• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)

PEMASARAN BUAH-BUAHAN HASIL AGROPORESTRI

DI PROPINSI LAMPUNG

Oleh:

ROMMY QURNIATI

PRORAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(122)

ABSTRAK

ROMMY QURNIATI. Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung. Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN dan JAMES M. ROSHETKO.

Propinsi Lampung memiliki potensi lahan dan agroklimat yang mendukung untuk pengembangan komoditas buah-buahan. Salah satu kendala dalam pengembangan buah-buahan adalah masih lemahnya aspek pemasaran yang rnerupakan penggerak bagi subsistem lainnya dalam keseluruhan sistem agribisnis buah.

Penelitian ini mempelajari saluran pemasaran, margin pemasaran, keterpaduan pasar melalui analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi,

dan

efisiensi pemasaran buah-buahan di Propinsi Larnpung.

Saluran pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung memiliki enam pola saluran, yaitu saluran 1 (petani, konsumen akhir), saluran 2 (petani, pedagang pengecer, konsumen akhir), saluran 3 (petani? pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen akhir), saluran 4 (petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer, konsumen akhir), saluran 5 (petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir di luar Lampung, pedagang pengecer di luar Lampung, konsumen akhir di luar Lampung), dan saluran 6 (petani, industri pengolahan buah, konsumen akhir).

Sistem pemasaran yang terbentuk pada pisang, rambutan, mangga, durian, duku, dan jeruk tidak efisien karena penyebaran margin keuntungan dan rasio profit margin (RPM) pada tiap tingkat lembaga pemasaran dl masing-masing saluran pemasaran tidak merata. Nilai margin keuntungan bervariasi antara 22 sampai 3.231

dan nilai RPM bervariasi antara 0,12 sampai 227,57

(123)

ABSTRAK

ROMMY QURNIATI. Marketing of Agroforestry Fruit Product in Lampung

Province. Under the advisory committee of DUDUNG DARUSMAN and JAMES M. ROSHETKO.

Lampung province has endowed good land and agroclimate cond~tion to support to development fruit commodities. One significant constrains in fru~ts commodities development has been their marketing system, which is veqr important subsystem agribusiness to move the whole fruits agribusiness system.

The objective of this thesis research was to understand marketing channels, marketing margin, market integration through price correlation analysis and price transmission elasticity, and fruits marketing efficiency in Lampung province.

Fruits inarketing channels in Lampung province had six patterns of marketing channel: channel 1 (farmer, final consumer), channel 2 (farmer, retailer, final consumer), channel 3 (farmer, assembler, retailer, final consumer), channel 4 (farmer, assembler (local), wholesaler (local), retailer (local), final consumer (local)), channel 5 (farmer, assembler (local), wholesaler (non local), retailer (non local), final consumer (non local)), channel 6 (farmer, industry, final consumer).

Marketing systems in banana, rambutan mango, durian, duku, and orange, were indicated due to unequal inefficient distribution of profit margin and ratio of profit margin (RPM) in each level of market institution and channel. Values of profit margin had variation in range of 22 until 3.231 and RPM had variation in range of 0,12 until 227,57.

(124)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PEMASARAN BUAH-BUAHAN HASIL AGROFORESTRI DI PROPINSI

LAMPUNG adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data clan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor 0 ober 2002

gg

ROMMY OURNIATI

(125)

PEMASARAN BUAH-BUAHAN HASIL AGROFORESTRI

DI PROPINSI LAMPUNG

ROMMY QURNIATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

PRORAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(126)

Judul Tesis : Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung Nama : Rommy Qurniati

Nomor Pokok : P 14500034

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, M.A Ketua

Menyetuj ui

1. Komisi Pembimbing

James M. Roshetko, M. Sc

Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan,

-

-Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S

(127)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahlrkan di Pringsewu pada tanggal 12 September 1976. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Sardjono Hs. dan Suj atmi Achmad.

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu lselesaikan tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 1992, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tanjung Karang diselesaikan tahun 1995. Tahun 1995 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) dan lulus tahun 1999.

(128)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tesis ini berjudul Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri di Propinsi Lampung.

Terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dudung Darusman, M.A. selaku ketua komisi pembimbing

dan pembimbing akademik, Bapak James M. Roshetko, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing, dan Bapak Dr. Ir. Nurheni, M.Si. selaku penguji atas bimbingan dan pengarahannya selama menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana (S2) dan dalam proses penyusunan tesis ini.

2. Direktur Program Pascasarjana IPB dan Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan IPB yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti studi pada Program Pascasarjana IPB dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikaan studi tepat pada waktu yang telah direncanakan.

3. International centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Program Riset Regional Asia Tenggara dan Winrock International Institute for Agriculture Development yang telah memberikan bantuan dana untuk kegiatan penelitian selama di lapangan dan kesempatan kerjasamanya.

(129)

5 . Mas Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Christina Wulandari, M.Sc., Bapak lr. Agus Setiawan, M.Si., Bapak lr. Harry Kaskoyo, Bapak Suparman, Bapak Heri, clan Bapak Budi Sulistiawan atas bantuan dan sarannya.

6. Sri Budiman, S.P., Ridwan Pasya, S.P., Nurul Fajri, S.P., Muhammad Zaini, S.P.,

Ambo Asek, S.P., Dedi Garna, S.P., Fatmawati, S.P., John dan Uda yang telah memberikan bantuannya dalam pengumpulan data di lapangan.

7. Khairida, S.P. M.Si., Yuliyanti, S.P. M..Si., Ati Dwi Nurhayati, S. Hut., Yenny

Maryani S.P., Amula Nharini, S.P., Tatari Dwi Agustina, S.P., Hesti Meilina,

S.T., Liza Mardiati, S.P., Fitriana, S.P., Rudi Yanto Toha, S.Hut., Irfan Cahyadi, S.Hut., Fajrin Hidayat, S .Hut., dan rekan-rekan di Program Pascasarjana Ilmu Pengetahuan Kehutanan khususnya angkatan 2000, atas segala bantuan, saran dan motivasi selama menempuh s t u d dan penelitian ini.

8. Widya Maharani, Inggit Faribie, Jessie Fidelia, Intan Muliani F., Diana Katerina,

Kiki Indah W., Dyah Ayu Budiningnun atas bantuan dan kebersamaannya.

9. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Terimakasih yang sangaf mendalarn dan penghargaan setingg-tingginya kepada

Papa dan Ibu tercinta, Mba Eka Yulia M., Bang Heryandi, Mas Solehudin, dan Tatih

yang telah memberikan dukungan moril dan materiil serta doa yang tiada putus- putusnya demi keberhasilanku.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

(130)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi i DAFTAR LAMPIRAN ... vii

Latar Belakang

...

1 Pennasalahan

...

2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

...

4 Hipotesis

...

5 TINJAUAN PUSTAKA ... 6 Agroforestri ... 6

Pemasaran ... 8 ...

Saluran Pemasaran 1 1

Margin Pemasaran ... 13 Efisiensi Pemasaran . ...

. 17

Kerangka Peml klran ... 18 METODOLOGI PENELITIAN ... 20

...

Konsep Dasar

dan

Batasan Penelitian

...

Lokasi dan Waktu Penelitian

...

Metode Pengumpulan Data

...

Metode Penarikan Sampel

Analisis Data ...

...

Analisis margin pemasaran .

.

Analisis keterpaduan pasar ...

...

Analisis koeJsien korelusi h a r p

... Analisis elastisitas transmisi harga

Analisis organisasi pasar ... Struktur pasar ...

Periluku pasur ...

...

(131)

...

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

... Geografi ... Klimatologi ... Pemerintahan ... Penduduk ... HASIL PENGAMATAN ... Karakteristik Responden ... Lahan dan Kine rja Usahatani

Pola Tanam

...

Status Produk ...

...

Penawaran dan Permintaan

... STRUKTUR, PERILAKU. DAN SALURAN PEMASARAN

... Struktur Pasar

Perilaku Pasar ...

...

Saluran Pemasaran

ANALISIS PEMASARAN ...

... Margin Pemasaran

... Margin Pemasaran Pisang

Margin Pemasaran Rambutan ...

Margin Pemasaran Mangga ... ... Margin Pemasaran Durian

...

Margin Pemasaran Duku

... Margin Pemasaran Jeruk

Analisis Korelasi Harga dan Elastisitas Transmisi ...

Analisis Korelasi Harga ... Analisis Elastisitas Transmisi ...

Pernasalahan Pemasaran ...

KESIMPU LAN DAN SARAN ...

...

Kesimpulan

...

Saran

(132)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 . Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung ... 22 2 . Margin Pemasaran Pisang di Propinsi Lampung. 200 1 ... 57 3 . Margin Pemasaran Rambutan di Propinsi Lampung. 200 1 ... 61

(133)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 . Kerangka Pemikiran Pemasaran Buah-Buahan Hasil Agroforestri . . di

Propinsi Lampung ... 19

2. Saluran Pemasaran Buah-Buahan dan Komponen Utamanya secara Umum

. .

di Propinsi Lampung, 200 1 ... 5 0

(134)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 . Peta Lokasi Penelitian ... 83 2 . Harga Pisang dan Jeruk di Tingkat Petani (Pf) dan Konsumen (Pr) ... 84 3 . Hasil Analisis Regresi pada Harga Pisang ... 85 4 . Hasil Analisis Regresi pada Harga Jeruk ... 86 5 . Satus Buah-Buahan di Propinsi Lampung ... 87 6 . Daerah Pemasaran Buah-Buahan Lampung berdasarkan Saluran

Pemasaran ... 88

7

.

Jumlah Petani Responden pada Masing-Masing Saluran Pemasaran

Buah-Buahan dl Propinsi Lampung. 200 1 ... 89 8 . Sistem Pemasaran Buah-Buahan di Propinsi Lampung ... 90 9 . Luas Wilayah Propinsi Lampung menurut Kabupaten/Kota. 200 1 ... 91

10 . Jenis Penggunaan L a b per KabupatenKota di Propinsi Lampung.

1 1 . Harna dan Penyakit Tanarnan Buah-Buahan di Propinsi Lampung. 200 1 . 93

12 . Gambar Tanaman Jeruk pada Lahan Kering dengan Campuran Pohon Jengkol dan Lada sebagai Tanarnan Pagar dan Gambar Tanaman Jeruk

pada Lahan Rawa yang sedang Berbuah ... 94 1 3 . Gambar Campuran Tanaman pada Lahan Petani dan Gambar Pisang

(135)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1 penggalian sumberdaya potensial domestik untuk meningkatkan devisa setelah menurunnya peran minyak dan gas bumi. Disamping itu penggalian sumberdaya potensial tersebut sekaligus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sekitar atau dalam kawasan hutan terutama para petani di desa melalui peningkatan nilai tambah.

Indonesia sebagai negara agraris yang terletak di daerah tropis memiliki banyak tanaman pohon serbaguna (Multy Purpose Tree Spesies atau MPTS). Jenis tanaman MPTS yang banyak dikembangkan di Indonesia khususnya di luar Pulau Jawa adalah tanaman yang mampu menghasilkan buah-buahan sepanjang tahun atau musim dan memiliki pasar lokal yang cukup berkembang. Hal tersebut dimungkinkan karena kondisi lahan dan agroklimat di Indonesia pada umumnya sesuai dengan syarat tumbuh tanaman buah-buahan tersebut.

(136)

2

Buah-buahan bagi masyarakat Lampung baik yang diusahakan di lahan milik ataupun lahan hutan merupakan salah satu komoditas yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Walaupun buah-buahan ditanam tidak secara monokultur melainkan dengan cara tanam campuran dengan sistem agroforestri, namun tetap diharapkan hasilnya oleh petani karena nilai ekonominya. Oleh karena memiliki nilai ekonomi tersebut maka seharusnya buah-buahan dapat diusahakan dengan lebih serius.

Banyaknya kendala menyebabkan tidak optimalnya produksi buah-buahan sehingga belum marnpu memenuhi seluruh permintaan. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah pola usaha tani yang masih dalam skala kecil, rendahnya mutu bibit yang digunakan, rendahnya penerapan teknik budidaya, rendahnya penanganan panen dan pasca panen, keterbatasan modal dan langkanya sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan memadai dalam manajemen agribisnis, teknologi pengolahan dan pengetahuan tentang mutu serta belum mapannya lembaga-lembaga yang menunj ang pengembangan komoditi itu sendiri.

1.2 Permasalahan

Buah-buahan memiiiki ciri antara lain mudah rusak, voluminous, dan harga pasar ditentukan oleh mutunya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka diperlukan penanganan yang cukup intensif mulai dari pra panen, pasca panen sampai pada pemasarannya mengingat besarnya resiko yang harus ditanggung oleh petani,

(137)

3

Salah satu kendala dalam pengembangan buah-buahan adalah masih lemahnya aspek pemasaran dalam keseluruhan sistem agnbisnis buah. Padahal subslstem pemasaran merupakan penggerak bagi subsistem lainnya dalam sistem agr~bisnis Subsistem pemasaranlah yang inemberikan informasi tentang bauran produk buah seperti apa yang dibutuhkan konsumen dan itulah yang kemudian harus direspon oleh subsistem-subsistem lainnya.

Buah-buahan sebagai produk yang memiliki sifat tidak tahan lama memerlukan pemasaran yang cepat. Jika ti& cepat penanganannya dapat menimbulkan biaya penyusutan berupa penurunan harga karena adanya penurunan kualitas buah. Begitu pula ketika akan diangkut ke pasar, petani membutuhkan transportasi untuk mengangkut hasil produksinya, sehingga dibutuhkan biaya pengangkutan. Selain biaya-biaya yang dikeluarkan di atas, petani dalam memasarkan produknya tidak langsung kepada pedagang pengecer tetapi melewati lembaga-lembaga pemasaran sehingga mengalami berbagai perlakuan.

(138)

4 lebih baik, sedangkan penurunan tingkat efisiensi mencerminkan keragaan yang buruk. Masalah efisiensi pemasaran berhubungan dengan masalah menyalurkan barang-barang dan jasa dari produsen menurut tempat, waktu dan bentuk yang diinginkan oleh konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya sesuai dengan tingkat teknologi yang ada.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka perlu dilakukan analisis terhadap sistem pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung, melalui kine rja dan efisiensi sistem pemasaran buah-buahan hasil agroforestri.

1.3 Tujuan dan Manfast Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(1) menerangkan saluran pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi Lampung.

(2) menganalisis marjin pemasaran buah-buahan h a i l agroforestri di Propinsi

Lampung.

(3) menganalisis keterpaduan pasar melalui analisis korelasi harga

dan

elastisitas transmisi.
(139)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

(1) Sebagai bahan masukan bagi petani dalam menentukan jenis pohon buah-buahan yang memiliki potensi pasar tinggi untuk ditanam agar dapat meningkatkan pendapatannya.

(2) Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dalam menentukan alternatif jenis pohon buah-buahan yang memiliki potensi p a r untuk dikembmgkan oleh

masyarakat dengan pola agroforestri.

(3) Sebagai khasanah tambahan pengetahuan bagi dunia ilmu pengetahuan. 1.4 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian pemasaran buah-buahan ini adalah:

(1) Sistem pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi Larnpung belum efisien.

(140)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroforestri

Agroforestri merupakan narna kolektif bagi sistem &an teknologi penggunaan lahan dimana pohon-pohon berkayu (wood pureniuls) ditanam secara bersama pada suatu unit lahan dengan tanaman pertanian dan atau tanaman makanan temak, baik dengan bentuk dan pengaturan ruang sama maupun pergiliran waktu. Pada sistem agroforestri ada interaksi ekologis dan ekonomis diantara elemen yang berbeda (Lundgreen dan Raintree, 1 982).

Agroforestri secara mendasar didefinisikan oleh Watanabe (1999), sebagai sebuah sistem penggunaan lahan yang berkesinambungan untuk meningkatkan produksi total persatuan lahan. Kombinasi yang beragam dari kehutanan, pertanian, petemakan, dan perikanan pada lahan yang sama secara serentak atau berurutan dan hams diterapkan pada area tertentu dalam bentuk yang paling sesuai.

(141)

7 panjang dan biasanya produk berupa kayu, tanaman ini termasuk kelompok kehutanan (Nair, 1993).

Agroforestri sangat berperan dalarn menanggulangi kerusakan hutan baik sebagai upaya prefentif (pencegahan) maupun rehabilitasi. Peran agroforestri yang utama pada fungsinya memproduksi barang dan jasa untuk kesejahteraan pelakdpetani atau masyarakat dan kelestarian hutan dan lahan serta ekosistemnya. Agroforestri dapat memberikan manfaat multiguna bagi pelaku~petanilmasyarakat dan lahan, karena agroforestri dapat menghasilkan produk atau barang (goods) berupa kayu, pangan, makanan ternak, obat-obatan, dan lain-lain, dan jasa (sewlces) lingkungan berupa menyuburkan tanah dan pengendalian erosi, perbaikan lingkungan, menambah estetika dan lain-lain. Agroforestri juga dapat menghasilkan produk dan jasa yang beragam dan berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani atau pelaku agroforestri yang signifikan (Dirjen. Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial ,2000).

Bentuk-bentuk agroforestri yang umum dikenal dan paling banyak variannya adalah perpaduan penanaman pohon-pohon dengan tanaman-tanaman pertanian berumur pendek atau tanaman-tanaman perkebunan, yang dikenal sebagai praktek- praktek dan sistem-sistem agrisilvikultur. Perpaduan ini seringkali mengisyaratkan adanya strategi untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus, misalnya subsistensi jangka pendek (tanaman pangan) dipadukan dengan kebutuhan komersial jangka

(142)

Sistem pertanian pribumilasli pada kebanyakan negara berkembang terdiri dari beberapa pohon buah dan pohon yang memproduksi kacang-kacangan. Komponen tersebut biasanya banyak terdapat dalam pekarangan dan sistem agroforestri campuran lainnya atau disepanjang perbatasan lahan pertanian. Pohon buah ini beradaptasi dengan baik pada kondisi lokal dan berperan penting untuk makanan dan ekonomi bagi para pemiliknya (Nair, 1993).

2.2 Pemasaran

Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Tataniaga atau pemasaran adalah suatu proses pertukaran yang meliputi kegiatan

untuk

memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsurnen (Azzaino, 1980). Sebagian besar definisi yang berorientasi pada pertanian, merujuk pada peristiwa yang te rjadi setelah meninggalkan titik awal produksi. Kohlsss dan Uhl (1990) mendefinisikan pemasaran sebagai semua kegiatan bisnis yang terlibat dalarn arus barang dan jasa

dan

titik produksi pertanian hngga barang dan jasa tersebut ada di tangan konsurnen akhir.
(143)

9 1. Pendekatan fungsi, yaitu pendekatan yang mempelajari fungsi pemasaran apa yang dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Fungsi- fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.

2. Pendekatan lembaga, yaitu pendekatan yang mempelajari bermacam-macam lembaga yang terlibat dalam proses penyaluran komoditas dari produsen ke konsumen. Pelaku-pelaku itu adalah pedagang perantara yang terdiri dari pedagang pengumpul, dan pengecer, pedagang spekulan, pengolah dan organisasi-organisasi yang memberikan fasilitas pemasaran.

3. Pendekatan barang, yaitu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan atau tidakan yang diperlakukan terhadap barang atau jasa selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai titik konsumen. Pendekatan barang hanya menekankan pada barang atau jasa yang hendak diamati.

4. Pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang mempelajari suatu kumpulan komponen-komponen yang bekerja secara bersama-sama dalam suatu cara organisasi. Komponen-komponen tersebut terdiri dari stnddur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Keempat pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri (Limbong dan Sitorus, 1987).

(144)

10 lebih bermanfaat, kegunaan tempt (place utility) dengan terjadinya proses perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain yang membutuhkan, dan milik (possessron utzlrty) dengan terjadinya perubahan pemilikan dari suatu pihak ke pihak lainnya. Dengan menjalankan fungsi pemasaran memungkinkan seseorang atau masyarakat mendapat barang-barang pada saat diperlukan, tempt yang diperlukan dan barang-barang tersebut dipunyai dengan jalan membeli.

Fungsi pemasaran adalah berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang dapat memperlancar dalam proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan dan tingkat produsen ke tingkat konsumen. Fungsi-fungsi tersebut dapat dikelompokkan

atas tiga fungsi, yaitu:

1. Fungsi pertukaran, adalah kegiatan memperlancar perpindahan

hak

milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari dua fungsi yaitu: (1) b g s i pembelian, dan (2) fungsi penjualan.

2. Fungsi fisik, adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang

dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi fisik meliputi: (1) fungsi penyimpanan; (2) fungsi pengolahan, dan (3) fungsi pengangkutan.

3. Fungsi fasilitas, adalah semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang te rjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari: (1) fungsi standarisasi dan grading; (2) fungsi penanggungan resiko;

(145)

2.3 Saluran Pemasaran

Amerzcan Marketing A.ssoclut~on (AMA) mendefinisikan pemasaran atau saluran pemasaran sebagai suatu jaringan terorganis~r dari badan-badan dan lembaga- lembaga yang &lam bentuk kombinasi melaksanakan semua kegiatan untuk menghubungkan semua produsen dengan pengguna untuk menyelesaikan tugas-tugas pemasaran (Limbong clan Sitorus, 1987).

Hanafiah dan Saefuddin (1986), mengemukakan bahma panjang pendeknya saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai dengan berapa banyaknya pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari produsen hingga konsumen akhir. Bila pedagang perantara yang dilaluinya banyak maka dikatakan bahwa saluran pemasaran dari barang niaga tersebut panjang.

Panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu hasil pertanian tergantung pada beberapa faktor, antara lain: (a) jarak antara produsen clan konsumen, makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk; (b) cepat tidaknya produk rusak, produk yang cepat atau

(146)

12 posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga. Pedagang yang posisi keuangannya (modal) kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran tataniaga.

Dalam pemasaran suatu barang atau jasa terlibat beberapa badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Sebagian besar produsen beke rjasama dengan perantara pemasaran untuk membawa produk mereka ke pasar. Perantara pemasaran tersebut membentuk suatu saluran pemasaran (disebut juga saluran perdagangan atau saluran distribusi). Karena jarak antara produsen yang menghasilkan barang atau jasa sering berjauhan dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan kehahrannya untuk menggerakkan barang-barang dan jasa tersebut dari titik produksi ke titik konsumsi. Badan-badan atau lembaga- lembaga yang berusaha dalam bidang pemasaran memperlancar arudgerakan barang

(147)

13 dijual, sehingga ia menanggung resiko ekonomis maupun teknis (Limbong dan Sitorus, 1987).

2.4 Margin Pemasaran

Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan, margin pemasaran sebagai perbedaan harga tingkat petani (Pf) dengan harga tingkat pengecer (P,). Sedangkan pengertian nilai margin pemasaran (value of marketing margin) merupakan perkalian antara margin pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan atau (P, - Pf) Qd

dan mengandung pengertian marketing cost clan marketing charges.

Tingginya margin dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berpengaruh dalam proses kegiatan pemasaran antara lain, ketersedian fasilitas fisik pemasaran yaitu, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, resiko kerusakan dan lain-lain.

Konsep margin pemasaran erat kaitannya dengan bagian harga yang diterima oleh petani, yang dinyatakan dalam persentase. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsurnen Qnikmati oleh petani. Besar farmer's share biasanya dipengaruhi oleh: (1) tingkat pemrosesan, (2) biaya transportasi, (3) keawetan produk, (4) jumlah produk (Kohls dan Uhl, 1990).

(148)

14

menghubungkannya. Dalam struktur pasar yang bersaing sempurna misalnya hubungan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen atau hubungan antar tingkat pasar akan erat sekali. Keadaan yang demikian merupakan salah satu cermin dari sistem tataniaga yang efisien (Dahl dan Harnmond, 1977).

Menurut' Hasyim, (1994), besar kecilnya margin pemasaran tidak dapat diasosiasikan dengan tinggi rendahnya efisiensi sebelum diketahui benar hubungannya dengan jelas dan banyaknya jasa yang dihasilkan. Berdasarkan ha1 tersebut maka sifat-sifat urnurn margin tataniaga sebagai berikut:

a) Margin tataniaga berbeda-beda antar satu komoditi dengan komoditi lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari pintu gerbang petani sampai tingkat pengecer

untuk

konsumen akhir. Untuk melihat efisien atau tidaknya sistem tataniaga pada komoditi yang sama dalam bentuk dan kualitas yang berbeda, besar kecilnya margin belum tentu dapat menggambarkannya. Barangkali salah satu indikatomya adalah dilihat dari

bagian yang diterima petani dan harga konsurnen akhir.

b) Margin tataniaga produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagan harga yang diterima petani.

Hal ini karena: ( I ) pengolahan dan jasa-jasa tataniaga cenderung padat karya, sehingga efek kenaikan upah buruh dalam jangka panjang lebih besar pada

(149)

15

c) Margin tataniaga relatif stabil dalam jangka pendek terutarna dalam hubungan dengan fluktuasi harga-harga produk pertanian.

Hal ini disebabkan dominannya faktor upah dan tingkat keuntungan bagi lembaga tataniaga yang persentasenya relatif konstan &ban&ngkan dengan harga-harga produk pertanian itu sendiri.

Salah satu indikasi

untuk

menentukan apakah suatu sistem pemasaran efisien atau tidak adalah dengan membandingkan nilai nisbah margin keuntungan pemasaran antara lembaga pemasaran yang satu dengan lembaga pemasaran yang lain. Apabila nilai nisbah margin keuntungan lembaga pemasaran antar lembaga pemasaran adalah sama, maka sistem pemasaran dapat dikatakan efisien. Sebaliknya, apabila nilai nisbah margin keuntungan pemasaran antar lembaga pemasaran tidak sama, maka

sistem pemasaran tersebut dikatakan belum efisien. Dengan kata lain, apabila selisih nilai nisbah margin keuntungan pemasaran lembaga pemasaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama dengan nol, maka sistem p e m b tersebut dikatakan

belum efisien (Triaksono, 1995).

(150)

16 Hermansyah (1998), mengemukakan bahwa pada pemasaran buah duku super dan buah duku cakra di Desa Rasuan Kecamatan Buai Madang Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan, penyebaran keuntungan pemasaran pada masing- masing lembaga pemasaran tidak merata. Keuntungan pemasaran buah duku super dan duku cakra terdapat pada pedagang pengecer. Rasio keuntungan yang tinggi diperoleh dari harga jual yang tinggi, biaya yang rendah, serta penanggungan resiko terbesar dalam penjdan buah duku. Sehingga Hermansyah (1998) menyimpubn sistem pemasaran buah duku di Desa Rasuan belum efisien dan cenderung oligopsoni terdifferensiasi.

Hasil penelitian Ernawati (1999), pada pemasaran buah Durian Sirnas dan

Matahari di Desa Rancamaya Kecamatan Bogor Selatan dan Desa Sukaraja

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor tahun 1999, berbeda dengan pemasaran buah lainnya. Menurut Ernawati (1999), margin keuntungan di tingkat pemborong (pedagang pengumpul) di kedua desa tersebut relatif lebih ksar dibandmgkan dengan

(151)

2 5 Efisiensi Pemasaran

Sistem pemasaran yang efisien menurut Mubyarto (1989), adalah: (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang hams dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang

ikut serta dalam produksi dan pemasaran barang itu.

Menurut Purcell (1979), ada dua tipe efisiensi dalam kaitannya dengan pemasaran yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi teknis merujuk pada

hubungan input-output yang terlibat dalam tugas pemanfaatan produksi di seluruh sistem pemasaran. Di sini biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses untuk membawa barang ke tangan konsumen meliputi biaya pengubahan bentuk, biaya penyimpanan dan biaya pengangkutan. Pada urnumnya efisiensi pelaksanaan aktivitas

dan

fungsi

ini

dianggap tergantung pada telcnologi yang tersedia.

Efisiensi harga merupakan konsep yang berkaitan, merujuk pada kemampuan sistem

untuk

mempengaruhi perubahan dan mendorong alokasi ulang sumberdaya- sumberdaya agar dapat mempertahankan kesesuaian antara apa yang dibutuhkan konsumen. Mekanisme harga berfungsi sebagai sistem komunikasi untuk meneruskan infomasi mengenai keinginan masyarakat konsumen kepada produsen.
(152)

18 tersebut menuju ke produsen, sehingga dalam waktu tertentu produsen melakukan penyesuaian yang menurutnya tepat secara ekonomi, dengan mengalokasikan faktor produksi untuk memproduksi produk dengan tingkat mutu yang dikehendaki oleh konsurnen. Proses ini sebenarnya tidak sesederhana seperti yang kita bicarakan di sini. Sinyal harga mempunyai lintasan yang panjang

dan

infonnasi bisa hilang sebagian dalam perjalanannya.

Indikator lain untuk menilai efisiensi sistem pemasaran Ratio Profit Margin

(RPM) atau margin keuntungan masing-masing lembaga pemasaran adalah perbandingan antara tingkat keuntungan lembaga pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari penyampaian atau pemindahan barang dari produsen ke konsumen melalui lembaga-lembaga pemasaran. Pada proses penyampaian barang clan jasa tersebut

dilakukan

berbagai fungsi pemasaran. Pendekatan sistem pemasaran digunakan

untuk

mengkaji keterkaitan berbagai subsistem pemasaran dalam saluran pemasaran, struktur,

perilaku, dan keragaan pasar.

(153)

Sistem Pemasaran : ...

[Produsen1

1

~ e m b a ~ a Pemasaran

1

Lernbaga Perantara

Konsurnen

7 T -

Analisis Saluran Pemasaran Analisis Struktur Pasar Analisis Perilaku Pasar

I

Parameter

<

Analisis Margin Pemasaran Analisis Keterpaduan Pasar

I

1

-

EFISEN

Efisiensi Pemasaran

TIDAK EFISISEN Keterangan:

Fungsi Fasilitas

F. Standardisasi & Grading F. Penanggungan Resiko F. Pembiayaan

F. Informasi Pasar Fungsi Pertukaran

F. Pembelian

F. Penjualan

a = Arus Produk (satu arah) b = Arus Informasi (dua arah) c = Arus Uang (satu arah)

I

Fungsi Fisik

F. Penyimpanan F.Pengolahan

Garnbar 1. Kerangka pemikiran pemasaran buah-buahan hasil agroforestri di Propinsi Lampung

(154)

111.

METODOLOGI PENELITlAN

3.1 Batasan Operasional

Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional chdefinisikan sebagai berikut:

1. Buah-buahan adalah komolti ekonomi yang berasal dari lahan pertanian dan hutan yang ditanami buah-buahan.

2. Buah-buahan yang akan dianalisis sistem pemasarannya adalah buah Pisang (Musa spp.), Rambutan (Nephellium lappaceum), Mangga (Mungivera indica), Durian (Durio zbethinus Murr.), Duku (Lansium domesticum Correa), dan Jeruk (Citrus sp.). Pemilihan jenis buah-buahan tersebut berdasarkan jenis buah- buahan yang mendominasi pasar buah di Propinsi Lampung.

3. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang langsung membeli atau mengurnpulkan buah-buahan dari beberapa petani untuk dijual kembali pada pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah.

4. Pedagang grosir adalah pedagang buah-buahan di daerah pusat konsumsi yang melayani penjualan secara grosir kepada pedagang pengecer, industri pengolahan buah, dan konsumen akhir.

5. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual secara eceran kepada konsumen akhir.

(155)

2 1

7. Konsumen akhir adalah orang atau lembaga yang membeli buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri.

8. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalarn proses pemasaran

meliputi biaya angkutan, pajak, penyusutan, dan lainnya, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

9. Harga jual petani adalah harga jual buah-buahan

di

tingkat petani kepada pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan bervarihi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.

10. Harga jual pedagang pengumpul adalah harga jual buah-buahan di tingkat pedagang pengumpul kepada pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

11. Harga jual h a n g grosir adalah harga jual

bd-buahan di

tingkat grosir kepada pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan

bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.

12. Harga jual pengecer adalah harga jual buah-buahan di tingkat pedagang pengecer kepada industri pengolahan buah dan konsumen akhir, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.

(156)

2 2

14. Harga beli konsumen akhir adalah harga buah-buahan yang diterima konsurnen akhir pada waktu transaksi jual beli, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian mencakup wilayah Propinsi Lampung yang difokuskan pada daerah-daerah sentra produksi buah-buahan. Pengambilan data primer clan sekunder dilakukan selarna dua bulan, Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive sampling). Kabupaten, kecamatan, dan desa yang dipilih adalah daerah-

daerah yang merupakan sentra produksi buah-buahan di Propinsi Lampung, Tabel 1. Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung

No.

1. 2. 3. 4. 5. 6 .

,. 7.

8. 1 Desa Hanura Sidodadi Haduyang Tanjung A m g Pekalongan Pahungan Sukanegara Sukabumi Pekon Balak Cipta Waras Gunung Terang Gunung Besar Hujan Mas Karang Re jo Tegal Mukti Moris Jaya Tanjung Sari Yosomulyo Beringin Raya Batu Putu Kabupaten Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Barat Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Metro Bandar Lampung Kecamatan Padang Cermin Natar Ketibung Pekalongan Pesisir Tengah Batu Brak Sumber Jaya Abung Barat Muara Sungkai Pakuan Ratu Banj ar Agung Tanj ung Raya Metro Pusat

[image:156.601.74.519.364.678.2]
(157)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data tentang kondisi pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung. Data tersebut meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari surnbernya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey, observasi, pengamatan, atau wawancara terstruktur terhadap pelaku pemasaran buah-buahan, clan industri yang berbahan baku buah-buahan.

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau laporan yang terdapat pada instansi terkait, antara lain

d~

Badan Pusat Statistik, Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Lampung.

3.4 Metode Penarikan Sampel

(158)

24 Penarikan sampel pedagang dilakukan secara purposive melalui sumber pembelian buah-buahan, sebanyak 5 orang per kecamatan. Unit sampel tidak dibuat per desa dengan pertimbangan bahwa tidak semua desa terdapat pedagang buah- buahan, terkadang pedagang berasal dari desa lain atau kecarnatan lain, maka jumlah sampel ditentukan per kecamatan. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran buah-buahan

dari

desa penelitian, mulai dari tingkat petani sampai tingkat pedagang akhir. Unit sampel yang dipilih adalah pedagang buah-buahan yang telah cukup dikenal dan lama berkecimpung dalam usaha jual beli buah-buahan. Penentuan dilakukan secara sengaja untuk menghmdari unit sampel yang hanya menjual jenis buah yang sama dengan pedagang lain dan Qlcuasai oleh satu orang atau sekelompok orang yang sama.

3.5 Analisis Data

(159)

3.5.1 Analisis marjin pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama.

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Mji = Psi - Phi, atau

Mji = bli + IT i, atau

Total marjin pemasaran (M) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

M,, = marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i

Psi = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pb, = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i b, = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i

= keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i Mj = total marjin pemasaran

Pr = harga di tingkat konsumen Pf = harga di tingkat produsen

3.5.2 Analisis keterpaduan pasar

(160)

Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi positif yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar.

3.5.2.1 Analisis koefisien korelasi harga

Analisis korelasi merupakan pengukuran statistik tingkat hubungan antara dua variabel yang berguna untuk mengetahui tingkat kebebasannya. Korelasi harga diukur melalui analisis statistik regresi sederhana dengan menggunakan data berkala (time series data) berupa data harga bulanan di tingkat petani

(Pf)

clan di tingkat konsurnen (P,).

Koefisien korelasi harga, secara matematis &pat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

r = koefisien korelasi harga n = jumlah pengamatan

Jika

dari

hasil perhitungan diperoleh angka koefisien harga (r) mendekati satu, maka ini menunjukkan keeratan hubungan harga pada kedua tingkat pasar tersebut dan begitu pula sebaliknya.

3.5.2.2 Analisis elastisitas transmisi harga

(161)

struktur pasar komoditas buah-buahan di Propinsi Lampung, apakah bersaing sempurna atau tidak, serta bagaimana efisiensi sistem pemasarannya.

Elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga di tingkat produsen (Pf) terhadap perubahan relatif harga & tingkat pedagang (P,). Untuk melihat elastisitas transmisi harga yang terjadi pada setiap saluran pemasaran dipergunakan rumus sebagai berikut:

Karena harga di tingkat produsen (P3 linier terhadap harga di tingkat konsurnen (P,)

atau secara matematis:

Jadi:

Keterangan:

ET = Elastisitas transmisi harga 6 = Diferensial

p

= Koefisien regresi atau slope P, = Harga pada tingkat pengecer
(162)

28

Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas harga transmisi harga (Hasyim, 1994) adalah:

1. Jika ET = 1, berarti:

a. Marjin pemasarannya tidak dipengaruhi oleh harga & tingkat konsumen b. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran merupakan pasar

yang bersaing sempurna

c. Sistem pemasaran telah efisien.

2. Jika ET > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen. Artinya pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni da1am sistem pemasaran berlangsung tidak efisien. 3. Jika ET < 1, berarti laju perubahan harga

d~

tingkat petani lebih kecil danpada laju perubahan harga di tingkat konsumen, artinya pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempurna. Dengan kata lain sistem pemasaran berlangsung tidak efisien.

3.5.3 Analisis organisasi pasar

3.5.3.1 Strukturpasar

Parameter yang digunakan untuk analisis pasar, yaitu: (1) jumlah lembaga pemasaran &lam suatu pasar, (2) distribusi lembaga pemasaran dalam berbagai

(163)

3.5.3.2 Pertlaku pasar

Perilaku pasar buah-buahan dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, kerjasama antara lembaga pemasaran serta praktek-praktek lainnya.

3.5.3.3 Keragaan pasar

Keragaan pasar buah-buahan dianalisis dengan menggunakan marjin pemasaran dan penyebarannya serta pengaruh struktur pasar dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga & tiap lembaga pernasaran, biaya pemasaran, marjin pemasaran atau analisis keragaan pasar ini &pat menggunakan parameter efisiensi pemasaran yang

(164)

IV.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN

4.1 Geografi

Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi Lampung dibatasi oleh:

1. Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkul y di Sebelah Utara

2. Selat Sunda, di Sebelah Selatan 3. Laut Jawa, disebelah Timur

4. Samudera Indonesia, disebelah Barat

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat berada antara : 103~40'-105 O50' Bujur Timur dan Utara-Selatan berada antara : 6'45'- 3'45' Lintang Selatan.

Secara topografi Daerah Lampung dibagi dalam 5 (lima) unit topografi : 1. Daerah topografis berbukit sampai bergunung:

(165)

2. Daerah topografis berombak sampai bergelombang:

Ciri-ciri khusus daerah ini adalah terdapat bukit-bukit sempit, kemiringan antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut. Daerah ini membatasi daerah pegunungan dengan dataran alluvial, vegetasi yang terdapat di daerah ini adalah tanaman-tanaman perkebunan seperti: kopi, cengkeh, la& clan tanaman pertanian perladangan seperti: padi, jagung, dan sayur-sayuran. Daerah tersebut meliputi daerah-daerah; Kedaton di Kota Bandar Lampung, Gedung Tataan di Kabupaten Lampung Selatan, Pulau Panggung di Kabupaten Tanggamus, serta Kalirejo dan Bangun Rejo di Kabupaten Lampung Tengah. 3. Daerah dataran alluvial:

Daerah ini sangat luas meliputi Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulang Bawang, yang merupakan bagian hilir (downstreem) dari sungai-sungai yang besar seperti Way Sekampung, Way Tulang Bawang, dan Way Mesuji. Ketinggian di daerah ini berkisar antara 25 m sampai '75

m,

dengan kemiringan

0% sampai 3%. Pada bagian barat dataran alluvial menyempit dan memanjang menurut arah Bukit Barisan.

4. Daerah dataran rawa pasang surut:

Disepanjang pantai timur adalah daerah rawa pasang surut dengan ketinggian 0,5 m sampai 1 m, pengendapan air menurut naiknya pasang surut.

5. Daerah river basin:

(166)

b. River Basin Seputih c. River Basin Sekampung d. River Basin Semangka e. River Basin Way Jepara

4.2 Klimatologi

Lampung terletak dibawah katulistiwa 5" Lintang Selatan beriklim tropis-humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudra Indonesia dengan dua musim angin setiap tahunnya. Dua musim dimaksud adalah :

a. Nopember s/d Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut.

b. Juli sld Agustus angin bertiup

dari

arah Timur

dan

Tenggara, kecepatan angin rata-rata 5,83 kmljam.

Pada daerah daratan dengan ketinggian 30 m--60 m temperatur udara rata-rata berkisar antara 26"C-28"C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami

adalah 33" dan juga temperatur minimum 20" C.

Rata-rata kelembaban udara disekitar 80%--88% clan kelembaban udara akan lebih tinggi pada tempat-tempat yang lebih tinggi.

4.3 Pemerintahan

(167)

33

Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung Timur serta Kota Metro yang merupakan pemecahan dari Kabupaten Lampung Tengah.

Luas wilayah kabupaten/kota dan jumlah kecamatannya dirinci sebagai berikut : 1. Kabupaten Larnpung Barat dengan ibukotanya Liwa, luas wilayahnya 4.950,40

km2 terdiri

dari

14 kecamatan

2. Kabupaten Tanggamus dengan ibukotanya Kota Agung, luas wilayahnya 3.356,61 km2 terdiri dari 17 kecamatan

3. Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukotanya Kalianda luas wilayahnya 3.180,78 km2 terdiri dari 20 kecamatan

4. Kabupaten Lampung Timur dengan ibukotanya Gunung Sugih, luas wilayahnya 4.337,89

km2

terdiri dari 26 kecamatan

5 . Kabupaten Lampung Utara dengan ibukotanya Kotabumi, luas wilayahnya 2.725,63 km2 terdiri dari 16 kecamatan

6 . Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukotanya Gunung Sugih, luas wilayahnya 4.789,82 km2 terdiri dari 26 kecamatan

7. Kabupaten Way Kanan dengan ibukotanya Blambangan Umpu, luas wilayahnya 3.92 1,63 km2 terdiri dari 12 kecamatan

8. Kabupaten Tulang Bawang dengan ibukotanya Menggala, luas wilayahnya 7.770,84 krn2 terdiri dari 16 kecamatan

9. Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 192,96 krn2 terdiri dari 13 kecamatan

(168)

34 Penggunaan lahan di Propinsi Lampung masih didominasi oleh luasnya hutan (26,41), diikuti perkebunan (21,65%) dan tegaladladang (20,47%). Sementara itu luas hutan terbesar terdapat pada Kabupaten Lampung Barat yang luasnya mencapai 54,13 persen dari luas kabupaten yang bersangkutan atau 29,48 persen dari luas hutan di Propinsi Lampung.

4.4 Penduduk

Penduduk Propinsi Lampung pada saat sensus penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 masing-masing sebesar: 1.667.551, 2.775.695, 4.624.785, 6.0 15.803 dan 6.659.869 orang. Pertumbuhan penduduk pada periode 1971-1980 adalah sebesar 5,77 persen pertahun, pada periode 1980-1990 menjadi sebesar 2,67 persen pertahun. Periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,05 persen pertahun. Apabila dilihat laju perhunbuhan penduduk Propinsi Lampung dibawah laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Secara keseluruhan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada periode 1990-2000 adalah sebesar 1,35 persen pertahun.

(169)

35 Kabupaten Tulang Bawang 9 1,6 1 dan Kota Bandar Lampung 3.9 1 1,94 serta Kota Metro 1.9 10,47.

(170)

V.

HASIL PENGAMATAN

5.1 Karakteristik Responden

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. Responden petani berjumlah 348 orang, responden pedagang berjumlah 37 orang dan industri pengolahan buah hanya satu. Informasi mengenai industri pengolahan buah sangat sulit diperoleh, karena pihak rnanajemen industri tidak memberi ijin

untuk

wawancara.

Responden pedagang dalam menjalankan usaha jual beli buah-buahan umumnya menggunakan modal sendiri, namun ada pula beberapa yang menggunakan modal pinjaman atau berdasarkan sistem bagi hasil antara pedagang pengurnpul dan pedagang pengecer. Besarnya modal yang digunakan pedagang berkisar antara Rp30.000,OO-Rp150.000.000,OO. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pedagang bervariasi antara 1-15 orang pekerja. Tenaga kerja yang digunakan pedagang umurnnya merupakan tenaga sewa yang hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja seperti pada saat pemanenan dan pengangkutan buah-buahan. Upah yang digunakan dapat berupa bagi hasil ataupun upah harian dengan besaran upah per hari antara Rp7.000,OO-Rp20.000,OO.

(171)

pula sebagian kecil yang sampai pada tingkat SMA, bahkan ada beberapa yang sampai ke jenjang sarjana. Seorang petani responden umumnya memiliki tanggungan keluarga sebanyak 1-14 orang.

Industri pengolahan yang menjadi responden adalah industri knpik pisang CV.

Kharisma di J1. Panjaitan No 9 Gotong Royong Bandar Lampung. CV. Kharisma hanya memproduksi kripik pisang. Industri ini berdiri tahun 1995 dengan modal sendiri sebesar Rp30.000.000,OO. Tenaga kerja yang digunakan berjumlah 8 orang dengan upah per hari Rp5.000,OO.

Kripik pisang merupakan salah satu makanan khas Daerah Lampung yang cocok dijadikan buah tangan khas Lampung. Sayangnya peluang yang baik ini baru dimanfaatkan oleh beberapa industri saja. Beberapa petani yang memililu keterampilan untuk membuat keripik pisang belum mampu bersaing dengan indusbi karena terhambat oleh masalah pemasaran, petani tidak tahu hams menjual ke mana.

5.2 Lahan dan Kinerja Usahatani

Luas lahan yang dimiliki responden petani berkisar antara 0,08 ha-15,50 ha.

Rata-rata jumlah pohon per jenis per hektar secara berturut-turut adalah pisang (1 19 pohon), rambutan (43 pohon), mangga (32 pohon), durian (24 pohon), duku (48 pohon), dan jeruk (402 pohon). Pendapatan petani per tahun dari hasil penjualan buah-buahan berkisar antara Rp20.000,00--Rp 1 10.705.000,00.

(172)

3 8 kebun luas, selain menggunakan tenaga ke rja dari dalam keluarga juga menggunakan tenaga dari luar keluarga.

Pengelolaan buah-buahan ini masih bersifat tradisional. Penggunaan pupuk dan pestisida secara rutin hanya digunakan oleh petani jeruk saja. Selain itu petani masih banyak yang menggunakan bibit asalan. Bibit asalan ini diperoleh petani dan pemberian, memindahkan anakan, menanam dari biji, atau mernelihara tanman yang tumbuh tanpa disengaja. Penggunaan bibit unggul umumnya baru digunakan oleh

petani jeruk dan beberapa petani buah lainnya

d~ Desa

Sidodadi, Hanura, Sumber Agung, Batu Putu, Pekalongan, dan Metro Pusat.

Jenis tanaman buah-buahan yang ditanam oleh responden petani adalah: sawo, jambu, alpulcat, mangga, rambutan, pisang, durian, cempedak, duku, kecapi, salak, jambu bol, pepaya, srikaya, kedondong, cermai, jeruk, sirsak, nenas, manggis, belimbing; langsat, dan cocosan Tanaman buah-buahan umumnya bukan merupakan sumber pendapatan yang utama, terkecuali bagi p u n jeruk di Desa Moris Jaya dan Tanjung Sari. Buah-buahan ditanarn di kebunlladang, pekarangan, dan hutan secara campuran dengan tanaman tahunan atau tanaman semusim lainnya.

Alasan petani menanarn buah-buahan, adalah:

1. Untuk konsumsi keluarga sehingga tidak perlu membeli atau meminta dari tetangga atau orang lain

2. Harga jual yang tinggi

(173)

4. Tambahan pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari 5. Sebagai tanaman peneduh

6. Pemanfaatan lahan kosong 7. Mencegah longsor

8. Meniru temanltetangga yang sudah menanam

9. Adanya programlanjuran pemerintah khususnya untuk jeruk di Desa Tanjung Sari

Responden petani di Desa Pahmongan, Sukanegara, Sumber Agung, dan Batu Putu umumnya menanam buah-buahan di lahan kawasan hutan. Jenis buah yang ditanam di lahan kawasan adalah pisang, durian,

dan

duku.

5.3 Pola Tanam

Pola tanam yang digunakan responden petani di desa-desa sampel berbeda- beda. Petani di Desa Pahmongan dan Sukanegara menggunakan pola tanam secara campuran antara tanaman buah-buahan di dalarn repong darnar. Berbeda dengan petani

di

Desa Sumber Agung dan Batu Putu, tanaman buah-buahan umurnnya ditanam bersama tanaman sayuran (buncis, terung, cabe, dll), tanaman perkebunan (kopi, coklat, kelapa, karet, dll) atau pohon hutan lainnya (sonokeling, jati, mahoni, rotan, dll).
(174)

Penanaman jeruk dilakukan secara mandiri oleh petani tanpa bantuan pemerintah atau penyuluhan dari pertanian.

Petani di Desa Tanjung Sari menanam jeruk dengan pola tanarn yang berbeda, yaitu secara monokultur di lahan rawa. Lahan rawa ini dimanfaatkan dengan membuat gundukan yang cukup tinggi sehingga tanaman jeruk tidak terendam air rawa. Petani

di

Desa Tanjung Sari menanam jentk berdasarkan anjuran pemerintah dengan bantuan dari APBD dan OECF. Bantuan yang diterima petam berupa bibit, pupuk, obat-obatan,

dan

penyuluhan tentang cara penanaman, pemeliharaan tanaman hingga panen. Awalnya sebagian besar masyarakat menolak karena meragukan keberhasilan program ini. Namun setelah banyak petani yang mencoba dan berhasil, akhirnya seluruh masyarakat menerima. Desa-desa lainnya menanam buah-buahan secara campwan di kebun atau pek-gan rumah dengan campuran tamman berkayu ataupun tanaman pertanian.

5.4 Status Produk

Tidak semua buah-buahan ditanam dengan tujuan untuk dijual. 5621 persen petani menanarn buah-buahan dengan tujuan untuk dijual atau komersial, 18,35

persen untuk dikonsumsi dan dijual atau semi komersial, dan sisanya sebesar 25,44 persen petani menanam buah hanya untuk konsumsi saja atau trahsional. Kriteria pembagiannya adalah:

1. Komersial:

(175)

Ada hubungan antara petani dan pedagang Seluruh hasil produksi atau >>50% dijual

Tanaman buah sudah berproduksi secara kontinyu 2. Semi Komersial

Pasar belum tertentu atau jelas Hasil produksi <<50% dijual

Tanaman buah belum berproduksi secara kontinyu 3. Tradisional

Pasar belum terbentuk

Hasil produksi hampir dan atau seluruhnya untuk konsumsi sendiri atau dijual di pasar lokal

Pengelolaan kebun secara tradisional.

Jenis buah-buahan yang paling banyak ditanam petani untuk tujuan komersial adalah jeruk, durian, duku, pisang, dan mangga (Lampiran 4).

5.5 Penawaran dan Permintaan

Harga buah berbeda-beda tergantung pada kondisi penawaran dan permintaan daerah tersebut. Penawaran dan permintaan buah ini sangat dipengaruhi oleh musim. Pada saat panen raya tejadi penawaran yang berlebihan, dan panen raya ini berlangsung secara bersamaan di hampir seluruh daerah produksi. Mengingat sifat buah yang mudah rusak atau busuk, pedagang pengumpul tidak dapat menampung

(176)

42 Jenis buah yang memiliki penawaran dan permintaan tertinggi adalah jeruk. Permintaan paling banyak berasal dari luar propinsi (77,78%) dan permintaan lokal hanya 22,22 persen. Beberapa daerah di Pulau Jawa yang memiliki permintaan jeruk tinggi adalah Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Saat ini penawaran jeruk masih tergantung pada musim. Diperkirakan bahwa permintaan jeruk dan sawo akan meningkat, ha1 ini terlihat dari tingginya permintaan bibit dari kedua jenis buah tersebut.

Akhir-akhir ini beberapa industri clan perkebunan mulai banyak yang menanam tanaman jeruk dalam skala yang cukup besar, tetapi saat ini tanaman-tanaman tersebut banyak yang belum berproduksi. Jeruk yang diproduksi oleh industri dan perkebunan merniliki saluran pemasaran yang berbeda dengan petani kecil sehingga pada pemasaran jeruk petani tidak bersaing dengan industri atau perkebunan.

Tanaman saw0 memiliki prospek yang cukup baik untuk dikem

Gambar

Tabel 1. Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung
Gambar 3. Pola Saluran Pemasaran Buah-Buahan di Propinsi Lampung, 200 1
Tabel 2. Margin Pemasaran Pisang di Propinsi Lampung, 200 1
Tabel 3. Margin Pemasaran Rambutan di Propinsi Lampung, 200 1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli gula kelapa dari pedagang pengumpul dan atau dari produsen, serta menjual kembali kepada pengecer dan pedagang lain atau kepada

Rincian biaya untuk pemasaran jagung untuk saluran dua yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dimana harga jagung pada tingkat

Pedagang besar non-lokal menjual stroberi kepada pedagang pengecer non-lokal seperti pada saluran pemasaran lima dan saluran pemasaran enam dengan harga jual

Marjin pemasaran pada saluran pemasaran 5 adalah pedagang pengecer menjual ikan hias koi dengan harga jual ke pedagang toko sebesar Rp 17 500 per ekor yang kemudian dikurang

Rincian biaya untuk pemasaran jagung untuk saluran dua yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dimana harga jagung pada tingkat

Bentuk saluran pemasaran buah naga di Desa Sanggulan adalah saluran dua tingkat yaitu dari petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan

pemasaran pedagang besar adalah perbedaan harga yang dibayarkan kepada peternak dengan harga jual kepada pedagang kecil, pengecer dan konsumen dalam saluran pemasaran

Saluran III: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Antar Kota Pedagang Pengecer Konsumen Jumlah persentase petani responden pada tiap-tiap