• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENDATAAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

DI KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

NIKMATUN NIZAK

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari peneliti lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(4)

ABSTRAK

NIKMATUN NIZAK. Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dibimbing oleh JULIA EKA ASTARINI dan DOMU SIMBOLON.

Data produksi merupakan sumber informasi yang penting untuk pengembangan sektor perikanan suatu daerah. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis mekanisme pendataan hasil tangkapan ikan pada setiap instansi (Tempat Pelelangan Ikan, Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan, Dinas Perikanan Kecamatan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi) dan membandingkan volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan volume produksi hasil penelitian. Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif komparatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah snowball sampling dan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pendataan pada masing-masing kecamatan secara umum berbeda. Selain itu, data volume produksi total hasil penelitian di Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Muncar berbeda dengan data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Oleh sebab itu, perlu adanya standardisasi sistem pendataan yang meliputi standardisasi sarana dan prasarana, regulasi atau peraturan dengan kontrol yang baik dan kualifikasi tenaga kerja profesional. Kata kunci: data produksi, sistem pendataan, Banyuwangi.

ABSTRACT

NIKMATUN NIZAK. Fisheries Production Data Collection System in Banyuwangi, East Java. Supervised by JULIA EKA ASTARINI and DOMU SIMBOLON.

Production data is an important source of information for the development of a regional fisheries sector. The purpose of this research are to analyze the mechanism of fisheries data collection at each unit (fish auction, fishing port, fisheries department districts and Department of Marine and Fisheries at Banyuwangi Regency) and compare the volume of production in Department of Marine and Fisheries at Banyuwangi Regency to volume of production based on investigation. The research used a descriptive comparative method. Data were collected by using snowball sampling and stratified random sampling. Research showed that mechanism of data collection in each district was different. Furthermore, the average of production volume in Rogojampi, Purwoharjo and Muncar was different to production volume data in Department of Marine and Fisheries at Banyuwangi Regency. Therefore, it was needed to standardized of the data collection system that includes the standardization of infrastructure, regulations or rules with good control and a qualified professional workforce.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SISTEM PENDATAAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

DI KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

NIKMATUN NIZAK

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

Nama : Nikmatun Nizak

NIM : C44100073

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Julia Eka Astarini, SPi, MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena dengan izin dan ridhonya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Juli sampai Oktober Tahun 2013 ini ialah sistem pendataan, dengan judul Sistem Pendataan Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Julia Eka Astarini, SPi, MSi dan Prof Dr Ir Domu Simbolon, MSi selaku komisi pembimbing, Dr Sulaeman Martasuganda, B. Fish. Sc, M.Sc dan Vita Rumanti Kurniawati, SPi. MT selaku komisi pendidikan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Mugi Santosa, Amd selaku Administratur TPI Grajagan Kecamatan Purwoharjo, Bapak Kartono Umar, SPi selaku Kepala Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar beserta staf Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Bapak Abidin, Sp sebagai Administratur TPI Muncar beserta staf TPI Muncar, Bapak Anang Budi Warsono, ST sebagai staf Seksi Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dan nelayan di Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Muncar yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Pengumpulan Data 3

Prosedur Analisis Data 6

Mekanisme dan Struktur Organisasi Pendataan 6

Perbandingan Data Volume Produksi Perikanan Tangkap 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Struktur Organisasi Pendataan 8

Struktur Organisasi Pendataan Tempat Pelelangan Ikan 10 Struktur Organisasi Pendataan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan 14 Struktur Organisasi Pendataan Dinas Perikanan Kecamatan 15 Struktur Organisasi Pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi 16

Mekanisme Pendataan 17

Mekanisme Pendataan Tempat Pelelangan Ikan 18

Mekanisme Pendataan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan 20 Mekanisme Pendataan Dinas Perikanan Kecamatan 22 Mekanisme Pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi 22

Pendugaan Volume Produksi Total Perikanan Tangkap 24

KESIMPULAN DAN SARAN 32

(10)

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 35

(11)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan struktur organisasi pendataan di TPI Grajagan dan TPI

Muncar 14

2 Rasio volume produksi Kecamatan Rogojampi 25

3 Rasio volume produksi Kecamatan Purwoharjo 28

4 Rasio volume produksi Kecamatan Muncar 29

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi pengambilan data penelitian di Kabupaten Banyuwangi 3 2 Aliran data perikanan tangkap Kabupaten Banyuwangi 9

3 Struktur organisasi pendataan TPI Grajagan 11

4 Struktur organisasi pendataan TPI Muncar 12

5 Struktur organisasi pendataan UPPPP Muncar 15

6 Struktur organisasi pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi 17

7 Aliran data TPI Grajagan 18

8 Aliran data TPI Muncar 20

9 Aliran data UPPPP Muncar 21

10 Aliran data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi 23 11 Volume produksi Bulan Juli-Oktober Tahun 2013 Kecamatan

Rogojampi 26

12 Selang kepercayaan volume produksi Kecamatan Rogojampi 27 13 Volume produksi Bulan Juli-Oktober Tahun 2013 Kecamatan

Purwoharjo 28

14 Selang kepercayaan volume produksi Kecamatan Purwoharjo 29 15 Volume produksi Bulan Juli-Oktober Tahun 2013 Kecamatan Muncar 30 16 Selang kepercayaan volume produksi Kecamatan Muncar 31

DAFTAR LAMPIRAN

1 Form hasil tangkapan 35

2 Persentase kontribusi volume produksi per kecamatan terhadap volume

produksi Kabupaten Banyuwangi 35

3 Form data produksi penangkapan ikan perhari TPI Grajagan 36

4 Nota penjualan TPI PPP Muncar 36

(12)

6 Form data produksi harian TPI PPP Muncar 37 7 Laporan aktivitas pelelangan ikan TPI PPP Muncar 37 8 Form data produksi menurut jenis ikan per bulan 38 9 Form data produksi menurut jenis ikan per alat tangkap 39

10 Daftar SL-3 40

11 Laporan Monitoring Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) 43

12 Laporan statistik LL-1 45

13 Laporan statistik LL-2 46

14 Laporan statistik LL-3 47

15 Laporan statistik LL-4 53

16 Laporan statistik LL-5 54

17 Data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi di Kecamatan Rogojampi 57

18 Data volume produksi hasil penelitian di Kecamatan Rogojampi 57 19 Nilai statistik volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan

Banyuwangi di Kecamatan Rogojampi 57

20 Data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi di Kecamatan Purwoharjo 58

21 Data volume produksi hasil penelitian di Kecamatan Purwoharjo 58 22 Nilai statistik volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Banyuwangi di Kecamatan Purwoharjo 58

23 Data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi di

Kecamatan Muncar 59

24 Data volume produksi hasil penelitian di Kecamatan Muncar 59 25 Nilai statistik volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan di sektor perikanan laut dewasa ini sangat perlu dilakukan, hal ini harus berdasar pada kemampuan dan daya dukung dari potensi sumberdaya ikan di suatu perairan. Potensi sumberdaya ikan di suatu perairan dapat dievaluasi dengan melihat data produksi perikanan. Salah satu data yang penting yaitu data volume produksi perikanan. Data diolah menjadi suatu informasi yang sangat berguna untuk membuat perencanaan yang detail dan menyeluruh. Perencanaan inilah yang akan dapat menghasilkan suatu keputusan kebijakan stategis untuk pengembangan sektor perikanan. Sumber data yang mendominasi pensuplaian data hasil tangkapan ikan (HTI) adalah pelabuhan perikanan dan tempat pendaratan ikan.

Tempat pertama dilakukan pendataan pada suatu fishing base yaitu di Tempat Pelelangan Ikan atau di tempat pendaratan ikan yang melakukan penimbangan hasil tangkapan. Oleh karena itu pendataan di Tempat Pelelangan Ikan maupun tempat pendaratan ikan haruslah dilakukan dengan benar, tepat dan akurat. Hal ini dimaksudkan agar data yang dilaporkan kepada instansi terkait merupakan data dengan kualitas yang baik.

Penelitian Wijaya (2002) dan Suryadi (2001) menyebutkan bahwa persentase penyimpangan data produksi Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi terhadap UPT BP-PPI Muncar dan Dinas Perikanan Jakarta Utara terhadap UPT-PPI Muara Angke yaitu sebesar 287% dan 30%. Penyimpangan data produksi pada tingkat kabupaten diduga disebabkan oleh petugas pendataan yang tidak teliti dalam merekapitulasi data, mekanisme pendataan yang panjang serta tidak adanya kegiatan pelelangan ikan (Wijaya 2002). Faktor lain yang diduga menjadi penyebab tidak akuratnya data yaitu struktur organisasi yang belum efektif dan efisien, mekanisme pendataan dari tempat pendaratan ikan hingga Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi tidak berjalan dengan baik serta adanya indikasi pendugaan volume produksi yang kurang tepat. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pendataan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi.

Perumusan Masalah

(14)

2

volume produksi antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan TPI Muncar juga ditemukan pada tahun 1999-2005 dan pada tahun 2008. Dengan demikian terdapat suatu kontradiksi data volume produksi antara data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan data volume produksi UPPPP Muncar dan data volume produksi TPI Muncar. Perbedaan data produksi pada tingkat Kabupaten diduga disebabkan oleh struktur organisasi yang belum efektif dan efisien, mekanisme pendataan dari tempat pendaratan ikan hingga Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi tidak berjalan dengan baik dan tidak adanya standar baku pada mekanisme pendataannya serta adanya indikasi pendugaan volume produksi yang kurang tepat. Selain itu, tidak beroperasinya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai lokasi awal pendataan hasil tangkapan diduga menjadi salah satu faktor pendugaan volume produksi yang berbeda.

Pada studi pendahuluan yang dilakukan tahun 2012, tidak terdapat aktivitas pelelangan ikan di TPI. Laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 menjelaskan bahwa mekanisme pelelangan ikan belum berjalan secara sempurna sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 32 dan 33 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan dan Retribusi Pelelangan Ikan karena masih banyak kendala yang dialami. Karena itu perlu adanya analisis mekanisme pendataan perikanan tangkap pada tingkat TPI hingga kabupaten guna mengefektifkan kembali mekanisme pendataan hingga pada tingkat kabupaten.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis mekanisme pendataan hasil tangkapan ikan di Tempat Pelelangan Ikan, Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan, Dinas Perikanan Kecamatan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

2. Membandingkan volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan volume produksi hasil penelitian.

Manfaat Penelitian

(15)

3 dan mengasah kemampuan peneliti dalam menggali informasi dengan teliti dan menuliskannya dalam karya tulis yang sistematis.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2013 di beberapa tempat pendaratan ikan yang melakukan aktivitas pendataan dan yang tidak melakukan aktivitas pendataan. Sumber data dan informasi diperoleh dari tiga tempat pendaratan ikan di Kabupaten Banyuwangi yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Grajagan dan tempat pendaratan ikan Blimbingsari (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data penelitian di Kabupaten Banyuwangi

Pengumpulan Data

(16)

4

mengenai struktur organisasi pendataan dan mekanisme pendataan. Data volume produksi perikanan tangkap didapatkan dengan mengumpulkan nota hasil tangkapan nelayan dan form hasil tangkapan (lihat Lampiran 1) yang diberikan kepada nelayan selama bulan Juli hingga Oktober. Data sekunder yang dibutuhkan adalah Peraturan Bupati (Perbub) Banyuwangi No. 53 dan 68 Tahun 2011, Peraturan Daerah (Perda) Banyuwangi No. 32 dan No 33 Tahun 2003, Surat Keputusan (SK) Bupati No. 27 dan No. 28 Tahun 2004, Surat Keputusan (SK) Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur No. 61 Tahun 2010 dan data volume produksi dari laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

Informasi mengenai tempat pendaratan ikan yang melakukan aktivitas pendataan dan tidak melakukan aktivitas pendataan didapatkan dengan tahapan berikut :

1. Wawancara dengan petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

2. Studi pendahuluan pada beberapa tempat pendaratan ikan yang disebutkan oleh petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

3. Responden dipilih dengan metode snowball sampling. Snowball sampling dipilih bila kita ingin menyelidiki hubungan antar manusia dalam kelompok yang akrab atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di kalangan tertentu. Dalam penelitian penyebaran informasi di kalangan kelompok terbatas sampling serupa bermanfaat untuk memperoleh informasi siapa yang menjadi tokoh berpengaruh dalam kelompok tersebut. Kelemahan metode ini yaitu dalam penentuan kelompok bermula ada unsur subyektif, jadi tidak dipilih secara random atau acakan. Bila jumlah sampel melebihi 100 orang penanganannya akan sulit dikendalikan (Nasution 2003). Metode ini dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Memilih responden pertama secara subyektif dan melakukan wawancara mengenai ada tidaknya aktivitas pendaratan ikan dan pendataan oleh petugas. Selanjutnya, responden diminta untuk menunjuk orang lain sebagai anggota sampel dan menunjuk tempat pendaratan ikan lainnya.

2) Anggota sampel tersebut menjadi sumber informasi tentang daerah-daerah perairan yang mempunyai aktivitas pendaratan ikan beserta orang yang dikenal di daerah tersebut. Orang-orang yang ditunjuk ini selanjutnya diminta menunjuk orang lain di suatu daerah perairan lain yang mempunyai aktivitas pendaratan ikan.

3) Jika responden yang dimaksud pada langkah (nomer 2) tidak dapat menunjuk seseorang dari tempat pendaratan ikan lainnya, maka peneliti menunjuk kembali responden dari tempat pendaratan ikan baru yang telah disebutkan oleh responden sebelumnya.

4) Hal yang serupa dilakukan sehingga jumlah anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.

(17)

5 lokasi pengumpulan data yaitu Kecamatan Muncar, Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Rogojampi. Kecamatan Muncar dipilih karena merupakan pusat produksi perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi yang mendominasi volume produksi perikanan tangkap sebesar 44% dari 8 kecamatan lainnya sedangkan Kecamatan Purwoharjo menduduki urutan ketiga produksi perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,202 ton atau 17% dari volume produksi total Kabupaten Banyuwangi (lihat Lampiran 2). Tempat pendaratan ikan Blimbingsari dipilih sebagai salah satu lokasi penelitian yang tidak memiliki TPI di Kecamatan Rogojampi. Metode yang digunakan pada pengumpulan data ini yaitu metode snowball sampling.

Pengumpulan data volume produksi perikanan tangkapan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data populasi alat tangkap yang mendominasi di tempat pendaratan ikan terpilih. Populasi alat tangkap di PPP Muncar yaitu jaring insang hanyut (gillnet) 402 unit, rawai (rawai hanyut lainnya selain rawai tuna) 105 unit, pancing lainnya (selain pancing cumi dan pancing tonda) 238 unit, pukat cincin (purse seine) 193 unit, payang 52 unit dan bagan (bagan tancap) 129 unit. Populasi alat tangkap di TPI Grajagan yaitu jaring insang hanyut (gillnet) 409 unit, rawai (rawai hanyut lainnya selain rawai tuna) 69 unit, pancing lainnya (selain pancing ulur, pancing cumi dan pancing tonda) 400 unit, purse seine 17 unit dan payang 17 unit. Data populasi alat tangkap didapatkan dari masing-masing kantor administrasi TPI. Bagi lokasi yang tidak mempunyai kantor administrasi TPI, data didapatkan dari laporan tahunan 2011 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi seperti tempat pendaratan ikan Blimbingsari. Populasi alat tangkap tempat pendaratan ikan Blimbingsari yaitu jaring insang hanyut, jaring insang lingkar dan jaring insang tetap (gillnet) 290 unit, rawai (rawai tuna dan rawai hanyut lainnya selain rawai tuna) 310 unit dan pancing lainnya (selain pancing ulur dan pancing cumi) 311 unit.

2. Tentukan ukuran contoh dari keseluruhan populasi N (n n

( ) dengan adalah derajat kepercayaan. Ukuran contoh bagi alokasi sebanding adalah bila populasi yang berukuran n disekat menjadi k lapisan yang masing-masing berukuran N1, N2, ..., Nk, dan dari setiap lapisan itu ditarik contoh acak sederhana berukuran masing-masing n1, n2, ..., nk, maka alokasinya dikatakan sebanding bila nat = , untuk at = 1, 2, ..., k, sedangkan dalam hal ini n

(18)

6

lainnya selain rawai tuna) 13 unit dan pancing lainnya (selain pancing ulur dan pancing cumi) 17 unit.

3. Sampel masing-masing alat tangkap dipilih secara acak. Setiap sampel nelayan diberikan form data volume produksi yang diisi selama 4 bulan. Jika nelayan enggan mengisi form tersebut, nelayan cukup mengumpulkan nota hasil tangkapannya. Selanjutnya data tersebut direkapitulasi dan diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007.

4. Data dianalisis untuk dapat membandingkan volume produksi total data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan volume produksi total hasil penelitian.

Prosedur Analisis Data

Analisis data meliputi mekanisme dan struktur organisasi pendataan serta perbandingan volume produksi antara Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dengan hasil penelitian. Data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten selanjutnya disebut data sekunder sedangkan data volume produksi hasil penelitian disebut data primer.

Mekanisme dan Struktur Organisasi Pendataan

(19)

7 Perbandingan Data Volume Produksi Perikanan Tangkap

Perbandingan antara data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi (data sekunder) dengan data hasil penelitian (data primer) bertujuan untuk mengetahui perbandingan dan selisih antara data keduanya sehingga dapat diuraikan keterkaitannya dengan mekanisme dan struktur organisasi yang ada pada instansi tersebut. Asumsi dalam analisis data volume produksi yaitu populasi masing-masing lapisan/jenis alat tangkap homogen sehingga keragaman kecil pada setiap lapisannya, musim tidak mempengaruhi volume produksi nelayan dan penghapusan data pada data pencilan atau outlier. Langkah-langkah menghitung pendugaan total volume produksi data hasil penelitian menurut Scheaffer et al. (1990) yaitu :

1. Hitung rata-rata dan ragam volume produksi masing-masing alat tangkap dalam satuan ton setiap bulannya.

̅at

nat

Keterangan :

̅at = rata-rata sampel per alat tangkap (ton) nat

= jumlah sampel alat tangkap

= data hasil tangkapan (ton)

Adapun ragam (variance) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

̅at = rata-rata sampel per alat tangkap (ton) nat = jumlah sampel alat tangkap

2. Hitung pendugaan volume produksi total keseluruhan alat tangkap contoh setiap bulannya dengan selang kepercayaan 95%.

stnat at̅at

Keterangan:

st = pendugaan volume produksi total per bulan (ton) at = populasi masing-masing alat tangkap

̅at = rata-rata sampel per alat tangkap (ton)

3. Hitung pendugaan ragam volume produksi keseluruhan alat tangkap contoh setiap bulannya. at = populasi masing-masing alat tangkap

(20)

8

4. Hitung pendugaan error atau galat baku volume produksi total keseluruhan alat tangkap contoh setiap bulannya. at = populasi masing-masing alat tangkap

nat = contoh masing-masing alat tangkap sat = ragam sampel per alat tangkap

Setelah total volume produksi data primer dan galat baku diketahui maka rasio volume produksi total dan nilai statistik volume produksi data sekunder dapat dihitung dengan langkah sebagai berikut:

1. Hitung rasio volume produksi total data sekunder dengan volume produksi total data primer beserta rata-rata rasionya.

2. Hitung nilai statistik volume produksi data sekunder pada selang kepercayaan 95% data primer.

st

√̂ st

Keterangan:

= luas wilayah di sebelah kiri kurva selang kepercayaan 95% = luas wilayah di sebelah kanan kurva selang kepercayaan 95% = volume produksi total data sekunder (ton)

st = pendugaan volume produksi total per bulan (ton) ̂ st = pendugaan ragam volume produksi per bulan (ton) = populasi keseluruhan alat tangkap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi Pendataan

(21)

9 diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Aliran data perikanan tangkap Kabupaten Banyuwangi

Menurut Wijaya (2002), ada tiga hal yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dari struktur dan tugas organisasi pelaksanaan pendataan hasil tangkapan ikan :

1. Tingkatan struktur dan tugas organisasi pelaksana pendataan.

Semakin sedikit hirarki struktur pendataan, maka diduga semakin lebih baik struktur dan tugas organisasi pelaksana pendataannya, karena semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk keperluan pelaporan/penyajian data.

2. Sarana proses pendataan.

Sarana yang dimaksud adalah komputer yang disertai dengan jaring internet. Kelebihan komputer ini antara lain:

1) Kecepatan data yang dilaporkan (up to date),

2) Jika ada koreksi pengisian data, bisa secepatnya diperbaiki, 3) Umpan balik kebijakan dari pusat dapat segera diterima,

4) Lebih hemat kertas, sebab operator hanya memasukan, mengolah atau mengoreksi data hanya dengan tombol. Lain halnya dengan pelaporan atau sajian data yang perlu di cetak dengan kertas,

5) Dapat dibuat data base untuk integrasi data, mengukur serta mengevaluasi perkembangan data.

3. Petugas pendataan.

Optimalisasi petugas pendataan akan meningkatkan efektivitas struktur dan tugas organisasi pelaksana pendataan, sebagaimana dijelaskan oleh Kasim (1993) dan Paramita (1985), disimpulkan bahwa efektivitas organisasi pemerintah antara lain adalah ketaatan karyawan pada peraturan organisasi dan prosedurnya serta sistem manajemen informasi yang baik dari semua lini. An-Nabhani (1997) dan Effendy (1985) menyatakan bahwa kesempurnaan tugas dari penggunaan tenaga manusia dan efisiensi penempatannya antara lain dapat diwujudkan berdasarkan profesionalitas/keahlian petugas dan kebutuhan yang sesuai kondisi/keadaan cakupan wilayah kerja.

Berikut hasil pengamatan struktur organisasi pendataan beberapa tempat pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan di Kabupaten Banyuwangi.

(22)

10

Struktur Organisasi Pendataan Tempat Pelelangan Ikan

Salah satu instansi pelaksana pendataan produksi perikanan tangkap yaitu Tempat Pelelangan Ikan (TPI). TPI merupakan lokasi awal data produksi dikumpulkan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati No. 27 dan No. 28 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kabupaten Banyuwangi terdiri atas juru timbang, juru lelang, juru buku dan kasir. Kabupaten Banyuwangi mempunyai beberapa tempat pendaratan ikan yang tidak mempunyai aktivitas pendataan, salah satunya yaitu tempat pendaratan ikan Blimbingsari Kecamatan Rogojampi. Tidak adanya aktivitas pendataan diduga karena tidak disediakannya fasilitas pendataan seperti TPI dan kantor untuk petugas pendata. Hal ini disebabkan oleh tempat pendaratan ikan Blimbingsari yang sekaligus menjadi tempat pariwisata pesisir dan pemerintah daerah lebih memfokuskan pembelanjaan pada sektor pariwisata pesisir.

Hasil wawancara dengan nelayan setempat menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan yang didaratkan diserahkan langsung kepada pengumpul tanpa adanya petugas yang mendata hasil tangkapan nelayan. Aktivitas pendataan hanya dilakukan oleh pengumpul. Data yang dicatat terdiri atas volume dan nilai hasil tangkapan berdasarkan pemilik dan jenis ikan. Tujuan pengumpul melakukan pendataan yaitu mencatat utang piutang antara nelayan dengan pengumpul dan tidak direkapitulasi untuk diserahkan kepada petugas di kecamatan ataupun untuk tujuan lainnya. Dengan demikian tempat pendaratan ikan Blimbingsari tidak memiliki aktivitas pendataan dan struktur organisasi pendataan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi akurasi data volume produksi Kecamatan Rogojampi dan Kabupaten Banyuwangi secara luas.

(23)

11

Gambar 3 Struktur organisasi pendataan TPI Grajagan

Tugas dan tanggung jawab Administratur TPI yaitu memberikan laporan bulanan produksi perikanan tangkap TPI Grajagan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dan Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Samudera Grajagan. Laporan bulanan berisikan data jumlah unit dan trip masing-masing alat tangkap, volume dan nilai produksi menurut jenis ikan dan retribusi TPI. Juru Buku terdiri dari satu orang yaitu petugas Administratur TPI dibantu oleh Kepala KUD Mina Samudera Grajagan. Tugas dan tanggung jawab Kasir adalah melakukan pemungutan dana retribusi yang juga dikerjakan oleh Administratur TPI dibantu oleh Kepala KUD Mina Samudera Grajagan. Tugas dan tanggung jawab Juru Buku yaitu merekapitulasi data pada form produksi harian penangkapan ikan per hari (lihat Lampiran 3) yang diserahkan oleh Kasir setelah dilakukan pungutan dana retribusi. Kendala yang dihadapi Juru Buku yaitu fasilitas yang mendukung rekapitulasi data seperti komputer dan fasilitas kerja di dalam kantor tidak memadai, sehingga rekapitulasi data dilakukan petugas di kediaman masing-masing. Seperti halnya Juru Buku, beberapa kendala juga dihadapi oleh Kasir yaitu tidak adanya aktivitas pelelangan sehingga menyulitkan Kasir untuk melakukan pungutan retribusi. Nelayan TPI Grajagan sebagian besar menggunakan sistem ijon dengan tengkulak, sehingga pembayaran retribusi dilakukan oleh tengkulak atau pengusaha perikanan. Besar pungutan retribusi yang berlaku mengacu pada Perda No. 33 Tahun 2003 dan SK. Bupati No.28 Tahun 2004 yaitu 4% dengan rincian 2% dipungut dari penjual/nelayan dan 2% dipungut dari pembeli/bakul. Besar pungutan retribusi berlaku di seluruh TPI di Kabupaten Banyuwangi. Pembayaran retribusi nelayan Grajagan dilakukan secara kolektif bersama retribusi pembeli sehingga retribusi sebesar 4% dibayarkan oleh pembeli/tengkulak kepada Kasir. Masalah yang sering terjadi yaitu tengkulak tidak membayarkan uang retribusi sebesar 4% tersebut, sehingga petugas TPI sering menagih kembali uang retribusi kepada nelayan sebagai penjual. Hal tersebut merugikan nelayan, tidak jarang nelayan berurusan dengan pihak yang berwajib untuk meluruskan masalah pungutan retribusi nelayan.

Struktur organisasi selanjutnya yaitu Juru Timbang yang berjumlah 4 orang. Juru Timbang bertugas untuk mengisi form produksi penangkapan ikan per hari. Hasil wawancara dengan Administratur TPI yang melakukan pendataan di lapangan menyatakan bahwa pendataan hanya dilakukan pada nelayan gillnet, pancing rawai, pancing lainnya (selain pancing ulur, pancing cumi dan pancing tonda), pukat cincin dan payang. Alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap dengan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.

Administratur TPI

Kasir Juru Buku

(24)

12

Kendala yang dihadapi yaitu tidak adanya aktivitas pelelangan sehingga Juru Timbang melakukan pendataan langsung di darmaga saat aktivitas pendaratan ikan berlangsung. Akan tetapi di dermaga pendaratan ikan tidak tersedia timbangan untuk menimbang hasil tangkapan, sehingga petugas menggunakan satuan keranjang hasil tangkapan yang digunakan nelayan yang dikonversi dalam satuan kilogram pada form data produksi harian TPI Grajagan. Keterbatasan tenaga kerja membuat nelayan harus menunggu untuk didata. Kekhawatiran nelayan terhadap mutu ikan yang mudah rusak (high perisable) membuat sebagian besar nelayan enggan menunggu atau mengantri untuk didata hasil tangkapannya. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar memiliki tiga TPI yaitu TPI Pelabuhan sebagai TPI pusat atau TPI induk, TPI Sampangan dan TPI Kalimoro sebagai TPI cabang. Struktur organisasi di TPI PPP Muncar yaitu Administratur TPI, tiga Kepala Pos (KA. Pos) yaitu KA. Pos TPI Pelabuhan, KA. Pos TPI Sampangan dan KA. Pos Kalimoro, Juru Lelang dan Kasir serta Juru Buku I dan II (Gambar 4).

Gambar 4 Struktur organisasi pendataan TPI Muncar

Tugas dan tanggung jawab Administratur TPI PPP Muncar yaitu memberikan laporan bulanan produksi perikanan tangkap TPI PPP Muncar dan melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Dinas Perikanan Kecamatan/Resort Muncar, Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar dan KUD Mino Blambangan. Laporan bulanan dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Dinas Perikanan Kecamatan/Resort Muncar dan KUD Mino Blambangan. Kendala yang dihadapi administratur TPI yaitu keterbatasan tenaga kerja dan dana dalam pelaksanaan pendataan sehingga terjadi penyimpangan dalam struktur organisasi. Salah satu penyimpangan tersebut yaitu jabatan rangkap yang dimiliki Administratur TPI yang juga menjabat sebagai Dinas Perikanan Kecamatan Muncar dan KA. Pos TPI Pelabuhan. Selain itu pada struktur organisasi tidak terdapat petugas Juru Timbang seperti yang berlaku pada SK. Bupati No. 27 dan No. 28. Kepala Pos (KA. Pos) TPI yang terbagi menjadi tiga lokasi mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur dan mengawasi operasional kerja TPI serta memberikan laporan harian kepada Administratur TPI. Seperti halnya Administratur TPI, tidak ada kendala yang dihadapi KA. Pos TPI masing-masing.

(25)

13 Juru Lelang dan Kasir bertugas melakukan pendataan di lapangan. Pendataan dilakukan dengan mewawancarai nelayan yang melakukan pendaratan ikan atau mewawancarai buruh angkut yang hendak keluar pelabuhan untuk mendistribusikan hasil tangkapan ikan. Hasil wawancara ditulis dalam nota penjualan yang terdiri atas empat rangkap yaitu warna putih untuk nelayan, warna merah muda untuk kabupaten, warna kuning untuk TPI induk dan warna hijau untuk TPI cabang (lihat Lampiran 4). Kendala yang dihadapi yaitu tidak beroperasinya pelelangan ikan sehingga proses pendataan dan penarikan retribusi bagi pembeli dan penjual menjadi kurang efektif dan kurang efisien. Diduga penyimpangan terjadi pada nilai retribusi penjual dan pembeli. Nilai retribusi atau biaya lelang bagi penjual atau nelayan pukat cincin di TPI PPP Muncar yaitu hasil tangkapan yang diambil sebanyak satu piring makan untuk setiap keranjang hasil tangkapan ukuran 80-85 kg atau setara Rp2 000 setiap keranjangnya. Pungutan retribusi tersebut hanya diterapkan pada hasil tangkapan pukat cincin sedangkan besar pungutan retribusi bagi alat tangkap lainnya berlaku pungutan sesuai dengan Perda No.33 Tahun 2003 dan SK. Bupati No. 28 Tahun 2004. Pemungutan retribusi bagi pembeli dilakukan dengan mendatangi rumah pembeli atau perusahaan pengolah hasil perikanan terkait. Hal ini tidak efektif dan efisien karena petugas Kasir yang mendatangi rumah pembeli kerap mendapat penolakan dan tidak mendapatkan dana retribusi. Selain itu pungutan retribusi pembeli tidak dikenakan kepada pembeli-pembeli kecil atau tidak memiliki perusahaan pengolah hasil perikanan.

Nota penjualan direkapitulasi oleh Juru Buku I dan Juru Buku II kedalam buku penjualan (lihat Lampiran 5). Tidak tersedianya ruang kerja beserta fasilitas yang mendukung menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh Juru Buku TPI. Oleh sebab itu petugas memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya di kediaman masing-masing. Selain data yang direkapitulasi pada buku penjualan, Juru Buku juga merekapitulasi data pada form data produksi harian TPI dan form laporan aktivitas pelelangan ikan (lihat Lampiran 6 dan Lampiran 7). Fasilitas komputer dan internet yang mendukung keefektifan rekapitulasi data tidak tersedia sehingga pelaporan hasil rekapitulasi data dalam form buku penjualan, form data produksi harian dan form laporan aktivitas pelelangan ikan dilaporkan dalam bentuk tulisan tangan.

(26)

14

a. Pelapor Administratur TPI Administratur TPI b. Instansi yang Terdapat kesamaan kendala yang dihadapi yaitu jumlah tenaga kerja yang kurang, fasilitas pendataan yang tidak memadai, tidak adanya aktivitas pelelangan di TPI, tidak adanya sanksi dari beberapa pelanggaran yang terjadi, tidak adanya badan pengawas pendataan dan kurangnya kesadaran nelayan mengenai pentingnya data hasil tangkapan. Beberapa contoh pelanggaran yang tidak diberikan sanksi yaitu tindakan tidak membayar retribusi bagi penjual dan pembeli, keterlambatan pelaporan data oleh petugas yang bersangkutan dan jabatan rangkap yang dimiliki beberapa petugas. Kendala dan penyimpangan yang ada menjadikan struktur organisasi di TPI Grajakan dan TPI Muncar belum termasuk dalam kategori struktur organisasi pendataan yang efektif. Struktur organisasi pendataan yang tidak efektif akan berpengaruh pada efisiensi mekanisme pendataan dan akurasi data perikanan tangkap.

Struktur Organisasi Pendataan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan

(27)

15 061/6614/116.01/2010 mengenai rincian tata kerja UPPPP Muncar, Seksi Kenelayanan bertugas untuk menyusun laporan kegiatan kenelayanan dan tidak berkewajiban menyusun laporan statistik perikanan. Seksi yang bertugas menyusun laporan statistik perikanan yaitu Seksi Pengusahaan Jasa.

Gambar 5 Struktur organisasi pendataan UPPPP Muncar

Kepala UPPPP Muncar bertugas untuk memberikan laporan bulanan dan tahunan kepada Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK I) Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi serta melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti KUD Mino Blambangan dan TPI PPP Muncar. Tidak ada kendala yang dihadapi Kepala UPPPP Muncar dalam operasional kerjanya. Seksi Kenelayanan bertugas melakukan pelaporan data bulanan dan tahunan yang telah direkapitulasi oleh Pelaksana Inventaris Data kepada Kepala UPPPP Muncar. Pelaksana Inventaris Data mengumpulkan data produksi dari Juru Buku masing-masing TPI di kecamatan Muncar dan data dari petugas enumerator. Data yang dikumpulkan dari Juru Buku TPI merupakan data yang terekapitulasi dalam form data produksi harian TPI. Data tersebut kemudian direkapitulasi berdasarkan format laporan bulanan dan tahunan UPPPP Muncar. Laporan bulanan UPPPP Muncar dari Pelaksana Inventaris Data dilaporkan kepada KA. Seksi Kenelayanan untuk disahkan. Enumerator UPPPP Muncar merupakan kelompok jabatan fungsional UPPPP Muncar. Enumerator bertugas untuk melakukan pendataan di tempat pendaratan ikan. Kendala yang dihadapi enumerator yaitu tidak adanya form tertentu guna mencatat data produksi sehingga data yang terkumpul kurang sistematis. Walau demikian, berdasarkan kriteria efektivitas struktur organisasi, UPPPP Muncar memiliki struktur organisasi yang cukup efektif. Selanjutnya, perlu adanya solusi dari kendala dan penyimpangan yang ada guna meningkatkan efektivitas struktur organisasi pendataan sehingga mekanisme pendataan dan akurasi data perikanan yang dilaporkan menjadi lebih baik dari yang ada.

Struktur Organisasi Pendataan Dinas Perikanan Kecamatan

Dinas Perikanan Kecamatan/Resort tidak terdapat di Kecamatan Rogojampi dan Kecamatan Purwoharjo. Peraturan Bupati (Perbup) Banyuwangi No. 68 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi menetapkan susunan organisasi kecamatan terdiri atas

KA. Seksi Kenelayanan

Pelaksana Inventaris Data Kepala UPPPP Muncar

(28)

16

Camat, Sekretariat, Seksi Tata Pemerintahan, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum, Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Informasi, Seksi Pemuda dan Olah Raga dan Jabatan Fungsional. Berdasarkan Perbup tersebut tidak terdapat Dinas Perikanan dalam susunan organisasi kecamatan. Menurut Wijaya (2002) Dinas Perikanan Resort Muncar hanya sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan tugasnya di wilayah Kecamatan Muncar.

Menurut Bapak Abidin selaku Administratur TPI PPP Muncar sekaligus petugas Dinas Perikanan Kecamatan Muncar menyatakan bahwa tidak ada struktur organisasi pendataan Dinas Perikanan Kecamatan Muncar. Walau demikian tugas Dinas Perikanan Kecamatan Muncar tetap dilaksanakan yaitu memberikan laporan bulanan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Data yang dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi didapatkan dari Juru Buku TPI PPP Muncar. Perlu adanya penetapan atau penjelasan teknis mengenai peran kecamatan dalam sistem pendataan perikanan tangkap di Kabupaten Banyuwangi. Ketetapan yang ada kemudian diberlakukan secara menyeluruh pada kecamatan-kecamatan yang mempunyai kawasan pesisir di Kabupaten Banyuwangi sehingga terjadi keseragaman struktur organisasi dan mekanisme pendataan serta keseragaman format data yang dilaporkan.

Struktur Organisasi Pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

Struktur organisasi pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Perbup Banyuwangi No. 53 Tahun 2011 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi yaitu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, Bidang Kelautan dan Seksi Pengawasan Sumberdaya Kelautan. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi bertugas untuk memberikan laporan triwulan dan tahunan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur dan Bupati Kabupaten Banyuwangi karena secara operasional Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi berada di bawah Kabupaten Banyuwangi. Laporan triwulan dan tahunan dibuat oleh Seksi Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan berdasarkan Perbup Banyuwangi No. 53 Tahun 2011. Namun dalam pelaksanaannya laporan statistik triwulan dan tahunan dibuat oleh Seksi Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

(29)

17 kecamatan. Beban kerja tambahan bagi petugas Seksi Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil merupakan salah satu kendala dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pada jabatannya. Disamping itu, ia merupakan tenaga kerja tunggal Seksi Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Diduga kendala dan penyimpangan tersebut menjadi salah satu faktor kurangnya akurasi data yang diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Struktur organisasi pendataan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Struktur organisasi pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

Secara umum rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja dari masing-masing instansi tidak dilaksanakan sesuai ketetapan yang berlaku. Beberapa faktor yang melatarbelakangi hal tersebut yaitu keterbatasan tenaga kerja yang kompeten, penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bidang atau keahliannya, tidak adanya sanksi yang diberlakukan terhadap pelanggaran yang ada dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kontrol dan evaluasi terhadap penetapan tugas pokok, fungsi dan tata kerja dari suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi efektivitas struktur organisasi masing-masing instansi. Rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja dari masing-masing instansi cukup baik untuk diaplikasikan sehingga penyelesaian masalah-masalah yang melatarbelakangi terjadinya penyimpangan pada instansi yang bersangkutan dapat segera dilakukan guna mengefektivkan struktur organisasi yang ada. Selanjutnya, struktur organisasi yang efektif akan meningkatkan efisiensi mekanisme pendataan sehingga data yang dialirkan akan lebih akurat.

Mekanisme Pendataan

Mekanisme pendataan merupakan suatu alur pendataan pada struktur organisasi pendataan yang saling berkaitan antar instansi yang satu dengan instansi yang lebih tinggi. Menurut Supranto (1992) secara umum mekanisme pendataan terdiri dari tahap-tahap :

1. Pengumpulan data yakni dengan cara mencatat peristiwa/kejadian atau mencatat karakteristik elemen atau mencatat nilai variabel.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

Bidang Kelautan

(30)

18

2. Pengelolahan dan penyajian data yakni dengan cara memanipulasikan data untuk memperoleh keterangan ringkasan yang berupa angka-angka ringkasan dengan persiapan yang meliputi penyuntingan, pengkodean, memasukkan data, pemeriksaan untuk kemudian diolah. Penyajian data dilakukan agar data lebih cepat dimengerti dan dipahami.

3. Analisis data dilakukan dengan menguraikan lebih lanjut sebuah informasi secara lengkap dan terintegrasi.

Mekanisme pendataan yang efisien yaitu pelaksanaan pendataan dari pengumpulan data hingga pelaporan data yang mencapai sasaran dengan menggunakan biaya, tenaga kerja dan material yang rendah/sedikit. Berikut ini mekanisme pendataan produksi perikanan tangkap dari berbagai instansi terkait di Kabupaten Banyuwangi.

Mekanisme Pendataan Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pendaratan ikan Blimbingsari tidak mempunyai mekanisme pendataan pada tingkat TPI karena tidak disediakan fasilitas dan struktur operasional kerja TPI. Mekanisme pendataan di TPI Grajagan yaitu tahap pengumpulan data, tahap rekapitulasi data dan tahap pelaporan data. Pengumpulan data dilakukan secara aktif yaitu mendatangi nelayan yang melakukan aktivitas pendaratan ikan di dermaga. Data yang didapat langsung dicatat pada form data produksi penangkapan ikan per hari. Data pada form terdiri atas nama perahu, nama pemilik, alat tangkap, bagian bulan, tanggal, jenis ikan, volume produksi (kg) dan nilai produksi (Rp), total pendapatan (Rp), retribusi 4% dan pembeli (lihat Lampiran 3). Data diisi oleh Juru Timbang dan diserahkan ke Kasir untuk dilakukan pungutan retribusi. Data pada form data produksi penangkapan per hari yang telah diisi diserahkan kepada Juru Buku untuk direkapitulasi dan diserahkan kepada Administratur TPI. Hasil rekapitulasi diperiksa kembali oleh Administratur TPI untuk disahkan dan dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dan KUD Mina Samudera Grajagan. Aliran data di TPI Grajagan ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Aliran data TPI Grajagan Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Banyuwangi

Administratur TPI

Laporan Bulanan

Form Rekap Data Produksi Penangkapan Ikan Per Hari TPI Grajagan

(31)

19 Tahapan pendataan di TPI Grajagan mulai dari pengumpulan data, rekapitulasi data hingga pelaporan data kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dilakukan secara manual/tanpa menggunakan komputer. Pendeknya aliran data menjadi solusi untuk menekan biaya, jumlah tenaga kerja dan material yang digunakan dalam mengalirkan data pada mekanisme pendataan sehingga dapat dikategorikan bahwa mekanisme pendataan di TPI Grajagan cukup efisien. Aliran data yang pendek mengindikasikan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit dalam struktur organisasi pendataannya. Selain itu, semakin pendek aliran data maka perpindahan data yang dikumpulkan hingga dipublikasikan menjadi lebih terjaga keakuratannya.

Mekanisme pendataan di TPI Muncar lebih panjang dibandingkan dengan TPI Grajagan. Tahap pengumpulan data dilakukan di tempat pendaratan ikan dan dipinggir jalan menuju pintu keluar pelabuhan. Data hasil tangkapan ditulis dalam nota penjualan oleh Juru Lelang dibantu oleh Kasir. Data pada nota penjualan meliputi nama juragan/km, alamat, jenis ikan, jumlah berat (kg), harga satuan (Rp), jumlah harga (Rp), biaya lelang 2% dan jumlah yang harus diterima (lihat Lampiran 4). Selanjutnya data direkapitulasi pada buku penjualan, form data produksi harian TPI dan laporan aktivitas pelelangan ikan (lihat Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7).

Data pada buku penjualan yaitu no urut, nomor nota jual, nama juragan/nama perahu, jenis ikan, volume produksi (kg), nilai produksi (Rp) dan retribusi 2%. Buku penjualan terdiri atas tiga rangkap yaitu warna putih untuk Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, warna merah muda untuk Cabang Dinas Perikanan Kecamatan dan warna kuning untuk Arsip TPI. Laporan aktivitas pelelangan ikan terdiri atas tgl, data produksi berat (kg) beserta nilainya (Rp), bea lelang 4% dan rincian bea lelang 4%. Laporan aktivitas pelelangan ikan terdiri atas empat rangkap yaitu warna putih untuk Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, warna merah muda untuk Dinas Perikanan Kecamatan, warna kuning untuk KUD dan warna hijau untuk arsip TPI. Data produksi pada buku penjualan dan laporan aktivitas pelelangan ikan merupakan data produksi yang tidak real atau data yang dicatat berdasarkan nilai retribusi yang didapatkan oleh TPI sehingga data produksi berjumlah lebih kecil dibandingkan data real. Data produksi real dicatat dalam form data produksi harian TPI.

Data produksi real didapatkan dengan menambahkan volume produksi sebesar 2% sampai 5% dari volume produksi yang terdata pada pungutan retribusi penjual. Form data produksi harian meliputi no, tgl, produksi harian dan realisasi retribusi. Produksi harian terdiri atas nama perahu, nama pemilik, jenis ikan, berat (kg), harga (Rp/kg), total (Rp) dan retribusi 2% (Rp) sedangkan realisasi retibusi terdiri atas berat (kg), harga (Rp/kg), total (Rp), retribusi 2% (Rp) dan keterangan. Pengisian data pada data produksi harian hanya sampai pada kolom berat (kg) pada tabel produksi harian. Data produksi harian terdiri atas empat rangkap yaitu warna putih untuk Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, warna merah muda untuk Dinas Perikanan Kecamatan, warna kuning untuk KUD dan warna hijau untuk arsip TPI.

(32)

20

data dilakukan secara manual tanpa menggunakan komputer. Selain laporan bulanan dari KA. Pos TPI, Administratur TPI juga menerima laporan bulanan dari kelompok nelayan yaitu nelayan gillnet, pancing rawai dan pancing lainnya. Kelompok nelayan ini tidak didata oleh petugas dilapang sehingga dana retribusi dikolektifkan sendiri oleh kelompok nelayan. Laporan bulanan dari Administratur TPI dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, Dinas Perikanan Kecamatan/Resort Muncar dan KUD Mino Blambangan. Aliran data di TPI Muncar secara hirarki dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Aliran data TPI Muncar

Aliran data di TPI Muncar lebih panjang dibandingkan dengan aliran data di TPI Grajagan. Pada tahap pengumpulan data, data dikumpulkan dari dua sumber dengan format yang berbeda yaitu data dari kelompok nelayan dan nota penjualan yang diisi oleh petugas TPI. Diduga, pendugaan data volume produksi perikanan tangkap kurang akurat, karena diindikasikan tidak semua data terkumpul dan terekapitulasi pada struktur organisasi maupun instansi yang lebih tinggi. Form rekapitulasi data yang berbeda format juga dapat menjadi faktor kurang efisiennya mekanisme pendataan dan memberikan peluang terjadinya perbedaan data yang dilaporkan pada instansi yang lebih tinggi.

Mekanisme Pendataan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan

Mekanisme pendataan pada tingkat Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan (UPPP) hanya terdapat di PPP Muncar Kecamatan Muncar. Sumber data produksi didapatkan dari form data produksi harian TPI dan enumerator UPPPP Muncar. Sedangkan untuk data unit penangkapan didapatkan dari petugas Syahbandar pelabuhan. Sumber data yang didapatkan direkapitulasi dalam tabel produksi menurut jenis ikan per bulan dan per alat tangkap dan form Daftar SL-3 yang terdiri atas 9 lembar (lihat Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10) yaitu : 1. Lembar ke-1 merupakan tabel produksi perusahaan perikanan laut/catatan

tempat pendaratan ikan yang terdiri atas data jumlah perahu/kapal yang mendaratkan hasil tangkapan pada bulan tertentu.

Administratur TPI

Laporan Aktivitas Pelelangan Ikan Form data Produksi Harian TPI

(33)

21 2. Lembar ke-2 merupakan tabel produksi perusahaan perikanan laut/catatan tempat pendaratan ikan yang terdiri atas data produksi menurut daerah asal unit penangkapan.

3. Lembar ke-3 sampai ke-9 merupakan tabel produksi perusahaan perikanan laut/catatan tempat pendaratan ikan yang terdiri atas produksi menurut jenis ikan (masing-masing lembar mewakili satu jenis alat tangkap.

Daftar SL-3 merupakan format rekapitulasi data UPPPP Muncar untuk dilaporkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur setiap bulannya. Selain data yang direkapitulasi dalam form Daftar SL-3, rekapitulasi data juga dilakukan dalam bentuk Laporan Monitoring (LM) (lihat Lampiran 11). Laporan monitoring terdiri atas 9 tabel yaitu :

1. Tabel LM ke-1 meliputi jumlah nelayan, armada perikanan, alat tangkap, bakul dan pengolah.

2. Tabel LM ke-2 meliputi jumlah kapal perikanan dan Anak Buah Kapal (ABK). 3. Tabel LM ke-3 meliputi waktu operasional kapal.

4. Tabel LM ke-4 meliputi produksi, nilai produksi serta retribusi lelang. 5. Tabel LM ke -5 meliputi jenis ikan dan alat tangkap yang digunakan. 6. Tabel LM ke-6 meliputi jumlah penyaluran bahan perbekalan di PPP. 7. Tabel LM ke-7 meliputi daerah pemasaran dan tujuan pemasaran. 8. Tabel LM ke-8 meliputi bentuk iksn yang bisa dipasarkan.

9. Tabel LM ke-9 meliputi permasalahan bagi nelayan dalam operasional kerjanya.

Rekapitulasi data dilakukan oleh Pelaksana Inventaris Data. Selanjutnya data hasil rekapitulasi data dilampirkan kedalam laporan bulanan UPPPP Muncar dan dilaporkan kepada KA. Seksi Kenelayanan untuk diperiksa kembali. Laporan yang telah diperiksa diajukan kepada Kepala UPPPP Muncar untuk disahkan dan dilaporkan kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur (DPK I). Aliran data UPPPP Muncar secara hirarki dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Aliran data UPPPP Muncar KA. Seksi Kenelayanan

Data Produksi Menurut Jenis Ikan per Bulan dan per Alat Tangkap, Daftar SL-3

dan Laporan Monitoring Kepala UPPPP Muncar

Data Produksi Harian TPI Enumerator UPPPP Muncar Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Banyuwangi Dinas Perikanan dan Kelautan

(34)

22

Mekanisme pendataan UPPPP Muncar cukup efisien. Format rekapitulasi data yang banyak tidak menjadi kendala karena rekapitulasi data dilakukan dengan menggunakan komputer. Pada masing-masing form melaporkan data yang berbeda jenis sehingga tidak ada data yang tumpang tindih. Kekurangan dari mekanisme pendataan di UPPPP Muncar yaitu pada tahap pelaporan data. Data dilaporkan dalam bentuk berkas sehingga menambah biaya pengiriman mengingat jauhnya lokasi antara UPPPP Muncar dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.

Mekanisme Pendataan Dinas Perikanan Kecamatan

Tidak terdapat mekanisme pendataan Dinas Perikanan Kecamatan karena tidak terdapat petugas, kelompok pendataan maupun organisasi pendataan yang melaksanakannya. Data yang diterima dalam laporan bulanan dari TPI secara langsung dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten. Menurut Djulaeti (1995) format laporan bulanan Dinas Perikanan Kecamatan yaitu :

1. Jumlah RTP, RTPB dari seluruh alat tangkap yang ada, 2. Jumlah unit dan trip semua alat tangkap yang beroperasi, 3. Produksi tiap jenis ikan menurut jenis alat tangkap, 4. Harga rata-rata per jenis ikan,

5. Jumlah perahu/kapal menurut jenis dan kategori, 6. Jumlah alat tangkap menurut jenisnya.

Aliran data di Kecamatan Muncar yaitu kepala Dinas Perikanan Kecamatan menyerahkan laporan bulanan TPI PPP Muncar dalam format data produksi harian TPI kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Terdapat perbedaan format laporan produksi dari Dinas Perikanan Kecamatan dengan format laporan TPI. Pada format data produksi harian TPI, data produksi direkapitulasi berdasarkan jenis ikan dan perahu/kapal sedangkan format data produksi yang seharusnya diberikan Dinas Perikanan Kecamatan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten yaitu data produksi berdasarkan jenis ikan dan jenis alat tangkap. Hal ini diduga menjadi salah satu faktor adanya beberapa data yang berbeda antar instansi yang berkaitan. Perbedaan format rekapitulasi data disebabkan tidak adanya teknis/standar baku format rekapitulasi data dan tidak adanya pengawasan atau kontrol langsung dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi sebagai instansi yang membahinya.

Mekanisme Pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

(35)

23 seseorang sebagai ketua kelompok nelayan yang kemudian akan dihubungi setiap bulannya untuk memberikan laporan produksi perikanan tangkap di daerahnya.

Selanjutnya data dalam bentuk yang beragam direkapitulasi dengan menggunakan komputer. Kemudian data diolah menjadi informasi berupa grafik, diagram dan tabel. Data dan infromasi yang telah direkapitulasi dan diolah, disajikan kedalam laporan triwulan dan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten. Laporan statistik triwulan dan tahunan meliputi data LL-1 sampai dengan LL-5. Data yang dibuat meliputi:

1. Laporan Statistik LL-1 terdiri atas data Statistik Rumah Tangga/Perusahaan Perikanan, Perahu/Kapal Penangkap dan Unit Penangkapan menurut Jenis Alat Penangkapan Ikan dan Jenis/Ukuran Perahu/Kapal (lihat Lampiran 12).

2. Laporan Statistik LL-2 terdiri atas data Statistik Trip Penangkapan menurut Jenis Alat Penangkap Ikan dan Jenis/Ukuran Perahu/Kapal (lihat Lampiran 13). 3. Laporan Statistik LL-3 terdiri atas data Statistik Produksi Ikan menurut Jenis

5. Laporan Statistik LL-5 terdiri atas data Statistik Perlakuan Terhadap Produksi dan Jumlah Ikan Olahan menurut Cara Pengolahan dan Jenis Ikan (lihat Lampiran 16).

Pengisian laporan statistik dilakukan dengan menggunakan sarana komputer sehingga pelaksanaannya cukup efektif. Laporan statistik LL-1 disusun dan dilaporkan tahunan sedangkan laporan statistik LL-2 hingga LL-5 disusun dan dilaporkan tiga bulan sekali. Disamping itu data dan informasi yang telah direkapitulasi dicantumkan pula pada laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Laporan-laporan tersebut kemudian disahkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten. Laporan yang telah disahkan dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Bappeda sebagai tembusan. Aliran data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Aliran data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi

Bappeda Banyuwangi

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Banyuwangi Dinas Perikanan dan Kelautan

Provinsi Jawa Timur

Seksi Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

(36)

24

Data yang dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi adalah data hasil tangkapan yang didata dilapangan oleh petugas TPI. Hasil tangkapan yang tidak didata misalkan hasil tangkapan yang didaratkan pada sore hari atau saat tidak ada petugas pendata di tempat pendaratan ikan seperti nelayan pengumpul kerang dan pancing lainnya. Selain itu, data jumlah unit penangkapan antara TPI dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi berbeda. Data populasi unit penangkapan pada data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi lebih besar dibandingkan dengan data populasi unti penangkapan TPI. Hal itu dapat mengindikasikan adanya penyimpangan data produksi pada tingkat kabupaten. Mekanisme pendataan pada tingkat TPI cukup efektif dan efisien. Semakin efektifnya mekanisme pendataan maka semakin efektif pula struktur organisasinya atau semakin sedikit pula penyimpangan yang terjadi pada struktur organisasi tersebut. Tidak adanya teknis/standar baku pengumpulan data di lapangan, tidak tersedianya fasilitas pendukung seperti komputer dan internet serta tidak adanya cross chek data di lapangan merupakan beberapa faktor kurang efektif dan efisiennya mekanisme pendataan. Mekanisme pendataan yang kurang efektif akan berakibat pada keakuratan dan keseragaman data yang dialirkan. Menurut Kumorotomo dan Subando (1998) menyatakan bahwa, secara teknis ada beberapa kelemahan yang dihadapi sebagian organisasi pemerintah misalnya :

1. Belum adanya dokumentasi mengenai bagan arus ringkasan yang memperlihatkan aliran/arus data sejak data mentah sampai dengan informasi cetak,

2. Lemahnya sistem manajemen data. Ini terbukti dari belum adanya standar operasi yang baku,

3. Prosedur untuk melihat data secara insidental masih terlalu lama.

Pendugaan Volume Produksi Total Perikanan Tangkap

Pendataan hasil tangkapan ikan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi dinas kelautan dan perikanan dan berbagai pihak yang terkait. Data produksi dengan kualitas yang baik dapat menginterpretasikan perkembangan produksi perikanan tangkap dalam wilayah kerjanya.

Salah satu ciri data dengan kualitas baik (Supranto 1992) adalah data harus objektif/akurat yakni menggambarkan seperti apa adanya, sesuai apa yang terjadi (as it is). Namun, data antar instansi yang berada dalam satu mekanisme pendataan hingga data yang diterbitkan sering terdapat perbedaan. Dengan demikian diperlukan metode/analisis untuk dapat menduga volume produksi perikanan tangkap dengan kualitas data yang baik. Analisis pendugaan volume produksi perikanan tangkap dalam penelitian ini yaitu menduga volume produksi pada tempat pendaratan ikan tertentu dan membandingkannya dengan data volume produksi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

(37)

25 bernilai < 1 maka data sekunder lebih kecil daripada data primer. Sebaliknya data sekunder lebih besar daripada data primer jika rasio bernilai > 1.

Rasio volume produksi Kecamatan Rogojampi terbesar terdapat pada bulan Agustus dengan alat tangkap gillnet yaitu 1.87. Nilai tersebut menginformasikan bahwa data sekunder 87% lebih besar dibandingkan data primer. Rasio terkecil terdapat pada bulan September dengan alat tangkap pancing rawai. Perbedaan data sekunder dan data primer pada bulan September dengan alat tangkap pancing rawai yaitu 67% lebih kecil karena nilai rasio < 1. Rata-rata rasio volume produksi data sekunder terhadap data primer yang bernilai > 1 terdapat pada bulan Juli dan Agustus. Hal ini menunjukkan bahwa data sekunder lebih besar dibandingkan data primer. Sebaliknya rata-rata rasio yang bernilai < 1 terdapat pada bulan September dan Oktober yaitu data volume produksi sekunder lebih kecil dibandingkan data volume produksi primer. Rasio volume produksi Kecamatan Rogojampi ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rasio volume produksi Kecamatan Rogojampi

Bulan

Rasio Volume Produksi Dinas Kelautan dan Perikanan

Banyuwangi dengan Volume Produksi Hasil Penelitian Rata-rata Rasio

Gillnet Rawai Pancing

Juli 1.30 1.49 1.57 1.42

Agustus 1.87 0.79 0.76 1.02

September 0.96 0.33 0.82 0.53

Oktober 1.33 0.37 1.16 0.64

(38)

26

Gambar 11 Volume produksi bulan Juli-Oktober tahun 2013 Kecamatan

Rogojampi

Selain dalam bentuk tabel dan grafik perbandingan volume produksi total dapat ditunjukkan dalam bentuk kurva selang kepercayaan seperti pada Gambar 11. Kurva selang kepercayaan menunjukkan sebuah selang sebaran normal dengan harapan nilai statistik berada pada selang sebaran normal tersebut. Selang sebaran normal adalah nilai wilayah luas yang tidak diarsir dengan batasan selang ± 1.96. Nilai tersebut merupakan wilayah luas di bawah kurva normal dari kepercayaan 95%. Batas kepercayaan pada kurva ditunjukkan dengan garis vertikal pada sisi kanan dan kiri wilayah arsiran. Selanjutnya nilai statistik menunjukkan selisih data sekunder dan data primer yang dibandingkan dengan simpangan baku data primer. Nilai statistik yang bernilai positif berarti data sekunder memiliki volume produksi total yang lebih besar daripada data volume produksi total data primer. Sebaliknya nilai statistik yang bernilai negatif menunjukkan bahwa data sekunder memiliki volume produksi total yang lebih kecil daripada data volume produksi total data primer. Nilai statistik volume produksi pada kurva ditunjukkan dengan garis putus-putus vertikal.

Pada bulan Juli nilai statistik volume produksi Kecamatan Rogojampi sebesar 2.39 yaitu berada di wilayah arsiran sebelah kanan batasan selang. Ini menunjukkan bahwa data sekunder volume produksi berada di luar selang kepercayaan data primer. Ringkasnya data sekunder volume produksi total 95% kurang akurat dan mempunyai volume produksi total yang lebih besar dibandingkan volume produksi total data primer. Sebaliknya pada bulan September volume produksi total data sekunder lebih kecil dibandingkan volume produksi total data primer yang ditunjukkan dengan nilai statistik yang negatif (lihat Lampiran 19).

Data sekunder dapat dipercaya 95% atau data sekunder dapat mentoleransi galat baku sebesar 5% pada bulan Agustus dan Oktober. Hal ini ditunjukkan dengan posisi garis nilai statistik yang berada pada selang kepercayaan. Namun perbandingan antara volume produksi total data sekunder dan volume produksi total data primer berbeda. Pada bulan Agustus volume produksi total data sekunder lebih besar dibandingkan volume produksi total data primer. Nilai statistik mendekati nilai nol yang artinya data volume produksi total sekunder mendekati volume produksi total data primer hampir tanpa galat baku/error. Hal ini sebanding dengan informasi yang didapatkan dari grafik volume produksi pada

(39)

27 Gambar 12. Sebaliknya pada bulan Oktober volume produksi total data sekunder lebih kecil dibandingkan volume produksi total data primer dengan nilai statistik yang bernilai negatif.

Gambar 12 Selang kepercayaan volume produksi Kecamatan Rogojampi Rasio volume produksi Kecamatan Purwoharjo terbesar terdapat pada bulan Juli dengan alat tangkap payang yaitu 1.81. Nilai tersebut menginformasikan bahwa data sekunder 81% lebih besar dibandingkan data primer. Rasio terkecil terdapat pada bulan Agustus dengan alat tangkap gillnet yaitu 0.02. Perbedaan antara data sekunder dan data primer pada bulan Agustus dengan alat tangkap gillnet yaitu 98% lebih kecil karena nilai rasio < 1. Selanjutnya rata-rata rasio volume produksi data sekunder terhadap data primer yang bernilai > 1 terdapat pada bulan Juli. Rata-rata rasio yang bernilai < 1 terdapat pada bulan Agustus hingga Oktober. Rasio volume produksi Kecamatan Purwoharjo ditunjukkan pada Tabel 3. Terdapat beberapa rasio yang kosong yaitu pada bulan Juli dan Agustus untuk alat tangkap pancing rawai dan bulan Oktober untuk alat tangkap pancing lainnya. Rasio yang kosong disebabkan tidak adanya nelayan yang melaut sehingga data primer alat tangkap tersebut nihil/kosong dan termasuk pada kategori data outlier.

(40)

28

Tabel 3 Rasio volume produksi Kecamatan Purwoharjo

Bulan

Rasio Volume Produksi Dinas Kelautan dan Perikanan

Banyuwangi dengan Volume Produksi Hasil Penelitian Rata-rata Rasio Gillnet Rawai Pancing Pukat

Cincin Payang

Juli 0.07 - 0.30 1.67 1.81 1.03

Agustus 0.02 - 0.05 0.36 0.85 0.32

September 0.16 0.55 0.08 0.26 0.72 0.33

Oktober 0.06 1.00 - 0.14 0.74 0.33

Perbandingan volume produksi total bulan Juli hingga Oktober pada Kecamatan Purwoharjo dapat dilihat pada Gambar 13. Volume produksi total dari data sekunder dan volume produksi total data primer memiliki pola yang cenderung sama dengan trend positif atau mengalami kenaikan. Pada bulan Agustus data volume produksi sekunder mengalami sedikit penurunan sebesar 34.40 ton (lihat Lampiran 20). Selanjutnya volume produksi primer pada bulan Juli sampai Oktober selalu mengalami peningkatan (lihat Lampiran 21). Pada bulan Juli data volume produksi keduanya nyaris berhimpitan. Hal tersebut juga ditunjukkan pada Tabel 3 yaitu nilai rasio pada bulan Juli sebesar 1.03 yang berarti persentase selisih antara data sekunder dan data primer hanya sebesar 3%. Pada bulan Agustus hingga Oktober grafik volume produksi total data sekunder berada di bawah grafik volume produksi total data primer. Grafik tersebut menunjukkan bahwa volume produksi total data sekunder lebih kecil daripada volume produksi total data primer.

Gambar 13 Volume produksi bulan Juli-Oktober tahun 2013 Kecamatan

Purwoharjo

Pada bulan Juli nilai statistik volume produksi data sekunder di Kecamatan Puwoharjo sebesar 0.55 yaitu berada di sebelah kanan nilai 0 dalam selang kepercayaan. Hal ini sebanding dengan informasi yang didapatkan dari grafik volume produksi pada Gambar 12 yaitu volume produksi total data sekunder dan volume produksi total data primer nyaris berhimpitan. Nilai statistik yang positif menunjukkan bahwa data sekunder lebih besar dibandingkan dengan data primer.

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data penelitian di Kabupaten Banyuwangi
Gambar 2 Aliran data perikanan tangkap Kabupaten Banyuwangi
Gambar 3 Struktur organisasi pendataan TPI Grajagan
Gambar 4 Struktur organisasi pendataan TPI Muncar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asumsi bahwa harga ikan hasil tangkapan untuk perairan pantai dan lepas pantai adalah sarna sedangkan upaya penangkapan pada perairan lepas pantai memberikan suplai biaya upaya

1) Produksi hasil tangkapan selama satu dasawarsa (2004-2013) didominasi oleh ikan kelompok jenis TL5 dan terjadi peningkatan produksi ikan tersebut setiap tahunnya, sementara

Tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi aspek teknis dan aspek ekonomi usaha penangkapan jaring cantrang di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bulu Tuban,

Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail dari suatu status mengenai jumlah produksi hasil tangkapan ikan

Sub model yang digunakan dalam analisis sistem perikanan mini purse seine di Tempat Pendaratan Ikan Tasik Agung, Rembang adalah sub model sumber daya ikan, teknis, usaha

Data mengenai hasil tangkapan ikan yang berasal dari alat tangkap pancing dan jaring diperoleh melalui enumerator di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Selili Kota Samarinda pada

Aktifitas-aktivitas yang dilakukan pada tempat pendaratan ikan (pelantar) meliputi : pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan, pengisian kebutuhan melaut, pemasaran

Hal ini dipengaruhi hasil tangkapan di perairan Cilauteureun yang dominan terhadap ikan jenis pelagis terutama tongkol (Auxis thazard) sedangkan untuk kelompok jaring,