertensi (p < 0,05).
2. Peningkatan tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole
pada DM tipe 2 dengan hipertensi berbeda bermakna bila
dibandingkan dengan non hipertensi (p < 0,05).
VI.2. SARAN
1. Penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dianjurkan untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Malloy Mary J, Kane John P. Agen yang digunakan dalam
hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan
klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 421-2
2. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular.
Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009.h.477
3. Applegate WB, Basile JN, Carey R, Dzau P, Egan BM, Falkner B et
all. The Sevent Report of The Joint Commite on Prevention,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. US
Departement of Health and Human Services. 2003 : 3-15
4. Libby Peter, The pathogenesis of atherosclerosis. In: Kasper
Dennis L, Fauci Anthony S, Longo Dan L, et al. Harrison’s
principles of internal medicine. Sixteenth Edition,USA :
McGraw-Hill, 2005.h.1425-33.
5. Marks Dawn B, Marks Allan D, Smith Colleen M. Biokimia
kedokteran dasar : Sebuah pendekatan klinis, Edisi 1, Jakarta, :
EGC, 2000.h.513-30
6. Kurniasih Rita, Wijaya Andi, Kadar LDL-teroksidasi suatu petanda
biokimiawi untuk menentukan resiko penyakit jantung koroner.
7. Piliang Sjafii. Sejarah diabetes mellitus. Dalam : Piliang Sjafii,
Syukran OK Alfien, Bahri Chairul, et al. The 1st workshop on insulin
and type 2 diabetes. Medan : Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 2004.h.5-11
8. Nolte Martha S, Karam John H. Hormon pankreas dan obat anti
hipertensi. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik.
Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 671
9. Bakri Syakib, What have we learn about ARB, especially for
diabetes hypertension. Dalam Kongres nasional X pernefri, Annual
meeting.h.97
10. Boestan Iwan N, Baedowi Andrianto. The role of interventional
cardiology in coronary artery disease with diabetes. Dalam: Adi
Soebagijo, Nasronudin, Sutjahjo Ari, et al. Naskah lengkap
pendidikan kedokteran berkelanjutan XXII. Surabaya: Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK-UNAIR, 2007.h.557
11. Waspadji Sarwono. Penyulit Kronik Dan Pencegahannya. Dalam:
Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana, Subekti Imam.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke-6. Jakarta :
12. Yates A. John, DeFronzo Ralph A. Kelainan metabolisme. Dalam:
Stein Jay H. Panduan klinik ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga.
Jakarta: EGC, 2001.h.660
13. Tjokroprawiro A, Hendromartono, Piliang S. Simposium Dimensi
Baru Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
1996; h 1-3
14. Neal Michael J. At a glance farmakologi medis : Obat penurun lipid.
Edisi kelima. Jakarta : EMS, 2005.h.47.
15. Anwar Bahri T. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. FK-USU,
2004. h. 9
16. Nasri hamid, Yazdani Mohammad. The relationship between
serum LDL-cholesterol, HDL-cholesterol and systolic blood
pressure in patirnts with type 2 diabetes.
17. Asdie HAH, Pramono Bowo, Susatyo Eddy, Hubungan LDL
dengan Hipetensi pada populasi DM tipe 2. Dalam The
International Journal of Internal Medicine, Palembang, 2006.
18. ES Idogun, EI Unuigbe, PS Ogunro et al. Assessment of serum
lipids in Nigerians with type 2 Diabetes Mellitus complications.
19. Adam John MF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo Aru W, Setiyohadi
Bambang, Alwi Idrus dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,
20. Goldberg IJ. Diabetic Dyslipidemia: Causes and Consequenses,
Clinical Review. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism 2001 ; 86(3) : 965-71.
21. Hilbert Timothy, Lifshitz MS. Lipids and Dyslipoproteinemia In:
Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory
Methods. 21th ed. Saunders Elsevier. 2007 : 201- 17
22. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. PB
PERKENI, Jakarta 2006 : 1-47.
23. Bennet PH, Knowler WC. Definition, Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus and Glucose Homeostasis. In: Joslin’s Diabetes
Mellitus 14th ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA 2006 : 332-41.
24. International Diabetes Federation. IDF Clinical Guidelines Task
Force. Global Guideline for type 2 diabetes. Brussels, 2005.
25. American Diabetes Association. ADA Position Statement :
Standard of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care 2005 ; 29
(suppl 1) : S4-S42
26. World Health Organization : Diabetes Mellitus : Report of a WHO
Study Group. Geneva, WHO, 2005
27. Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI
28. Suyono S. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang
Diabetes. Dalam : Soegondo S, Soewondo P, Subekti I.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbitan FKUI
Jakarta 2004 : 1-4.
29. World Health Organization. Definition and Diagnosis of Diabetes
Mellitus and Intermediate Hyperglycemia : Report of WHO/IDF
Consultation. World Health Organization, Geneva, Switzerland
2006 : 1-35.
30. American Diabetes Association. Standard of Medical Care in
Diabetes 2008. diabetes Care Vol.31, 2008, Supplement
31. Laakso M. Epidemiology of Type 2 Diabetes. In : Goldstein BJ.
Type 2 Diabetes Mellitus, Principles and Practice, 2nd ed. Informa
Healthcare, USA 2008 : 1-13.
32. Leahy JL. Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus. In : Feinglos
MN, Bethel MA. Type 2 Diabetes Mellitus, An Evidence-Based
Approach to Practical Management. Humana Press, USA 2008 :
17-34.
33. Buse JB, Polonsky KS, Burant CF. Type 2 Diabetes Mellitus. In :
Larsen PR, Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS. Williams
Textbook of Endocrinology, 10th ed. WB Saunders, Philadelphia,
34. Chobanian A et al. Seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. American Heart Association 2003; 1206-11.
35. Suryohudoyo Purnomo. Dasar Molekuler Penyakit Aterosklerosis
dalam Kapita selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Sagung Seto,
Cetakan II, Jakarta, 2007 : 58-64.
36. Kaplan NM. Primary Hypertension : pathogenesis. Kaplan’s clinical
hypertension. 8th edition . Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins; 2002 : 56-135.
37. Hikmat Permana. Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Melitus
tipe 2 . Sub bagian Endokrinologi dan metabolisme bagian Ilmu
Penyakit Dalam. UNPAD. Bandung
38. Suhartono T. Dislipidemia pada Diabetes Melitus, dalam Diabetes
Melitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. 2007: 31-35
39. Anwar BT. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung
koroner. FK USU.2004.1-10
40. PERKENI. Petunjuk Praktis Penatalaksanaa Dislipidemia. PB
PERKENI. Cetakan 1, 2004; 1-15.
41. Shahab Alwi. Penatalaksanaan dislipidemia pada DM tipe 2.
Subbagian Endokrinologi Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam