• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HAMBAT BERBAGAI MACAM OBAT KUMUR

TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Streptococcus mutans

Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

Diny Febriany H

NIM : 1110103000071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang berderang dengan ilmu pengetahuan yang berlimpah.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul “Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd dan dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D dan Zeti Harriyati, S.Si, M.Biomed sebagai dosen pembimbing riset penulis, yang telah memberi arahan, motivasi, bimbingan, waktu, tenaga, pikiran, masukkan dan nasihat yang membangun kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan riset ini.

(6)

vi

Pak Bacok selaku laboran beserta OB yang telah membantu penulis dalam penelitian di laboratorium.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan kelompok riset Formula 1 yaitu Amali Fikriah, Aida Julia Ulfah, Siti Yayah Urfiah dan Uswatun Hasanah yang selalu menemani mengerjakan penelitian di laboratorium mikrobiologi dan selalu membantu dan menyemangati untuk menyelesaikan laporan riset ini. Tak lupa teman-teman PSPD 2010 yang selalu mendukung dan memotivasi, semoga kita selalu sukses dunia dan akhirat. Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Bayu yang telah mengajari kami SPSS dan semoga ilmu yang telah diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Tidak lupa dan tanpa mengurangi rasa hormat, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta dan sangat penulis sayangi Ayahanda Drs. H.A Hamdan Dimyati, M.Si dan Ibunda Hj. Oom Komariah, M.Pd yang telah memberikan motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis. Kakak-kakakku Sri Nur Nadya Hasanah, M.Ag dan Ahmad Dimyathi Atmawijaya, S.T dan adikku M. Zaki Dimyathi Atmawijaya serta orang-orang disekeliling penulis yang tidak bisa diucapkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan penelitian ini.

Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga ilmu ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, 12 September 2013

(7)

vii ABSTRAK

Diny Febriany H. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. 2013.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit destruktif pada jaringan keras gigi yang terjadi akibat infeksi Streptococcus mutans. Penggunaan obat kumur dilaporkan memiliki efek dalam menurunkan populasi bakteri pada gigi serta menurunkan angka kejadian karies. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek berbagai macam obat kumur yang beredar di pasaran terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Uji hambat pertumbuhan Streptococcus mutans

dilakukan secara triplo dengan metode disc diffusion memakai media agar darah. Obat kumur yang diuji berjumlah 8 merek dengan kandungan yang berbeda. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa obat kumur F memiliki efek hambat paling besar terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans lalu diikuti oleh obat kumur LGT, TC, C dan O. Sedangkan 3 obat kumur yaitu MDS, PH dan LV, tidak terbukti dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Uji Statistik Non-Parametrik, Kruskall-Wallis, didapatkan p<0,01, menunjukkan kebermaknaan dari penelitian ini. Penelitian ini membuktikan bahwa tidak semua obat kumur yang beredar di pasaran, dapat menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans, sebagai agen penyebab karies.

Kata kunci: obat kumur, Streptococcus mutans, disc diffusion

ABSTRACT

Diny Febriany H. Medical Education Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Inhibitory Effect of Various Mouthwashes on the Growth of Streptococcus mutans. 2013. Dental caries is one of the destructive diseases in the teeth that caused by the infection Streptococcus mutans. The mouthwash application is reported has effectively reduced the bacteria population on the mouth, thus, lowering the incidence of caries. The aim of this study is to observe the inhibitory effect of severaltype of mouthwashes that sold on ther market, on the growth of

Streptococcus mutans. The disc diffusion method was performed using blood agar media. Eight types of mouthwashes were investigated. We found that F mouthwash has the greatest inhibitory effect against the growth of Streptococcus mutans, followed by LGT, TC, C and O. Meanwhile, MDS, PH and LV mouthwashes were detected not inhibit the growth of Streptococcus mutans.

Kruskall-Wallis Test showed p<0.01, indicating the significance of this research. This study suggested thatmouthwashes, frequently found on the market, may not inhibit the growth of Streptococcus mutans, the causative agent of caries.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Landasan teori ... 4

2.1.1 Karies Gigi ... 4

2.1.2 Bakteri Streptococcus mutans ... 6

2.1.3 Obat Kumur ... 8

2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri ... 9

2.1.5 Mekanisme Kerja Antibakteri. ... 11

2.2 Kerangka Konsep ... 12

2.3 Definisi Operasional... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1 Desain Penelitian ... 14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

3.3 Bahan yang Diuji... 14

3.4 Sampel yang Diuji ... 14

3.5 Identifikasi Variabel ... 14

3.5.1 Variabel Bebas ... 14

3.5.2 Variabel Terikat ... 14

3.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 15

3.6.1 Alat Penelitian ... 15

3.6.2 Bahan Penelitian... 15

(9)

ix

3.7.1 Tahap Persiapan ... 15

3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ... 15

3.7.1.2 Persiapan Sampel ... 15

3.7.1.3 Pembuatan Stok Bakteri. ... 16

3.7.2 Tahap Pengujian ... 16

3.8 Alur Penelitian. ... 17

3.9 Pengolahan Data... 17

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil Penelitian ... 18

4.1.1 Obat Kumur Bersifat Asam (pH<7) ... 18

4.1.2 Efek Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans ... 19

4.1.3 Uji Kebermaknaan Obat Kumur ... 20

4.2 Pembahasan ... 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(10)

x

DAFTAR TABEL

(11)

xi

DAFTAR GRAFIK

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Gigi. ... 4

Gambar 2.2 Konsep Karies . ... 5

Gambar 2.3 Karies Gigi ... 5

Gambar 2.4 Streptococcus mutans pada agar darah ... 5

Gambar 2.5 Streptococcus mutans dengan Pewarnaan Gram Positif ... 7

Gambar 4.1 Berbagai Merek Obat Kumur yang Diuji ... 18

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Kelompok Obat Kumur 1 ... 19

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Komposisi Obat Kumur ... 31

LAMPIRAN 2 Alat dan Bahan Penelitian ... 32

LAMPIRAN 3 Rata-Rata Zona Hambat ... 34

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Statistik ... 35

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) diketahui bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,06%. Pada tahun 2007, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) melaporkan bahwa 75% penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi dengan tingkat keparahan indeks DMF-T (Decay Missing Filling-Teeth) sebanyak 5 gigi per orang.1 Karies gigi merupakan penyakit destruktif pada jaringan keras gigi yang terjadi akibat infeksi bakteri

Streptococcus mutans.2 Streptococcus mutans dalam plak menghasilkan asam laktat dari fermentasi gula dan karbohidrat pada permukaan gigi, sehingga terjadi demineralisasi langsung dari enamel.3

Streptococcus mutans berperan penting dalam proses karies, sehingga diperlukan berbagai cara untuk mencegah pertumbuhannya. Dalam menjaga kebersihan rongga mulut, menyikat gigi saja ternyata belum cukup. Banyak daerah dalam rongga mulut yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, oleh karena itu penggunaan obat kumur diperlukan.4 Dilaporkan oleh S. Haps, et al. (2008) pemakaian obat kumur yang mengandung cetylpyridium chloride memberi manfaat tambahan dibanding hanya menyikat gigi saja, karena kandungan

cetylpyridium chloride dapat mengurangi plak dan inflamasi gingiva.5

Obat kumur pada dasarnya selain berfungsi sebagai penyegar pada mulut dan nafas, juga dapat mencegah dan mengobati sariawan, membantu penyembuhan gusi paska operasidan apabila digunakan dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada di dalam rongga mulut yang bisa menyebabkan penyakit rongga mulut karena mengandung lebih dari satu bahan aktif antibakteri seperti

(16)

2

Pada saat ini berbagai macam merek dan kandungan pada obat kumur telah beredar di pasaran, namun banyak masyarakat yang belum mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu, berbagai kandungan yang berbeda-beda pada obat kumur membuat konsumen harus bisa memilih sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, penelitian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana efek dari obat kumur yang telah beredar di pasaran terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans

yang merupakan bakteri pemicu pembentukan karies. Diharapkan dari penelitian ini dapat diketahui merek obat kumur yang paling efektif dalam mencegah karies gigi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian diatas, maka masalah penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efek berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui efek hambat berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui merek obat kumur yang paling kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

(17)

3

 Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian ilmiah khususnya tentang efek hambat berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

1.4.2. Bagi Intitusi

 Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan mikrobiologi di UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan mempublikasikan penelitian ini.

1.4.3. Bagi Keilmuan

 Dapat memberikan informasi mengenai efek hambat berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.  Dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam

penelitian mikrobiologi.

 Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lanjut tentang efek hambat berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

1.4.4. Bagi Sosial

 Mengetahui obat kumur yang paling efektif untuk menghambat bakteri

Streptococcus mutans dalam mencegah penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini.

 Memberi pengetahuan dan informasi tentang efek berbagai macam obat kumur yang di jual di pasaran terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans.

(18)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit destruktif pada jaringan keras gigi yang terjadi akibat infeksi oleh Streptococcus mutans.2 Data ilmiah mutakhir menunjukkan bahwa organisme ini memulai sebagian besar kasus karies gigi pada permukaan enamel, dentin atau sementum gigi.9

(19)

5

Gambar 2.2 Empat lingkaran yang mengambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies baru akan timbul hanya kalau keempat faktor penyebab tersebut bekerja simultan. Sumber: Kidd, Edwina A.M, Joyton, Sally, Bechal.10

Adanya pengaruh erat dengan faktor makanan yang banyak mengandung glukosa dapat menyebabkan pembentukan plak di permukaan gigi yang akhirnya bisa menimbulkan karies gigi.11 Proses pembusukan di mulai dengan demineralisasi permukaan gigi, karena terjadi pembentukan asam organik dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Lesi yang baru dimulai tampak seperti titik putih yang buram dengan hilangnya jaringan gigi secara progresif, terjadilah rongga.10

(20)

6

Apabila permukaan enamel berlubang, bakteri mulut lainnya (terutama

Lactobacillus) menerobos ke dentin di bawahnya dan menyebabkan penghancuran struktur gigi yang lebih lanjut melalui infeksi bakteri campuran. Invasi bakteri Streptococcus mutans menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebar ke jaringan sebelahnya menyebabkan sakit dan nyeri. Invasi mikroba ke pulpa gigi menyebabkan respon radang (pulpitis), pulpitis dapat menjadi nekrosis, invasi mikroba ke tulang alveolus yang menyebabkan nyeri hebat dan disertai komplikasi sepsis dan infeksi pada daerah muka.9

2.1.2. Streptococcus mutans

Streptococcus mutans termasuk kelompok Streptococcus viridans, ciri khas organisme ini bersifat α-hemolitik tetapi dapat juga non hemolitik dan komensal oportunistik. Pertumbuhannya tidak dihambat oleh optokin dan koloninya tidak larut dalam empedu (dioksikolat). Streptococcus mutans

merupakan anggota flora normal rongga mulut tetapi dapat berubah menjadi patogen jika keseimbangan flora normalnya terganggu.12 Biasanya penyakit yang di timbulkan Streptococcus mutans adalah karies gigi.13

Bakteri ini di isolasi pertama kali dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924. Merupakan bakteri gram positif, bersifat non motil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif, berbentuk kokus atau bulat tersusun seperti rantai dan berdiameter 0,5-0,76 µm.14 Tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18°C-40°C. Klasifikasi Streptococcus mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998)15:

Kingdom : Monera Divisio : Firmicutes Class : Bacilli

(21)

7

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus mutans

Gambar 2.4 Koloni Streptococcus mutans pada agar darah. Sumber: http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/2885-blood-agar-plates-and-hemolysis-protocols.

Gambar 2.5 Koloni Streptococcus mutans dengan pewarnaan Gram Positif. Sumber: http://www.textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/dental.html

Streptococcus mutans dikenal dengan kemampuannya untuk mensintesis polisakarida ekstraseluler dari sukrosa, mengalami agregasi sel ke sel ketika bercampur dengan sukrosa atau dekstran. Streptococcus mutans bersifat asidogenik yaitu menghasilkan asam dan bersifat asidurik yaitu mampu hidup pada lingkungan asam. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu

(22)

8

Patogenesis

Pembentukan plak dimulai dari deposit glikoprotein pada saliva yang menempel pada permukaan gigi dan membentuk pelikel. Kemudian bakteri

Streptococcus mutans menempel pada permukaan gigi tersebut. Streptococcus mutans akan berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel (glukan) yang lengket kemudian akan menjerat mikroorganisme lain dan akhirnya membentuk plak dan akan berkembang menjadi tebal dan terdiri dari macam-macam mikroorganisme. 3,10,12

Etiologi yang penting adalah berhubungan dengan frekuensi konsumsi karbohidrat. Karbohidrat yang tertahan dalam waktu lebih lama di mulut mungkin lebih kariogenik dari pada produk makanan yang tertahan dalam waktu singkat.11 Karbohidrat yang kompleks relatif tidak bahaya karena tidak dicerna utuh dalam mulut. Setelah proses plak berlangsung, Streptococcus mutans akan memfermentasikan beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa hingga membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH berulang tersebut mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan proses karies pun dimulai.10

2.1.3. Obat Kumur

(23)

9

Beberapa jenis obat kumur dikelompokkan atas beberapa golongan yaitu

bisguanida, senyawa amonium kuartener, campuran fenol minyak esensial, poviden-iodin, heksidin.10

Clorhexidine termasuk kelompok ikatan kimia bisguanida bersifat fungisid dan bakterisid.10 Bersifat spektrum luas, efektif terhadap gram positif dan gram negatif meskipun untuk jenis yang terakhir efektivitasnya sedikit lebih rendah. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang gingiva dan akumulasi plak. Cetylpyridinium chloride contoh dari senyawa amonium kuartener, bersifat bakterisidal pada konsentrasi rendah terhadap kuman gram positif dan gram negatif. Cara kerjanya dengan mengubah permeabilitas membran sel.19 Fenol

(asam kabolat) memberikan efek bakteriostatik, fungisid, pada kadar rendah mekanisme kerjanya mendenaturasi protein.20 Povidone-iodin 1 % sebagai obat kumur antiseptik mempunyai sifat antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah.

Heksetidin adalah derivat pirimidin yang bersifat antibakteri, antiprotozoa. Di pakai sebagai obat kumur dengan konsentrasi sebesar 0,1%. 16

Derajat Keasaman Obat Kumur

pH rendah menunjukkan tingkat keasaman tinggi. Produk obat kumur yang paling umum dijual kebanyakan bersifat asam. Obat kumur merek L memiliki pH 4,3 dan jangkauan pH 5,0. pH netral adalah 7,0 dan air liur pada tubuh yang sehat memiliki pH 6,4-6,8. Maka di sarankan pemakaian obat kumur disesuaikan fungsi dan kebutuhan masing-masing individu.18

2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri

(24)

10

metabolisme melalui hambatan pertumbuhan bakteri. Aktivitas zat antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik yang hanya menghambat pertumbuhan tapi tidak membunuh patogen, aktivitas bakterisidal yang dapat membunuh patogen dalam kisaran luas.21 Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi (Diffusion Test) dan metode dilusi (Tube Dillution Test).22

Metode difusi agar yang digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar.22 Metode difusi ini dibagi atas beberapa cara:

 Metode Lubang, metode ini adalah agar yang telah diinokulasi dengan bakteri yang di uji dibuat lubang yang diisi dengan zat antimikroba.23

 Metode Parit, agar yang telah diinokulasi dengan bakteri yang di uji dibuat sebidang parit yang diisi dengan zat antimikroba.23

 Metode Cakram (Cara Kirby Bauer), metode ini menggunakan suatu kertas cakram saring yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut.24

Terdapat dua macam zona hambat yang terbentuk dari cara ini, yaitu: 24

 Zona radikal, suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.

 Zona irradikal, suatu daerah disekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh disc antibiotik tetapi tidak dimatikan.

(25)

11

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Uji ini dilakukan pada medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada permukaan medium dan kertas saring yang telah mengandung mikroba. Setelah inkubasi diameter zona penghambatan di ukur. Diameter zona penghambatan merupakan pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika terhadap mikroba. Sensitivitas klinik dari mikroba ditentukan dari tabel klasifikasi menurut Ahn, dkk.25

Tabel 2.4 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri25

Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan > 20 mm Kuat 16-20 mm Sedang 10-15 mm Lemah < 10 mm Tidak ada

2.1.5. Mekanisme Kerja Antibakteri

Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung reaksi daya tahan hospes. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba terbagi menjadi 5 kelompok yaitu:

a. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel mikroba, mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Kuman patogen mensintesis sendiri asam folat dari amino benzoat (PABA). Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimeptoprim, asam p-aminosalisilat (PAS), sulfon. Obat tersebut bekerja dengan menghambat sintesis asam folat, akibatnya kehidupan mikroba terganggu.26

(26)

12

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penicilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin. Obat ini bekerja dengan melisiskan dinding bakteri.12,26

c. Antimikroba yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, dapat merusak permeabilitas selektif dari membran mikroba. Kerusakan sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari sel mikroba seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dll. Obat yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien, berbagai antimikroba kemoterapeutik.26

d. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba, untuk kehidupannya sel mikroba mensintesis protein yang berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Obat yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, kloramfenikol. Obat ini bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom dan menghambat sintesis.26

e. Antimikroba yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba, menghambat sintesis DNA dan RNA memegang peranan sangat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. Obat yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah rifamfisin, golongan quinolon.26

(27)

13

Variabel terikat : Zona hambat yang terbentuk oleh Streptococcus mutans

Variabel bebas : Berbagai macam obat kumur

(28)

14 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan teknik disc diffusion.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - April 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Bahan yang Diuji

Obat kumur dengan berbagai merek yaitu F, LGT, C, TC, O, MDS, PH dan LV.

3.4. Sampel Bakteri

Bakteri Streptococcus mutans yang diregenerasikan pada media agar darah dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

3.5. Identifikasi Variabel

3.5.1. Variabel Bebas

Obat kumur dengan berbagai merek yaitu F, LGT, C, TC, O, MDS, PH dan LV.

(29)

15

Pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada media agar darah, diukur dengan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk dalam satuan millimeter (mm).

3.6. Alat dan Bahan Penelitian

3.6.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : tabung reaksi,

vortex, bunsen, korek api, ose, cawan petri, rak tabung, autoclave, baki, swab kapas, erlenmeyer, pengukur waktu, inkubator, penggaris, blank disc, label, alat tulis, kamera, laminar air flow, tisu, pinset, alkohol.

3.6.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : media agar darah, biakan Streptococcus mutans, tioglikolat, aquades steril, obat kumur, cakram uji kosong, cakram amoksilin.

3.7. Cara Kerja Penelitian

3.7.1. Tahap Persiapan

3.7.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Seluruh alat yang digunakan disterilkan dengan menggunakan autoclave selama 30 menit yang diatur tekanannya sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121°C setelah sebelumnya dicuci bersih lalu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas.

3.7.1.2 Persiapan sampel

(30)

16

3.7.1.3 Pembuatan Stok Bakteri

Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk meremajakan dan memperbanyak bakteri yang akan digunakan dalam penelitian, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri Streptococcus mutans ke dalam media agar darah, kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator.

3.7.2. Tahap Pengujian

Pembuatan stok bakteri dengan mengambil 1 ose bakteri yang telah di remajakan selama 24 jam ke dalam tabung reaksi yang telah berisi tioglikolat. Setelah itu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan kekeruhannya distandarisasi dengan metode Mc Farland 0.5. Kemudian larutan bakteri di inokulasi pada media agar darah. Blank disc yang telah direndam di masing-masing obat kumur diletakkan di atas permukaan biakan bakteri

(31)

17

3.8. Alur Penelitian

3.9. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Kruskall-Wallis yaitu uji hipotesis komparatif numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan.

Pembelian berbagai macam obat kumur

Pengukuran pH obat kumur kumur menggunakan pH meter (Horiba, Japan)

Persiapan: sterilisasi alat dan bahan serta pembuatan stok bakteri

Pembuatan cakram uji dengan berbagai macam obat kumur

Inkubasi cakram uji dengan berbagai macam obat kumur selama 24 jam

Uji hambat bakteri dengan metode disc diffusion

Pengukuran zona hambat

(32)

18 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Obat Kumur Bersifat Asam (pH <7)

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali secara terpisah, dengan menggunakan pH meter (Horiba, Japan) didapatkan derajat keasaman pH masing-masing obat kumur seperti terlampir pada Tabel 4.1. Secara keseluruhan pH rata-rata sebesar 5,056. Semua obat kumur yang diuji termasuk golongan asam karena memiliki pH <7. Obat kumur dengan pH tertinggi adalah MDS dan yang terendah adalah LV.

Tabel 4.1 Derajat Keasaman (pH) Obat Kumur

Obat Kumur pH (mean)

F 5,557

LV 4,092

PH 4,846

C 5,287

TC 5,257

MDS 5,583

O 5,574

LGT 4,254

(33)

19

4.1.2. Efek Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Streptococcus

mutans

Dari hasil uji hambat bakteri yang dilakukan sebanyak 3 kali secara terpisah, 5 obat kumur yaitu: F, LGT, TC, O dan C terbukti dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Sedangkan 3 obat kumur lain yaitu: MDS, PH dan LV tidak dapat menghambat pertumbuhan dari bakteri Streptococcus mutans. Diantara 5 obat kumur tersebut yang dapat menghambat, F dideteksi paling kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan terlemah adalah TC(Gambar 4.2 dan 4.3).

Tabel 4.2 Rata-Rata Zona Hambat Streptococcus mutans Terhadap Obat Kumur

Obat Kumur Rerata Zona Hambat (mm)

F 11,6

LGT 9,3

TC 8

C 8

O 8

MDS -

PH -

LV -

(34)

20

Gambar 4.3 Zona Hambat Obat Kumur F; LV; PH; C; K(-) Aquades; dan K(+) Amoksilin Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans

Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat Obat Kumur Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans (K(-) Aquades, K(+) Amoksilin)

Keterangan: ** (didapatkan p<0,01 yang artinya terdapat kebermaknaan dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang dibandingkan dengan aquades)

4.1.3 Uji Kebermaknaan Obat Kumur

(35)

21

didapatkan adanya perbedaan bermakna dalam menghambat bakteri Streptococcus mutans diantara beberapa obat kumur dengan p<0,01.

4.2. Pembahasan

Seluruh obat kumur yang diuji memiliki sifat asam dengan pH<7 (Tabel 4.1). Streptococcus mutans dilaporkan bersifat asidogenik, dapat memproduksi asam dari substrat karbohidrat dan bersifat asidurik yaitu mampu bertahan pada suasana asam dan bisa mendukung serta menyebabkan bakteri lain menuju ke enamel gigi, mendukung pertumbuhan bakteri asidurik lain dapat bertahan dalam kondisi pH rendah dan melarutkan enamel serta berperan pada proses karies.3,12

Pertumbuhan optimal Streptococcus mutans memerlukan lingkungan dengan suhu 37°C dan pH antara 7,4-7,6.27 Meskipun dilaporkan bahwa

Streptococcus mutans dapat bertahan dalam keadaan asam, namun pada penelitian ini 5 obat kumur terbukti mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Hal ini bisa terjadi kemungkinan karena bekerjanya zat aktif yang terkandung pada masing-masing obat kumur tersebut.

Pada penelitian ini didapatkan obat kumur F terbukti paling kuat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan rata-rata zona hambat 11,6 mm (Tabel 4.2). Komposisi yang dimiliki oleh F yang tidak dimiliki oleh obat kumur lain adalah triclosan. Triclosan adalah bahan kimia dengan sifat antibakteri, antijamur, dan antivirus.28,29 Triclosan bekerja dengan menghambat aktivitas dari protein enzim enoyl-asil reduktase (ENR) yang merupakan enzim penting dalam pembentukan asam lemak pada bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.28 Selain triclosan, obat kumur F juga mengandung sodium fluoride. Sodium fluoride efektif dalam mengurangi karies dengan menghambat penggunaan karbohidrat oleh mikroorganisme mulut dengan menghambat enzim di jalur glikolitik.30 Kandungan flour mempunyai kemampuan memacu remineralisasi karies dan menurunkan kemampuan bakteri untuk produksi asam.11 Hasil studi dari Swedia melaporkan bahwa penggunaan fluoride

(36)

22

kemungkinan menyebabkan obat kumur ini memiliki daya hambat paling besar terhadap Streptococcus mutans. Hasil ini sejalan dengan penelitian terhadap bakteri Streptococcus pyogens, Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

dengan obat kumur yang sama, terbukti juga F terbukti juga paling kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut, diantara obat kumur lain.32,33,34

Obat kumur merek LGT memiliki rata-rata zona hambat 9,3 mm lebih kecil dibanding F karena tidak mengandung triclosan (Tabel 4.2). LGT dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans karena memiliki kandungan berupa sodium fluoride sebagai antibakteri. Selain itu, kandungan

eucalyptus mempunyai daya antibakteri dan digunakan sebagai antiseptik.9 Green tea (Camellia sinensis L) mengandung senyawa polifenol yang memiliki fungsi sebagai antimikroba. Hal ini sesuai dengan penelitian Tehrani, et al. (2011) teh hijau yang memiliki kandungan polifenol memiliki kemampuan untuk menurunkan koloni dari Streptococcus mutans dan Lactobacillus.35 Jenabian, et al. (2012) menyatakan bahwa kandungan teh hijau pada obat kumur dapat menjadi pencegahan pada inflamasi periodontal.36

Obat kumur TC juga memiliki efek dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan rata-rata zona hambat 8 mm (Tabel 4.2).

Kandungan sodium fluoride berfungsi sebagai antibakteri selain itu terdapat kandungan cetylpyridium chloride. Cetylpyridium chloride adalah senyawa amonium kuartener yang merupakan kationik aktif dan memiliki antibakteri yang berspektrum luas dengan cepat membunuh bakteri gram positif yang patogen serta antijamur.5 Cetylpyridium chloride bersifat bakterisidal pada konsentrasi rendah terhadap kuman gram positif dan gram negatif, cara kerjanya dengan mengubah permeabilitas membran sel.19 S. Haps, et al. (2008) melaporkan bahwa pemakaian obat kumur yang mengandung cetylpyridium chloride memberi manfaat tambahan dibanding hanya menyikat gigi saja, karena kandungan cetylpyridium chloride

dapat mengurangi plak dan inflamasi gingiva.5

(37)

23

fungsinya sebagai pemanis dan juga mempertahankan pH saliva sehingga dapat mencegah proses karies.37

Obat kumur Omemiliki efek hambat yang sama seperti TC dan C dengan rata-rata zona hambat 8 mm (Tabel 4.2). Karena pada kandungannya terdapat

sodium fluoride dan cetylpyridium chloride sebagai antibakteri. Obat kumur ini juga mengandung ekstrak propolis bersifat sebagai antibakteri dan merupakan antibiotik alami karena mengandung asam ferulat dan bioflavonoid. Hasil penelitian Paulus menunjukan bahwa penggunaan obat kumur Meilia Propolis

dapat mengurangi pertumbuhan plak gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans.38 Pada penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2012) dengan menguji berbagai macam pasta gigi yang beredar dipasaran, menunjukan bahwa pasta gigi yang mengandung propolis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Steptococcus mutans.39

Pada penelitian ini ada 3 obat kumur yang tidak terbukti menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, yaitu MDS, PH dan LV (Grafik 4.1). Obat kumur MDS terbukti tidak menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans,

walaupun mengandung bahan-bahan anti bakteri, yaitu menthe spicata, menthe piperita oil dan euganol. Pada penelitian yang dilakukan oleh Al Hussain, et al. (2010) membuktikan bahwa minyak esensial dari daun empat Mentha spesies M. arvensis, M. piperita, M. longifolia dan M. Spicata memiliki aktivitas antimikroba dan sitotoksik baik.40 Sedangkan euganol juga memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian yang dilakukan Inayatullah (2012) menguji ekstrak daun sirih dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, membuktikan bahwa semakin tinggi daya konsentrasi dari ekstrak daun sirih hijau semakin besar zona hambatnya.42 Tetapi pada penelitian ini tidak terbukti menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans, kemungkinan besar karena konsentrasi yang terkandung pada obat kumur hanya sedikit yaitu menthe 0,04% dan eugenol yang terkandung pada ekstrak daun sirih 0,50%.

(38)

24

antibakteri dan antiinflamasi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa "lidah buaya" memiliki banyak zat, seperti tanin, fenol, flavonoid sebagai antibakteri, dan asam salisilat dan aloctin A sebagai antinflamasi.43 Sedangkan Citrus aurantifolia memiliki zat antibakteri yang efektif terhadap gram positif dan gram negatif serta antifungi.44 Penelitian yang dilakukan Fitarosana (2012) bahwa pemberian larutan ekstrak jeruk nipis 65% dapat menghambat pembentukan plak gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans.45 Pada penelitian ini tidak terbukti dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, kemungkinan besar karena konsentrasi yang terkandung pada obat kumur hanya sedikit.

Obat kumur LV terbukti tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri

(39)

25 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan:

1. F memiliki efek hambat paling besar terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans diikuti LGT, O, TC, C, secara in vitro dengan metode disc diffusion. Dengan rata-rata zona hambat terbesar 11,6 mm dan terkecil 8 mm.

2. PH, MDS, LV tidak memiliki efek hambat pertumbuhan Streptococcus mutans secara in vitro dengan metode disc diffusion.

3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Kruskall-Wallis terdapat perbedaan bermakna (p<0,01) dari penelitian efek hambat berbagai macam obat kumur terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.

5.2.Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek hambat obat kumur dalam menghambat spesies bakteri penyebab masalah gigi.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperkaya jenis obat kumur, sehingga dapat dijadikan dasar bagi konsumen untuk lebih selektif dalam memilih obat kumur.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vivo.

(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Tidak Sehat Jika Tidak Memiliki Gigi – Mulut Sehat. 2011. Diakses 12 Juni 2013. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1642-tidak-sehat-jika-tidak-memiliki-gigi-mulut-sehat.html.

2. Isselbacher, Braunwaldm, Wilson, dkk. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 1. Edisi 13. Jakarta: EGC; 1999.

3. Todar, Kenneth. Microbes and Dental Disease. University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology. 2008. Diakses 12 Juni 2013. http://www.textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/dental.html.

4. John Wiley, Sons. Osseoinntegration and Dental Implants. Medical Dentistry; 2009.

5. S. Haps, CE Berchier. The Effect of Cetylpyridiniumchloride-containing Mouth Rinses as Adjuncts to Toothbrushing on Plaque and Parameters of Gingival Inflammation: a systematic review. The Netherlands D. E. Slot, G. A. Van der Weijden, Department of Periodontology, Academic Centre for Dentistry Amsterdam (ACTA), Amsterdam, The Netherlands. School of Dental Hygiene, INHOLLAND University of Applied Sciences,

Amsterdam. 2008. Diakses 02 Juli 2013.

http://www.laboral.info/site/files/VG%20A9.PDF.

6. Putri CA. Pengunaan Obat Kumur untuk Menjaga Kesehatan Rongga Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2010.

7. Yuliharsini S. Kegunaan dan Efek Samping Obat Kumur Dalam Rongga Mulut. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2005.

8. Amtha R. Kelainan Mukosa Akibat Penggunaan Obat Kumur. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.1997.

9. Behrman, Richard E. Kliegman, Robert M. Arvin, Ann M. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGC; 1999.

10.Kidd, Edwina AM, Joyton, Sally, Bechal. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC; 1991.

(41)

27

Gigi Masyarakat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makasar-Indonesia. 2005. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni: 64–67.

12.Jawetz, Melnick, Adelberg. Mirobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2000.

13.Gani BA, Tanzil A, Mangundjaja S. Aspek Molekuler Sifat Virulensi

Streptococcus mutans. Indonesian Journal of Dentistry. 2006. Aug;13(2):107-14.

14.Chapman & Hall. The Genera of Lactic Acid Bacteria Volume 2. Blackie Academic & Professional. New York. 1995.

15.Capuccino, James G. Natalie Sherman. Microbiology : A Laboratory Manual. Sixth Edition. Benjamin Cummings, San Fransisico. 2001.

16.Prijantojo. Antiseptik Sebagai Obat Kumur-Peranannya Terhadap Pembentukan Plak Gigi dan Radang Gusi. Cermin Dunia Kedokteran. 1996.

17.Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 2010.

18.Barbara L. Minton. Mouthwash Linked to Oral Cancer, Erosion of Tooth

Enamel. 2004. Diakses 14 September 2013.

http://www.naturalnews.com/024591_mouthwash_cancer_oral.html.

19.Staf Pengajar Departemen Fakmakologi FK Universitas Sriwijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2008.

20.Raharja Kirana, Hoan Tan T. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia; 2007.

21.Rachdie Pratama M. Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus aureus

dengan Metode Difusi Agar. Program Studi Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 2005.

(42)

28

23.Pratiwi, ST. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008.

24.Bauer AW, Kirby WMM, Sherris JC, Turck M. Antibiotic Susceptibility Testing by a Standardized Single Disc Method. AM J Clin Pathol. 1966.

25.Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemotheraphy. USA : Mc Graw Hill Company; 1995.

26.Gan Gunawan S, dkk. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.

27.Sulianti Titty. Perbedaan Efek Antimikroba Papacarie dan Papain Terhadap Streptococcus mutans. Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2012.

28.CDC. Triclosan. 2009.

29.The Alliance for the Prudent Use of Antibiotic (APUA). Triclosan. Boston: Apua 2011.

30.Subramaniam Priya, N.Nandan. Effect of Xylitol, Sodium Fluoride and Triclosan Containing Mouth Rinse on Streptococcus mutans. NCBI.

2011. Diakses 09 Februari 2013.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3276854/.

31.Aminabadi, N.A Balaei, Esrafil Pouralibaba F. The Effect of 0.2% Sodium Fluoride Mouthwash in Prevention of Dental Caries. NCBI. 2007.

Diakses 09 Mei 2013.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3525928/.

32.Amali Fikriah. Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogens. Jakarta: UIN. 2013.

(unpublished data)

33.Uswatun Hasanah. Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. Jakarta: UIN. 2013.

(unpublished data)

34.Aida Julia Ulfah. Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Jakarta: UIN. 2013.

(43)

29

35.Tehrani, Maryam Hajenorouzali. Comparing Streptococcus mutans and Lactobacillus Colony Ccount Changes Following Green Tea Mouth Rinse or Sodium Fluoride Mouth Rinse Use in Children (Randomized Double-blind Controlled Clinical Trial). NCBI. 2011. Diakses 10 Mei 2013. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3556286/.

36.Jenabian Niloofar, Akbar Ali M, et al. The Effect of Camellia sinensis (green tea) Mouthwash on Plaque-Induced Gingivitis: a Single-Blinded Randomized Controlled Clinical Trial. Daru Journal of Pharmaceutical Sciences. 2012. Diakses 10 Mei 2013. http://www.darujps.com/content/20/1/39.

37.Soesilo Diana, Erlyawati Rinna, dkk. Peranan Sorbitol dalam Mempertahankan Kestabilan pH Saliva pada Proses Pencegahan Karies.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2005 Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari: 25–28.

38.Paulus, Kris. Efek Klinis Pemakaian Obat Kumur Melia Propolis Terhadap Pertumbuhan Plak Gigi Anak usia 11-13 tahun di Panti Asuhan Assahabirin kota Makasaar. 2010.

39.Maharani. Efek Hambat Berbagai Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans. UIN. 2012. (unpublished data)

40.Al Hussain, F Anwar, et al. Seasonal Variation in Content, Chemical Composition and Antimicrobial and Cytotoxic Activities of Essential Oils from four Mentha species. Department of Chemistry, GC University, Faisalabad 38040, Pakistan. NCBI. 2010. Diakses 11 Juli 2013. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20602517.

41.Seila Inayatullah. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan

Staphylococcus aureus . Jakarta: UIN. 2012. (unpublished data)

42.Dwiwahyu Yuliana, Ulfah Noer, dkk. Effect of 12,5 % Aloe Vera Exstract Mouthwash in Lowering Gingivitis Index. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. 2011.

43.Ureghe Owhe, Ehwarieme DA, et al. Antibacterial Activity Of Garlic and Lime on Isolates of Extracted Carious Teeth. African Journal Online. African Journal of Biotechnology. 2010. Vol. 9(21), pp. 3163-3166, 24

May. Diakses 11 Juli 2013.

(44)

30

44.A Enda Fitarosana. Pengaruh Pemberian Larutan Eksrak Jeruk Nipis

(Citrus aurantifolia) Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012.

(45)

31

LAMPIRAN 1

Komposisi Obat Kumur

Tabel 1. Komposisi Obat Kumur

No Obat Kumur Komposisi

1 F 0,1 % triclosan, 0,005 % sodium fluoride

2 LGT Sodium fluoride, camellia sinensis (green tea) leaf extract

3 TC sodium fluoride (0,1% w/v), cetyl pyridinium chloride (0.07%), mealeuca alternifolia (tea tree) leaft oil

4 C cetylpyridinium chloride, sodium fluoride, sorbitol

5 O Sodium fluoride 0,022, cetylpyridinium chloride 0,045, propolis extract 0,10

6 MDS Zat aktif (-), piper betle extract 0,50 %

7 PH Natrium fluoride, betel leaf oil, aloe vera powder, citrus aurantifoliam

(46)

32

LAMPIRAN 2

(Alat Dan Bahan Penelitian)

Laminar Airflow Inkubator

Proses Inkubasi bakteri Vortex

Cawan Petri, Swab Kapas, Tioglikolat

(47)

33

Proses Perendaman cakram Blank disk dan Amoksilin

Ose, Pinset Bakteri Streptococcus mutans

(48)
(49)

35

LAMPIRAN 3

(50)

36

LAMPIRAN 4

(Riwayat Penulis)

Nama : Diny Febriany Hasanah

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 09 Februari 1992

Agama : Islam

Email : diny.febriany@ymail.com

No Telepon : 085294092929

Riwayat pendidikan :

 1996-1998 : RA Al-Amanah

 1998-2004 : SD Islam Al-Amanah

 2004-2007 : SMP Plua Al-Aqsha

 2007-2010 : SMA Negeri 24 Bandung

 2010-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter

Gambar

Tabel 2.4 Klasifikasi Zona Hambat Menurut Greenwood ...................................................
Grafik 4.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat Obat Kumur Terhadap Pertumbuhan          Bakteri Streptococcus mutans................................................................
Gambar 2.1 Anatomi Gigi. ...................................................................................................
Gambar 2.1 Anatomi Gigi. Sumber: Kidd, Edwina A.M, Joyton, Sally, Bechal.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang ketiga adalah faktor Machine , untuk faktor ini memiliki dua penyebab yaitu pertama adalah kompresor mesin blow molding tidak stabil yang mengakibatkan tiupan

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata

[r]

Penggunaan anestesi regional sebagai salah satu modalitas penanganan nyeri pascaoperasi ektremitas atas dengan menggunakan blok kontinyu infraklavikular pleksus brakialis

Ringkasan yang dipelajari dari training course

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Makna Bhineka Tunggal Ika

Menurut Bontis (2004) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai

Dibandingkan April 2015, jumlah tamu asing dan tamu domestik yang menginap di hotel bintang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 352,11 persen dan 24,46