Ideologi dalam Teks Pidato Presiden Ir. H. Joko Widodo
(Analisis Wacana Teks Pidato Politik Pertama Presiden Ir. H. Joko Widodo pada Upacara Pelantikan Presiden)
SKRIPSI
Nahdia Tannaqi 201010040311092
Skripsi ini dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Akhir untuk Memperoleh Gelar Strata 1
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
LEMBAR PENGESAHAN Nama : Nahdia Tannaqi
NIM : 201010040311092 Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Ideologi dalam Teks Pidato Presiden Ir. H. Joko Widodo
(Analisis Wacana Teks Pidato Politik Pertama Presiden Ir. H. Joko Widodo pada Upacara Pelantikan Presiden).
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang dan dinyatakan LULUS
Pada
Hari : Senin
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta kuasanya-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul Ideologi dalam Teks Pidato Presiden Ir. H. Joko Widodo (Analisis Wacana Teks Pidato Politik Pertama Presiden Ir. H. Joko Widodo pada Upacara Pelantikan Presiden). Penelitian ini didasari dari fenomena pilpres 2014 yang dikatakan sebagai pilpres terkotor, terpanas, terheboh, paling menegangkan, dan paling menghawatirkan dalam sejarah demokrasi politik di Indonesia. Dimana hanya terdapat dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berebut kursi pemerintahan.
baik nasional maupun internasional mengingat sosok presiden yang juga dikatakan fenomenal. Dimana latar belakangnya yang seorang pengusaha, menjadikan beliau presiden pertama di Indonesia yang bukan berasal dari kalangan elit politik atau militer, namun telah meraih prestasi politik yang jarang dapat disamai oleh orang lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna ideologi apa yang terkandung dalam pidato politik pertama beliau menjabat sebagai presiden.
Tidak sedikit penulis menghadapi hambatan dan tantangan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materi sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :
1. Allah SWT tempat berkeluh kesah, pemberi harapan, pencipta alam semesta, senantiasa menjawab doa-doaku dan Maha segalanya yang telah memberikan banyak hidayah serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Nabi Muhammad SAW. melalui beliau ajaran Islam itu disampaikan sehingga umat Islam dapat mengikuti kebaikannya.
4. Bapak Drs. Budi Suprapto, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada saya sebagai bekal untuk menjalani masa depan.
6. Sahabat-Sahabatku, Alfian Nizar Mahardi, Irma Rokhmatul, Geraldien Putri, Minhatul Alam, Pangestu, serta keluarga besar IKOM B 2010, teman-teman kosku, Retno, Linda, trimakasih atas support dan kenangan yang tak terlupakan.
7. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kerjasamanya.
Dalam hal ini penulis hanya manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun yang lainnya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran agar dapat memberikan masukan dalam penulisan selanjutnya. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Malang, 22 Januari 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
LEMBAR PERSETUJUAN ……….... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ………. iv
BERITA ACARA BIMBINGAN ………... v
ABSTRAK ……… vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ………. viii
MOTTO ……… ix
KATA PENGANTAR ………. x
DAFTAR ISI ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
1.1 Latar Belakang ……….. 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ……… 10
1.3 Tujuan Penelitian……….………. 11
1.4 Signifikansi Penelitian ……….. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 13
2.1 Pidato Sebagai Media Penyampai Pesan Komunikasi ………... 13
2.2 Teks dalam Paradigma Kritis ...……… 15
2.3 Politik, Wacana, dan Ideologi…..……… 18
2.4 Bahasa Sebagai Bentuk Pendefinisian Realitas dan Politik Penandaan……… 22
2.5 Nilai Persuasif dalam Pidato Politik ……….….. 24
2.6 Pidato Politik Sebagai Penguat Ideologi ………. 28
2.7 Wacana dalam Pidato menurut Perspektif Kritis ………. 31
BAB III METODE PENELITIAN ………. 51
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ……… 53
3.2 Objek Penelitian dan Unit Analisis ………... 53
3.3 Sumber dan Pengumpulan Data………. 54
3.4 Analisis Data ………..……… 54
3.4.2 Kognisi Sosial ……… 56
3.4.3 Konteks Sosial ………... 57
BAB IV ANALISIS DATA ……….. 59
4.1 Pengantar ……….………... 59
4.2 Analisis Tekstual Pidato ……… 60
4.2.1 Analisis Struktur Makro……….……… 60
4.2.2 Analisis Superstruktur ………..………...…….. 64
4.2.2.1 Analisis Struktur Mikro……….………. 72
4.2.2.2 Analisis Semantik ……….. 72
1) Latar Teks ………. 73
2) Detil Teks ………. 77
3) Maksud ………... 79
4) Praanggapan ………. 82
4.2.2.3 Analisis Sintaksis ……...………. 85
1) Bentuk Kalimat ………. 85
2) Koherensi……….……….. 90
3) Kata Ganti……….. 93
4.2.2.4 Analisis Stilistik……….. 98
4.2.3.4 Analisis Retoris ……….. 100
4.3 Analisis Kognisi Sosial ………. 108
4.4 Analisis Konteks Sosial ……… 120
BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN……… 130
5.1 Kesimpulan ………..…….... 134
5.2 Saran………. 135
DAFTAR PUSTAKA ……….. 136
[image:7.596.113.513.83.654.2]DAFTAR TABEL Tabel 1. Struktur Teks Van Dijk ………...…… 37
Tabel 2. Elemen Wacana Van Dijk ………..………...………. 38
Tabel 3. Kerangka Skema Penelitian Van Dijk ……… 50
Tabel 4. Kerangka Analisis Teks ……….. 55
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fachry. (1986). Refleksi Paham “Kekuasaan Jawa” dalam Indonesia Modern.Jakarta: PT. Gramedia.
Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan, Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana.
Djamaluddin, Deddy Malik, dan Yossal Iriantara. (1994). Komunikasi Persuasif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. (2000). Kekuasaan Otoriter Dari Gerakan Penindasan Menuju Politik Hegemoni. Yogyakarta: INSIST.
Eriyanto.(2001). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Fairclough, Norman. (2003). Relasi Bahasa, Kekuasaan, dan Ideologi. Terj. Indah Rohmani. Gresik: Boyan Publishing.
Lexy, Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy.(2005).Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. (2011). Komunikasi Politik. Terj. Tjun Sujarman. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Parera, J.D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Rakhmat, Jalaluddin.(2002).Retorikia Modern; Pendekatan Praktis.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex.(2012).Analisis Teks Media.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukarna. (1981). Ideologi Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Alumni. Suprapto, Tommy. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: MedPress.
Syamsul, Asep M.Romli.(2014).Komunikasi Politik. Copyright.
Thomas, Linda, & Shan Wareing. (2007). Bahasa, Masyarakat & Kekuasaan. Terj. Sunoto, dkk.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nonbuku
Anonim.(2014, 11 Juli).NU – Muhammadiyah Minta Semua Tahan Diri. Jawa Pos.
Azra, Azyumardi. (2014, 25 Juli). Pemilu 2014: Retrospeksi.Republika.
Nursalikah, Ani.(2014,10 Juli).Media Asing Soroti Pilpres Indonesia.Republika. Santoso, Anang. (2008). Jejak Halliday dalam linguistik kritis dan analisis wacana kritis. Bahasa dan Seni. 1. 1-15.
Sasmita, Ira. (2014, 25 Juli). Medsos Kaburkan Partisipasi Pilpres. Republika. Wajiran. (2014, 10 Juli).Fanatisme dalam Pemilu 2014. Republika
Wijaya, M.Akbar, dan Halimatus Sa’diyah.(2014, 10 Juli).Penetapan Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Paling Lambat 22 Juli 2014. Republika.
Website
Adesyams.(2009).Karakteristik Wirausaha. Diunduh darihttp://adesyams.blogspot.com/2009/09/karakteristik-wirausaha.html.
Anonim. (2014).Persiapan Pelantikan Joko Widodo-JK. Diunduh dari http://indonesian.irib.ir/editorial/cakrawala/item/86726-persiapan-pelantikan-Joko Widodo-jk.
Anonim. (2014).Pidato Perdana Presiden Republik Indonesia di Gedung MPR-DPR RISenayan Jakarta Tanggal 20 Oktober 2014. Diunduh darihttp://www.setneg.go.id/index.php?lang=id&option=com_content&task=view &id=8267
Anonim. (2014, 20 Oktober).Joko Widodo dilantik hari ini sebagai presiden
Indonesia. Diunduh dari
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/10/141016_jokowi_persiap anpelantikan
Anonim. (2013). Diunduh dari http://fpik.ipb.ac.id/index.php/profil/pidato-bung-karno
Anonim. (2014. 19 Oktober). Siapakah Pembuat Naskah Pidato Pelantikan Jokowi. Diunduh dari http://www.indopos.co.id/2014/10/siapakah-pembuat-naskah-pidato-pelantikan-jokowi.html
Anonim. (2014, 19 Oktober). Persiapan Pelantikan Jokowi-JK. Diunduh dari
http://indonesian.irib.ir/editorial/cakrawala/item/86726-persiapan-pelantikan-jokowi-jk
Malau, Srihandriatmo &Gusti Sawabi.(2014, 19 Oktober). Siapa Pembuat Pidato
Jokowi?. Diunduh dari
http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/10/19/09594491/siapa.pembuat.pidato .jokowi
Sholeh, Muhammad &Marcheilla Ariesta Putri Hanggoro. (2014, 18 Oktober). Malam ini Jokowi rampungkan naskah pidato pelantikan presiden. Diunduh dari http://www.merdeka.com/peristiwa/malam-ini-jokowi rampungkan-naskah-pidato-pelantikan-presiden.html
Vaswani, Karishma. (2014, 23 Juli). Makna Joko Widodo Sebagai Presiden Indonesia. diunduh dari http://www.bbc.com/indonesia berita_indonesia/2014/07/140722_indonesia_kepresidenan_Joko Widodo
Wardah, Fathiyah.(2014, 21 Agustus). MK Tolak Gugatan, Kubu Prabowo – Hatta Terima dengan Catatan.diunduh dari www.voaindonesia.com/content/mk-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari apa yang terlihat
atau pengutaraan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari
pemikiran. Menurut The Webster New Collegiate Dictionary (dalam
Sukarna, 1981: 2) Ideologi adalah cara hidup (tingkah laku) atau hasil
pemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau
suatu kelas. Ideologi juga merupakan pola pemikiran mengenai
pengembangan pergerakan atau kebudayaan. Suatu ideologi berasal dari
hasil pemikiran seseorang atau lebih yang tidak terlepas dari kehidupan
masyarakat dimana pemikir tersebut hidup. Sehingga suatu pemikiran itu
dapat menunjukkan kenyataan dalam masyarakat, sementara masyarakat itu
dipengaruhi oleh hasil pemikiran itu sendiri. Dapat diambil kesimpulan
bahwa ada pengaruh antara masyarakat dengan pemikiran, dan antara
pemikiran dengan masyarakat.
Ideologi politik menunjukkan adanya pergerakan untuk mencapai
suatu tujuan yang khusus. Ideologi sebagai cerminan pola pikir seseorang
yang memiliki tujuan untuk mengubah cara hidup sesuai dengan
ideologinya. Cara hidup ini baik berupa pikiran, tingkah laku maupun emosi
atau perasaan seseorang. Tentu agar dapat mencapai tujuan tersebut, sebuah
ideologi harus diutarakan atau diungkapkan. Untuk mengemukakan suatu
utama digunakan untuk mengungkap ideologi adalah dengan bahasa. Bahasa
seperti yang dikatakan Condon (dalam Eriyanto, 2000: 1) merupakan dunia
simbolik yang paling nyata. Dalam perumusan dan penyebaran ideologi,
peranan bahasa sangat menentukan. Eriyanto (2000) menyebutkan bahwa
ideologi membentuk dan dibentuk oleh bahasa. Dengan ideologi, seseorang
memberi makna pada realitas tertentu untuk memudahkan penyimpanan,
pemeliharaan, pengolahan, dan penyampaian makna. Pada gilirannya,
bahasa tertentu yang ditunjukkan pada rumusan kata dan kalimat
membentuk realitas sosial tertentu.
Melalui bahasa seseorang menampilkan dirinya. Begitu pula
dengan seorang penguasa atau elit politik, ia menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan ideologi demi tujuan tertentu. Adalah menarik untuk
melihat bagaimana perilaku politik dan ideologi elite politik dapat
mempengaruhi bahasa dan wacana yang berkembang, serta bagaimana
bahasa tersebut menggambarkan ideologi elit politik. Pemimpin politik
menggunakan bahasa dalam praktek politiknya melalui retorika untuk
mendukung politik yang dijalankannya.
Retorika didefinisikan sebagai penggunaan kata atau bahasa untuk
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku khalayak. Retorika
didasarkan pada fungsi bahasa yang mendasar, yaitu sebagai sarana simbolis
yang digunakan oleh manusia untuk membujuk manusia lain yang secara
alami beraksi dan bereaksi menggunakan simbol-simbol. Retorika tidak
yang memfokuskan perhatian pada topik atau aspek tertentu. Pemakaian
istilah atau kata-kata tersebut pada akhirnya dapat mengarahkan khalayak
pada pikiran dan perasaan tertentu, dan bahkan mempengaruhi tingkah laku
mereka (Eriyanto, 2000: 5).
Salah satu bentuk dari retorika adalah pidato. Pidato adalah
serangkaian kata yang tersusun secara sistematis disampaikan pada khalayak
umum pada situasi dan kondisi tertentu dengan tujuan menyampaikan
fikiran dan perasaan, atau mempengaruhi orang lain sehingga mereka dapat
mengikuti kehendak kita. Dengan peranan retorika sebagai ilmu berbicara
yang menggunakan teknik pemakaian bahasa berdasarkan pada
pengetahuan, sebuah pidato dapat tersusun dengan baik. Pidato merupakan
bagian dari komunikasi publik, demikian juga dalam komunikasi politik,
pidato merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan.
Pidato politik menjadi salah satu media dalam menyampaikan pesan politik
pada masyarakat. Menurut Asep (2014) Komunikasi politik (Political
Communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik
oleh aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Sehingga dalam hal ini pesan yang berkaitan
dengan pemerintahan dan kekuasaan dapat dikatakan termasuk dalam
kategori komunikasi politik, dimana komunikasi tersebut memiliki pesan
yang bermuatan politik.
Sebuah pidato dapat mengandung kebenaran yang relatif, juga
mencerminkan sebuah kebenaran yang tidak nyata, atau dibuat-buat, serta
dapat pula mengandung kebenaran yang nyata. Karena pidato menggunakan
teknik-teknik memanipulasi emosi untuk dapat menyentuh hati
pendengarnya. Dalam kajian retorika, retorika tidak hanya ilmu pidato,
tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Sebuah pidato
mempunyai makna atau maksud dalam setiap pemilihan bahasa, kata,
intonasi, maupun gaya bicara, semua mengandung makna sebagaimana
ajaran retorika. Pidato politik dalam hal ini termasuk dalam pidato
manuskrip, yakni pidato yang dilakukan dengan membaca teks yang telah
disiapkan. Untuk mengetahui makna apa yang ada di balik sebuah teks,
dalam kajian komunikasi dikenal dengan Analisis Wacana.
Analisis wacana merupakan suatu metode untuk mengetahui
tentang “bagaimana” (how) sebuah pesan atau teks komunikasi. Oleh karena
itu analisis wacana dapat mengetahui tidak hanya bagaimana isi teks berita
dan maknanya yang tersembunyi dalam teks, tetapi juga bagaimana pesan
itu disampaikan. Ada beberapa model analisis wacana, salah satunya yakni
model Van Dijk yang sering disebut sebagai model “Kognisi Sosial”.
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik
produksi yang harus juga diamati. Analisis jenis ini juga dapat melihat
bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga diperoleh suatu pengetahuan
mengapa teks bisa semacam itu (dalam Eriyanto, 2001: 221). Wacana, oleh
kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisisnya adalah menggabungkan
ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam
pandangannya, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks,
karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah
makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar makna tersembunyi dari
teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial (Eriyanto, 2001:
260).
Pidato pemimpin politik, apalagi presiden, adalah salah satu cara
atau strategi dalam menyampaikan produk politik dan ideologi politik tokoh
yang bersangkutan. Pidato presiden mempunyai posisi penting dalam
komunikasi politik. Sebagaimana ditulis Cohen (dalam Eriyanto, 2000: 2)
bahwa apa yang dikatakan presiden sebagai bagian dari pemerintahan
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dibandingkan pidato lainnya.
Pidato presiden selalu menunjukkan kebijakan publik, apa yang dikatakan
oleh presiden dianggap sebagai isu yang penting oleh pemerintah. Pidato
presiden juga mempengaruhi bagaimana masyarakat berpikir tentang realitas
sosial politik yang ada. Bahkan Hallin dan Mancini menyebut pidato
presiden sebagai wacana resmi pemerintah. Pidato-pidato presiden diliput
secara luas oleh media dan akan dijadikan rujukan pidato pejabat di
bawahnya (dalam Eriyanto, 2000: 3).
Pidato politik pertama presiden Ir. H. Joko Widodo menjadi momen
besar yang diperhatikan oleh berbagai kalangan nasional dan internasional.
di Indonesia. Pertama, revolusi (1945) dan yang kedua ialah proses Joko
Widodo menjadi presiden. Dalam hal ini, yang dimaksud ialah antusias
dalam menunjukkan keinginan rakyat terhadap pemimpinnya, seperti pada
revolusi kemerdekaan rakyat saat merebut kemerdekaan dari para penjajah
pada 1945, dan yang kedua, seperti animo masyarakat pada proses Joko
Widodo menjadi presiden ke-7 RI (dalam indonesian.irib.ir, diakses pada 8
Juni 2015).
Dalam beberapa dekade terakhir ini, Presiden Ir. H. Joko Widodo
atau yang lebih sering disebut dengan nama Joko Widodo atau Jokowi
menjadi pusat perhatian bangsa Indonesia dan dunia. Presiden Jokowi
adalah salah satu sosok fenomenal dalam sejarah politik Indonesia, karir
politiknya terbilang cukup cemerlang. Mulai menjabat sebagai wali kota
Surakarta hingga dua periode, dan belum berakhir masa jabatannya di
periode kedua, Joko Widodo terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta. Baru
dua tahun menjabat sebagai gubernur, Joko Widodo terpilih menjadi
Presiden RI periode 2014 – 2019. Ketenarannya dimulai saat memenangkan
pilgub Jakarta. Kemenangan menjadi gubernur di ibukota ramai menjadi
perbincangan karena Joko Widodo yang berasal dari daerah Jawa Tengah
telah beralih menjadi pemimpin ibukota, daerah metropolis dengan segala
perbedaan dan permasalahan yang kompleks.
Tidak butuh waktu lama bagi presiden Jokowi untuk naik menjadi
orang nomor satu di Indonesia. Kemenangan ini dianggap sebagai hal yang
pengusaha, namun di usianya yang belum genap 55 tahun, tepatnya 53
tahun, sudah mampu meraih prestasi politik yang cemerlang. Suatu prestasi
yang jarang dapat disamai oleh orang lain. Presiden Joko Widodo dianggap
fenomenal dan menjadi sorotan tidak hanya di Indonesia, bahkan di mata
dunia. Oleh karena itu, momen pelantikan beliau juga merupakan momen
yang paling ditunggu-tunggu baik nasional maupun dunia internasional.
Tidak mengherankan jika dilakukan kajian yang memfokuskan pada sosok
fenomenal tersebut. Pidato politik pertama presiden Joko Widodo adalah hal
penting yang perlu mendapat perhatian. Bagaimana pidato ini merupakan
langkah awal yang menentukan kelanjutan kepemimpinannya kedepan.
Pidato ini juga menjadi momen untuk berkomunikasi dengan masyarakat
Indonesia di tengah-tengah situasi politik yang panas pasca pilpres 2014.
Dimana pada pilpres 2014 terjadi banyak drama politik yang panas dalam
sejarah demokrasi di Indonesia. Terdapat dua kandidat capres cawapres,
yakni pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa di nomor urut pertama,
dan pasangan Joko Widodododo – Jussuf Kalla, di nomor urut dua. Banyak
kalangan memandang Pilpres 2014 sebagai pilpres paling „kompetitif‟,
paling heboh, dan juga paling menghawatirkan. Seperti yang dituliskan oleh
Azyumardi Azra (dalam Republika, Edisi 25 Juli 2014: 9) sebagai berikut:
pada hari – hari menjelang dan hari pencoblosan. Kekhawatiran yang sama juga ada menjelang dan di hari penetapan pemenang Pilpres pada 22 Juli. Banyak rumor beredar tentang bakal adanya kekerasan dan anarki.”
Banyak kalangan internasional memuji transisi demokrasi di
Indonesia. Menurut Reuters, majalah asing yang merupakan salah satu
media internasional yang turut memberitakan mengenai pilpres 2014 di
Indonesia selain BBC, New York Times, Xinhua, Sydney Morning,
menyebutkan bahwa kampanye pemilu Presiden 2014 merupakan yang
“terkotor” dan paling tegang dalam sejarah Indonesia, terdapat kekhawatiran
terjadi kekerasan (Ani Nursalikah dalam Republika, Edisi Kamis 10 Juli
2014: 5).
Setelah pencoblosan, terjadi parade klaim kemenangan oleh
masing-masing pasangan yang dimulai dari pasangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla, kemudian klaim juga dilakukan oleh pasangan Prabowo-Hatta.
Dimana terdapat dua versi quick count, ini merupakan sejarah baru di
Indonesia sebagaimana yang disebutkan oleh Harun Husein dalam
Republika pada Kamis, 10 Juli 2014 sebagai berikut.
“Pilpres 2014 ini menorehkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya dalam pesta demokrasi di Indonesia, muncul hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan kandidat berbeda. Aneh tapi nyata”.
Setelah penetapan kemenangan oleh KPU yang menyatakan
kemenangan atas Joko Widodo-Jusuf Kalla, Kubu Prabowo-Hatta
melanjutkan perkara ke Mahkamah Konstitusi, hingga akhirnya MK
Widodo-JK dengan perolehan suara 53,15%. Pada akhirnya pelantikan presiden dapat
dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014. Pada pelantikannya ini, Joko
Widodo menyampaikan pidato politik pertamanya sebagai presiden.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui
bagaimana makna pesan yang disampaikan presiden Joko Widodo melalui
pidato politik pertama pada pelantikan dengan menggunakan metode
analisis wacana model Van Dijk. Ini menjadi hal yang penting bagi peneliti
untuk di teliti. Mengingat hal ini merupakan sejarah baru bagi kehidupan
demokrasi di Indonesia. Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai
makna pesan dalam teks pidato politik, pada pidato pertama presiden Joko
Widodo saat upacara pelantikan. Dengan menggunakan analisis wacana,
penelitian dilakukan secara kritis untuk mengungkap makna dibalik pesan
dari pidato pertama presiden Joko Widodo. Sehingga dapat diketahui apa
sesungguhnya maksud tersembunyi dari presiden Joko Widodo dalam pidato
politik pertamanya menjabat sebagai presiden. Dengan analisis wacana ini
pula, ideologi presiden Joko Widodo akan tergambar melalui pemilihan
bahasa yang digunakan dalam pidatonya. Maka, melalui analisis bahasa
kritis akan terlihat wacana politik yang dijalankan. Dengan membahas
pidato Joko Widodo ini peneliti ingin mengetahui ideologi dan dasar
pemikiran yang mendasari teks pidato pertamanya. Ideologi yang
dimaksudkan pada penelitian ini adalah ideologi yang berupa ide atau
gagasan, nilai-nilai, pandangan, atau keyakinan dari presiden Joko Widodo
konteks doktrin atau ajaran seperti Nasionalisme, Komunisme, Sosialisme
dan sebagainya.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Untuk keperluan penelusuran terhadap aspek ideologi presiden
Joko Widodo, peneliti menggunakan pendekatan wacana model Van Dijk.
Oleh karena itu, aspek ideologi tersebut akan digali pada elemen-elemen
wacana model Van Dijk yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai
berikut:
1. Makna ideologi apa yang terkandung dalam teks pidato politik pertama
Presiden Joko Widodo pada upacara pelantikan presiden?
2. Bagaimana pemaknaan realitas sosial yang tercermin dalam teks pidato
politik pertama Presiden Joko Widodo pada upacara pelantikan
presiden?
3. Apakah teks pidato politik pertama Presiden Joko Widodo pada upacara
pelantikan presiden mencerminkan realitas sosial yang berlaku saat
pidato disampaikan?
Dengan demikian, penelitian ini menyangkut masalah apa yang
dikatakan, bagaimana pendapat disusun dan dirangkai, makna pesan yang
ingin ditekankan, bagaimana pendapat itu disampaikan, pilihan kata apa
yang dipakai, bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan,
bagaimana kognisi sosialnya, serta bagaimana teks tersebut dihubungkan
dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat
1.3 Tujuan Penelitian
Tentunya, melalui pendekatan analisis wacana ini, peneliti
memiliki maksud dan tujuan yang diungkapkan antara lain sebagai berikut:
1. Peneliti ingin mengungkap nilai-nilai ideologi dari presiden Joko
Widodo yang terkandung dalam struktur teks pidato pertamanya pada
saat upacara pelantikan.
2. Peneliti ingin mengungkap bagaimana pemaknaan realitas sosial oleh
presiden Joko widodo yang tercermin dalam teks pidato politik pertama
pada saat upacara pelantikan presiden.
3. Peneliti ingin mengungkap apakah teks pidato politik pertama presiden
Joko Widodo pada upacara pelantikan presiden mencerminkan realitas
sosial yang berlaku saat pidato diucapkan?
3.4 Signifikansi Penelitian
Harapan peneliti, penelitian ini dapat memiliki signifikansi atau
manfaat baik secara akademis maupun praktis. Secara akademis diharapkan
dapat memberikan kontribusi dalam kajian ilmu komunikasi khususnya
dalam bidang komunikasi politik. Untuk mengungkap makna pesan dibalik
sebuah pidato politik, utamanya dengan menggunakan analisis wacana
model Van Dijk. Dengan demikian dapat dijadikan referensi dan penelitian
lanjutan di bidang ini. Sedangkan secara praktis, penelitian pada pidato
perdana presiden Joko Widodo ini, peneliti mengungkap makna pesan yang
disampaikan Joko Widodo sehingga diharapkan dapat memberikan
politik di Indonesia akan bagaimana ideologi dan praktek politik yang
dijalankan oleh presiden Joko Widodo, serta masukan pada masyarakat
untuk lebih memahami makna pesan sebuah pidato politik sehingga dapat
bersikap kritis terhadap pesan politik yang disampaikan oleh seorang pelaku