• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2 dengan atau tanpa hipertensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2 dengan atau tanpa hipertensi"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR LDL KOLESTEROL PADA

DM TIPE 2 DENGAN ATAU TANPA HIPERTENSI

TESIS

OLEH :

JELITA SIREGAR

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK ILMU PATOLOGI KLINIK

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H.ADAM MALIK

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN KADAR LDL KOLESTEROL PADA

DM TIPE 2 DENGAN ATAU TANPA HIPERTENSI

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister

Dalam Bidang Patologi Klinik Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

JELITA SIREGAR

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK ILMU PATOLOGI KLINIK

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H.ADAM MALIK

MEDAN

(3)

Medan, Desember 2010

Tesis ini diterima sebagai salah satu syarat Program Pendidikan untuk

mendapatkan gelar Magister Patologi Klinik di Departemen Patologi Klinik

FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan.

Disetujui oleh pembimbing

Prof.dr.Burhanuddin Nasution,SpPK-KN,FISH dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD

NIP.130517448 NIP 140139401

Disahkan Oleh

Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen

FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan Patologi Klinik FK USU/RSUPH. Adam

Malik Medan

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan hidayahnya, sehingga saya dapat mengikuti dan menyelesaikan

Program Pendidikan Magister Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis

(tesis) ini yang berjudul Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada

DM tipe 2 dengan atau tanpa hipertensi. Selama saya mengikuti pendidikan, saya telah mendapat banyak bimbingan,nasehat,bantuan

dan arahan serta juga dukungan dari berbagai pihak sehingga saya

dapat menyelesaikan pendidikan.Untuk semua itu pada kesempatan

ini perkenankanlah saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang tak terhingga kepada :

Yth. Prof. dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN,FISH, yang

merupakan pembimbing saya yang telah banyak memberikan

petunjuk, bimbingan, bantuan, pengarahan, dan dorongan selama

pendidikan, dan dalam penelitian serta penulisan tesis ini. Semoga

Tuhan membalas semua kebaikannya.

Yth, dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD yang merupakan

pembimbing saya yang telah memberikan petunjuk, bimbingan,

bantuan, pengarahan, dan motivasi dalam penelitian serta penulisan

tesis ini.

Yth, Prof. dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH,FISH sebagai

Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

yang memberi kesempatan kepada saya sebagai peserta Program

Pendidikan Magister Patologi Klinik dan selama pendidikan saya telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, wawasan, motivasi serta

(5)

Yth, Prof. DR. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-K,FISH sebagai Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

Medan yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,

arahan dan petunjuk serta motivasi baik selama saya mengikuti

pendidikan dan sampai selesainya tesis ini.

Yth, dr. Ricke Loesnihari, SpPK-K, Sekretaris Program Studi

Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan, yang telah

banyak memberi bimbingan, arahan dan petunjuk selama saya

mengikuti pendidikan.

Yth, seluruh guru-guru saya, Prof.dr. Herman Hariman PhD

SpPK-KH, FISH, dr Muzahar, DMM, SpPK-K, dr. Zulfikar Lubis, SpPK, dr. Tapisari Tambunan K, dr. Ozar Sanuddin, SpPK-K, dr. Farida Siregar SpPSpPK-K, dr. Ulfa Mahiddin, SpPSpPK-K, dr.Lina , SpPK, Prof. dr. Iman Sukiman, Sp.PK-KH,FISH dan dr. Nelly Elfrida Samosir, SpPK, yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, arahan, dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan

dan hingga selesainya tesis ini.

Yth, Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M. Kes, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan di bidang statistik sejak

awal penyusunan sampai hingga selesainya tesis ini.

Yang saya hormati, seluruh teman-teman sejawat PPDS

Departemen Penyakit Dalam FK USU/RSUP.H.Adam Malik Medan,

yang telah memberikan bantuan kepada saya dengan bekerja sama

yang baik pada saat saya melakukan penelitian.

Yang saya sayangi, seluruh teman sejawat PPDS Patologi

(6)

RSUP.H.Adam Malik Medan, telah memberikan bantuan, dukungan dan kerjasama yang baik selama saya menjalani pendidikan.

Sembah sujud dan terimakasih yang tak terhingga dan

setulus-tulus nya saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda

dr. Arifin Sakti Siregar Sp.KK dan Ibunda Dahniar yang telah melahirkan, mengasuh dan mendidik serta memberi dukungan dan

doa serta memberikan bantuan baik moril maupun materil dan

memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak terhingga.

Terimakasih yang tak terhingga dan setulus-tulus nya saya

sampaikan kepada mertua saya, Drs. H. Amri Tambunan dan Ir.

Anita Lubis/Almh. Farida Siregar yang memberi dukungan baik moril maupun materil dan memberikan pengorbanan dan perhatian yang tak

terhingga.

Terimakasih saya sampaikan kepada kakak, abang,adik, abang

ipar dan adik ipar saya yang memberi dukungan dan doa agar saya

dapat menyelesaikan pendidikan magister ini.

Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada

suami tercinta dr. Asri Ludin Tambunan yang telah mendampingi

saya dengan penuh pengertian, perhatian dan dorongan serta

pengorbanan selama ini. Demikian juga pada kedua permata hati saya

Adam Yafiq Zahran Tambunan dan Raisa Nabila Tambunan yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang selama saya

mengikuti pendidikan.

Demikian juga kepada seluruh keluarga besar kami yang dengan

ikhlas telah membantu, membimbing dan memotivasi selama saya

mengikuti pendidikan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat

(7)

Akhirul kalam, semoga tesis ini kiranya dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin Ya Robbal A’lamin.

Medan, Desember 2010

Penulis

( dr. JELITA SIREGAR)

(8)
(9)

II.3.1 Definisi Hipertensi ………. 14

(10)

III.7.3.1 Pengambilan Sampel Darah ...30

III.7.3.2 Pengolahan Sampel ...30

III.7.4. Pemeriksaan Laboratorium ... 31

III.7.4.1 Pemeriksaan Kadar Gula Darah ... 31

III.7.4.2 Pemeriksaan LDL Kolesterol ...31

III.7.5. Pemantapan Kualitas ... 33

III.8. Batasan dan Definisi Operasional ... 34

III.8.1 Kerangka Kerja ... 36

III.9. Perkiraan Biaya Penelitian ... 37

III.9.1. Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 38

BAB V. PEMBAHASAN ... 45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Skema Kerangka Konseptual 8

Gambar 1.2. Struktur Lipid 10

Gambar 1.3. Skema Kerangka Kerja 36

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi DM menurut PERKENI 12

Tabel 2. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus 13

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah 15

Tabel 4. Kategori risiko berdasarkan kadar LDL Kolesterol 18

Tabel 5. Pemantapan Kualitas menggunakan Kontrol Precinorm

Lipid pada pemeriksaan kadar LDL Kolesterol 39

Tabel 6. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi

dan non hipertensi 39

Tabel 7. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi

(12)

Tabel 8. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2

dengan hipertensi dan non hipertensi 43

Tabel 9. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2

dengan hipertensi dan non hipertensi pada jenis

(13)

DAFTAR LAMPIRAN 

Lampiran 1. Data pasien penelitian DM tipe 2 dengan

Hipertensi dan non hipertensi 57

Lampiran 2 Formulir Persetujuan……… … 60

Lampiran 3. Status Pasien………. 61

Lampiran 4. Lembar Penjelasan kepada calon subjek penelitian 63

Lampiran 5. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang

Kesehatan FK-USU 66

Lampiran 6. Penunjukkan dr. Dharma Lindarto, Sp.PD –KEMD

Sebagai Dosen Pembimbing II 67

 

 

(14)

DAFTAR SINGKATAN

LDL : Low Density Lipoprotein

HDL : High Density Lipoprotein

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

Ox-LDL : Oksidasi LDL

DMTTI : Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

PP : Post Prandial

KGD : Kadar Gula Darah

DM : Diabetes Melitus

LFG : Laju Filtrasi Glomerus

(15)

RINGKASAN

Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam

pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, aktivasi

trombosit, trombosis, stres oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah

dan akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi

pada setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko seperti

meningkatnya usia, diabetes melitus, merokok, miningkatnya kadar

kolesterol total dan LDL Kolesterol serta hipertensi berperan penting

pada awal dan percepatan proses terbentuknya aterosklerosis.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit

kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa

mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM.

Hipertensi sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik

hipertensi lebih sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding

diabetik normotensi. Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas

kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi pada penderita diabetik hipertensi

dibanding diabetik normotensi.

Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional di Departemen

Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama

dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik

Medan yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan

(16)

 

 

besar sampel, dipeoleh sampel penelitian 72 orang yaitu 36 orang

sebagai sampel pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang

sebagai kontrol sampel DM tipe 2 non hipertensi.

Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya

pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu

dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,

kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis

yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa

antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah

serta creatinin darah.

Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.

Berdasarkan analisa statistik dijumpai perbedaan yang bermakna antara

kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (151,08±35,55)

dibandingkan dengan kelompok DM tipe 2 non hipertensi 113,75±31,12

(17)

RINGKASAN

Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam

pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, aktivasi

trombosit, trombosis, stres oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah

dan akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi

pada setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko seperti

meningkatnya usia, diabetes melitus, merokok, miningkatnya kadar

kolesterol total dan LDL Kolesterol serta hipertensi berperan penting

pada awal dan percepatan proses terbentuknya aterosklerosis.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit

kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa

mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM.

Hipertensi sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik

hipertensi lebih sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding

diabetik normotensi. Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas

kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi pada penderita diabetik hipertensi

dibanding diabetik normotensi.

Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional di Departemen

Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan bekerja sama

dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik

Medan yang dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan

(18)

 

 

besar sampel, dipeoleh sampel penelitian 72 orang yaitu 36 orang

sebagai sampel pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang

sebagai kontrol sampel DM tipe 2 non hipertensi.

Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya

pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu

dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,

kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis

yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa

antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah

serta creatinin darah.

Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini

menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.

Berdasarkan analisa statistik dijumpai perbedaan yang bermakna antara

kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (151,08±35,55)

dibandingkan dengan kelompok DM tipe 2 non hipertensi 113,75±31,12

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Aterosklerosis merupakan penyebab kematian pada pria dan

wanita di Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya. Lipoprotein

plasma tertentu memainkan peranan penting dalam aterogenesis.

Lipoprotein plasma yang mengandung apolipoprotein (apo) B 100 telah

diidentifikasi sebagai kenderaan yang mentranspor kolesterol ke dalam

dinding arteri. Mereka adalah lipoprotein berdensitas rendah (LDL),

berdensitas menengah (IDL), berdensitas sangat rendah (VLDL) dan

lipoprotein Lp(a).(1)

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri

besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit,

neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima dan

akhirnya ke tunika media. Arteri yang paling sering terkena adalah arteri

koroner, aorta, dan-arteri serebral.(2)

Di dalam darah kita temukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol,

trigliserid, dan fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam air,

maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat

terlarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein atau

apoprotein. Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal dengan nama

(20)

dibedakan enam jenis lipoprotein yaitu high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein (VLDL), kilomikron dan lipoprotein a kecil (Lp(a).(3)

LDL adalah lipoprotein utama pengangkut kolesterol dalam darah

yang terlibat dalam proses terjadinya penyakit jantung koroner. Oksidasi

LDL (ox-LDL) memainkan peranan penting pada patogenesis

aterosklerosis. Ox-LDL dapat ditangkap oleh makrofag melalui reseptor

scavenger pada makrofag menyebabkan terbentuknya sel busa (foam cells). Penimbunan sel busa ini di ruang subendotel pembuluh darah

merupakan bukti paling awal adanya pertumbuhan plak aterosklerotik

yang dikenal sebagai fatty streak.(4,5,6)

Glikasi lipoprotein pada diabetes yang tidak terkontrol baik, juga memberi

kontribusi terhadap pembentukan sel busa.(1)

Proses yang menyebabkan oksidasi LDL melibatkan radikal

superoksida, oksida nitrat, hydrogen peroksida, dan oksidan lain. Anti

oksidan, misalnya vitamin E, asam askorbat (vitamin C), dan karotenoid,

(21)

Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang

ditandai oleh hiperglikemia sebagai akibat kerja insulin tidak adekuat dan /

atau sekresi insulin tidak cukup atau keduanya-duanya.(7)

American Diabetes Association baru-baru ini merevisi klasifikasi

dan terminology diabetes mellitus. Istilah sebelumnya, insulin-dependent

diabetes mellitus (IDDM) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus

(NIDDM) telah diganti dengan tata nama masing-masing menjadi diabetes

tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 meliputi kasus yang disebabkan oleh

kerusakan sel B pancreas dan diabetes tipe 2 yang terdiri dari gabungan

kerusakan sekresi dan kerja insulin, yang terdapat dalam rentang mulai

dari resistensi insulin yang dominan dengan defisiensi insulin secara relatif

sampai dengan kerusakan sekresi yang dominan dengan resistensi

insulin.(18)

Diabetes Mellitus (DM) merupakan faktor risiko utama penyakit

kardiovaskuler, di mana bukti epidemiologi menunjukkan bahwa mortalitas

kardiovaskuler 2-3 kali lebih tinggi dibanding populasi non-DM. Hipertensi

sering dijumpai pada penderita DM. Penderita diabetik hipertensi lebih

sering menderita penyakit kardiovaskuler dibanding diabetik normotensi.

Pada studi epidemiologi dilaporkan mortalitas kardiovaskuler 2-3 kali lebih

tinggi pada penderita diabetik hipertensi dibanding diabetik

(22)

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi

adalah meningkatnya kadar LDL kolesterol pada penderita DM tipe 2 .(13).

Studi Framingham melaporkan bahwa LDL kolesterol merupakan suatu

komponen yang aterogenik mempunyai dampak klinis pada penyakit

kardiovaskuler.(12,13)

Insidensi dan keparahan aterosklerosis sangat ditingkatkan oleh

faktor resiko lain seperti merokok, hipertensi dan diabetes.(14)

Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan

peningkatan kadar kolesterol total dengan bertambahnya umur. Akan

tetapi kadar HDL kolesterol akan tetap konstan sedangkan kadar LDL

kolesterol cenderung meningkat. Sedangkan pada 589 perempuan

didapatkan respons peningkatan kolesterol sedikit berbeda yaitu kadar

LDL kolesterol cenderung meningkat lebih cepat sedangkan kadar HDL

kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol total/HDL

menjadi rendah. Rasio yang rendah tersebut akan mencegah penebalan

dinding arteri sehingga perempuan cenderung lebih sedikit terjadi risiko

PJK.(15)

Berdasarkan penelitian Hamid Nasri et al tahun 2006 di Universitas

Shahrekord, Iran, melakukan penelitian terhadap 122 subjek DM tipe 2

yaitu 40 laki-laki dan 82 perempuan terdapat adanya peningkatan kadar

LDL-kolesterol dengan hipertensi pada pasien dengan DM tipe 2 dengan

(23)

Pada penelitian H.A.H. Asdie dkk tahun 2005 di RS.DR. Sardjito,

Yogyakarta, melakukan penelitian terhadap 72 subjek DM tipe 2 yaitu 56

orang yang hipertensi dan 16 orang yang normotensi menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara LDL kolesterol dengan kejadian

hipertensi pada populasi DM tipe 2 dengan p < 0,002.(17)

Idogun ES dkk di Universitas Benin Teaching, Nigeria, melakukan

penelitian terhadap 52 subjek DM tipe 2 yaitu 23 orang yang diabetik

normotensi, 16 orang diabetik hipertensi dan 13 orang diabetik nefrropati

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara LDL kolesterol

dengan kejadian hipertensi pada populasi DM tipe 2 dengan p <

0,0001.(18)

Dengan dasar teori di atas menimbulkan keinginan peneliti untuk

melakukan penelitian tentang hubungan LDL dengan hipertensi pada DM

tipe 2.

I.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

Apakah ada perbedaan kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2

dengan hipertensi dibanding LDL kolesterol pada DM tipe 2 non

(24)

I.3. Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan atau

tanpa hipertensi.

I.4. Tujuan penelitian

I.4.1. Tujuan Umum

Untuk melihat peningkatan LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan

atau tanpa hipertensi.

I.4.2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui perbedaan kadar LDL pada DM tipe 2 dengan

atau tanpa hipertensi

I.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat :

a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

pencegahan terjadinya dislipidemia pada penderita Diabetes Melitus

mengingat pada Diabetes Melitus merupakan salah satu penyebab

kematian utama pada PJK.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai pertimbangan dalam

melakukan pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap pada

(25)

Kerangka Konseptual

DIABETES MELITUS TIPE 2

 

HIPERTENSI NON

HIPERTENSI

(26)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1. LIPID DAN LIPOPROTEIN

Setiap jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai contoh

untuk VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B 100, sedang Apo B48

ditemukan pada kilomikron. Apo A1, Apo A2, dan Apo A3 ditemukan

terutama pada lipoprotein HDL dan kilomikron.(19)

Setiap lipoprotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester),

trigliserid, fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sferik dan

mempunyai inti trigliserid dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid

dan sedikit kolesterol bebas. Apoprotein ditemukan pada permukaan

lipoprotein.(19)

Setiap partikel LDL mengandung sekitar 1500 molekul kolesterol

ester dalam inti berminyak. Inti ini dikelilingi oleh mantel mengandung

kolesterol 500 molekul, 800 molekul fosfolipid, dan satu molekul

apoprotein B100.(20)

Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi

(27)

Gambar 1. Struktur Lipidprotein

II.1.1. METABOLISME LIPOPROTEIN(19)

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur

metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse

cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan

metabolisme kolesterol-LDL dan trigliserid, sedang jalur reverse

cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL.

Jalur Metabolisme Eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan

kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga

terdapat kolesterol dari hati yang diekskresikan bersama empedu ke usus

halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang

(28)

Jalur Metabolisme Endogen(19,20)

Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam

sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam

VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL

akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL

berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah

menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut

kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling

banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan

dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal,

testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL.

Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap

oleh reseptor scavenger-A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa

(foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.

Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol

yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat

okdidasi seperti :

• Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti

pada sindrom metabolik dan diabetes melitus.

• Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol –HDL akan

(29)

Jalur Reverse Cholester Transport

Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke

hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.(21)

II.2. DIABETES MELITUS

II.2.1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemi sebagai akibat berkurangnya produksi

insulin, ataupun gangguan aktivitas dari insulin ataupun keduanya.

Keadaan ini akan mengakibatkan perubahan-perubahan metabolisme

terhadap karbohidrat, lemak maupun protein.(22,23,24,25)

II.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Ada berbagai klasifikasi DM yang dipakai sekarang ini, seperti

klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA), World

Health Organization (WHO).(25,26) Klasifikasi DM yang dipakai di Indonesia

menurut Konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia) 2006

sesuai dengan klasifikasi DM menurut ADA 1997.(22,47) Dalam hal ini DM

(30)

Tabel 1. Klasifikasi DM menurut PERKENI (22)

1.

2.

3.

4.

Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut).

Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin)

DM Tipe Lain

A. Defek genetik fungsi sel beta

B. Defek genetik kerja insulin

C. Penyakit Endokrin Pankreas

D. Endokrinopati

E. Karena obat/zat kimia

F. Infeksi

G. Sebab imunologi yang jarang

H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

Diabetes Melitus Gestasional

II.2.3. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan

khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Jika dijumpai keluhan yang

khas dan pemeriksaan kadar glukosa darah (KGD) sewaktu ≥ 200 mg/dl

sudah cukup untuk menegakkan diagnosa DM. Hasil pemeriksaan KGD

(31)

kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan KGD yang baru satu

kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka

abnormal, baik KGD puasa ≥ 126 mg/dl, KGD sewaktu ≥ 200 mg/dl pada

hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang

abnormal.(22,27,28,29,30)

Tabel 2. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus22

1 Gejala klasik DM + KGD sewaktu ≥200 mg/dl atau

2 Gejala klasik DM + KGD puasa ≥ 126 mg/dl atau

3 KGD 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl

II.2.4. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes melitus Tidak Tergantung Insulin

(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

umumnya ditemukan pada usia dewasa (resiko tinggi pada usia di atas 40

tahun), walaupun dapat terjadi pada anak-anak. Jumlah penderita DM tipe

2 diperkirakan 90-95 % dari total penderita DM.Penyebab utama DM tipe

(32)

insulin ditemukan pada lebih 90 % kasus dan merupakan penyebab

terbanyak pada DM tipe 2.(31,32,33)

II.3. HIPERTENSI

II.3.1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg yang diukur

berulang-ulang, sekurang-kurangnya 2 kali pengukuran tekanan darah

pada waktu yang berbeda, dengan atau tanpa pemakaian obat

antihipertensi.(34)

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan

penyebab yang tidak diketahui (hipertensi esensial/primer atau idiopatik)

dan diketahui (hipertensi sekunder). (35)

Hipertensi essensial (essential hypertension, EHT) atau hipertensi

primer adalah hipertensi dimana penyebabnya tidak diketahui terjadi pada

± 90-95% kasus hipertensi. Patogenesis hipertensi essensial adalah

multifaktorial. Dalam terjadinya hipertensi essensial terlibat berbagai faktor

patofisiologik antara lain faktor genetik, peningkatan aktivitas saraf

simpatis, kemungkinan berkaitan dengan stres psikososial, produksi

hormon yang menahan garam dan menyebabkan vasokonstriksi.

(33)

disfungsi endotel, stres oksidatip, remodeling dan berkurangnya elastisitas

pembuluh darah.(36)

Tabel 3. Menurut The seventh Report of the Joint National Comitte on Prevention Detection Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC), klasifikasi tekanan darah orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan Hipertensi derajat 2.

Klasifikasi Tekanan

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber : The Seventh Report of The Joint Commite on Prevention Evaluation and Treatment of high Blood Pressure (18)

II.3.2. Patogenesis hipertensi pada DM tipe 2

Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks,

banyak faktor berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada

diabetes faktor tersebut adalah resistensi insulin, kadar gula darah

plasma, obesitas, selain faktor lain pada sistem otoregulasi pengaturan

(34)

II.3.3. Dislipidemia pada Diabetes

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL.(38,39,40)

Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar

trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol

tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes,

namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (small

dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil padat ini secara intrinsik lebih

bersifat aterogenik daripada partikel-partikel LDL yang lebih besar

(buoyant LDL particles). Selanjutnya, karena ukurannya yang lebih kecil,

kandungan di dalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebih

meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini

dikenal dengan istilah “dislipidemia diabetik”.(41)

II.4. PATOFISIOLOGI DISLIPIDEMIA PADA DIABETES

Akhir-akhir ini semakin banyak penyakit kardiovaskuler terjadi pada

pasien dengan diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2. Tetapi, hubungan

antara diabetes dan aterosklerosis belum dapat dimengerti sepenuhnya.

Beberapa kelainan metabolik yang sering terjadi pada pasien dengan

diabetes mempengaruhi proses produksi dan pembuangan lipoprotein

(35)

Kerusakan kerja insulin dan keadaan hiperglikemia akan

menyebabkan perubahan lipoprotein plasma pada pasien denga diabetes.

Pada diabetes tipe 2, obesitas atau kekacauan metabolisme yang resisten

terhadap insulin dapat menjadi penyebab dislipidemia, selain

hiperglikemia itu sendiri. (43)

II.4.1. Komplikasi Diabetes

Percepatan aterosklerosis pada penderita diabetik adalah suatu hal

yang kompleks, dan lebih cepat dari nondiabetik. Kecenderungan

penderita diabetik salah menghasilkan bahan bakar, terutama lemak,

menyebabkan kadar lemak beredar lebih tinggi, terutama LDL kolesterol

yang bisa menumpuk dalam dinding pembuluh darah. Kemungkinan lain

adalah perubahan pada pembuluh darah terkecil, mikroangiopati, yang

bisa menyebabkan peningkatan kebocoran protein dan lemak pada

dinding pembuluh darah dan dengan demikian akan terjadi aterosklerosis

berat. Ketiga dan paling menarik, adalah penderita diabetik mempunyai

kelainan sel difus menyebabkan penuaan sel-sel tertentu, dan penuaan

prematur ini terutama mengenai dinding pembuluh darah dan akibatnya

merusak dinding pembuluh darah.(7)

Komplikasi makrovaskuler misalnya pembuluh darah koroner,

pembuluh darah otak, pembuluh darah kaki dan komplikasi mikrovaskuler

(36)

Tabel 4. Kategori risiko kadar LDL Kolesterol (40)

Kelompok Risiko

LDL Kolesterol (mg/dl)

Risiko tinggi < 100

Faktor risiko multipel (≥ 2 faktor risiko) < 130

Risiko rendah (0-1 faktor risiko) < 160

Mengacu pada NCEP ATP III maka sasaran kadar kolesterol LDL

disesuaikan dengan banyaknya faktor risiko yang dimiliki seseorang.

Berdasarkan banyaknya faktor risiko, maka terdapat 3 kelompok risiko (41):

1. Risiko tinggi

a. Mempunyai riwayat PJK.

b. Mereka yang mempunyai risiko yang disamakan dengan

PJK :

- Diabetes Melitus

- Bentuk lain penyakit aterosklerotik yaitu strok, penyakit

arteri perifer, aneurisma aorta abdominalis.

- Faktor risiko multipel (> 2 faktor risiko) dan mempunyai

risiko PJK dalam waktu 10 tahun > 20 % (lihat skor risiko

Framingham).

2. Risiko multipel (≥ 2 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam

(37)

3. Risiko rendah (0-1 faktor risiko) dengan risiko PJK dalam

kurun waktu 10 tahun < 10 tahun.

II.5. PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis merupakan penyakit vaskuler yang ditandai dengan

timbulnya ateroma, yaitu suatu dungkul pada dinding arteri. Timbulnya

ateroma ini menimbulkan penyempitan lumen arteri, dan apabila dungkul

tersebut lepas, akan menimbulkan emboli yang selanjutnya

mengakibatkan penyumbatan lumen. Gangguan aliran darah ini dapat

menimbulkan iskemia dan kematian jaringan di daerah aliran arteri,

khususnya pada organ-organ yang miskin kolateral seperti jantung dan

otak.(11)

Penyebab aterosklerosis bersifat multifaktoral, sebagian

penyebabnya bersifat genetis, sebagian lainnya karena faktor lingkungan,

misalnya karena kebiasaan makan. Walaupun penyakit aterosklerosis

digolongkan sebagai penyakit sistemik, namun ateroma tak timbul di

sembarang tempat, melainkan pada tempat-tempat predileksi khusus.

Faktor lain yang memicu timbulnya aterosklerosis adalah

hiperkolesterolemia yang menyebabkan peningkatan kadar LDL. Dalam

patogenesitas aterosklerosis, ikut pula berperan sejumlah sel, sebagian

berupa sel yang terdapat di dalam darah (monosit, limfosit) dan sebagian

lagi berasal dari dinding arteri (sel endothelium, sel otot polos,

(38)

Hiperkolesterolemia merupakan faktor terpenting dalam

patogenesis aterosklerosis. Kadar kolesterol yang tinggi disebabkan oleh

kenaikan kadar LDL. Perjalanan hidup LDL dimulai dengan sintesis dan

sekresi VLDL oleh sel-sel hati (hepatosit). VLDL mengandung kolesterol

dan trigliserida (TG). Setelah memasuki aliran darah, VLDL mulai

kehilangan kandungan TG-nya karena TG mengalami hidrolisis oleh

enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga

kandungan ester kolesterol semakin lama semakin tinggi. Dengan proses

ini VLDL mula-mula berubah menjadi IDL dan akhirnya berubah menjadi

LDL. Selanjutnya LDL akan diendositosis oleh sel-sel jaringan perifer dan

hepatosit setelah terlebih dahulu diikat oleh reseptor LDL (LDL-R).(35)

Kadar LDL yang tinggi pada dasarnya disebabkan oleh dua hal,

yaitu :sintesis VLDL yang berlebihan atau gangguan ambilan (uptake) LDL

oleh sel-sel jaringan. Penyebabnya dapat bersifat genetis atau pengaruh

dari faktor lingkungan. Sintesis VLDL yang berlebih misalnya terjadi pada

diabetes mellitus dan kebiasaan makan makanan tinggi kolesterol. (35)

II.6. TAHAPAN ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis tak terjadi secara mendadak, melainkan terjadi

melalui sejumlah tahapan, masing-masing tahap memerlukan waktu untuk

mencapai tahap berikutnya. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai

(39)

a. Tahap dini.

Pada tahap paling awal ini, secara makroskopik, belum terlihat

perubahan pada dinding sel arteri, tapi secara mikroskopik pada

sub intima ditemukan sekelompok sel yang dalam sitoplasmanya

terlihat gelembung-gelembung mirip busa sabun, karenanya

disebut sel busa (foam cell). Sel busa ini berasal dari makrofag dan

gelembung mirip busa tersebut berisi ester kolesterol.(35)

b. Tahap pembentukan garis lemak (fatty streak).

Pada tahap ini terjadi penumpukkan sel-sel busa sehingga

mendesak endotelium. Secara makroskopik terlihat dinding arteri

sedikit menonjol ke dalam lumen membentuk geligir.(35)

c. Tahap pembentukkan ateroma.

Pada tahap ini, di samping sel busa terlihat pula tumpukan lemak

ekstrasel yang terjadi karena nekrosis sel busa. Di dalam sub

intima juga dijumpai limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen.

Keberadaan serat kolagen ini menimbulkan nama fibrous plaque

(bercak berserat). Walaupun dalam keadaan terdesak, sel-sel

endotelium masih terlihat utuh. Secara makroskopis terlihat sebagai

(40)

d. Tahap lesi lanjut.

Pada tahap ini terjadi nekrosis endotelium yang memicu terjadinya

thrombus.(35)

Dari hasil peneltian epidemiologi diketahui ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi dan merangsang terbentuknya aterosklerosis.

Faktor ini disebut faktor risiko. Faktor risiko ada yang dapat dimodifikasi

dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat

dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan penyakit

aterosklerosis.(45)

II.6.1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah :

1. Hipertensi

Hipertensi adalah faktor risiko yang penting pada usia di atas 45

tahun. Penyakit jantung iskemik 5 kali lebih sering pada individu di

mana tekanan darah > 160/95 mmHg daripada normotensi

( < 140/90 mmHg ). (45,46,47)

2. Merokok

Orang yang merokok > 10 batang / hari mempunyai risiko 3 kali lebih

besar. Hubungan rokok dan ateroskerosis dikaitkan dengan adanya

(41)

3. Diabetes Melitus

Semua pasien yang menderita diabetes mellitus > 10 tahun

mempunyai aterosklerosis signifikan. (45,46,47)

4. Hiperlipidemia

Adanya hiperlipidemia merupakan faktor risiko yang kuat terjadinya

aterosklerosis pada pasien < 45 tahun. Dijumpai total kolesterol serum

> 240 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, Trigliserida > 250 mg/dl. (45,46,47)

5. HDL yang rendah

Nilai HDL koletserol < 35 mg/dl. HDL yang rendah umumnya terjadi

pada perokok, DM, orang inaktif yang tidak teratur berolah raga, dan

pasien dengan Trigliserida yang tinggi. Latihan yang teratur dapat

meningkatkan HDL kolesterol plasma. (45,46,47)

II.7. Pengertian Resistensi Insulin

Resistensi insulin adalah : suatu keadaan terjadinya gangguan

respons metabolik terhadap kerja insulin, akibatnya untuk kadar

glukosa plasma tertentu dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak

daripada “normal” untuk mempertahankan keadaan normoglikemia.(48)

Akibat resistensi insulin (endogen), maka diperlukan jumlah insulin

yang tinggi sebagai kompensasi untuk mengontrol gula darah agar

tetap normal, jika sel beta pankreas masih adekuat untuk

(42)

Hiperinsulinemia suatu respon kompensasi yang tipikal karena

menurunnya aksi insulin pada sel target, kondisi ini disebut sebagai

resisten insulin atau sensitifitas insulin di sel target telah menurun.(49)

Hiperinsulinemia akan mencegah terjadinya intoleransi glukosa atau

hanya sedikit terganggu, mencegah hiperglikemia atau manifesnya

diabetes. Bila sel beta pankreas lelah, muncul keadaan hiperglikemia,

asam lemak bebas meningkat. Resistensi insulin ditemui pada

penderita NIDDM, obesitas, hipertensi. Derajat gangguan toleransi

glukosa berbeda-beda diberbagai kelompok tersebut, ini ditentukan

oleh kemampuan sel beta pankreas untuk memghasilkan insulin(49)

II.8. SINDROMA METABOLIK(50)

Sesuai dengan perkembangannya, maka definisi SINDROMA

METABOLIK (SM) juga mengalami variasi. Pada tahun 1998

World Health Organization (WHO) memberikan definisi SM sebagai gangguan metabolisme glukosa atau RI ditambah 2 atau lebih kelainan

(43)

Pada tahun 2001 the National Cholesterol Education Program’s Adult Traetment Panel III (NCEP: ATP III) memberikan definisi SM adalah tiga atau lebih kelainan berikut ini :

1. Obesitas sentral : lingkar pinggang ≥ 102 cm (pria),≥ 88 cm

(wanita).

2. Trigliserida (> 150 mg / dL).

3. HDL <40mg/dL pada pria atau <50 mg / dL pada wanita.

4. Glukosa puasa > 110 mg / dL.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional (potong

lintang) bentuk observasi (non eksperimental). Pengukuran

variabel dilakukan hanya satu kali.

3.2. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP

H. Adam Malik Medan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada

bulan Agustus sampai dengan bulan November 2010

3.3. Populasi dan Subjek Penelitian

Kelompok kasus adalah semua penderita DM tipe 2 dengan

hipertensi bekerja sama dengan Poliklinik sub divisi Endokrinologi

Departemen Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan dan

sebagai kelompok pembanding adalah penderita DM tipe 2 dengan yang

non hipertensi. Seluruh peserta yang ikut dalam penelitian ini diberikan

informed-consent dan telah mendapat penjelasan tentang prosedur

(45)

3.3.1. Kriteria Inklusi

1. Bersedia ikut dalam penelitian

2. Penderita DM tipe 2 sesuai kriteria ADA 2002,

berdasarkan :

- Gejala Klinis diabetes

- Pemeriksaan Laboratorium :

KGD Puasa : > 126 mg/dl dan KGD 2 jam PP

: > 200 mg/dl

3. Penderita DM dengan hipertensi

4. Usia > 40 tahun

3.3.2. Kriteria Eksklusi

1. Penderita DM tipe 1

2. Umur < 40 tahun

3. Sekunder hiperglikemia, seperti pemakaian obat

kortikosteroid

4. Gagal ginjal

(46)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Sampel dipilih secara consecutive sampling dengan perkiraan

besar sampel minimum dan subjek yang diteliti dipakai rumus uji Hipotesa

dua kelompok berpasangan :

N1 =N2 =

Zα = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada nilai

α yang ditentukan. Untuk α = 0,05 dan Zα = 1,96.

Zβ = Nilai batas normal dari tabel Z yang besar nya tergantung pada

nilai β yang ditentukan. Untuk β = 0,10 dan Zβ = 1,282

Sd = Standar deviasi LDL pada penderita DM tipe 2 adalah 37

2 (1,96 + 1,282).37         

       20 

(47)

D = Presisi rerata (tingkat ketepatan)

Besar sampel untuk masing – masing kelompok minimal adalah 36

orang.

3.5. Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik. Untuk

melihat gambaran karakteristik penderita disajikan dalam bentuk tabulasi

dan dideskripsikan. Untuk melihat hubungan antara LDL dengan

hipertensi dan non hipertensi pada populasi DM tipe 2 digunakan uji T

berpasangan. Hasil tes dikatakan bermakna bila nilai p < 0.05.

Pengolahan data dan analisa statistik pada penelitian ini menggunakan

SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 15.0.

3.6. Ethical clearance dan Inform Consent

Ethical clearance diperoleh dari komite Penelitian Bidang

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang

menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan

(48)

3.7. Bahan dan Cara Kerja

3.7.1. Bahan yang diperlukan

Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah darah tanpa

anti koagulan.

3.7.2. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

Anamnese dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar

pertanyaan pada status dan keterangan yang ada pada status.

Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi penderita berbaring . Seluruh

data dan hasil pemeriksaan dicatat dalam status khusus penelitian.

3.7.3. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

3.7.3.1. Pengambilan sampel darah.

Sampel darah diambil dari darah vena mediana cubiti. Sebelumnya

pasien dipuasakan 10-12 jam. Tempat punksi vena terlebih dahulu

dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70 % dan dibiarkan kering,

kemudian dilakukan punksi. Pengambilan darah dilakukan tanpa stasis

yang berlebihan dengan disposable syringe 5 cc, darah diambil 5 cc tanpa

antikoagulan untuk pemeriksaan kadar LDL Kolesterol , kadar gula darah

(49)

3.7.3.2 Pengolahan Sampel

Darah tanpa antikoagulan dibiarkan dalam suhu ruangan selama

30 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 g selama 15

menit, serum dipisahkan secara hati-hati ke dalam 2 tabung plastik.

Tabung plastik pertama untuk pemeriksaan Kadar Gula Darah dan

creatinin dengan alat Cobas 6000 automatic analyzer. Tabung kedua

segera disimpan dalam refrigerator, dengan suhu 2-8 0C sampai waktu

pemeriksaan LDL Kolesterol.

3.7.4. Pemeriksaan Laboratorium

3.7.4.1. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan metoda enzimatik berdasarkan

reaksi hexokinase (UV test) dengan alat Automatic Cobass 6000 C 501.

Sampel yang digunakan adalah serum.

3.7.4.2. Pemeriksaan LDL kolesterol

3.7.4.2.1. Tes enzimatik kolorimetrik

Sampel : serum

Prinsip :

LDL kolesterol ester kolesterol+asam lemak bebas

(50)

LDL kolesterol + 02 ∆4 -kolestenone+H2O

Kolesterol oxidase

peroxidase

2H2O2 + 4-aminoantipyrine + HSDA +H2O + H pigmen

Biru ungu+5H2O

(Abs.max=585 nm)

HSDA = Sodium N-(2-hydroxy-3-sulfopropyl)-3,5-dimethoxyaniline

Intensitas warna zat biru-ungu ini yang terbentuk secara langsung

sebanding dengan konsentrasi kolesterol yang diukur dengan photometer.

Reagen - working solutions :

R1 MOPS (3-morpholinopropane sulfonic acid buffer) : 20,1 mmol/L. pH

6,5 ; HSDA : 0,96 mmlo/L ; ascorbate oxidase : ≥ 50 μkat/L,

peroxidase (horseradish): 167 μkat/L ; preservative

R2 MOPS (3-morpholinopropane sulfonic acid buffer) : 20,1 mmol/l. pH

6,8 ; MgSO4.7H2O : 8,11 mmlo/l ; 4-aminoantipyrine : 2,46 mmol/L

cholesterol esterase : ≥ 50 μkat/L, cholesterol oxidase : 33,3 μkat/L ;

peroxidase (horseradish): 334 μkat/L ; detergent ; preservative.

Cara Kerja : Alat dan program ready

Kadar LDL kolesterol diukur secara automatisasi pada panjang

gelombang 600 nm. Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam mg/dl.

Kalkulasi analit dengan faktor konversi :

(51)

3.7.5. PEMANTAPAN KUALITAS

Hasil dari suatu pemeriksaan laboratorium dapat berkualitas baik

bila dilakukan pemantapan kualitas. Pemantapan kualitas penting untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan. Untuk itu sebelum

melakukan pemeriksaan perlu dilakukan persiapan yang cukup untuk

meningkatkan kualitas dari pemeriksaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan

di antaranya adalah : prosedur pemeriksaan, penggunaan alat-alat yang

harus sesuai dengan petunjuk, ataupun reagensia yang digunakan.

Pemeriksaan laboratorium klinik baik apabila test tersebut teliti (precision)

dan akurat dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya

(ada nilai target).

Untuk pemeriksaan creatinin darah digunakan assay control

Precinorm U dan Precipath U. Untuk pemeriksaan LDL kolesterol

digunakan assay control Precinorm L.

Untuk pemantapan kualitas pemeriksaan LDL kolesterol dilakukan

dengan menggunakan control sera assay C.f.a.s lipid. Pemantapan

kwalitas dilakukan dengan cara mengerjakan sample penelitian

bersama-sama dengan assayed control sera dengan nilai target 82 – 136 mg/dl.

Bila hasil pemeriksaan control sera assayed masuk dalam nilai

target, maka sample penelitian dianggap terkontrol. Setelah itu dilakukan

(52)

Tabel 5. Pemantapan kualitas menggunakan Kontrol Precinorm Lipid

pada pemeriksaan Kadar LDL Kolesterol.

NO Kelompok

3.8. Batasan dan Definisi Operasional

a. Diabetes Melitus

Disebut DM apabila didapati gejala klinis dan pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan KGD puasa ≥126 mg / dl, KGD 2 jam PP

≥ 200 mg/dl.

b. Hipertensi

Yang dimaksud dengan penderita hipertensi adalah penderita

dengan riwayat hipertensi atau pada pemeriksaan fisik ditemukan

adanya hipertensi. Kriteria hipertensi sesuai dengan ketetapan

JNC VII 2003 ( The Seventh Report of The Joint National Commite

on Detection, Evaluation dan Treatment of High Blood Pressure)

yaitu: bila terdapat tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau

(53)

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal ditentukan berdasakan riwayat penyakit seperti

penderita hemodialisa regular, pemeriksaan fisik dengan adanya

hipertensi, edema dan pucat, dan atau penetapan Estimation

Glomerular Filtration Rate (EGFR) yang direkomendasikan The

National Kidney Foundation dengan kalkulasi Cocroft-Gault

berdasarkan pemeriksaan kreatinin serum.

EGFR = Berat badan (kg) x (140 – umur )

Kadar creatinin serum x 72

Pada wanita hasil x 0,85

d. IMT

Ditentukan berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh), digunakan

untuk membuat penggolongan apakah seseorang tersebut

obesitas, overweight, ataukah normal.Untuk orang Asia, disebut

obesitas bila IMT > 25 kg/m2 , overweight bila IMT 23-24,9 kg/m2

dan normal bila IMT 18,5-22,9 kg/m2 , berat badan kurang

( underweight) bila IMT < 18,5 kg/m2

(54)

Kerangka Kerja  

Inklusi : Bersedia ikut dalam penelitian, penderita DM tipe 2 sesuai kriteria ADA 2002, Penderita DM dengan Hipertensi, Usia >40 tahun  

Populasi : Penderita DM tipe 2 dengan hipertensi

Kadar LDL Kolesterol

(55)

3.9. Perkiraan Biaya Penelitian

3.9.1. Jadwal Penelitian

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan secara studi cross sectional yang telah

dilaksanakan mulai Agustus sampai November 2010. Didapatkan 36

pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan 36 orang kelompok kontrol

pasien DM tipe 2 yang non hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi yang berkunjung ke Poliklinik Endokrinologi Departemen

Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

4.1. Gambaran Umum Peserta Penelitian

Pada penelitian ini, kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi terdiri

dari 13 orang pria (36,1%) dan 23 orang wanita (63,9%) dengan umur

rerata 54,72±5,86, sedangkan pada DM tipe 2 non hipertensi terdiri dari 22

orang pria (36,1%) dan 14 orang wanita (63,9%) dengan umur rerata

(57)

Tabel 6. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan non

Pada tabel 6 terlihat bahwa proporsi jenis kelamin perempuan yang

menderita hipertensi dengan dislipidemia 19 orang (57,6%) lebih tinggi

dibandingkan laki-laki 14 orang (42,4%). Dalam hal ini jenis kelamin

dijumpai perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan pada

kelompok hipertensi dengan dislipidemia dengan non dislipidemia

(58)

Berdasarkan kelompok umur, pada kedua kelompok terbanyak

pada rentang usia 51 sampai 60 tahun 21(58,3%), tidak dijumpai

perbedaan bermakna pada kelompok DM dengan hipertensi dan non

hipertensi ( p > 0,05).

Tabel 7. Karakteristik penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan non

(59)

Keterangan :

* Uji T

** Uji Wilcoxon

Gambaran Indek Masa tubuh pada kedua kelompok didapati rerata

25,69±2,87 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata 25,19±1,99

pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai perbedaan

bermakna antara Indek Masa Tubuh pada kelompok DM dengan

hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).

Untuk lamanya terdiagnosa DM pada kedua kelompok didapati

rerata 1,83±1,29 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata

3,69±2,12 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini dijumpai

perbedaan bermakna antara lamanya terdiagnosa DM pada kelompok

DM dengan hipertensi dan non hipertensi ( p < 0,05).

Pada pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik didapati

rerata tekanan daran sistolik pada kelompok DM dengan hipertensi

adalah 148,89±11,89 dan pada kelompok non hipertensi adalah

119,72±9,40. Dijumpai perbedaan bermakna antara tekanan darah

sistolik pada kelompok DM dengan hipertensi dan non hipertensi (p

<0,05), sedangkan pada pengukuran tekanan darah diastolik pada

(60)

75,28±6,08. Dalam hal ini dijumpai dijumpai perbedaan bermakna

antara tekanan darah diastolik pada kelompok DM dengan hipertensi

dan non hipertensi ( p < 0,05).

Pada KGD Puasa pada kedua kelompok didapati rerata

175,50±70,95 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata

166,39±68,38 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak

dijumpai perbedaan bermakna antara KGD Puasa pada kelompok DM

dengan hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).

Pada KGD 2 jam PP pada kedua kelompok didapati rerata

287,78±114,73 pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata

269,92±109,81 pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak

dijumpai perbedaan bermakna antara KGD 2 jam PP pada kelompok

DM dengan hipertensi dan non hipertensi ( p > 0,05).

Pada LFG pada kedua kelompok didapati rerata 90,32±23,51

pada kelompok DM dengan hipertensi dan rerata 102,82±38,86 pada

kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai perbedaan

bermakna antara LFG pada kelompok DM dengan hipertensi dan non

(61)

Tabel 8. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol Pada DM tipe 2

dengan Hipertensi dan non Hipertensi

Variabel N LDL Kolesterol

(x±SD)

P

DM

Hipertensi

36 151,08±35,55

0,0001 *

DM

Non Hipertensi

Keterangan :

* Uji T

36 113,75±31,12

Pada pemeriksaan LDL pada kelompok DM tipe 2 dengan

hipertensi didapati rerata kadar LDL adalah 151,08±35,55 mg/dl, lebih

tinggi dibandingkan pada kelompok non hipertensi dengan rerata adalah

113,75±31,12 mg/dl dan secara statistik dijumpai perbedaan bermakna

(62)

Tabel 9. Perbandingan Kadar LDL Kolesterol Pada DM tipe 2

dengan Hipertensi dan non Hipertensi pada jenis kelamin laki-laki

dan perempuan

Pada pemeriksaan LDL kolesterol pada laki-laki didapati rerata

136,23±31,76 mg/dl pada kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi dan

didapati rerata 114,54±27,94 mg/dl pada kelompok non hipertensi.

Sementara pada perempuan didapati rerata 159,48±35,44 mg/dl pada

kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi dan didapati rerata 113,30±33,38

mg/dl pada kelompok non hipertensi. Dalam hal ini tidak dijumpai

(63)

BAB V

PEMBAHASAN

Aterosklerosis merupakan proses yang bersifat kompleks. Dalam

pembentukannya melibatkan disfungsi endotel, gangguan lipid, stres

oksidatif, aktivasi otot polos pembuluh darah, faktor genetik, dan

akhir-akhir ini juga diketahui secara luas adanya peranan inflamasi pada

setiap tahapan terbentuknya aterosklerosis. Hubungan sindroma

metabolik dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler adalah

terjadinya proses aterosklerosis yang menggambarkan terjadinya

disfungsi endotel. Faktor tekanan darah, obesitas abdominal,

hiperinsulinemia dan dislipidemia ini diawali dengan keadaan resistensi

insulin. Dari beberapa penelitian membuktikan bahwa peningkatan

dari kadar LDL Kolesterol dihubungkan dengan peningkatan resiko

kejadian penyakit kardiovaskular sesuai dengan penelitian Hamid

Nasir pada tahun 2006(16)

Pada penelitian ini pemeriksaan kadar LDL Kolesterol dilakukan

pada dua kelompok yaitu kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi

sebanyak 36 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 13

laki-laki (36,1%) dan 23 perempuan ( 63,9%),dengan usia rata-rata

54,72±5,863 dengan penyebaran terbanyak pada kelompok usia

(64)

Kelompok DM tipe 2 non hipertensi ( kontrol ) sebanyak 36 orang

dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 22 laki-laki (61,1%) dan

perempuan 14 (38,9%) dengan usia rata-rata 52,22±6,44 dengan

penyebaran terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun dan indek

masa tubuh rata-rata 25,19±1,99. Pada kedua kelompok ini

memperlihatkan ada perbedaan bermakna pada jenis kelamin

penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dengan penderita non hipertensi

( p<0,05) dan tidak ada perbedaan bermakna pada umur dan IMT

kelompok penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dan penderita non

hipertensi ( p>0,05).

H.A.H. Asdie,dkk tahun 2005, menyatakan dari 72 subjek DM tipe

2 yang memenuhi kriteria kelompok DM tipe 2 dengan hipertensi

sebanyak 56 orang dengan karakteristik jenis kelamin terdiri dari 21

laki-laki (29,16%) dan 35 perempuan (48,61%) dengan usia rata-rata

60,13±8,508, dengan indek masa tubuh rata-rata 22,17±2,772.

Kelompok DM tipe 2 non hipertensi sebanyak 16 orang dengan

karakteristik jenis kelamin terdiri dari 8 laki-laki (11,11%) dan

perempuan 8 (11,11%) dengan usia rata-rata 56,45±10,56 dengan

indek masa tubuh rata-rata 23,08±2,769. Pada kedua kelompok ini

memperlihatkan tidak ada perbedaan bermakna pada umur dan IMT

(65)

Pada penelitian ini dijumpai perbedaan yang bermakna antara

kadar LDL kolesterol pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p < 0,05)

sesuai dengan penelitian Idogun ES et al yang dilakukan pada tahun

2006 dan pada penelitian H.A.H. Asdie,dkk tahun 2005 (p < 0,05).

Pada penelitian ini juga dijumpai perbedaan bermakna pada

pengukuran parameter seperti lama DM, tekanan Diastole dan tekanan

darah Sistole pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p <0,05) dan tidak

dijumpai perbedaan bermakna antara KGD Puasa dan KGD 2 jam PP,

pada DM tipe 2 dengan hipertensi (p <0,05) sesuai dengan penelitian

(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN

Pada penelitian ini dijumpai :

1. Peningkatan kadar LDL Kolesterol pada DM tipe 2 dengan

hipertensi berbeda yang bermakna bila dibandingkan dengan non

hipertensi (p < 0,05).

2. Peningkatan tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole

pada DM tipe 2 dengan hipertensi berbeda bermakna bila

dibandingkan dengan non hipertensi (p < 0,05).

VI.2. SARAN

1. Penderita DM tipe 2 dengan hipertensi dianjurkan untuk

(67)

DAFTAR PUSTAKA

1. Malloy Mary J, Kane John P. Agen yang digunakan dalam

hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan

klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 421-2

2. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular.

Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009.h.477

3. Applegate WB, Basile JN, Carey R, Dzau P, Egan BM, Falkner B et

all. The Sevent Report of The Joint Commite on Prevention,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. US

Departement of Health and Human Services. 2003 : 3-15

4. Libby Peter, The pathogenesis of atherosclerosis. In: Kasper

Dennis L, Fauci Anthony S, Longo Dan L, et al. Harrison’s

principles of internal medicine. Sixteenth Edition,USA :

McGraw-Hill, 2005.h.1425-33.

5. Marks Dawn B, Marks Allan D, Smith Colleen M. Biokimia

kedokteran dasar : Sebuah pendekatan klinis, Edisi 1, Jakarta, :

EGC, 2000.h.513-30

6. Kurniasih Rita, Wijaya Andi, Kadar LDL-teroksidasi suatu petanda

biokimiawi untuk menentukan resiko penyakit jantung koroner.

(68)

7. Piliang Sjafii. Sejarah diabetes mellitus. Dalam : Piliang Sjafii,

Syukran OK Alfien, Bahri Chairul, et al. The 1st workshop on insulin

and type 2 diabetes. Medan : Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia, 2004.h.5-11

8. Nolte Martha S, Karam John H. Hormon pankreas dan obat anti

hipertensi. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi dasar dan klinik.

Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 671

9. Bakri Syakib, What have we learn about ARB, especially for

diabetes hypertension. Dalam Kongres nasional X pernefri, Annual

meeting.h.97

10. Boestan Iwan N, Baedowi Andrianto. The role of interventional

cardiology in coronary artery disease with diabetes. Dalam: Adi

Soebagijo, Nasronudin, Sutjahjo Ari, et al. Naskah lengkap

pendidikan kedokteran berkelanjutan XXII. Surabaya: Bagian Ilmu

Penyakit Dalam FK-UNAIR, 2007.h.557

11. Waspadji Sarwono. Penyulit Kronik Dan Pencegahannya. Dalam:

Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana, Subekti Imam.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi ke-6. Jakarta :

(69)

12. Yates A. John, DeFronzo Ralph A. Kelainan metabolisme. Dalam:

Stein Jay H. Panduan klinik ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga.

Jakarta: EGC, 2001.h.660

13. Tjokroprawiro A, Hendromartono, Piliang S. Simposium Dimensi

Baru Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin

1996; h 1-3

14. Neal Michael J. At a glance farmakologi medis : Obat penurun lipid.

Edisi kelima. Jakarta : EMS, 2005.h.47.

15. Anwar Bahri T. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner. FK-USU,

2004. h. 9

16. Nasri hamid, Yazdani Mohammad. The relationship between

serum LDL-cholesterol, HDL-cholesterol and systolic blood

pressure in patirnts with type 2 diabetes.

17. Asdie HAH, Pramono Bowo, Susatyo Eddy, Hubungan LDL

dengan Hipetensi pada populasi DM tipe 2. Dalam The

International Journal of Internal Medicine, Palembang, 2006.

18. ES Idogun, EI Unuigbe, PS Ogunro et al. Assessment of serum

lipids in Nigerians with type 2 Diabetes Mellitus complications.

19. Adam John MF. Dislipidemia. Dalam : Sudoyo Aru W, Setiyohadi

Bambang, Alwi Idrus dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III,

(70)

20. Goldberg IJ. Diabetic Dyslipidemia: Causes and Consequenses,

Clinical Review. The Journal of Clinical Endocrinology &

Metabolism 2001 ; 86(3) : 965-71.

21. Hilbert Timothy, Lifshitz MS. Lipids and Dyslipoproteinemia In:

Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory

Methods. 21th ed. Saunders Elsevier. 2007 : 201- 17

22. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan

dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. PB

PERKENI, Jakarta 2006 : 1-47.

23. Bennet PH, Knowler WC. Definition, Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus and Glucose Homeostasis. In: Joslin’s Diabetes

Mellitus 14th ed. Lippincott Williams & Wilkins, USA 2006 : 332-41.

24. International Diabetes Federation. IDF Clinical Guidelines Task

Force. Global Guideline for type 2 diabetes. Brussels, 2005.

25. American Diabetes Association. ADA Position Statement :

Standard of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care 2005 ; 29

(suppl 1) : S4-S42

26. World Health Organization : Diabetes Mellitus : Report of a WHO

Study Group. Geneva, WHO, 2005

27. Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI

(71)

28. Suyono S. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang

Diabetes. Dalam : Soegondo S, Soewondo P, Subekti I.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbitan FKUI

Jakarta 2004 : 1-4.

29. World Health Organization. Definition and Diagnosis of Diabetes

Mellitus and Intermediate Hyperglycemia : Report of WHO/IDF

Consultation. World Health Organization, Geneva, Switzerland

2006 : 1-35.

30. American Diabetes Association. Standard of Medical Care in

Diabetes 2008. diabetes Care Vol.31, 2008, Supplement

31. Laakso M. Epidemiology of Type 2 Diabetes. In : Goldstein BJ.

Type 2 Diabetes Mellitus, Principles and Practice, 2nd ed. Informa

Healthcare, USA 2008 : 1-13.

32. Leahy JL. Pathogenesis of Type 2 Diabetes Mellitus. In : Feinglos

MN, Bethel MA. Type 2 Diabetes Mellitus, An Evidence-Based

Approach to Practical Management. Humana Press, USA 2008 :

17-34.

33. Buse JB, Polonsky KS, Burant CF. Type 2 Diabetes Mellitus. In :

Larsen PR, Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS. Williams

Textbook of Endocrinology, 10th ed. WB Saunders, Philadelphia,

(72)

34. Chobanian A et al. Seventh Report of the Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure. American Heart Association 2003; 1206-11.

35. Suryohudoyo Purnomo. Dasar Molekuler Penyakit Aterosklerosis

dalam Kapita selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Sagung Seto,

Cetakan II, Jakarta, 2007 : 58-64.

36. Kaplan NM. Primary Hypertension : pathogenesis. Kaplan’s clinical

hypertension. 8th edition . Philadelphia : Lippincott Williams &

Wilkins; 2002 : 56-135.

37. Hikmat Permana. Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Melitus

tipe 2 . Sub bagian Endokrinologi dan metabolisme bagian Ilmu

Penyakit Dalam. UNPAD. Bandung

38. Suhartono T. Dislipidemia pada Diabetes Melitus, dalam Diabetes

Melitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. 2007: 31-35

39. Anwar BT. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung

koroner. FK USU.2004.1-10

40. PERKENI. Petunjuk Praktis Penatalaksanaa Dislipidemia. PB

PERKENI. Cetakan 1, 2004; 1-15.

41. Shahab Alwi. Penatalaksanaan dislipidemia pada DM tipe 2.

Subbagian Endokrinologi Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Gambar

Gambar 1. Struktur Lipidprotein
Tabel 1. Klasifikasi DM menurut PERKENI (22)
Tabel 2.  Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus22
Tabel 3. Menurut The seventh Report of  the Joint National Comitte on Prevention
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini berisi tentang bagian utama dalam skripsi ini, dimana akan dijelaskan bagaimana Kristologi Rumi jika dibandingkan dengan Kristologi Kekristenan juga melihat bagaimana

Kemampuan aspek Sains dalam kegiatan P2M ini adalah pertumbuhan ikan Lele dengan pakan BIS dari nilai LKPD pendekatan STEM dan Kewirausahaan pada media Bioflok disajikan pada

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, implementasi kawasan tanpa rokok (KTR) di RSUD Haji masih belum maksimal, hal ini dilihat dari tidak adanya

Kecernaan adalah ukuran nilai pakan suatu hijuan yang ditetapkan dari jumlah pakan yang diserap oleh saluran pencernaan, ditunjukkan dengan satuan persen (Cowder

//Dalam modus double-buffered, perintah menggambar pada layar, tetapi menggambar pada buffer

Ekstrak biji cerakin disemprotkan pada hama ulat daun bawang yang tersedia dalam tiap wadah (10 ekor tiap wadah) untuk masing-masing konsentrasi dan dilakukan 3 kali

Tetapi, bila kedalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap, maka pada suhu 0°C ternyata belum membeku dan tekanan uap permukaannya lebih kecil dari 1 atm.. Supaya

6) Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan Majelis Pembimbing Nasional... 7) Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta dan organisasi masyarakat tingkat