• Tidak ada hasil yang ditemukan

Amino Acid Supplementation into High Fat Broiler Diet for Reducing Abdominal Fat Deposition

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Amino Acid Supplementation into High Fat Broiler Diet for Reducing Abdominal Fat Deposition"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SUPLEMENTASI ASAM AMINO PADA PAKAN AYAM

BROILER

TINGGI LEMAK UNTUK MENGURANGI

DEPOSIT LEMAK ABDOMEN

MOHAMMAD MAGHFURI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Asam Amino Pada Pakan Ayam Broiler Tinggi Lemak untuk Mengurangi Deposit Lemak Abdomen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

RINGKASAN

MOHAMMAD MAGHFURI. Suplementasi Asam Amino pada Pakan Ayam Broiler Tinggi Lemak untuk Mengurangi Deposit Lemak Abdomen. Dibimbing oleh ASEP SUDARMAN dan RITA MUTIA.

Lemak atau minyak pada nutrisi unggas berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, dan sebagai pelarut vitamin larut lemak. Minyak yang paling banyak digunakan pada industri pakan Indonesia adalah minyak sawit yang memiliki energi metabolis 8000 kkal kg-1. Kandungan asam lemak yang utama pada minyak sawit adalah asam palmitat 39.23% dan oleat 38.21%. Penggunaan minyak sawit sampai 6% tidak berpengaruh terhadap deposit lemak abdomen. Lemak abdomen menjadi masalah pada industri ayam broiler modern. Lemak abdomen tidak hanya menurunkan persentase hasil karkas dan efisiensi pakan. Lemak abdomen dapat diturunkan dengan meningkatkan kecernaan dan metabolisme lemak pakan melalui suplementasi asam amino. Glisina dan taurina merupakan asam amino yang berperan dalam biosintesis garam empedu yang mengemulsi lemak. Lisina dan metionina merupakan asam amino prekursor biosintesis L-karnitin yang digunakan sebagai transportasi asam lemak dalam proses -oksidasi di mitokondria. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis asam amino yang tepat disuplementasi pada pakan ayam broiler tinggi lemak untuk meningkatkan penyerapan dan metabolisme lemak sehingga mengurangi deposit lemak abdomen.

Penelitian ini menggunakan 240 ekor anak ayam broiler (DOC) strain Cobb. Ayam broiler ditempatkan pada 24 unit kandang secara acak dengan densitas 10 ekor per m2. Ayam broiler diberi pakan dan minum ad libitum sampai umur 42 hari. Pada umur 21 dan 42 hari, setiap perlakuan diambil empat ekor ayam broiler dari masing-masing ulangan untuk diambil serum darahnya dan disembelih. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari R0 (ransum basal mengandung 5% minyak sawit), R1 (R0 + 0.25% glisina), R2 (R0 + 0.25% taurina), R3 (R0 + 15% total lisina dan metionina ransum basal), R4 (R0 + 0.25% glisina + 0.25% taurina), R5 (R0 + 0.25% glisina + 0.25% taurina + 15% total lisina dan metionina ransum basal. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam kecuali mortalitas, kemudian bila rataan berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan. Variabel yang diukur meliputi performa, profil metabolit serum, karakteristik empedu, koefisien kecernaan semu nutrien, kandungan nutrien daging, dan berat relatif karkas dan organ ayam broiler.

(6)

suplementasi asam amino nyata meningkatkan berat kantung empedu ayam broiler umur 21 hari, kecuali R3. Selanjutnya, perlakuan R3 nyata menurunkan berat kantung empedu ayam broiler umur 42 hari. Berat dan volume cairan empedu ayam broiler umur 21 hari nyata meningkat dengan perlakuan R1, R2 dan R4, tetapi tidak berbeda nyata pada umur 42 hari. Semua suplementasi asam amino nyata menurunkan berat jenis cairan empedu ayam broiler umur 21 hari kecuali R1, tetapi tidak berbeda nyata pada umur 42 hari.

Koefisien kecernaan semu bahan kering ayam broiler umur 21 hari perlakuan R1 nyata meningkat, sedangkan perlakuan R1, R2 dan R4 yang nyata meningkat pada umur 42 hari. Selanjutya, koefisien kecernaan semu lemak kasar ayam broiler umur 21 hari perlakuan R1 dan R4 nyata meningkat, tetapi perlakuan R3 nyata menurun pada umur 42 hari. Koefisien kecernaan semu protein kasar ayam broiler umur 21 hari nyata menurun dengan perlakuan R3 dan R4, tetapi nyata meningkat dengan perlakuan R1 pada umur 42 hari. Koefisien kecernaan semu energi ayam broiler umur 21 hari perlakuan R3 nyata menurun. Selanjutnya, koefisien kecernaan semu energi ayam broiler umur 42 hari perlakuan R3 nyata menurun, R2 dan R5 tidak berbeda nyata, serta perlakuan R1 dan R4 nyata meningkat.

Bahan kering daging ayam broiler umur 21 hari perlakuan R4 dan R5 nyata meningkat, tetapi perlakuan R2 dan R4 yang meningkat pada umur 42 hari. Protein kasar daging ayam broiler umur 21 hari perlakuan R2 nyata meningkat, tetapi suplementasi asam amino lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap protein kasar daging ayam broiler umur 21 dan 42 hari. Lemak kasar daging ayam broiler umur 21 hari meningkat dengan perlakuan R1, R3, dan R5. Selanjutnya, semua suplementasi asam amino nyata meningkatkan lemak kasar daging ayam broiler umur 42 hari. Ayam broiler umur 21 dan 42 hari yang diberi pakan R3 cenderung menurunkan L-karnitin daging, tetapi cenderung meningkat dengan perlakuan R5. Semua suplementasi asam amino tidak berpengaruh nyata terhadap berat relatif karkas, hati dan pankreas ayam broiler umur 21 dan 42 hari. Berat relatif lemak abdomen ayam broiler umur 21 hari perlakuan R2 nyata meningkat, R1, R4 dan R5 tidak berbeda nyata, serta R3 nyata menurun. Akan tetapi, semua suplementasi asam amino tidak berpengaruh nyata terhadap berat relatif lemak abdomen ayam broiler umur 42 hari.

Kesimpulannya adalah kombinasi suplementasi lisina dan metionina (R3) dapat menurunkan lemak abdomen ayam broiler umur 21 hari dari 1.30 menjadi 0.76%. Kombinasi suplementasi glisina, taurina, lisina, dan metionina (R5) cenderung meningkatkan L-karnitin daging ayam broiler umur 21 dan 42 hari dengan konsentrasi masing-masing 15.28 dan 12.70 mg 100 g-1. Suplementasi glisina, taurina, maupun kombinasin keduanya dapat meningkatkan volume cairan empedu dan kecernaan lemak, khususnya pada umur 21 hari. Peningkatan volume cairan empedu mencapai 97.10%, sedangkan koefisien kecernaan semu lemak kasar mencapai 2.24%.

(7)

SUMMARY

MOHAMMAD MAGHFURI. Amino Acid Supplementation into High Fat Broiler Diet for Reducing Abdominal Fat Deposition. Supervised by ASEP SUDARMAN and RITA MUTIA.

Fats or oils are used in poultry nutrition as source of energy, essential fatty acids and carrier of fat soluble vitamins. Most oil that used in Indonesia feed industry is palm oil that has metabolizable energy 8000 kcal kg-1. Fatty acids contained in palm oil are greatly palmitic acid of 39.23% and oleic acid of 38.21%. Palm oil utilization up to 6% do not affect abdominal fat deposition. Abdominal fat become a problem in modern broiler chicken industry. Abdominal fat do not only reduce carcass yield percentage and feed efficiency, but is also rejected by costumer. Abdominal fat might be reduced with the increasing digestibility and metabolisibility fat in the diet by amino acids supplementation. Glycine and taurine were amino acids that have role to synthesize bile salt for fat emulsification. Lysine and methionine were precursor to synthesize L-carnitine that has function to transport fatty acid for -oxidation process in mitochondria. The aim of this study was to elaborate appropriate amino acids supplementation into high fat broiler diet to improve fat absorption and metabolism in order to reduce abdominal fat deposition.

This study used 240 day old broilers Cobb strain. They were placed randomly into 24 pens with density of 10 birds/m2. Broiler chickens were given feed and water ad libitum for 42 days. At 21st and 42nd day, each treatments were taken four broiler chicken come from each replication. They were slaughtered and their blood serum were taken. The treatments diet were R0 (basal diet contained 5% palm oil), R1 (R0 + 0,25% glycine), R2 (R0 + 0,25% taurine), R3 (R0 + 15% total lysine and methionine of basal diet), R4 (R0 + 0,25% glycine + 0,25% taurine), and R5 (R0 + 0,25% glycine + 0,25% taurine + 15% total lysine and methionine of basal diet). Completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replicates was used in this study. The variables measured were performances, serum metabolites, gall bladder characteristics, apparent digestion coefficient of nutrients, nutrients content of meat, and relative weight of carcass and organs broiler chicken. Data were subjected to analysis of variance and if any means significant differences were continued by Duncan multiple range test, except mortality.

(8)

R2 and R4 at significantly increased 21 days, but there were no differences at 42 days. All amino acid supplementations significantly reduced bile liquid density broiler chicken at 21 except R1, but there were no differences at 42 days.

Apparent digestibility coefficient of dry matter broiler chicken for 21 days fed R1 significantly increased, nevertheless fed R1, R2 and R4 were significantly increased at 42 days. Furthermore, apparent digestibility coefficient of crude fat broiler chicken for 21 days fed R1 and R4 significantly increased, but fed R3 sigificantly reduced at 42 days. Apparent digestibility coefficient of crude protein broiler chicken for 21 days significantly increased with fed R3 and R4, but increased with fed R1 at 42 days. Apparent digestibility coefficient of energy broiler chicken for 21 days fed R3 significantly reduced. Moreover, apparent digestibility coefficient of energy fed R3 significantly reduced, R2 and R5 were not significantly different, then R1 and R4 significantly increased at 42 days.

Meat dry matter broiler chicken at 21 days fed R4 and R5 significantly increased, but fed R2 and R4 significantly increased at 42 days. Meat crude protein broiler chicken at 21 days fed R2 significantly increased, but other amino acid supplementations did not effected meat crude protein broiler chicken at 21 and 42 days. Meat crude fat broiler chicken at 21 days fed R1, R3 and R5 significantly increased. Furthermore, all amino acid supplementations significantly increased meat crude fat broiler chicken at 42 days. All amino acids supplementation did not affect to relative weight of carcass, liver, and pancreas broiler chicken at 21 and 42 days. Broiler chicken given feed R3 had tendency reduced meat L-carnitine, but they fed R5 increased at 21 and 42 days old. Abdominal fat relative weight broiler chicken at 21 days fed R2 significantly increased, R1, R4 and R5 did not significant, and R3 significantly reduced. Nevertheless, all amino acid supplementations did not effect to abdominal fat relative weight at 42 days.

It is concluded that mixed of supplementations of lysine and methionine (R3) could reduce abdominal fat at 21 days old from 1.30 be 0.76%. Mixed supplementation of glycine, taurine, lysine and methionine (R5) tendency improve L-carnitine meat content of broiler chicken at 21 and 42 days with each concentration 15.28 and 12.70 mg 100 g-1. Supplementations of glycine, taurine,

or both mixed could improve bile liquid volume and fat apparent digestibly coefficient, especially at 21 days old. Bile liquid volume increased up to 97.10%, then fat apparent digestibly coefficient increased 2.24%.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SUPLEMENTASI ASAM AMINO PADA PAKAN AYAM

BROILER

TINGGI LEMAK UNTUK MENGURANGI

DEPOSIT LEMAK ABDOMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(12)
(13)

Judul Tesis : Suplementasi Asam Amino pada Pakan Ayam Broiler Tinggi Lemak untuk Mengurangi Deposit Lemak Abdomen.

Nama : Mohammad Maghfuri NIM : D152110031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Asep Sudarman, MRurSc

Ketua Dr Ir Rita Mutia, MAgrSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(14)
(15)
(16)

PRAKATA

Innalhamdalillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian dalam karya ilmiah ini adalah Suplementasi Asam Amino pada Pakan Ayam Broiler Tinggi Lemak untuk Mengurangi Deposit Lemak Abdomen yang telah dilaksanakan dengan baik pada bulan Oktober 2012 sampai Pebruari 2013.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Asep Sudarman MRurSc dan Ibu Dr Ir Rita Mutia MAgrSc, selaku komisi pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan pada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis kepada Dr Ir Sumiati MSc atas saran dan masukan selama proses penelitian dan penyempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ir Nugroho Adi H, MSi dan PT. Cheil Jedang Feed Indonesia yang telah memberikan bantuan materi selama proses penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas Beasiswa Kementerian Pendidikan Nasional yang penulis terima mulai tahun 2011.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Kasmuri Santoso dan Ibunda Nurjanah, saudara-saudaraku tercinta (Muflikhatun, Aji Wijaya dan Zami), serta istri (Herwanti) dan anakku (Zafira) tercinta atas doa, kasih sayang dan dorongan baik moral, materi maupun spiritual. Kepada Ibu Dr Ir Ning Iriyanti MP dan Prof Agus Iriyanto PhD, penulis ucapkan terima kasih telah menjadi pembimbing, motivator dan orang tua kedua bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman UNSOED di Wisma Soedirman, teman-teman INP 2011, khususnya Mas Arif, Mas Sichi, dan Mas Alam yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penelitian. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Lanjarsih, Bapak Supri, Ibu Ade, Sofian, serta semua pihak yang tidak bisa ditulis satu persatu yang telah membantu jalannya penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pembaca sekalian.

Bogor, Maret 2014

(17)
(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Lemak pada Nutrisi Unggas 4

Peran Glisina dan Taurina dalam Biosintesis Garam Empedu 4 Peran Garam Empedu pada Proses Pencernaan dan Penyerapan Lemak 6 Peran Lisina dan Metionina dalam Biosintesis L-karnitin 6

Peran L-Karnitin dalam Metabolisme Lemak 8

Lemak Abdomen pada Ayam Broiler 9

Biosintesis Lemak Abdomen 9

Metode Menurunkan Deposit Lemak Abdomen 11

METODE 13

Bahan 13

Alat 13

Waktu dan Lokasi Percobaan 13

Rancangan Percobaan 13

Metode Percobaan 15

Prosedur Pengukuran Parameter 16

Analisis Data 18

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Performa 19 Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Metabolit Serum 29 Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Karakteristik Empedu 33 Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Koefisien Kecernaan Semu

Nutrien 38

Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Kandungan Nutrien Daging

Dada 43

Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Berat Relatif Karkas dan

Organ 49

SIMPULAN DAN SARAN 53

Simpulan 53

(19)

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 63

RIWAYAT HIDUP 82

(20)

DAFTAR TABEL

1 Susunan ransum basal untuk penelitian 14

2 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap performa ayam broiler 19 3 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap metabolit serum ayam

broiler (mg dl-1) 29

4 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap karakteristik empedu

ayam broiler 34

5 Korelasi volume cairan empedu dengan konsumsi glisina, taurina

dan glisina+taurina 37

6 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap koefisen kecernaan

semu nutrien ayam broiler (%) 39

7 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap nutrien daging paha

ayam broiler (%) 43

8 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap berat relatif karkas dan

organ ayam broiler (% BB) 49

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3

2 Proses konjugasi asam empedu dengan glisina dan taurina (Sumber :

Märt 2013) 5

3 Peran garam empedu dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak

(Sumber : Liz 2013) 6

4 Peran lisina dan metionina dalam proses biosintesis L-karnitin

(Sumber : Scholte 2003) 7

5 Peran L-karnitin pada proses metabolisme asam lemak (Sumber :

Mehta 2013) 8

6 Proses biosintesis lemak abdomen 10

7 Mekanisme suplementasi asam amino menurunkan performa ayam

broiler 20

8 Proses metabolisme kelebihan asam amino pada serum 30 9 Ringkasan pengaruh suplementasi glisina dan taurina terhadap

karakteristik empedu 38

10 Hubungan antara volume cairan empedu dan koefisien kecernaan

semu nutrien 41

11 Kandungan L-karnitin daging ayam broiler umur 21 dan 42 hari 46 12 Korelasi konsumsi lisina dan metionina dengan kandungan L-karnitin

daging ayam broiler umur 21 (kiri) dan 42 (kanan) hari 48 13 Mekanisme rendahnya korelasi L-karnitin daging dengan konsumsi

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisis L-karnitin dengan Metode HPLC 63 2 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan performa 64 3 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan profil metabolit serum 69 4 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan karakteristik empedu 72 5 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan koefisien kecernaan semu

nutrien 75

6 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan nutrien daging paha 78 7 Analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan berat relatif karkas dan

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lemak atau minyak pada nutrisi unggas berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial dan sebagai pelarut vitamin larut lemak. Kandungan energi lemak sebesar 9.4 kkal g-1 atau 2.25 kali energi karbohidrat. Proses pencernaan dan metabolisme lemak membutuhkan banyak faktor fisiologis seperti asam empedu, lipase pankreas, protein pengikat asam lemak dan L-karnitin untuk proses oksidasi asam lemak (Larbier dan Leclerq 1994). Efisiensi penggunaan lemak dalam pakan sangat tergantung pada komposisi asam lemaknya. Lemak yang kaya akan asam lemak jenuh lebih sulit dicerna dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh (Crespo dan Esteve-Garcia 2001; Baião dan Lara 2005; Shahriar et al. 2007). Penambahan lemak pada pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ayam broiler (Leeson dan Summer 2001; Firman et al. 2008). Akan tetapi, penggunaan lemak pada ayam muda kurang efektif, khususnya ketika diberikan sumber asam lemak jenuh. Hal ini disebabkan karena rendahnya sintesis garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi pada proses pencernaan lemak (Green dan Kellogg 1987; Al-Marzooqi 1998; Baião dan Lara 2005). Asam lemak jenuh pada pakan juga meningkatkan deposit lemak abdomen, karena lemak lebih banyak dideposit dari pada dikonversi menjadi energi (Firman et al. 2008).Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya biosintesis L-karnitin yang berfungsi membantu oksidasi asam lemak menjadi energi.

Deposit lemak abdomen menjadi masalah pada industri ayam broiler modern karena menyebabkan penurunan hasil karkas dan efisiensi pakan (Kessler et al. 2000). Secara ekonomi, jika rata-rata lemak abdomen 2% dari bobot ayam broiler dan pada tahun 2012 Indonesia memproduksi 2.4 miliar kg ayam broiler hidup (Utoyo 2012), maka sekitar 480 juta kg lemak abdomen dihasilkan pada tahun 2012. Peningkatan deposit lemak abdomen sangat dipengaruhi oleh genetik dan pakan (T mová dan Teimouri 2010). Seleksi genetik tidak hanya berkontribusi meningkatkan laju pertumbuhan, tetapi juga meningkatkan lemak tubuh, khususnya lemak abdomen (Tavernari et al. 2009). Gaya et al. (2005) mengestimasikan bahwa terjadi peningkatan berat lemak abdomen ayam broiler sekitar 0.39 g tahun-1. Selanjutnya, kandungan nutrien pakan seperti lemak kasar dan asam lemak pakan juga berpengaruh terhadap deposit lemak abdomen. Wongsuthavas (2007) melaporkan bahwa pakan yang mengandung lemak kasar 9% meningkatkan lemak abdomen. Akan tetapi, penggunaan minyak biji bunga matahari yang kaya asam lemak linoleat dapat menurunkan lemak abdomen (Crespo dan Esteve-Garcia 2001; Poorghasemi et al. (2013).

(23)

2

al. 2008). Industri pakan biasanya menggunakan minyak sawit dalam formula pakan ayam broiler sekitar 3%, sedangkan penelitian ini menggunakannya sampai 5%. Oleh karena itu, salah satu manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan penggunaan minyak sawit pada formula pakan ayam broiler.

Lemak abdomen dapat diturunkan dengan meningkatkan kecernaan dan metabolisme lemak pakan melalui suplementasi asam amino. Industri pakan unggas biasa menggunakan asam amino sebagai feed supplement untuk mengoptimalkan performa ayam broiler. Asam amino yang disuplementasi pada penelitian ini meliputi glisina dan taurina yang berperan dalam biosintesis garam empedu (Gropper et al. 2009; Cheeke dan Dierenfeld 2010), serta lisina dan metionina yang berperan dalam biosintesis L-karnitin (Arslan 2006). Suplementasi asam amino dilaporkan dapat meningkatkan proses pencernaan dan metabolisme karena dapat meningkatkan sintesis garam empedu dan L-karnitin (Lee et al. 2004; Alzawqari et al. 2010; dan Bouyeh dan Gevorgyan 2011). Garam empedu memiliki peran penting mengemulsikan lemak dengan memecah butiran lemak menjadi lebih kecil sehingga dapat diserap oleh usus (Gropper et al. 2009; Cheeke dan Dierenfeld 2010). Selanjutnya, L karnitin digunakan sebagai sarana transportasi asam lemak rantai panjang untuk masuk ke membran dalam mitokondria pada proses -oksidasi asam lemak menjadi ATP (Adenosina Trifosfat) (Harmeyer 2002; Arslan 2006).

Suplementasi asam amino glisina dan taurina diharapkan dapat meningkatkan produksi garam empedu untuk meningkatkan kecernaan lemak. Suplementasi asam amino lisina dan metionina juga diharapkan dapat meningkatkan biosintesis L-karnitin yang berperan dalam -oksidasi asam lemak menjadi energi. Oleh karena itu, kombinasi suplementasi asam amino tersebut diharapkan mampu memaksimalkan proses pencernaan dan metabolisme lemak ayam broiler, sehingga dapat menurunkan deposit lemak abdomen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan jenis asam amino yang tepat disuplementasikan pada pakan ayam broiler tinggi lemak untuk menurunkan deposit lemak abdomen. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji proses biosintesis garam empedu dan L-karnitin ayam broiler dengan suplementasi asam amino pada pakan ayam broiler tinggi lemak.

Hipotesis Penelitian

(24)

3

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini berdasarkan permasalahan pada latar belakang diilustrasikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Asam Amino Lisina dan Metionina : Meningkatkan Biosintesis L-karnitin

Meningkatkan Metabolisme Lemak Pemanfaatan Lemak pada Pakan Ayam Broiler

Asam Amino Glisina dan Taurina :

Meningkatkan Biosintesis GaramEmpedu

Sumber Energi :

9.4 kkal g-1 atau 2.25 Energi Karbohidrat Sumber Asam Lemak Esensial :

Oleat, linoleat, dan linolenat

Masalah :

1. Pemanfaatan Lemak Terbatas

2. Deposit Lemak Abdomen Meningkat

Meningkatkan Absorbsi Lemak

Output :

1. Menurunkan Deposit Lemak Abdomen

2. Meningkatkan Penggunaan Minyak Sawit

Upaya Penyelesaian Masalah : Suplemantasi Asam Amino

Kerugian : 480 ton Limbah Lemak Abdomen Kerugian :

(25)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Lemak pada Nutrisi Unggas

Lemak merupakan senyawa yang tersusun dari asam lemak dan gliserol (Baião dan Lara 2005). Penggunaan lemak pada pakan unggas dapat menurunkan heat increment dan meningkatkan kecernaan nutrien (Kessler et al. 2009). Oleh karena itu, penggunaan lemak dapat meningkatkan efisiensi energi dan performa, serta dapat memberikan pengaruh “extra caloric”. Keuntungan lain penggunaan lemak pada pakan adalah meningkatkan palatabilitas, mengurangi debu dan kehilangan pakan, serta sebagai pelumas untuk alat di pabrik pakan. Sumber lemak yang sering digunakan pada pakan unggas adalah lemak sapi, lemak babi, minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak sawit (Firman et al. 2008). Unggas yang baru menetas memiliki keterbatasan fisiologis untuk mencerna dan menyerap lemak. Hal ini disebabkan karena sekresi garam empedu dan sintesis L-karnitin yang rendah (Krogdahl 1985; Arslan 2006). Oleh karena itu, kecernaan lemak pada ayam muda 6% lebih rendah dibandingkan ayam jantan dewasa (Freitas et al. 2005). Keterbatasan unggas muda dalam mencerna lemak menyebabkan kerugian ekonomi, karena penggunaan lemak pakan menjadi kurang efisien (Kessler et al. 2009).

Minyak sawit merupakan minyak yang paling banyak digunakan dalam industri pakan Indonesia. Minyak sawit diproduksi dari daging buah yang lunak dan biji buah sawit. Minyak sawit banyak mengandung asam lemak jenuh, jadi penggunaannya terbatas pada unggas muda (Leeson dan Summer 2005). Profil asam lemak minyak sawit terdiri dari 3.80% asam laurat (12:0), 2.12% asam miristat (14:0), 39.23% asam palmitat (16:0), 5.07% asam stearat (18:0), 38.21% asam oleat (18:1), dan 9.86% asam linoleat (18:2) (Pesti et al. 2002). Selanjutnya, kandungan energi metabolis minyak sawit ayam broiler muda sampai berumur tiga minggu adalah 7200 kkal kg-1, sedangkan pada umur diatas tiga minggu 8000 kkal kg-1. Nilai energi metabolis minyak sawit untuk ayam muda lebih rendah

dibandingkan yang lebih tua. Hal ini disebabkan karena kecernaan lemak ayam broiler muda lebih rendah dibandingkan yang lebih tua (Baião dan Lara 2005). Sebagai tambahan, Leeson dan Summer (2005) menyatakan bahwa energi metabolis lemak pada ayam broiler umur 1-7 hari hanya 88% dari energi metabolis pada umur 28 hari.

Peran Glisina dan Taurina dalam Biosintesis Garam Empedu

(26)
(27)

6

Peran Garam Empedu pada Proses Pencernaan dan Penyerapan Lemak

Kantung empedu merupakan tempat pemekatan dan penyimpanan empedu yang dibuat oleh hati sampai empedu dibutuhkan untuk mencerna lemak di usus halus. Empedu adalah cairan berwarna hijau kekuningan yang susunan utamanya adalah asam empedu dan garam empedu (Gropper et al. 2009). Volume sekresi empedu dipengaruhi oleh laju sirkulasi darah, status nutrisi unggas, tipe pakan yang diberikan dan efisiensi sirkulasi enterohepatik garam empedu (Marzooqi dan Leeson 1998). Hormon kolesistokinin bekerja menstimulasi kontraksi kantung empedu dan melepaskan empedu ke duodenum. Sebaliknya, somatostatin bekerja menghambat kontraksi kantung empedu (Gropper et al. 2009). Asam empedu dan garam empedu berfungsi untuk mengemulsi lemak di saluran pencernaan (Gropper et al. 2009; Cheeke dan Dierendfeld 2010).

Salah satu aspek fundamental dalam proses pencernaan lemak adalah proses melarutkan lemak pada media cair saluran pencernaan yang biasa disebut emulsifikasi. Proses pengemulsian lemak terjadi di dalam usus halus dengan bantuan garam empedu dan phospolipid sebagai pengemulsi. Garam empedu dapat mengemulsikan lemak karena memiliki kemampuan amphipathik, yang berarti bahwa garam empedu dapat larut pada media air dan lemak karena adanya variasi polaritas di dalam molekulnya (Cheeke dan Dierenfeld 2010). Pengemulsian lemak berfungsi memfasilitasi kerja dari lipase pankreas, untuk pembentukan misel. Misel merupakan senyawa yang tersusun atas asam lemak dan kolesterol pada bagian tengahnya, sedangkan bagian luarnya dikelilingi oleh garam empedu (Larbier dan Leclerq 1994). Peran garam empedu dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak disajikan pada Gambar 3.

Peran Lisina dan Metionina dalam Biosintesis L-karnitin

Lisina dan metionina merupakan dua asam amino yang paling esensial pada pakan yang berbasis jagung dan bungkil kedelai. Oleh karena itu, suplementasi Gambar 3 Peran garam empedu dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak

(28)

7 lisina dan metionina sintetik pada pakan ayam broiler biasa dilakukan industri pakan unggas untuk memenuhi kebutuhan asam amino tersebut dan menurunkan biaya pakan (Si et al. 2001). Lisina merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan unggas. Defisiensi lisina menyebabkan pertumbuhan terganggu, depigmenasi pada unggas dan penurunan hemoglobin dan hematokrit pada ayam broiler (Osti dan Pandey 2004). Selanjutnya, metionina juga merupakan asam amino bersulfur yang berperan dalam biosintesis protein dan anti bodi. Metionina merupakan pendonor gugus metil utama di dalam tubuh yang dibutuhkan untuk biosintesis senyawa penting seperti keratin, poliamin, epineprin, melatonin, kolin dan karnitin (Baker et al. 1996). Dua asam amino tersebut, yaitu lisina dan metionina merupakan prekursor L-karnitin yang berperan penting dalam metabolisme lemak dan energi (Arslan 2006). Oleh karena itu, penelitian pada manusia menunjukan bahwa konsumsi lisina dan metionina berkorelasi positif dengan kadar karnitin dalam darah (Kraj ovi ova-Kudlá ková et al. 2000).

Karnitin merupakan senyawa amina larut air ( -hydroxy -trimethylamino-butyrate) yang ditemukan pada jaringan manusia, binatang, tumbuhan, dan beberapa mikroorganisme dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Karnitin berfungsi seperti vitamin dalam proses katabolisme lemak dan penyediaan energi (Walter 2000). Pada manusia dengan pola makan normal, sekitar kebutuhan karnitin berasal dari makanan, sedangkan sisanya berasal dari biosintesis di dalam tubuh (Krähenbuhl 1996). Proses biosintesis karnitin melibatkan empat rantai karbon dari lisina, dan gugus metil dari metionina. Biosintesis karnitin diawali dengan proses metilasi asam amino lisina oleh S-adenosylmetionina (SAM). Metionina, magnesium, asam askorbat, besi, dan pyridoxal-5’-phospat (P5P) dan niasin berperan sebagai kofaktor untuk memperbaharui SAM dari homosisteina yang dibutuhkan dalam sintesis karnitin (Gregory dan Kelly 1998). Peran lisina dan metionina pada proses biosintesis L-karnitin disajikan pada Gambar 4.

(29)

8

Peran L-Karnitin dalam Metabolisme Lemak

L-karnitin memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, tetapi ada dua fungsi utama L-karnitin. Fungsi yang pertama adalah sebagai katalisator pembakaran asam lemak di mitokondria dan fungsi yang kedua adalah sebagai buffer terhadap kelebihan residu asil (Arslan 2006). L-karnitin pada proses -oksidasi digunakan sebagai sarana transportasi asam lemak rantai panjang untuk masuk ke membran dalam mitokondria. Proses -oksidasi diawali dengan masuknya asam lemak yang berasal dari makanan atau jaringan adiposa ke dalam sel melalui sirkulasi darah. Asam lemak kemudian dibawa ke sitosol dan ditransfer ke mitokondria. Transportasi asam lemak dari sitosol ke mitokondria diawali dengan aktivasi asam lemak pada membran luar mitokondria dengan bantuan enzim Acyl-CoA-Synthetase menjadi senyawa asil-KoA-lemak. Selanjutnya, asil-KoA-lemak akan mengikat L-karnitin menjadi asil-karnitin-lemak untuk ditransportasikan ke matrik mitokondria. Asil-karnitin-lemak kemudian dikonversi menjadi asil-KoA lemak dan melepaskan karnitin bebas. Asil-KoA lemak di matrik mitondria dirubah menjadi energi melalui B-oksidasi (Gropper et al. 2009).

L-karnitin juga berfungsi membantu menjaga rasio asetil-KoA/KoA bebas tetap optimal. Pembentukan energi dalam mitokondria dapat berlangsung normal jika KoA bebas di matrik mitokondria tersedia dalam jumlah cukup. Hal ini disebabkan karena KoA bebas dibutuhkan sebagai kofaktor pada banyak reaksi seluler. L-karnitin berfungsi menyimpan kelebihan residu asetil dengan membawa kelebihan asetil dari asetil-KoA, sehingga KoA bebas dapat digunakan pada reaksi selular yang lainnya. Berdasarkan fakta ini, maka L-karnitin berfungsi sebagai buffer asetil atau deposit intermediet dari kelompok asetil (Stevens 1996; Gibson dan Harris 2002; Gropper et al. 2009).

(30)

9

Lemak Abdomen pada Ayam Broiler

Lemak di dalam tubuh ayam broiler dapat berasal dari luar tubuh (makanan), dalam tubuh (sintesis di hati) dan tulang. Deposit lemak biasanya terjadi ketika keseimbangan energi positif atau kandungan nutrien pakan yang tidak seimbang (Haro 2005). Lemak biasanya disimpan pada lemak abdomen (termasuk lemak di sekitar gizard, proventrikulus, bursa fabrisius, kloaka, dan perbatasan dengan daging), lemak sartorial (lemak subkutikular di daerah kranial paha), lemak di daerah leher (lemak subkutikular daerah leher ventro-kaudal) dan lemak mesentrium (lemak yang menempel pada mesentrium saluran pencernaan). Lemak abdomen merupakan tempat utama untuk deposit lemak yang berhubungan erat dengan lemak karkas ayam broiler. Hal ini berdasarkan kenyataan dimana lemak tubuh terdiri dari 20% lemak abdomen, 18% lemak subkutan, 15% lemak tulang, serta 2.5% hati dan bulu (T mová dan Teimouri 2010). Berat relatif lemak abdomen biasanya sekitar 2 sampai 3% dari bobot badan ayam broiler (Leeson dan Summer 2005). Produksi lemak abdomen dapat diprediksi dengan menggunakan metode ultrasound dengan persamaan LA = -48.566 + 4.5265 (PLA) + 0.04240 BB. Dimana LA = lemak abdomen (g) ; PLA = permukaan lemak abdomen (mm2) dan BB = bobot badan ayam broiler (g). Persamaan tersebut memiliki nilai R2 = 0.74 dan r = 0.64 (Melo et al. 2003).

Deposit lemak abdomen dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, iklim pada suatu daerah dan terutama oleh faktor genetik dan pakan (Jones dan Farrell 1987). Secara genetik, diestimasikan peningkatan performa ayam broiler secara bersamaam meningkatkan berat lemak abdomen sekitar 0.39 g per tahun (Gaya et al. 2005). Deposit lemak abdomen juga sangat dipengaruhi pakan, khususnya jumlah lemak dan profil asam lemak pakan. Pakan yang mengandung lemak tinggi akan meningkatkan berat dan persentase lemak abdomen (Jones dan Farrell 1989; Pesti et al. 2002). Selanjutnya, penggunaan minyak tumbuhan yang kaya asam lemak tidak jenuh seperti minyak biji bunga matahari dilaporkan dapat menurunkan deposit lemak abdomen ayam broiler (Sanz et al. 2000; Crespo dan Esteve-Garcia 2001).

Biosintesis Lemak Abdomen

(31)

10

lemak tubuh yang dipengaruhi oleh pakan (Stevens 1996). Proses biosintesis lemak abdomen disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Proses biosintesis lemak abdomen

Unggas umumnya memiliki kemampuan biosintesis lemak yang tinggi dibandingkan hewan vertebrata lainnya. Berbeda dengan mamalia, kemampuan biosintesis lemak spesies unggas di hati lebih tinggi dibandingkan pada jaringan adipose. Kemampuan hati dalam biosintesis asam lemak 20 kali lipat kemampuan biosintesis asam lemak pada jaringan adiposa. Oleh karena itu, total lemak tubuh unggas pada umur 1 sampai 6 minggu menjadi dua kali lipat setiap 5.5 hari (Stevens 1996). Asam lemak dapat disintesis dari asetil KoA dari glukosa dan protein dengan bantuan enzim acetyl-CoA carboxylase dan fatty acid synthase. Proses biosintesis lemak disebut lipogenesis yang terjadi di hati dan jaringan adiposa. Lemak yang disintesis di hati kemudian dibebaskan ke darah dalam bentuk VLDL (Ji 2013). Kandungan trigliserida dalam VLDL endogenus dan eksogenus sangat tergantung pada status nutrisi unggas. Pada prinsipnya, VLDL berperan mentransportasikan trigliserida eksogenus dari saluran pencernaan dan trigliserida endogenus dari hati menuju sel adiposa (Stevens 1996). VLDL pada jaringan adiposa akan melepaskan trigliserida dengan bantuan enzim lipoprotein lipase (LPL). VLDL yang telah melepaskan trigliserida kemudian akan

Asam Amino Glukosa Gliserol Asam Lemak Kolesterol

V

Asam Amino Glukosa Portomikron

(32)

11 membentuk low density lipoprotein (LDL) yang bersama HDL berperan dalam proses metabolisme kolesterol (lihat Gambar 6). Trigliserida pada jaringan adiposa kemudian akan di deposit menjadi lemak tubuh seperti lemak abdomen (Gropper et al. 2009).

Unggas yang diberi pakan berbasis butiran yang rendah lemak, komposisi asam lemak yang disimpan dalam tubuh kebanyakan terdiri dari asam lemak jenuh (saturated), seperti asam palmitat (16:0) dan stearat (18:0) (Gurr 1992). Hal ini disebabkan karena asam lemak banyak disintesis dari karbohidrat, ditambah kemampuan unggas yang rendah sintesis asam lemak tidak jenuh (lihat Gambar 6). Selanjutnya, profil asam lemak pada pakan berhubungan dengan profil asam lemak pada lemak abdomen. Misalnya, ayam broiler yang diberi pakan mengandung minyak sawit akan meningkatkan konsentrasi asam lemak palmitat dan stearat pada lemak abdomen dibandingkan pakan yang mengandung biji dan minyak bunga matahari (Ortiz et al. 2006). Penambahan minyak pada pakan akan meningkatkan konsumsi lemak, sehingga menyebabkan penurunan laju sintesis de novo asam lemak. Hal ini disebabkan karena menurunnya aktifitas enzim ATP citrate lyase dan malate di hati untuk mengkatalisis produksi asetil KoA yang dibutuhkan dalam biosintesis asam lemak (Stevens 1996). Oleh karena itu, penambahan minyak pada pakan akan meningkatkan deposit lemak dari pakan dan menurunkan deposit lemak dari hasil biosintesis lemak di dalam tubuh.

Metode Menurunkan Deposit Lemak Abdomen

Ada tiga metode utama dalam menurunkan deposit lemak abdomen ayam broiler, yaitu melalui rekayasa genetik, manajemen pemeliharaan dan nutrisi dalam pakan. Secara genetik, ayam broiler modern memiliki pertumbuhan yang cepat dan konversi pakan yang rendah. Akan tetapi, peningkatan pertumbuhan menyebabkan peningkatan deposit lemak abdomen, kematian, dan gangguan metabolis. Oleh karena itu, industri pembibitan berusaha untuk menciptakan ayam broiler dengan karakteristik pertumbuhan cepat, tetapi rendah deposit lemak abdomen. T mová dan Teimouri (2010) melaporkan bahwa urutan strain ayam broiler dengan lemak abdomen terendah adalah Cobb 500 < Hubbard < Hybro=Ross 308 < Arbor Arces. Kesimpulannya adalah strain dengan deposit lemak abdomen terendah adalah Cobb 500 dan tertinggi adalah Arbor Arces.

Manajemen pemeliharaan ayam broiler juga berpengaruh terhadap deposit lemak abdomen khususnya sistem pemberian pakan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pembatasan pakan (Hakimi 1992; Jones dan Farrel 1987) dan skip day feeding (Nosrati et al. 2006) nyata menurunkan lemak abdomen ayam broiler. Hasil penelitian Hakimi (1992) menunjukan bahwa pembatasan pakan 90% dari konsumsi ad libitum secara nyata menurunkan lemak abdomen. Selanjutnya, penelitian Nosrati et al. (2006) menemukan bahwa skip feeding pada umur 18-28 hari dapat menurunkan deposit lemak abdomen. Faktor manajemen lainnya seperti cuaca, tipe kandang, tipe lantai, dan pencahayaan gagal untuk menurunkan lemak abdomen (Hakimi 1992).

(33)

12

suplementasi herbal. Kandungan energi dan protein pada pakan berpengaruh besar terhadap komposisi karkas, karena keduanya dibutuhkan untuk pertumbuhan (T mová dan Teimouri 2010). Oleh karena itu, keseimbangan nutrien pakan harus diperhatikan dengan menghitung rasio energi dan protein. Rasio energi dan protein yang tinggi akan menyebabkan energi banyak dideposit sebagai lemak, sedangkan apabila rasionya rendah akan menyebabkan kelebihan protein. Selanjutnya, Leeson dan Summer (2005) merekomendasikan rasio energi dan protein yang optimal untuk ayam broiler umur 35 sampai 49 hari adalah 178.4.

Jumlah lemak dan profil asam lemak dalam pakan berpengaruh terhadap deposit lemak abdomen. Wongsuthavas (2007) melaporkan bahwa pakan yang mengandung lemak 9% nyata meningkatkan lemak abdomen dibandingkan pakan yang mengandung lemak 3 dan 6%. Selanjutnya, Crespo dan Esteve-Garcia (2001) dan Poorghasemi et al. (2013) melaporkan bahwa penggunaan minyak biji bunga matahari dapat menurunkan lemak abdomen dibandingkan menggunakan lemak sapi dan minyak canola. Minyak biji bunga matahari kaya akan asam lemak tidak jenuh, sehingga penggunaan minyak biji bunga matahari akan meningkatkan asam lemak tidak jenuh pada pakan. Ayam broiler yang diberi pakan mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi dapat mengurunkan deposit lemak abdomen. Hal ini disebabkan karena ayam yang diberi pakan mengandung asam lemak tidak jenuh dapat menurunkan sintesis lemak di dalam tubuh dan meningkatkan oksidasi lemak menjadi energi (Sanz et al. 2000; Wongsuthavas 2007). Selanjutnya, Nosrati et al. (2006) dan Wongsuthavas (2007) merekomendasikan rasio asam lemak jenuh dengan asam lemak tidak jenuh yang direkomendasikan untuk menurunkan lemak abdomen adalah 1:5.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menurunkan deposit lemak abdomen ayam broiler dengan suplementasi tanaman herbal. Wardah et al. (2012) melaporkan bahwa suplementasi 5% tepung daun Phyllanthus buxifolius nyata menurunkan lemak abdomen, lemak intramuskuler, dan lemak daging. Hal ini disebabkan karena suplementasi Phyllanthus buxifolius menyebabkan peningkatan kandungan serat dalam pakan. Serat berfungsi menghambat penyerapan lemak di dalam saluran pencernaan dan mengurangi lipogenesis di dalam tubuh. Suplementasi bawang putih 4% juga dilaporkan dapat menurunkan lemak abdomen dengan cara menekan biosintesis trigliserida di hati (Shahriari et al. 2009). Ma lank dan Pisarski (2009) menambahkan suplementasi 2% Viola tricolor L., Mentha piperita L. dan Urtica dioica L. dapat menurunkan lemak abdomen dengan cara meningkatkan rasio asam lemak tidak jenuh dengan asam lemak jenuh, sehingga meningkatkan oksidasi lemak.

(34)

13

METODE

Bahan

Penelitian ini menggunakan 240 ekor ayam broiler strain Cobb dan 24 petak kandang. Bahan-bahan yang digunakan menyusun ransum basal penelitian seperti jagung, dedak padi, bungkil kedelai, minyak sawit, asam amino sintetik dan premix vitamin dan mineral. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis bahan kering, protein kasar dan lemak kasar (AOAC 1995). Complete Test Kit dan akuades untuk analisis asam urat, trigliserida dan kolesterol serum. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis L-karnitin daging seperti larutan standar L-karnitin, larutan Ba(OH)2 dan NaH2PO4.H2O.

Alat

Alat-alat yang digunakan selama pemeliharaan ayam broiler seperti tempat pakan, tempat minum dan alat timbang. Alat-alat yang digunakan untuk analisis bahan kering, protein kasar dan lemak kasar (AOAC 1995). Alat-alat yang digunakan untuk analisis asam urat, trigliserida dan kolesterol serum seperti spektrofotometer, mikropipet dan sentrifus. Alat-alat yang digunakan analisis koefisien kecernaan semu nutrien dan energi seperti kandang metabolis, oven, mortal dan blender. Kalorimeter tipe Parr 6200 Calorimeter untuk analisis kandungan energi bruto pakan perlakuan dan ekskreta. Alat-alat yang digunakan untuk analisis L-karnitin daging seperti High Performance Liquid Cromatography (HPLC)tipe Waters Alliance E2695, detektor UV-VIS 2489, labu ukur dan pipet. Alat-alat yang digunakan untuk analisis berat relatif karkas dan organ seperti pisau, gunting bedah dan nampan.

Waktu dan Lokasi Percobaan

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Pebruari 2013. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan di Laboratorium Lapang Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis profil darah dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja IPB. Analisis proksimat kandungan nutrien pakan, ekskreta, dan daging dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Analisis energi bruto dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB. Analisis L-karnitin daging dilakukan di Laboratorium Saraswanti Bogor. Analisis koefisien kecernaan semu nutrien dan energi, serta berat relatif karkas dan organ dilakukan di Laboratorium Nutrisi Unggas IPB.

Rancangan Percobaan

(35)

14

broiler. Jumlah asam amino yang disuplementasi berdasarkankan beberapa hasil penelitian sebelumnya (Alzawqari et al. 2010; Lee et al. 2004; Bouyeh dan Gevorgyan 2011). Kebaruan dari penelitian ini adalah adanya kombinasi suplementasi beberapa asam amino pada pakan basal yang mengandung minyak sawit 5%. Komposisi bahan pakan dan kandungan nutrien ransum basal disajikan pada Tabel 1. Ransum disusun sesuai atau melebihi standar kebutuhan nutrien ayam broiler pada buku Commercial Poultry Nutrition (CPN) (Leeson dan Summers 2005) dan NRC (1994). CPN digunakan sebagai standar kebutuhan nutrien karena dianggap lebih relevan dengan potensi genetik ayam broiler saat ini dibandingkan dengan standar kebutuhan nutrien NRC (1994).

Tabel 1 Susunan ransum basal untuk penelitian

Bahan Pakan (%) Starter (1-21) Finisher (21-42)

Jagung kuning 50.2 58

Dedak padi 6.17 3.5

Bungkil kedelai 35 30

Minyak sawit 5 5

DL-metionina 0.25 0.24

L-lisina 0.08 0.08

Garam 0.44 0.42

Dikalsium fosfat 1.58 1.6

Kapur 1.18 1.06

Premik Min-Vit 0.1 0.1

Kandungan Nutrien

Bahan kering (%) a 87.77 88.16

Protein kasar (%) a 21.03 19.36

Lemak kasar (%) a 7.49 10.66

Serat kasar (%) a 2.75 2.29

Abu (%) a 5.03 4.40

Energi bruto (kkal kg-1) b 4564.00 4429.00

Energi metabolis (kkal kg-1) c 3076.33 3155.50

Kalsium (%) c 0.93 0.90

Fosfor tersedia (%) c 0.47 0.41

Metionina (%) c 0.62 0.58

Lisina (%) c 1.34 1.18

Lisina tercerna (%) c 1.19 1.04

Metionina+sistin (%) c 0.96 0.89

Arginina (%) c 1.49 1.33

Glisina (%) d 0.93 0.83

Glisina+serina (%) d 2.02 1.81

Taurina (%) e 0.00 0.00

L-karnitin (mg kg-1) f 12.00 10.82

Setiap 1 kg ransum mengandung tembaga 16 mg, iodin 1.25 mg, besi 40 mg, mangan 120 mg, selenium 0.3 mg, zink 100 mg, vitamin A 12000 iU, vitamin D3 5000 iU, vitamin E 75 iU, vitamin K 3 mg, tiamina (B1) 3 mg, riboflavin (B2) 8 mg, asam pantotenat 15 mg, piridoksina (B6) 4 mg, biotina 0.15 mg, asam folat 2 mg, dan vitamin B12 0.016 mg.

(36)

15

Perlakuan Penelitian

Perlakuan penelitian ini terdiri dari :

R0 = Ransum basal (mengandung minyak sawit 5%) R1 = Ransum basal + 0.25% glisina

R2 = Ransum basal + 0.25% taurina

R3 = Ransum basal + 15% total lisina dan metionina ransum basal R4 = Ransum basal + 0.25% glisina + 0.25% taurina

R5= Ransum basal + 0.25% glisina + 0.25% taurina + 15% total lisina dan metionina ransum basal

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi :

1. Performa ayam broiler : konsumsi pakan, bobot badan (BB), pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan mortalitas.

2. Profil metabolit serum : asam urat, trigliserida dan kolesterol.

3. Karakteristik empedu : berat relatif empedu, berat organ empedu, serta berat, volume dan berat jenis cairan empedu.

4. Koefisien kecernaan semu : bahan kering, lemak kasar, protein kasar dan energi.

5. Komposisi daging : bahan kering, protein kasar, lemak kasar dan L-karnitin. 6. Karakteristik karkas dan organ pencernaan : berat relatif karkas, lemak

abdomen, hati dan pankreas.

Metode Percobaan

Tahap Persiapan Pemeliharaan

Kandang dan peralatannya disucihamakan menggunakan disinfektan. 240 ekor DOC ayam broiler ditempatkan pada 24 unit kandang berukuran 1 m2 secara acak. Tiap kandang berisi satu tempat pakan dan minum, serta lantai kandang dilapisi dengan sekam padi. Pada saat brooding, DOC diberi lampu bulb 60 watt yang berfungsi sebagai penerangan dan penghangat.

Tahap Pelaksanaan Pemeliharaan

Pemberian pakan dan air minum diberikan ad libitum sampai umur 42 hari. Jumlah pakan yang diberikan dan sisa pakan ditimbang setiap minggu untuk menentukan konsumsi pakan. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu untuk mengetahui bobot badan dan menghitung pertambahan bobot badan.

Pengambilan Sampel Serum

(37)

16

Pengambilan Sampel Ekskreta.

Sampel ekskreta digunakan untuk mengukur koefisien kecernaan semu nutrien dan energi ayam broiler. Sampel ekskreta diambil dari empat ekor ayam broiler setiap perlakuan (satu ekor setiap ulangan). Pengukuran koefisien kecernaan nutrien dilakukan ketika ayam broiler berumur 21 dan 42 hari. Pengukuran koefisien kecernaan nutrien dilakukan dengan menempatkan ayam broiler pada kandang metabolis. Ayam broiler kemudian dipuasakan makan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan di saluran pencernaan, kemudian diberi pakan selama 2 jam (08.00-10.00 WIB). Pengumpulan ekskreta dilakukan selama 24 jam setelah pemberian pakan. Setiap empat jam sekali ekskreta disemprot menggunakan larutan H2SO4 0.01% dan formalin 10%. Ekskreta hasil

koleksi total selama 24 jam kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven 50

oC sampai kering. Ekskreta yang telah kering kemudian ditimbang kembali dan

dihaluskan menggunakan blender dan mortal. Ekskreta kemudian dianalisis kandungan bahan kering, lemak kasar, protein kasar, dan energi bruto.

Pengukuran Berat Relatif Karkas dan Organ

Sampel berat relatif karkas dan organ diambil dari empat ekor ayam broiler dari setiap perlakuan. Pengukuran berat relatif karkas dilakukan pada saat ayam broiler berumur 21 dan 42 hari. Satu ekor ayam broiler dari masing-masing ulangan diambil secara acak kemudian disembelih menggunakan metode penyembelihan Kosher style. Ayam yang telah disembelih dicelupkan pada air dengan suhu 65 oC sampai 80 oC selama 5 sampai 30 detik, kemudian bulu ayam dicabut sampai bersih dan jeroan dikeluarkan. Berat relatif karkas dan organ kemudian dianalisis.

Pengambilan Sampel Daging

Sampel daging diambil dari empat ekor ayam broiler setiap perlakuan pada umur 21 dan 42 hari. Sampel daging yang digunakan berasal dari daging paha bagian atas. Sampel daging dihaluskan menggunakan meat blender sampai halus dan homogen. Sampel daging kemudian dianalisis bahan kering, lemak kasar, protein kasar dan L-karnitin. Sampel daging untuk analisis L-karnitin merupakan hasil komposit daging paha semua ulangan.

Pengambilan Sampel Empedu

Sampel empedu diambil dari empat ekor ayam broiler setiap perlakuan pada umur 21 dan 42 hari. Sampel empedu diambil dari jeroan ayam broiler yang telah dihitung berat relatif karkas dan organ. Empedu yang diperoleh kemudian diukur berat organ empedu, serta berat dan volume cairan empedu.

Prosedur Pengukuran Parameter

Data Performa

(38)

17

Bobot badan (g) diperoleh dari hasil penimbangan dilakukan setiap minggu. Pertambahan bobot badan harian (g) diperoleh dari hasil pengurangan berat

badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal. Konversi pakan diperoleh dari

hasil pembagian konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan selama periode penelitian. Mortalitas (ekor perlakuan-1) yaitu jumlah ayam yang mati

selama periode penelitian.

Data Karakteristik Empedu

Data karakteristik empedu diukur untuk mengetahui apakah suplementasi asam amino dapat meningkatkan produksi garam empedu yang berfungsi mengemulsi lemak pada pakan. Berat relatif empedu (% BB) diperoleh dari

hasil pembagian berat organ empedu dengan bobot hidup ayam broiler dikalikan 100%. Berat organ empedu (g) diperoleh dari hasil penimbangan berat organ

empedu. Volume (ml) dan berat (g) cairan empedu diperoleh dari pengukuran

volume dan berat cairan empedu menggunakan disposable syringes. Berat jenis cairan empedu merupakan hasil pembagian antara berat dan volume cairan

empedu.

Data Koefisien Kecernaan Semu Nutrien

Koefisien kecernaan semu nutrien merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung nutrien yang dicerna dan diserap oleh ayam broiler (pembahasan lebih dalam lihat halaman 38). Koefisien kecernaan semu nutrien dihitung untuk mengetahui apakah suplementasi glisina dan taurina dapat meningkatkan kecernaan lemak serta lisina dan metionina dapat meningkatkan metabolisme lemak. Pengukuran koefisien kecernaan semu nutrien dilakukan dengan mengukur kandungan bahan kering, lemak kasar dan protein kasar, serta energi bruto pada pakan dan ekskreta. Prosedur pengukuran kadar bahan kering, lemak kasar, dan protein kasar sesuai dengan prosedur AOAC (1995).

Kandungan energi dianalisis menggunakan bomb kalorimeter tipe Parr 6200 Calorimeter yang merupakan kalorimeter balistik. Analisis sampel energi diawali dengan menyiapkan cruicable yang telah dibersihkan dan diisi sampel seberat 0.5 g. Cruicable yang berisi sampel diletakkan pada bagian kepala bomb. Benang kalori yang telah terhubung dengan katoda dan anoda ditempelkan pada sampel. Kepala Bomb kemudian digabungkan dengan bomb bagian bawah sampai terpasang rapat. Bomb diberikan gas oksigen dengan menghubungkan pipa oksigen dengan bomb, tombol Fill pada panel kemudian ditekan dan ditunggu selama satu menit. Bomb yang telah diisi oksigen kemudian dimasukkan ditengah bucket kalorimeter. Anoda dan katoda dihubungkan dengan kepala bomb, kemudian jacket ditutup rapat. Tombol “Burn” ditekan dan ditunggu sekitar 7 menit sampai bomb dapat mengukur kandungan energi bruto sampel.

(39)

18

Data Profil Metabolit Serum

Pengukuran profil metabolit serum digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara penambahan asam amino terhadap profil metabolit serum. Profil metabolit serum berfungsi menguji apakah suplementasi asam amino dapat efisien digunakan oleh ayam broiler dengan mengukur asam urat serum. Pengukuran metabolit serum juga bertujuan untuk mengatahui pengaruh suplementasi asam amino terhadap kadar trigliserida dan kolestesterol serum ayam broiler yang diberi pakan mengandung minyak sawit 5%. Asam urat serum dianalisis sesuai prosedur analisis AKL 10101804028 Complete Test Kit menggunakan Metode Uricase-PAP. Trigliserida serum dianalisis sesuai prosedur analisis AKL 10101804027 Complete Test Kit menggunakan Metode GPO-PAP. Kolesterol serum dianalisis sesuai prosedur analisis INF 1001701 GB Complete Test Kit menggunakan Metode CHOD-PAP.

Data Berat Relatif Karkas dan Organ

Sebagian peneliti melaporkan bahwa suplementasi asam amino dapat meningkatkan berat relatif karkas dan jantung, dan menurunkan lemak abdomen. Berat relatif yang diamati pada penelitian ini meliputi berat relatif karkas, lemak abdomen, hati, pankreas dan empedu. Karkas yang dimaksud pada penelitian ini adalah adalah tubuh ayam tanpa bulu, kepala, leher, kaki dan jeroan. Rumus perhitungan menentukan karakteristik karkas adalah sebagai berikut :

!

" " #

Data Kandungan Nutrien dan L-karnitin Daging

Pengukuran kandungan nutrien daging dilakukan untuk mengetahui pengaruh suplementasi asam amino terhadap kandungan bahan kering, protein kasar, lemak kasar dan L-karnitin daging. Suplementasi asam amino diharapkan dapat menurunkan kadar lemak dan meningkatkan L-karnitin daging. Kandungan bahan kering, protein kasar dan lemak kasar dianalisis sesuai prosedur AOAC (1995). Kandungan L-karnitin daging dianalisis menggunakan metode HPLC, prosedur analisis dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam kecuali mortalitas. Apabila dari hasil analisis sidik ragam terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie 1994). Model matematis yang digunakan adalah :

Yij = + i + ij

Keterangan :

Yij = Respon suplementasi asam amino ke-i dan ulangan ke-j.

µ = Nilai tengah respon

τI = Pengaruh suplementasi asam amino ke-i.

εij = Galat percobaan dari suplementasi asam amino ke-i dan ulangan ke-j

i = Banyaknya perlakuan (6 perlakuan).

(40)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Suplementasi Asam Amino terhadap Performa

Protein merupakan komponen penting dalam pakan yang tersusun dari 22 jenis asam amino. Unggas menggunakan asam amino untuk bahan baku jaringan struktural dan jaringan pelindung seperti kulit, bulu, tulang, ligamen, termasuk organ dan otot (Osti dan Pandey 2004). Asam amino yang disuplementasi pada penelitian ini adalah glisina, taurina, lisina dan metionina. Suplementasi empat asam amino tersebut dilaporkan dapat meningkatkan performa ayam broiler dengan meningkatkan bobot badan serta menurunkan konversi pakan ayam broiler (Alzawqari et al. 2010; Lee et al. 2004; Bouyeh dan Gevorgyan 2011). Pengaruh suplementasi asam amino tersebut terhadap performa ayam broiler yang meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam dan uji jarak Duncan data performa ayam broiler dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 2 Pengaruh suplementasi asam amino terhadap performa ayam broiler

(41)

20

Asam Amino Esensial Asam Amino Esensial

Asam Urat Serum Meningkat Asam Urat Serum Meningkat

Konsumsi Pakan

Tabel 1 menunjukan bahwa konsumsi pakan ayam broiler umur 1-21 hari berkisar antara 1096.92 sampai 1160.35 g, kemudian berkisar dari 2979.53 sampai 3221.48 g pada umur 22-42. Secara keseluruhan, konsumsi pakan ayam broiler umur 1-42 hari yang tertinggi adalah R0 yaitu 4381.83 g dan terendah adalah R5 yaitu 4090.42 g. Suplementasi asam amino berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap konsumsi pakan ayam broiler pada semua periode pemeliharaan. Semua suplementasi asam amino nyata menurunkan konsumsi pakan ayam broiler pada periode starter dan finisher. Penurunan konsumsi pakan dapat disebabkan karena suplementasi asam amino menyebabkan kandungan asam amino pada pakan menjadi berlebihan dan tidak seimbang. Penurunan konsumsi pakan juga disebabkan karena suplementasi asam amino menyebabkan ayam broiler mengalami stres metabolis karena harus memetabolis kelebihan asam amino untuk diekskresikan dalam bentuk asam urat. Mekanisme suplementasi asam amino menyebabkan penurunan konsumsi pakan dan performa ayam broiler diilustrasikan pada Gambar 7. Pesti et al. (2005) juga menyatakan bahwa asam amino yang berlebih dan tidak seimbang akan menurunkan konsumsi pakan dan pertumbuhan. Selanjutnya, konsumsi pakan berkorelasi positif dengan bobot badan dan PBB. Oleh karena itu, penurunan konsumsi pakan menyebabkan penurunan bobot badan dan PBB ayam broiler.

Gambar 7 Mekanisme suplementasi asam amino menurunkan performa ayam broiler

Suplementasi glisina (R1) nyata menurunkan konsumsi pakan ayam broiler umur 1-21, 22-42, dan 1-42 hari. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukan bahwa suplementasi dan peningkatan level glisina pada pakan nyata menurunkan konsumsi pakan (Han et al. 1999; Sohail et al. 2003; Dahiya et al. 2005). Penurunan konsumsi pakan disebabkan karena peningkatan kandungan glisina menyebabkan asam amino non esensial pada pakan menjadi tidak seimbang, serta menyebabkan terjadinya enteritis nekrotik secara subklinis (Dahiya et al. 2005). Suplementasi glisina pada pakan basal cukup protein juga dianggap kurang efektif.

Asam Amino Nonesensial Pakan Basal dengan Asam Amino Cukup dan Seimbang

Asam Amino Pakan Berlebih dan Tidak Seimbang Suplementasi Asam Amino

Asam Amino Dideaminasi atau Transaminasi

Stres Metabolis Mortalitas Meningkat

Diekskresi dalam Bentuk Asam Urat

Suplementasi Asam Amino Tidak Efisien Digunakan

Eksresi Nitrogen Meningkat Asam Urat Serum Meningkat

(42)

21 Hal ini disebabkan karena kebutuhan glisina lebih rendah pada pakan cukup protein dibandingkan pakan rendah protein (Dean et al. 2006).

Suplementasi taurina (R2) nyata menurunkan konsumsi pakan ayam broiler pada semua periode pemeliharaan. Konsumsi pakan ayam broiler yang diberi pakan R2 paling rendah pada umur 1-42. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan suplementasi taurina sedikit menurunkan konsumsi pakan (Lee et al. 2004; Zeweil et al. 2011). Suplementasi taurina menurunkan konsumsi pakan dengan menekan pelepasan GABA ( -aminobutyrate) bergantung Ca pada korteks otak tikus, sehingga menekan stimulasi pada area hipotalamus untuk makan. GABA diketahui berperan mengatur nafsu makan dengan cara menghambat kerja neurotransmitter yang mengirim sinyal kenyang ke hipotalamus (Burdakov et al. 2003).

Suplementasi lisina dan metionina (R3) nyata menurunkan konsumsi pakan ayam broiler umur 1-21 dan 1-42 hari, tetapi tidak nyata pada umur 22-42 hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan suplementasi lisina dan metionina pada pakan menurunkan konsumsi pakan (Ojano-Dirain dan Waldroup 2002; Ukpabi et al. 2008 dan Ahmed dan Abbas 2011). Konsumsi pakan yang menurun disebabkan karena suplementasi lisina dan metionina menyebabkan asam amino pada pakan berlebih dan tidak seimbang. Kelebihan asam amino terjadi karena kebutuhan lisina pada suhu tinggi seperti pada penelitian ini (29-32 oC) lebih rendah dibandingkan ketika dipelihara di zona nyaman (Ojano-Dirain dan Waldroup 2002). Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi pakan pada suhu tinggi adalah dengan menurunkan rasio lisina:energi metabolis. Selanjutnya, asam amino lisina merupakan asam amino yang digunakan sebagai standar dalam konsep asam amino ideal. Suplementasi lisina tanpa mempertimbangkan konsep asam amino ideal akan merusak keseimbangan asam amino pada pakan. Onu et al. (2010) menambahkan bahwa asam amino esensial yang tidak seimbang pada pakan dapat menurunkan nilai biologi dari pakan dan menurunkan konsumsi pakan. Asam amino yang melebihi kebutuhan dan tidak seimbang akan dideaminasi dan diekskresi dalam bentuk asam urat dan amonia melalui ekskreta. Hal ini menyebabkan terjadinya polusi lingkungan dan biaya produksi yang tinggi (OstidanPandey 2004).

(43)

22

glisina juga paling rendah bila dibandingkan yang disuplementasi salah satu asam amino tersebut (McGill et al. 2012).

Pertambahan Bobot Badan (PBB) dan Bobot Badan

Suplementasi asam amino juga berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap PBB ayam broiler umur 1-21, 22-42, dan 1-42 hari. Suplementasi asam amino menyebabkan penurunan PBB ayam broiler umur 1-21 hari dari 3.32% sampai 8.96%, tetapi pada umur 22-42 menurun berkisar 1.08 sampai 7.98%. Penurunan PBBH pada periode finisher akibat suplementasi asam amino, tidak drastis seperti pada peride starter. Hal ini menunjukan bahwa pada periode finisher, ayam broiler lebih toleran terhadap kelebihan dan ketidak seimbangan asam amino pada pakan. Pesti et al. (2005) juga menyatakan unggas memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap asam amino berlebih dan tidak seimbang pada pakan. Unggas beradaptasi dengan cara mempercepat pemecahan kelebihan asam amino menjadi asam urat. Oleh karena itu, pada periode finisher ayam broiler dapat mengurangi pengaruh negatif asam amino pada pakan yang berlebih dan tidak seimbangan. Secara keseluruhan, suplementasi asam amino pada pakan ayam broiler pada umur 1-42 hari nyata menurunkan PBB sampai 7.81%. Penurunan PBB ayam broiler disebabkan karena menurunnya konsumsi pakan (lihat Gambar 7). PBB berkorelasi kuat dengan konsumsi pakan, korelasi konsumsi pakan dengan PBB pada penelitian ini adalah 0.82. Oleh karena itu, semakin tinggi konsumsi pakan maka semakin tinggi pula PBB ayam broiler. Namroud et al. (2010) juga menyatakan bahwa laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh konsumsi dan komposisi pakan, serta sedikit dipengaruhi oleh aktifitas hormon tiroid. Penurunan PBB juga disebabkan karena suplementasi asam amino menyebabkan penurunan koefisien kecernaan protein kasar, khususnya ketika ayam broiler umur 21 hari (lihat Tabel 6).

Data bobot badan ayam broiler menunjukan pola yang sama dengan data PBB, dimana suplementasi asam amino menyebabkan penurunan bobot badan ayam broiler. Rataan bobot badan ayam broiler umur 21 hari berkisar 763.66 sampai 833.98 g, kemudian berkisar 2317.13 sampai 2508.51 g pada umur 42 hari. Suplementasi asam amino sangat nyata (P<0.01) berpengaruh terhadap bobot badan ayam broiler umur 21 dan 42 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua ransum yang disuplementasi asam amino nyata menurunkan bobot badan ayam broiler umur 21 dan 42 hari. Perlakuan bobot badan tertinggi pada umur 21 dan 42 hari adalah R0, sedangkan bobot badan terendah pada umur 21 dan 42 hari masing-masing adalah R3 dan R2. Penurunan bobot badan disebabkan karena menurunnya konsumsi pakan karena asam amino pakan yang berlebihan dan tidak seimbang. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa asam amino yang berlebih dan tidak seimbang pada pakan menyebabkan penurunan bobot badan (Baker 2003; Dean et al. 2006; Powell et al. 2009).

(44)

23 glisina+serina : lisina, sehingga keseimbangan asam amino menjadi terganggu. Hasil penelitian terbaru merekomendasikan imbangan glisina+serina : lisina tercerna adalah 161% untuk pertumbuhan maksimal (Corzo 2012). Pakan basal starter dan finisher secara berurutan memiliki imbangan glisina+serina : lisina tercerna 170 dan 174%, sedangkan pada R1 191 dan 198%. Imbangan glisina+serina : lisina tercerna pada pakan basal lebih mendekati imbangan yang direkomendasikan Corzo (2012), sehingga PBB dan bobot badan R0 lebih tinggi dibandingkan R1. Suplementasi glisina juga menyebabkan asam amino pada pakan berlebihan, hasil penelitian Corzo et al. (2004) menemukan bahwa kebutuhan glisina pada pakan stater untuk bobot badan yang maksimal adalah 0.98%. Pakan basal starter penelitian mengandung glisina 0.93%, maka suplementasi glisina 0.25% kandungan glisina pada pakan menjadi 1.18%. Oleh karena itu, suplementasi glisina menyebabkan asam amino pada pakan menjadi tidak seimbang dan berlebihan.

Pentingnya glisina pada ayam broiler tumbuh masih menjadi perdebatan (Bae et al. 1999). Akan tetapi, beberapa hasil penelitian terbaru menunjukan bahwa sintesis glisina dalam tubuh tidak cukup untuk mendukung performa maksimum ayam broiler (Corzo et al. 2004; Dean et al. 2006; Powell et al. 2009). Glisina termasuk asam amino non esensial karena dapat disintesis dari serina dengan melepas atom -karbon, sehingga serina dapat menggantikan glisina pada pakan. Akan tetapi, Dean dan Scot (1965) menemukan bahwa kebutuhan glisina pada pakan bebas serina adalah 1.6%. Terdapat perbedaan mengenai estimasi kebutuhan glisina pada ayam broiler. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sumber protein dan konsentrasi asam amino lain yang terlibat dalam metabolisme glisina seperti serina dan treonina (Dean et al. 2006). Oleh karena itu, suplementasi glisina pada pakan yang cukup mengandung serina sedikit direspon pada unggas. Sebagai tambahan, respon suplementasi glisina juga dipengaruhi oleh kandungan protein kasar, fortifikasi asam amino, bahan baku pakan, serta umur dan jenis unggas (Dean et al. 2006; McGill et al. 2012).

PBB dan bobot badan ayam broiler umur 21 dan 42 hari nyata menurun dengan suplementasi taurina 0.25%. Bahkan, bobot badan ayam broiler umur 42 hari yang diberi pakan dengan suplementasi taurina paling rendah dibandingkan perlakuan lain. Hasil yang sama dilaporkan oleh Lee et al. (2004) dimana suplementasi taurina berjenjang dari 0.1 sampai 0.4% menurunkan bobot badan, meskipun tidak berbeda nyata. Hasil penelitian Tufft dan Jensen (1992) juga menunjukan bahwa suplementasi taurina berpengaruh kecil terhadap performa ayam broiler dan kalkun. Lee et al. (2004) menyatakan bahwa respon suplementasi taurina terhadap PBB dan bobot badan dipengaruhi oleh kandungan asam amino bersulfur, khususnya metionina. Suplementasi taurina memberikan respon positif pada performa pertumbuhan ketika diberikan pada pakan dengan level asam amino bersulfur yang rendah. Kandungan asam amino bersulfur pada pakan basal periode starter dan finisher sudah sesuai dengan rekomendasi Leeson danSummer (2005) yaitu 0.96 dan 0.89%. Selanjutnya, suplementasi taurina juga dapat menghemat kebutuhan asam amino bersulfur pada ayam broiler, sehingga suplementasi taurina menyebabkan kelebihan asam amino bersulfur pada pakan.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4 Peran lisina dan metionina dalam proses biosintesis L-karnitin  (Sumber : Scholte  2003)
Gambar 5   Peran L-karnitin pada proses metabolisme asam lemak (Sumber :
Gambar 6  Proses biosintesis lemak abdomen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedua gap penelitian tersebut menjadi dasar model konseptual dalam paper ini, yang bertujuan untuk mengembangkan model bagimana upaya peningkatan komitmen karyawan pada perbangkan

Gambaran pengetahuan ibu tentang penggunaan garam beryodium di RT 05 RW 03 Dukuh Sidowayah Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo didapatkan dari 43

Materi penelitian adalah daging burung puyuh yang telah mendapatkan perlakuan pemberian ransum yang ditambahkan dengan tepung siap pakai temulawak dan kunyit.. Ransum

artistik pada sebuah karya. Tekstur yang menjadi acuan adalah bagaimana penulis mengamati dan merasakan tekstur dari setiap objek seperti pada tekstur kulit kayu batu tekstur awan

Teknik editing data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin ulang hasil wawancara dengan informan yang merupakan data mentah berupa catatan peneliti yang

sebaliknya jika semakin rendah indeksnya, maka dominansi akan semakin menyebar pada lebih banyak jenis. Sumber:

Mata pelajaran PPKn di SMAN 1 Ciparay dijadikan mata pelajaran penggerak pendidikan karakter untuk mengokohkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hebat sesuai

7, KEPUTUSAN ATASAN PE]ABAT PENII.AI