KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE
(ANC) DI PUSKESMAS MERGANGSAN
KOTA YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
RUSWANTO
20120320139
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE
(ANC) DI PUSKESMAS MERGANGSAN
KOTA YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
RUSWANTO
20120320139
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ruswanto
Nim : 20120320139
Program Srudi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks yang tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir
Karya Tulis Ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
proposal ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016
Membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahhirabbal’alamin, Segala puji dan syukur peneliti panjatkan
kehadiran Allah SWT, karena atas berkah dan limpahan rahmat-Nya maka peneliti
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan tepat waktu yang berjudul
“Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Antenatal Care Di
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengantarkan umat dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah mendorong dan membimbing peneliti, baik tenaga, ide-ide
maupun pemikiran. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang tulus kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya
2. dr. H. Ardi Pramono,Sp.An.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri sumaryani,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC selaku ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Sri sumaryani,S.Kep.Ns.,M.,Kep.,Sp.Mat.,HNC selaku dosen pembimbing
saya yang penuh kesabaran, kelembutan dan penuh pengorbanan sehingga
beliau mampu membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
5. Dewi Puspita,S.Kp.,M.Sc selaku dosen penguji saya yang telah
membimbing, menguji dan memberikan masukan yang sangat berguna
sehingga ilmu, arahan dan bimbingan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
mendekati kesempurnaan.
6. Puskesmas Mergangsan yang telah memberikan izin pada peneliti dalam
melakukan penelitian serta membantu dan memberi dukungan dalam
terlaksananya penelitian ini.
7. Ibunda, Ayahanda, Kakak, Adek dan saudara-saudara beserta seluruh
keluarga yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuan materi sehingga peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
8. Teman-teman mahasiswa PSIK UMY 2012, terimakasih atas bantuan dan
Peneliti sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam materi mupun teknik penyajianya. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, Agustus 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Peneliti ... 6
2. Pelayanan Kesehatan ... 6
3. Masyarakat ... 6
E. KeaslianPenelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Konsep keluarga dan Dukungan Keluarga ... 10
1. Konsep Keluarga ... 10
2. Dukungan Keluarga ... ... 11
B. Konsep Kepatuhan ... ... 19
1. Definisi Kepatuhan ... 19
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat Kepatuhan ... 19
1. Definisi Antenatal Care ... 22
2. Tujuan Antenatal Care ... 22
3. Pelaksanaan Antenatal Care ... 23
4. Standar Pelayanan Antenatal Care ... 24
5. Kunjungan Antenatal Care ... 26
D. Kerangka Teori ... 29
E. Kerangka Konsep ... 30
F. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Desain Penelitian ... 31
B. Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
2. Sampel ... 31
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
1. Lokasi Penelitian ... 32
2. Waktu Penelitian ... 32
D. Variabel Penelitian ... 32
E. Definisi Operasional ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 34
G. Jalannya penelitian ... 35
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Reliabilitas ... 37
I. Pengolahan dan Analisa Data ... 37
J. Etik Penelitian ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Hasil penelitian ... 42
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
3. Analisa Univariat ... 43
a). Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal Care... 44
b). Distribusi Frekuensi Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care... 44
c). Distribusi Frekuensi Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care... 44
d). Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care... 45
B. Pembahasan... 46
1. Karakteristik Responden... 46
2. Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal Care... 49
3. Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care... 50
4. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care... 51
C. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 57
A. Kesimpulan... 57
B. Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian... 7
Tabel 3.2 Definisi Operasional... 32
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian... 34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap ANC... 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Kunjungan ANC... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Audien dan Oponen
Lampiran 5 : Lembar kuesioner
Lampiran 6 : Surat Uji Validitas
Lampiran 7 : Etik Penelitian
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Hasil Normalitas Data
INTISARI
Latar Belakang: Berdasarkan data yang didapatkan dari DINKES pada tahun 2014 terdapat hasil bahwa diantara tiga puskesmas yang berada di DIY bahwa cakupan kunjungan ANC yang paling rendah yaitu Puskesmas Mergangsan dengan cakupan kunjungan ANC sebesar 79,5%. Sedangkan yang lainnya Puskesmas Tegal Rejo cakupan kunjungan ANC sebesar 91,4% dan Puskesmas Jetis sebesar 80,1%.masih banyak ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan yang dianjurkan yaitu minimal empat kali selama kehamilan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kunjungan ibu hamil ke pelayanan atau tenaga kesehatan antara lain karena kurangnya motivasi baik dari diri ibu sendiri maupun dari keluarga.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Mergangsan Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 20 responden. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan rumus Mann Whitney.
Hasil penelitian: Distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap Antenatal Care menunjukkan bahwa 9 responden (45%) memiliki dukungan keluarga pada kategori baik. Distribusi frekuesni kepatuhan kunjungan Antenatal Care menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh melakukan Antenatal Care yaitu sebanyak 17 responden (85%). Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan kunjungan Antenatal Care dengan nilai p value sebesar 0.012 (<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kepatuhan kunjungan Antenatal Care dengan nilai p value sebesar 0.012 (<0,05).
ABSTRACT
Background: Based on the data acquired from the Dinkes in 2014 there are the result that out of three public health centers (Puskesmas) in the yogyakarta, the scope of visit Antenatal Care (ANC) the lowest is Puskesmas Mergangsan with scope of visit Antenatal Care 79,5 %. While others Puskesmas Tegal Rejo the scope of visit Antenatal Care of 91,4% and Puskesmas Jetis of 80,1% there are still many pregnant mothers that have not done examination her pregnancy as advocated that is a minimum of four times during pregnancy. There are many factors that cause the low number of visit of pregnant women to the service or health workers and among those factors are because of a lack of motivation of mother and of the family.
Purpose: To identify the correlation between family support with the mother obdience to visit Antenatal Care (ANC) in Puskesmas Merangsan.
Method : The research is quantitative research. This research use cross sectional approach. The population of the research is pregnant women as many as 20 respondents. Analysis of the data used was univariat analysis and analysis of bivariat using man-withney formula.
Result: Frequency distribution of family support to Antenatal Care indicated that 9 respondents (45%) have family support in the good categories. Distribution frekuesni compliance visits Antenatal Care show that the majority of respondents obey do Antenatal Care with 17 respondents (85%). There was a correlation between family encouragement and compliance visits Antenatal Care with the p value of 0.012.
Conclussion: There is a correlation between family support with the mother obedience to visit Antenatal Care (ANC) in Puskesmas Merangsan.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang saya dapat dari DINKES pada tahun 2014
terdapat hasil bahwa diantara tiga puskesmas yang berada di DIY bahwa cakupan
K4 yang paling rendah yaitu Puskesmas Mergangsan dengan cakupan K4 sebesar
79,5%. Sedangkan yang lainnya Puskesmas Tegal Rejo cakupan K4 sebesar
91,4% dan Puskesmas Jetis sebesar 80,1%. Berdasarkan uraian di atas saya
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Kepatuhan Antenatal Care di Puskesmas Mergangsan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator yang sangat penting dalam
menilai derajat kesehatan ibu yang ada di indonesia. Berdasarkan survey 5 tahun
terakhir sesuai dengan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 didapatkan peningkatan angka yang sangat tinggi menjadi
359/100.00 kelahiran hidup. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah
102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari
target yang harus dicapai pada tahun 2015.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Yogyakarta dalam empat tahun terakhir
menunjukan penurunan yang cukup baik. Angka yang terakhir yang dikeluarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 dimana angka kematian ibu di
2
menurun dari 114 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004. Tahun 2011,
jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan kabupaten/ kota mencapai 56 kasus,
meningkat dibandingkan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Target Millenium
Development Goals (MDGs) ditahun 2015 untuk angka kematian ibu nasional
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk DIY relatif mendekati target,
namun masih memerlukan upaya yang keras dan konsisten dari semua pihak
yang telibat (DINKES Provinsi DIY, 2012).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari
tahun 2010 sesuai hasil sensus penduduk telah dihitung oleh BPS, yaitu laki-laki
sebesar 20 bayi per 1000 kelahiran hidup, sedangkan perempuan sebesar 14 per
1000 kelahiran hidup. Menurut proyeksi BPS dari hasil sensus penduduk tahun
2000 pada kurun waktu 5 tahun (2000-2005) penurunan AKB rata-rata per tahun
adalah 2,5% dan periode 2010-2015 adalah 1,7%. Periode 2020-2025
diperkirakan tidak terjadi penurunan karena tingkat kematian yang sudah sangat
kecil (hardrock) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat sulit
dikendalikan diantaranya faktor genetik.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, kematian
ibu adalah yang terjadi pada perempuan saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari
pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung, tetapi bukan karena kecelakaan. Penyebab langsung diantaranya adalah
komplikasi obstetrik seperti perdarahan, infeksi, ekslamsi, hipertensi, abortus dan
3
Penyebab lain diantaranya adalah penyakit bawaan sebelum ibu mengalami
kehamilan seperti obesitas, anemia, dan kurang energi kronis. Penyebab tidak
langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah rendahnya tingkat pendidikan,
kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi,
kedudukan dan peranan ibu yang kurang menguntungkan dalam keluarga, serta
kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan.
Kepatuhan melakukan Antenatal Care (ANC) akan memberikan manfaat
di temukannya berbagai kelainan, resiko dan komplikasi yang menyertai
kehamilan secara dini (Purnasari, 2009). Adanya kunjungan yang teratur dan
pengawasan yang rutin dari tenaga kesehatan, maka selama masa kunjungan
tersebut diharapkan komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan dapat dikenali secara
lebih dini dan dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat mengurangi
resiko kesakitan dan kematian bagi ibu hamil.
Tujuan dari Antenatal Care (ANC) ialah menyiapkan fisik dan mental
dengan baik serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka sehat dan normal, tidak hanya fisik akan
tetapi juga mental (Prawiroharjo, 2005). Tujuan ANC menurut Depkes RI (2004)
adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan,
nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi yang sehat.
Pemantauan pelayanan antenatal oleh seorang ibu hamil dapat dilihat dari
4
dipantau melalui pelayanan kunjungan pertama ibu hamil K1 sampai K4. Pada
tahun 2004 terjadi selisih antara cakupan K1dan K4 sebersar 11% kemudian
tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin kecil yaitu 6,6%. Namun
pada tahun 2009-2010 kesenjangan kembali meningkat menjadi 9%.
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1 dan
K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu
hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayananan Antenatal Care
meneruskan oleh petugas kesehatan. (Menkes RI, 2011)
Melihat data di atas dapat dilihat masih banyak ibu hamil yang belum
melakukan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan yang dianjurkan yaitu
minimal empat kali selama kehamilan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
rendahnya kunjungan ibu hamil ke pelayanan atau tenaga kesehatan antara lain
karena kurangnya motivasi diri untuk memeriksakan kehamilannya dalam upaya
mencegah resiko atau komplikasi selama kehamilan dan persepsi ibu hamil yang
menganggap bahwa pemeriksaan kehamilan tidak perlu dilakukan bila tidak ada
keluhan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh siska (2008) di RSUD Pandan
Arang Boyolali terdapat 82 ibu hamil dan masing-masing dari jumlah ibu hamil
resiko tinggi tersebut antara lain terdapat (8%) menderita anemia, (12%)
menderita preeklampsi, (11%) mengalami perdarahan, (2%) menderita penyakit
diabetes melitus, (2%) menderita penyakit jantung, (7%) mengalami abortus,
5
pemeriksaan Antenatal Care. Adanya fenomena yang ada dilapangan karena
terdapat ibu hamil yang tidak bersedia melakukan kunjungan Antenatal Care
dengan alasan malu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nur dkk, hasil penelitian yang
dilakukan terdapat faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
Antenatal Care adalah pengetahuan, keterjangkauan, dukungan keluarga dan
sikap petugas sedangkan factor yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan Antenatal Care adalah paritas
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 ibu hamil trimester tiga diperoleh
data tiga ibu hamil melakukan ANC secara rutin lebih dari 4 kali, dimana tiga
orang ibu hamil mengatakan mendapat dukungan dari keluarga seperti motivasi
kepada ibu hamil dan mengantarkan untuk melakukan pemeriksaan ANC. Dari
dua ibu hamil trimester tiga mengatakan bahwa dia tidak melakukan ANCsecara
rutin sesuai dengan standar pemeriksaan ANC, dimana dua orang ibu hamil
mengatakan melakukan ANC ketika tidak sibuk dan ada yang mengantarkan ke
Puskesmas Mergangsan.
B. Rumusan Masalah
“apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan Antenatal Care
(ANC) pada ibu hamil di Puskesmas Mergangsan?”.
C. Tujuan Penelitian
6
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan kunjungan
Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Mergangsan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden.
b. Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap Antenatal Care.
c. Untuk mengetahui kepatuhan kunjungan Antenatal Care.
d. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan
kunjungan Antenatal Care.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kesehatan
a. Supaya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pelayanan
Antenatal Care.
2. Peneliti
a. Sebagai bahan tambahan informasi dan wawasan mengenai ilmu
keperawatan maternitas terutama tentang Antenatal Care (ANC).
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis khususnya tentang
kepatuhan Antenatal Care.
3. Masyarakat
a. Menambah pengetahuan pentingnya Antenatal Care bagi ibu hamil.
7
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Terkait Keaslian Penelitian
Peneliti Judul karya tulis
ilmiah
Metode penelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
(Cein Hasil penelitian ini juga menunukan
8
Peneliti Judul karya
tulis ilmiah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga
1. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Menurut Notoatmodjo (2007) keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketegantungan, adanya ikatan perkawinan atau
pertalian darah, berinteraksi diantara sesama anggota keluarga,
memiliki perannya masing-masing. Keluarga adalah suatu ikatan
antara laki-laki dan perempuan berdsarkan hukum dan
undang-undang perkawinan yang sah (Mansyur, 2009).
b. Fungsi Keluarga
Menurut Johnson dan Lenny (2010), fungsi keluarga adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi pendidikan, dapat dilihat bagaimana cara sebuah keluarga
untuk mendidik anak demi masa depannya.
2. Fungsi sosialisasi anak, dapat dilihat dari bagaimana sebuah
keluarga mempersiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang
3. Fungsi perlindungan, dapat dilihat bagaimana sebuah keluarga
memberikan perlindungan kepada anak sehingga anggota
keluarga tersebut menjadi nyaman.
4. Fungsi perasaan, dapat dilihat dari bagaimana sebuah keluarga
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anggota keluarga dan
suasana anak serta anggota keluarga yang lain dalam
berhubungan dan berinteraksi dengan anggota keluarga yang
lainnya.
5. Fungsi agama, dapat dilihat dari bagaimana sebuah keluarga
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain melalui kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan
dimasa kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi ekonomi, dapat dilihat dari bagaimana kepala keluarga
mencari penghasilan guna memenuhi semua
kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif, dapat dilihat dari bagaimana sebuah keluarga
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga.
8. Fungsi biologis, dapat dilihat dari bagaimana keluarga
meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
2. Dukungan Keluarga
a. Defenisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam
maka rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk
menghadapi maslah yang terjadi akan meningkat (Tamher dan
Noorkasiani, 2009).
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang besifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2013).
b. Jenis-jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2013) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa jenis dukungan antara lain:
1. Dukungan Informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi
sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan
tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam
dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi.
2. Dukungan Penilaian atau Penghargaan
Dukungan penilaian adalah keluarga bertindak
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai
sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya
3. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan
sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah
dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat.
4. Dukungan Emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat
yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan
dan didengarkan.
c. Macam-macam Bentuk Dukungan Keluaraga
Menurut Indriyani (2013), membagi jenis-jenis dukungan
keluarga menjadi 3 yaitu :
1. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan
dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas
sehari-hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi menyiapkan
makanan dan memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat
tertentu atau ruang khusus, merawat seseorang bila sakit,
membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti senam,
2. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan
memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga,
memberikan rasa aman, membantu menyadari, dan memahami
tentang identitas. Selain itu meminta pendapat atau melakukan
diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga
komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan
sebagainya. Stolte (2003) menyebutkan bahwa keluarga memiliki
fungsi proteksi yang melingkupi selain memenuhi kebutuhan
makanan dan tempat tinggal, juga memberikan dukungan dan
menjadi tempat yang aman dari dunia luar.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan
individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian,
perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih
fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap
menjaga interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan
norma-norma yang berlaku.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawan (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan artinya dukungan dapat ditentukan
oleh rentang usia (bayi-lansia) yang memiliki pemahaman dan
respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
b. Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan
terbentuk oleh intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
c. Faktor Emosi
Faktor emosional mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang
mengalami respon stres dalam setiap perubahan hidupnya
cendrung berespon terhadap berbagai tanda sakit, dilakukan
dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional yang
melakukan koping secara emosional terhadap ancaman
penyakit mungkin akan menyangka adanya gejala penyakit
pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
d. Faktor Spiritual
Spiritual adalah bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam kehidupan.
2. Faktor Eksternal
a. Praktik Dikeluarga
Praktik dikeluarga adalah bagaimana keluarga
memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita
dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya klien juga
kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika
keluarganya melakukan hal yang sama. Misalnya anak yang
selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan rutin,
maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi tehadap penyakitnya. Variabel
psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup dan
dan persetujuan dari kelompok sosialnya. Hal ini akan
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya dia akan
lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.
Sehingga dia akan segera mencari pertolongan ketika merasa
ada gangguan pada kesehatannya.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai
dan kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
d. Manfaat Dukungan Keluarga
Menurut Setiadi (2008), dukungan sosial keluarga
memiliki efek terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang
berfungsi secara bersamaan. Adanya dukungan yang kuat
berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah
sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi.
Selain itu, dukungan keluarga memiliki pengaruh yang
positif pada penyesuaian kejadian dalam kehidupan yang
penuh dengan setres.
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang
terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan
sosial keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap
kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.
Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (Friedman, 2013). Menurut Smet (2000)
mengungkapkan bahwa dukungan keluarga akan
meningkatkan:
1) Keadaan fisik, individu yang mempunyai hubungan dekat
dengan orang lain jarang terkena penyakit dan lebih cepat
sembuh jika terkena penyakit dibanding individu yang
terisolasi.
2) Managemen reaksi stres, melalui perhatian, informasi,
dan umpan balik yang diperlukan untuk melakukan
koping terhadap stress.
3) Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas
penalaran, kepuasan kerja dan mengurangi dampak stress
kerja.
4) Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian
diri melalui perasaan memiliki, kejelasan identifikasi diri,
peningkatan harga diri, pencegahan neurotisme dan
psikopatologi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan
kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian
diri.
B. Konsep Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Kata kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka
menurut dan disiplin terhadap perintah, aturan dan sebagainya (Sugono,
2008).
Kepatuhan (ketaatan) adalah sebagai tingkat penderita melaksanakan
cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain
(Slamet B, 2007).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
b. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu usaha yang harus dilakukan untuk
memahami ciri kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan
Antenatal Care adalah jarak dan waktu, biasanya ibu cenderung malas
melakukan Antenatal Care pada tempat yang jauh.
c. Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan
teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti
pengurangan berat badan, berhenti merokok, dan menurunkan
konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada Antenatal
Care, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak
yang positif pula pada ibu dan bayinya. Kebalikannya lingkungan yang
negatif akan membawa dampak buruk pada proses Antenatal Care.
d. Perubahan Model Terapi
Program pengobatan dapat dibuat sederhana mungkin dan klien
terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).
Keteraturan ibu hamil melakukan Antenatal Care dipengaruhi oleh
kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu
semakin aktif dalam kunjungan anteatal care.
Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan klien
adalah suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada
klien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Suatu
penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat
meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan
tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu melakukan kunjungan
Antenatal Care.
f. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk
ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan
pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata
kembali atau diubah sedemikian rupa, sehinggan tercapai suatu
konsisten. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu
melaksanankan Antenatal Care (Azwar, 2007).
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir
semakin matang dan teratur melakukan Antenatal Care (Notoatmodjo,
2007).
C. Konsep Antenatal Care
1. Definisi Antenatal Care
Menurut Maternal Neonatal Health (MNH) asuhan antenatal atau
yang dikenal Antenatal Care merupakan prosedur rutin yang dilakukan
oleh petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan
dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya (
Kusmiyati, 2009 ).
2. Tujuan Antenatal Care
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
d. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
e. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah atau
obstetri selama kehamilan.
f. Mengembangkan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi
komplikasi.
g. Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan social.
h. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyuli-penyulit yang
terdapat saat kehamilan, persalinan dan nifas.
i. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan
dan nifas
j. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal ( Marmi
S, 2011 ).
3. Pelaksanaan Antenatal Care
Pelaksanaan Antenatal Care dipengaruhi beberapa faktor, Menurut
Notoatmodjo (2005), perilaku seseorang dalam memeriksakan kesehatan
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: Faktor pemudah ( Predisposing Factor
) yang mencakup pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Faktor pendukung ( enabling factor
) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
factor ) mencakup sikap dan prilaku dari petugas kesehatan atau petugas
lain yang merupakan kelompok referensi dari prilaku masyarakat.
4. Standar Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat
badan, Pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur
lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan
denyut jantung bayi (DJJ) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus),
tatalaksana kasus, melakukan konseling termasuk perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan (Depkes RI,
2010).
Pelayanan Antenatal Care yang diberikan petugas kesehatan yang
profesional pada ibu hamil sesuai dengan standar Antenatal Care yang telah ditetapkan dengan standar minimal “7T” meliputi :
a. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan.
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu
berdasarkan masa tubuh (BMI: Body Mess Index), dimana metode ini
untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama masa
kehamilan. Mengetahui BMI wanita hamil merupakan hal yang penting.
Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal adalah
11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu,
b. Ukuran Tekanan Darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai
dasar selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140
mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan
mengindikasi potensi hipertensi (Yeyeh, 2009).
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Apabila usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran
dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu
memakai pengukuran Mc. Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi
fundus uteri memakai linemeter dari atas simfisis ke fundus uteri
kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Mufdlilah, 2009).
d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxid (TT) Lengkap.
Pemberian imunisasi tetanus toxid pada kehamilan umumnya
diberikan dua kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16
minggu untuk yang kedua di berikan empat minggu kemudian
(Mufdlilah, 2009).
e. Pemberian Tablet Besi Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan.
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah
defisiensi zat besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar hemoglobin.
Fe diberikan satu tablet sehari segera setelah rasa mual hilang,
diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Yeyeh, 2009).
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat
menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi. Ibu hamil
merupakan sekelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan
pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang
pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang didertita
ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang di
kandung atau dilahirkan (Yulifah dkk, 2009).
5. Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan Antenatal Care untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam
waktu sebagai berikut: sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36
minggu dan sesudah minggu ke 36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2005).
Kunjungan pertama (K1) ibu hamil dilakukan yaitu pada saat usia
kehamilan 16 minggu yang dilakukan untuk penapisan dan pengobatan
anemia, perencanaan, persalinan dan pengenalan komplikasi akibat
kehamilan dan pengobatannya. Kunjungan pertama bidan melakukan
anamnesis, memastikan bahwa kehamilan ibu diharapkan memeriksa kadar
Hb dan memberikan imunisasi TT sesuai dengan ketentuan. Kunjungan
32 minggu, dilakukan untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya, penapisan preeklampsi, gemeli dan infeksi alat reproduksi
dan saluran perkemihan dan mengulang perencanaan persalinan.
Kunjungan keempat ini dimaksudkan untuk mengenali adanya kelainan
letak dan presentasi, memantapkan rencana persalinan dan mengenali
tanda-tanda persalinan (Saifuddin, 2005).
Setiap kunjungan Antenatal Care tersebut perlu didapatkan
informasi yang memadai bagi ibu hamil meliputi:
a. Kunjungan Trimester Pertama
Kunjungan pada trimester ini hal-hal yang dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya antar petugas kesehatan dengan ibu
hamil, mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan untuk anemia, kekurangan zat besi, dan infeksi tetanus
neonatorium, penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai
persiapan kelahiran bayi serta mendorong prilaku sehat (gizi, latihan
ringan, kebersihan diri, istirahat).
b. Kunjungan Trimester Kedua
Kunjungan kedua ini informasi penting yang disampaikan sama
dengan trimester pertama ditambah kewaspadaan khusus mengenai pre
eklampsia dengan jalan bertanya kepada ibu tentang gejala-gejala pre
eklampsia, memantau tekanan darah, evaluasi adanya oedema dan
c. Kunjungan Trimester Ketiga Antara Minggu 28-36
Sama dengan kunjungan sebelumnya hanya ditambah dengan
palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan.
d. Kunjungan Trimester Ketiga Setelah 36 Minggu
Sama dengan kunjungan sebelumnya ditambah dengan deteksi
letak bayi yang tidak normal atau ada kondisi lain yang memerlukan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
“ Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan Antenatal Care
(ANC) pada ibu hamil di Puskesmas Mergangsan?” Dukungan Keluarga :
a. Informasi
b. Penghargaan
c. Instrumental
d. Emosional
Kepatuhan melakukan ANC
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan cross sectional karena
jenis penelitian yang menggunakan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,
2013).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang melakukan
Antenatal Care di Puskesmas Mergangsan dengan jumlah 20 ibu hamil
dengan usia 28-36 minggu pada bulan juli.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
menggunakan accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara
keseluruhan ibu hamil trimestr 3 sesuai dengan kriteria inklusi peneliti.
Jumlah sampel keseluruhan yang diambil adalah 20 orang ibu hamil
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu hamil dengan usia 28-36 minggu pada bulan juli.
b. Ibu hamil yang mempunyai buku KIA.
c. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mergangsan kota
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Juli-Agustus 2016
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalm penelitian ini adalah :
1. Variabel independen (variabel bebas) : Dukungan keluarga
2. Variabel dependen (variabel terikat) : Kepatuhan ibu hamil melakukan
ANC
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
Tabel 3.2. Definisi Operasional Dukungan Keluarga Melakukan Antenatal
Care (ANC)
Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
Dukungan Keluarga Suatu sikap dan tindakan yang
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau
angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memeperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2013). Kuisioner ini
diadopsi dari Farida (2012), skala yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Likert dengan alternatif jawaban selalu (SL), sering (SR), jarang
(JR), tidak pernah (TP). Instrumen dukungan keluarga berjumlah 25 item
pertanyaan dan memiliki kisi-kisi yang terdiri dari dukungan
informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan emosional.
Tabel 3.3. Matriks Kisi-kisi Kuisioner Dukungan Keluarga Sebagai
Berikut :
No Jenis dukungan Nomor pertanyaan Total
1. Dukungan Informasional 1,2,3,4,,6,7 6
2. Dukungan Penghargaan 8,9,10,11,12,13 6
3. Dukungan Instrumental 15,16,17,18,19,20 6
4 Dukungan Emosional 22,23,24,25,26,27,28 7
Total 25
Pemberian skor untuk pertanyaan dilakukan dengan sistematika jawaban
selalu (skor 4), sering (skor 3), jarang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Skor
Baik : (76%-100%)
Cukup : (56%-75%)
Kurang : (≤55%)
Kemudian jumlah skor tersebut seluruhnya ditotal untuk mengetahui tingkat
dukungan keluarga terhadap ibu hamil (Arikunto, 2010).
2. Kepatuhan ibu hamil melakukan ANC adalah pengukuran kepatuhan ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan melalui data sekunder
yang ada pada buku KIA sebanyak 4 kali kunjungan ANC.
G. Jalannya Penelitian
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2013). Menurut Saryono (2008) jenis data dalam penelitian ini
yaitu :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang
mengisi kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah diberikan
kepada responden (Saryono, 2008). Lembar kuesioner berisi pertanyaan
tentang dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak
sekunder ini diperoleh dari buku KIA ibu hamil berupa cakupan K1 dan
K4.
Peneliti datang ke puskesmas dan menemui responden yang
memenuhi kriteria inklusi. peneliti menyerahkan informed consent kepada
calon responden. Apabila responden setuju, peneliti meminta untuk
mengisi kuesioner dan peneliti melihat buku KIA dari responden. Peneliti
melakukan pengambilan data pada hari selasa dan rabu dari pukul
07.00-11.30 Wib selama 4 minggu.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi
dan instrumen yang kurang valid berarti sebaliknya, memiliki validitas
yang rendah (Arikunto, 2013). Dari hasil uji validitas kuesioner
didapatkan 25 item valid dan 3 item tidak valid dari 28 item. Uji validitas
untuk data dapat menggunakan rumus. Pearson Product Moment dengan
rumus :
rxy = N∑XY –(∑X) (∑Y)
√{N∑X2 –(∑X2 )} { N∑Y2–(∑Y2)}
Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi product moment N∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
∑Y = Jumlah skor itam (Y)
n = jumlah responden ∑Y
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang menunjukkan pada tingkat
kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur, kuesioner dilakukan reliabel
apabila kuesioner tersebut memberikan hasil konsisten. Uji ini ditetapkan
untuk mengetahui apakah responden menjawab pertanyaan secara
konsisten atau tidak sehingga kesungguhan jawabnya dapat dipercaya
(Arikunto, 2013).
Uji reliabilitas yang digunakan adalah Alpha cronbach’s dengan menggunakan rumus sebaga berikut:
r11= ( k ) (1- ∑αb2 )
( k-1 ) α2t
Keterangan:
r11 = Reabilitas instrumen
K = Banyak butir pertanyaan
∑αb2
= Jumlah varian butir
α t 2 = Varian total
Penilaian untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item
kuesioner yang valid. Instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki
I. Pengolahan dan Analisa Data
1. Metode Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010) data yang diperoleh dari jawaban
akan dilakukan pengolahan sebagai berikut :
a. Editing
Penelitian ini dilakukan editing dengan cara memeriksa
kelengkapannya, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap
jawaban dan pertanyaan yang dilakukan di lapangan. kekurangan atau
ketidaksesuaian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan.
b. Coding
Coding merupakan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri
dari beberapa kategori.
Coding kepatuhan Antenatal Care :
Kode 0 : Patuh
Kode 1 : Tidak Patuh
Coding dukungan keluarga :
Kode 1 : Baik
Kode 2 : Cukup
Kode 3 : Kurang
c. Scoring
Pertanyaan yang dijawab diberi skor atau nilai sesuai yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Setelah diberi kode selanjutnya menilai
Baik (76%-100%),
Cukup (56%-75%)
Kurang (≤55%)
d. Entry
Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer
yang selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program
komputer.
e. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari
jawaban kuesioner yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel. Melakukan penataan data, kemudian menyusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2010).
2. Analisa Data yang Digunakan Dalam Penelitian Ini adalah:
a. Analisa Univariat
Analisa yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
setiap variabel yang bertujuan untuk menggambarkan distribusi dari
frekuensi berbagai variabel yang diteliti, baik variabel bebas yaitu
dukungan keluarga maupun variabel terikat yaitu kepatuhan
melakukan Antenatal Care pada ibu hamil.
b. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan kedua
variabel ordinal dan nominal menggunakan uji korelasi mann whitney
akan dilakukan melalui proses komputer dengan bantuan program
SPSS.
Kriteria pengujian hipotesis (Dahlan, 2005):
a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika p-value <0,05 yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan melakukan Antenatal Care pada ibu hamil di Puskesmas
Merganggsan.
b. Ha ditolak dan Ho diterima, jika p-value >0,05 yang berarti tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan melakukan Antenatal Care pada ibu hamil di
Puskesmas Mergangsan.
J. Etik Penelitian
Penelitian ini mendapat persetujuan layak etik dengan nomor
267/EP-FKIK-UMY/VIII/2016. Hidayat (2008) menyatakan bahwa dalam penelitian
ini, peneliti harus menerapkan prinsip-prinsip etik antara lain :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan menjadi reponden. Subjek yang menjadi
2. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada pengumpulan data
untuk menjaga kerahasiaan subjek.
3. Confidentiality ( kerahasiaan)
Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
Berdasarkan surat keterangan penelitian dari Komisi Etik UMY
nomor: 267/EP-FKIK-UMY/VIII/2016 penelitian yang berjudul
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta ini
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Mergangsan merupakan salah satu Puskesmas yang
berada di Kota Yogyakarta. Puskesmas Mergangsan terletak di Jalan
Taman Siswa Gang Braja Permana MG II/ 1168 RT 68 RW 22
Kelurahan Wiragunan Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta.
Batas-batas wilayah Kecamatan Mergangsan yaitu di sebelah utara berBatas-batasan
dengan Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Gondomanan, sebelah
timur berbatasan dengan Kecamatan Umbulharjo, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sewon, Bantul dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Mantrijeron, Kraton, dan Gondomanan.
Pelayanan kebidanan Puskesmas Mergangsan meliputi Poliklinik
KIA dan persalinan 24 jam. Puskesmas Mergangsan memiliki ruang
rawat inap dan pelayanan rawat jalan untuk pasien melahirkan.
Pelayanan persalinan di Puskesmas Mergangsan telah dilakukan sesuai
dengan standar Asuhan Persalinan Normal (APN). Tenaga bidan di
Puskesmas Mergangsan berjumlah 4 orang, dengan tingkat pendidikan
2. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik f %
Umur
<20 0 0
20-35 15 75
>35 5 25
Total 20 100
Pendidikan
Dasar 2 10
Menengah 14 70
Tinggi 4 20
Total 20 100
Pekerjaan
Guru 2 10
IRT 16 80
Swasta 2 10
Total 20 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia
20-35 tahun yaitu sebanyak 15 responden (75%), berpendidikan
menengah yaitu sebanyak 14 responden (70%) dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebanyak 16 responden (80%).
3. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal
Care.
Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan bahwa 9 responden (45%)
memiliki dukungan keluarga pada kategori baik, 8 responden (40%)
memiliki dukungan pada kategori cukup dan 3 responden (15%)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Terhadap
Antenatal Care.
Dukungan Keluaurga F %
Baik 9 45,0
Cukup 8 40,0
Kurang 3 15,0
Total 20 100
b. Distribusi Frekuesni Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care
Tabel 4.3 Distribusi Frekuesni Kepatuhan Kunjungan Antenatal
Care
Kepatuhan ANC f %
Patuh 17 85,0
Tidak Patuh 3 15,0
Total 20 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh
melakukan Antenatal Care yaitu sebanyak 17 responden (85%) dan
sebagian kecil responden tidak patuh dalam melakukan Antenatal Care
c. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Kunjungan
Antenatal Care
Tabel 4.4 Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan
Kunjungan Antenatal Care
Dukungan keluarga
Kepatuhan ANC Total p-value Patuh Tidak patuh
n (%) n (%) n (%)
Baik 9 (45,0) 0 (0 %) 9 (45 %)
0,012
Cukup 8 (40,0) 0 (0 %) 8 (40 %)
Kurang 0 (0 %) 3 (15 %) 3 (15 %)
Total 17 (85 %) 3 (15 %) 20 (100 %)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga yang baik dan patuh melakukan ANC yaitu sebanyak
9 responden (45 %), sedangkan responden yang dukungan keluarganya
kurang dan tidak patuh melakukan ANC adalah 3 responden (15 %).
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Mann Withney
didapatkan nilai p value sebesar 0.012 (<0,05) sehingga dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia
20-35 tahun. Umur responden rata-rata masih dalam kategori usia
produktif yaitu 20-35 tahun memungkinkan mereka masih mampu untuk
menangkap informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.
Berdasarkan hasil analisa terhadap umur responden jumlah terbanyak
pada umur 20-35 tahun sebagian besar responden berada pada usia
reproduksi sehat dimana pada usia alat-alat reproduksi sudah matang dan
aman untuk kehamilan dan persalinan serta siap untuk menjadi seorang
ibu. Menurut Mubarak (2011) semakin bertambahnya umur seseorang
taraf berfikirnya semakin matang dan dewasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kartika (2012) dengan hasil diketahui bahwa dari 78 responden ibu hamil
trimester III di wilayah Puskesmas Lerep, Kec. Ungaran, Kab. Semarang,
sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 58 orang (74,4%).
Sebagian besar ibu berpendidikan menengah, tingkat pendidikan
menunjukkan jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh ibu hamil.
Pendidikan menengah dalam penelitian ini mencakup pendidikan
setingkat SMA. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima
mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk kepatuhan ibu hamil dalam
melakukan kunjungan ANC.
Pendidikan yang dimiliki ibu berhubungan dengan banyaknya
pengetahuan dan luasnya wawasan yang dimiliki oleh ibu. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari pendidikan formal yang dijalaninya. Ibu dengan
pendidikan menengah diartikan telah mempunyai kemampuan menyerap
berbagai informasi yang masuk padanya. Sesuai dengan Kuncoroningrat
cit. Nursalam (2011) menyebutkan makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaiknya, pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Pendapat dari Suharyono menyatakan bahwa walaupun seorang
ibu yang memiliki pendidikan formal yang tidak terlalu tinggi belum
tentu tidak memiliki pengetahuan, persepsi dan perilaku yang baik
dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya,
tetapi perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan
yang ibu peroleh (Suradi, 2012).
Ibu dengan pendidikan menengah diartikan telah mempunyai
kemampuan untuk menyerap berbagai informasi yang masuk padanya.
Hal ini akan membentuk pemahaman dan pengetahuan ibu. Sesuai
meningkatkan pengetahuan. Hal ini akan membentuk perilaku yang
positif pada ibu terutama dalam perilaku kesehatahn kehamilan. Prilaku
kesehatan yang baik akan mempengaruhi kepatuhan kunjungan ANC.
Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Mekratiningrum (2011). Semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan dan semakin baik
perilaku ibu dalam melaksanakan ANC. Hal ini dapat diartikan bahwa
pendidikan berhubungan dengan perilaku pemeliharaan kesehatan.
Didukung juga pendapat dari Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan
tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan dengan harapan akan meningkatkan perilaku dalam
kepatuhan ANC menjadi lebih baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
hamil tidak bekerja, ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang lebih
fleksibel untuk mengurus anak dan keluarganya. Sebagian besar waktu
ibu digunakan untuk melaksanakan tugas rumah tangga sehingga
waktunya tidak terikat pada jam kerja tertentu. Waktu yang fleksibel
memungkinkan bagi ibu untuk melakukan aktifitas lain termasuk untuk
membuat persiapan kehamilan. Ibu yang berstatus sebagai ibu rumah
tangga (tidak bekerja) mempunyai keuntungan mempersiapkan
kehamilannya dengan baik.
Menurut Suharyono, dkk (2006) menyatakan bahwa ibu yang
ibu yang bekerja kemungkinan ibu tidak memiliki waktu untuk
perawatan kehamilan dengan melakukan kunjungan ANC. Ibu yang tidak
bekerja lebih banyak memiliki waktu luang untuk merawat
kehamilannya.
Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan hasil dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Muthmainnah (2011) bahwa pekerjaan
yang dijalani ibu berhubungan dengan keberadaan waktu yang dimiliki
ibu untuk melakukan perilaku kesehatan termasuk dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC).
2. Dukungan Keluarga Terhadap Antenatal Care
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 9 responden (45%) memiliki
dukungan keluarga pada kategori baik, 8 responden (40%) memiliki
dukungan pada kategori cukup dan 3 responden (15%) memiliki
dukungan pada kategori kurang. Dukungan keluarga merupakan unsur
terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila
ada dukungan, maka rasa percayadiri akan bertambah dan motivasi untuk
menghadapi maslah yang terjadi akan meningkat (Tamher dan
Noorkasiani, 2009).
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang
bahwaorang yang besifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2013). Bentuk