• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN TANGERANG PADA PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI DATA KORPORASI JASA RAHARJA (DASI-JR) DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PEMBAYARAN DANA SANTUNAN KEPADA MASYARAKAT DI WILAYAH TANGERANG PADA BULAN JANUARI-APRIL 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN TANGERANG PADA PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI DATA KORPORASI JASA RAHARJA (DASI-JR) DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PEMBAYARAN DANA SANTUNAN KEPADA MASYARAKAT DI WILAYAH TANGERANG PADA BULAN JANUARI-APRIL 2010"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peneltian

Globalisasi merupakan sebuah fenomena yang secara langsung maupun tidak langsung mengharapkan terjadinya sebuah interaksi antar masyarakat yang jauh lebih efektif dan efisien. Peranan pemerintah di dalam sebuah negara adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dalam menghadapi era globalisasi. Salah satu peran pemerintah adalah dengan menciptakan teknologi yang digunakan untuk mempermudah dan memperbaiki kualitas kehidupan manusia.

Negara-negara maju menciptakan teknologi digital yang melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang disebut electronic government (E-Government). E-Government merupakan sebuah aplikasi informasi, komunikasi dan teknologi (ICT) dari perwakilan pemerintah yang betujuan untuk memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah menerapakan E-Government dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

(2)

2

Pemerintah menerapkan E-Government tujuannya agar lebih efektif dan efisien dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya. Teknologi informasi yang dibutuhkan dalam penerapan E-Government harus bersifat terbuka, mudah dimengerti, dan dapat diakses oleh siapapun termasuk masyarakat. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, salah satunya adalah menerapkan pengolahan data secara elektronik. Penerapan pengolahan data secara elektronik dilakukan tidak hanya di tingkat pusat saja, tetapi di tingkat daerah juga perlu diterapkan pengolahan data secara elektronik.

Pemerintah sendiri memiliki peran dan fungsi pelayanan dan pengaturan warga negara. Pelaksanaan aktivitas pelayanan, pembangunan, koordinasi dan birokratis yang sering sekali mengakibatkan pemberian pelayanan memakan waktu yang lama dan biaya yang tinggi. Pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat semakin terasa dengan adanya kesadaran antara masyarakat dan pemerintahan itu sendiri.

(3)

3

Pelayanan pembayaran dana santunan merupakan faktor kunci bagi sebuah perusahaan asuransi sosial seperti PT. Jasa Raharja (Persero). Pelayanan secara cepat adalah tolak ukur keberhasilan sebuah perusahaan asuransi sosial. PT. Jasa Raharja (Persero) berupaya semaksimal mungkin untuk membayar santunan kepada para ahli waris korban. Sesuai dengan data kecelakaan pada bulan Januari-April 2010 PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang menerima klaim kecelakaan kurang lebih 22 kasus setiap harinya dibandingkan dengan perwakilan di daerah lainnya (Cirebon 15 kasus, Sukabumi 14 kasus, Karawang 17 kasus, Bekasi 19 kasus, dan Purwakarta 12 kasus). Permasalahan yang sering timbul adalah penyerahan santunan tidak tepat waktu, menyusul lambannya penyerahan berkas laporan dari pihak Kepolisian. Masalah tersebut mengakibatkan banyak sekali masyarakat yang kecewa akan pelayanan yang diberikan oleh aparatur perintahan, khusunya sistem pelayanan lah yang diharapkan dapat diperbaiki dan mengutamakan kepentingan masyarakat.

PT. Jasa Raharja (Persero) di bawah naungan Mentri BUMN dan Mentri Keuangan yang menjalankan amanat Undang-Undang No. 33 tahun 1964junct to

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Undang-Undang No. 34 tahun 1964 junct to

(4)

4

Undang-Undang 33/1964 jo PP No.17/1965 tentang jaminan bagi penumpang kendaraan umum yaitu:

(1) Korban yang berhak atas santunan adalah setiap penumpang sah dari alat angkut umum baik darat, laut, maupun udara.

(2) Jaminan ganda diberikan kepada kendaraan bermotor umum (bis)yang berada di dalam kapal penyebrangan.

(3) Korban kecelakaan kapal/lautpesawat udara yang mayatnya tidak ditemukan. Santunan dibayar menunggu keputusan dari pengadilan. (Undang-Undang 33/1964 jo PP No.17/1965)

Undang-Undang 34/1964 jo PP No.18/1965 tentang jamina bagi korban kecelakaan lalu lintas yaitu:

(1). Korban yang berhak atas santunan adalah korban yang tertabrak oleh kendaraan bermotor dan kereta api (setiap orang yang berada diluar alat angkut lalu lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan)

(2). Tabrakan dua atau lebih kendaraan bermotor yang dalam posisi benar. (3). Kasus kecelakaantabrak lari, terlebih dahulu dilakukan penelitian atas

kebenaran kasus kecelakaannya.

(Undang-Undang 33/1964 jo PP No.17/1965)

Berdasarkan keputusan pemerintah melalui Undang-Undang di atas, PT. Jasa Raharja (Persero) berkewajiban memberikan santunan kecelakaan kepada masyarakat yang mengalami musibah yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 33 & 34 Tahun 1964 sebagai pelaksana di lapangan PT. Jasa Raharja (Persero) di bantu oleh kepolisian dalam hal pencatatan data kecelakaan.

(5)

5

50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah). Biaya pemakaman Rp 2.000.000 (Dua Juta Rupiah) untuk korban kecelakaan angkutan umum baik darat, laut, maupun udara.

PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai perusahaan asuransi kecelakaan tidak bisa melakukan pembayaran santunan secara langsung tetapi melalui beberapa tahap dan prosedur pembayaran. Bagian keuangan memiliki fungsi dan peran dalam pencairan dana santunan kecelakaan bagi korban kecelakaan. Sedangkan kepolisi memiliki fungsi sebagai pembuat laporan kecelakaan yang merupakan dasar utama dalam melakukan pembayaran santunan dari PT. Jasa Raharja (Persero).

(6)

6

mempermudah masyarakat dalam pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas.

Sistem informasi DASI-JR pertama kali diuji coba penerapannya ditujuh perwakilannya di PT Jasa Raharja (Persero) yang terdapat di Jawa Barat. Bulan Desember Tahun 2005 sistem informasi DASI-JR melakukanparallel-run di lima cabang PT. Jasa Raharja (Persero) di luar Jawa Barat. Sistem informasi DASI-JR dapat mempermudah program rencana jangka panjang. Teknologi Informasi berupa penyediaan suatu sistem informasi yang terpadu, terintegrasi, relevan, akurat serta berkemampuan untuk menunjang seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat tercapai.

(7)

7

Masyarakat yang mengalami kecelakaan seharusnya menerima pelayanan yang terbaik, karena sudah terjamin dalam Undang-Undang Nomor 33 & 34 Tahun 1964 tentang Pembayaran Dana Santunan Kecelakaan Lalu Lintas. Dalam hal pengurusan dana santunan banyak sekali masyarakat yang belum terlayani dengan baik, sehingga masyarakat masih kecewa dengan kinerja pelayanan yang di berikan oleh aparatur PT. Jasa Raharja (Persero). Selain itu masyarakat belum mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya yang telah di atur oleh undang-undang tersebut. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi aparatur PT. Jasa Raharja (Persero).

Jika permasalahan ini tidak segera di atasi maka dapat memicu adanya tindakan kurang percaya dari masyarakat terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh aparatur PT. Jasa Raharja (Persero). Dengan adanya sistem informasi DASI-JR pemasalahan tersebut setidaknya dapat terselesaikan walaupun belum maksimal. Sistem informasi DASI-JR diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam pencairan dana santunan kecelakaan.

(8)

8

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk menjelaskan fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010?

2. Bagaimana efesiensi PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010?

3. Bagaimana kepuasan masyarakat dalam penggunaan sistem informasi DASI-JR di PT. Jasa Raharja?

4. Bagaimana keunggulan PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010?

(9)

9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui proses dari PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

2. Mengetahui efesiensi dari PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

3. Mengetahui kepuasan masyarakat dalam penggunaan sistem informasi DASI-JR di PT. Jasa Raharja.

(10)

10

5. Mengetahui pengembangan PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoretis dan praktis sebagai berikut:

1. Kegunanan bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat memberikan manfaat tentang makna dari efektivitas penggunaan DASI-JR dalam peningkatan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang.

2. Kegunaan ilmiah, hasil penelitian ini dihapkan hasil dapat menjadi bahan informasi bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan.

(11)

11

1.5 Kerangka Pemikiran

Pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, di setiap lembaga pemerintahan diperlukan pegawai yang efektif dan berkualitas guna meningkatkan kemampuan sehingga dapat dicapai efektivitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sesuai yang diharapkan. Keefektifan sebuah lembaga pemerintahan dalam mencapai tujuan ditentukan oleh sejauh mana lembaga pemerintahan dalam mencapai sasaran dan target yang aka dicapai. Pengertian efektivitas menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul tentang Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerjabahwa :

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat” (Sedarmayanti, 2009: 59).

Berdasarkan pengertian diatas, bahwa sesuatu dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dengan tepat dan berhasil, maka sesuatu itu sudah berjalan dengan efektif dan efisien, artinya informasi harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(12)

12

1. Proses 2. Efisiensi 3. Kepuasan 4. Keunggulan 5. Pengembangan

(Gibson, 1996:34)

Proses adalah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan data korban kecelakaan agar menghasilkan informasi tentang pembayaran dana santunan kecelakaan yang berguna bagi para pemakainya. Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses pengajuan dana santunan di PT. Jasa Raharja (Persero) agar menghasilkan pembayaran dana santunan bagi korban kecelakaan. Ukuran proses dapat dilihat dari proses komunikasi, proses pengambilan keputusan, proses pengembangan pegawai, proses sosialisasi.

Efisiensi adalah merupakan hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan yaitu PT. Jasa Raharja (Persero) dalam menerapkan sistem informasi DASI-JR dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas di Wilayah Tangerang. Efesiensi dapat di lihat dari biaya, waktu.

Kepuasan adalah keberhasilan aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada korban kecelakaan dengan menggunakan sistem informasi DASI-JR. Ukuran kepuasan meliputi tingkat keberhasilan, tingkat kinerja apartur, tingkat publik atau masyarakat.

(13)

13

pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dalam pembayaran dana santunan. Ukuran keunggulan meliputi produk, kepuasan, konsisten.

Pengembangan adalah mengukur kemampuan aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pembayaran dana santunan kecelakaan di Wilayah Tangerang. Dengan cara melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan sehingga pembayaran dana santunan bisa berjalan dengan cepat. Ukuran Pengembangan meliputi Strategi intervensi, Pencapaian tujuan.

Umumnya efektivitas selalu berhubungan dan dipadukan dengan efisiensi yang merupakan suatu kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu tindakan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dan menekankan pada hasil atau efeknya dalam pencapaian tujuan.

(14)

14

Berdasarkan pengertian di atas, suatu kebijakan berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Kebijakan publik mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu sama lain, termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan atau kantor pemerintah, suatu kebijakan apabila sudah dibuat maka harus di implementasikan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang pengembangan E-Government merupakan salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam menerapkan dan melaksanakan E-Government, karenaE-Government merupakan alat untuk berkomunikasi maupun memberikan laporan dari lembaga pemerintah kepada masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Pada era otonomi daerah kinerja pegawai pemerintahan dalam mengimplemtasikan kebijakan harus lebih ditingkatkan. Dengan adanya aplikasi teknologi pemerintahan yang dinamakan dengan E-Government. kesipan pegawai perlu diseimbangkan dengan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengaplikasikan penerapan e-Government. Menurut Edi Sutanta E-Government

sebagai berikut:

(15)

15

Suatu organisasi yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat manajemen melakukan permintaan yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Untuk dapat melakukan akses terhadap data kapanpun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten, sistem informasi yang cepat dapat mengikuti perubahan kondisi. Menurut pendapat Sutabri dalam bukunya Sistem Informasi Manajemenmendefinisikan sistem informasi, sebagai berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi, yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan” (Sutabri, 2005:42).

Sistem informasi adalah suatu sistem manusia/mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Sistem informasi adalah (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik maupun logika. Dari organisasi ke organisasi, sumber daya ini disusun atau distrukturkan dengan beberapa cara yang berlainan, karena organisasi dan sistem informasi merupakan sumber daya yang bersifat dinamis.

Menurut pendapat James B Bower dkk. Dalam bukunya Computer Oriented Accounting Informations System yang dikutip Wahyono dalam bukunya

Sistem Informasi Konsep Dasar, Analisi Desain dan Implementasi menjelaskan pengertian sistem informasi, sebagai berikut:

(16)

16

Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur informasi penting guna memproses tipe transaksi rutin tertentu yang menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik. Sistem informasi juga merupakan sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk mengendalikan organisasi.

Menurut Burch (1992:12), penerapan sistem didefinisikan sebagai suatu implementasi yang terdiri dari rencana implementasi sistem dan pelaksanaan sistem yang menggambarkan tugas-tugas yanng diperlukan dalam pengimplementasian suatu sistem. Berdasarkan pengertian di atas, pelaksanaan biasanya menunjukan seluruh upaya perubahan melalui sistem baru. Sistem didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan informasi. Sistem diperkenalkan dan diterapkan kedalam organisasi pengguna. Sistem yang diterapkan itu digunakan oleh anggotanya, pelaksanaan sistem dapat dikatakan berhasil. Namun jika para penggunanya menolak sistem yang diterapkan, pelaksanaan sistem tersebut dapat digolongkan gagal.

(17)

17

apapun baik fisik maupun non-fisik yang saling berhubungan satu sama lain dn bekerja sama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna.

Adapun pengertian sistem informasi menurut Laudon adalah sebagai berikut:

“Merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran aktivitas dalam perusahaan” (Laudon, 2004:55).

Berdasarkan pengertian di atas, sistem informasi merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi tersebut untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian.

Pemerintahan sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat perlu menemukan dan memahami cara profesional dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sadu Wasistiono mendefinisikan pelayanan publik sebagai berikut:

“Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah atau pun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pelayanan guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat”(Wasistiono, 2001:51-52).

(18)

18

melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama. Sejalan pendapat tersebut Keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 mendefinisikan:

“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi di pusat , di daerah dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD) dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka, pelaksanaan peraturan perundang-undangan.”

Pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian layanan dari organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan.

Sistem informasi DASI-JR adalah suatu sistem yang mengaplikasikan sistem aplikasi operasional yang meliputi aplikasi pelayanan klaim, iuran wajib, sumbangan wajib, keuangan dan akuntansi, serta aktiva tetap secara terintegrasi yang membentuk suatu basis data mulai dari tingkat Perwakilan, Cabang dan Pusat.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

(19)

19

Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

2. Kebijakan adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang terarah. Dalam menunjang efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

3. Sistem Informasi DASI-JR adalah suatu sistem yang mengaplikasikan sistem aplikasi operasional yang meliputi aplikasi pelayanan klaim, iuran wajib, sumbangan wajib, keuangan dan akuntansi, serta aktiva tetap secara terintegrasi yang membentuk suatu basis data mulai dari tingkat Perwakilan, Cabang dan Pusat.

4. Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah atau pun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pelayanan guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat dalam pembayaran dana santunan kecelakaan di Wilayah Tangerang

(20)

20

6. Efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010 adalah indikator yang meliputi:

1) Proses adalah merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan data korban kecelakaan agar menghasilkan informasi tentang pembayaran dana santunan kecelakaan yang berguna bagi para pemakainya. Proses PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010 dapat dilihat dari:

a. Proses komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) ke ahli korban kecelakaan mengenai informasi pembayaran dana santuna kecelakan di Wilayah Tanggerang pada Bulan Januari-April 2010.

b. Proses pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan-penentuan keputusan oleh aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) dalam pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

(21)

21

informasi DASI-JR dalam peningkatan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang dengan tujuan agar meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.

d. Proses sosialisasi adalah mengenalkan sistem informasi DASI-JR dalam pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

2) Efisiensi adalah merupakan hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan yaitu PT. Jasa Raharja (Persero) dalam menerapkan sistem informasi DASI-JR dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan pembayaran dana santunan kecelakaan lalu lintas di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010 dapat dilihat dari:

a. Biaya adalah Sejauh mana efesiensi biaya yang dikeluarkan PT. Jasa Raharja (Persero) dalam melaksanakan program sistem informasi DASI-JR.

(22)

22

3) Kepuasan adalah keberhasilan aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada korban kecelakaan dengan menggunakan sistem informasi DASI-JR dapat dilihat dari:

a. Tingkat keberhasilan adalah keberhasilan PT. Jasa Raharja (Persero) dalam menjalankan efektivitas pelayanan pembayaran dana santunan melalui sistem informasi DASI-JR dalam pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

b. Tingkat kinerja adalah merupakan upaya yang dilakukan petugas PT. Jasa Raharja (Persero) dalam pelayanan kepada korban kecelakaan dengan menggunakan sistem informasi DASI-JR.

4) Keunggulan adalah tingkat dimana aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) benar-benar tanggap terhadap perubahan baik di dalam perusahaan. Dengan menggunakan sistem informasi DASI-JR PT. Jasa Raharja (Persero) dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dalam pembayaran dana santunan. dapat dilihat dari:

(23)

23

5) Pengembangan adalah mengukur kemampuan aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) untuk meningkatkan kapasitasnya dalam pembayaran dana santunan kecelakaan di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010. Dengan cara melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan sehingga pembayaran dana santunan bisa berjalan dengan cepat. dapat dilihat dari:

a. Struktur sistem adalah aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) yang memanfaatkan pengolahan data korban kecelakaan dalam rangka pembayaran dana santunan melaksanakan perubahan-perubahan yang diinginkan. Struktur ini berusaha mengubah keyakinan sikap, nilai, dan praktik sehingg aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) dapat menyesuaikan dari dengan teknologi dan mampu bertahan dalam laju perubahan yang berlangsung cepat .

(24)

24

Berikut ini bagan yang telah dimodifikasi oleh peneliti untuk memperjelas dan mempertajam serta menambah kerangka teori yang telah diuraikan di atas :

Bagan 1.1

(25)

25

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode penelitian

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada penelitian skripsi ini, yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode. Metode dalam suatu penelitian memiliki peranan yang sangat penting, berhasil tidaknya suatu penelitian bergantung pada pemilihan metode yang digunakan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dipahami sebagai berikut :

“Penyelidikan deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang di alami, suatu hubungan kegiatan, pandangan, sikap yang nampak, tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing dan sebagainya”(Surakhmad, 1998 : 139).

Berdasarkan pengertian di atas, metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung atau yang sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, kemudian peneliti mengembangankan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

(26)

26

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”(Sugiyono, 2005:1).

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti mendeskripsikan teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan dan berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan fakta-fakta yang ada yang berhubungan dengan efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk pengumpulan data dilokasi penelitian dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut :

1. Observasi nonpartisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang dihasilkan dalam pembayaran dana santunan kepada masyarakat.

(27)

27

(Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010. Kepada aparatur PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tanggerang bagian pelayanan.

3. Studi pustaka, yaitu degan mempelajari dan mencari buku-buku pegangan yang berhubungan dengan efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif

yang mendefinisikan pengertianPurposive,sebagai berikut:

(28)

28

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan efektivitas PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang pada pelaksanaan sistem informasi DASI-JR dalam peningkatan pelayanan pembayaran dana santunan kepada masyarakat di Wilayah Tangerang pada Bulan Januari-April 2010. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu:

a. Petugas di PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang yaitu:

1. Kepala Perwakilan Tangerang PT. Jasa Raharja (Persero) Alasan penulis memilih Kepala Perwakilan karena orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya sistem informasi DASI-JR.

2. Bagian IT PT. Jasa Raharja (Persero) Tangerang merupakan sumber data yang dijadikan sebagai informasi penelitian. Karena bagain IT langsung berhubungan dengan sistem informasi DASI-JR dalam proses pembayaran dana santunan.

(29)

29

4. Bagian keuangan PT. Jasa Raharja (Persero) Tangerang merupakan pelaksana tugas pencairan dana santunan kecelakaan setelah pelampiran data dari bagian pelayanan untuk pembayaran besarnya dana santunan yang di bayarkan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) wilayah Tanggerang. b. Masyarakat Penerima Dana Santunan Kecelakaan Lalu Lintas yaitu :

Teknik yang digunakan dalam menentukan informan dari masyarakat adalah teknik accidental, yaitu pengambilan unsur sampel secara sembarang sampai terpenuhi jumlah yang diinginkan (Sudjana, 2005:73). Cara yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pengambilan sampelnya dengan cara meminta data-data masyarakat yang menerima dana santunan kecelakaan lalu lintas pada bulan Januari-April kepada petugas bagian pelayanan yang ada di PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang, mengumpulkan opini dari masyarakat dalam hal ini mungkin dari orang-orang yang berada di lingkungan PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tangerang. Masyarakat dijadikan sebagai narasumber, karena sebagai penerima dana santunan kecelakaan lalu lintas di Wilayah Tangerang.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif menurut bagong suyanto dalam bukunya yang berjudul

(30)

30

“Penelitian kualitatif adalah strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”

(Bagong Suyanto, 2005:183).

Penelitian kualitatif ini merupakan penyelidikan dalam mendekati suatu suasana tanpa menggunakan hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, karena muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar dalam data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan laporan ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya Memahami Penelitian Kualitatif, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

1. Data Reduksi (Reduksi data), yaitu bagian dari proses analisa dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat focus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion verifikacation (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.

(Sugiyono, 2007:92-99)

(31)

31

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Jasa Raharja (Persero) Perwakilan Tanggerang di Jalan. M.H. Thamrin Komplek Mahkota Mas Blok C No 10-11 Cikokol –Tanggerang. Tlp. (021) 5549516 Fax. (021) 55774430. Adapun jadwal kegiatan penelitian yang telah dilakukan selama 7 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2010 dan pelaksanaan penelitian selama ± 160 (seratus enam puluh) hari yaitu terhitung dari tanggal 12 April 2010 sampai dengan 1 Agustus 2010, yaitu :

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini mengenai Jadwal Kegiatan Penelitian.

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Tahun 2010

Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agst

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Menurut Effendy (1989) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1989:14). Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Pengertian lain menurut Susanto, “Efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi” (Susanto, 1975:156). Menurut pengertian Susanto diatas, efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

(33)

jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri.

Setiap organisasi atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan. Tujuan dari suatu lembaga akan tercapai segala kegiatannya dengan berjalan efektif akan dapat dilaksanakan apabila didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh program atau kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan

Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publikmendefinisikan efektivitas, sebagai hubungan antara outputdengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakanspending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Bagan 2.1 mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.

Bagan 2.1 Hubungan Efektivitas

Sumber: Mahmudi, 2005:92.

OUTCOME

Efektivitas =

(34)

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.

Menurut H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia

yang mendefinisikan efektivitas pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan” (Moenir, 2006:166).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

(35)

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

“Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi dan efektivitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu secara benar, “doing things right”, sedangkan efektivitas melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran

“doing the right things”. Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh terintegrasinya sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan adaptasi dari organisasi terhadap perubahan lingkungannya.

(36)

Setiap pekerjaan pegawai dalam organisasi sangat menentukan bagi pencapaian hasil kegiatan seperti yang telah direncanakan terlebih dahulu. Untuk itu faktor keefektifannya dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat baik dalam segi kecepatan waktu sangat di butuhkan dalam pelayanan kepada masyarakat banyak. Sangat mempengaruhi kepada kemampuan aparatur dan organisasi dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Tingkat pencapaian tujuan aparatur dalam suatu organisasi dikatakan efektif apabila pencapaian itu sesuai dengan tujuan organisasi dalam memeberikan pelayanan bisa di lakukan dengan ketepatan waktu penyelesaian pelayanan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menikmati pelayanan tersebut dengan cepat dan memberikan hasil yang bermanfaat .

2.1.2 Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas

(37)

Teknologi yang ada dalam organisasi juga dapat berpengaruh atas tingkat efektivitas, walaupun tidak secara langsung. Bukti-bukti menunjukan bahwa penggunan variasi teknologi berinteraksi dengan struktur organisasi dan penggunaan teknologi yang dapat memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat. Jika struktur dan teknologi digabungkan maka para pegawai akan menghadapi masalah-masalah (pelayanan kepada masyarakat) dengan mudah sehingga usaha untuk mencapai tujuan dapat diwujudkan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Kedua, lingkungan. Disamping organisasi, lingkungan dalam pencapaian efektivitas mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keberhasilan hubungan organisasi dan lingkungan bergantung pada tiga hal yaitu: (1) Keadaan lingkungan diamana suasana dalam kantor perlu di jaga terutama perusahan yang bergerak di bidang pelayanan kepada masyarakat, (2) Ketetapan persepsi yaitu ketepatan pendapat suatu organisasi dengan kenyataan , (3) Tingkat Rasionalitas yaitu ialah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan aturan hukum alam (Richard, 1985:210). Ketiga faktor tersebut berpengaruh kepada organisasi terhadap perubahan lingkungan.

(38)

2.1.3 Ukuran Efektivitas Organisasi

Menurut pendapat Gibson Ivancevich Donnelly dalam bukunya Prilaku, Struktur, Proses menyebutkan bahwa ukuran efektivitas organisasi, sebagai berikut :

1. Proses adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

2. Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan

input.

3. Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Keunggulan adalah tingkat dimana korganisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

5. Pengembangan adalah merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat. (Gibson, 1996:34)

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas organisasi merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Richard M. Steers dalam bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi;

(39)

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu;

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu;

9. Semangat Kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang mucul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;

(Steers, 1985:46-48).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Studi tentang efektivitas bertolak dari variabel-variabel artinya konsep yang mempunyai variasi nilai, dimana nilai-nilai tersebut merupakan ukuran daripada efektivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudarwan Danim dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok yang menyebutkan beberapa variabel yang mempengaruhi efektivitas, yaitu:

1. Variabel bebas(independent variable)

Yaitu variabel pengelola yang mempengaruhi variabel terikat yang sifatnyagivendan adapun bentuknya, sebagai berikut:

a. Struktur yaitu tentang ukuran;

b. Tugas yaitu tugas dan tingkat kesulitan;

c. Lingkungan yaitu keadaan fisik baik organisasi, tempat kerja maupun lainnya;

(40)

2. Variabel terikat(dependent variable)

Yaitu variabel yang dapat dipengaruhi atau dapat diikat oleh variabel lain dan berikut adalah contoh dari variabel terikat, yaitu:

a. Kecepatan dan tingkat kesalahan pengertian;

b. Hasil umum yang dapat dicapai pada kurun waktu tertentu. 3. Variabel perantara(interdependent variable)

Yaitu variabel yang ditentukan oleh suatu proses individu atau organisasi yang turut menentukan efek variabel bebas.

(Danim, 2004:121-122).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka hal-hal yang mempengaruhi efektivitas adalah ukuran, tingkat kesulitan, kepuasan, hasil dan kecepatan serta individu atau organisasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan/program tersebut, di samping itu evaluasi apabila terjadi kesalahan pengertian pada tingkat produktivitas yang dicapai, sehingga akan tercapai suatu kesinambungan

(sustainabillity).

2.2 Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang dibedakan dari kata

wisdom yang berarti kebijaksanaan atau kearifan. Kebijakan merupakan pernyataan umum perilaku daripada organisasi. Kebijakan membatasi ruang lingkup yang dalam dengan menetapkan pedoman untuk pemikiran pengambilan keputusan dan menjamin bahwa keputusan yang diperlukan akan memberikan sumbangan pemikiran terhadap penyelesaian tujuan yang menyeluruh. Menurut pendapat Harold Koontz yang dikutip Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya

(41)

“Kebijakan adalah pernyataan-pernyataan atau pengertian-pengertian umum yang memberikan bimbingan berfikir dalam menentukan keputusan yang fungsinya adalah menandai lingkungan sekitar yang dibuat sehingga memberikan jaminan bahwa keputusan-keputusan itu akan sesuai dengan tercapainya tujuan” (Hasibuan, 1996:99).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa kebijaksanaan merupakan suatu pedoman yang menyeluruh guna mencegah terjadinya penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. Kebijaksanaan juga merupakan suatu rencana yang mengarah pada daya pikir dari pengambilan keputusankearah tujuan yang diinginkan. Kebijakan mungkin terjadi dan berasal dari seperangkat keputusan yang tampaknya tetap untuk hal-hal yang sama.

Menurut pendapat Alfonsus Sirait dalam bukunya Manajemen

mendefinisikan kebijakan, sebagai berikut: “Kebijakan merupakan garis pedoman untuk pengambilan keputusan” (Sirait, 1991:115). Kebijakan merupakan sesuatu yang bermanfaat, yang merupakan penyederhanaan sistem yang dapat membantu dan mengurangi masalah-masalah dan serangkaian tindakan untuk memecahkan masalah tertentu, maka kebijakan dianggap sangat penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Dasar Pengertian dan Masalahyang menyatakan pentingnya kebijakan, yaitu:

1. Kebijakan merupakan kerangka dasar pemikiran dalam membimbing tindakan yang akan diambil untuk mencapai hasil yang diinginkan.

2. Kebijakan akan memberikan arti terhadap tujuan.

3. Kebijakan dipergunakan untuk menempatkan tujuan daripada organisasi. 4. Kebijakan merupakan alat delegation of authority yang penting bagi

pengorganisasian.

(42)

Berdasarkan uraian di atas bahwa kebijakan sangat diperlukan karena kebijakan dipandang sebagai pedoman yang dipakai untuk mencapai tujuan dan hasil. Kebijakan pun diharapkan sesuai dengan keputusan-keputusan yang dibuat dalam pengambilan keputusan sebuah perusahaan.

Dalam sebuah kebijakan akan terkait erat dengan pedoman yang merupakan pernyataan bahwa suatu tindakan untuk memberikan bimbingan, supaya setiap tindakan jangan menyimpang dari peraturan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemenmendefinisikan pedoman, sebagai berikut:

“Pedoman (guide) merupakan peraturan atau pegangan khusus di dalam sebuah sistem motivasi dan merupakan usaha dari penyelenggaraan komunikasi yang efektif dengan menetapkan syarat-syarat yang telah ditentukan” (Handayaningrat, 1994:128).

(43)

2.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

Suatu pengambilan keputusan pada hakekatnya sebagai cara daripada sebagai tujuan, karena keputusan merupakan cara untuk mencapai tujuan. Menurut Gibson yang dikutip M. Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo S dalam bukunya Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan di Era Otonomi Daerah SIMDAmendefinisikan pengambilan keputusan, yaitu:

Keputusan merupakan mekanisme organisasi untuk melakukan upaya mencapai keadaan yang diinginkan. Jadi, keputusan adalah tanggapan organisasi atas suatu masalah. Setiap keputusan merupakan hasil dari proses dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai kekuatan atau dorongan”. (Anwar dan Oetojo, 2004:81).

Berdasarkan uraian diatas, bahwa keputusan merupakan suatu mekanisme dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Pengambilan keputusan didasarkan atas hasil analisis data, informasi dan fakta-fakta, serta didukung oleh kemampuan imajinasi, pengalaman, perspektif yang tepat juga daya pikir untuk mengimplementasikannya.

(44)

2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan

Keputusan memerlukan suatu kesadaran yang mendalam dengan maksud supaya pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dan mempunyai pengaruh besar dan luas terhadap kegiatan atau program organisasi tersebut. Teori pengambilan keputusan yang menitikberatkan pada langkah atau kegiatan yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Dalam pengambilan keputusan (decision making)terdapat pilihan alternatif diantara banyak alternatif yang ada. Teori pengambilan keputusan meliputi bagaimana alternatif itu dibuat.

Menurut pendapat Leo Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publikyang menyebutkan teori dalam pengambilan keputusan, sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu permasalahan tertentu yang dapat dipisahkan dari masalah-masalah lainnya atau paling tidak dipertimbangkan secara mendalam jika dibandingkan dengan masalah lainnya.

2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pengambilan keputusan dijelaskan dan diranking menurut kepentingannya. 3. Bermacam-macam alternatif yang berhubungan dengan masalahnya

diteliti secara seksama.

4. Konsekuensi (biaya dan manfaatnya) yang akan ditimbulkan oleh setiap alternatif diteliti.

5. Masing-masing alternatif dan akibat yang menyertainya dibandingkan dengan alternatif lainnya.

(Agustino, 2006:12).

(45)

Menurut pendapat W.H. Newman yang dikutip Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemenmenyebutkan 4 (empat) langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:

1. Menentukan diagnosa dari masalah yang sebenarnya (Diagnose the problem properly); artinya katahui terlebih dahulu “masalahnya”

(problems).

2. Pikirkan satu atau lebih pemecahan yang baik (Conceive of one or more good solution);artinya dapat menyimpulkan satu masalah sebagai masalah baru dari bermacam-macam deretan fakta yang akan mempengaruhi. 3. Proyeksikan dan bandingkan konsekuensi daripada alternatif itu (Project

and comperate the concequences of such alternative); artinya setelah masalahnya diadakan diagnosa dan ditentukanadanya beberapa alternatif, pemecahan telah diketahui, pengambilan keputusan.

4. Berilah penilaian perbedaan dari sejumlah konsekuensi itu dan pilihlah langkah tindakannya (Evaluate these different sets of concequences and select a course of action); artinya dalam mengadakan penilaian daripada keputusan-keputusan yang lampau dan mengadakan penilaian pula terhadap hal-hal yang relevan dalam waktu yang sekarang ini, dan menilai akibat yang akan timbul dalam waktu yang akan datang.

(Handayaningrat, 1994:121).

(46)

2.3 Sistem Informasi Data Korporasi Jasa Raharja (Dasi-JR) 2.3.1 Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

(47)

2.3.2. Pengertian Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi sebagai proses input dan output. Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau sebaliknya.

Menurut Wahyono informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Kegunaan informasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Informasi akan berkualitas apabila informasi tersebut bernilai dan bermanfaat, hal tersebut dapat dilihat melalui beberapa hal dalam sistem informasi administrasi kependudukan seperti yang dikutip Jogiyanto H.M dalam bukunya:

Analisis dan Disain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek

(48)

2.3.3. Pengertian Sistem Informasi

Sistem Informasi merupakan sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sistem Informasi adalah Kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan.

Menurut Alter sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi (Abdul, 2002:17). Pendapat tersebut mengemukakan, bahwa sistem informasi merupakan kumpulan kegiatan yang diintegrasikan antara program kerja, informasi ke dalam suatu server database

sehingga keinginan suatu organisasi dalam mencapai tujuan bisa terwujudkan. Adapun kegiatan sistem informasi menurt Jogiyanto, sebagai berikut: a. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk

proses.

b. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah.

c. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data. d. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari suatu proses

informasi.

e. Kontrol, suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

(Jogiyanto, 1999:20).

(49)

pendapat di atas, karena dalam bekerja sistem tersebut terdiri dari rangkaian yang tidak bisa dipisah-pisah atau dibagi dalam bekerja.

Sehubungan dengan penjelasan di atas mengenai sistem informasi, komponen sistem informasi menurut Jogiyanto terdiri dari:

1. Perangkat keras (hardware), merupakan komponen fisik yang terdiri dari peralatan pengolah (processor), peralatan untuk mengingat

(memory), peralatan output dan peralatan komunikasi, terdiri dari komputer, printer, jaringan

2. Perangkat lunak (software), merupakan kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer.

3. Data, merupakan komponen dasar informasi yaitu fakta-fakta atau kumpulan bahan-bahan pemrosesan.

4. Manusia (user), sebagai pengoperasi sistem. (Jogiyanto, 1999:12).

Berdasarkan penjelasan dari pendapat di atas, bahwa komponen sistem informasi merupakan sarana pendukung dalam mengoperasinalkan sebuah data untuk mendapat sebuah informasi yang dibutuhkan. Tanpa komponen-komponen seperti hardware, sofware serta manusia sebagai pengguna program tersebut, semuanya tidak akan berjalan sebagimana mestinya.

(50)

Suatu sistem informasi (SI) atau information system (IS) merupakan aransemen dari orang, data, proses-proses, dan antar-muka yang berinteraksi mendukung dan memperbaiki beberapa operasi sehari-hari dalam suatu bisnis termasuk mendukung memecahkan soal dan kebutuhan pembuat-keputusan manejemen dan para pengguna. Sistem informasi juga merupakan aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data.

Suatu sistem terintegrasi yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya atau sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model manajemen dan basis data. Jadi sistem informasi merupakan bagian dari hasil pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa.

(51)

2.4 Pelayanan Publik

Mengenai peran dan fungsi pemerintahan dalam pelayanan dijelaskan oleh Arief Budiman sebagai berikut:

“Sebagaimana fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Negara yang dijalankan melalui pemerintahannya mempunyai misi tersendiri yaitu menciptakan masyarakat yang lebih baik dari sekarang” (Budiman, 1996:2).

Pendapat tersebut di atas menyatakan bahwa kegiatan pelayanan oleh pemerintah, merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk mencapai tujuan bersama, dengan demikian pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.

Dalam membahas pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai pengertian pelayanan. Arti pelayanan secara etimologis menurut Poerwadarminta, yaitu:

“Berasal dari kata “layan” yang berarti membantu menyiapkan atau mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang, kemudian palayanan dapat diartikan sebagai, perihal atau cara melayani, service atau jasa, sehubungan dengan jual beli barang atau jasa” (Poerwadarminta, 1995:571).

Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang diberikan oleh pemerintah sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan dapat berupa barang ataupun jasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Normann tentang karakteristik pelayanan, yaitu meliputi:

1. Pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain (barang jadi atau barang industri yang berwujud)

(52)

3. Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat yang sama

(Normann, 1996:6).

Menurut pendapat di atas bahwa pelayanan adalah membantu menyiapkan atau mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang, dan berhubungan dengan barang dan jasa. Dalam karakteristiknya pelayanan merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat yang tidak dapat diraba, pelayanan juga kenyataanya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial, serta pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat yang sama dari produksi dan konsumsi.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan pelayanan publik sebagai:

“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan” (Ratminto, 2006:4-5).

(53)

Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik dikemukakan oleh Moenir sebagai: “kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sadu Wasistiono mengemukakan bahwa:

“Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat” (Wasistiono, 2001:51-52).

Berdasarkan kedua pendapat di atas bahwa pelayanan publik itu diselenggarakan sesuai dengan sistem atau prosedur dan bukan hanya diberikan instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan juga diberikan oleh pihak swasta. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah untuk masyarakat meliputi banyak hal, yaitu yang menyangkut semua kebutuhan masyarakat baik berupa barang maupun jasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamudji bahwa:

“Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa, jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan pencarian keadilan” (Pamudji, 1994:21-22).

(54)

2.4.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik

Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang berkualitas, hubungan kualitas dengan pelayanan dikemukakan oleh Sampara Lukman bahwa:

“Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik”

(Lukman, 1999:14).

Sejalan dengan pendapat Lovelock kualitas pelayanan adalah “sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan” (Lovelock dalam Tjiptono, 1996:59). Hal ini berarti apabila jasa atau layanan yang diterima rendah, dari yang diharapkan oleh pelanggan atau masyarakat maka dipersepsikan buruk, suatu layanan yang diberikan aparatur pemerintah itu harus menjamin efisiensi dan keadilan serta harus memiliki kualitas yang mantap. Kualitas merupakan harapan semua orang atau pelanggan.

Supranto menyebutkan beberapa dimensi atau ukuran dari kualitas pelayanan, yaitu:

(55)

Pelayanan yang berkualitas merupakan pelayanan yang memiliki keandalan, kemampuan yang tepat dan terpercaya, keresponsifan, kemampuan untuk membantu, keyakinan, empati, penampilan pasilitas fisik yang baik meliputi peralatan, personil, dan media komunikasi.

Adapun pendapat Pasuraman mengemukakan lima prinsip pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu :

1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi

2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan

3. Daya tanggap (resposiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap 4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan,

dan dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan

5. Empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan

(Pasuraman dalam Tjiptono, 1996:70).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa ukuran kualitas pelayanan terdiri dari

reliability, tangibles, resposiveness, assurance, empaty, dan confidence.

(56)

Sejalan dengan tuntutan masyarakat, pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik dengan baik atau kualitas pelayanan publik yang diberikan harus tinggi, berkaitan dengan pelayanan publik yang baik, Info Pan yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) menyebutkan bahwa:

“Pada dasarnya pelayanan publik yang baik ditentukan oleh dua faktor utama. Pertama, adanya “sense of public service” yang dilandasi oleh rasa pengabdian yang mendalam. Kedua, kemampuan dan keterampilan manajerial. Kedua faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain” (Info Pan No 3 Tahun 1, 1992:3).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, pelayanan publik harus berlandaskan pada rasa pengabdian diiringi dengan kemampuan dan keterampilan setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Untuk memberikan pelayanan publik yang baik atau memberikan pelayanan publik yang berkualitas tinggi, aparatur pemerintah harus memiliki tiga aspek yang diuraikan oleh Supriatna adalah:

1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi selaku abdi negara dan abdi masyarakat

2. Responsif terhadap masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang membutuhkan pelayanan masyarakat dalam arti luas

3. Komitmen dan konsisten terhadap nilai standar dan moralitas dalam menjalankan kekuasaan pemerintah

(Supriatna, 1996:98).

(57)

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum menyebutkan bahwa dalam memberikan pelayanan publik harus menerapkan prinsip, dan pola dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Kesederhanaan yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan;

2. Kejelasan yaitu mencakup persyaratan teknis dan administrasi, pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik serta rincian biaya dan tata cara pembayaran;

3. Kepastian waktu yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

4. Akurasi yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah;

5. Keamanan proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum;

6. Tanggung jawab yaitu pimpinan atau pejabat penyelenggara pelayanan publik yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;

7. Kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika);

8. Kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika (telematika);

9. Kedisipilinan, kesopanan, dan keramahan yaitu pemberi layanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas;

10. Kenyamanan yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan sepert toilet, tempat parkir dan tempat ibadah;

(58)

Berdasarkan pendapat di atas bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, aparatur pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan kesepuluh prinsip tersebut karena kesepuluh prinsip adalah pedoman tata laksana dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib dilaksanakan oleh seluruh instansi pemerintah.

2.5 Badan Usaha Milik Negara(BUMN)

Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar. Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, disebutkan bahwa BUMN adalah :

1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

(59)

Berdasarkan pendapat di atas bahwa BUMN merupakan suatu badan yang sebagian besar modal dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara. Dalam Sistem Ekonomi Indonesia, peran BUMN sangat besar, di samping mengemban misi sebagai ekonomi BUMN harus dapat memberikan kontribusi pendapatan kepada negara. Namun dalam kenyataan banyak BUMN yang belum dapat bekerja secara efisien, antara lain melalui perubahan status dan pemilikan. peranan BUMN tidak hanya sebatas pengelolaan sumber daya dan produksi barang dan jasa yang meliputi hajat hidup orang banyak tetapi juga berbagai kegiatan produksi dan pelayanan umum

(60)

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kota Tangerang 3.1.1 Sejarah Kota Tangerang

Pembangunan Kota Administratif Tangerang secara makro berpijak pada kebijaksanaan pembangunan berdasarkan prioritas tahapan Repelita dimulai sejak Pelita I sampai dengan Pelita V. Selain bertitik tolak dari prioritas tersebut, ada beberapa faktor pendorong dan faktor penarik diantaranya berdasarkan undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 Kota Tangerang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten, pesatnya pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan dapat memperbaiki kualitas kehidupan, masih banyak tersedianya sumber daya alam sehingga dapat menarik investor yang dapat menyerap lapangan kerja baru.

Sedangkan dalam lingkup Jabotabek sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976, Tangerang termasuk wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan untuk mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta, mendorong kegiatan perdagangan dan industri yang berbatasan dengan DKI Jakarta, mengembangkan pusat-pusat pemukiman dan mengusahakan keserasian pembangunan antara DKI Jakarta dengan daerah yang berbatasan langsung.

(61)

61

menampung 850.000 jiwa. Menurut sensus tahun 1990 penduduk Kota Administratif Tangerang telah mencapai 921.848 jiwa.

Lonjakan jumlah penduduk disebabkan terutama karena kedudukan dan peranan Kota Tangerang sebagai daerah penyangga DKI Jakarta (hinterland city). Sebagai konsekuensinya, Kota Administratif Tangerang menjadi konsentrasi wilayah pemukiman penduduk dan menjadi tempat kegiatan perdagangan terutama pada sektor industri. Perkembangan sektor perdagangan dan industri di kawasan ini memancing derasnya arus imigrasi sirkuler penduduk. Dilihat dari pertumbuhan penduduk dan dibandingkan dengan jumlah penduduk beberapa Kotamadya di Jawa Barat, Kota Administratif Tangerang jauh lebih tinggi.

Gambar

Tabel 1.1Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2Nilai Santunan
Gambar 3.2Menu Menambahkan Data Laka
+7

Referensi

Dokumen terkait