• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determination Of Calculation Quota Exporters Of Skin Reticulated Python (Python Reticulatus Scheider 1801) Environmental In Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determination Of Calculation Quota Exporters Of Skin Reticulated Python (Python Reticulatus Scheider 1801) Environmental In Indonesia."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN RUMUS PERHITUNGAN KUOTA EKSPORTIR JENIS

KULIT ULAR SANCA BATIK (Python reticulatus Scheider 1801)

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

EKA NURMALA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Rumus Perhitungan Kuota Eksportir Jenis Kulit Ular Sanca Batik (Python reticulatus

Scheider 1801) Berwawasan Lingkungan di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Eka Nurmala Sari

(4)

RINGKASAN

EKA NURMALA SARI. Penentuan Rumus Perhitungan Kuota Eksportir Jenis Kulit Ular Sanca Batik (Python reticulatus Scheider 1801) Berwawasan Lingkungan di Indonesia. Dibimbing oleh YANTO SANTOSA dan NANDANG PRIHADI.

Perdagangan jenis reptil baik di dalam negeri maupun di luar negeri dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Jenis reptil yang diperdagangkan terbagi menjadi tiga, yaitu reptil pet, reptil konsumsi dan reptil kulit. Kulit reptil, khususnya kulit ular sanca batik diperdagangkan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pet, hal ini karena kulit ular sanca batik paling digemari dan menjadi primadona dikalangan para eksportir. Kuota ekspor merupakan jumlah seluruh kuota ekspor yang boleh diperdagangkan oleh para eksportir kulit ular ke luar negeri. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi peubah-peubah kunci dalam rumusan perhitungan kuota eksportir kulit ular sanca batik dan merumuskan cara perhitungan kuota eksportir.

Pengambilan data dilakukan kepada 44 eksportir kulit reptil pada bulan Juni sampai dengan November 2016. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan dokumen-dokumen administrasi eksportir dan observasi langsung di lapangan kepada 44 eksportir kulit ular sanca batik. Pengolahan dan analisis data meliputi identifikasi peubah-peubah kinerja eksportir. Peubah-peubah kinerja eksportir diantaranya pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1), tenaga kerja (X2),

jenis produk barang jadi (X3), jenis produk kulit samakan/crusted (X4), investasi

(X5), rendemen (X6), PNBP (X7), negara tujuan (X8), waktu realisasi dari terbitnya

SATS-LN (X9), kegiatan konservasi (X10), bahan kimia (X11) dan listrik (X12).

Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi pearson, uji multikolinearitas, dan analisis regresi linear dengan bantuan software SPSS versi 23.

Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah kunci yang memiliki korelasi terhadap perhitungan kuota eksportir dan tidak memiliki multikolenieritas antar peubah bebas adalah produk barang jadi (X3), produk crusted (X4), nilai investasi

(X5), rendemen (X6), PNBP (X7), waktu realisasi (X9), kegiatan konservasi (X10)

dan bahan kimia (X11). Berdasarkan hasil analisis regresi linear didapatkan

rumusan penentuan kuota eksportir: Y = 2.001 + 0.002 X3 + 0.072 X4 + 0.080 X5

+ 0.030 X6 – 0.384 X9 + 0.059 X10. Persamaan regresi menghasilkan nilai

adjusted R square yang dihasilkan sebesar 0.916. Hal tersebut mengandung arti

bahwa pada persamaan regresi sebesar 91.6% cara perhitungan kuota eksportir tersebut dapat dijelaskan oleh peubah produk barang jadi, produk crusted, rendemen, investasi, waktu realisasi, dan kegiatan konservasi sedangkan 8.4% dijelaskan oleh peubah lain yang tidak masuk dalam lingkup penelitian ini. Peubah yang memiliki hubungan positif terhadap perhitungan kuota eksportir diantaranya produk barang jadi (X3), produk crusted (X4), investasi (X5),

rendemen (X6), dan kegiatan konservasi (X10), sedangkan peubah yang memiliki

hubungan negatif adalah waktu realisasi (X9).

(5)

SUMMARY

EKA NURMALA SARI. Determination of Calculation Quota Exporters of Skin

Reticulated python (Python reticulatus Scheider 1801) Environmental in

Indonesia. Supervised by YANTO SANTOSA and NANDANG PRIHADI.

Trade of reptiles in regional and international have been increased every year. The trade of reptiles was divided into three namely pet reptile, consumption reptile and reptile skin. The trade of skin reptile greater than pest, because the skin of reticulated python is the most popular and to be excellent among exporters. Quotas export is all of number of quota exporter should be traded by exporter to international. This study aimed to identify of key variables exporter and formulation of calculation quota exporters of reticulated python.

Data were collected from 44 exporter skin of phyton from June to November 2015. The methods used in this research were examination of administrative documents exporters and direct observation to the enclosure to 44 exporter skin of phyton reticulated. Processing and data analysis includes the identification of variables of exporter performance. Variables performance of exporter were

export realization ofthe previous year (X1), labor (X2), finished product (X3),

crusted product (X4), investment value (X5), yield (X6), PNBP (X7), state of export

(X8), time of realization (X9), conservation activities (X10), chemicals (X11), and

electricity (X12). Data was analyzed using pearson correlation, multikolinearitas

and regression on SPSSversion 23.

Results showed that key variables that have a correlation to the calculation

of quotas exporter and has no multikolenieritas between independent variables

are finished product (X3) , the product crusted ( X4 ) , the investment value ( X5 ) ,

yield ( X6 ) , PNBP (X7) , time realization ( X9 ) , conservation activities (X10) and

chemicals ( X11 ) . Based on the analysis of linier regression formula obtained

quota determination exporter: Y = 2.001 + 0.002 X3 + 0.072 X4 + 0.080 X5 +

0.030 X6 – 0.384 X9 + 0.059 X10. The result of regression equation of adjusted R

square is 0.916. It means that the quation of regression linear is 91.6% for calculation of quotas as it could be explained by finished product, products crusted, yield, investment, time of realization and conservation activities, while 8.4% is explained by variables that are not included in of this research. Variables were positively related to the calculation of export quotas include finished

product (X3), product crusted (X4), investments (X5), yield (X6), and conservation

activities (X10), while the variables that have a negative relationship is time of

realization ( X9).

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan

PENENTUAN RUMUS PERHITUNGAN KUOTA EKSPORTIR JENIS

KULIT ULAR SANCA BATIK (Python reticulatus Scheider 1801)

BERWAWASAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’Ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah Penentuan Rumus Perhitungan Kuota Eksportir Jenis Kulit Ular Sanca Batik

(Python reticulatus Scheider 1801) Berwawasan Lingkungan di Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Yanto Santosa, DEA dan Dr Nandang Prihadi, S.Hut, MSc selaku pembimbing tugas akhir dan Dr Ir Novianto Bambang W, M.Si selaku penguji luar yang telah banyak memberi saran guna penyempurnaan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, suami, anak-anakku tercinta dan semua sahabat grup PSL angkatan 2013 atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Kerangka Pemikiran 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pemanfaatkan Kuota Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar 5 Implementasi Perdagangan Kulit Ular Sanca Batik

(Python reticulatus Scheider 1801) 6

Kulit Ular Sanca batik (Python reticulatus Scheider 1801) 7

METODE 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Bahan dan Alat 9

Tahapan Penelitian 9

Analisis Data 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Peubah Kunci Perhitungan Kuota ekspor 16

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 36

(12)

DAFTAR TABEL

1. Peubah yang diukur, simbol, satuan, metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta sumber data berdasarkan tujuan

masing-masing 12

2. Hubungan peubah kunci eksportir dengan peubah kunci lainnya 16 3. Hasil analisis regresi linear berganda pada rumusan perhitungan kuota

ekspotir 20

4. Tabel Anova pada rumusan perhitungan kuota ekspotir 21 5. Hasil analisis autokorelasi pada rumusan perhitungan kuota eksportir 22 6. Perbandingan kuota eksportir tahun 2014 dengan simulasi kuota

eksportir dengan rumus perhitungan kuota eksportir berdasarkan

peubah kunci 28

7. Jumlah Iuran Kegiatan Konservasi Berdasarkan Kelas Kuota Eksportir 31

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian penentuan rumus perhitungan kuota

eksportir 4

2. Showroom produk barang jadi dan proses pembuatan barang jadi 23

3. Proses penyamakan dan kulit samakan siap jual 25

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis uji normalitas dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov

Test 36

2. Hasil analisis regresi linier berganda pada rumusan perhitungan kuota

ekspor 36

3. Hasil uji heterokedasitas 37

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Maraknya pemberitaan tentang koleksi produk barang mewah dari kulit ular baik di kalangan para selebriti dan elit pejabat belakang ini, memperkuat hasil penelitian Suyastri (2015) yang menyatakan bahwa 30 tahun terakhir konsumsi atas sumberdaya alam dari keanekaragaman hayati mengalami peningkatan tajam dan perdagangan satwa serta bagian-bagian tubuhnya seperti kulit, gading, daging dan organ tubuh lainnya untuk kebutuhan manusia menjadi salah satu perhatian dunia. Berdasarkan laporan USAID (2015) dinyatakan bahwa Indonesia merupakan pemasok terbesar produk satwa liar di Asia, baik secara legal maupun ilegal. Adapun jenis kulit yang menjadi primadona dalam perdagangan jenis kulit reptil baik di dalam negeri maupun di luar negeri yaitu jenis kulit ular sanca batik

(Python reticulatus). Laporan statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Tahun 2015 disebutkan bahwa besarnya PNBP dari ekspor kulit reptil mencapai Rp 1.046.572.440,00 dengan perkiraan devisa mencapai Rp 707.909.501.765 atau US $ 54.454.577. Pemanfaatan realisasi ekspor kulit ular sanca batik selama lima tahun terakhir selalu habis sesuai dengan kuota ekspor yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 157.500 lembar per tahun.

Kulit ular sanca batik merupakan kulit ular yang paling digemari dan menjadi primadona di kalangan para eksportir. Kulit ular sanca batik banyak dijadikan bahan baku kerajinan seperti tas, jaket, ikat pinggang, sepatu dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan kulit ular sanca batik memiliki nilai jual yang tinggi dengan kualitas tebal kulit ular, corak dan warnanya yang unik, sehingga terjadi perebutan kuota ekspor kulit ular sanca batik diantara para eksportir kulit ular.

Ular sanca batik menurut CITES masuk ke dalam Appendiks II, yang artinya adalah spesies yang tidak terancam punah, tetapi akan mengalami kepunahan apabila tidak dikontrol dan dimonitor secara ketat, sehingga boleh dimanfaatkan atau diperdagangakan. Upaya mekanisme pengendalian perdagangan satwa yaitu dengan penetapan kuota ekspor. Penetapan kuota ekspor merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengontrol dan memonitor pemanfaatan satwa secara terkendali dan sustainable.

Kuota ekspor merupakan jumlah seluruh kuota ekspor yang boleh diperdagangkan oleh para eksportir. Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, jumlah kuota ekspor kulit ular sanca batik tidak mengalami kenaikan. Hal ini bertolak belakang dengan jumlah eksportir kulit yang setiap tahun mengalami penambahan. Jumlah eksportir yang terdaftar pada Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) pada tahun 2014 sebanyak 37 eksportir meningkat pada tahun 2015 menjadi 44 eksportir yang tersebar di Kota Jakarta,, Tangerang, Magelang, Surabaya, Makassar, Medan dan Samarinda.

(14)

2

Seperti halnya kegiatan pemanfaatan sumberdaya lainnya, pada penentuan rumus perhitungan kuota eksportir jenis kulit ular sanca batik (Python reticulatus

Scheider 1801) berwawasan lingkungan di Indonesia juga ada tiga pilar yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu bidang ekonomi, ekologi dan sosial. Pada bidang ekonomi dapat dilihat dari besarnya pengaruh nilai penjualan ekspor atau devisa negara, serta besarnya investasi dalam pengembangan industri kulit ular. Dilihat dari bidang ekologi bahwa dalam perdagangan satwa liar juga perlu memperhatikan peran kegiatan konservasi untuk menjamin kelestarian populasi satwa ini. Pada bidang sosial bahwa industri kulit ular tidak dapat dipungkiri akan berdampak pada besarnya penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini juga memperhatikan ketiga bidang ekologi, ekonomi dan sosial, sehingga pada kegiatan identifikasi peubah-peubah kunci yang merupakan salah satu tujuan dalam penelitian ini juga harus mempertimbangkan semua bidang tersebut. Adapun peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap kinerja eksportir yaitu, meliputi realisasi eksportir tahun sebelumnya, tenaga kerja, jenis produk kulit samakan dan barang jadi, nilai investasi, rendemen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), negara tujuan ekspor, waktu realisasi dari terbitnya Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar ke Luar Negeri (SATS-LN), kegiatan konservasi, bahan kimia dan pemakaian listrik dalam menunjang proses kegiatan usaha.

Atas dasar tersebut, maka penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi peubah-peubah kunci yang merupakan ciri dari kinerja para eksportir kulit ular. Peubah-peubah kunci yang didapatkan digunakan dalam perhitungan kuota ekspor. Hasil penelitian penentuan cara perhitungan kuota ekspor kulit ular sanca batik bermanfaat kepada para penentu kebijakan sehingga proses perhitungan kuota ekspor menjadi lebih mudah, cepat, adil dan transparan.

Perumusan Masalah

Pembagian jatah kuota ekspor yang dilakukan oleh pemerintah masih dirasakan belum adil oleh para eksportir kulit reptil khususnya dalam proses pembagian jatah kuota untuk jenis kulit ular sanca batik. Proses perhitungan kuota ekspor yang selama ini dilakukan oleh pemerintah masih belum mempertimbangkan faktor-faktor yang mencerminkan kinerja dari eksportir. Para eksportir merasa tidak puas karena perjuangan yang telah mereka kerjakan untuk meningkatkan kualitas produk, mengoptimalkan realisasi ekspor dan meningkatkan devisa negara seakan-akan tidak bernilai. Para eksportir dalam mendapatkan jatah kuota ekspor tidak perlu menunjukkan kinerja yang baik, tapi lebih pada faktor kedekatan. Selain itu, proses atau sistem penetapan kuota ekspor masih bersifat subjektif. Hal tersebut menimbulkan banyak kecemburuan dikalangan para eksportir. Sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat. Para eksportir berlomba-lomba mencari perhatian tetapi bukan dengan meningkatkan kinerja mereka.

(15)

3 komplain dari para eksportir atas ketidakpuasan dan ketidakadilan terhadap jatah kuota yang mereka peroleh. Atas dasar hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi semua peubah-peubah yang menjadi ciri-ciri kinerja para eksportir. Peubah-peubah tersebut akan menjadi dasar dalam rumusan atau rumusan cara perhitungan kuota ekspor. Adapun peubah-peubah yang diduga berpengaruh terhadap kinerja eksportir yaitu meliputi realisasi eksportir tahun sebelumnya, tenaga kerja, jenis produk kulit samakan dan barang jadi, nilai investasi, rendemen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), negara tujuan ekspor, waktu realisasi dari terbitnya Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar ke Luar Negeri (SATS-LN), kegiatan konservasi, bahan kimia dan pemakaian listrik dalam menunjang proses kegiatan usaha.

Tujuan Penelitian

Tujuan kegiatan penelitian penentuan cara perhitungan kuota ekspor kulit ular sanca batik di Indonesia, yaitu :

1. Mengidentifikasi peubah-peubah kunci yang seyogyanya diperhitungkan dalam rumusan perhitungan kuota ekspor kulit ular sanca batik (Python

reticulatus).

2. Merumuskan cara perhitungan kuota eksportir secara transparan dan mencerminkan kinerja perusahaan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian penentuan rumusan perhitungan kuota ekspor kulit ular sanca batik di Indonesia, yaitu:

1. Membantu para penentu kebijakan dalam perhitungan kuota eksportir kulit reptil.

2. Teridentifikasinya peubah kunci penciri kinerja para eksportir kulit.

Kerangka Pemikiran

Menurut KEPMENHUT No.447/KPTS-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar, kuota adalah batas maksimal ukuran dan satuan tumbuhan dan satwaliar dari alam untuk setiap jenis yang dapat dimanfaatkan selama satu tahun takwin. Kuota ekspor nasional adalah kuota yang diijinkan untuk diperdagangkan ke luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah. Kuota ekspor nasional dibagikan kepada seluruh eksportir tumbuhan dan satwa liar. Kuota eksportir adalah batasan jumlah dan jenis spesimen yang boleh diperdagangkan ke luar negeri oleh para eksportir. Jumlah kuota ekspor tidak boleh melebihi kuota nasional.

(16)

4

rumusan cara perhitungan kuota eksportir selama ini digunakan yaitu diantara lain: realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya, tenaga kerja, jenis produk, investasi, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), negara tujuan ekspor. Peubah-peubah yang digunakan diduga belum lengkap dan belum mencerminkan kinerja eksportir, sehingga perlu diindentifikasi peubah-peubah yang mencerminkan kinerja eksportir.

Rumusan cara perhitungan kuota ekspor yang sudah dilakukan oleh pemerintah seyogyanya dilakukan dengan cepat, adil dan transparan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan rasa curiga dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi kinerja eksportir. Tahap analisa peubah kunci kinerja eksportir bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir yaitu rumusan perhitungan kuota ekspor. Rumusan tersebut merupakan salah satu alat bantu bagi pemerintah dalam proses perhitungan kuota ekspor. Secara ringkas kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian adalah sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian penentuan rumus perhitungan kuota eksportir

Pembagian kuota ke 44 eksportir

Kuota ekspor nasional Perhitungan Kuota

ekspor berdasarkan peubah kinerja

eskportir

Peubah Kunci Kinerja Perhitungan

Kuota Eksportir Tidak puas

terhadap kuota ekspor

Identifikasi peubah kinerja kuota ekspor

Rumusan cara perhitungan Kuota

ekspor Kulit Analisis Peubah Kunci

Kinerja Perhitungan Kuota Eksportir

(17)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatkan Kuota Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar

Pemanfaatan satwa liar merupakan salah satu aspek kegiatan konservasi yang dilakukan oleh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Indrawan et al 2007). Pemanfaatan satwaliar di Indonesia diatur dalam Undang-undang No 5 Tahun 1990 (UU No. 5/1990) dan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 (PP No. 8/1999). Menurut UU No. 5/1990, sumberdaya alam hayati Indonesia harus dikelola dan dimanfaatkan secara lestari (Sekditjen PHKA 2007a). Sedangkan PP No. 8/1999 menyatakan bahwa satwaliar dapat dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan pemanfaataannya dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan keanekaragamannya (Sekditjen PHKA 2007b). Bahkan pemanfaatan satwaliar ditujukan agar satwaliar tersebut bisa tetap lestari. Pemanfaatan satwaliar di Indonesia dilakukan untuk kegiatan komersial dan non komersial. Menurut PP No. 8/1999, pemanfaatan satwaliar bisa dilakukan dalam bentuk (1) pengkajian, penelitian dan pengembangan; (2) penangkaran; (3) perburuan; (4) perdagangan; (5) peragaan; (6) pertukaran; dan (7) pemeliharaan untuk kesenangan (Sekditjen PHKA 2007b).

Pemanfaatan TSL untuk kegiatan ekonomi yang komersial, diijinkan sesuai dengan UU No. 5/1990 yang menyebutkan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan yang salah satunya adalah pemanfaatan secara lestari dan salah satu bentuk pemanfaatannya adalah untuk perdagangan (Sekditjen PHKA 2007a). Dalam PP No. 8/1999 juga disebutkan bahwa pemanfaatan jenis TSL dilaksanakan dalam bentuk yang salah satunya adalah perdagangan (Sekditjen PHKA 2007b). Lebih lanjut dalam SK Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 disebutkan bahwa TSL yang diperdagangkan bisa diperoleh dari penangkaran dan pengambilan atau penangkapan dari alam (Sekditjen PHKA 2007c).

Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang diperdagangkan di Indonesia diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 447/Kpts-II/Menhut/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL). Salah satu kegiatan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yaitu peredaran atau perdagangan. Perdagangan tumbuhan dan satwa liar meliputi kegiatan ekspor, impor dan re-ekspor. Perdagangan tumbuhan dan satwa liar diawali dengan penetapan kuota. Kuota adalah batas maksimum ukuran dan satuan tumbuhan dan satwa liar dari alam untuk setiap jenis yang dapat dimanfaatkan selama satu tahun takwin. (Sekditjen PHKA 2007c).

Kuota ekspor ditetapkan oleh Ditjen PHKA sebagai otoritas pengelola yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan pada rekomendasi LIPI sebagai otoritas keilmuan di Indonesia. LIPI memberikan rekomendasi berdasarkan peta data dan informasi ilmiah hasil monitoring populasi (Sekditjen PHKA 2007c). Namun bila data dimaksud tidak tersedia, maka kuota dapat diperoleh atas dasar, yaitu :

a. Kondisi habitat dan populasi jenis yang ditetapkan;

(18)

6

d. Kearifan tradisional.

Kuota ekspor adalah batasan jumlah spesimen tumbuhan dan satwa liar yang diperbolehkan oleh para eksportir untuk diperdagangkan ke luar negeri. Setiap eksportir berlomba-lomba untuk mendapatkan kuota yang sebesar-besarnya. Semakin besar kuota ekspor yang diperoleh maka semakin besar keuntungan perusahaan yang didapat.

Kuota ekspor dibagikan kepada para eksportir yang aktif dan terdaftar pada Ditjen KSDAE sebagai pemegang ijin pengedar tumbuhan dan satwa liar ke luar negeri. Jumlah eksportir yang terdaftar sampai dengan tahun 2015 yaitu sebanyak 44 eksportir, yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok eksportir penghasil kulit samakan dan barang jadi, kelompok eksportir penghasil kulit samakan saja dan kelompok eksportir barang jadi saja. Kelompok eksportir kulit samakan dan barang jadi berjumlah enam eksportir, kelompok eksportir kulit samakan saja berjumlah 12 eksportir dan kelompok eksportir barang jadi saja berjumlah 26 eksportir.

Dalam rangka meningkatkan nilai devisa negara, sejak tahun 2013 pemerintah tidak lagi menerbitkan ijin pengedar kulit reptil samakan, tetapi ijin yang diterbitkan hanya diberikan kepada eksportir yang menghasilkan barang jadi.

Salah satu pertimbangan penentuan perhitungan kuota ekspor yang selama ini berlaku yaitu realisasi pemanfaatan kuota eksportir. Pemerintah berpendapat bahwa realisasi pemanfaatan kuota ekspor yang besar mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Menurut Yastuti (2004), faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja dan daya saing industri di pasar international, antara lain : pembiayaan usaha, pengenaan pajak, retribusi, pungutan liar, biaya listrik, bahan bakar, telekomunikasi dan tenaga kerja. Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja industri yaitu persaingan pasar international, regionalisasi perdagangan dan isu-isu yang berkembang di pasar internasional.

Implementasi Perdagangan Kulit Ular Sanca Batik (Python reticulatus Scheider 1801)

Perdagangan satwaliar internasional sudah diatur dalam CITES (Convention

on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang

ditandatangani pada tanggal 3 Maret 1973 di Wasington DC dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975 (Dit. KKH 2010). Indonesia telah menjadi anggota CITES yang ke 48 pada tanggal 28 Desember 1978 (CITES 2012) dan meratifikasi CITES melalui Keputusan Presiden No. 43 tahun 1978 tentang Pengesahan CITES. Indonesia telah pula menetapkan Ditjen PHKA Kementerian Kehutanan sebagai Otoritas Pengelola dan LIPI sebagai Otoritas Keilmuan melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 (Dit. KKH 2010). Tujuan dari CITES adalah menghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari kepunahan di alam melalui pengendalian perdagangan serta produk-produknya secara internasional (Dit. KKH 2010).

(19)

7 juta diantaranya berasal dari alam. Negara yang menjadi pengekspor terbesar adalah Indonesia dan Malaysia, sedangkan negara pengimpor terbesar adalah Singapura, Uni Eropa dan Jepang. Indonesia menjadi penyuplai 62% reptil pada tata niaga satwaliar di Asia Tenggara yang berasal dari tangkapan alam selama tahun 1998-2007 (Nijman 2010).

Perdagangan ekspor kulit ular sanca batik (Python reticulatus) di Indonesia yang semakin menunjukan bahwa kulit ular sanca batik (Python reticulates) sangat diminati oleh pasar luar negeri dan memiliki nilai komersial. Kegiatan ekspor kulit ular ini memberikan sumbangan devisa negara yang tidak sedikit. Menurut Amaliah (2012), rata-rata perkiraan devisa dari ekspor jenis kulit ular kobra, ular sanca batik dan ular jali antara tahun 2005-2010 mencapai $32.929,93 dan PNBP (IHH) Rp 18.864.145,00.

Perdagangan kulit ular sanca batik (Python reticulatus) di Indonesia bergerak fluktuatif di antara tahun 2001-2010 dengan total ekspor mencapai 13.500,127 lembar (Amaliah 2012). Indonesia dan Malaysia merupakan negara pengekspor reptil terbesar (Wardhani 2012). Indonesia yang merupakan negara produsen utama kulit ular, tetapi nilai pendapatan negara yang dihasilkan dari perdagangan kulit ular masih sangat kecil, hal tersebut disebabkan karena rendahnya harga patokan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu Indonesia belum memiliki posisi tawar dalam penentuan harga kulit dunia.

Menurut Khairunnisa (2009), peubah harga mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor. Atas dasar tersebut perlu upaya dalam usaha meningkatkan daya saing sehingga mampu menjual dengan harga yang kompetitif dipasar tujuan ekspor.

Pasar tujuan ekspor kulit ular sanca batik (Python reticulatus) dari Indonesia merupakan negara-negara yang telah memiliki industri pengolahan kulit yang maju. Amaliah (2012) menyampaikan bahwa ekspor kulit ular Sanca Batik

(Python reticulatus) ditujukan pada 39 negara. Mayoritas negara tujuan ekspor

tersebut seperti Singapura, Meksiko, Itali dan Spanyol.

Peningkatan permintaan ekspor dalam dunia industri, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi : (1) peningkatan kualitas produktifitas sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain; (2) menetapkan harga ekpor produk sehingga dapat lebih kompetitif dengan negara pesaing; (3) Perluasan pangsa pasar sebagai negara tujuan ekspor sehingga dapat meningkatkan devisa negara; (4) melakukan perjanjian dagang dengan negara tujuan ekspor untuk meningkatkan barganing position (Oktaria 2009).

Kulit Ular Sanca batik (Python reticulatus Scheider 1801)

Ular sanca batik (Python reticulatus) adalah salah satu jenis spesies yang menjadi primadona perdagangan reptil sehingga jenis ini merupakan jenis ular yang banyak dieksploitasi (Abel 1998; Requier 1998; Shine et al. 1998b; Yuwono 1998; Auliya et al. 2002; Mardiastuti & Soehartono 2003). Ular sanca batik (Python reticulatus) di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk industri kulit. Nijman (2010) menyatakan bahwa bentuk reptil yang diperdagangkan adalah kulit dan pet. Menurut Yuwono (1998) dan Nijman (2010), kulit reptil diperdagangkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pet.

(20)

8

permanen dengan kadar air tertentu yang tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme (Alinar 2011). Kulit samakan merupakan bahan baku dalam pembuatan barang jadi. Menurut Asnawi (1997), kegiatan operasional produksi, perusahaan berusaha maksimal untuk menekan biaya serendah mungkin dan berjalan secara efisien. Komponen biaya bahan baku adalah termasuk biaya terbesar dalam proses produksi kulit samakan pada kegiatan industri kulit. Kulit yang diekspor dalam bentuk barang setengah jadi (crusted / finished) dan dalam bentuk barang jadi (seperti kerajinan atau accecories seperti tas, ikat pinggang, dompet, sepatu, sandal, jaket dan lain-lain).

Kulit beberapa jenis ular memiliki ketebalan dan corak menarik yang dianggap bernilai tinggi untuk dijadikan produk perhiasan, sepatu, tas, dompet, hiasan dinding, dan pakaian. Kulit ular Sanca Batik (Python reticulatus) memiliki corak yang unik dengan perpaduan antara warna coklat, emas, hitam dan putih memberikan keindahan dan menimbulkan kesan mewah untuk dijadikan aksesoris. Terjadinya pergeseran paradigma disebagian masyarakat terhadap penilai ular bahwa ular merupakan satwa eksotik yang menarik, sehingga spesies satwa ini semakin diminati untuk dijadikan kerajinan kulit ular. Akibat hal tersebut maka kerajinan kulit ular mengalami perkembangan, baik dari segi kualitas produk, kuantitas pekerja dan jumlah produk, maupun proses pembuatan.

Menurut para ahli ekonomi di negara barat, segala sesuatu yang dapat dijualbelikan pasti mempunyai nilai (Suparmoko 1997). Ular piton (Phyton

reticulatus), memiliki nilai ekologi, ekonomis dan estetika yang sangat tinggi.

Dari segi ekologi satwa ini menjadi sumber plasma nutfah dan memberikan keseimbangan bagi rantai makanan di alam. Dari segi estetika, satwa ini terbukti banyak dipelihara oleh masyarakat karena mempunyai nilai keindahan tersendiri. Sedangkan dari segi ekonomi satwa ini dapat menjanjikan bagi pengembangan perekonomian dengan menjadikan satwa ini sebagai komoditi komersil, mulai untuk pets, obat-obatan, maupun untuk fungsi lainnya.

Seluruh bagian tubuh ular sanca batik (Python reticulatus) dewasa nyaris tidak ada yang terbuang, apalagi setelah mencapai ukuran panjang lebih dari 1 meter. Kulitnya untuk bahan baku kerajinan; daging untuk konsumsi dan bagian tubuh lainnya (empedu, sumsum, darah) dipercaya sebagai penawar berbagai penyakit.

3

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(21)

9

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pengamatan di lapangan antara lain laporan realisasi pemanfaatan kuota ekspor, data investasi, RKT eksportir, laporan pembayaran iuran ekspor, copy dokumen Surat Angkut Tumbuhan Dan Satwa Liar ke Luar Negeri (SATS-LN), laporan tahunan eksportir, Berita Acara Pemeriksaan (BAP) penyegelan, laporan annual report dan kuisioner. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diterbitkan pada tahun 2014. Alat yang digunakan yaitu kamera, microsoft excel 2007 dan software SPSS 23.

Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian penentuan rumusan cara perhitungan kuota ekspor dilakukan dengan tahapan-tahapan yang terdiri atas:

1. Persiapan meliputi pengumpulan tinjauan pustaka ke beberapa instansi terkait seperti Ditjen DKSAE, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Asosiasi Eksportir Kulit Reptil (AIRAI).

2. Pengambilan data meliputi pemeriksaan dokumen-dokumen eksportir dan observasi langsung dilapangan kepada 44 eksportir kulit reptil untuk menilai peubah-peubah yang mencerminkan kinerja eksportir

3. Pengolahan dan analisis data meliputi identifikasi peubah-peubah kinerja eksportir. Peubah-peubah tersebut kemudian dianalisis dengan uji korelasi

pearson untuk mengetahui hubungan antar peubah kunci kuota ekspotir.

Peubah-peubah yang tidak memiliki korelasi antar peubah kunci tersebut akan dilanjutkan dengan analisis regresi, sehingga dihasilkan peubah yang paling dominan dan persamaan regresi linear untuk menduga perhitungan kuota eksportir.

4. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah tesis, yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perhitungan kuota eksportir.

Metode Pengumpulan Data

Kajian Dokumen Administrasi

Kajian dokumen administrasi bertujuan memperoleh data dan informasi awal tentang kondisi dan gambaran tentang kegiatan tata usaha peredaran kulit reptil di Indonesia. Studi literatur yang dilakukan meliputi kebijakan yang berlaku dalam perijinan peredaran TSL khususnya terkait peredaran kulit reptil baik di dalam negeri maupun luar negeri .

Data dan informasi diperoleh melalui Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (Direktorat KKH), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Asosiasi Industri Reptil dan Amphibi Indonesia (AIRAI) dan eksportir kulit reptil.

Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung dilakukan dengan cara sensus kepada 44 eksportir kulit reptil. Pengumpulan data lapangan meliputi : (a) pemeriksaan dokumen administrasi eksportir meliputi copy SATS-LN, copy SATS-DN, BAP penyegelan,

invoice, PEB, airwil bil, laporan RKT, struck pembayaran askes/BPJS, struck

(22)

peubah-10

peubah kinerja eksportir meliputi realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1), tenaga kerja (X2), jenis produk barang jadi (X3), jenis produk

kulit samakan (crusted) (X4), investasi (X5), rendemen (X6), PNBP (X7), negara

tujuan (X8), waktu realisasi dari terbitnya SATS-LN (X9), kegiatan konservasi

(X10), bahan kimia (X11) dan listrik (X12).

Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi Eksportir

Pemeriksaan dilakukan dengan mengunjungi lokasi kantor dan pabrik pengolahan kulit. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melihat proses kegiatan pengolahan kulit mulai dari bahan mentah sampai menjadi kulit samakan atau barang jadi. Selain itu juga data lokasi dari para eksportir kulit dan melakukan penilaian terhadap kelengkapan administrasi yaitu dengan mencocokan data laporan dengan kondisi di lapangan baik kantor maupun pabrik pengolahan kulit.

Peubah–Peubah Kinerja Eksportir

Peubah yang dipilih dalam penelitan ini merupakan komponen penunjang yang mencerminkan kinerja para eksportir, sehingga eksportir dapat memanfaatkan jatah kuota mereka secara optimal. Adapun peubah tersebut, yaitu realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya, tenaga kerja, jenis produk, investasi, rendemen, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), negara tujuan ekspor, waktu realisasi dari terbitnya Surat Angkut Tumbuhan Dan Satwa Liar ke Luar Negeri (SATS-LN), kegiatan konservasi, bahan kimia dan listrik.

1. Realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya

Salah satu peubah yang dipilih dalam penelitian penentuan cara perhitungan kuota ekspor yaitu besarnya realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya. Penilaian terhadap realisasi pemanfaatan kuota ekspor merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kemampuan eksportir dalam menghabiskan jatah kuota ekspor yang diberikan oleh pemerintah.

Data realisasi pemanfaatan kuota ekspor diperoleh dari Ditjen KSDAE cq. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati tepatnya pada Subdit Pemanfaatan Jenis Seksi Tertib Peredaran. Adapun data realisasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun 2014, terhitung sejak kuota ekspor diterbitkan oleh Ditjen KSDAE sampai dengan 31 Desember 2014.

2. Tenaga kerja

Industri kerajinan kulit reptil secara langsung telah membantu pemerintah dalam upaya penyerapan tenaga kerja, mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar areal kegiatan usaha. Pemerintah sangat peduli kepada industri atau kegiatan usaha yang dapat menampung atau menyerapan tenaga kerja. Atas pertimbangan tersebut maka jumlah tenaga kerja dipilih menjadi salah satu peubah kunci.

3. Jenis produk

(23)

11 4. Investasi

Investasi merupakan banyaknya modal yang dipergunakan untuk menunjang kinerja kegiatan usaha industri kulit. Investasi tersebut meliputi kepemilikan lahan, toko (showroom), teknologi dan sarana prasana penunjang kegiatan usaha lainnya. 5. Rendemen

Rendemen adalah prestasi eksportir dalam kegiatan memproduksi kulit mentah sampai dengan proses kulit samakan dan/atau barang jadi. Persentase rendemen yang dihasilkan dari para eksportir sangat bergantung pada tingkat kreatifitas eksportir tersebut dalam menfaatkan kulit yang rusak.

6. Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)

Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) merupakan kewajiban dari para eksportir untuk melakukan pembayaran atas pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang telah mereka gunakan. Hal tersebut merupakan pengganti dari nilai intrinsik atas sumberdaya yang telah mereka ambil dari alam.

Pemilihan PNBP menjadi salah satu peubah karena dipandang memiliki ciri atas kinerja eksportir. Begitu banyak pungutan PNBP yang dilakukan pemerintah terhadap kegiatan usaha TSL ini. Mulai dari iuran tangkap atau ambil TSL, iuran ijin pengedar TSL dalam negeri, iuran ijin pengedar TSL ke luar negeri dan iuran angkut TSL ke luar negeri (IASLTA). Dalam penelitian ini, PNBP yang dihitung hanya berdasarkan pada besarnya iuran angkut dari tumbuhan dan satwa liar ke luar negeri (IASLTA) pada tahun 2014.

7. Negara tujuan ekspor

Negara tujuan ekspor menggambarkan besarnya jaringan pemasaran dari eksportir. Salah satu indikator penilaian dalam perhitungan kuota ekspor yaitu jumlah negara tujuan ekspor. Semakin banyak negara tujuan ekspor maka pemasaran atas produk dari eksportir tersebut semakin baik.

8. Waktu realisasi dari terbitnya SATS-LN

Kegiatan perdagangan kulit ular Sanca Batik (Python reticulatus) harus diliput oleh dokumen SATS-LN. Waktu realisasi pengiriman spesimen dari terbitnya SATS-LN menggambarkan adanya kepastian pembeli. Hal ini untuk menghindari adanya monopoli dan spekulasi yang merugikan eksportir lain. 9. Kegiatan konservasi

Dalam rangka menjaga kelestarian tumbuhan dan satwa liar dan sebagai wujud tanggung jawab atas pemanfaatan dari tumbuhan dan satwa liar, maka kegiatan konservasi seyogyanya menjadi peubah dalam perhitungkan kuota eksportir. Kegiatan konservasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar suatu eksportir ikut berperan serta dalam mendukung program kegiatan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, yang meliputi : kegiatan penangkaran, inventarisasi populasi satwa, pembinaan habitat, pelepasliaran, kampanye, studi, kajian, penelitian dan lain sebagainya.

10. Bahan kimia

Pembelian bahan kimia juga merupakan salah satu peubah yang diamati dalam penelitian cara perhitungan kuota eksportir. Proses penyamakan kulit yang dilakukan oleh eksportir pasti memerlukan bahan kimia. Sehingga bukti pembelian bahan kimia menjadi kunci penciri bahwa eksportir tersebut melakukan penyamakan.

11. Listrik

(24)

12

mesin jahit dan mesin-mesin penunjang memerlukan listrik. Sehingga besarnya pembayaran listrik atas pemanfaatan daya listrik dari kegiatan operasional produksi menjadi salah satu peubah kunci penciri kinerja eksportir.

Secara ringkas metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data berdasarkan tujuan masing-masing yang tersaji pada Tabel 1.

(25)

13

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penentuan rumusan cara perhitungan kuota eksportir kulit ular sanca batik (Python reticulatus) dilakukan dengan analisis kuantitatif. Data hasil lapangan, kemudian diuji untuk masing-masing peubah kinerja eksportir (uji seleksi peubah kunci eksportir). Setelah peubah tersebut dilakukan pengujian maka tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda berupa metode enter.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengecekan langsung di lapangan terdapat beberapa data eksportir yang meragukan sehingga dalam penelitian ini diputuskan hanya menggunakan data sebanyak 30 eksportir.

Uji Seleksi Peubah Kunci Eksportir

Seleksi peubah kunci kinerja eksportir dalam pendugaan perhitungan kuota eksportir, menggunakan fungsi-fungsi antara lain realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1), tenaga kerja (X2), jenis produk barang jadi (X3),

jenis produk kulit samakan (crusted) (X4), investasi (X5), rendemen (X6), PNBP

(X7), negara tujuan (X8), waktu realisasi dari terbitnya SATS-LN (X9), kegiatan

konservasi (X10), bahan kimia (X11) dan listrik (X12).

Penentuan korelasi antar peubah kunci kinerja eksportir tersebut (Xi) dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 23. Hipotesis pengujian tersebut dirumuskan sebagai berikut :

H0 = Antar peubah kunci kinerja eksportir dalam perhitungan kuota eksportir

tidak saling berkorelasi

H1 = Antar peubah kunci kinerja eksportir dalam perhitungan kuota eksportir

saling berkorelasi

Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic

significance) sebagai berikut:

1. Jika probabilitas > 0.05, maka H0 diterima

2. Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak atau H1 diterima.

Kaidah keputusan adalah menolak Ho jika nilai signifikansi. lebih besar daripada pada taraf uji α = 5% (p=0,05). Peubah-peubah yang menunjukkan tidak adanya korelasi antar peubah kunci kinerja eksportir dalam perhitungan kuota eksportir, selanjutnya akan dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil identifikasi pemeriksaan kelengkapan administrasi eksportir berupa ijin pengedar luar negeri, rencana kerja tahunan (RKT), berita acara pemeriksaan (BAP) ekspor TSL, akte notaris dan arsip dokumen CITES SATS-LN 2014 serta hasil wawancara terhadap para eksportir, sehingga diperoleh peubah kunci dalam rumusan perhitungan kuota eksportir yaitu berupa realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1), tenaga kerja (X2), jenis produk barang jadi (X3),

jenis produk kulit samakan/crusted (X4), investasi (X5), rendemen (X6), PNBP

(X7), negara tujuan (X8), waktu realisasi dari terbitnya SATS-LN (X9), kegiatan

(26)

14

Analisis regresi linier berganda tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana peran peubah tersebut dalam mempengaruhi penentuan rumusan perhitungan kuota eksportir. Penentuan peubah kunci dalam perhitungan kuota eksportir yang berpengaruh terhadap besarnya jatah kuota eksportir dilakukan dengan pendekatan multivariate analisis. Tahapan analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 23.0.

Peubah tidak bebas (Y) merupakan besarnya kuota yang akan didapat oleh eksportir, sedangkan peubah bebas (X) merupakan peubah-peubah kunci yang mencirikan kinerja eksportir dalam pendugaan perhitungan kuota eksportir, yaitu terdiri dari realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1), jumlah

Persamaan yang digunakan adalaah sebagai berikut (Suprapto 2004) : Y = b0 + b1X1 + b2X2+ …….bqXq + ɛ

Keterangan :

Y = Jumlah Kuota eksportir (lbr) b0 = Intersep

bi = Nilai koefisien regresi ke-i

X1 = Realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (lbr)

X2 = Jumlah tenaga kerja (org)

X9 = Waktu Realisasi dari Terbitnya SATS-LN (hari)

X10 = Kegiatan konservasi (Rp)

Model regresi yang didapatkan harus sesuai atau memenuhi dengan syarat-syarat regresi antara lain:

1. Uji normalitas

(27)

15 2. Uji statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh peubah bebas secara bersama-sama terhadap peubah terikat. Tahapan analisis dilakukan dengan

software SPSS 23.0. Hipotesis pengujian tersebut dirumuskan sebagai berikut :

H0 = Semua peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat

H1 = Semua peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah terikat.

Jika Fhit<F(α/2) atau nilai sig.> 0.05 maka H0 diterima, artinya peubah bebas (Xi)

tidak berpengaruh nyata terhadap kuota eksportir (Y), atau sebaliknya. 3. Uji terhadap multikolinieritas

Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah tersebut dapat dilihat langsung melalui hasil analisi, dimana apabila nilai Varian Inflation Factor

(VIF) < 10 tidak ada masalah multikolinier yang berarti bahwa model regresi sudah tepat (Iriawan dan Astuti 2006).

4. Uji heteroskedastisitas

Salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil adalah

homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran

atas asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis uji

heteroskedastisitas (Ghozali 2006):

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

5. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat (eror) dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW berada diantara 1.55 dan 2.46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004). 6. Uji keandalan

Uji keragaman digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman yang dapat dijelaskan oleh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas yaitu melihat seberapa kuat peubah yang dimasukkan ke dalam model dapat menerangkan model (Iriawan dan Astuti 2006). Uji keandalan ini dapat dilihat dari hasil analisis

(28)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Peubah Kunci Perhitungan Kuota Eksportir

Perhitungan kuota eksportir merupakan proses awal penetapan kuota ekspor oleh Ditjen KSDAE. Proses perhitungan kuota eksportir perlu memperhatikan peubah-peubah yang mencerminkan kinerja para eksportir. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa tidak semua peubah yang digunakan dalam penelitian penentuan cara perhitungan kuota eksportir kulit ular ini memiliki korelasi antar peubah kunci kinerja eksportir tersebut.

Semua peubah kunci eksportir dilakukan uji multikoliearitas. Uji multikolinieritas ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antar peubah kunci, apabila antar peubah kunci memiliki korelasi yang kuat maka terjadi masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi masalah multikolinearitas antar peubah. Sebagian besar antar peubah-peubah kunci eksportir (Xi) tidak memiliki korelasi. Peubah-peubah kunci eksportir yang tidak memiliki korelasi peubah bebas diantaranya produk barang jadi (X3), produk

crusted (X4), nilai investasi (X5), rendemen (X6), PNBP (X7), negara tujuan (X8),

waktu realisasi (X9), kegiatan konservasi (X10), dan bahan kimia (X11) (Tabel 3).

Peubah-peubah tersebut tidak memiliki korelasi antar peubah kunci eksportir. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas pada masing-masing peubah yang menunjukan >0.05. Beberapa peubah dipilih untuk menentukan rumusan perhitungan kuota eksportir adalah produk barang jadi (X3), produk crusted (X4), investasi (X5),

rendemen (X6), waktu realisasi (X9), dan kegiatan konservasi (X10). Hal ini karena

peubah tersebut memiliki korelasi lemah antar peubah bebas, yang ditunjukkan dari nilai probabilitas pada masing-masing peubah yang menunjukkan nilai > 0.05. Nilai signifikansi uji multikolinearitas hubungan antar peubah kunci eksportir dengan peubah kunci lainnya disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 2 Hubungan peubah kunci eksportir dengan peubah kunci lainnya

(29)

17

Tabel 2 Hubungan peubah kunci eksportir dengan peubah kunci lainnya (lanjutan)

Variabel

Keterangan: *) peubah kunci yang tidak berkorelasi

Realisasi Pemanfaatan Kuota Ekspor Tahun Sebelumnya (X1)

Uji korelasi menunjukkan bahwa realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya (X1) menunjukkan berkorelasi terhadap semua peubah bebas

perhitungan kuota eksportir. Hal ini karena nilai signifikansi korelasi eksportir <0.05. Besarnya realisasi pemanfaatan kuota ekspor tahun sebelumnya merupakan salah satu indikator kinerja eksportir atas kemampuannya dalam menghabiskan jatah kuota yang diberikan oleh pemerintah. Setiap eksportir harus bertanggungjawab atas jatah kuota yang mereka peroleh. Realisasi pemanfaatan kuota ekspor yang mereka lakukan adalah merupakan suatu prestasi atas perjuangan dari eksportir yang harus diapresiasi oleh pemerintah.

Tenaga Kerja (X2)

Peubah tenaga kerja (X2) menunjukkan korelasi terhadap semua peubah

bebas perhitungan kuota eksportir. Hal ini karena nilai signifikansi korelasi eksportir <0.05. Tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga kerja tetap, yang terdaftar dalam BPJS ketenagakerjaan. Hal ini dibuktikan dengan bukti pembayaran rutin BPJS.

Para eksportir selain memperkerjakan tenaga kerja tetap juga memperkerjakan tenaga kerja lepas. Tenaga kerja lepas atau tidak tetap atau sampingan adalah tenaga kerja yang hanya bekerja pada perusahaan pada saat dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Jumlah tenaga kerja memiliki korelasi terhadap jatah kuota ekspor. Jatah kuota yang tinggi akan berpengaruh terhadap kebutuhan tenaga kerja.

Jenis Produk Barang Jadi (X3)

Produk barang jadi (X3) tidak berkorelasi terhadap produk crusted (X4), nilai

investasi (X5), rendemen (X6), PNBP (X7), dan bahan kimia (X11). Hal ini karena

nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Jenis produk kulit yang dihasilkan oleh para eksportir yaitu jenis produk kulit samakan (crusted) dan jenis produk barang jadi. Jenis produk barang jadi berupa hasil kerajinan tangan manusia, seperti tas, dompet, ikat pinggang, jaket, sepatu, gantungan kunci serta aksesoris lainnya.

Jenis Produk Kulit Samakan/Crusted (X4)

(30)

18

rendemen (X6) dan waktu realisasi (X9). Hal ini karena nilai signifikansi korelasi

eksportir >0.05. Berdasarkan fakta menunjukkan bahwa produk kulit samakan memiliki permintaan ekspor di pasar internasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk barang jadi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kulit yang diekspor dalam bentuk kulit samakan jauh lebih besar dibandingkan dengan produk barang jadi. Jumlah kulit samakan yang diekspor sebanyak 151.363 lembar kulit (96%) dari kuota nasional sebesar 157.500 lembar.

Nilai Investasi (X5)

Investasi (X5) tidak berkorelasi dengan peubah waktu realisasi (X9). Hal ini

karena nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Nilai investasi merupakan banyaknya modal yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha dibidang industri kulit, mulai dari kepemilikan lahan hingga sarana prasana penunjang kegiatan usaha. Investasi eksportir berkorelasi pada realisasi ekspor reptil yang dilakukan oleh eksportir tersebut. Eksportir yang memiliki nilai investasi tinggi biasanya merealisasikan ekspor kulit reptil yang lebih besar.

Rendemen (X6)

Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson menunjukkan bahwa peubah rendemen tidak berkorelasi dengan peubah kegiatan konservasi (X10). Hal ini

karena nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata rendemen yang dihasilkan oleh perusahaan eksportir adalah 90-95%. Rendemen yang dimaksud dalam hal ini adalah hasil produksi atau prestasi dari eksportir dalam memproduksi produk dari kulit ular. Hasil ini berbeda dengan penelitian Santoso et al. (2009) yang menyatakan bahwa standar rendemen yang ditetapkan untuk produk gula sebesar 12.5%. Rendemen produk akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

Pendapatan Nasional Bukan Pajak (X7)

Berdasarkan analisis korelasi pearson menunjukkan peubah PNBP (X7)

tidak berkorelasi dengan produk barang jadi (X3). Hal ini karena nilai signifikansi

korelasi eksportir > 0.05. Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) dalam penelitian ini adalah iuran PNBP atas kegiatan perdagangan tumbuhan atau satwa liar ke luar negeri dari hasil pengambilan/penangkapan tumbuhan atau satwa liar di habitat alam atau penangkaran. PNBP merupakan pengganti dari nilai intrinsik atas pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang telah mereka ambil di alam.

Negara Tujuan Ekspor (X8)

Negara tujuan ekspor dipilih menjadi salah satu peubah penilaian perhitungan kuota ekspor karena memiliki ciri yang mencerminkan kinerja eksportir. Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson menunjukkan bahwa peubah negara tujuan ekspor (X8) tidak berkorelasi dengan kegiatan konservasi

(X10). Hal ini karena nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Pasar tujuan

(31)

19

Waktu realisasi (X9)

Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson menunjukkan bahwa peubah waktu realisasi (X9) tidak berkorelasi dengan kegiatan konservasi (X10). Hal ini

karena nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Lamanya waktu realisasi dapat dilihat melalui dokumen SATS-LN. Semakin lama realisasi pengiriman spesimen TSL maka menunjukkan belum adanya kepastian transaksi antara eksportir dan importir, dan mengindikasikan terjadinya spekulasi jual beli.

Kegiatan Konservasi (X10)

Berdasarkan uji korelasi pearson menunjukkan bahwa peubah kegiatan konservasi (X10) tidak berkorelasi dengan peubah rendemen (X6), negara tujuan

(X8), dan waktu realisasi (X9). Hal ini karena nilai signifikansi korelasi eksportir

>0.05. Kegiatan konservasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berpartisipasi dalam dana inventarisasi populasi satwa, pembinaan habitat, dan keikutsertaan dalam setiap kegiatan di lingkup KKH. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa eksportir kulit reptil sebagian besar belum berpartisipasi dalam kegiatan konservasi. Eksportir reptil yang ikut berperan dalam kegiatan konservasi hanya enam perusahaan dari keseluruhan eksportir kulit reptil.

Bahan Kimia (X11)

Berdasarkan uji multikolinearitas dengan korelasi menunjukkan bahwa bahan kimia (X11) tidak berkorelasi dengan produk barang jadi (X3). Hal ini

karena nilai signifikansi korelasi eksportir >0.05. Bahan kimia digunakan untuk memproduksi kulit samakan oleh eksportir. Proses pembuatan kulit samakan hanya sedikit eksportir yang menggunakan bahan kimia. Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa eksportir yang dalam proses pembuatan kulit menggunakan bahan kimia menghasilkan produk crusted lebih banyak dibandingkan dengan eksportir lain tanpa bahan kimia. Hal ini berhubungan dengan permintaan ekspor produk crusted di pasar internasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan barang jadi.

Rumusan Perhitungan Kuota Eksportir

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan melihat nilai probabilitas dari uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat enam peubah yang memiliki korelasi lemah antar peubah bebas diantaranya produk barang jadi (X3), produk

crusted (X4), investasi (X5), rendemen (X6), waktu realisasi (X9), dan kegiatan

konservasi (X10). Peubah-peubah tersebut memiliki korelasi lemah antar peubah

(32)

20

Tabel 3 Hasil analisis regresi linear berganda pada rumusan perhitungan kuota ekspotir menunjukkan bahwa produk barang jadi (X3), produk crusted (X4), investasi (X5),

rendemen (X6), waktu realisasi (X9), dan kegiatan konservasi (X10) memiliki

pengaruh yang paling dominan terhadap perhitungan kuota eksportir kulit ular sanca batik. Hal ini menunjukkan bahwa peubah yang digunakan dalam perhitungan kuota eksportir, cukup menggunakan peubah-peubah tersebut. Besarnya jatah kuota eksportir ditentukan oleh peubah-peubah yang memiliki pengaruh dominan tersebut. Analisis regresi linear tersebut menghasilkan persamaan atau rumusan regresi sebagai berikut:

Peubah-peubah yang memiliki pengaruh dominan tersebut memiliki hubungan yang negatif dan positif terhadap perhitungan kuota eksportir. Peubah yang memiliki hubungan positif terhadap perhitungan kuota eksportir diantaranya produk barang jadi (X3), produk crusted (X4), investasi (X5), rendemen (X6), dan

kegiatan konservasi (X10). Peubah yang memiliki hubungan negatif terhadap

perhitungan kuota eksportir adalah waktu realisasi (X9). Persamaan atau rumusan

regresi linear pertama (Y) di atas diinterpretasikan bahwa apabila setiap peubah dominan eksportir tersebut memiliki nilai konstan maka kuota eksportir bernilai 2.001.

Model yang didapatkan telah sesuai dengan asumsi klasik regresi diantaranya:

1. Uji normalitas

(33)

21 sebanyak 30 tersebut, ditransformasi dalam Arcsin, untuk mendapatkan distribusi data menyebar normal. Uji normalitas berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov

dengan taraf nyata alpha (0.05). Uji normalitas yang dihasilkan dari model tersebut sebesar 0.200, sehingga dikatakan nomal karena nilai sig. > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi residual menyebar normal terpenuhi.

2. Uji statistik F

Hasil Uji f yang menunjukkan bahwa persamaan regresi menghasilkan nilai

f-hitung sebesar 53.729 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (Tabel 4). Hal ini

menunjukkan bahwa peubah produk barang jadi (X3), produk crusted (X4),

investasi (X5), rendemen (X6), negara tujuan ekspor (X8), dan waktu realisasi (X9)

berpegaruh nyata terhadap perhitungan kuota eksportir. Hasil uji f memberikan cukup bukti bahwa terdapat hubungan yang linier antara peubah kunci eksportir terhadap perhitungan kuota eksportir.

Tabel 4 Tabel Anova pada rumusan perhitungan kuota ekspotir

ANOVAa

Uji multikolinearitas merupakan salah satu uji asumsi klasik, yang merupakan prasyarat statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi. Uji multikolinearitas didasarkan pada nilai korelasi atau VIF yang terdapat pada model yang telah diregresikan. Nilai VIF yang kurang dari sepuluh (VIF < 10) menunjukkan tidak terjadi masalah multikolinearitas. Semua yang berpengaruh dominan terhadap kuota eksportir tidak memiliki masalah uji multikolinearitas. Hal ini karena nilai Varian Inflation Factor (VIF) < 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0.1 (Tabel 3).

Model regresi yang baik merupakan tidak terjadi masalah multikolinearitas antar peubah atau memiliki korelasi yang lemah antar peubah bebas lainnya. Menurut Pratisto (2010) korelasi yang erat diantara peubah bebas harus dihindari karena dapat menimbulkan berbagai masalah pada rumusan regresi yang terbangun. Iriawan dan Astuti (2006) menyatakan bahwa apabila nilai Varian

Inflation Factor (VIF) < 10 tidak ada masalah multikolinier yang berarti bahwa

rumusan regresi sudah tepat. Peubah bebas memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1 atau nilai VIF lebih kecil dari 10 maka peubah tersebut tidak mengalami multikolineraitas.

4. Uji heterokedasitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized

(34)

22

pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Lampiran 3).

5. Uji autokorelasi dan keandalan

Uji autokorelasi pada rumusan regresi yang dihasilkan dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (DW). Firdaus (2004) menyatakan bahwa nilai DW antara 1.55 sampai 2.46 menunjukkan tidak ada autokorelasi. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji autokorelasi pada persamaan regresi yang dihasilkan berada diantara nilai 1.55 dan 2.46 yaitu sebesar 1.550. Hal ini menunjukkan bahwa rumusan yang dihasilkan tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 5 Hasil analisis autokorelasi pada rumusan perhitungan kuota eksportir

Model Summaryb

Persamaan regresi menghasilkan nilai adjusted R square yaitu sebesar 0.916. Hal tersebut mengandung arti bahwa sebesar 91.6% persamaan regresi cara perhitungan kuota eksportir tersebut dapat dijelaskan oleh peubah produk barang jadi, produk crusted, rendemen, investasi, waktu realisasi, dan kegiatan konservasi sedangkan 8.4% dijelaskan oleh peubah lain yang tidak masuk dalam lingkup penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa rumusan perhitungan kuota eksportir yang dihasilkan sangat valid. Hasil uji f memberikan cukup bukti bahwa terdapat hubungan yang linier antara perhitungan kuota eksportir dengan peubah-peubah kunci eksportir yang dominan. Model regresi yang dihasilkan tidak melanggar asumsi klasik regresi linier berganda yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, dan uji keandalan sehingga model yang dihasilkan dapat digunakan dalam menduga cara perhitungan kuota eksportir.

Peubah-peubah yang memiliki pengaruh baik positif maupun negatif tersebut sangat penting dalam penentuan kuota eksportir yang didapatkan. Berdasarkan rumusan atau model didapatkan bahwa peubah-peubah yang memiliki pengaruh positif antara lain produk barang jadi (X3), produk crusted

(X4), investasi (X5), rendemen (X6), dan kegiatan konservasi (X10). Sedangkan

peubah yang berpengaruh negatif yaitu waktu realisasi (X9). Hal yang selama ini

berjalan bahwa penetapan kuota lebih banyak berdasarkan pada realisasi tahun sebelumnya tanpa memperhatikan faktor lain seperti tenaga kerja, produk yang dihasilkan, investasi, serta kegiatan konservasi (Nainggolan 2015). Selain itu juga tidak memperhatikan kondisi aktual mengenai realisasi pengiriman barang melalui dokumen SATS-LN dan jumlah stock gudang eksportir. Hal tersebut terjadi karena lemahnya pengawasan dari petugas BKSDA. Apabila penentuan kuota hanya berdasarkan kuota tahun sebelumnya, maka bisa terjadi kemungkinan realisasi “maya” atau palsu yang hanya sebatas pembuatan dokumen SATS-LN.

Jenis produk barang jadi (X3)

Jenis produk barang jadi (X3) berupa hasil kerajinan tangan manusia, seperti

(35)
(36)

24

sumber devisa. Selain itu, perlu didukung juga dengan teknologi yang lebih canggih dan desain produk barang jadi yang dihasilkan lebih menarik, sehingga dapat menarik peminat dari banyak negara lain. Eksportir produk barang jadi juga perlu dilakukan pelatihan dan promosi yang bersifat skala international, dalam mengembangkan produk barang jadi tersebut sehingga dapat bersaing di pasar internasional.

Standar permintaan produk kulit yang ditetapkan oleh pasar internasional sangat tinggi. Hal ini menjadikan motivasi eksportir tersebut harus mampu memenuhi permintaan pasar internasional tersebut. Produk kulit asal Indonesia begitu sangat diminati dan memberikan keuntungan kepada eksportir yang signifikan. Wiryani et al. (2013) menyatakan bahwa industri kulit mampu menghasilkan nilai tambah yang cukup besar. Indonesia yang merupakan negara produsen utama kulit ular, tetapi nilai pendapatan negara yang dihasilkan dari perdagangan kulit ular masih sangat kecil, hal tersebut disebabkan karena rendahnya harga patokan yang ditetapkan pemerintah. Selain itu Indonesia belum memiliki posisi tawar dalam penentuan harga kulit dunia.

Produk crusted (X4)

Produk crusted (X4) merupakan salah satu peubah kunci eksportir yang

memiliki pengaruh positif terhadap perhitungan kuota eksportir. Apabila peubah produk crusted memiliki nilai konstan maka kuota eksportir akan bertambah sebesar 0.072. Permintaan produk crusted jenis ular sanca batik lebih tinggi dibandingkan dengan produk barang jadi kulit reptil.

Realisasi ekspor terbesar adalah produk kulit samakan atau crusted. Hal ini menunjukkan bahwa peminat lebih senang untuk mengolah produk kulit samakan atau crusted tersebut menjadi barang jadi di negaranya sendiri. Permintaan produk crusted jenis ular sanca batik lebih tinggi dibandingkan dengan produk barang jadi kulit reptil. Mereka lebih senang untuk mengolah produk kulit samakan atau crusted tersebut menjadi barang jadi di negaranya sendiri.

(37)

Gambar

Tabel Anova pada rumusan perhitungan kuota ekspotir
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian penentuan rumus perhitungan kuota
Tabel 1  Peubah yang siukur, simbol, satuan, metode pengumpulan, pengolahan
Tabel 2 Hubungan peubah kunci eksportir dengan peubah kunci lainnya
+4

Referensi

Dokumen terkait

H!K Siwas dengan S&amp;K, Satintelkam, Satreskrim, Stresnarkoba, Satbinmas, Satsabhara, Satlantas, Sattahti, Sitipol adalah berkoordinasi dalam rangka pengawasan

Ada dua hal yang dapat menerangkan keadaan terse but yaitu ( 1) terdapat resiko tinggi dalam hubungannya dengan perlakuan pengeringan dan kerusakan gabah, pada musim

Pada penelitian sebelumnya, pada tanaman kacang hijau ( V. radiata ) di India, menyatakan bahwa efek kombinasi antara inokulan Rhizobium sp., Pseudomonas fluorescens dan

Dari permasalahan yang ada maka penulis membangung Sistem Informasi Kasir Hokky Waroeng Dimsum Surakarta dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan transaksi pelayanan

Tegangan maju akan terukur sebagai tegangan jatuh pada keluaran dioda yang terhubung pada saluran tambahan bagian atas, sedangkan arus listrik pada saluran

Pedoman ini merupakan acuan umum bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan, pemeliharaan, penilaian dan penetapan kebun sumber bahan tanam tanaman rempah dan penyegar di

Pada hari ini Jum’at tanggal Dua Puluh Enam bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas, bertempat di Ruang Sekretariat Kelompok Kerja (Pokja) Barang/ Jasa Lainnya Pada

a) Perempuan harus bersama-sama berjaringan, baik di dalam dan di luar partai partai politik. Adanya kegiatan mengorganisir diri, perempuan akan mempunyai posisi