• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI

Salvinia molesta

DAN

Pistia stratiotes

SEBAGAI

AGEN BIOREMEDIASI UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS

PERAIRAN DANAU EBONY JAKARTA UTARA

ITA RAHMANA IDRIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

ITA RAHMANA IDRIS. Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara. Dibimbing oleh SIGID HARIYADI dan NIKEN TM PRATIWI.

Salah satu penerapan Polder System adalah pembuatan Danau Ebony. Akibat masukan air dari rumah tangga dan run off dari daratan, Danau Ebony terlihat menjadi keruh dan berbau tidak sedap yang mengindikasikan telah terjadinya pencemaran bahan organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perubahan kualitas air Danau Ebony melalui proses bioremediasi oleh Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Parameter utama yang diamati adalah COD, amonia, nitrit, nitrat, sulfida, ortofosfat dan kekeruhan. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa, terjadi penurunan nilai COD, amonia, nitrit, nitrat, ortofosfat, sulfida, dan kekeruhan. Namun, penurunan tersebut tidak berbeda pada perlakuan kontrol. Hal ini diduga karena adanya faktor lain yaitu bakteri atau mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik. Hasil dekomposisi berupa unsur hara anorganik, kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk pertumbuhannya. Hal ini tampak dari peningkatan luas penutupan dan biomassa tumbuhan air tersebut.

Kata kunci: bahan organik, bioremediasi, kualitas air, Pistia stratiotes, Salvinia molesta

ABSTRACT

ITA RAHMANA IDRIS. The application of Salvinia molesta and Pistia stratiotes as an agent bioremediation to improve the quality of the waters of lake Ebony. Supervised by SIGID HARIYADI and NIKEN TM PRATIWI.

The Polder System of Ebony Lake receive water from household drainase and run-off input, Ebony Lake has high turbidity and bad odor, it indicated the occurrence of organic matter pollution. The purpose of this study was to examine changes in water of Ebony Lake through bioremediation procces by Salvinia molesta and Pistia stratiotes. The main parameters were COD, ammonia, nitrite, nitrate, sulfide, orthophosphate, and turbidity. Based on the results of the study, it was found that a decline in the value of COD, ammonia, nitrite, nitrate, orthophosphate, sulfide, and turbidity. However, the decrease was not different in the control treatment. This is presumably due to other factors, namely bacteria or microorganisms that decompose organic matter. Decomposition results in the form of inorganic nutrients and water used by plant for growth. This is evident from the increased extent of the closure and the water plant biomass.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

APLIKASI

Salvinia molesta

dan

Pistia stratiotes

SEBAGAI AGEN

BIOREMEDIASI UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS

PERAIRAN DANAU EBONY JAKARTA UTARA

ITA RAHMANA IDRIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara

Nama : Ita Rahmana Idris

NIM : C24100022

Disetujui oleh

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing I

Dr Ir Niken TM Pratiwi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah pencemaran perairan, dengan judul Aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai Agen Bioremediasi untuk Memperbaiki Kualitas Perairan Danau Ebony Jakarta Utara. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Periakan dan Ilmu Kelautan.

Terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

2. BIDIKMISI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. 3. Dr Ir Ario Damar, M Si selaku pembimbing akademik.

4. Dr Ir Sigid Hariyadi, M Sc dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, M Si selaku dosen pembimbing skripsi.

5. Dr Ir Hefni Efendi, M Phil selaku dosen penguji skripsi.

6. Keluarga tercinta Ayahanda Idris Hamdani dan Ibunda Mardiyyah, serta adik-adik (Busro, Afdillah, Wahidin) yang selalu mendukung dan mendoakan.

7. Keluarga besar Laboratorium Biomikro, Produktivitas Lingkungan Peraiarn MSP, serta seluruh staf tata usaha Departemen MSP, FPIK, IPB.

8. Teman-teman PIK: Miftah, Lufi, Kiki.

9. Sahabat penulis (Nina, Noor, Lulu, Fani, kak Nia, Anissa, Anis, Lusita) 10.Teman-teman MSP 47, 48, 49, 50 dan non-MSP.

11.SENIOR RESIDENT Asrama TPB IPB.

12.Semua pihak yang sudah memberi dukungan dan membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

Analisis Sidik Ragam Rancangan Repeated Measures 6

Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 6

Analisis Pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes 7

Persentase Perubahan Beberapa Parameter Utama 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Alat dan metode yang digunakan pada penelitian 6 2 Tabel sidik ragam rancangan repeated measures (Mattjik dan

Sumertajaya 2000) 6

3 Kisaran suhu selama pengamatan 13

4 Kisaran nilai pH selama pengamatan 13

5 Kisaran nilai DO selama pengamatan 13

6 Keuntungan dan kerugian bioremediasi 14

7 Matrik nilai perubahan beberapa parameter utama setelah perlakuan 17

DAFTAR GAMBAR

1 Skema perumusan masalah aplikasi Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai agen bioremediasi untuk memperbaiki kualitas air

danau Ebony 2

2 Danau Ebony BGM-PIK Jakarta Utara dan Lokasi Pengambilan Air 3

3 Salvinia molesta 4

4 Pistia stratiotes 4

5 Konsentrasi COD selama pengamatan 8

6 Konsentrasi amonia selama pengamatan 9

7 Konsentrasi nitrit selama pengamatan 9

8 Konsentrasi nitrat selama pengamatan 10

9 Konsentrasi sulfida selama pengamatan 10

10 Konsentrasi ortofosfat selama pengamatan 11

11 Penurunan kekeruhan selama pengamatan 11

12 Persen penutupan (a) dan biomassa (b) Pistia dan Salvinia 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan COD 23 2 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Amonia 23 3 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Nitrit 24 4 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Nitrat 24 5 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Sulfida 25 6 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Ortofosfat 26 7 Hasil pengukuran Luas penutupan dan Biomasa Pistia stratiotes dan

Salvinia molesta 26

8 Nilai %perubahan 28

9 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Kekeruhan 29 10 Hasil penghitungan beberapa parameter saat sampling, setelah

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Polder System adalah sistem tata air di kawasan Bukit Golf Mediterania Pantai Indah Kapuk (BGM-PIK) Jakarta Utara, sebagai solusi agar kawasan tersebut tidak terkena banjir. Penerapan Polder System adalah pembuatan tanggul di sekeliling kawasan BGM-PIK. Tanggul ini berfungsi sebagai penahan air laut ketika pasang. Selain tanggul, Polder System juga didukung dengan adanya danau buatan, salah satu di antaranya adalah Danau Ebony. Seluruh air yang masuk kawasan ini, baik dari hujan, rumah tangga, dan aliran drainase pembuangan ditampung terlebih dahulu di Danau Ebony.

Akibat masukan air dari rumah tangga dan run off dari daratan, Danau Ebony terlihat menjadi keruh dan berbau yang mengindikasikan telah terjadi pencemaran bahan organik. Menurut Bureau dan Hua (2010), input bahan organik dalam jumlah berlebih akan menyebabkan meningkatnya kesuburan perairan atau eutrofikasi, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

Berdasarkan pernyataaan tersebut, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki kualitas perairan yang tercemar bahan organik, di antaranya dengan bioremediasi. Bioremediasi adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menanggulangi pencemaran melalui metode biologis dengan memanfaatkan potensi metabolisme mikroorganisme dalam mendegradasi berbagai senyawa organik (Faturochman 2012).

Salah satu agen biologis yang memiliki potensi sebagai agen bioremediasi adalah tumbuhan air. Tumbuhan air merupakan vegetasi tumbuhan yang hidup di perairan, dengan penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau, sampai ke laut, dengan beraneka ragam jenis, bentuk, dan sifatnya (Yusuf 2008). Tumbuhan air dalam sistem bioremediasi limbah organik berperan sebagai filter biologis. Bahan organik yang telah terurai di perairan berubah menjadi nutrien tertentu, seperti amonia, nitrat, dan ortofosfat, yang kemudian dimanfaatkan untuk pertumbuhan tumbuhan air (Surya 1998 in Faturochman 2012).

Beberapa tumbuhan air yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan mampu beradaptasi pada perairan yang mengandung bahan organik yang tinggi adalah Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Tumbuhan air ini termasuk ke dalam tipe tumbuhan air mengapung (floating plant), dan dapat menyerap unsur hara yang terkandung dalam air (Haridjaja et al. 2009). Berdasarkan hal tersebut, Salvinia molesta dan Pistia stratiotes digunakan dalam penelitian untuk menyerap bahan organik yang terkandung dalam perairan Danau Ebony, sehingga didapatkan kualitas air Danau Ebony yang lebih baik.

Perumusan Masalah

(14)

2 untuk memperbaiki kualitas perairan tersebut adalah dengan menggunakan peran tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai agen bioremediasi dalam menurunkan kandungan bahan organik. Tanaman air berperan dalam menyumbangkan oksigen terlarut dari hasil fotosintesis yang digunakan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik, sehingga kandungan bahan organik yang tinggi menjadi berkurang. Hasil dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara berupa unsur hara anorganik dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk pertumbuhannya yang dilihat dari peningkatan biomassa dan luas penutupan (Gambar 1).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan kualitas air Danau Ebony melalui proses bioremediasi di laboratorium oleh Salvinia molesta dan Pistia stratiotes.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai peran tanaman air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes dalam memperbaiki kualitas perairan danau Ebony Jakarta Utara.

(15)

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Pengambilan air Danau Ebony dilakukan pada hari Minggu, 23 Juni 2013 di Danau Ebony, Bukit Golf Mediterania Pantai Indah Kapuk (BGM-PIK) Jakarta Utara (Gambar 2), dan penelitian dilaksanakan pada Juli 2013 di Laboratorium Bio-Mikro I, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dipersiapkan sebagai suatu kegiatan penelitian di laboratorium. Analisis Fisika-Kimia dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 2 Danau Ebony BGM-PIK Jakarta Utara dan Lokasi Pengambilan Air

Tahapan Penelitian

Tahapan Persiapan

(16)

4 tiga kali ulangan. Biomasa awal Salvinia molesta (Gambar 3) dan Pistia stratiotes (Gambar 4) yang digunakan sebanyak 40 gram dengan ukuran yang seragam. Klasifikasi Salvinia molesta menurut USDA (2002) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Filicopsida Ordo : Hidropteridales Famili : Salviniaceae Genus : Salvinia

Spesies : Salvinia molesta

Gambar 3 Salvinia molesta

Klasifikasi Pistia stratiotes menurut Plantamor (2007) adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Pistia

Spesies : Pistia stratiotes

(17)

5 Penelitian ini dipersiapkan dengan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan rancangan pengamatan berulang (Repeated Measures) dengan 3 perlakuan, 3 ulangan, dan 7 waktu pengukuran dalam selang waktu 3 hari. Rancangan acak lengkap dengan pengamatan berulang (Repeated Measures) digunakan pada penelitian ini karena pengamatan terhadap respon setiap perlakuan dilakukan lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda selama penelitian.

Penelitian yang melibatkan pengamatan berulang memerlukan penanganan model analisis yang lain dari model rancangan dasar agar informasi yang diperoleh lebih luas. Penelitian seperti ini sering diberi nama sesuai dengan

rancangan dasar yang dipakai ditambah “dalam waktu” (in time) (Mattjik dan Sumertajaya 2000). Menurut Neter et al. (1996), diasumsikan bahwa ulangan tidak berpengaruh terhadap perlakuan, sehingga model yang digunakan adalah sebagai berikut.

ε(ijk) : pengaruh acak dari interaksi waktu dengan perlakuan yang

Pelaksanaan Penelitian

(18)

6

Analisis Data

Analisis Sidik Ragam Rancangan Repeated Measures

Analisis data menggunakan rancangan pengamatan berulang (Repeated Measures ) biasanya disajikan dalam bentuk tabel sidik ragam (Tabel 2). Analisis sidik ragam digunakan untuk menguji perlakuan Salvinia molesta, Pistia stratiotes, dan kontrol terhadap penurunan nilai COD, amonia, nitrit, nitrat, sulfida, ortofosfat, dan kekeruhan.

Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT)

Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000), apabila kesimpulan uji pengaruh yang didapatkan H0 ditolak atau H1 diterima, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut untuk menentukan perlakuan yang menyebabkan H0 ditolak. Uji lanjut yang sering digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) atau uji Duncan. Uji Duncan dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui perbedaan dua perlakuan tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes terhadap penurunan bahan organik.

Tabel 2 Tabel sidik ragam rancangan repeated measures (Mattjik dan Sumertajaya 2000)

Parameter Unit Metode Alat ukur

Biomassa gram Gravimetri Timbangan digital

Suhu oC Probe elektroda Termometer digital

DO mg/L Probe elektroda DO meter

pH - Probe elektroda Ph meter

COD mg/L Heat of dilution procedure Spektrofotometer

Nitrit mg/L Indophenol Spektrofotometer

Nitrat mg/L Brucine Spektrofotometer

Amonia mg/L Phenate Spektrofotometer

Ortofosfat mg/L Molybdate Ascorbic Acid Spektrofotometer Sumber : APHA (2012)

(19)

7 Analisis Pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes

Analisis pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes pada penelitian ini digunakan perhitungan laju pertumbuhan relatif atau relative growth rate (RGR) yang kemudian dapat ditentukan nilai doubling time. Tujuan penentuan doubling time adalah untuk membantu menyetarakan biomassa dengan luas penutupan tumbuhan air yang akan digunakan serta membantu menentukan lama waktu pengamatan. Rumus perhitungan RGR yang diacu dari Jackson (1980) in Pistori et al. (2004) adalah sebagai berikut.

Keterangan :

RGR (Relative Growth Rate) : laju pertumbuhan relatif (gram/hari)

M1 : biomassa kering pada saat T1 (gram)

M2 : biomassa kering pada saat T2 (gram)

T 1 : waktu pengamatan awal (hari)

T2 : waktu pengamatan akhir (hari)

DT (Doubling time) : waktu penggandaan biomassa (hari)

Persentase Perubahan Beberapa Parameter Utama

Penghitungan nilai persentase perubahan ditentukan berdasarkan penurunan tertinggi dari parameter utama. Rumus persentase perubahan yang diacu dari Arifin (2000) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

a : nilai awal parmeter

(20)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter yang terkait dengan peran Salvinia molesta dan Pistia stratiotes sebagai agen bioremediasi secara langsung atau parameter utama meliputi COD, amonia, nitrit, nitrat, ortofosfat, sulfida, kekeruhan, luas penutupan dan biomassa. Parameter suhu, pH, dan DO merupakan pendukung.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai COD merupakan parameter yang menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimia (Boyd 1982). Hasil pengukuran COD disajikan pada Gambar 5.

Semua perlakuan menunjukkan penurunan nilai COD hingga hari ke-9 dengan nilai rata-rata persen perubahan sebesar 94% (Lampiran 8a). Penurunan nilai COD pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.242) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 1).

Amonia (NH3-)

Selama penelitian, amonia berasal dari media air danau Ebony. Berdasarkan hasil pengukuran amonia (Gambar 6), konsentrasi amonia selama pengamatan mengalami penurunan. Semua perlakuan mengalami penurunan nilai amonia hingga hari ke-3 dengan nilai rata-rata persen perubahan sebesar 84% (Lampiran 8b). Penurunan nilai amonia pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.819) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 2).

(21)

9

Nitrit (NO2-)

Ketersediaan oksigen terlarut yang cukup di perairan, memungkinkan amonia akan mengalami oksidasi menjadi nitrit. Hasil pengukuran nitrit disajikan pada Gambar 7.

Hasil konsentrasi nitrit selama pengamatan menunjukkan penurunan hingga hari ke-3 dengan nilai rata-rata persen perubahan sebesar 91% (Lampiran 8c). Penurunan nilai nitrit pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.130) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 3).

Nitrat (NO3-)

Keberadaan nitrit di perairan memiliki sifat yang tidak stabil dan cepat mengalami perubahan bentuk menjadi nitrat. Berdasarkan Gambar 8, hanya kontrol yang terus mengalami penurunan sedangkan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes mengalami fluktuasi. Ketiga perlakuan mengalami penurunan nitrat hingga hari ke-3 dengan nilai rata-rata persen perubahan sebesar 95% (Lampiran 8d). Penurunan nilai nitrat pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes berbeda nyata (P < 0.0001) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 4).

Gambar 6 Konsentrasi amonia selama pengamatan

(22)

10

Sulfida (S2-)

Menurut Purba (2009), pada air limbah, sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). Hasil pengukuran sulfida (Gambar 9) pada ketiga perlakuan menunjukkan perubahan yang cukup berfluktuasi. Penurunan nilai sulfida pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.112) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 5).

Ortofosfat (PO43-)

Ortofosfat digunakan oleh produsen primer untuk proses produksi dan menjadi nutrisi yang penting sebagai faktor pembatas pertumbuhan (Carr dan Neasry 2006). Hasil pengukuran ortofosfat disajikan pada Gambar 10. Hasil pengukuran ortofosfat di akhir pengamatan pada Pistia stratiotes dan kontrol mengalami peningkatan, sedangkan pada Salvinia molesta mengalami penurunan. Penurunan nilai ortofosfat pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.097) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 6).

Gambar 8 Konsentrasi nitrat selama pengamatan

(23)

11

Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengindikasikan kualitas air limbah berdasarkan jumlah koloid dan bahan tersuspensi (Tchobanoglous et.al 2003). Hasil pengukuran kekeruhan disajikan pada Gambar 11.

Hasil pengukuran kekeruhan (Gambar 11) menunjukkan adanya penurunan hingga hari ke-3 dengan nilai rata-rata persen perubahan sebesar 61% (Lampiran 8). Penurunan nilai kekeruhan pada Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak berbeda nyata (P=0.013) dari penurunan pada kontrol (Lampiran 9).

Gambar 10 Konsentrasi ortofosfat selama pengamatan

(24)

12 Pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes

Pengukuran pertumbuhan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes dilakukan berdasarkan pendekatan biomassa dan luas penutupan. Hasil pengukuran biomassa dan luas penutupan disajikan pada Gambar 12 dan Lampiran 7.

Selama pengamatan, kedua tanaman air mengalami peningkatan luas penutupan dan biomassa. Nilai persen penutupan dan biomassa tertinggi di akhir pengamatan ternyata pada Salvinia molesta (Gambar 12a).

(b) (a)

(25)

13 Suhu

Menurut Haslam (1995), suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi metabolisme organisme akuatik. Kisaran suhu selama pengamatan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kisaran suhu selama pengamatan

Perlakuan Suhu (oC)

06.00 WIB 14.00 WIB

Kontrol 23.4-26.3 26.1-29.2

Salvinia molesta 24.5-24.8 26.2-27.5

Pistia stratiotes 24.7-24.8 26.1-27.6

Nilai pH

Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Kisaran nilai pH selama pengamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kisaran nilai pH selama pengamatan

Perlakuan pH

06.00 WIB 14.00 WIB

Kontrol 7.11-8.65 8.08-8.81

Salvinia molesta 7.07-7.28 7.32-7.66

Pistia stratiotes 5.09-6.48 5.89-7.52

Oksigen Terlarut/Disolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Kisaran nilai oksigen terlarut selama pengamatan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kisaran nilai DO selama pengamatan

Perlakuan Nilai DO (mg/L)

06.00 WIB 14.00 WIB

Kontrol 1.2-6.8 3.2-8.2

Salvinia molesta 5.9-6.4 7.7-8.4

Pistia stratiotes 6.1-7.3 7.0-8.5

Pembahasan

(26)

14 bioremediasi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian dalam memperbaiki kualitas perairan (Tabel 6).

Tabel 6 Keuntungan dan kerugian bioremediasi

Keuntungan Kerugian

 Dapat dilaksanakan secara ex situ dan in situ

 Proses bioremediasi melibatkan multidisplin (kompleksitas)

 Memanfaatkan agen biologi yang ada di alam

 Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi

 Mencegah kerusakan lingkungan seminimal mungkin

 Adanya batasan konsentrasi polutan yang dapat ditolerir oleh organisme

 Menghemat biaya  Membutuhkan lokasi tertentu

 Masyarakat dapat menerima dengan

Setelah dilakukan uji lanjut, penurunan nilai COD pada perlakuan tidak berbeda dari perlakuan kontrol. Menurut Fachrurozi et al. (2010), besarnya nilai COD tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik yang masuk ke dalam perairan, tetapi juga oleh keberadaan tumbuhan air. Berdasarkan pengamatan, didapatkan bahwa pada perlakuan kontrol tetap terjadi penurunan nilai COD. Hal ini diduga terjadi karena tumbuhan air tersebut masih beradaptasi dengan lingkungan media percobaan karena tidak dilakukan aklimatisasi atau karena waktu pengamatan yang kurang lama, sebagai akibatnya, belum terlihat pengaruh tumbuhan air terhadap penurunan nilai COD. Selain itu, diduga yang berperan dalam menurunkan nilai COD adalah bakteri indigeneous yang mendekomposisi bahan organik.

(27)

15 Selain diduga karena bakteri dan sifat nitrit yang tidak stabil, diduga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan nitrit dan amonia yaitu alellopathy oleh tumbuhan air. Allelopathy adalah produksi dan pelepasan bahan kimia (allelochemicals) oleh organisme ke lingkungan yang mempengaruhi kehidupan organisme lain (Walstad 1999). Meskipun beberapa hewan menghasilkan bahan-bahan kimia, allelochemicals biasanya dihasilkan oleh tumbuhan dan organisme non-motil lain, dan efek pada organisme lain adalah penghambatan. Umumnya tumbuhan air menggunakan allelochemical untuk melindungi dirinya dari konsumsi hewan herbivora, serangga, dan penyakit.

Sebanyak 97 spesies tumbuhan air telah diketahui mengeluarkan allelopathy yang menghambat pertumbuhan berbagai organisme (Walstad 1999). Salah satu diantaranya adalah Pistia stratiotes yang mengeluarkan allelochemicals seperti asam caffeic dan cyanidin (Rice 1992) yang dapat menghambat banyak organisme, asam caffeic (Wetzel 1993) yang menghambat cyanobacteria, asam linoleat (Aliotta et al. 1991) dan asarone (Della et al. 1992) yang menghambat ganggang dan cyanobacteria, dan sterol (Aliotta et al. 1991) yang menghambat cyanobacteria, ganggang, dan banyak organisme lainnya. Berdasarkan hal ini, bahan kimia yang dihasilkan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes dapat menghambat mikroba atau bakteri, sehingga penurunan nilai amonia dan nitrit pada perlakuan lebih kecil dibandingkan perlakuan kontrol.

Kekeruhan adalah salah satu parameter fisika perairan yang menjadi indikator keberadaan partikel-partikel dalam perairan, baik yang terlarut maupun yang tersuspensi (Davis dan Cornwell 1991). Penurunan nilai kekeruhan pada perlakuan tidak berbeda dari perlakuan kontrol. Menurut Fachrurozi et al. (2010), penurunan kekeruhan dapat disebabkan karena dekomposisi bahan organik terlarut dan mengendapnya hasil dekomposisi bahan organik. Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan kekeruhan pada perlakuan disebabkan karena mengendapnya hasil dekomposisi bahan organik dan dekomposisi bahan organik.

Menurut Purba (2009), pada air limbah, sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). Hidrogen sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron untuk mereduksi karbondioksida (CO2). Berdasarkan hasil yang didapatkan, penurunan nilai sulfida (Gambar 6) pada perlakuan tidak berbeda dari perlakuan kontrol. Hal ini dapat terjadi karena bakteri menggunakan sulfida untuk mereduksi karbondioksida.

(28)

16 perlakuan kontrol menjadi meningkat. Menurut Sidharta (2000), pada air limbah yang mengandung bakteri, pembentukan ortofosfat akan berlangsung lebih cepat daripada air bersih, sehingga bakteri memiliki peran penting dalam penyediaan ortofosfat di perairan.

Peningkatan biomassa pada perlakuan Salvinia juga diduga karena adanya luxury consumption, yang ditandai dari menurunnya nilai ortofosfat (Gambar 7) yang lebih besar dibandingkan pada perlakuan Pistia stratiotes. Luxury consumption atau konsumsi berlebih merupakan respon umum tanaman dalam mengakumulasi P lebih tinggi dari biasanya yang digunakan untuk pertumbuhan, dapat juga dianggap sebagai bentuk cadangan makanan untuk mendukung pertumbuhan di masa depan ketika nutrien mulai berkurang (Oyarzabal dan Oesterheld 2009). Akumulasi P yang tinggi pada tanaman liar maupun budidaya dapat mendorong pertumbuhan tanaman tersebut, ketika kondisi lingkungan perairan kekurangan unsur P (Epstein 1972; Chapin 1980; Lipson et al. 1996; Schachtman et al. 1998).

Pengukuran biomassa dan luas penutupan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes dilakukan pada awal dan akhir pengamatan. Pertambahan biomassa dan luas penutupan menunjukkan adanya penyerapan amonia, nitrit, nitrat, dan ortofosfat oleh tumbuhan air. Berdasarkan Gambar 10 dan Lampiran 7, nilai RGR tertinggi adalah pada Salvinia molesta, yang ditandai dengan peningkatan biomassa dan luas penutupan yang lebih besar daripada Pistia stratiotes. Hal ini dapat menunjukkan bahwa laju pertumbuhan Salvinia molesta lebih tinggi daripada laju pertumbuhan Pistia stratiotes. Nilai laju pertumbuhan yang tinggi pada perlakuan Salvinia molesta, ternyata memiliki nilai doubling time (DT) yang rendah dibandingkan dengan perlakuan Pistia stratiotes (Lampiran 7). Nilai doubling time pada Salvinia molesta berdasarkan pendekatan luas penutupan dan biomassa berturut-turut adalah 15 hari dan 17 hari, sedangkan pada Pistia stratiotes adalah 24 hari dan 27 hari. Berbeda dengan hasil dari penelitian Henry-Silva et. al (2002), menyebutkan bahwa nilai doubling time Salvinia molesta adalah 22.4–69.3 hari, sedangkan Pistia stratiotes adalah 22.4 hari. Perbedaan nilai tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan media air yang digunakan selama penelitian. Banyak penulis (Seshavatharam 1990; Khedr & EL-Demersdach 1997; Bini et. al 1999; Lenssen et. al 1999; Maine et. al 1999) menyatakan bahwa berbagai faktor lingkungan, seperti kekeruhan, suhu, dan ketersediaan nutrien dalam air, memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan air.

Pengukuran parameter utama yang meliputi nilai amonia, nitrit, nitrat, dan ortofosfat dilakukan untuk mengetahui penyerapan bahan organik oleh perlakuan Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa nilai amonia, nitrit, nitrat, dan ortofosfat mengalami penurunan, serta terjadi peningkatan luas penutupan dan biomassa. Hasil yang diperoleh telah menunjukkan adanya penyerapan bahan organik oleh Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Nutrien yang diserap merupakan hasil dekomposisi bahan organik berupa amonia, nitrit, nitrat, dan ortofosfat. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes memliki peran yang tidak langsung dalam proses bioremediasi.

(29)

17 dengan fitoremediasi (Haridjaja et. al 2009). Mekanisme fitoremediasi meliputi proses biofisik dan biokimia seperti adsorpsi, transportasi, dan translokasi serta transformasi mineral oleh enzim yang terdapat pada tumbuhan (Perelo 2009). Berikut Tabel 7 merupakan matrik nilai perubahan beberapa parameter utama setelah perlakuan tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Pembuatan matrik bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang paling efektif dalam menyerap bahan organik yang terkandung dalam media air Danau Ebony. Perubahan nilai COD pada perlakuan (Tabel 7), memiliki nilai yang lebih kecil daripada perlakuan kontrol. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, diduga tumbuhan air yang digunakan masih beradaptasi dengan media percobaan atau waktu penelitian yang kurang lama. Namun, berdasarkan nilai nitrat (Tabel 7), nilai perubahan sebesar 100% kandungan nitrat di media percobaan telah diserap oleh tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes. Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan air yang digunakan menyerap unsur hara yang terkandung dalam media air penelitian.

Tabel 7 Matrik nilai perubahan beberapa parameter utama setelah perlakuan

Parameter

Berdasarkan Tabel 7, perlakuan Salvinia moleta mendapat peringkat ke-1, perlakuan Pistia stratiotes mendapat peringkat ke-2, dan perlakuan kontrol mendapat peringkat ke-3. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlakuan Salvinia molesta adalah perlakuan yang paling baik dalam menyerap bahan organik. Bahan organik yang diserap oleh perlakuan Salvinia molesta lebih banyak dibandingkan perlakuan Pistia stratiotes, hal ini tampak dari nilai luas penutupan Salvinia yang lebih besar daripada Pistia (Lampiran 7).

(30)

18 stratiotes (Lampiran 7). Luas penutupan yang besar dapat memberikan hasil fotosintesis berupa oksigen terlarut yang besar. Bagian tumbuhan yang ada di dalam kolom air (akar dan batang) berfungsi sebagai tempat penyerapan dan tumbuhnya bakteri-bakteri, sedangkan bagian di permukaan air (daun dan batang) berfungsi untuk proses fotosintesis dan transfortasi gas (EPA 1988).

Biomassa Salvinia molesta dan Pistia stratiotes yang dihasilkan setelah digunakan sebagai pengolah limbah bahan organik dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Biomassa Pistia stratiotes dapat digunakan untuk memupuk tanah karena memiliki kadar kalium yang tinggi (Sastrapradja dan Bimantoro 1981), selain itu dapat dibudidayakan sebagai makanan ternak, sebagai pelembut dan penyejuk, obat disentri, haematurie, antiseptik, insektisida, dan obat asma. Kemampuan Pistia stratiotes dalam mencengkeram lumpur dengan berkas-berkas akarnya, kadang dimanfaatkan sebagai pembersih air sungai yang sangat kotor, dan dalam industri, digunakan sebagai penyerap unsur-unsur pada air limbah (Cook 1996), sedangkan Salvinia molesta dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan bokashi (Departemen Pertanian 2009).

Setelah perlakuan tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes diterapkan, penurunan nilai COD, amonia, nitrit, dan ortofosfat tidak berbeda nyata dari perlakuan kontrol; hanya penurunan nitrat yang berbeda nyata dari perlakuan kontrol. Hal ini diduga, pada tahapan penelitian, tepatnya pada saat air danau Ebony didiamkan, telah terjadi penurunan bahan organik (Lampiran 10). Penurunan bahan organik diduga terjadi karena terdapat peran bakteri indigeneous yang mendekomposisi bahan organik, sehingga bahan organik tetap mengalami penurunan tanpa diberi perlakuan tumbuhan air. Diduga, bakteri indigeneous yang mendekomposisi lebih menunjukkan peran dalam mendekomposisi bahan organik tanpa kehadiran tumbuhan air. Peran tersebut berkurang ketika diterapkan perlakuan tumbuhan air, karena diduga tumbuhan air mengeluarkan allelochemical substance.

Penurunan nitrat pada perlakuan tumbuhan air yang berbeda dari perlakuan kontrol terjadi karena tumbuhan air memanfaatkan nitrat yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Keadaan ini berbeda dari hasil pengukuran parameter lain yang menunjukkan bahwa keberadaan nitrat selama penelitian berfluktuasi, sedangkan parameter lain mengalami penurunan (Gambar 8). Keberadaan nitrat yang berfluktuasi dalam media penelitian merupakan kombinasi hasil serapan oleh tumbuhan air dan proses nitrifikasi amonia dan nitrit. Hal ini diduga terjadi karena penyerapan amonia oleh tumbuhan air rendah dan amonia tersebut mengalami proses nitrifikasi yang menghasilkan nitrat. Sementara pada perlakuan kontrol terjadi penurunan nitrat yang diduga terjadi karena proses nitrifikasi tidak berlangsung sempurna. Hal ini dapat terjadi karena perlakuan kontrol tidak memiliki kandungan oksigen terlarut yang cukup (Tabel 5).

(31)

19 membuat kerangka terlebih dahulu sebagai batas agar ketika pemanenan dapat dilakukan dengan mudah.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Walaupun perubahan kualitas air dari hasil bioremediasi oleh tumbuhan air Salvinia molesta dan Pistia stratiotes tidak signifikan dengan kontrol, tumbuhan air tersebut menyerap hasil dekomposisi bahan organik yang ditandai dengan peningkatan luas penutupan dan biomassa tumbuhan air tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aliotta G, Molinaro A, Monaco P, Pinto G, Previtera L. 1991. Potential allelochemicals from Pistia stratiotes L. J Chem Ecol. 17: 2223-2234. APHA [American Public Health Association]. 2012. Standard method for the

examination of water and waste water, American Public Health Association. Water Pollution Control Federation. Port City. Baltimore, Mariland.1202p. Science Publishers B. V. New York. p. 65-76.

Bureau DP, Hua K. 2010. Towards Effective Nutritional Management of Waste Output in Aquaculture, with Particular Reference to Salmoid Aquaculture Operations. Riview article. Journal Aquacluture Research. 41: 777-792. Boopathy R. 2000. Factors limiting bioremediation technologies. Department of

Biological Science, Nicholls State University, Thibodaux, LA 70310 USA. Biresource Technology 74.

Carr GM, Neary JP. 2006. Water quality for ecosystem and human health. Global environment monitoring system. UNEP. National Water Research Institute 867 Lakeshore Road Burlington. Ontario. L7R 4A6 Canada.

Chapin FS III. 1980. The mineral nutrition of wild plants. Annu Rev Ecol Syst 11:233–260.

Cook CDK. 1996. Aquatic and Wetland Plants of India. Oxford University Press. Oxford.

Davis ML, Cornwell DA. 1991. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. New York (AS): Mc-Graw-Hill Inc. 822p.

(32)

20 Della GMD, Monaco P, Pollio A, Previtera L. 1992. Structure-activity relationship of phenylpropanoids as growth inhibitors of the green alga Selenastrum capricormutum. Phytochemistry. 31: 4119-4123.

DEEDI [Departement of Employment, Economic Development and Innovation]. 2010. Bog moss Mayaca fluviatilis Aubl. Queensland government. North Quessland.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: bagi pengelola sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

EPA [Environmental Protection Agency]. 1988. Constructed wetlands and aquatic plant systems for municipal wastewater treatment. Center for Environmental Research Information (CERI). Cincinnati. Ohio.

Epstein HE. 1972. Mineral nutrition of plants: principles and perspectives, 3rd edn. Wiley, New York.

Fachrurozi M, Listiatie BU, Dyah S. 2010. Pengaruh variasi biomassa Pistia stratiotes L. terhadap penurunan kadar BOD, COD, dan TSS limbah cair Tahu di Dusun Klero Sleman Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. KES MAS Vol. 4. No.1: 1-75. Faturochman I. 2012. Aplikasi Tumbuhan Air Mayaca fluviatilis dengan Sistem

Kanal dalam Bioremediasi Limbah Organik dari Waduk Cirata. [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Fibrian FN, Sunoko HR, Izzah M. 2013. Metode Pengolahan Effluent Limbah Sistem Vertical dan Horizontal Sub Surface Flow Wetland Terhadap Pengurangan Nitrit dan Amonia di PT. Phapros Semarang. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Company. New York. Toronto.

Haridjaja O, Purwakusuma W, Safitri R. 2009. Pemanfaatan Kayu Apu (Pistia stratioles L.) dan Kiambang (Salvinia molesta D.mitch) Untuk Meningkatkan Kualitas Air Greywater Hidroponik Tanaman Selada (Lacttuca sativa L). Jurnal sains lingkungan. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Haslam SM. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. Chichester (UK): John Wiley and Sons. 253p.

Henry-Silva GG, Camargo AFM, Pezzato MM. 2002. Effect of nutrient concentration on the growth of aquatic macrophytes Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes and Salvinia molesta. Proceedings of the 11th EWRS International Symposium on Aquatic Weeds. Moliets et Maâ (France), p.147-150.

Khedr AH, El-Demerdash MA. 1997. Distribution of aquatic plants in relation to environmental factors in the Nile Delta. Aquat Bot 56:75-86.

Lenssen JPM, Menting FBJ, Van Der Putten WH, Blom CWPM. 1999. Effects of sediment type and water level on biomass production on wetland plant species. Aquat Bot 64:151-165.

(33)

21 LBN–LIPI [Lembaga Biologi Nasional-Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia].

1981. Tumbuhan Air. Bogor. 83 p.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Edisi Kedua. Bogor. IPB-Press.

Mahida UN. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Penerbit Rajawali.

Oyarzabal M, Oesterheld M. 2009. Phosphorus reserves increase grass regrowth after defoliation. Oecologia DOI 10.1007/S00442-008-1263-z.

Perelo LW. 2009. In situ and bioremediation of organic pollutants in aquatic sediments. Journal of hazardous materials. Brazil. Vol 177 no 81-89. Pescod MB. 1973. Investigation of rational effluent stream standards for tropical

countries. AIT. Bangkok.

Pistori RET, Camargo AFM, Henry-Silva GG. 2004. Relative Growth Rate and Doubling Time of the Submerged Aquatic Macrophyte Egeria densa Planch. Acta Limnol Bras. 16(1):77-84.

Plantamor. 2007. Informasi Spesies. http://www.plantamor.com/spcdtail.php? recid=1502 & popname=Cincau% 20Perdu.[tanggal akses 15 April 2014].

Purba MEK. 2009. Analisa kadar total suspended solid (TSS), ammonia (NH3), Sianida (CN-) dan Sulfida (S2-) pada limbah cair Bapedaldasu. [Karya Ilmiah]. Departemen Kimia Program Studi Diploma-3 Kimia Analisis FMIPA USU.

Rice EL. 1992. Allelopathy effects on nitrogen cycling. In: Rizvi SJH and Rizvi V, Allelopathy, Basic and Applied Aspects, Chapman and Hall (NY), pp 31-58.

Sastrapradja S, Bimantoro R. 1981. Tumbuhan air. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor. 83 hal.

Sanusi, H. 2004. Karakteristik Kimia Dan Kesburuan Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Musim Barat Dan Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid II, No 2. Departemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. 89 hal.

Sidharta BR. 2000. Pengantar mikroba kelautan. Universitas Atmajaya Yogyakarta: Yogyakarta.

Seshavatharam V. 1990. Traditional uses and problem of noxious growth. In: Gopal, B. (ed.) Ecology and management of Aquatic Vegetation in the Indian Subcontinent. Kluwer Academic Publishers, Netherlands. p.201-218.

(34)

22 Tchobanoglous G, Burton F, Stensel HD. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse, Fourth Edition. International Edition Metcalf & Eddy. McGraw-Hill. New York.

Thomson BM, Cressey PJ, Shaw IC. 2003. Dietary exposure to xenoestrogens in New Zealand. Journal of enviromental monitoring. Vol 5: 229-235s. USDA [United States Department of Agriculture]. 2002 Informasi spesies.

http://plants.usda.gov/classification/output. [tanggal akses 15 April 2014]. Walstad DL. 1999. Ecology of the Planted Aquarium: A practical manual and

scientific treasite for the home aquarist. Echinodorus Publishing Chapter III: 33- 52.

Wetzel RG. 1993. Humic compounds from wetlands: Complexation, inactivation and reactivation of surface-bound and extracellular enzyms. Ver. Limnol. 25: 122-128.

(35)

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan COD

Lampiran 2 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Amonia a. Analisis sidik ragam COD

Perlakuan*Waktu 12 609.9334 50.8278 1.88 0.0681 Gagal Tolak H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter COD Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 95.333 3

Keterangan : huruf yang sama berarti tidak berbeda

a. Analisis sidik ragam amonia

Perlakuan 2 0.00157460 0.00078730 0.20 0.8190 Gagal tolak

H0

Waktu 6 4.00050476 0.66675079 169.86 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 0.10931429 0.00910952 2.32 0.0221 Gagal tolak

H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter amonia Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

(36)

24 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Nitrit

Lampiran 4 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Nitrat a. Analisis sidik ragam nitrit

R2 KK Root MSE Rata-rata Respon

0.995287 13.09673 0.019390 0.148095

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 2 0.00160952 0.00080476 2.14 0.1304 Gagal tolak

H0

Waktu 6 3.32857143 0.55476190 1472.68 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 0.00679048 0.00056587 1.50 0.1610 Gagal tolak

H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter nitrit

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 0.710000 0

0.969565 29.24789 0.166481 0.569206

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 2 3.02257460 1.51128730 54.53 <.0001 Tolak H0

Waktu 6 27.50832698 4.58472116 165.42 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 6.55309206 0.54609101 19.70 <.0001 Tolak H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter nitrit Kesimpulan pengaruh perlakuan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 0.87333 Salvinia

B 0.46810 Pistia

B 0.36619 Kontrol

Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

(37)

25

Kesimpulan pengaruh interaksi perlakuan dan waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Interaksi

A 2.0200 K0

A 2.0200 P0

A 2.0200 S0

B 1.7200 S18

B 1.5400 S12

C 0.8333 S15

D C 0.6933 P18

D E 0.5433 P12

F E 0.3233 K3

F 0.1133 K6

F 0.0633 K9

Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Sulfida a. Analisis sidik ragam sulfida

R2 KK Root MSE Rata-rata Respon

0.807247 38.39013 0.002407 0.006270

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 2 0.00002679 0.00001340 2.31 0.111 Gagal tolak

H0

Waktu 6 0.00067508 0.00011251 19.42 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 0.00031721 0.00002643 4.56 0.0001 Gagal tolak

H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter sulfida Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 0.010111 3

B A 0.009333 9

B A 0.008333 6

B C 0.007000 0

D C 0.005222 12

D 0.003889 15

(38)

26 Lampiran 6 Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Ortofosfat

Lampiran 7 Hasil pengukuran Luas penutupan dan Biomasa Pistia stratiotes dan Salvinia molesta

a. Analisis sidik ragam ortofosfat

R2 KK Root MSE Rata-rata Respon

0.609227 25.10898 0.050537 0.201270

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 2 0.01259365 0.00629683 2.47 0.0972 Gagal tolak

H0

Waktu 6 0.12776508 0.02129418 8.34 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 0.02687302 0.00223942 0.88 0.5758 Gagal tolak

H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter ortofosfat Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

A 0.25667 9

Biomasa (gram) RGR Doubling

Time

t-0 t-18 gram/waktu (hari)

Pistia 40 64 0.0261 27

Salvinia 40 82 0.0397 17

(39)

27 Hasil uji Luas penutupan

a. Analisis sidik ragam luas penutupan

R2 KK Root MSE Rata-rata Respon

0.887849 19.65194 6.370505 32.41667

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 40.833 Salvinia

B 24.000 Pistia

Hasil uji Biomasa

a. Analisis sidik ragam uji biomasa

R2 KK Root MSE Rata-rata Respon

0.799119 19.11810 10.78579 56.41667

Pengelompokan Duncan Rata-rata Perlakuan

A 60.833 Salvinia

A 52.000 Pistia

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 1 850.0833 850.0833 20.95 0.0018 Gagal tolak

H0

Waktu 1 1430.2833 1430.2833 35.24 0.0003 Gagal tolak

H0

Perlakuan*Waktu 1 290.0833 290.0833 7.15 0.0282 Gagal tolak

H0

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpu

lan

Perlakuan 1 234.0833 234.0833 2.01 0.1938 Gagal

tolak H0

Waktu 1 3234.0833 3234.0833 27.80 0.0008 Gagal

tolak H0

Perlakuan*Waktu 1 234.0833 234.0833 2.01 0.1938 Gagal

(40)

28 Lampiran 8 Nilai %perubahan

Lampiran 9 Nilai Kekeruhan selama pengamtan a). Nilai %perubahan COD

Perlakuan Nilai Amonia (mg/L) %Perubahan

(41)

29 Lampiran 9Hasil analisis sidik ragam, dan uji lanjut Duncan Kekeruhan

Lampiran 10 Hasil penghitungan beberapa parameter saat sampling, setelah didiamkan, dan setelah perlakuan

Perlakuan Salvinia

Kegiatan Satuan COD Amonia Kekeruhan Nitrat Nitrit Ortofosfat

SS mg/L 342.39 3.797 35.75 6.56 1.46 0.56

SD mg/L 95 0.83 9.12 2.02 0.71 0.13

SP NTU 0 0.06 0.91 1.72 0.07 0.11

Perlakuan Pistia

Kegiatan Satuan COD Amonia Kekeruhan Nitrat Nitrit Ortofosfat

SS mg/L 342.39 3.797 35.75 6.56 1.46 0.56

0.970314 15.94935 0.551189 3.45587873

Sumber Keragaman DB JK Mean Square F Value Pr > F Kesimpulan

Perlakuan 2 2.9453841 1.4726921 4.85 0.0128 Gagal tolak

H0

Waktu 6 406.3951492 67.7325249 222.94 <.0001 Tolak H0

Perlakuan*Waktu 12 7.73311937 0.6444328 2.12 0.0362 Gagal tolak

H0

b. Uji lanjut Duncan dari parameter kekeruhan Kesimpulan pengaruh waktu pengamatan

Pengelompokan Duncan Rata-rata Waktu

(42)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ita Rahmana Idris, lahir di Ciamis 20 November 1992, merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari ibu bernama Mardiyyah dan ayah Idris Hamdani. Penulis mulai mengikuti pendidikan di TK Islam Sepatan lulus tahun 1998, dilanjutkan SD Sukasari I Nanggul lulus pada tahun 2004. Kemudian SMP N 1 Sepatan lulus pada tahun 2007, dilanjutkan SMA N 1 Sepatan lulus pada tahun 2010, dan masuk kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi USMI pada tahun 2010 sebagai mahasiswa angkatan ke-47 di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intsitut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Skema perumusan masalah aplikasi     Salvinia molesta dan Pistia stratiotes  sebagai agen bioremediasi untuk memperbaiki kualitas air danau Ebony
Gambar 2 Danau Ebony BGM-PIK Jakarta Utara dan Lokasi Pengambilan Air
Gambar 3 Salvinia molesta
Tabel 2 Tabel sidik ragam rancangan
+7

Referensi

Dokumen terkait