• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Suhu Optimum Untuk Pemeliharaan Larva Ikan Gabus Channa Striata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Suhu Optimum Untuk Pemeliharaan Larva Ikan Gabus Channa Striata"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN SUHU OPTIMUM UNTUK

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS

Channa striata

KHAERUDDIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Suhu Optimum untuk Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striata) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

KHAERUDDIN. Penentuan Suhu Optimum untuk Pemeliharaan Larva Ikan Gabus Channa striata. Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan ANI WIDIYATI.

Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan spesifik lokal air tawar Indonesia. Permasalahan pada larva ikan gabus yaitu jumlahnya terbatas, overfishing, sintasan yang rendah, dan budidaya belum berkembang. Suhu yang optimum dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan larva ikan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh suhu optimum untuk pemeliharaan larva ikan gabus. Ikan uji adalah larva ikan gabus dengan rata-rata bobot dan panjang tubuh awal 0,0086±0,0001 g dan 0,7±0,05 cm. Ikan dipelihara dalam bak plastik berukuran (40x25x20) cm sebanyak 500 ekor/bak (34 fish/L) dan diberi pakan cacing sutera cacah secara restricted dengan feeding rate 15%. Heater yang digunakan yaitu heater otomatis RH9000 dengan daya 100W. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan terdiri dari suhu 25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31°C setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Sintasan larva ikan gabus terbaik diperoleh pada suhu 25 °C dengan nilai 57,80%. Pertumbuhan larva ikan gabus terbaik diperoleh pada suhu 31 °C dengan nilai 10,76%.

Kata kunci: Channa striata, suhu, sintasan, pertumbuhan.

ABSTRACT

KHAERUDDIN. Determination of Optimum Temperature to Culture Snakehead Fish Larvae Channa striata. Supervised by EDDY SUPRIYONO and ANI WIDIYATI.

Snakehead fish (Channa striata) is one of original freshwater fish from Indonesia. The problem in snakehead larvae are limited quantity, overfishing, low survival rate, and undeveloped culture technologies. Optimal temperature can enhance survival rate and growth. The purpose of this research was to obtain optimum temperature to maintain snakehead fish. Snakehead fish with the initial average of body weight and length were 0.0086±0.0001 g and 0.7±0.05 cm. Fish were reared in the plastic tank (40x25x20) cm for 500 fish/tank (34 fish/L) and fed with blood worm by restricted with feeding rate 15%. Heater used was automatically heater RH9000 with 100W. Design of this experiment a completely randomized design. The treatment design were used as following, 25 °C, 27 °C, 29 °C, and 31 °C with three replications for each treatments. The best survival rate of snakehead fish was in the temperature 25 °C with value 57.80%. The best growth rate of snakehead fish was in the temperature 31 °C with value 10.76%.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PENENTUAN SUHU OPTIMUM UNTUK

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS

Channa striata

KHAERUDDIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi

Nama

NM

: Penentuan Suhu Optimum untuk Pemeliharaan Larva Ikan

Gabus Channa striata

: haeruddin : C14110033

Proram Studi : Teknologi dan Manajemen Pe1ikanan Budidaya

Disetujui oleh

M. Sc

I

Tanggal Lulus:

1 5

SEP

2015

Dr. Ir. Ani M. Si

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah suhu, dengan judul Penentuan Suhu Optimum untuk Pemeliharaan Larva Ikan Gabus (Channa striata).

Pertama penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Eddy Supriyono MSc dan Ibu Dr Ir Ani Widiyawati MSi selaku pembimbing, serta Bapak Adang Saputra SPi MSi, Bapak Reza Samsuddin SPi MSi, Bapak MH Fariduddin Ath-thar SPi MSi dan Bapak Hendra Kodirun yang telah banyak membantu dan memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepala instansi Bapak Dr Ir Anang Hari Kristanto MSc dari BPPBAT sempur, beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum SS, MSi sebagai dosen komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk penulisan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Bapak Dr Ir Nurbambang Priyo Utomo MSi selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ungkapkan untuk keluarga tercinta, atas segala kasih sayang dukungan motivasi serta doanya. Selain itu juga penulis mengungkapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf atau laboran Laboratorium Lingkungan, tim sempur (Torong, Idris, Naufal, Furqon, dan Wawan), teman-teman BDP 48,

Malinger’s 48, Institut Pertanian Bogor, keluarga besar J.Co dan kondor rangers atas segala dukungan motivasi serta doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat Penelitian ... 2

Rancangan Penelitian ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Parameter Uji ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil ... 5

Pembahasan ... 8

KESIMPULAN DAN SARAN ... 11

Kesimpulan ... 11

Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(14)

DAFTAR TABEL

1 Kisaran suhu pemeliharaan larva ikan gabusselama 24 hari ... 3

2 Parameter dan alat pengukuran kualitas air ... 4

3 Gejala klinis pertumbuhan larva ikan gabus yang diberi perlakuan suhu yang berbeda selama 24 hari. ... 8

4 Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan larva ikan gabus dengan suhu berbeda ... 8

DAFTAR GAMBAR

1 Sintasan larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan. ... 5

2 Laju pertumbuhan spesifik larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan ... 6

3 Pertambahan panjang total larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan ... 6

4 Pertambahan bobot mutlak larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan ... 7

5 Efisiensi pakan larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan ... 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tata letak wadah pemeliharaan larva ikan gabus ... 13

2 Hasil uji Anova dan Duncan sintasan ... 13

3 Hasil uji Anova dan Duncan laju pertumbuhan spesifik ... 14

4 Hasil uji Anova dan Duncan pertambahan panjang total ... 14

5 Hasil uji Anova dan Duncan pertumbuhan bobot mutlak ... 14

6 Hasil uji Anova dan Duncan efisiensi pakan ... 14

(15)

1 tinggi, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk awetan atau olahan kering. Harga di pasaran ikan gabus segar mencapai Rp 25.000-41.000,-/kg, sedangkan dalam bentuk olahan kering atau asin dapat mencapai Rp 45.000-55.000,-/kg (PPHP 2010). Menurut Gustiano et al. (2015) ikan gabus sering digunakan sebagai bahan baku obat atau dikonsumsi untuk mempercepat penyembuhan paska operasi karena memiliki kandungan albumin yang tinggi pada dagingnya.

Sebagian besar pasokan ikan gabus yang berada di pasaran berasal dari hasil tangkapan di perairan umum. Menurut Pusdatin KKP (2012) volume produksi penangkapan ikan gabus di perairan umum mengalami peningkatan yaitu mencapai 10,7%, dimana pada tahun sebelumnya volume produksi sebesar 36.837 ton menjadi 40.790 ton pada tahun 2012, sekaligus mendominasi dari volume produksi penangkapan di perairan umum. Mengingat ketersediaan ikan gabus di alam terbatas, maka usaha penangkapan secara terus menerus (overfishing) dikhawatirkan akan mengancam ketersediaanya di alam. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan produksi ikan gabus dan menghasilkan ukuran yang seragam sehingga harga jual ikan gabus di pasaran meningkat.

Salah satu kendala dalam proses produksi ikan gabus yaitu ikan ini belum berhasil dibudidayakan secara intensif. Hal ini disebabkan karena kelangsungan hidup yang rendah selama masa pemeliharaan larva dan benih serta kualitas air yang tidak sesuai. Menurut Effendie (1997) sintasan atau kelangsungan hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi persaingan, parasit, umur, predator, kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik meliputi parameter lingkungan yaitu sifat fisika dan kimia dalam perairan. Parameter lingkungan menjadi salah satu faktor pendukung sekaligus mempunyai peranan yang sangat besar dalam menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme yang dibudidayakan. Salah satu parameter lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup adalah suhu.

(16)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu optimum pada pemeliharaan larva ikan gabus (Channa striata). Untuk mengetahui sintasan dan pertumbuhan yang terbaik.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Februari-15 Maret 2015 di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor, Jawa Barat.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini merupakan budidaya dengan sistem terkontrol yang terdiri dari empat perlakuan dengan masing-masing perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Kepadatan larva ikan gabus yang digunakan sebanyak 500 ekor/bak (34 ekor/L)dengan perlakuan suhu (25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31 °C).

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan bak plastik berukuran (40x25x20) cm sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan, wadah dicuci dengan air bersih lalu didesinfeksi menggunakan klorin dengan dosis 30 mg/L dibiarkan selama satu hari. Setelah itu wadah dibilas menggunakan air bersih. Selanjutnya wadah perlakuan diisi air setinggi 15 cm dengan volume 15 liter. Setelah itu dipasang heater otomatis yang disetting sesuai perlakuan suhu yaitu 25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31 °C. Selanjutnya termometer dan aerasi dipasang pada masing-masing akuarium.

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan gabus yang diperoleh dari hasil tangkapan di alam oleh pengumpul ikan di daerah Ciseeng, Parung. Bobot rata-rata larva yang digunakan adalah 0,0086±0,0001 g dan panjang tubuh 0,7±0,05 cm dipelihara dengan kepadatan 500 ekor/bak (34 ekor/L) pada 4 perlakuan suhu yaitu 25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31 °C masing-masing dilakukan 3 kali ulangan. Sebelum pemeliharaan pada wadah pemeliharan, larva diadaptasikan dalam wadah yang telah disiapkan selama 3 hari agar terbiasa dengan lingkungan uji penelitian. Selama diadaptasikan larva ikan diberi pakan naupli artemia.

Pemeliharaan Hewan Uji

(17)

3 restricted FR 15%. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB. Pada pemeliharaan penyiponan dan penggantian air sebanyak 20% dilakukan dua hari sekali. Suhu diukur setiap hari dengan termometer pada pagi dan sore hari. Suhu harian selama pemeliharaan 24 hari disajikan dalam table 1.

Tabel 1 Kisaran suhu pemeliharaan larva ikan gabusselama 24 hari

Perlakuan 25 °C 27 °C 29 °C 31 °C Suhu (˚C) 25-25,5 26,5-27 28,5-29,5 30,5-31,5

Pemeliharaan dilakukan di dalam ruangan ber AC pada suhu ruangan yaitu 23°C (Lampiran 1). Untuk mempertahan suhu sesuai perlakuan digunakan heater otomatis yang diatur sesuai suhu perlakuan.

Parameter Uji

Sintasan

Sintasan merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan. Sintasan dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

SR =

Keterangan:

SR = Survival Rate/Sintasan (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan bobot ikan setiap hari. LPS dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991) :

LPS

Keterangan:

LPS = Laju pertumbuha spesifik (%/hari)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)

Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)

t = Lama pemeliharaan (hari) Pertambahan Panjang Total (PPT)

Pertumbuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. PPT dapat dihitung dengan rumus (Effendie 1997) :

(18)

4

Keterangan:

PPT = Pertambahan panjang total (cm)

Lt = Panjang rata-rata individu pada akhir penelitian (cm) Lo = Panjang rata-rata individu pada awal penelitian (cm) Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM)

Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. PBM dapat dihitung dengan

Efisiensi pakan yaitu besarnya rasio perbandingan antara pertambahan bobot ikan yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan. Semakin besar nilai pertambahan bobot maka efisiensi pakan semakin besar. EP selama pemeliharaan dapat dihitung menggunakan rumus (NRC 1977) :

EP = (Bt+Bm)-Bo x 100

Pengukuran parameter pH, DO, amonia, dan alkalinitas, dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 21. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas air terdapat pada Tabel 2. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Lingkungan dan Toksikologi BPPBAT Cibalagung, Bogor.

Tabel 2 Parameter dan alat pengukuran kualitas air

No Parameter Metode Alat

1 pH Insitu pH-meter

2 DO (mg/L) Insitu DO-meter

(19)

5 Analisis Data

Data yang diperoleh seperti sintasan, laju pertumbuhan spesifik, pertambahan panjang total, pertumbuhan bobot mutlak, dan efisiensi pakan diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 22 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap semua parameter uji. Apabila berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut Duncan. Sedangkan untuk data kualitas air (pH, DO, ammonia, dan alkalinitas dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sintasan

Sintasan setelah pemeliharaan 24 hari disajikan pada Gambar 1. Sintasan yang dihasilkan pada pemeliharaan berkisar antara 32,80-57,80%. Sintasan terbesar terdapat pada perlakuan suhu 25 °C sebesar 57,80%. Berdasarkan uji statistik, nilai sintasan pada suhu 25 °C menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan(P<0,05).

Keterangan :

Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 1 Grafik sintasan larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang

berbeda selama 24 hari pemeliharaan. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Laju Pertumbuhan Spesifik larva ikan gabus setelah dipelihara selama 24 hari disajikan pada Gambar 2. LPS yang dihasilkan pada pemeliharaan berkisar antara 8,41-10,76%. Nilai LPS terbesar diperoleh dari perlakuan suhu 31 °C sebesar 10,76%. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan spesifik pada

(20)

6

suhu 31 °C menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (P<0,05).

Keterangan :

Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan spesifik larva ikan gabus setelah dipelihara

dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan Pertambahan Panjang Total (PPT)

Pertambahan panjang total larva ikan gabus setelah dipelihara selama 24 hari disajikan pada Gambar 3. PPT yang dihasilkan pada pemeliharaan berkisar antara 1,36-2,01 cm. Nilai PPT terbesar terdapat pada perlakuan suhu 31 °C sebesar 2,01 cm. Berdasarkan uji statistik, nilai pertambahan panjang total pada suhu 31 °C menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (P<0,05).

Keterangan :

Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 3 Grafik pertambahan panjang total larva ikan gabus setelah dipelihara

(21)

7 Pertumbuhan Bobot Mutlak (PBM)

Pertambahan bobot mutlak larva ikan gabus setelah dipelihara selama 24 hari disajikan pada Gambar 4. PBM yang dihasilkan pada pemeliharaan berkisar antara 0,09-0,19 g. Nilai PBM terbesar terdapat pada perlakuan suhu 31 °C sebesar 0,19 g. Berdasarkan uji statistik, nilai pertumbuhan bobot mutlak pada suhu 31 °C menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (P<0,05).

Keterangan :

Huruf superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Gambar 4 Grafik pertambahan bobot mutlak larva ikan gabus setelah dipelihara

dengan suhu yang berbeda selama 24 hari pemeliharaan Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pakan setelah pemeliharaan selama 24 hari disajikan pada Gambar 5. EP yang dihasilkan pada pemeliharaan berkisar antara 38,99-45,96%. Nilai EP tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 31 °C sebesar 45,96 %. Berdasarkan uji statistik semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Keterangan :

Huruf superskrip yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 5 Grafik efisiensi pakan larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu

(22)

8

Tabel 3 Gejala klinis pertumbuhan larva ikan gabus yang diberi perlakuan suhu yang berbeda selama 24 hari.

Perlakuan Abnormalitas

Tubuh membengkok Insang memerah

25 °C - -

Berdasarkan pengamatan selama penelitian terdapat ikan yang tumbuh abnormal dengan tubuh membengkok pada perlakuan suhu 29 °C dan 31 °C, terdapat insang yang memerah pada suhu 31 °C (Lampiran 7).

Parameter Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharan larva ikan gabus dengan suhu 25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31 °C selama 24 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 4 Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan larva ikan gabus dengan suhu berbeda

Perlakuan Parameter Nilai

Optimal

a: Bijaksana (2011); b: BPBAT Mandiangin(2014); c: Boyd (1988); d: Effendi (2003)

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air pada media pemeliharaan larva ikan gabus dengan suhu 25 °C, 27 °C, 29 °C, dan 31°C selama 24 hari pemeliharaan. Tabel 3 menunjukkan bahwa kisaran nilai kualitas air yang terukur masih dalam kisaran yang optimal untuk mendukung kehidupan larva ikan gabus tersebut.

Pembahasan

(23)

9 pada masa transisi atau kritis. Secara alamiah setiap organisme memiliki tingkat toleransi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan suhu yang terjadi di lingkunganya. Perubahan suhu lingkungan yang terjadi diluar batas toleransi suatu organisme akan mengakibatkan kematian. Selain itu kematian larva ikan diduga disebabkan oleh adanya sifat kanibalisme pada larva ikan gabus. Menurut Qin dan Fast (1996) salah satu penyebab rendahnya sintasan pada pemeliharaan benih ikan gabus karena adanya kanibalisme. Kanibalisme adalah pemangsaan antar individu pada satu populasi pemeliharaan, baik semua atau sebagian besar bagian tubuh (Folkvord 1997). Hal ini diduga kanibalisme tertinggi terjadi pada fase larva dan benih karena laju pertumbuhan yang tinggi.

Perbedaan suhu juga sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik larva ikan gabus. Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) merupakan presentase pertambahan bobot setiap harinya selama pemeliharaan. LPS larva ikan gabus selama pemeliharaan menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) pada setiap perlakuan (Lampiran 3). Berdasarkan hasil diatas (Gambar 2) LPS tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 31 °C yaitu 10,76±0,07% dan terendah pada perlakuan suhu 25 °C yaitu 8,41±0,22%. Hal ini diduga bahwa peningkatan suhu selama pemeliharaan dalam media pemeliharaan dapat meningkatkan LPS larva ikan gabus. Boyd (1990) mengatakan bahwa sesuai dengan hukum Van Hoff dimana laju proses biokimia akan meningkat dua kalinya setiap peningkatan suhu 10 °C. Ikan dari daerah tropis seperti ikan gabus umumnya tidak terlalu tahan dengan perubahan atau fluktuasi suhu yang terlalu besar. Pada dasarnya berbagai jenis organisme akuatik memiliki toleransi suhu optimum yang berbeda-beda, salah satunya mempunyai suhu optimum tertentu untuk selera makanya.

(24)

10

Selain sintasan dan pertumbuhan perbedaan suhu juga mempengaruhi efisiensi pakan. Efisiensi Pakan (EP) merupakan perbandingan antara pertambahan bobot ikan yang didapatkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama pemeliharaan. Semakin besar nilai pertambahan bobot maka efisiensi pakan semakin besar. EP larva ikan gabus selama pemeliharaan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) pada semua perlakuan (Lampiran 6). Berdasarkan hasil diatas (Gambar 5) EP tertinggi terdapat pada perlakuan suhu 31 °C yaitu 4,96±6,80% dan terendah pada perlakuan suhu 27 °C yaitu 38,09±1,77%. Hasil ini berbanding lurus dengan nilai LPS bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan. Kausar & Salim (2006) mengatakan suhu air yang tinggi dapat meningkatkan sistem metabolisme tubuh ikan sehingga konsumsi pakan meningkat. Selanjutnya suhu yang lebih tinggi konversi makanan menjadi daging lebih efisien dibandingkan pada suhu yang lebih rendah (Zonneveld et. al. 1991).

Kualitas air merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan budidaya. Kualitas air juga sebagai pendukung pertumbuhan dan sintasan selain pakan dan faktor genetik. Parameter kualitas air yang diukur pada perlakuan kali ini yaitu pH, oksigen terlarut, amonia, dan alkalinitas. Tabel 2 menampilkan kisaran data hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan seminggu sekali dalam pemeliharaan larva ikan gabus dengan suhu yang berbeda. Kisaran pH pada media perlakuan antara 5,87-8,23. Bijaksana (2011) menyatakan ikan gabus di alam hidup pada perairan dengan pH berkisar antara 5,5-6,7. Kisaran pH air pada media pemeliharaan dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan literatur namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hasil pengukuran DO (Oksigen Terlarut) pada media pemeliharaan berkisar antara 2,85–4,48 mg/L untuk perlakuan suhu berbeda. Rahman et al. (2012) mengatakan nilai oksigen terlarut untuk ikan gabus adalah 3,70–5,70 mg/L. Kisaran DO pada media pemeliharaan dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan literatur namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan gabus. Hal tersebut diduga karena ikan gabus memiliki alat pernafasan tambahan yang dapat memanfaatkan oksigen langsung dari udara (atmosfer), sehingga kekurangan DO pada media pemeliharaan dapat diatasi. Hasil pengukuran amonia (NH3) pada

media pemeliharaan benih ikan gabus berkisar 0,40-0,65 mg/L pada perlakuan suhu berbeda. Peningkatan amonia yang terjadi pada tiap perlakuan masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh larva ikan gabus. Menurut Boyd (1988) bahwa kisaran amonia yang baik untuk perairan yaitu <1,2 mg/L. Nilai alkalinitas media pemeliharaan larva ikan gabus berkisar 75,90-88,53 mg/L CaCO3. Menurut

Effendi (2003) nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/L CaCO3. Nilai

kisaran alkalinitas yang diperoleh masih dalam kisaran alkalinitas yang baik untuk perairan.

(25)

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Suhu yang optimal untuk pemeliharaan larva ikan gabus (Channa striata) yang memiliki nilai sintasan tertinggi adalah suhu 25 °C, sedangkan untuk pertumbuhan (LPS) adalah suhu 31 °C.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui suhu yang paling optimal untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan pada proses selanjutnya yaitu proses pendederan dan pembesaran ikan gabus (Channa striata).

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press, 213 hlm.

Ali M, Junianto RS. 2014. Pengaruh lanjut suhu pada penetasan telur terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan baung (Hemibagrus nemurus). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang 26-27 September 2014.

Bijaksana U. 2011. Pengaruh beberapa parameter air pada pemeliharaan larva ikan gabus (Channa striata) di dalam wadah budidaya [skripsi]. Banjar Baru (ID): Universitas Lambung Mangkurat.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing. Alabama (US): Auburn University Agricultural Experiment Station.

Boyd CE. 1990. Water Quality Management for Pond Fish Culture. El Sevier Scientific Publishing Company. New York. 318 p

[BPBAT] Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin. 2014. Naskah Akademik Ikan Gabus (Channa striata Bloch 1793) Hasil Domestikasi. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius Press. Yogyakarta, 285 hal.

Effendie, MI. 1997. Metoda Perancangan Percobaan. CV Armico. Bandung. 472 hal.

Folkvord A. 1997. Ontogeny of Cannibalism in Larval and Juvenile Fishes with Special Emphasis on Atlantic cod. Chapman & Hall. London.

Gustiano R, Kusmini II, Ath-thar MHF. 2015. Mengenal sumber daya genetik ikan spesifik lokal air tawar indonesia untuk pengembangan budi daya. IPB press. Bogor

Kausar R, Salim M. 2006. Effect of water temperature on the growth performance

and feed conversion ratio of Labeo rohita. J. Pakistan Veteterina 26(3):

(26)

12

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Volume Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Menurut Jenis Ikan. http://www.kkp.go.id [18 September 2015].

Kumlu M, Eroldogan OT, Aktas M. 2000. Effect of temperature and salinityon larval growth, survival, and development of Penaeus semiculcatus. Aquaculture. 188: 167-173.

National Research Council (NRC). 1977. Nutrient Requirement of Warm Water Fishes and Sellfish. National Academy of Science, Washington DC. 274 pp [PPHP] Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2010.

Warta Perikanan Indonesia: Bagusnya Ikan Gabus. Kementerian Kelautan Perikanan, 86: 4-5.

Qin J, Fast AW. 1996. Size and Feed Dependent Cannibalism With Juvenile Snakehead Channa striatus. Aquaculture 144: 313-320.

Taufik I, Azwar ZI, Sutrisno. 2009. Pengaruh perbedaan suhu pada pemeliharaan benih ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) dengan Sistem Resirkulasi. Jurnal Riset Akuakultur. 4(3): 319-325.

Vladimirov, V. I. 1975. Critical periods in development of fishes. Journal of Ichtyology, 15(6): 851-963.

(27)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1Tata letak wadah pemeliharaan larva ikan gabus

Lampiran 2 Hasil uji Anova dan Duncan sintasan

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat F Sig.

Antar kelompok 2066,917 3 688,972 48,531 0,000

Dalam kelompok 113,573 8 14,197

Total 2180,490 11

Perlakuan N Untuk alpha = 0.05

1 2 3 4

C 3 24,4667

D 3 32,8000

B 3 49,1333

A 3 57,8000

Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

(28)

14

Lampiran 3 Hasil uji Anova dan Duncan laju pertumbuhan spesifik

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.

Lampiran 4 Hasil uji Anova dan Duncan pertambahan panjang total

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.

Lampiran 5 Hasil uji Anova dan Duncan pertumbuhan bobot mutlak

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.

Lampiran 6 Hasil uji Anova dan Duncan efisiensi pakan

Jumlah kuadrat Df Rataan kuadrat F Sig.

Antar kelompok 552,848 3 184,283 16,249 0,001

Dalam kelompok 90,731 8 11,341

(29)

15

Perlakuan N Untuk alpha = 0.05

1 2 3

C 3 16,2300

B 3 27,8367

A 3 28,5600

D 3 35,0733

Sig. 1,000 0,799 1,000

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.

Lampiran 7 Larva ikan gabus (a) normal dan (b) abnormal

(a)

(b) Insang

Memerah

(30)

16

RIWAYAT HIDUP

KHAERUDDIN, lahir pada 23 Maret 1994 di Tangerang. Banten, sebagai anak ke-7 dari pasangan H. Jamhuri HM (Alm) dan Rosiyah. Setelah menempuh pendidikan formal di MI

Assa’adatuddawwam Pondok Cabe Ilir, MTsN 2 Pamulang, dan MAN 4 Model Jakarta lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi SNMPTN Undangan (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dengan mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Manajemen Kualitas Air 2013/2014, dan asisten Fisika Kimia Perairan 2013/2014. Bulan Juni-Agustus penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH) Depok, dengan judul Pembenihan Ikan Black ghost (Apteronotus albifrons). Selain itu penulis aktif dalam organisasi mahasiswa daerah OMDA Jakarta Community dan organisasi Sepak Bola IPB. Selama masa perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi pada

Gambar

Gambar 1 Grafik sintasan larva ikan gabus setelah dipelihara dengan suhu yang
Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan spesifik larva ikan gabus setelah dipelihara
Gambar 4 Grafik pertambahan bobot mutlak larva ikan gabus setelah dipelihara

Referensi

Dokumen terkait

reproduksi remaja putri dengan perilaku personal hygiene menstruasi Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari setengah yaitu 36 remaja putri atau 60% memiliki pengetahuan

Mengetahui hubungan antara jumlah kendaraan bermotor yang keluar masuk ke dalam perusahaan dengan konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) di dalam dan di luar ruangan

Hasil penelitian ini juga menunjukan presentase tersedak pada bayi dengan posisi berdiri memiliki presentase terkecil atau tidak ditemukan sama sekali ibu dengan posisi

Melalui WBS yang diwujudkan dalam bentuk jaringan kerja,dapat diperoleh informasi, kapan aktivitas dapat atau harus mulai, kapan sumber daya harus tersedia,

Dalam konteks pendidikan Islam, dikotomi lebih dipahami sebagai dualisme sistem pendidikan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan umum yang memisahkan kesadaran keagamaan

Menurut Bapak Yusuf Abadi selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah Boarding School (MBS) Klaten penerimaan peserta didik di MTs Muhammadiyah Boarding School

Team IbW telah mengadakan seminar laporan tahap I untuk kegiatan di Kecamatan Wonoasih yang dihadiri oleh Bapak Sekda beserta staf, Bapak Camat beserta staf, Bapak Lurah dari 3

Minat terhadap mesin diesel telah mengalami penurunan akhir-akhir ini, karena biaya operasional terutama harga bahan bakar yang terus meningkat dan kekurangan- kekurangan lainnya