Lampiran 1. Pertambahan tinggi rata-rata (cm) anakan R. mucronata
No. PU
Riap Tinggi Rata-rata (cm/4Bln) Tanaman Rhizophora mucronata Zonasi Arah
Rata-rata 3.4195 5.652325 6.688
Ket: PU = Petak Ukur
Lampiran 2. Pertambahan diameter batang rata-rata (mm) anakan R. mucronata No. PU Riap Diameter Rata-rata (mm/4Bln) Tanaman Rhizophora mucronata Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)
PU1 0.127 0.38 0.46
PU2 0.348 0.329 0.326
PU3 0.354 0.460 0.242
PU4 0.293 0.324 0.504
Rata-rata 0.28065 0.373625 0.383
Ket: PU = Petak Ukur
Lampiran 3. Pertambahan jumlah daun rata-rata(helai) anakan R.mucronata No. PU Jumlah daun Rata-rata (Helai) Tanaman Rhizophora mucronata
Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)
PU1 13.4 22.09 8.7
PU2 6.71 34.13 14.8
PU3 10.6 0.87 1.38
PU4 18.66 2.29 1.48
Rata-rata 12.3425 14.845 6.5926
Ket: PU = Petak Ukur
Lampiran 4. Pertambahan tebal daun rata-rata(mm) anakan R.mucronata No. PU Tebal daun Rata-rata Tanaman Rhizophora mucronata
Arah Laut(35ppt) Arah Tengah(32ppt) Arah Darat(30ppt)
PU1 0.015272 0.012167 0.007733
PU2 0.024866 0.0028 0.012
PU3 0.009467 0.005334 0.0144
PU4 0.008933 0.0192 0.023733
Rata-rata 0.0146345 0.00987525 0.0144665
36
Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas.
Sumber
N Pertumbuhan Tinggi Rata-Rata (cm)
Arah Laut 87 3,4195a
Arah Tengah 86 5,6523b
Arah Darat 91 7,7006b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Lampiran 6. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas
Sumber
N Pertumbuhan Diameter Rata-Rata (cm)
Arah Laut 87 0,2805a
Arah Tengah 86 0,3734a
Arah Darat 91 0,3830a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertamabahan jumlah daun tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas
Duncan
Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)
N Pertumbuhan Jumlah Daun Rata-Rata
Arah Laut 87 13,3425a
Arah Tengah 86 14,8450a
Arah Darat 91 6,5926a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
Lampiran 8. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan tebal daun tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas
Sumber
N Pertumbuhan Tebal Daun Rata-rata (mm)
Arah Laut(35ppt) 87 0,0146a
Arah Tengah(32ppt) 86 0,0098a
Arah Darat(30ppt) 91 0,0144a
DAFTAR PUSTAKA
Alwidakdo. A, A. Zikri dan K. Legowo. 2014. Studi Pertumbuhan Mangrove Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Limau Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945. Samarinda.
Arif.2007. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Bengen, D., G. 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolahan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.
Bengen, D., G. 2000. Sinopsis Ekosistem Mangrove, Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistika, 2009. Kecamatan Pangkalan Susu dalam Angka. Badan Pusat Statistika KSK Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.
Duke, N.C. 2006. Rhizopora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, R.annamalai, R. lamarckii (Indo-West Pacific stilt mangrove). Permanent Agriculture Resources2 (1) : 17-26.
Ghufran, M. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Gosalam, S., N. Juli dan Taufikurahman. 2000. Isolasi bakteri dari ekosistem mangrove yang mampu mendegadasi residu minyak bumi. D113-122. Prosiding Konperensi Nasional II Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Indonesia. Makasar.
Hardjowigeno, S. 1989. Metode Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Ed. 1 Cet. 3. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hutahaean, E., C. Kusmana dan H. R. Dewi. 1999. Studi kemampuan tumbuh Tanaman mangrove jenis Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza dan Avicenna marina pada berbagai tingkat salinitas. Jurnal Manajemen Hutan Tropik 5 (1):77-85.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan Bumi Aksara. Jakarta.
Kurniawan, H. 2013. Laju pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata pada berbagai intensitas naungan di desa concong dalam kabupaten Indragiri hilir provinsi riau (Skripsi). Pekanbaru: Program Sarjana Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universiras Riau.
Kusmana, C. 1995. Pengembangan sistem silvikultur hutan mangrove dan alternatifnya. Rimba Indonesia 30 (1): 35-41
Kusmana, C. 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Luqman, A, W. Kurniawan, I. Sagala. 2013. Analisis kerusakan mangrove akibat aktivitas penduduk di pesisir kota Cirebon. Antologi Geografi, (1) : 15-23.
Naamin, M. 1990. Penggunaan Lahan Mangrove untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan Kerugiannya. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove.Bandar Lampung.
Rochana. 2006. Ekosistem Mangrove dan Pengelolahannya di Indonesia. Diakses dari www.freewebs.com/irwanto/mangrove_kelola pdf.
Saputro, J. B. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Jakarta: Pusat survey Sumber Daya alam Laut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Spalding, M., Kainuma, M., and Collins L. 2010. World Atlas of Mangroves. Earthscan. London.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Suryanto. H, D. Ainim dan P. G. Handoko. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian Budidya Tiram Mutiara. Norma, Prosedur, Pedoman, Spesifikasi dan standar. Pusat Survey Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal.
Syahrial, 2011. Pengaruh Minyak Mentah Terhadap Pertumbuhan Dan Defoliasi Tanaman Mangrove Rhizophora apiculata di Kelurahan Pangkalan Sesai, Kota Dumai.
Ulumiyah, N., Setyaningsih, L, dan Sadjapradja, O. 2008. Pengaruh intensitas naungan dan dosis pupuk NPK komposisi media tanam terhadap pertumbuhan Rhizophora Stylos. Jurnal Nusa Sylva FK UNB. Vol 8 (1).
34
White. A. P, A. Pederson, L. T. Trai and L. D. Thuy. 1987. The Coastal Environmental Profile of Segara Tanaman. Cilacap (iclarm, 1989).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - September 2015 di Desa Pulau
Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara, yang merupakan lokasi rehabilitasi yang sudah masuk pada tahap tahun
pertama pemeliharaan. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dengan waktu
kegiatan yang diperlukan untuk penelitian adalah sebagai berikut: (a) Orientasi
lapangan, (b) Pengumpulan data, (c) Analisis data, dan (d) Penyusunan dan
penulisan.
Gambar 2 : Peta Lokasi Penelitian Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS untuk mengetahui
koordinat titik pengamatan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, meteran untuk
13
mengukur kadar salinitas, kaliper digital untuk mengukur diameter batang,
micrometer scrub digital untuk mengukur tebal daun, alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.
Bahan penelitian yang digunakan adalah tanaman mangrove jenis R.
mucronata hasil rehabilitasi yang berumur 2 tahun, bibit yang digunakan
sebanyak 300 batang dan tali plastik.
Prosedur Penelitian
1. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengetahui keadaan umum lokasi
penelitian serta obyek ataupun titik berat penelitian dan pembuatan petak ukur,
guna persiapan penelitian. Pembuatan petak ukur dilakukan Metode Sistematic
Sampling With Random Start yaitu Petak ukur pertama dibuat secara acak dan
petak ukur selanjutnya dibuat secara sistematik dengan intensitas sampling 10%
(P.70/Menhut-II/2008). Petak ukur dibuat dengan ukuran 5 x 5 m dengan jarak 3
meter antar petak ukur yang diletakkan pada 3 posisi tempat tumbuh yaitu arah
laut, bagian tengah, dan arah darat. Skema petak ukur dilapangan dapat dilihat
pada Gambar 3.
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada petak ukur yang dibuat di tiga lokasi
tempat tumbuh yang berbeda. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah & tebal daun, kondisi tanaman dan kadar salinitas air.
a. Pengukuran PertambahanTinggi
Pengukuran tinggi dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan,
pengamatan awal pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus.
Alat yang digunakan adalah penggaris dengan ketelitian 1 cm. pengukuran
tinggi dimulai dari ujung propagul dimana tunas tumbuh sampai ujung daun
terpanjang.
Gambar 4. Pengukuran tinggi pohon b. Pengukuran Pertambahan Diameter
Diameter batang diukur dengan menggunakan kalifer. Pengukuran diameter
dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan, pengamatan awal
pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus. Untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, pengukuran diameter batang
15
Gambar 5. Pengukuran diameter batang c. Tebal Daun
Tebal daun diukur dengan menggunakan micrometer scrub. Pengukuran tebal
daun dilakukan pada 300 batang bibit dengan 2 kali pengamatan, pengamatan
awal pada bulan April dan pengmatan akhir pada bulan Agustus. Untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih akurat pengukuran dilakukan pada 3
helai daun yang masih muda yaitu ketiga daun teratas yang telah mekar
sempurna dan kemudian dihitung rata-ratanya.
Gambar 6. Pengukuran tebal daun 10 cm Diameter Batang
Tebal Daun
d. Kondisi Tanaman
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kondisi tanaman adalah “sehat”
jika tanaman tumbuh segar batang lurus dan tajuk menutup, “kurang sehat”
jika tajuk tanaman menguning atau warna daun tidak normal serta batang
bengkok-bengko atau percabangan sangat rendah, dan “merana” jika tanaman
terserang hama/penyakit atau tumbuh tidak normal sehingga kalau dipelihara
kecil kemungkinan akan tumbuh dengan baik (P.70/Menhut-II/2008).
Pengamatan kondisi tanaman dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pda
bulan Agustus.
e. Kadar Salinitas air
Salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer. Salinitas air
dilakukan pada pengamatan awal di bulan April saat pasang di tiga lokasi
tumbuh yang berbeda yaitu arah laut, tengah, dan arah darat. Untuk
mendapatkan pengukuran yang lebih akurat, pengukuran kadar salinitas air
dilakukan sebanyak 4 kali. Pengukuran konsenterasi salinitas dilakukan pada
awal pengamatan yaitu pada bulan April.
3. Analisis Data
Hasil dari pengamatan tiap petak ukur dihitung untuk mengetahui
persentasi tumbuh tanaman dengan pengolahan data sebagai berikut :
a. Persentasi Tumbuh Tanaman
Persentasi tumbuh tanaman dihitung dengan cara membandingkan jumlah
tanaman yang ada pada suatu petak ukur dengan jumlah tanaman yang
seharusnya ada di dalam petak ukur bersangkutan. Data persen tumbuh
17
Agustus. Perhitungan persentasi tumbuh mengacu pada Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2008.
∑ ∑
Dimana :
T : Persen (%) tumbuh tanaman sehat
∑ : Jumlah tanaman sehat yang terdapat pada petak ukur ke i
∑ : Jumlah tanaman yang seharusnya ada pada petak ukur i
Penilaian keberhasilan penanaman diluar kawasan hutan dapat dinyatakan
berhasil jika persen tumbuh tanaman ≥ 80% kurang berhasil jika persen tumbuh
tanaman < 80%.
b. Metode analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis Rancangan Acak Lengkap
Non Faktorial (RAL) dengan 3 perlakuan konsentrasi salinitas berdasarkan tingkat
salinitas yang dimiliki setiap zonasi tempat tumbuh yaitu arah laut, arah tengah
dan arah darat. Model linear RAL non factorial yaitu.
Yij= μ + τi + εij
Keterangan : Yij=hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ= nilai rataan umum (mean)
τi= pengaruh faktor perlakuan ke-i
εij= pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
i= 1, 2, 3, 4, 5
Selanjutnya untuk mengetahui jenis perlakuan yang memberikan
pengaruh yang paling baik terhadap setiap parameter yang diamati maka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari pengamatan yang dilakukan kondisi lokasi penelitian dikelilingi
oleh aliran muara sungai yang menuju ke arah laut. Kemudian pada lokasi
penelitian terdapat vegetasi alami yang sudah tumbuh seperti Avicennia marina,
Sonneratia alba, Brugueara sp. dan Nypa fruticans yang tumbuh pada zonasi
tengah. Kondisi umum setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 7.
dan hasil pengukuran kadar salinitas pada lokasi penelitian dapat dilihat pada
Tabel 1.
a b
c d
Tabel 1. Hasil pengukuran kadar salinitas pada lokasi penelitian
Berdasarkan Tabel 1 kadar salinitas tertinggi dimiliki oleh zonasi arah laut
dengan nilai 35ppt. Kemudian diikuti oleh zonasi arah tengah yaitu 32ppt dan
kadar salinitas terendah dimiliki oleh zonasi darat. Penanaman yang dilakukan
pada bulan maret 2013 di lokasi penelitian dapat dinyatakan berhasil berdasarkan
P.70/Menhut-II/2008. Persentase hidup bibit R. mucronata disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase hidup tanaman Rhizophora mucronata
No. PU Persentase Hidup Tanaman Rhizophora mucronata
Arah Laut Arah Tengah Arah Darat
PU1 92% 88% 92%
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada arah laut persentase hidup tanaman
R. mucronata yang tertinggi dimiliki oleh petak ukur 2 sedangkan yang terendah
terdapat pada petak ukur 4. Pada arah tengah persentase hidup tanaman R.
mucronata yang tertinggi terdapat pada petak ukur 2 sedangkan yang terendah
terdapat pada petak ukur 4. Pada arah darat persentase hidup tanaman R.
mucronata yang terendah hanya terdapat pada petak ukur 2 sedangkan untuk
petak ukur lainnya memiliki nilai persentase hidup yang sama yaitu 92%. Total
21
arah darat dan yang terendah dimiliki oleh arah tengah. Persentase hidup tanaman
R. mucronata yang tinggi pada masing-masing zonasi tempat tumbuh
menunjukkan respon pertambahan tinggi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil
sidik ragam diperoleh F hitung > F tabel (lampiran 5), ini berarti kadar salinitas
pada setiap zonasi tempat tumbuh berpengaruh terhadap respon pertambahan
tinggi tanaman R. mucronata. Hasil uji lanjutan DMRT terhadap pertambahan
tinggi tanaman R. mucronata pada setiap zonasi tempat tumbuh disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji Duncan mengenai Respon pertambahan tinggi rata-rata tanaman R. mucronata pada setiap zonasi tempat tumbuh dengan taraf 5%
Zonasi Tempat Tumbuh (Kadar Salinitas)
N Pertumbuhan Tinggi Rata-Rata (cm)
Arah Laut 87 3,4195a
Arah Tengah 86 5,6523b
Arah Darat 91 7,7006b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan; N= jumlah tanaman dalam setiap zonasi
Pada Tabel 3 menunjukan bahwa pertambahan tinggi tanaman R.
mucronata pada zonasi arah laut berbeda dengan zonasi arah darat dan tengah
tempat tumbuh. Respon pertumbuhan tinggi yang paling baik yaitu pada zonasi
arah darat dengan kadar salinitas 30ppt. sedangkan yang terendah pada zonasi
arah laut dengan salinitas 35ppt. Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman R.
mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di zonasi tempat tumbuh dapat
Gambar 8. Pertambahan tinggi tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh
Berdasarkan Gambar 8 pada zonasi arah laut pertambahan tinggi tanaman
R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah terdapat
pada petak ukur 4. Kemudian pada zonasi tengah pertambahan tinggi tanaman R.
mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah pada petak ukur
1. Sedangkan pada arah darat pertambahan tinggi tanaman R. mucronata tertinggi
terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah pada petak ukur 4. Sidik ragam
yang dilakukan terhadap pertambahan diameter tanaman disajikan pada lampiran
6. Hasil yang diperoleh yaitu F hitung < F tabel ini berarti kadar salinitas pada
setiap zonasi tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
diameter tanaman R. mucronata. Hasil pengamatan pertambahan diameter
tanaman R. mucronata pada setiap petak ukur yang diletakkan di setiap zonasi
tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pertambahan diameter tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh
Berdasarkan Gambar 9 pada zonasi arah laut pertambahan diameter
tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 3 dan yang terendah
terdapat pada petak ukur 1. Kemudian pada zonasi tengah pertambahan diameter
23
pada petak ukur 4. Sedangkan pada arah darat pertambahan diameter tanaman R.
mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah pada petak ukur
3. Pertumbuhan tinggi dan dimeter suatu tanaman memiliki kolerasi dengan
pertumbuhan daun karena daun merupakan komponen penting bagi tanaman yang
berperan dalam proses fotosinetesis. Dari hasil sidik ragam diperoleh F hitung < F
tabel (lampiran 7), ini menunjukan kadar salinitas pada setiap zonasi tempat
tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman R.
mucronata. Hasil pengamatan pertambahan jumlah daun R. mucronata pada
setiap petak ukur yang diletakkan di setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat
pada Gambar 10.
daun tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang
terendah pada petak ukur 3. Sedangkan pada arah darat pertambahan jumlah daun
tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang terendah
pada petak ukur 3. Analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan tebal daun
tanaman R. mucronata disajikan pada lampiran 8. Hasil yang diperoleh yaitu F
hitung < F tabel, ini menunjukan kadar salinitas pada setiap zonasi tempat tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata. Hasil
pengamatan pertambahan tebal daun R. mucronata pada setiap petak ukur yang
diletakkan di setiap zonasi tempat tumbuh dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada setiap Petak Ukur di zonasi tempat tumbuh
Berdasarkan Gambar 11 pada zonasi arah laut pertumbuhan tebal daun
tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 2 dan yang terendah
terdapat pada petak ukur 4. Kemudian pada zonasi tengah pertumbuhan tebal daun
tanaman R. mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah
pada petak ukur 2. Sedangkan pada arah darat pertumbuhan tebal daun tanaman R.
mucronata tertinggi terdapat pada petak ukur 4 dan yang terendah pada petak ukur
25
Tabel 4. Persentase kondisi tanaman R. mucronata berdasarkan kriteria sehat, kurang sehat dan merana
Zona No. PU N %
Sehat Kurang Sehat Merana Arah Laut
Berdasarkan pada Tabel 7 rata-rata persentase tertinggi kondisi tanaman R.
mucronata yang sehat terdapat pada zonasi arah darat. Sedangkan yang terendah
pada zonasi arah laut. Kemudian untuk kondisi tanaman merana yang tertinggi
terdapat pada arah laut dan yang terendah terdapat pada arah darat.
Pembahasan
Secara umum kondisi lokasi penelitian pada tiga zonasi tempat tumbuh
tersebut dikeliling oleh muara sungai yang menuju ke laut akan tetapi dari ketiga
zonasi tersebut hanya zonasi arah darat dan laut yang memiliki posisi lebih dekat
dengan muara sungai. Kemudian pada ketiga zonasi tersebut zonasi arah laut dan
darat memiliki kondisi lahan yang relatif lebih terbuka dibandingkan dengan
kondisi arah tengah. Hal ini disebabkan karena adanya vegetasi alami yang sudah
tumbuh seperti Avicennia marina, Soneratia alba, Bruguiera sp. dan Nypa
terdapat perbedaan kadar salinitas pada ketiga zonasi tersebut (Tabel 1). Kadar
salinitas tertinggi dimiliki oleh zonasi arah laut sedangkan kadar salinitas terendah
dimiliki oleh zonasi arah darat
Persentase tumbuh tanaman R. mucronata pada tiga lokasi tempat tumbuh
yaitu arah laut, arah tengah dan arah darat dapat dilihat pada Tabel 2. Tingkat
keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan
hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan nomor:
P.70/Menhut-II/2008 dapat dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%.
Dari pengamatan yang dilakukan, zonasi arah darat memiliki persen tumbuh yang
paling tinggi ini disebabkan adanya pasokan air tawar yang berasal dari aliran air
sungai, sehingga tanaman R. mucronata yang ditanam mampu untuk hidup dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Gosalam (2000)
yang menyatakan bahwa tumbuhan mangrove tumbuh paling baik pada
lingkungan air tawar dan air laut dengan perbandingan seimbang.
Berdasarkan Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa kadar salinitas
yang dimiliki oleh setiap zonasi mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman R.
mucronata. Zonasi arah darat memiliki salinitas paling rendah dan pertambahan
tinggi tanaman yang paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan erat
antara salinitas dengan pertambahan tinggi tanaman R. mucronata. Jumiati (2008)
menyatakan salinitas air dan rembesan merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove
tumbuh subur didaerah estuaria dengan salinitas 10-30ppt. salinitas air yang
sangat tinggi yakni ketika salinitas air permukaan melebihi yang umum dilaut
27
dampak dari tekanan osmosis yang negative. Akibatnya tajuk mangrove menjadi
kerdil, dan kompisisinya menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 bulan, pertambahan tinggi
tanaman R. mucronata yang baik diperoleh pada zonasi- zonasi yang memiliki
kadar salinitas yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa R. mucronata bukan
merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam (salt demand) tetapi tumbuhan
yang toleran terhadap garam (salt tolerance). Aksornkoae(1993) dalam Eben
(1999) meneliti unsur-unsur mineral yang dibutuhkan tanaman mangrove untuk
pertumbuhan, dan disebutkan unsur mineral yang dibutuhkan terdiri dari unsur
hara makro yaitu N, P K, Ca dan Mg serta unsur mikro yang terdiri dari Zn, Mn,
dan Cu. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukan bahwa unsur Na dan Cl tidak
dibutuhkan untuk pertumbuhan R. mucronata.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam bahwa kadar salinitas pada setiap
zonasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang tanaman R.
mucronata. Sedangkan berdasarkan pengamatan selama rentang 4 bulan
menunjukan bahwa pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata berbeda-beda
pada setiap zonasi tumbuh. Pertambahan diameter batang yang paling tinggi
diperoleh pada zonasi tumbuh arah darat dengan nilai 0,38mm dan untuk yang
pertumbuhan diameter batang yang terendah diperoleh pada zonasi arah laut
dengan nilai 0,28mm. Perbedaan pertambahan diameter batang tidak jauh berbeda
antara zonasi tempat tumbuh yang satu dengan zonasi tempat tumbuh yang
lainnya ini disebabkan oleh ukuran bibit yang digunakan. Ukuran bibit memiliki
peran dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan yang nantinya
Pernyataan ini didukung oleh Kurniawan (2013) yang menyatakan bahwa ukuran
bibit berperan dalam ketersediaan karbohidrat atau cadangan makanan dalam
bibit, semakin besar ukuran dan umur bibit maka semakin bagus pertumbuhan
bibit.
Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang
dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi diuraikan oleh bakteri dan jamur menjadi
zat nutrisi yang dibutuhkan oleh hewan-hewan lain disekitar mangrove (Syahrizal,
2011). Jumlah daun menunjukan kemampuan suatu tanaman untuk melakukan
proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka tanaman dapat melakukan
fotosintesis dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
pertambahan jumlah daun yang paling tinggi berada pada zonasi tumbuh arah
tengah dan untuk pertumbuhan jumlah daun yang terendah berada pada zonasi
tumbuh arah darat. Sedangkan berdasarkan analisi sidik ragam kadar salinitas
pada setiap zonasi tempat tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan
jumlah daun. Hal ini menunjukan bahwa pertambahan jumlah daun tanaman R.
mucronata tidak hanya dipengaruhi oleh kadar salinitas yang dimiliki setiap
zonasi tempat tumbuh tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan lainnya seperti cahaya matahari. Pernyataan ini didukung oleh study
Heddy (1996) bahwa perilaku tertentu dalam pertumbuhan bisa dianggap sebagai
respon terhadap bermacam-macam rangsangan yang mempengaruhi tumbuhan.
Rangsangan itu bisa eksternal (lingkungan berupa daya tarik bumi,suhu,
kelembaban, dan cahaya) atau internal (genetik) sebagai akibat proses metabolik
atau proses untuk melanjutkan keturunan. Respon tumbuhan terhadap rangsangan
29
Tanaman R. mucronata yang tumbuh pada zonasi arah laut dan arah darat
memiliki pertumbuhan tebal daun yang paling tinggi dibandingkan dengan
tanaman R. mucronata pada zonasi arah tengah. Hal ini diduga berkaitan dengan
cahaya matahari. Secara umum kondisi zonasi tumbuh arah laut dan arah darat
lebih terbuka di bandingkan dengan zonasi tumbuh arah tengah. Sehingga
intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman R. mucronata pada zonasi arah
laut dan darat lebih tinggi dibandingkan dengan arah tengah. Ini menyababkan
pertumbuhan tebal daun tanaman R. mucronata pada zonasi arah laut dan darat
lebih tebal dibandingkan dengan arah tengah. Pernyataan ini didukung oleh
Ulumiyah dkk. (2008) bahwa intensitas cahaya yang tinggi membawa
perubahan-perubahan penting dalam morfologi pohon salah satunya yaitu daun akan menjadi
lebih tebal karena intensitas cahaya yang tinggi merangsang pertumbuhan
palisade.
Kondisi tanaman R. mucronata dapat dilihat dari persentase kriteria
tanaman sehat, kurang sehat dan merana (Tabel 4). Secara umum kondisi tanaman
R. mucronata tumbuh sehat. Hanya beberapa tanaman saja yang tumbuhnya
merana ini disebakan oleh adanya serangan hama seperti keong dan penyakit
terutama karena klorosis dan rontoknya daun. Rontoknya daun diduga pengaruh
dari limbah minyak yang berasal dari pengeboran minyak yang dilakukan oleh
pihak BUMN di Pulau Sembilan. Sehigga akar dan batang tanaman R. mucronata
banyak yang tertutupi oleh limbah minyak yang mengakibatkan kematian
meristem. Meristem sangat penting untuk petumbuhan tanaman, karena meristem
sangat penting dalam pembelahan sel. Gangguan terhadap meristem dapat
Tabel 5. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian di berbagai zonasi tempat tumbuh
Parameter Zonasi Salinitas
Tinggi Zonasi arah darat 30ppt
Diameter Zonasi arah darat 30ppt
Jumlah daun Zonasi arah tengah 32ppt
Tebal daun Zonasi arah laut 35ppt
Persen hidup Zonasi arah darat 30ppt
Kondisi tanaman sehat Zonasi arah darat 30ppt
Berdasarkan pengamatan parameter tinggi, diameter, jumlah daun, tebal
daun, persen hidup tanaman dan kondisi tanaman diatas dapat dilihat bahwa
tanaman R. mucronata dapat tumbuh baik pada zonasi yang memiliki kadar
salinitas 30ppt. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusmana (1983) dalam Eben
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman
diluar kawasan hutan yang mengacu pada peraturan Menteri Kehutanan
nomor: P.70/Menhut-II/2008 dinyatakan berhasil karena rata-rata persen tumbuh tanaman ≥80%.
2. Tanaman R. mucronata mampu tumbuh dengan baik pada zonasi arah darat
dengan kadar salinitas 30ppt.
Saran
Disarankan untuk diadakan pengkajian serupa dengan perhitungan jarak
tanam dan kandungan nutrisi (sifat kimia tanah) karena berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan mangrove serta agar didapatkan informasi yang lengkap
mengenai persentase hidup dan pertumbuhan tanaman R. mucronata yang
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove
Kata mangrove mempunyai dua arti pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
garam/salinitas dan kedua sebagai individu spesies (Supriharyono, 2000). Hutan
oleh masyarakat sering disebut pula dengan dengan hutan bakau atau hutan payau.
Namun menurut Rochana (2006) penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya
kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan
yang ada di mangrove.
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh didaerah
pasang surut (terutama di daerah laguna, muara sungai) yang dipengaruhi oleh
pasang surut yang ditumbuhi oleh komunitas tumbuhan bertoleransi terhadap
garam. Hutan mangrove sering disebut juga hutan pasang surut, hutan payau atau
hutan bakau. Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu
jenis tumbuhan yang menyususun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp.
(Kusmana, 1995).
Hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati
bagian zona tropika dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur yang
terbatasi oleh pasang surut. Halofil merupakan sebutan bagi makhluk yang tidak
dapat hidup dalam lingkungan bebas garam, khususnya yang berupa
tumbuhan-tumbuhan yang disebut halofita atau tumbuhan-tumbuhan-tumbuhan-tumbuhan yang memiliki
kemampuan adaptasi tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi
lingkungan yang demikian sehingga spesies tumbuhannya disebut tumbuhan
5
Sedangkan Saputro (2009) mengatakan bahwa, mangrove adalah
sekelompok tumbuhan, terutama golongan halofita yang terdiri dari beragam
jenis, dari ukuran tumbuhan yang berbeda-beda tetapi mempunyai persamaan
dalam hal adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat tumbuhnya dan
genangan pasang surut air laut yang mempengaruhinya. Pengertian tersebut
menunjukan adanya makna: (1) rezim botani yang menyangkut antara lain
taksonomi dan fisiologi tumbuhan, (2) rezim habitat yang antara menyangkut
struktur lingkungan, (3) rezim laut yang antara lain menyangkut kondisi pasang
surut seperti kelas tingginya atau lamanya genangan air laut.
Habitat dan Zonasi Mangrove
Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang
berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas,
temperatur, curah hujan dan pasang surut. Hal ini menyebabkan terjadinya
strukutur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai
dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan
lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari
satu daerah dengan daerah lainnya (Hutahaean dkk., 1999).
Hutan mangrove banyak ditemukan didaerah pantai-pantai dan teluk yang
dangkal, eustuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung dari tanjung dan selat.
Kusmana (2003) menyatakan mangrove hidup didaerah antara level pasang naik
tertinggi sampai level disekitar atau diatas permukaan laut rata-rata. Hampir 75%
tumbuhan mangrove hidup diantara 35o LU-35o LS, banyak terdapat dikawasan
Asia Tenggara, seperti Malaysia, Sumatera dan beberapa daerah Kalimantan yang
Bengen (1999) menyatakan karateristik habitat hutan mangrove yaitu:
a. Umumnya tumbuhan pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur,
berlempung atau berpasir
b. Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang
hanya tergenang pada saat pasang purnama
c. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
d. Terlindung dari gelombang besar dan arus surut yang kuat.
Terdapat beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran
vegetasi mangrove yaitu : (1) suhu yang relatif tinggi, (2) daerah terlindungan, (3)
arus yang kuat, (4) tipe substrat lumpur atau lunak, (5) paparan yang dangkal atau
landai, (6) salinitas atau kadar garam, dan (7) kisaran pasang surut yang tinggi.
Hardjowigeno (1989) menambahkan dari pengamatan kualitatif di lapangan
menyimpulkan bahwa terjadinya zonasi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
a. Sifat tanah terutama konsistensi tanah (keras atau lunak), tekstur tanah (liat,
pasir debu dan sebagainya)
b. Salinitas
c. Ketahanan jenis vegetasi terhadap arus dan ombak
d. Kondisi perkecambahan dan pertumbuhan semai.
Pada umumnya, vegetasinya yang tumbuh dkawasan mangrove
mempunyai varaiasi yang seragam yakni hanya terdari dari satu strata yang berupa
pohon-pohon yang berbatang lurus dengan tinggi pohon mencapai 20-30 meter.
Jika tumbuhan di daerah berpasir atau terumbu karang, tanaman akan tumbuh
7
kawasan mangrove dibedakan menjadi beberapa zonasi, yang disebut nama-nama
vegetasi yang mendominasi (Arif, 2007)
Pembagian zonasi menurut Arif (2007) juga dapat dilakukan berdasarkan
jenis yang mendominasi, dari arah laut ke daratan berturut-turut sebagai berikut :
a. Zona Avicennia terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada
zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi.
b. Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada
zona ini tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran
tanaman terendam selama terjadinya pasang surut air laut.
c. Zona Bruguiera, terletak di belakang zona Rhizophora. Pada zona ini tanah
berlumpur agak keras dan perakaran hanya terendam pasang dua kali sebulan
d. Zona Nipah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona in
sebenarnya tidak harus ada kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir dari
sungai ke laut.
Fungsi Hutan Mangrove
Hutan bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Kawasan pesisir dan laut
merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal
balik. Masing-masing elemen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang
saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya
(daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak
bahan-bahan pencemar. Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai
daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground),
dan mencari makanan (feding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai
ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain,
reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga
merupakan sumber plasma nutfah.
Secara biologis ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang
tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram
karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebuh produktif dari ekosistem perairan pantai
lainnya (White et al, 1987). Oleh karenanya, ekosistem hutan mangrove mampu
menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran
diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan
organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makan bagi banyak
biota perairan (Naamin, 1990).
Dari kawasan Hutan Mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat.
Pertama berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun berupa bahan keperluan
lainnya. Kedua berupa pembukaaan lahan mangrove untuk digunakan dalam
kegiatan produksi baik pangan maupun non pangan serta sarana/prasaran
penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem
mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air
laut dan lain-lain fungsi fisik.
Menurut Suryanto (2005) mengungkapkan beberapa keutamaan hutan
9
a. Penghasil kayu. Hutan mangrove dengan komposisi berbagai jenis pohon
dapat menghasilkan kayu untuk pertukangan dan industri lainnya.
b. Tempat pemijaan berbagi jenis ikan. Dengan adanya hutan mangrove di tepi
pantai, ikan kecil, kepiting dan udang sangat menyukainya untuk berlindung
karena gelombang di bawah tegakan hutan mangrove relative tenang.
Keberadaan biota tersebut juga didukung banyaknya plankton.
c. Menjaga kelestarian terumbu karang. Terumbu karang sangat berguna untuk
tempat berlindung beranekaragam binatang air serta memungkinkan
dikembangkan untuk tempat wisata alam.
d. Mencegah abrasi dan erosi pantai. Kebutuhan pantai dapat terjaga dan
menghindari penurunan luasan pantai secara drastis. Menurut informasi 50%
kekuatan gempasan gelombang dapat direndam oleh hutan mangrove.
Deskripsi Rhizophora mucronata
Klasifikasi tumbuhan bakau (Rhizophora mucronata) menurut Duke
(2006) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Mytales
Famili : Rhizoporaceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata Lamk.
Nama daerah Rhizophora mucronata adalah bakau, bakau gundul, bakau,
genjah dan bangko. Tanaman ini termasuk ke dalam family Rhizoporaceae dan
banyak ditemukan pada daerah berpasir serta daerah pasang surut air laut.
Tanaman bakau dapat tumbuh hingga ketinggian 35-40 m. Tanaman bakau
memiliki batang silindris, kulit luar berwarna coklat keabu-abuan sampai hitam,
pada bagian luar kulit terlihat retak-retak. Bentuk akar tanaman ini menyerupai
akar tunjang. Akar tunjang digunakan sebagai alata pernapasan karena memiliki
lentisel pada permukaannya. Akar tanaman tersebut tumbuh menggantung dari
batang atau cabang rendah dan dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oleh
oksigen tetapi tidak tembus air. Tanaman bakau memiliki daun melonjong,
berwarna hijau dan mengkilap dengan panjang gtangkai 17-35mm, tanaman ini
umumnya memiliki bunga berwarna kuning yang dikelilingi kelopak berwarna
kuning-kecoklatan sampai kemerahan. Proses penyerbukannya dibantu oleh
serangga dan terjadi pada April sampai dengan Oktober. Penyerbukan
menghasilkan buah berwarna hijau yang umumnya memiliki panjang 36-70 cm
dan diameter 2 cm (Kusmana, 2003).
Rhizophora mucronata Lamk. adalah salah satu jenis mangrove yang
digunakan untuk rehabilitasi kawasan mangrove di pantai barat maupun pantai
timur di Sulawesi Selatan. Salah satu alasan yang membuat jenis ini banyak
dipilih untuk rehabilitasi hutan mangrove karena buahnya yang mudah diperoleh,
mudah disemai serta dapat tumbuh pada daerah genangan pasang yang tinggi
11
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Pulau Sembilan merupakan nama suatu desa yang berada digugusan
pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat
Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat.
Pulau Sembilan secara administrasi terletaak di Kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat. Desa ini terletak sekitar 90 km dari Kota Medan. Adapun
Batas-batas Lokasinya sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Pulai Kampai
Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Pangkalan susu dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Aru
Berdasarkan data BPS (2009) bahwa Pulau Sembilan mempunyai luas 24
km2, dengan jumlah penduduk 2.159 jiwa dengan kepadatan penduduk 89,96
jiwa/km2, dengan rincian laki-laki berjumlah 1.701 jiwa dan perempuan 1.052
jiwa. Mata pencaharian masyarakat antara lain petani, nelayan, kerajinan tangan
dan pegawai negeri.
Masalah yang dihadapi Desa Pulau Sembilan adalah masalah pengeboran
minyak yang dilakukan oleh pihak BUMN di wilayah Pulau Sembilan dan
Berimbas kepada sumberdaya laut yang berkurang tahun-tahun terakhir. Masalah
lain yang dihadapi yaitu pembukaan lahan tambak di pulau Sembilan
menyebabkan harus dikonversinya lahan mangrove yang berimbas kepada
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas Hutan Mangrove Di Indonesia diperkirakan sekitar 20.9% dari total
mengrove dunia. Dari keseluruhan mangrove di dunia, Indonesia memiliki luasan
terluas (3.189 juta Ha), diikuti oleh Brazil (1.300 juta Ha), Australia (0,991 juta
Ha), dan Mexico (0,77 juta Ha) (Spalding dkk, 2010). Hutan mangrove sangat
mudah dikenali dan dibedakan dengan hutan lainnya, karena hutan ini membentuk
suatu formasi yang khas pada daerah garis pantai. Pada hutan mangrove di
dalamnya terdapat beberapa jenis flora yang merupakan bagian dari komunitas
ekosistem butan mangrove, antara lain adalah jenis Sonneratia sp, Briguera sp.
Ceriops sp, Aegiceras sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Rhizophora sp, dan
Avicennia sp.
Hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang terbentuk di
sepanjang pesisir dan terlindung pada delta-delta di muara-muara sungai.
Pembentukan hutan mangrove mengikuti pola sedimentasi bahan-bahan yang
terbawa arus sungai sepanjang pesisir (Wirakusumah dan Sutisna 1980). Menurut
Kusmana (2003), hutan mangrove dapat diartikan sebagai suatu tipe hutan yang
tumbuh didaerah pasang surut yang tergenang pada saat air pasang dan tidak
tergenang pada saaat air surut seperti laguna dan muara sungai dimana
tumbuhannya memiliki tolenransi yang tinggi terhadap kadar garam.
Hutan mangrove merupakan sumber daya alam yang memiliki beberapa
sifat kekhususan diantaranya karena letak hutan mangrove yang sangat spesifik,
2
mangrove merupakan sumberdaya alam yang dapat dipulihkan pendayagunaanya
sehingga memerlukan penanganan yang tepat terutama untuk mencegah
musnahnya sumberdaya alam tadi dan untuk menjamin kelestarian masa kini dan
masa yang akan datang. Hutan mangrove dan hutan pantai merupakan jalur hijau
daerah pantai yang mempunyai fungsi ekologis dan sosial ekonomi. Secara
ekonomi, hutan mangrove dan hutan pantai merupakan sumber hutan bukan kayu
bagi masyarakat setempat, sedangkan secara ekologis yakni manfaat jasa
lingkungan dan secara fisik berperan melindungi lahan pantai karena mampu
memecahkan energi kinetik gelombang air laut (Alwidakdo dkk., 2014)
Walaupun ekosistem hutan mangrove tergolong sumberdaya yang dapat
pulih, namun bila pengalihan fungsi atau konversi dilakukan secara besar-besaran
dan terus menerus tanpa mempertimbangkan kelestariannya, maka kemampuan
ekosistem tersebut untuk memulihkan dirinya tidak hanya terhambat tetapi juga
tidak berlangsung, karena beratnya tekanan akibat perubahan tersebut.
Kerusakana hutan mangrove berdampak besar baik secara ekologi, ekonomi,
maupun sosial (Ghufran, 2012).
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan, maka
fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah telah menurun atau rusak dimana
banyaknya kepentingan yang menyebabkan kawasan mangrove mengalami
perlakuan yang melibihi kemampuan untuk mengadakan permudaan, pengalihan
penggunaan lahan dari tanah timbul menjadi pemukiman. Selain itu, kurang
adanya usaha yang signifikan dalam melakukan rehabilitasi mangrove yang telah
Mengingat sangat pentingnya permasalahan tersebut di atas dan menyadari
bahwa sangat pentingnya fungsi hutan mangrove bagi kehidupan masyarakat dan
ekosistem global sehingga perlu adanya upaya rehabilitasi kawasan hutan mangrove.
Upaya rehabilitasi hutan mengrove tersebut dilaksanakan untuk mencapai
keseimbangan fungsi yaitu fungsi hutan mangrove sebagai zona ekonomi dan fungsi
lingkungan dimana hutan mangrove merupakan zona penyangga kehidupan di
wilayah pesisir. Dengan demikian upaya rehabilitasi hutan mangrove yang
dilaksanakan pada kawasan hutan maupun pada kawasan bukan hutan dapat berjalan
sesuai yang diinginkan, hal tersebut dapat didukung dengan melibatkan unsur
masyarakat sekitar kawasan pesisir dan instansi pemerintah terkait.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan tanaman
Rhizophora mucronata hasil dari kegiatan rehabilitasi hutan mangrove pada bulan
maret 2014 di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.
2. Mengkaji kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada zonasi
arah tumbuh dengan kadar salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi
hutan mangrove Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tingkat keberhasilan penanaman mangrove serta kemampuan tumbuh tanaman
Rhizophora mucronata yang nantinya dapat digunakan untuk kegiatan rehabilitasi
ABSTRACT
MUAMMAR SYAFWAN : Evaluation Growth Rhizophora mucronata Lamk. First Year at Mangrove Forest Rehabilitation in The Pulau Sembilan Village Langkat District Pangkalan Susu. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. In the rehabilitation of mangrove forests often found conditions at the site have salinity levels different. The purpose of this research to know the success of the first year maintenance and the ability to grow plants Rhizophora mucronata at different salinity conditions at mangrove rehabilitation area in village Pulau Sembilan, Pangkalan Susu. The research was done by making observation plots systematically sampling with random start. The distance between each plot was 3m and size of the plot was 5 m x 5 m. The plots were made at the growth orientations: sea, middle, and land. The results showed that the success rates based on the ratings success of the plant outside the forest area declared a success because the average percent growth of plant > 80%, and the plant Rhizophora mucronata able to grow well in land zone with salinity levels 30ppt
ABSTRAK
MUAMMAR SYAFWAN : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk tahun pertama pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan di seluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sering dijumpai kondisi lokasi yang memiliki kadar salinitas yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan dan kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada kondisi salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur pengamatan dengan metode systematic sampling with random start. Jarak setiap petak ukur 3 meter dan ukuran petak ukur 5 x5 m. Petak ukur dibuat pada setiap posisi arah tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah dan arah darat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan dinyatakan berhasil karena rata-rata
persen tumbuh tanaman ≥ 80%, dan tanaman R. mucronata mampu tumbuh
dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt.
Kata Kunci : Hutan Mangrove, Pertumbuhan, Salinitas, Rhizophora mucronata
EVALUASI PERTUMBUHAN Rhizophora mucronata Lamk
TAHUN PERTAMA PADA KEGIATAN REHABILITASI
HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN
KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
Oleh :
Muammar Syafwan Budidaya Hutan / 121201106
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. Tahun Pertama Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupten Langkat.
Nama : Muammar Syafwan NIM : 121201106
Minat : Budidaya Hutan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Mohammad Basyuni, S.Hut, M.Si, Ph.D Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRACT
MUAMMAR SYAFWAN : Evaluation Growth Rhizophora mucronata Lamk. First Year at Mangrove Forest Rehabilitation in The Pulau Sembilan Village Langkat District Pangkalan Susu. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI
The reduced area of mangrove forests due to various pressures required rehabilitation activities throughout the damaged area mangrove forests. In the rehabilitation of mangrove forests often found conditions at the site have salinity levels different. The purpose of this research to know the success of the first year maintenance and the ability to grow plants Rhizophora mucronata at different salinity conditions at mangrove rehabilitation area in village Pulau Sembilan, Pangkalan Susu. The research was done by making observation plots systematically sampling with random start. The distance between each plot was 3m and size of the plot was 5 m x 5 m. The plots were made at the growth orientations: sea, middle, and land. The results showed that the success rates based on the ratings success of the plant outside the forest area declared a success because the average percent growth of plant > 80%, and the plant Rhizophora mucronata able to grow well in land zone with salinity levels 30ppt
ABSTRAK
MUAMMAR SYAFWAN : Evaluasi Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk tahun pertama pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Di bawah bimbingan MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Menurunnya luasan hutan mangrove karena berbagai tekanan yang ada mengharuskan kegiatan rehabilitasi dilakukan di seluruh daerah hutan mangrove yang rusak. Dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sering dijumpai kondisi lokasi yang memiliki kadar salinitas yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan tahun pertama pemeliharaan dan kemampuan tumbuh tanaman Rhizophora mucronata pada kondisi salinitas yang berbeda di kawasan rehabilitasi hutan mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur pengamatan dengan metode systematic sampling with random start. Jarak setiap petak ukur 3 meter dan ukuran petak ukur 5 x5 m. Petak ukur dibuat pada setiap posisi arah tumbuh yaitu arah laut, bagian tengah dan arah darat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan tanaman berdasarkan penilaian keberhasilan tanaman diluar kawasan hutan dinyatakan berhasil karena rata-rata
persen tumbuh tanaman ≥ 80%, dan tanaman R. mucronata mampu tumbuh
dengan baik pada zonasi arah darat dengan kadar salinitas 30ppt.
Kata Kunci : Hutan Mangrove, Pertumbuhan, Salinitas, Rhizophora mucronata
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kota Medan Sumatera Utara pada tanggal 28 November
1993 dari pasangan bapak H. Karimun Mk. SPdI. dan Ibu Lasmi. Penulis
merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan formal di SD Al-Fitriah Medan dan lulus
pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Mts. Muallimin
Proyek UNIVA Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di MAN 2 Model Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada
tahun 2012 juga penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur
UMB-SPMB
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi
baik di dalam maupun di luar kampus yaitu: sebagai anggota Badan Kenaziran
Mushollah Kehutanan USU tahun 2012-2013, Anggota kreativitas Rain Forest
Community tahun 2011-2013,
Penulis melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Desa
Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada tahun 2014.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Tengah KPH Pekalongan Timur dari tanggal 4 Februari sampai 8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan
berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Akar Bibit Rhizophora mucronata Lamk.
Pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Pulau Sembilan Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat”. Dalam penyelesaian skripsi ini banyak
pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak H. Karimun Mk. SPdI. dan Ibu Lasmi, yang selalu
memberikan kasih sayangnya yang tak terbatas, dukungan moril serta materil
kepada penulis. Semua hal yang kedua orang tua penulis berikan merupakan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala hal yang
diberikan kepada penulis, tanpa kedua orang tua penulis skripsi ini tidak akan
pernah terselesaikan.
2. Bapak Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Lollie
Agustina P. Putri M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, serta memberikan kritik dan saran terhadap
penulisan skripsi ini.
3. Seluruh masyarakat Desa Pulau Sembilan khususnya Bapak Burhan selaku
Toko masyarakat, Bapak Munir dan Bapak Taufik yang telah banyak
membantu dalam melakukan kegiatan Rehabilitas Hutan Mangrove.
4. Rekan tim penelitian (Arif Syuhada, Taufik Ferdiman T., Fuad Khalil, Desya
dan kerjasama saat melakukan penelitian, serta teman-teman angkatan 2010 di
Program Studi Kehutanan, khususnya di Budidaya Hutan 2010.
5. Rekan – rekan seperjuangan Edra Septian, Warren C. Meliala, dan Eko
Marabinhak beserta seluruh anggota Rain Forest Community dalam
membantu kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove.
6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis
cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa
sepengetahuan penulis. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang
yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga kedepannya skripsi ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang kehutanan.
Medan, Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Habitat dan Zonasi Mangrove... ... 6
Fungsi Hutan Mangrove... ... 8
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 15
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Hasil Pengukuran Kadar Salinitas Pada Lokasi Penelitian ... 20 2. Persentase hidup Tanaman Rhizophora mucronata ... 20 3. Hasil uji Duncan mengenai respon pertambahan tinggi tanaman
R. mucronata ... 21
4. Persentase kondisi Tanaman ... 26 5. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian di berbagai
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Morfologi Rhizophora mucronata Lamk. ... 10
2. Peta Lokasi Penelitian ... 13
3. Skema petak ukur di lapangan ... 13
4. Pengukuran tinggi pohon... 14
5. Pengukuran diameter pohon ... 15
6. Pengukuran tebal daun ... 15
7. Kondisi umum setiap zonasi tempat tumbuh ... 19
8. Pertumbuhan tinggi tanaman R. mucronata ... 21
9. Pertumbuhan diameter tanaman R. mucronata ... 23
10. Pertumbuhan Jumlah daun tanaman R. mucronata ... 24
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Pertambahan tinggi rata-rata (cm) tanaman R. mucronata ... 36 2. Pertambahan diameter batang rata-rata (mm) tanaman R. mucronata ... 36 3. Pertambahan jumlah daun rata-rata(helai) tanaman R.mucronata ... 36 4. Pertumbuhan tebal daun rata-rata(mm) tanaman R.mucronata ... 36 5. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan tinggi
tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 6. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan pertambahan diameter
tanaman R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 7. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan jumlah daun tanaman
R. mucronata pada berbagai zonasi salinitas ... 37 8. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji Duncan tebal daun tanaman