SKRIPSI
Diajukan oleh : Indah Sri Mursini
20120210074
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
ii
PENGARUH DOSIS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP HAMA Thrips sp PADA BUNGA KRISAN
(Chrysanthemum sp)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Pesyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Oleh : Indah Sri Mursini
20120210074
FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan :
1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari tim pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangan dalam bentuk karya ilmiah lain oleh tim pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
My Self
My beloved Parent
My big family
Someone
My Friends
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur sedalam-dalamnya penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul:
“Pengaruh Dosis Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L) Terhadap Hama Thrips sp Pada Bunga Krisan (Chrysantemum sp)”.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagai persyaratan guna memperoleh derajat sarjana Pertanian pada Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Bimbingan dan bantuan telah penulis peroleh dalam penelitian maupun penulisan skripsi ini. Untuk itu atas terselesaikannya peyusun skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M selaku Dosen Pembimbing Utama yang memberikan bimbingan dan arahanya sehingga tersusunnya skripsi ini
2. Ibu Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga tersusunnya skripsi ini 3. Ibu Dina Wahyu Trisnawati, S.P.,M.Agr.,Ph.D selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Ir. Titiek Widyastuti, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahannya.
viii
6. Ridwan Farsudin Ashari, S.mat yang telah mencurahkan perhatian,dorongan, dan waktunya selama ini.
7. Pak Andi, selaku guru di lapangan yang selalu memberi saran dan motivasi, terimakasih atas ilmu yang sebelumnya tidak saya dapatkan di bangku kuliah.
8. Teman-teman Agroteknologi angkatan 2012 yang selalu siap saling membantu dalam kesulitan, dan selalu bersama menjalin persahabatan di fakultas Pertanian.
9. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimaksaih banyak,” Semoga Allah SWT selalu meridhai segala sesuatu
yang diawali dengan niat baik. Aamiin”.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Aamiin
Yogyakarta, Agustus 2016
Penulis
ix
A. Pestisida Nabati Daun Sirsak ... 5
B. Hama Thrips sp ... 8
C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)... 10
D. Hipotesis ... 12
III. TATA CARA PENELITIAN ... 13
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 13
C. Metode Penelitian ... 13
D. Tata Laksana Penelitian ... 14
x
F. Analisis Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
1. Tingkat Mortalitas ... 24
2. Tingkat Efikasi ... 25
3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp ... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
A. KESIMPULAN ... 28
B. SARAN ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 25
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lay Out Penelitian ... 28
2. Perhitungan kebutuhan Pupuk ... 30
3. Perhitungan Volume Semprot ... 31
4. Tabel Analisis Varian Parameter Pengamatan ... 32
Influence of does the ekstract of
(Annona muricata
L
)
to Thrips sp at
(Chrysanthemum Flovers)
Indah Sri Mursini
Ir. Achmad Supriyadi, M.M./ Ir. Syukuriyati Susilo Dewi, M.S. Agrotecnology Department Faculty of Agriculture
Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACT
A research aims to understand the influence of the extract of Annona
muricata L. leaves on Thrips sp., and determine the best dose of Annona muricata L.
leaves extract in controlling Thrips shop on the Chrysanthemum flower. This
research was conducted in Panggeran, Pakem, Sleman from April to July 2016.
The research was conducted on experimental research with single factor with
three replications, which is arranged in a Completely Randomized Design. The
treatments consisted of 5 different doses, i.e. 250 g/l of Annona muricata L. Leaves
extract was applied every 2 days, 500 g/l of Annona muricata L. leaves extract
applied every 4 days, 750 g/l of Annona muricata L. leaves extract applied every 6
days, 500g/l profenofos applied every 6 days, and control.
The result of this research showed that applications of Annona muricata L
leaves extract, affects in mortality of Thrips sp., and the best dose a extract Annona
muricata L was 500 g/l of Annona muricata L. leaves extract applied every 4 days
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Krisan atau Seruni (Chrysanthemum sp.) untuk merupakan salah satu komoditas tanaman bunga hias yang banyak di minati dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Krisan banyak di kenal sebagai tanaman hias dan pelengkap berbagai dekorasi, kebutuhan komoditas ini mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai bahan vas bunga, teh, rangkaian bunga dan obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997). Bunga krisan digolongkan dalam dua tipe yaitu tipe spray dan tipe standar. Krisan tipe spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10-20 kuntum bunga berukuran kecil. Sedangkan tipe standar pada satu tangkai bunga krisan hanya satu kuntum bunga berukuran besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999). Daya tarik pengembangan budidaya bunga krisan terletak pada nilai ekonominya yang tinggi, permintaan bunga krisan potong cenderung meningkat seiring dengan pertambahan pendudukdan perubahan gaya hidup masyrakat di perkotaan. Produksi bunga krisan potong di Indonesia pada tahun 2013 bunga krisan mengalami penurunan secara signifikan sebesar 10.784 tangkai, sedangkan pada tahun 2012 produksi bunga krisan sebesar 18.523 tangkai (BPS. 2014) dilihat dari siklus kebutuhan di Indonesia, permintaan bunga krisan meningkat saat menjelang hari besar keagamaan, natal, lebaran dan tahun baru.
menghisap cairan tangkai bunga, putik bunga, atau bagian tanaman yang lunak lainya. Serangan yang berat menyebabkan bunga tidak mekar sempurna, bintik-bintik hitam, warna tidak segar, batang layu dan akhirnya rontok sehingga produksi bunga krisan menurun hingga ± 80 %. ( Andi, 2015).
3
daunnya. Banyak penelitian yang menghasilkan temuan bahwa banyak manfaat yang terkandung dalam daun sirsak sebagai obat tradisional dan pestisida organik. Daun sirsak telah diteliti pada tahun 1940an mengandung senyawa aktif yaitu acetogenin, alkaloid, flavonoid, dan tanin. Sehingga semua bagian dari tanaman
sirsak ini dapat digunakan untuk pestisida organik. Selain itu tanaman sirsak merupakan jenis tanaman buah yang banyak di gunakan yaitu bagian daunnya (Kardiman, 1999).
Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik pernah diteliti pada hama kutu daun pada tanaman cabai dan hasilnya meunjukkan insektisida daun sirsak pada konsentrasi 250 g/l air dan aplikasi 2 hari sekali belum efektif dalam mengendalikan hama kutu daun dilapangan, dengan tingkat mortalitas yaitu 29,10% dan tingkat efikasi 23,43% (Syahbani, 2008). Penelitian menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi dan hasilnya menunjukkan daun sirsak pada konsentrsi 150 g/l air mampu mengendalikan populasi hama Plutella xylostella di lapangan. Oleh karena itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan dosis penyemprotan yang terbaik untuk mengendalikan hama Thrips sp pada tanaman bunga krisan.
B. Perumusan Masalah
ketergantungan terhadap pestisida kimia menggunakan pestisida organik yaitu daun sirsak yang mempunyai keunggulan kandungan senyawa acetogenin, tanin yang memiliki keistimewaan sebagai anti feedent (menurunka nafsu makan). Sedangkan alkaloid dan flafonoid bersifat racun. Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik belum ada anjuran dalam pemeberian dosis yang tepat, sehingga masih perlu di kaji.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil suatu tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ekstrak daun sirsak terhadap hama Thrips sp pada bunga krisan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pestisida Nabati Daun Sirsak
Pestisida organik adalah bahan alami yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama pengganggu. Sebagai bahan alternatif, senyawa bioaktif dalam tumbuhan memiliki manfaat yang berbeda-beda karena sifat alaminya. Bahan organik umumnya kurang stabil, mudah hilang oleh faktor fisik maupun biologi lingkungan ( Martono, 1997).
Salah satu tanaman yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pestisida organik adalah sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhan. Tanaman sirsak berasal dari Amerika Tengah, sudah banyak di kenal di berbagai daerah. Buah tropis ini kemudian menyebar hampir diseluruh benua. Tanaman sirsak dapat tumbuh baik mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai basah dengan ketinggian 1000 m dpl. Sirsak merupakantanaman dengan tinggi pohon 6 meter. Batang coklat berkayu, bulat, bercabang. mempunyai daun sirsak berbentuk bulat telur, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dengan ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilat,pertulanganya menyirip, panjang tangkai 5 mm. Bunga terletak pada batang atau rantig, daun kelopak kecil, kuning keputihan-putihan, benang sari banyk berambut. Daging buah sirsak berwarna putih dan berbiji hitam sedangkan kulit buah sirsak berigi. Akar pohon sirsak berwarna cokelat muda, bulat dengan perakaran tunggang (Sunarjono, 2005).
diantaranya: daun tembakau, daun sirih, daun sirsak untuk mengendalikan hama Aphis pada tanaman cabai, daun wedusan, dan biji srikaya untuk mengndalikan
hama Plutella xylostella pada tanaman kobis (Untung, 1991). Secara umum bagian tumbuhan sirsak atau tanaman dapat digunakan sebagai bahan bestisida karena memiliki bahan bioaktif misalnya akar, batang, daun, bunga, kulit batang. Bahan kimia tanaman yang bersifat bahan aktif, secara biologis penghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga bahkan dapat mematikan, biasanya merupakan hasil metabolisme sekunder (Balandrine, 1986). Selain itu daun sirsak (Annona Muricata L) memiliki beberapa kandungan yaitu alkaloid, flavonoid, dan tanin (Robinson 1995; Andri, 2013). Berikut tabel 1, kandunga bioaktif yang terdapat pada daun sirsak.
Tabel 1. Kandungan Senyawa Daun Sirsak (Annona muricata L) Organ
Tanaman Alkaloid Acetogenin Flavonoid Tanin
Daun Ada Ada Ada Ada
Batang Ada Tidak ada Ada Ada
Bunga Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Biji Ada Ada Ada Ada
Sumber: Sunarjono, 2005
Tanaman sirsak terutama pada daun sirsak telah diketahui dapat berperan sebagai racun, mempunyai efek penolak yang khas dan keberadaannya dapat memberi perlindungan kepada tumbuhan dari gangguan serangga. Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamasin. Pada konsntrasi tinggi, senyawa acetogenin memeiliki keistimewaan
7
pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Septerina, 2002).
Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus5-methyl-2-furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksis dan darivat acetogenin yang berfungsi sitotoksit adalah asimicin, bulatacin dan squmosin. Menurut Mitsui et al. (1991), bahwa squamocin mampu menghambat transport elektron pada system respirasi sel, sehingga menyebabkan gradient proton terhambat dan cadangan energy tidak dapat membentuk (ATP). Bulatacin diketahui menghambat kerja enzim NADH-ubiqinone reduktase yang diperlukan dalam reaksi respirasi di mitokondaria (Panji, 2009). Pemanfaatan bahan ini amat potensial sebagai insektisida dan bekerja sebagai anti feedent (menurunkan nafsu makan) membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap kepik (Oncopeltus fasciatus), Thrips, dan wereng daun. Menurtut Kardiman (19999), Bagian sirsak dapat berfugsi sebagai antifeedent (penghambat nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak
konsentrasi 150 g/l dengan frekuensi semprot 2 hari sekali tidak mampu mengendalikan hama Aphids sp pada tanaman cabai (Bayu, 2004).
B. Hama Thrips sp
Hama Thrips sp pada bunga krisan termasuk kedalam ordo Thysanoptera (serangga bersayap duri/rumbai), serangga ini biasa banyak ditemukan pada tanaman karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai banyak tanama inang yaitu kentang tomat, cabai, bawang merah, bunga krisan, dan bunga sedap malam dan jenis bawang lainnya, (Untung, 1993).
Gambar 1. Hama Thrips sp
Thrips sp mempunyai ciri-ciri tidak bersayap tepi, tetapi Thrips sp dewasa
9
kelembapannya tinggi, nimfa yang muda tidak tahan karena terserang cendawan. Thrips sp menyukai bunga krisan muda yang jaringannya masih lunak, merusak
dengan cara menusuk jaringan bunga, menghisap cairan sel bunga sehingga bunga tumbuh tidak normal (Percaya, 1991). Menurut Kalshoven (1981) Perkembangbiakannya secara parthenogenesis dan telurnya menetas didalam badan. Ada juga fase seksual yang membentuk jantan dan betina yang telurnya menetas di luar badan (ovivar). Didataran tinggi Thrips sp sangat subur perkembangannya terutama pada waktu permulaan kemarau, tunas-tunas muda banyak dikerumuni Thrips sp. Tubuh hama Thrips sp yang ringan akan mudah mengikuti arah angin. Sehingga tidak mengherankan jika daya serang dan daya sebar hama Thrips sp ini sangat cepat. Daerah penyebaran hama ini sangat luas hampir terdapat diseluruhThrips sp juga mengeluarkan embun madu, akibatnya banyak cendawan jelaga, Thrips sp mengeluarkan atau faktor penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus akan menyebabkan dampak bunga krisan mejadi keriput dan gagal membetuk bunga (Untung, 1993).
tidak ada (Setiadi, 1992). Berikut gambar bunga krisan yang terserang hama Thrips sp.
Gambar 2. Klopak bunga krisan terserang hama Thrips sp
Hama Thrips sp meyerang tanaman bunga krisan dengan cara menghisap cairan tangkai bunga, putik bunga, atau bagian tanaman yang lunak lainya. Serangan yang berat menyebabkan bunga tidak mekar sempurna, bintik-bintik hitam, warna tidak segar, batang layu dan akhirnya rontok sehingga produksi bunga krisan menurun hingga ± 80 % (Andi,2015).
C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)
11
dan tanaman bunga krisan tumbuh menyemak setinggi 20 cm - 200 cm. Bunga krisan tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang akan menjadi keras dan berwrna hijau kecoklat-coklatan. Penampilan visual tanaman Krisan mirip dengan aster. Ciri khas tanaman Krisan dapat dilihat dari bentuk daun yaitu bagian tepi dari bercelah atau begerigi, tersusun dengan berselang seling pada batang. Perakaran bunga krisan menyebar ke semua arah kedalaman 40 cm. Bunga krisan Fiji kuning tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan standar mempunyai bunga tunggal perbatang, tipe ini dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan membiarkan calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri (Rukeman dan Mulyana, 1997).
lakukan pada vegetatif (2-6 minggu) untuk merangsang pertumbuhan bunga (Lukito, 1998). Tanah untuk tanaman bunga krisan harus subur kaya akan bahan organik, pH tanah antara 5,5-6,7 pH optimum 6,5. Tanaman bunga krisan akan beradaptasi degan baik pada tanah yang gembur.
D. Hipotesis
13
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2016 yang bertempat di Desa Panggeran, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jenis tanah grumosol, ketinggian tempat 600 m dpl.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, sekam padi, Urea, bibit tanaman krisan, daun sirsak dan pestisida kimia Curacron. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Polybag ukuran 20 cm x 20 cm, cangkul, skop, handsprayer, gunting, blender, timbangan, alat tulis, saring, gelas ukur, botol, dan kaca pembesar.
C. Metode Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Adapun faktor yang diujikan adalah frekuensi dan konsentrasi aplikasi ekstrak daun sirsak yang terdiri atas 5 perlakuan, 3 ulangan, masing-masing perlakuan ada 3 tanaman perlakuan selengkapnya sebagai berikut:
P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Dosis250 g/l air P2 = penyemprotan 4 hari sekali, Dosis 500 g/l air P3 = penyemprotan 6 hari sekali, Dosis750 g/l air
D. Tata Laksana Penelitian 1. Persiapan Lahan
a. Bibit dari setek pucuk
Bibit setek pucuk siap dipindahkan kekebun pada umur 14 hari setelah semai.
b. Penyiapan medium tanam
Pengolahan tanah menggunakan cangkul, diberi pupuk kandang 25kg sekam tanah dengan cara diaduk rata jadi satu di atas tanah. Pupuk kandang, sekam dan tanah dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
2. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit bunga krisan berumur 14 hari dengan membenamkan bibit ke lubang tanam sedalam 1,5 cm. Pada tanaman yang mati dilakukan penyulaman dengan bibit yang umurnya sama.
3. Pemeliharaan Tanaman a. Penyulaman
Waktu penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara menganti bibit yang mati dengan bibit yang baru umur bibit yang sama agar pertumbuhannya sama.
b. Penyiraman
15
tanaman tidak mati karena tergenang oleh air sehingga dapat tumbuh dengan baik.
c. Penyinaran
Untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga diperoleh tinggi tanaman yang seragam maka dibutuhkan pelampuan (Rukmana dan Mulyana 1997). Pelampuan menggunakan lampu pijar dengan daya 150 lux sebanyak 1 buah degan jarak 1,5 m dari ujung pucuk daun yang diberikan dari umur pertama sampai umur 6 minggu setelah tanam.
d. Pemupukan
Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan, pupuk dasar diberikan saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk susulan diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 minggu dan 8 minggu. Adapun cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut:
i.Pupuk susulan yang pertama meggunakan pupuk Urea dengan dosis 300 kg/ha (173 gram/tanaman) diberikaan saat tanaman berumur 4 minggu. ii.Pupuk susulan yang kedua menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150
kg/ha (86.5 gram/tanaman) diberika saat tanaman berumur 8 minggu atau pada saat berumur 56 hari setelah tanam.
e. Pemasangan Sungkup
4. Perlakuan
a. Persiapan bahan dan pembuatan ekstrak daun sirsak kering angin
Pembuatan insektisida daun sirsak di lakukan sehari sebelum aplikasi, Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan cara daun sirsak tua dikering anginkan bertujuan untuk mendaptkan banyak bahan aktif yang diinginkan, kemudian dipotong kecil-kecil selajutnya lalu dihaluskan dengan cara diblender setelah itu ditimbang masing-masing sebesar 250 gram, 500 gram, dan 750 gram. Setelah halus lalu masing-masing bahan tersebut ditambah dengan air sampai kapasitas 1 liter, dan kemudian ditambah alkohol 90% sebanyak 9 tetes bertujuan untuk menjaga kemurnian, lalu aduk sampai larut. Setelah itu disimpan pada ruangan bersuhu 260C, dibiarkan pada tempat yang aman selama 24 jam. Langkah selanjutnya bahan disaring dan diambil larutannya sebanyak konsentrasi yang digunakan untuk diapliksikan, pada setiap dosis ekstrak daun sirsak yang digunakan. Sebelum diaplikasikan, setiap larutan ekstrak daun sirsak ditambah dengan deterjen sebanyak 3 g yang bertujuan utuk memperluas volume semprot (Syahbani, 2008).
b. Infestasi Hama
17
kemudian dibiarkan selama 7 hari agar dapat diberkembangbiak manjadi banyak. Setelah itu, baru dilakukan pengamatan terhadap hama Thrips sp. c. Pengaplikasian ekstrak daun sirsak pada bunga krisan
Pengaplikasian penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada pagi hari, umur tanaman 63 hari, dengan dosis 2 hari sekali 250 g/l air, 4 hari sekali 500 g/l air, 6 hari sekali 750 g/l air, aplikasi air, insektisida buatan Profenopos 2 m/l yang di ambil dari Curracron 500 EC dan dilakukan. Jarak antar pengaplikasi selama 30 menit, setelah diaplikasi ditutup dengan sungkup. Di aplikasikan selama 18 kali (3 minggu) generatif, dengan volume semprot 16 ml/tanaman.
5. Panen
Bunga krisan dipanen berumur 108 hari setelah tanam. Dengan ciri-ciri bunga sudah mekar 75%. Cara memanenanya pegang batang tanaman dengan tepat di bagian tengah 15cm dari permukaan tanah, cabut tanaman bersama seluruh akarnya secara hati-hati, lalu di gunting sekitar 5 cm dari pangkal batang.
E. Parameter yang diamati 1. Mortalitas
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hama yang mati selama 3 minggu. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung Persentase mortalitas dapat dihitung dengan mengguakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X0 = Populasi hama 1 jam sebelum aplikasi X1 = Populasi hama 1 jam sesudah aplikas 2. Efikasi (%) (Natawigena, 1993)
Efikasi merupakan penguji kemanjuran atau efektif suatu insektisida yang digunakan dalam mengedalikan hama. Uji efikasi dihitung dengan rumus Handerson–Tilton untuk populasi hama sebelum dan sesudah aplikasi dengan insektisida nabati dan kimia pada berbagai perlakuan yang dicobakan (Ngatawigena, 1993).
Untuk menghitung efikasi digunakan rumus Handosen-Tilton sebagai berikut:
% Efikasi =
Keterangan:
Tb : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sebelum aplikasi Ta : Jumlah hama yang hidup dalam plot perlakuan sesudah aplikasi Cb : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sebelum aplikasi Ca : Jumlah hama yang hidup dalam plot kontrol sesudah aplikasi 3. Tingkat kerusakan Bunga (%)
Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah tanaman rusak yang disebabkan oleh hama Thrips sp setiap satu minggu sekali terhadap tanaman sampel (Suhardi et all, 1994). Perhitungan tingkat kerusakan daun dilakukan pada tiap tanaman sampel dan dinyatakan dalam %.
Intensitas kerusakan dihitung dengan menggunkan rumus :
19
Keterangan :
V = intensitas kerusakan
N = jumlah sampel yang diamati
n = jumlah sampel yang diamati untuk tiap katagori kerusakan Nilai kategori serangan (V) untuk hama umumnya didasarkan pada luas serangan sebagai berikut :
1. = 0 - < 25 % luas bagian tanaman yang terserang. 2. = 25 % - < 50 % luas bagian tanaman yang terserang. 3. = 50 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang. 4. = 75 % - < 75 % luas bagian tanaman yang terserang.
F. Analisis Data
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Mortalitas
Hasil sidik ragam tingkat mortalitas (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat mortalitas dapat di lihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Rerata Tingkat Mortalitas
Perlakuan Tingkat Mortalitas (%)
P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) 3.33
P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 34.33
P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 54.66
P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 46.66
P4 = Profenofos 500 g/l 51.66
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
25
Berdasarkan tingkat mortalitas, pada perlakuan p2 dan p4 ada beda nyata dengan perlakuan p0. Perlakuan P1 dan P3 tidak ada bedanyata dengan perlakuan p0 dan perlakuan p2 menunjukkan tidak ada beda nyata dengan perlakuan p4, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak dapat digunkan untuk mengurangi penggunaan pestisida sitnetis pada budidaya bunga krisan. Hal tersebut disebabkan kandungan zat acetogenin dalam ekstrak daun sirsak yang berfungsi anti feedent (menurunkan nafsu makan) membuat gerakan serangga menjadi
lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati, ekstrak nya bersifat letal terhadap Thrips sp.
2. Tingkat Efikasi
Hasil sidik ragam tingkat efikasi (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat efikasi dapat di lihat dalam tabel 3.
Tabel 3. Rerta Tingkat Efikasi
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
pada perlakuan P1 dan P3. Berdasarkan efikasi yang baik ekstrak daun sirsak dengan kimia sudah menujukkan efikasi di atas 50% tingkat efikasi antar perlakuan tersebut efektif dalam mengandalikan hama Thrips sp, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak efektif dalam mengendalikan hama Thrips sp dan mampu mengurangi penggunaan pestisida sintetik pada budidaya bunga krisan. Menurut Natawigena (1993) berdasarkan LC 50 batas minimal kemanjuran tingkat efikasi adalah 50%, artinya apabila kurang dari 50% pestisida nabati yang digunakan tidak manjur. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh maka semakin manjur pestisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama Thrips sp.
Seperti penelitian (menurut Tofel 2001) ekstrak daun sirsak pada konsentrasi 150 g/l air mampu mengndalikan populasi hama plutella xylostella pada tanaman sawi. Ekstrak daun sirsak berfungsi sebagai anti feedant bagi hama Thrips sp. Untuk terjadinya kematian tidak memerlukan waktu yang lama karena
anti feedent (menurunkan nafsu makan), sehingga hama tersebut tidak bergairah untuk memakan bagian bunga yang disukainya.
3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp
Hasil sidik ragam tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp
27
Tabel 4. Rerata Tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp.
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada bedanyata berdasarkan Uji F pada tarif 5 %.
Hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) rerata tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata. hal tersebut terjadi karena kerusakan bunga yang disebabkan oleh hama Thrips sp., kurang dari 5% artinya hama Thrips sp pada tiap bunga belum begitu merusak, bunga krisan hanya terdapat bintik-bitik hitam dan layu. Menurut (Andi, 2015) hama Thrips sp menyerang bunga krisan pada bagian yang lunak, sehingga sel-sel bunga menjadi layu dan bintik-bintik hitam.
Menurut Suhardi et all, 1994 jika tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan yang disebabkan oleh hama Thrips sp relatif kecil kurang dari 25 % hama Thrips sp belum begitu merusak sehingga bunga krisan masih tetap tumbuh dan berkembang hal tersebut disebabkan oleh populasi hama yang sedikit, dan langsung di kendalikan sehingga kerusakan yang dialami relatif rendah.
Perlakuan Tingkat Kerusakan Bunga (%) P0 = Kontrol(Tanpa perlakuan) 3.70
P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 3.66 P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 2.93 P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 3.66
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
1. Aplikasi insektisida ekstrak daun sirsak berpengaruh dalam pengendalian hama Thrips sp
2. Dosis ekstrak daun sirsak yang terbaik pada setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air.
B. SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Adiarto, B.K. 2003. Eksplorasi, Identifikasi dan Evaluasi Potensi Musuh-Musuh Alami Thrips. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Anonim, 2007. Budidaya Tanaman Krisan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Di akses tanggal 31 Mei 2015.
_______, 2007. Budidaya Krisan, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-5 _______, 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Tanaman Krisan Secara Terpadu,
Balai Peelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-11
Bayuhaji, D, 2004, Pengaruh Frekuensi Penyemprotan da Konsetrasi Insektisida Nabati Tembakau Untuk Pengendalian Kutu Daun (Aphis Sp) Pada
Cabai Merah, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Gardner. F. P, at all, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta. 428 hal
Handoko, 1999, http://www.peyuluhanpertanian.com/mengendalikan-serangga-hama Thrips sp pada tanaman bunga krisan. Di akses pada tanggal 23 Maret 2016.
Hasyim, I dan M. Reza, 1995. Krisan, Penebar Swadaya, Jakarta.Di akses pada taggal 03 juni 2015
Jumar, 2000, Strategi dan komponen teknologi pengendalian hama terpadu pada tanaman bawang merah. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Di akses pada tanggal 5 Febuari 2016 Kalshoven, L. G. E,1981, Pest Of Crops In Indonesia. Revised and Translanted by
PA Vanden Loan, PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 704 P. Kardima, A., 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kofranek, AM. 1980. Cut chrysanthemum, 5-43p, In Introduction to Floricultur, larson, RA.(Ed), Academic Press.
Lukito, A. M. 1998. Rekayasa pembungaan krisan dan Bunga lain. Trubus no.348: Jakarta.
Martono, E. 1997. Iventarisasi dan Identivikasijenis tumbuhan pengendalian hamdi kecamatan rembang jawa tengah, jurnal perlindungan Tanaman Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mardiana, 2011. Pengenalan pestisida nabati tanamanhortikultura. Direktorat Perlindungan Tanaman, Departemen Pertanian, Jakarta.
Marwoto, B 2005. Standar Oprasional Budidaya Bunga Krisan Potong. Direktorat Budidaya Tanaman Hias. Direktorat Jendaral Hortikultutra. Depertemen Pertanian. Jakarta
Natawigena, H. 1993. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya Bandung. 202 hal.
Nawangsih, A. A., H.P Imdad, dan A. Wahyudi, 2000, Bunga krisan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Pracaya, 1991. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebarab Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Radi, J. 1996. Sirska budidaya dan pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta.40 hal. Rukmana H.R dan A.E Mulyana, 1994.” Krisan Bunga potong”, kanisius, Jakarta
Rukmana H.R dan A.E Mulyana, 1997.” Krisan Bunga potong”, kanisius, Jakarta.
Setiadi, 2004. Hama Utama Krisan Dan Pengendaliaannya. Badan penelitian Dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan pengembangan Tanaman hias. Bogor. Di akses tanggal 25 Maret 2014.
Siswanto, B., Agus, K., dan S. Kusumo, 1995, Kesesuaian Lahan Pengembangan Tanaman bunga Krisan, Penebar Swadaya, Jakarta
Sunarjono, 2005, Pemanfaatan daun sirsak untuk mengendalikan hama terpadu Di Laboratorium. Balai Besar Karantina Tumbuhan. Belawan.
27
Syahbani, 2008. Pengaruh Frekuensi dan Kosentrasi Ekstrak Daun Sirsak (Annoa muricata l) Terhadaphama Kutu Daun (Aphisd sp) Pada Tanaman Cabai. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Thamrin, M. 2001. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. http:/www..Deptan.go.id 23 Juli 2016
Tofel, M. 2001. Pengaruh pestisida Nabati Biji Sirsak (Annona muricata L) Terhadap populasi hama plutella L. Dan hasil pada Tanaman Sawi. Fakultas pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama terpadu. Gajahmada University Press. Yogjakarta.Di akses tanggal 26 Maret 2015.
28 LAMPIRAN
Lampiran 1. Lay Out Penelitian
Dari metode diatas diperoleh 5 unit perlakuan, tiap unit perlakuan terdiri atas 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 3 unit tanaman tanaman sampel dan 2 unit tanaman cadangan, sehingga total keseluruhan unit penelitian adalah 45 unit polybag.
P0 (1) P4 (3) P5 (2)
P2 (2) P1 (1) P2 (3)
P5 (3)
P0 (2) p6 (3)
p6 (1)
P1 (2)
P3 (2)
P6 (2) P4 (2)
P3 (1)
P1 (3) P2 (1)
P3 (2) P0 (3)
29
Keterangan:
P0 = kontrol (tanpa perlakuan)
P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Konsentrasi 250g/l air P2 = Penyemprotan 4 hari sekali, Konsentrasi 500/l air P3 = Penyemprotan 6 hari sekali, Konsentrasi 750g/l air
Lampiran 2. Perhitungan kebutuhan Pupuk
Jarak tanam antar polybag 20 cm x 20 cm2 = 400 cm2
Jumlah tanaman/ha : = = 250.000 tanaman 1. Kebutuhan pupuk kandang untuk dosis 10 ton/ha (pupuk dasar)
Kebutuhan pupuk kandang /tanaman =
=
= 40 g/tanaman
2. Kebutuhan pupuk Urea (46%N) dosis 200 kg/ha N (pupuk susulan)
= x 100 N kg / ha
= 434,78 kg/tanaman
Kebutuhan pupuk Urea/tanaman =
31
Lampiran 3. Perhitungan Volume Semprot
Jarak tanam tanaman antar polybag 20 x 20cm2 = 400 cm2
jarak tanaman/ha =
= 250.000 tanaman
Volume semprot ekstrak daun sirsak = 400 l/ha = 400.000 ml/ha
volume semprot/tanaman =
Lampiran 4 : Tabel Analisis Varian Parameter Pengamatan
1. Tabel Anova Presentase Mortalitas
SR DB JK KT F hitung Pr > F
Perlakuan 4 4748.93 1187.23 16.90 <0.0002*
Erorr 10 70.26 702.66
Total 14 5451.60
Keterangan : * = ada bedanyata
2. Tabel Anova Presentase Efikasi
SR DB JK KT F.hitung Pr > F
Perlakuan 4 1555.89 3897.433 79.11 <.0001*
Erorr 10 492.66 49.266
Total 4 16082.400
Keterangan : * = ada beda nyata
3. Tabel Anova Tingkat kerusakan Bunga
SR DB JK KT F.hitung Pr > F
perlankua 4 1.99733 0.499333 0.19 0.9387 ns
Erorr 10 26.40667 2.640667
Total 14 28.404
33
Lampiran 5 : Foto-Foto Penelitian
Gambar 1. Bibit
Gambar 3. Tanaman Sirsak
35
Gambar 5. Ciri-ciri Bunga Terserang HamaThrips sp
Lampiran 6 : Foto Hasil Aplikasi Ekstrak Daun Sirsak
Gambar 6.1 = ekstrak daun sirsak dosis 250 g/l air
37
Gambar 6.3 = ekstrak daun sirsak dosis 750 g/l air
39
Lampiran 7 : Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan
April Mei Juni Juli Agustus
1 Seminar Proposal
2 Persiapan Lahan
3 Pemeliharaan
4 Pengaplikasian
5 Pengamatan dan Panen
6
Laporan dan Seminar hasil
Lampiran 8 : Data Monografi Desa Dan Kelurahan Tempat Penelitian
Profinsi Dati 1 : Daerah Istimewa Yogyakarta
A. Bidang Pemerintahan 1. Luas dan batas wilayah
a. Luas Desa : 1. 348 Ha b. Batas Wilayah
1)Sebelah Utara : Hutan Lindung
2)Sebelah Selatan : Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik 3)Sebelah Barat : Desa Donokerto, Desa Girikerto, Kec. Turi 4)Sebelah Timur : Desa Cadi Binangun dan Hargobinagun 2. Kondisi Geografi
a. Ketinggian tanah dari permukaa laut : 600 - 900 b. Banyak curah hujan : 3.058 mm/th c. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Tinggi d. Suhu udara rata – rata : 25 oC - 30 oC 3. Orbital (jarak dari pusat pemerintahan desa/ kelurahan)
1
PENGARUH DOSIS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L)
TERHADAP HAMA Thrips sp PADA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum sp).
MAKALAH SEMINAR HASIL
2. Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S
FAKULTAS PERTANIAN
tanaman bunga hias yang penting dibandingkan dengan jenis bunga lainya.
Masyarakat pengguna bunga krisan menyebar diseluruh dunia, dari daerah tropis,
subtropis, hingga ke daerah dingin. Krisan banyak di kenal sebagai tanaman hias
dan pelengkap berbagai dekorasi, kebutuhan komoditas ini mempunyai banyak
kegunaan antara lain sebagai bahan dekorasi ruangan, vas bunga, teh, rangkaian
bunga dan obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Bunga krisan digologkan dalam dua tipe yaitu tipe spray dan standar.
Krisan tipe spray dalam satu tangkai bunga tedapat 10-20 kuntum bunga berukuran
kecil. Sedangkan tipe standar pada satu tangkai bunga krisan hanya satu kuntum
bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai
bunga potong adalah tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, dan bunga besar
(Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).
Daya tarik pengembangan budidaya bunga krisan terletak pada nilai
ekonominya yang tinggi. Bunga potong krisan merupakan permintaan bunga potong
terbesar ke dua setelah bunga mawar. Pada tahun 1993 Indonesia mengekspor
bunga potong krisan sebanyak 198,3 ton senilai U$ 243,7 ke Negara Hongkong,
Jepang, Malaysia dan Singapura (Rukmana dan Mulyana, 1997). Produksi Krisan
potong di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pada tahun 2007
tercatat sebesar 680,000 tangkai, sedangkan permitaan krisan potong pada tahun
2
menguntungkan dan efisien dalam jangka pendek, tetapi akan menimbulkan
berbagai dampak negatif dalam penggunaan jangka panjang seperti residu pada
bahan, biaya yag mahal dan pencemaran lingkungan (Untung, 2011).
Salah satu alternatif untuk pengendalian hama Thrips sp adalah megguakan
bahan-bahan alami yang tidak berbahaya, misalkan beopestisida dari bahan
tumbuhan. Daun sirsak merupakan tanaman tahunan yang mempunyai kandungan
senyawa kimia Acetogenin pada daun, akar, bunga, kulit buah kulit batang
(Kardiman, 1999). Bahan nabati pada daun sirsak dapat digunakan senyawa penolak
serangga, toksin dan menjadi pertahanan bagi tumbuhan terhadap hewan pemangsa
tumbuhan Kardiman, 1999). Beberapa penelitian telah mencoba mengguakan
ekstrak nabati dari tanaman untuk mengendalikan hama Thrips sp. Menurut
Syahbani. (2008) pemberian ekstrak daun sirsak dengan konsntrasi 250g/l air dan
aplikasi setiap 2 hari sekali beleum efektif mengendalikan hama kutu daun (Aphis
sp) di lapangan dengan tingkat mortalitas yaitu 29,10% dan tingkat efikasi yaitu
23,43%. Dengan hasil penelitian tersebut perlu adanya kajian lanjutan dalam
pengendalian hama Aphis sp.
Hama Thrips sp merupakan salah satu hama utama bunga krisan selain
aphis sp. Keberadaan Thrips sp sangat merusak bunga krisan dalam
Organisme penganggu tanaman bunga krisan adalah hama utama yaitu hama Thrips sp yang mengakibatkan kualitas bunga rendah seperti terjadinya bintik-bintik hitam pada bunga, layu dan mati. Dalam menanggulangi hama tersebut petani menggunakan pestisida kimia. yang mana penggunaan bahan kimia terus menerus menimbulkan efek negatif. Untuk menggantikan ketergantungan terhadap pestisida kimia menggunakan pestisida organik yaitu daun sirsak yang mempunyai keunggulan kandungan senyawa acetogenin, tanin yang memiliki keistimewaan sebagai anti feedent (menurunka nafsu makan). Sedangkan alkaloid dan flafonoid bersifat racun. Penggunaan daun sirsak sebagai pestisida organik belum ada anjuran dalam pemeberian dosis yang tepat, sehingga masih perlu di kaji.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diambil suatu tujuan dari penelitian sebagai berikut :
3 2. Untuk mendapatkan dosis estrak daun sirsak yang terbaik untuk
menekan populasi hama Thrips sp pada bunga krisn II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida Nabati Daun Sirsak
Sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan berbuah
sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selama pertumbuhan. Tanaman sirsak
berasal dari Amerika Tengah, sudah banyak di kenal di berbagai daerah. Buah tropis
ini kemudian menyebar hampir diseluruh benua. Tanaman sirsak dapat tumbuh baik
mulai dari dataran rendah beriklim kering sampai basah dengan ketinggian 1000 m
dpl. Daun sirsak berbentuk bulat telur, berwarna hijau muda sampai hijau tua,
dengan ujung daun meruncing, pinggiran rata dan permukaan daun mengkilat. Pada
buah yang telah masak biji sirsak berwarna coklat kehitaman, sedangkan kulit buah
sirsak berigi (Sunarjono, 2005).
Tanaman sirsak terutama pada bagian buah sirsak mentah, daun, kulit buah
dan akarnya telah diketahui mempunyai senyawa kimia (bioaktif) atau mengandung
senyawa acetogenin, sebagai anti fertilitas dan bersifat toksik secara kontak
sistematik yang diharapkan dapat berfungsi sebagai pestisida (Mardiana, 2011).
Daun sirsak telah diketahui dapat berperan sebagai racun, mempunyai efek penolak
yang khas dan keberadaannya dapat memberi perlindungan kepada tumbuhan dari
gangguan patogen atau serangga. Acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti
feedant dan penolak seragga. Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan
struktur 30-32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus5-methyl
-2-furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksis dan
darivat acetogenin yang berfungsi sitotoksit adalah asimicin, bulatacin dan
squmosin. Selain itu daun sirsak (Annona Muricata L) ada beberapa kandungan
yaitu alkaloid, flavonoid, tanin,dan saponin (Robinson 1995; Andri,2013).
Pemanfaatan bahan ini amat potensial sebagai insektisida dan bekerja toksik
membuat gerakan serangga menjadi lamban, aktifitas menurun dan akhirnya mati,
ekstrak nya bersifat letal terhadap kepik (Oncopeltus fasciatus), Thrips, dan wereng
daun. Penelitian tentang sirsak pernah dilakukan sebelumnya diantaranya
penggunaan daun sirsak untuk mengendalikan hama Aphids sp menggunakan
insektisidan ekstrak daun sirsak mengendalikan kutu daun (Aphids sp) pada
tanaman Cabai dan hasilnya insektisida ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 150
g/l dengan frekuensi semprot 2 hari sekali tidak mampu mengendalikan hama
Aphidssp pada tanamn cabai (Bayu, 2004).
B. Hama Thrips sp
Hama Thrips sp pada bunga krisan termasuk kedalam ordo Thysanoptera
(serangga bersayap duri/rumbai), serangga ini biasa banyak ditemukan pada
tanaman karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai banyak tanama inang
yaitu kentang tomat, cabai, bawang merah, bunga krisan, dan bunga sedap malam
dan jenis bawang lainnya, (Untung, 1993). ketang dan tomat, cabai, bawang
4
Gambar 1.
Thrips sp mempunyai ciri-ciri tidak bersayap tepi, tetapi dewasa
mempunyai sayap yang transparan (tembus cahaya), mempunyai panjang tubuhnya
1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis
sederhana/setengah sempurna (Andriato & Indrianto, 2003). Daur hidup Thrips sp
pada tingkat nimfa 7 hari, setelah itu sudah menghasilkan keturunan. Bila
temperatur diatas 25 0C yang dewasa akan berkirang umurnya dan jumlah
keturunanya akan berkurang. Diatas temperature 28,5 oC reproduksi terhenti. Bila
kelembapannya tinggi, nimfa dan yang muda tidak tahan karena terserang
cendawan. Thrips sp menyukai bunga krisan muda yang jaringannya masih lunak,
merusak dengan cara menusuk jaringan bunga, menghisap cairan sel bunga
sehingga bunga tumbuh tidak normal(Percaya, 1991). Menurut Kalshoven (1981)
Perkembang biakannya secara parthenogenesis dan telurnya menetas didalam
badan. Ada juga fase seksual yang membentuk jantan dan betina yang telurnya
menetas di luar badan (ovivar). Didataran tinggi Thrips sp sangat subur
dan gagal membetuk bunga (Untung, 1993)
Ciri-ciri gejala terserang hama thrip diantaranya adalah, pada kelopak bunga
terdapat bitik-bintik hitam, warna plopak bunga tidak segar atau cerah, bawah
plopak bunga berwarna kecoklatan, dan batang bunga layu. Serangan hama Thrips
sp menghisap cairan bunga secara langsung, sehingga bunga yang terserang akan
layu, bintik-bintik hitam dan kering, sehingga produksi bunga krisan menurun.
Serangan yang hebat akan meyebabkan tanaman akan sangat lemah dan bunga tidak
normal. Apabila kita kurang perhatian, seringkali kerusakan tidak kelihatan sampai
Thrips sp sudah tidak ada (Setiadi, 2004 ). Tubuh hama Thrips sp yang ringan akan
mudah mengikuti arah angin. Sehingga tidak mengherankan kalau daya serang dan
daya sebar hama Thrips sp ini sangat cepat. Daerah penyebaran hama ini sangat luas
hampir terdapat diseluruh dunia.
C. Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp)
Bunga Krisan merupakan tanaman hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Gloden Flower) berasal dari daratan Cina, yang termasuk
dalam famili Asteraceae. Krisan Kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan
Krisan Chrysanthemum indicum (Kuning), Chrysanthemum daisy (Bulat, ponpon).
Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800-an. Sejak tahun 1940, Krisan
5
tanaman bunga Krisan tumbuh menyemak setinggi 20 cm - 200 cm. Bunga krisan
tumbuh tegak dengan batang yang lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh
terus, batang akan menjadi keras dan berwrna hijau kecoklat-coklatan. Penampilan
visual tanaman Krisan mirip dengan aster. Ciri khas tanaman Krisan dapat dilihat
dari bentuk daun yaitu bagian tepi dari bercelah atau berigi, tersusun dengan
berselang seling pada batang. Perakaran bunga krisan menyebar ke semua arah
kedalaman 40 cm. Bunga krisan Fiji kuning tumbuh tegak pada ujung tanaman dan
tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang (Rukeman dan Mulyana,
1997).
Bunga krisan stndar mempunyai bunga tunggal perbatang, tipe ini
dihasilkan dengan membuang calon bunga samping (lateral bud) dan membiarkan
calon bunga utama (terminal bud) tumbuh dan berkembang sendiri. Bunga krisan
megandung Vitamin C, beta karotene, kalsium serat, zat besi, kalium, dan
magnesium.
Dalam penelitian ini bunga krisan yang diajukan adalah bunga Krisan
standar Fiji Kuning varietas ponpon. Ukuran bunga 10,5 cm-12cm dengan tinggi
tanaman 20 cm, Umur panen tanaman berbunga krisan ± 2,5 bulan-3 bulan setelah
tanaman. Pada krisan jenis standar penentuan stadium panen yang tepat adalah
ketika bunga telah ½ mekar atau 4 hari sebelum mekar penuh (Rukmana dan
Mulyana, 1997). Bunga Krisan membutuhkan suhu udara antara 17-30oC. Tanaman
krisan tumbuh berketinggian antara 600-1200 m dpl. Kelembapan yang di butuhkan
pada saat pertumbuhan yaitu 70-80%, kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis
adalah 600-900 ppm. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah
malam yaitu pada jam 22:30-01:00 dengan lampu 150 lux untuk 9 m2, dan lampu
dipasang menggantug 1,5 dari ujung daun. Periode pemasangan lampu di lakukan
pada vegetatif (2-4 minggu) untuk merangsang pertumbuhan bunga (Lukito, 1998).
Tanah untuk tanaman bunga krisan harus subur kaya akan bahan organik, pH tanah
antara 5,5-6,7 pH optimum 6,5. Tanaman bunga krisan akan beradaptasi degan baik
pada tanah yang gembur.
D. Hipotesis
Diduga pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air mampu dalam mengendalikan hama Thrips sp.
III. TATA CARA PENELITAIN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan pada bulan Maret sampai Juni 2016 yang
bertempat di Desa Panggeran, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta, dengan jenis tanah grumosol, ketinggian tempat 600 m.dpl.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, sekam padi, Urea, bibit
tanaman krisan, daun sirsak pestisida kimia Curacron. Adapun alat yang digunakan
6
Rancangan penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan faktor
tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) Adapun faktor yang
diujikan adalah frekuensi dan konsentrasi aplikasi ekstrak daun sirsak yang terdiri
atas 5 perlakuan, 3 ulangan, masing-masing perlakuan ada 3 tanaman perlakuan
selengkapnya sebagai berikut:
P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 = penyemprotan 2 hari sekali, Dosis 250 g/l air
P2 = penyemprotan 3 hari sekali, Dosis 500 g/l air
P3 = penyemprotan 4 hari sekali, Dosis 750 g/l air
P4 = penyemprotan dengan pestisida Profenofos 6 hari sekali,
konsentrasi 2 m/l air.
D. Tata Laksana Penelitian
1. Persiapan Lahan
a. Penyiapan medium tanam
Pengolahan tanah menggunakan cangkul, diberi pupuk kandang 10 ton/ha
dan sekam dengan cara diaduk rata jadi satu di atas tanah. Pupuk kandang,
sekam dan tanah dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Pengolahan tanah dilakukan
2 minggu sebelum tanam.
dilakukan penyulaman dengan bibit yang umurnya sama.
3. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Bibit yang baru saja ditanam disiram setiap hari. Penyiraman dilakukan
secara kontinu 2 kali sehari, tergantung keadaan medium tumbuh (tanah) dan
cuaca. Apabila pagi turun hujan maka penyiraman tidak dilakukan agar
tanaman tidak mati karena tergenang oleh air sehingga dapat tumbuh dengan
baik.
b. Penyinaran
Untuk memacu pertumbuha vegetatif tanaman sehingga diperoleh tinggi
tanaman yang seragam maka dibutuhkan pelampuan (Rukmana dan Mulyana
1997). Pelampuan menggunakan lampu pijar dengan daya 150 lux sebanyak 1
buah degan jarak 1,5 m dari ujung pucuk daun yang diberikan dari umur
pertama sampai umur 6 minggu setelah tanam.
c. Pemupukan
Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan, pupuk dasar
diberikan saat pengolahan tanah sedangkan pupuk susulan diberikan
sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 minggu dan 8 minggu.
7
i. Pupuk susulan yang pertama meggunakan pupuk Urea dengan dosis 300
kg/ha (173 gram/tanaman) diberikaan saat tanaman berumur 4 minggu.
ii. Pupuk susulan yang kedua menggunakan pupuk Urea dengan dosis 150
kg/ha (1,5 gram/tanaman) diberika saat tanaman berumur 8 minggu atau
pada saat berumur 56 hari setelah tanam.
4. Perlakuan
a. Persiapan bahan dan pembuatan ekstrak daun sirsak kering
Pembuatan insektisida daun sirsak dilakuakan sehari sebelum aplikasi,
Tindakan pertama yang dilakukan adalah dengan cara daun sirsak tua
dikering anginkan kemudian dipotong kecil-kecil selajutnya lalu dihaluskan
dengan cara diblender setelah itu ditimbang masing-masing sebesar 250
gram, 500 gram, dan 750 gram. Setelah halus lalu masing-masing bahan
tersebut ditambah dengan air sampai kapasitas 1 liter, dan kemudian
ditambah alkohol 90% sebanyak 9 tetes, lalu aduk sampi larut. Kemudian
disimpan pada ruangan bersuhu 260C, dibiarkan pada tempat yang aman
selama 24 jam. Langkah selanjutnya, setelah 24 jam bahan yang tadi disaring
dan diambil larutannya sebanyak konsentrasi yang digunakan untuk
diapliksikan, pada setiap tanaman sesuai dengan frekuensi dan konsentrasi
ekstrak daun sirsak yang digunakan. Sebelum diaplikasikan, setiap larutan
ekstrak daun sirsak ditambah dengan deterjen sebanyak 3 g yang bertujuan
utuk memperluas volume semprot.
b. Pengaplikasian ekstrak daun sirsak
Penyemprotan ekstrak daun sirsak dilakukan pada pagi hari, dengan frekuensi
2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan konsentrasi 250 g/l air, 500 g/l
air, 750 g/l air, aplikasi air, insektisida buatan Profenopos 2 m/l yang di ambil
dari Curracron 500 EC dan dilakukan dengan cara menakar konsentrasi
tersebut menggunakan gelas ukur sesuai dengan kebutuhan. Di aplikasikan
selama 9 kali (3 minggu) pada saat itu umur bunga krisan 2 bulan dengan
volume semprot 16 ml/tanaman.
5. Panen
Bunga Krisan dapat dipanen ± berumur 108 hari setelah tanam. Ciri-ciri bunga
sudah siap panen diantaranya adalah petal bunga membuka 80%, dengan cara
mencabut batang tanaman ataupun dengan cara memotong pangkal batang.
E. Parameter yang diamati
1. Mortalitas
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hama yang mati selama 3 minggu. Hasil pengamatan digunakan untuk menghitung Persentase mortalitas dapat dihitung dengan mengguakan rumus sebagai berikut :
% Mortalitas =[
]
Keterangan :
8 rumus Handerson–Tilton untuk populasi hama sebelum dan sesudah aplikasi dengan insektisida nabati dan kimia pada berbagai perlakuan yang dicobakan (Ngatawigena, 1993).
Untuk menghitung efikasi digunakan rumus Handosen-Tilton sebagai berikut:
Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah tanaman rusak yang disebabkan oleh hama Thrips sp setiap satu minggu sekali terhadap
n = jumlah sampel yang diamati untuk tiap katagori kerusakan Nilai kategori serangan (V) untuk hama umumnya didasarkan pada luas
9 Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Data dalam persen dan nol sebelum analisis ditransformasikan terlebih dahulu menjadi √ , x adalah data sebenarnya (Gomez, 1983).
G. Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh dilakukan analisis varians dengan tarif 5%.
Jika ada pengaruh nyata, dilakukan Duncan’s Multipel Range Test (DMRT) pada
tarif 5%. Data disajikan dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
Pada tabel 3 rerata tingkat mortalitas menunjukkan ekstrak daun sebagai biopestisida berpengaruh nyata antar semua perlakuan. Pestisida organik ekstrak daun sirsak berbagai dosis mampu mengimbangi pestisida kimia. Hal tersebut disebabkan dari kandungan zat acetogenin yang bersifat anti feedent (menurunkan nafsu makan) dengan cara kerja sebagai racun
kontak sehingga jika ekstrak daun sirsak termakan oleh hama Thrips sp maka akan menyebabkan kematian (M. Thamrin, 2011).
10 bersifat letal terhadap Thrips sp.
2. Tingkat Efikasi
Hasil sidik ragam tingkat efikasi (lampiran 4), menunjukkan ada beda nyata antar perlakuan rerata tingkat efikasi dapat di lihat dalam tabel 4. Tabel 4. Rerta Tingkat Efikasi
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menujukkan tidak
ada beda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%.
perlakuan P2 dan P4 berbeda nyata dengan perlakuan P0. Perlakuan P0 tidak ada beda nyata pada perlakuan P1 dan P3. Berdasarkan efikasi yang baik ekstrak daun sirsak dengan kimia sudah menujukkan efikasi di atas 50% tingkat efikasi antar perlakuan tersebut efektif dalam mengandalikan hama Thrips sp, sehingga dapat dikatakan ekstrak daun sirsak efektif dalam
mengendalikan hama Thrips sp dan mampu mengurangi penggunaan pestisida sintetik pada budidaya bunga krisan. Menurut Natawigena (1993) berdasarkan LC 50 batas minimal kemanjuran tingkat efikasi adalah 50%, artinya apabila kurang dari 50% pestisida nabati yang digunakan tidak manjur. Semakin tinggi nilai efikasi yang diperoleh maka semakin manjur pestisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama Thrips sp.
Seperti penelitian (menurut Tofel 2001) ekstrak daun sirsak pada konsentrasi 150 g/l air mampu mengndalikan populasi hama plutella xylostella pada tanaman sawi. Ekstrak daun sirsak berfungsi sebagai anti
feedant bagi hama Thrips sp. Untuk terjadinya kematian tidak memerlukan
11 3. Kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp
Hasil sidik ragam tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp
(lampiran 4), menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan. Rerata tingkat kerusakan bunga akibat hama Thrips sp., dapat di lihat dalam tabel 4 Tabel 4. Rerata Tingkat kerusakan bunga akibat serangan hama Thrips sp.,
Keterangan : Angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
ada bedanyata berdasarkan Uji F pada tarif 5 %.
Hasil analisis sidik ragam (lampiran 4) rerata tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan menunjukkan tidak ada beda nyata. hal tersebut
terjadi karena kerusakan bunga yang disebabkan oleh hama Thrips sp., kurang dari 5% artinya hama Thrips sp pada tiap bunga belum begitu merusak, bunga krisan hanya terdapat bintik-bitik hitam dan layu. Menurut (Andi, 2015) hama Thrips sp menyerang bunga krisan pada bagian yang lunak, sehingga sel-sel bunga menjadi layu dan bintik-bintik hitam.
Menurut Suhardi et all, 1994 jika tingkat kerusakan bunga pada semua perlakuan yang disebabkan oleh hama Thrips sp relatif kecil kurang dari 25 % hama Thrips sp belum begitu merusak sehingga bunga krisan masih tetap tumbuh dan berkembang hal tersebut disebabkan oleh populasi hama yang sedikit, dan langsung di kendalikan sehingga kerusakan yang dialami relatif rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Aplikasi insektisida ekstrak daun sirsak berpengaruh dalam pengendalian hama Thrips sp
2. Dosis ekstrak daun sirsak yang terbaik pada setiap 4 hari sekali dengan dosis 500 g/l air.
B. SARAN
Untuk medapatkan efektivitas yang lebih baik, maka perlu dilakukan modifikasi terhadap dosis ekstrak daun sirsak.
Perlakuan Tingkat Kerusakan Bunga (%)
P0 = Kontrol(Tanpa perlakuan) 3.70 P1 = 2 hari sekali, 250 g/l air 3.66 P2 = 4 hari sekali, 500 g/l air 2.93 P3 = 6 hari sekali, 750 g/l air 3.66
12 Lembang.
Anonim, 2007. Budidaya Tanaman Krisan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. Di akses tanggal 31 Mei 2015.
_______, 2007. Budidaya Krisan, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-5
_______, 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Tanaman Krisan Secara Terpadu, Balai Peelitian Tanaman Hias, Segunung. 1-11
Bayuhaji, D, 2004, Pengaruh Frekuensi Penyemprotan da Konsetrasi Insektisida Nabati Tembakau Untuk Pengendalian Kutu Daun
(Aphis Sp) Pada Cabai Merah, Fakultas Pertanian Universitas