PENGATURAN TEKNIS OPERASIONAL STONE
CRUSHER DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AGREGAT DI
SEKITAR MEDAN
(Studi Kasus )
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh :
BERLIN GIRSANG
05 0404 121
BIDANG STUDI GEOTEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh
ujian sarjana pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Judul Tugas Akhir ini adalah :
“PENGATURAN TEKNIS OPERASIONAL STONE CRUSHER DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AGREGAT DI SEKITAR MEDAN”.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, saya banyak mendapatkan
bantuan mulai dari perencanaan, penelitian sampai penyelesaian Tugas Akhir ini.
Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
rasa hormat yang tulus kepada :
1. Bapak Ir. Indra Jaya pandia, MT., sebagai pembimbing, atas saran,
bimbingan, dan kebijaksanaan yang diberikan terhadap hambatan-hambatan
yang saya alami.
2. Pera penguji, Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc., Bapak Ir. Joni
Harianto, Bapak Medis S. Surbakti, ST. MT., yang telah membantu dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ing. Ir. Johanes Tarigan, sebagai ketua jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
5. Teristimewa untuk orang tua tercinta, ibu dan ayah, terimakasih untuk semua
dukungan, doa, kasih, dan kesabaran kalian.
6. Rekan-rekan mahasiswa terkhusus stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu namanya. Terimakasih semuanya untuk setiap bantuan,
dukungan dan doanya.
Saya menyadari penulisan Tugas Akhir ini begitu sederhana terdapat kekurangan
baik dalam penelitian maupun penulisannya disebabkan terbatasnya pengetahuan,
pengalaman, dan referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis menerima segala saran
dan kritik guna penyempurnaannya.
Semoga Tugas Akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi, setidaknya bagi bidang Teknik Sipil.
Medan, September 2011
Penulis,
ABSTRAK
Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek., alam usaha pemenuhan kebutuhan akan agregat sebagai bahan
konstruksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada undersize 70% di dapat jumlah
produksi untuk ukuran MA lebih banyak dari undersize 75 %. Dan bahwa koefisien
efisiensi alat yang berbeda semakin kecil maka efisiensi alat semakin bagus karena
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..…..……..……….…… i
ABSTRAK …………..……….……….…………...… iii
DAFTAR ISI ….………..………..………… iv
DAFTAR GAMBAR ……….……..……….…..…….. viii
DAFTAR TABEL ………...……….………….. ix
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Umum ……….………..……….. 1
I.2.Latar Belakang ……….………..…….. 2
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ………... 3
I.4.Manfaat Penelitian ………...……… 3
I.5.Ruang Lingkup Penelitian ………...…………. 3
I.6. Metodologi………...………. 4
I.7.Sistematika Penulisan ………...……….………...…… 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Bentuk butir Agregat ………..……… 6
II.2. Stone Cusher Sebagai Penghasil Agregat Untuk Pekrjaaan Jalan ….. 9
II.2.1. Umum ………. 9
II.2.2.a. Jaw Crusher ………..……… 13
II.2.2.b . Cone Crusher ……….... 14
II.2.2.c. Gyratory Crusher ………... 15
II.2.2.d. Impact Crusher ………...……… 16
II.2.2.e. Roll Crusher ………...……… 18
II.2.2.f. Pemecah Batu Lain ………..……… 20
II.2.3. Alat Bantu Crusher ………....…… 20
II.2.3.a. Feeder ………..…...…… 20
II.2.3.b. Penyalur ……...………... 22
II.2.3.c. Saringan …….……….…… 22
II.2.3.d Dump Truck ……….. 24
II.2.3.e Wheel loader ………...……….... 24
II.2.3.f Generating Set …………..……….…….. 24
II.2.3.g Timbangan Jembatan ………...……….. 25
II.3. Kapasitas Stone Crusher ………... 25
II.3.1. Kapasitas Jaw Crusher ………... 25
II.3.2. Kapasitas Gyratory Crusher ………... 28
II.3.3. Kapasitas Cone Crusher …….……… 29
II.3.4. Kapasitas Hammermill ………... 30
II.3.5. Kaspasitas Roll Crusher ………. 30
II.3. Kriteria Pengaturan Stone Crusher ………... 31
II.5. Dimensi Stone Crusher ………...……… 36
II.6. Bentuk butir agregat ……….…….. 37
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISA DATA III.1. Lokasi Penelitian ………... 38
III.2. Pengambilan Data ………. 39
III.2.1. Data Primer ……… 39
III.2.2. Data Sekunder ……… 39
III.3. Spesifikasi Stone Crusher dan Alat Pendukungnya …….. 39
III.3.1. Stone Crusher ………. 39
III.3.2. Alat Pendukung Stone Crusher ……….. 40
III.4 Pelaksanaan Pekerjaan Stone Crusher ……… 49
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA IV.1. Data Kinerja Stone Crusher dan Alat Pendukungnya …... 51
IV.1.1. Data Stone Crusher ……… 51
IV.1.2 Data alat pendukungnya………...………. 49
IV.2 Analisa Data Stone Crusher dan AlatPendukungnya...… 51
IV.2.1. Analisis Data Stone Crusher dan Alat Pendukungnya pada PT. Karya Murni ………..……… 53
IV.2.1.a Analisa Data Stone Crusher………. 53
IV.2.2. Analisis Data Stone Crusher dan Alat Pendukungnya pada PT. Adhi Karya ………. 60
IV.2.2.a Analisa Data Stone Crusher………... 61
IV.2.2.b Analisa Data alat pendukung Stone Crusher.. 64
IV.3 Analisa Harga Dasar Satuan Bahan………. 68
IV.3.1 PT.Adhi Karya……….. 68
IV.3.1a Analisa Harga Dasar Satuan Batu Kali……... 68
IV.3.1.b Analisa Harga Dasar Satuan Material……… 69
IV.3.2 PT.Karya Murni……… 70
IV.3.2 a Analisa Harga Dasar Satuan Batu Kali ……. 70
IV.3.1.b Analisa Harga Dasar Satuan Material……… 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan……….…….… 72
V.1.1 Hasil Analisa Produksi Stone Crusher…72
V.1.2 Hasil Analisa Efisiensi Alat Pendukung Stone Crusher ………... 73
V.2. Saran ………74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tipikal bentuk butir kubikal, lonjong, dan pipih ……… 6
2.2 Tipikal skema unit produksi agregat ……… 11
2.3 Jaw Crusher ………... 13
2.4 Cone Crusher ………. 14
2.5 Gyratory Crusher ………16
2.6 Impact Crusher ………..17
2.7 Roll crusher ………19
2.8 Skema roll crusher ……….19
2.9 Tipikal pemasok (feeders) alat pemecah batu ……….……….. 22
2.10 Tipikal saringan pemecah batu ………..……...… 23
2.11 Proses Pemecahan Batu ……….…………....36
3.1 Peta lokasi Stone Crusher ……….……….…………. 38
DAFTAR TABEL
2.1 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam) ……….... 27
2.2 Kapasitas Jaw crusher Type Singel Toggle ….………... 27
2.3 Kapasitas Jaw crusher Type Granulator ……..………... 28
2.4 Kapasitas Gyratory crusher (ton/jam) ………. 29
2.5 Kapasitas Cone Crusher ……….. 30
2.6 Kapasitas hammmermill crusher (ton/jam) ……….……… 31
2.7 Kapasitas roll crusher (ton/jam) ……….. 32
2.8 Job efficiency ……….. 33
2.9 ratio of reduction ……… 34
2.10 Grid chart out put crusher ………..………... 35
3.1 Undersize Percentage pada Jaw Crusher ……. ……….. 40
3.2. Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb) …..……….. 42
3.3 Waktu siklus standar (standard cycle time) Backhoe (detik) – (TS) .. 43
3.4 Faktor Konversi (Conversion Factor) – (Fv) ……….. 43
3.5 Efisiensi kerja (job efficiency) – (Fa) ………. 44
3.6 Kecepatan rata-rata maksimum Dump Truck ……….…… 44
3.7 Kecepatan rata-rata maksimum Dump Truck ……….……… 44
3.8 Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb) ………..……….... 45
3.9 Kondisi Penumpahan ……….………….. 45
3.10 Penumpahaan ……….……… 46
3.11 Waktu Siklus standar V-loading wheel loader ………....…………... 46
3.13 Waktu Siklus standar Cross Loading Wheel Loader ………... 47
3.14 Waktu Siklus standar Cross Loading Track Loader ……….……… 47
3.15 Kecepatan Laju Wheel Loader (VF,VR) ……….. 49
3.16 Faktor efisiensi kerja (Fa) ………. 49
4.1 Data Stone Crusher ………. 51
4.2 Data Excavator Backhoe ………. 51
4.3 Data Wheel loader ……….……….…. 52
4.4 Data Dump Truck ……….…………...…… 52
4.5 Data Generating Set ……….……… 53
4.6 Asumsi Harga Dasar Satuan Bahan ………….……….………68
5.1 Produksi Stone Crusher dengan settingan 65 mm (2 1/2”) ... 72
ABSTRAK
Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek., alam usaha pemenuhan kebutuhan akan agregat sebagai bahan
konstruksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada undersize 70% di dapat jumlah
produksi untuk ukuran MA lebih banyak dari undersize 75 %. Dan bahwa koefisien
efisiensi alat yang berbeda semakin kecil maka efisiensi alat semakin bagus karena
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Di dalam proyek jalan raya, baik itu proyek pembangunan jalan maupun
peningkatan jalan tidak terlepas dari tinjauan aspek alat-alat berat (Heavy
Equipment). Alat berat ini hubungannya sangat erat sekali atau tidak terpisahkan
dengan proses penyusunan program proyek, pelaksanaan fisik proyek, dan
pengendalian proyek.
Dalam proses penyusunan program proyek, akan terdapat hal-hal pokok yang
berhubungan dengan alat berat. Yang berhubungan dengan alat berat yaitu: volume
pekerjaan, jumlah alat berat yang dipergunakan dan lama waktu yang diperlukan
untuk pekerjaan tersebut. Tentunya di dalam proyek hal-hal tersebut di harapkan
tidak meleset dari perkiraan. Hal ini bisa terjadi bila didukung dengan analisa yang
cermat dari kapasitas alat berat.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan proyek, perlu diadakan analisa
lebih lanjut. Dengan adanya analisa yang baik di harapkan peralatan yang
dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna menangani proyek tersebut. Evaluasi
dapat di kembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut pada
tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya
untuk aktivitas pengangkutan raw material dari quarry dibawa menuju Crushing
Plant, pekerjaan pelebaran jalan, pekerjaan overlay hot-mix, semua pekerjaan ini
Didalam hubungannya dengan pengendalian/pengawasan proyek, perlu
adanya monitoring terus menerus dalam rangka mencapai target kemajuan pekerjaan
sehingga bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan proyek dalam suatu saat dapat
dideteksi lebih awal dan memberikan suatu analisa rinci dan teknis.
I.2 Latar Belakang
Pada proyek konstruksi, agregat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan,
misalnya untuk bangunan seperti gedung dan jembatan, selain itu juga digunakan
dalam pembuatan jalan.
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir
70% - 80 % lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas
agregat kasar (kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan
menggunakan bahan pengisi atau filler Agregat kasar yang digunakan pada
umumnya berasal dari batuan sungai dan batu gunung hasil ledakan (blasting) yang
ukurannya tidak beraturan lebih besar dari 5mm. Hal ini membuat perlu dilakukan
pengolahan terhadap batuan tersebut untuk mendapatkan gradasi dan bentuk butir
yang diinginkan. Guna mendapatkan batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang
diharapkan, maka diperlukan alat pemecah batu (stone crusher).
Didalam memproduksi agregat stone crusher bekerja secara berulang
ulang.Artinya batuan yang masih berukuran lebih besar dari 5mm akan di pecah
kembali sampai di dapat batuan yang diinginkan.
Selain memecahkan batuan, stone crusher juga berfungsi untuk memisahkan
batuan hasil pemecahan dengan menggunakan saringan.Hasil dari pemecahan yang
telah dipisah–pisahkan oleh suatu saringan dinyatakan dalam persen (%). Dengan
kerja alat pemecah batu yang telah diuraikan tersebut menyatakan bahwa pentingnya
mengelola suatu manajemen alat pemecah batu, selain mengetahui peralatan
pelengkapan apa saja yang digunakan untuk proses produksi agregat juga
mengetahui kombinasi peralatan agar diperoleh biaya operasional yang ekonomis.
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan yang ingin dicapai pada tulisan ini adalah mengatur
penggunaan stone crusher sesuai dengan kebutuhan agregat yang menyangkut dalam
hal teknis operasionil sehingga dapat diperoleh waktu dan jumlahproduksi yang lebih
optimal,sehubungan dengan banyaknya kebutuhan material dalam infrastruktur jalan.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang
Stone Crusher serta alat pendukungnya dan pengaturan produksinya,sehingga sesuai
dengan kebutuhan agregat yang dibutuhkan dan pengoperasional yang lebih optimal
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
Studi ini mempunyai ruang lingkup dan batasan masalah sebagai
berikut:
a) Meninjau operasional Stone Crusher untuk mendapatkan fraksi agregat
CA,MA dan FA dengan setting 65 mm
b) Pemilihan quarry yang berada didaerah si biru-biru dengan alasan memenuhi
c) Pemisahan material meliputi ukuran agregat yang lolos saringan Stone
Crusher,yaitu 19–25( mm )=CA ; 6 - 19 (mm)=MA ; dan 0 – 6(mm)= FA
I.7. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam studi ini,didalam
penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan
dilakukan meliputi, latar belakang, maksud dan tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
metodologi dan sistematika penulisan.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian berbagai literatur serta hasil studi
yang relevan dengan pembahasan ini. Dalam hal ini diuraikan
hal-hal mengenai stone crusher dan alat pendukungnya dalam
menghasilkan agregat.
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian yang
menjadi kasus dan bagaimana cara mendapatkan data di
lapangan serta data yang ada yang sesuai dengan penelitian.
Bab IV DATA DAN ANALISA DATA
Berisikan pembahasan mengenai data-data yang
diperoleh dari hasil survey di daerah stone crusher yaitu di PT.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan
yang telah di peroleh dari pembahasan pada bab sebelumnya
dan saran mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Bentuk butir agregat
Agregat memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular),
sepertiyang diilustrasikan pada gambar 12. Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi
workabilitas campuran perkerasan selama penghamparan, yaitu dalam hal energy pemadatan
yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur perkerasan selama
umur pelayanannya.Bentuk partikel agregat yang bersudut memberikan ikatan antara agregat
(agregatinterlocking) yang baik yang dapat menahan perpindahan (displacement) agregat
yang mungkin terjadi.
Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat yangmemiliki lebih
dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik. Dalam
campuran beraspal, penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat saja tidak akan
menghasilkan campuran beraspal yang baik. Kombinasi penggunaan kedua bentuk partikel
agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada struktur perkerasan dan
workabilitas yang baik dari campuran tersebut.
Berdasarkan pengolahannya agregat dapat dibedakan atas agregat siap
pakai dan agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai.
Agregat siap pakai adalah agregat yang dapat dipergunakan sebagai material
perkerasan jalan dengan bentuk dan ukuran sebagaimana diperoleh di lokasi asalnya,
atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi
dan degradasi. Agregat siap pakai sering disebut sebagai agregat alam. Bentuk
partikel agregat alam ditentukan berdasarkan proses yang dialaminya. Aliran air
menyebabkan erosi pada agregat, sehingga partikel agregatnya cenderung bulat-bulat
dengan tekstur permukaan licin. Proses degradasi agregat di bukit-bukit akan
membentuk agregat bersudut dan kasar. Dua bentuk dan ukuran agregat alam yang
sering dipergunakan sebagai material perkerasan jalan yaitu kerikil dan pasir.
Agregat yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dipakai adalah agregat
yang diperoleh di bukit-bukit, di gunung-gunung, ataupun di sungai-sungai. Agregat
di bukit dan di gunung umumnya ditemui dalam bentuk massif, sehingga perlu
dilakukan pemecahan dahulu supaya dapat diangkat ke tempat mesin pemecah batu
(stone crusher). Sungai-sungai yang membawa agregat di musim hujan, umumnya
membawa agregat berukuran besar sehingga tidak memenuhi persyaratan ukuran
yang ditentukan. Guna dapat dipergunakan sebagai material perkerasan jalan, agregat
ini harus diolah dahulu secara manual dengan mempergunakan tenaga manusia, atau
melalui proses mekanis dengan mesin pemecah batu. Agregat yang berasal dari
gunung, bukit, atau sungai yang perlu melalui proses pengolahan terlebih dahulu di
mesin pemecah batu, umumnya lebih baik sebagai material perkerasan jalan, karena
mempunyai bidang pecahan bertekstur kasar dan ukuran agregat sesuai yang
Di samping itu terdapat pula agregat yang merupakan hasil olahan pabrik
seperti semen dan kapur, atau limbah industri seperti abu terbang.
Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Batasan dari masing-masing agregat ini
sering kali berbeda, sesuai institusi yang menentukannya.
The Asphalt Institute(MS-2) dan Depkimpraswil dalam Spesifikasi Baru
Campuran Panas, 2002 membedakan agregat menjadi :
• Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No.8 (=2,36 mm)
• Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran butir lebih halus dari saringan
No.8 (=2,36 mm)
• Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang lolos saringan
No.30 (=0,60 mm)
Bina Marga(Buku3 Second Nine) membedakan agregat menjadi :
• Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari saringan
No.4 (=4,75 mm)
• Agregat halus, adalah agregat dengan ukuran lebih halus dari saringan No.4
(=4,75 mm)
• Bahan pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
II.2. Stone Crusher Sebagai Penghasil Agregat Untuk Pekerjaan Jalan II.2.1. Umum
Efesiensi dan efektivitas produksi agregat untuk campuran beraspal
ditentukan oleh pengaturan dan pengawasan yang dilakukan pada unit stone crusher.
Sebelum masuk ke unit stone crusher bahan baku batuan harus sudah memenuhi
persyaratan kekerasan dan keawetan. Demikian juga setelah keluar dari unit
produksi, harus memenuhi persyaratan sifat fisik yang ditentukan dalam spesifikasi.
Jika bahan baku batuan tersebut mengandung tanah atau kotoran organik lainnya,
maka harus dilakukan penanganan khusus terlebih dahulu untuk menghilangkan
kotorannya. Sering dijumpai bahan baku batuan yang mengandung lempung masuk
ke unit pemecah batu. Akibatnya kotoran dan tanah lempung tersebut bersatu dengan
agregat hasil pemecahan. Secara visual fraksi abu batu akan terlihat menggumpal dan
jika dimasukkan ke air akan terlihat kotor (air menjadi keruh). Dengan mengacu pada
spesifikasi mengenai batas kandungan lempung maka agregat hasil produksi tersebut
harus ditolak bila dipakai sebagai agregat untuk campuran beraspal. Pemakaian
agregat yang kotor akan memberi pengaruh yang negatif pada kinerja campuran
beraspal nantinya, salah satunya adalah campuran beraspal mudah mengalami retak
akibat dari rendahnya ikatan antar agregat dengan aspal. Untuk membersihkan bahan
baku batuan tersebut dapat digunakan beberapa cara, antara lain dengan pemisahan
(scalping), pengerikan (scrubbing) atau dengan pencucian (dewatering).
Pemisahan (scalping) dilakukan untuk memisahkan batuan yang kecil dan
besar.Hal ini dilakukan untuk efesiensi alat dan dapat mengurangi masuknya
lempung ke unit pemecah batu. Dengan penggunaan scalping, kapasitas produksi alat
dilakukan dalam suatu alat pencuci yang prinsip kerjanya adalah melepaskan kotoran
dan lempung yang menempel pada pasir dan kerikil dengan cara menyemprotkan air
dan mengaduk-aduk. Setelah terlepas kemudian dilakukan penyaringan untuk
memisahkan lempung tersebut dari pasir dan kerikil. Pencucian (cleaning) dilakukan
dengan cara penyaringan basah. Saringan digetarkan dengan frekuensi yang tinggi.
Saringan terbuat dari bahan dengan tahanan gesek yang rendah seperti dari bahan
plastik atau karet, sehingga pasir dan kerikil dapat bergerak lebih bebas.
Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan
pemecahannya, yaitu pemecah primer, sekunder, tersier dan seterusnya. Pemecah
primer langsung menerima bahan baku dari kuari dan kemudian memperkecil ukuran
bahan baku tersebut dengan cara dipecahkan. Hasil dari pemecah primer masuk ke
pemecah sekunder dan demikian seterusnya sampai diperoleh ukuran butir yang
disyaratkan. Pada umumnya jenis pemecah batu yang digunakan untuk tiap urutan
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pemecah primer : digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau
hammer mill
b) Pemecah sekunder : digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau
hammer mill
c) Pemecah tersier : digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball
mill.
Tipikal skema unit produksi agregat diperlihatkan pada Gambar 13. Bahan
baku batuan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan batuan berukuran kecil
dengan yang berukuran besar. Batuan yang berukuran besar selanjutnya masuk ke
pemecah batu dan mengurangi kotoran dan lempung yang masuk ke unit pemecah
batu.
Gambar 2.2 Tipikal skema unit produksi agregat
II.2.2 Jenis-jenis Stone Crusher
Dalam pekerjaan konstruksi, baik itu konstruksi perkerasan jalan,
pembuatan beton, bendungan diperlukan syarat-syarat khusus untuk gradasi
butiran-butiran pengisinya.Dalam memenuhi gradasi yang sesuai untuk kebutuhan pekerjaan
Untuk mendapatkan butiran yang juga disebut agregat diperlukan
pemecahan-pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan gradsi yang minimal
mendekati gradsi yang diinginkan, maka dipergunakan apa yang disebut Stone
Crusher. Stone crusher ini kadang-kadang dioperasikan menyerupai sebuah pabrik
atau disebut Crushing plant.
Pada pekerajaan crushing ini, biasanya diperlukan beberapa kali
pengerjaan pemecahan, tahap-tahap pekerjaan itu beserta jenis crusher yang
dipergunakan antara lain:
1. Pemecahan tahap pertama oleh jenis primary crusher
2. Pemecahan tahap kedua oleh jenis secondary crusher
3. Pemecahan tahap ketiga oleh jenis tertiary crusher
Untuk pemecahan-pemecahan pertama biasanya dipergunakan :
Jaw crusher (pemecah tipe rahang)
Gyratory crusher (pemecah giratori)
Impact crusher (pemecah tipe pukulan)
Untuk pemecahan kedua (secondary), dipergunakan :
Cone crusher (pemecah tipe konus)
Roll crusher (pemecah tipe silinder)
Hammer mill ( pemecah tipe pukulan)
Sedangkan untuk pemecahan lanjutan, dipergunakan :
Roll crusher (pemecah tipe silinder)
Rod mill (pemecah tipe batang)
II.2.2.a. Jaw Crusher
Sebagai primary crusher banyak digunakan jaw crusher, pemecah batu ini
dimaksudkan untuk mengurangi besar butiran pada tingkat pertama, untuk kemudian
dipecah lebih lanjut oleh crusher lainnya. Pengisian dengan batu-batu yang terlampau
kecil dalam pemecahan oleh jaw crusher, selain tidak ekonomis juga akan
memberikan keausan pada jaw bagian bawah. Batu yang cocok untuk dipecahkan
oleh jaw crusher berukuran 0.8 kali ukuran feed opening, hal ini berlaku untuk
batuan yang tidak terlalu keras.
Gambar 2.3 Jaw Crusher
Cara bekerjanya adalah sebagai berikut: Batu yang akan dipecahkan
dimasukkan lewat feed opening (F), bagian moveble jaw (yang bergerak ke depan
dan ke belakang dan turun naik), akibat excentric shaft yang digerakkan oleh fly
yang telah hancur, keluar melewati discharge opening (S). discharge opening ini bias
diatur dengan menyetel setting sedemikian rupa oleh suatu baut penyetel adjustment.
Ukuran dari crusher ditentukan oleh jaw dan lebar feed opening (1), sebagai
contoh jika lebar feed opening 24’’ dan lebar jaw 36’’, maka dikatakan bahwa
ukuran 24’’x 36’’. Ukuran batu yang dapat dipecah oleh crusher jenis ini tergantung
kepada ukuran feed opening, tanpa menyebabkan meloncatnya batu keluar pada
waktu dipecahkan, tentu saja hal ini juga tergantung kepada kekerasan batu yang
dipecahkan.
II.2.2.b. Cone Crusher
Mesin jenis konus ini sama dengan jenis gyratory di atas kecuali mempunyai
konus yang lebih pendek, bukaan yang lebih kecil, berputar lebih cepat (dari 430 rpm
sampai 580 rpm), dan menghasilkan agregat dengan ukuran yang lebih seragam
(lihat Gambar II-3).
Gambar 2.4 Cone Crusher
Pemecah batu jenis konus digunakan secara luas sebagai mesin pemecah
pemecah batu primer. Pemecah jenis konus merupakan mesin serba guna untuk pasir
dan kerikil serta material yang memiliki ukuran butir (sebelum dipecah) 20 cm - 25
cm, yang tidak memerlukan lagi pemecah primer. Untuk batu hasil ledakan, pemecah
jenis konus berfungsi sebagai pemecah lanjutan dan/atau pemecah akhir setelah
pemecah primer.
Jenis pemecah batu konus yang standar dapat memecah batu dengan rasio
pemecahan 6 - 8 : 1, mengurangi ukuran material menjadi minimum kurang dari 20
mm. Sementara jenis konus halus dapat mengurangi material menjadi kurang dari 6
mm dengan rasio pemecahan 4 - 6 : 1.
II.2.2.c. Gyratory Crusher
Crusher ini masih jenis primary juga secondary. Bagian crusher
pemecah berbentuk conis, karenanya juga kadang-kadang disebut cone crusher. Cone
ini dipasang pada sumbu excentric yang berdiri tegak, sehingga apabila cone ini
berputar akan memberikan gerakan kisaran. Bagian crusher yang lain berbentuk bowl
merupakan crusher plate cekung yang berdiri vertical. Ketika bekerja, cone berputar
excentric (membuat kisaran) sehingga celah antara cone dan bagian bowl akan
melebar dan menyempit pada setiap putaran, pelebaran dan penyempitan inilah yang
dipakai untuk memecahkan batu.
Kalau melihat cara pemecahan batunya, maka gyratory crusher
hamper sam dengan jaw crusher, perbedaannya terletak kepada cara pemberian
tekana, untuk gyratory crusher tekanan diberiakan dari arah samping. Jika crusher ini
akan dipergunakan sebagai secondary crusher maka terlebih dahulu harus diadakan
di uni pe a m s ( s di y diharapkan.
uniform, in
permukaan
adjustment
mempunyai g
II.2.2
suatu palu b
(gradasinya)
secara meka
dipakai dala
yang dikenal
1. Impa
2. Ham
n. Hasil pem
ini karena b
n cekung (co
t sedemikian
ai gradasi. sep
.2.2.d. Impact C Sering ki
besi besar,
a), juga mung
Suatu car
kanis adalah d
lam pemecah
nal yaitu :
pact breaker
mmer mill
mecahan cru
bentuk leng
(concave). Se
ian rupa seh
seperti yang dih
Gam
act Crusher kita melihat p
r, tetapi cara
ngkin produks
cara yang pri
dengan mem
ahan tingkat p
rusher ini ra
ngkung dari
Setting dapat
sehingga has
diharapkan. (li
mbar 2.5 Gyra
t pemecahan b
a ini tidak te
ksinya sangat
rinsipnya sam
makai “impac
t pertama (pr
rata-rata berb
i cone dan
at dilakukan
asil-hasil pe
. (lihat gambar 2
yratory Crushe
batu secara
terkontrol dit
at kecil.
sama dengan c
act crusher”. I
primary crush
erbentuk kubu
bowl yang
n dengan me
ekerjaan pe
ar 2.5
her
a manual den
ditinjau dari
cara pukula
. Impact crush
sher), disini a
bus dan aga
ng mempuny
menyetel bau
pemecah bat
engan memak
i pemechanny
lan tadi, tetap
sher juga biasa
Kedua jenis tadi prinsipnya sama, perbedaannya terletak pada jumlah rotor
dan ukurannya, impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan ukurannya
lebih besar dari hammer mill.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
Rotor yang dilengkapi oleh tiga buah row atau lebih yang ujung – ujungnya
terbuat dari baja keras, berputar dengan kecepatan tinggi, kedalaman feed opening
dimasukkan batu, batu – batu ini terpukul oleh row yang berputar tadi dalam ruang
pemecahan (crusher chamber), dinding dari crusher chamber ini dibuat dari plat –
plat baja. Dinding ini juga disebut breaker plate. Batu – btu yang terpukul oleh row
tadi terbanting oleh breaker plate, pecahan – pecahan nya kembali dan dipukul oleh
untuk kedua kalinya. Proses ini berlangsung dengan dan hasil pemecahan keluar dari
discharge opening. (lihat gambar II-5)
Suatu hal yang perlu diperhatikan , adalah bahwa row- row tadi mudah aus,
walau bagaimanapun kerasnya baja yang digunakan. Umur row- row tadi menurut
pengalaman berkisar antara 100-200 jam kerja (1). Tetapi untuk jenis reversibek
impactor, jika salah satu bidang telah aus, maka putarannya dibalik hingga bidang
row yang lainnya bias dipergunakan.
II.2.2.e Roll Crusher (pemecahan tipe silinder)
Setelah melampaui beberapa kali pemecahan, maka untuk pemecahan tahap
akhir, jika ternyata belum didapatkan gradasi yang diinginkan untuk keperluan
konstruksi. Untuk pemecahan tahap akhir ini digunakan roll crusher. Ada beberapa
macam roll crusher, jika ditinjau dari jumlah rollnya (1), yaitu : single roll, double
roll dan triple roll.
Ketiga jenis roll crusher ini masing – masing memberikan keuntungan
tersendiri, dalam tenaga tekanan yang diberikan oleh roll yang saling berdekatan itu.
Permukaan roll ini dilapisi oleh baja keras, ada yang licin (plain) ada juga yang
beralur (corrugated). Roll ini berputar sendiri – sendiri, yang digerakkan oleh belt.
Masing – masing roll dilengkapi oleh pegas untuk keamanan bila ada benda keras
seperti besi yang tidak dapat dipecahkan.
Untuk penggunaan – penggunaan khusus dipakai single roll, sesuai dengan
namanya single hanya mempunyai satu buah roll yang berbentuk silinder yang
porosnya dipasang horizontal. Roll ini berputar diatas sebuah pelat yang dapat diatur,
dan berfungsi sebagai pelayan roll dalam memecahkan batu. Crusher jenis ini
Twin atau triple roll dipakai untuk mendapatkan agregat dengan diameter
dibawah ¼”. Twin roll mempunyai dua buah roll yangb dipasang horizontal, masing
– masing berputar berlawanan arah. Ukuran twin roll crusher ditentukan oleh dua
[image:31.612.197.489.182.355.2]dimensi yaitu : diameter dan panjang dari roll. (lihat gambar II-6)
Gambar 2.7 Roll crusher
Maksimum diameter batu yang dapat dihancurkan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (1) :
F = 0.085 R + S
F = ukuran terbesar batu (inchi)
R = jari – jari roll (inchi)
S = Setting (inchi)
[image:31.612.143.534.531.670.2]Untuk mengatur setting, maka salah satu roll itu dapat diatur (adjustable)
maju atau mundur.
II.2.2.f Pemecah Batu Lain
Pemecah batu lainnya, yang sering dijumpai dalam pekrjaannya itu rod mill
dan ball mill. Tipe ini termasuk kedalam impact crusher, tetapi dimaksudkan untuk
mendapatkan material yang lebih halus. Jenis lain adalah centrifugal Crusher yang
dipergunakan untuk menghasilkan gradasi batu hingga kurang dari 1” yang
berbentuk pipih hingga bidang enam, cocok untuk aspal beton atau lapisan hot mix.
II.2.3. Alat Bantu Crusher
Untuk mendapatkan material dan efesiensi yang sesempurna mungkin, maka
diperlukan alat pembantu atau pelengkap pada unit crusher. Alat pelengkap ini
dimaksudkan untuk mengatur dan mempercepat proses produksi material.
II.2.3.a. Feeder
Feeder adalah komponen dan peralatan pemecah batu yang berfungsi sebagai
pengatur aliran, pemisah bahan dan penerima bahan baku. Tujuan pemisahan bahan
(scalping) sebelum masuk ke pemecah primer adalah sebagai berikut :
a) Menyeleksi ukuran partikel yang akan masuk ke alat pemecah batu sehingga
efisiensi alat dapat ditingkatkan sampai dengan 15 %. Batu-batu yang terlalu
besar disingkirkan agar tidak menyumbat pada bukaan crusher, dan
demikian juga batu-batu kecil hasil peledakan yang sudah sesuai ukurannya
b) Hasil penambangan mungkin mengandung kotoran atau lempung, yang
member pengaruh negatif pada campuran beraspal sehingga harus
disingkirkan terlebih dahulu.
Pemisahan (scalping) dapat dilakukan dengan pemasangan saringan, Saringan
untuk pemisah dapat juga dibuat di lokasi. Saringan tersebut berbentuk persegi
dengan ukuran minimum 3 m x 4 m dan dipasang miring dengan sudut 40 0 – 45 0.
Jarak antar besi tulangan yang berfungsi sebagai saringan adalah 4,5 cm sampai 6,5
cm. Secara umum terdapat dua jenis pemasok (feeder), yaitu apron feeder dan
mekanikal atau reciprocating plate feeder. Apron feeder umumnya digunakan untuk
memasok batu belah (rock) ke pemecah primer. Lebar pemasok umumnya berkisar
antara 76,2 cm s/d 243,84 cm dan panjang 2 s/d 3 kali lebarnya. Pemasok dapat
digerakkan oleh motor bertenaga 5 horsepower s/d 20 horsepower (tergantung
kapasitas yang ada). Mekanikal atau reciprocating plate feeder umumnya untuk
material lebih halus (gravel pit). Reciprocating plate digerakkan oleh poros esentrik
dengan tenaga motor sekitar 3 horsepower s/d 20 horsepower. Ukuran atau dimensi
feeder dan kecepatannya sebaiknya diatur agar mempunyai kapasitas 25 % sampai 35
% lebih besar dari pada kapasitas pemecah.
c. Pemasok Getar
Gambar2.9 Tipikal pemasok (feeders) alat pemecah batu
II.2.3.b Penyalur
Penyalur berfungsi untuk memindahkan material dari satu unit ke unit lain
atau ke tempat peyimpanan atau penimbunan (stockpile). Pada umumnya suatu unit
penyalur terdiri atas komponen sabuk conveyor, dudukan conveyor, dan motor
penggerak. Fungsi-fungsi conveyor pada peralatan pemecah batu biasanya terdiri
atas fungsi penyambung atau perantara (joint conveyor), mendistribusikan (discharge
conveyor), pemasok (feed conveyor ), dan fungsi balik untuk dipecah lagi (return
conveyor)
II.2.3.c Saringan
Saringan adalah komponen pada peralatan pemecah batu yang berfungsi
untuk menyaring/memisahkan, membentuk gradasi, dan secara tidak langsung
mengontrol penyaluran material ke unit stone crusher dan selanjutnya ke tempat
penimbunan (stockpile). Tujuan utama penyaringan adalah pemisahan , yaitu untuk
memisahkan ukuran material yang lebih besar (oversize) atau ukuran yang lebih kecil
(undersize), atau untuk mendapatkan ukuran agregat yang disyaratkan. Tipikal
portable biasanya terdiri atas 2 ½ dek atau lembaran saringan. Dek paling atas
berfungsi penerima awal atau penerima yang pertama. Posisi dek atau lembaran
saringan terpisah secara paralel dengan jarak yang cukup sehingga tidak
mengganggu pergerakan material di atas dek. Material yang tertahan pada dek bagian
atas akan dipecah lagi oleh pemecah primer, material yang lolos dari dek pertama
dan yang tertahan pada dek bagian kedua akan dipecah oleh unit crusher selanjutnya.
Untuk material berlebih yang halus (abu batu) akan melalui saringan paling bawah
berukuran ½ dek.
Pada umumnya saringan terbuat dari kawat baja yang dianyam berbentuk
bidang persegi empat. Terdapat dua jenis saringan yang biasa dipakai, yaitu saringan
getar (vibrating screen) dan saringan putar (revolving screen). Saringan putar terdiri
atas lembaran atau dek yang rata dan miring ke bawah searah aliran agregat.
Vibrating screen digetarkan oleh sebuah penggetar yang ditempelkan di atas atau di
kiri dan kanan ayakan. Saringan putar biasanya terbuat dari drum yang
dinding-dindingnya berlubang dan berputar. Kedudukannya miring ke bawah searah aliran
[image:35.612.131.504.500.664.2]agregat. Saringan dengan bahan karet Saringan getar Grizzly dengan dek ganda.
II.2.3.d Dump Truck
Dump truck merupakan alat yang dapat memindahkan materialpada
jarak menengah sampai jarak jauh (>500 m). Muatannya diisikan oleh alat pemuat,
sedangkan untuk membongkar muatannya ia dapat bekerja sendiri. Dump truck ada
dua golongan ditinjau dari besar muatannya :
1. On High Way Dump Truck, muatannya dibawah dari 20 m3.
2. Off High Way Dump Truck, muatannya diatas 20 m3.
II.2.3.e Wheel loader
Wheel loader merupakan alat pemuat yang beroda karet atau ban.
Penggunaannya mirip dengan Dozer Shovel, hanya beda landasan kenjanya saja.
Wheel Loader efisien untuk daerah yang relatif rata, kering dan kokoh. Digunakan
terutama apabila dituntut kerusakan permukaan landasan kerja seminimal mungkin,
disertai mobilitas yang tinggi.
II.2.3.f Excavator Backhoe
Merupakan alat yang digunakan untuk menggali, mengangkat dan
memuat material. Istimewa untuk menggali parit-parit, saluran air atau pipa. Bagian
alas dari mesin dimana muatan berada dapat berputar 360 derajat sehingga
memungkinkan alat ini bekerja ditempat yang relatif sempit
II.2.3.g Generating Set
Generating Set merupakan alat pembangkit tenaga listrik. Salah satu
merk genset yang dijual dipasaran dan dayanya tergantung kebutuhan konsumen,
misal 150 KVA dll. Mesin generator adalah kombinasi dari sebuah generator listrik
dan sebuah mesin (prime mover) yang dipasang bersama untuk membentuk satu
peralatan.
II.2.3.h Timbangan Jembatan
Jembatan timbang merupakan seperangkat alat untuk menimbang
kendaraan barang/truk yang dapat dipasang secara tetap atau alat yang dapat
dipindah-pindahkan yang digunakan untuk mengetahui berat kendaraan beserta
muatannya, digunakan untuk pengawasan jalan ataupun untuk mengukur besarnya
muatan pada industri, pelabuhan ataupun pertanian.
II.3. Kapasitas Stone Crusher.
Kapasitas stone crusher adalah banyaknya atau jumlah agregat yang dapat
diproduksi oleh setiap jenis stone crusher dalam setiap jam. Dengan demikian
besarnya kapastas itu akan mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
produksi agregat oleh stone crusher. Kapasitas ini akan berbeda-beda untuk tiap jenis
stone crusher, karena adanya perbedaan dari dimensi stone crusher itu sendiri.
II.3.1 Kapasitas Jaw Crusher
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Taggart adalah sebagai berikut :
Dimana :
b = Lebar jaw (cm)
d = Ukuran rata-rata material hasil pemecahan
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Lewenson adalah sebagai berikut
:
Dimana :
Q = Kapasitas crusher (ton/jam)
n = Putaran poros penggerak (rpm)
b = lebar swing jaw (m)
s = amplitude swing jaw (m)
d = ukuran rata-rata material hasil pemecahan (m)
µ = konstanta (0,25 – 0,30)
= berat jenis crusher feed (ton/m³)
Kapasitas dari jaw crusher dirumuskan oleh Giesking adalah sebagai berikut :
Dimana :
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
c = faktor pelat jawa (7,0 . 10-5 – 1,0 . 10-4)
= Bulk density (kg/dm³)
B = panjang bukaan (cm)
S = slot crusher (cm)
n = jumlah angkatan permenit
b = faktor koreksi untuk sudut jaw crusher, 26° = 1
= angka perbandingan kapasitas crusher antara teori dan praktek (0,8 – 0,9)
[image:39.612.129.522.203.672.2]Kapasitas dari jaw crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut :
Table 2.1 Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
ype
S etting (inch)
S ize (inch)
/4 1/2 1/2 0
1
0x20 0 7 4 3 0
1
0x36 0 8 0 3 0 0
1
5x30 3 3 3 2
1
8x36 2 1 7 3 25
3
0x42 25 50 00 50 00
4
2x48 30 15 80 55
4
2x48 80 20 10 80
4
8x60 80 70 60
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Keterangan :
1. Jaw crusher tipe overhead
2. Jaw crusher tipe blake
- size 10x20 (lebar feed opening = 10, lebar jaw = 20)
Hubungan antara tabel II-1 dengan rumus kapasitas giesking adalah bahwa
setting pada tabel II-1 dan bukaan pada rumus giesking, berbanding lurus dengan
[image:40.612.136.521.286.715.2]kapasitas stone crusher.
Tabel 22 .Kapasitas Jaw crusher Type Singel Toggle
Model Bukaa
n (mm) Setting min/max (mm) Kapa sitas (tph) Settin g (mm)
05.03 500 x
300 30 – 70
16 –
19 50
57 570 x
300 40 – 90
23-
27 60
67 670 x
400 50 – 100
45 –
53 70
08.06 800 x
600 70 – 140
90 –
110 100
09.07 900 x
700 90 – 170
115
– 135 120
10.08 1000 x
800 90 – 200
170
– 215 140
12.10 1170 x
1000
100 – 240
260
– 320 170
x1100 280 500
15.13 1500 x
1300
140 – 300
540
– 700 240
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
[image:41.612.134.518.79.156.2]Umum, Jakarta 1982
Tabel 2.3.Kapasitas Jaw crusher Type Granulator(7)
Model Bukaa n (mm) Setting min/max (mm) Kapasit as tph Settin g (mm) 08.02
800 x
200
20 –
80
24 – 30 50
92
920 x
250
30 –
80
30 – 38 50
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982
II.3.2. Kapasitas Gyratory Crusher
Kapasitas gyratory crusher dirumuskan oleh GIesking sebagai berikut:
Dimana:
Q= kapasitas crusher (ton/jam)
c=factor crushing cone ( 7,0 . 10-5 – 1,0 . 10-4 )
= Bulk density (kg/dm³)
e = panjang amplitude cone,cm
n = jumlah angkatan permenit
b = Faktor koreksi untuk sudut antara crushing ring dan cone
= Angka perbandingan kapasitas crusher antara teori dan praktek (0,8 –
0,9)
[image:42.612.107.546.258.636.2]Kapasitas gyratory crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Kapasitas Gyratory crusher (ton/jam)
!
" #
$
$
$
$
$
$
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Hubungan antara tabel II-4 dan rumus kapasitas gyratory gesking adalah
bahwa setting pada tabel dan bukaan (B) pada rumus giesking berbanding lurus
dengan kapasitas.
II.3.3 Kapasitas Cone Crusher Kapasitas cone crusher (3) adalah :
Q= kapasitas crusher (ton/jam)
D=diameter dasar cone
d=ukuran rata-rata material hasil pemecahan
n=Stroke number,rpm
=Berat jenis bukaan pemecah ,ton/m2
[image:43.612.127.514.444.697.2]Kapasitas cone crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5.Kapasitas Cone Crusher (7)
Mod el Openi ng open /closed side min setting Capacities
(mm) Tph
251 -276
343
-368
420 80 610 125
7 254 - 279 292 -324 343 -378 425 - 460 330 450 680 780 38 45 65 75 680 100 0 125 0 125 0 80 100 125 125
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982
Hubungan antara tabel II-5 dan rumus kapasitas cone crusher adalah bahwa
setting pada tabel dan ukuran rata-rata material hasil pemecahan (d),berbanding lurus
dengan kapasitas.
II.3.4 Kapasitas Hammmermill Crusher
Kapasitas Hammmermill Crusher (3)adalah sebagai berikut:
Q=kapasitas crusher ,m3/jam
D=diameter rotor ,m
L=panjang terpakai rotor,m
Tabel 2.6.kapasitas hammmermill crusher (ton/jam)
%
!
& & & & & #
#
$ " "
$
$
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982
Hubungan antara tabel II-6 dan rumus kapasitas hammmermill adalah bahwa
semakin besar diameter rotor semakin kecil kecepatan poros dan semakin besar pula
kapasitas hammmermill.
II.3.5 Kapsitas Roll Crusher
Rumus dari Kapsitas Roll Crusher (3) adalah sebagai berikut:
Dimana:
Q = kapasitas crusher (ton/jam)
L =panjang roll,(m)
D =diameter roll,(m)
d =Celah diantara roll,(m)
= Bulk density material,t/m3
[image:47.612.127.509.208.559.2]Kapasitas roll crusher untuk berbagai setting adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7.Kapasitas roll crusher (ton/jam)
'
(
)
* + *
!
& & & " "
$
,
,
$
,
,
$
,
,
$
,
,
$
,
,
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982
.
Keterangan :
-yang disebut pertama ( 16,24,30,40,dan 54) adalah diameter roll dan yang
Adalah panjang roll
-feed factor = 0,085.R
Hubungan antara tabel II-7 dan rumus kapasitas roll crusher adalah bahwa
diameter (D) dan panjang roll pada tabel, berbanding lurus dengan kapasitas roll
crusher.
II.4. Kriteria Pengaturan Stone Crusher
Dalam pengaturan stone crusher perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Untuk perhitungan produksi stone crusher dapat dipergunakan rumus (6):
Dimana:
P:Produksi per jam (ton/jam)
Q:Kapasitas stone crusher (ton/jam)
E:job efficiency
[image:48.612.127.516.493.703.2]Untuk job effeiciency ini dapat dilihat pada tabel II-8.
Tabel 2.8 job efficiency
Oper ating Condition
Maintenance of machine
Exce llent Go od Nor mal Rat her poor Po or Exce
llent 0,38
0,8
1 0,76
0,7 0
0,6 3
Goo
d 0,78
0,7
5 0,71
0,6 0
0,6 0
mal 9 0 4
Rath
er poor 0,63
0,6
1 0,57
0,5 2
0,4 5
Poor 0,52 0,5
0 0,47
0,4 2
0,3 2
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
b) Prinsip pekerjaan crusher
Prinsip pekerjaan crusher merupakan rentetan-rentetan pengurangan ukuran
batu,maka untuk mengetahui tingkat pemecahan itu ditunjukkan oleh suatu istilah
yang disebut “ratio of reduction”.ratio of reduction adalah perbandingan antara
ukuran maksimum feed(F) dari crusher dengan setting(s). Selain “ratio of reduction”
pada pekerjaan crushing juga dikenal istilah “stage of reduction”,karena pada setiap
langkah crushing terjadi pengurangan-pengurangan ukuran batu.Ratio of Reduction
ini dikatakan sebagai selisih antara ukuran maksimum batu yang dihasilkan nya.lebih
[image:49.612.129.513.80.205.2]lanjut ratio of reduction untuk berbagai jenis crusher dapat dilihat pada tabel II-9.
Tabel 2.9 ratio of reduction
Type crusher Model kecil Model besar
Jaw crusher 5 – 10 6 – 14
Gyratory crusher 3 -6 6 -8
Cone crusher 2 – 9 5 – 15
Twin roll crusher 1 ½ -3 ½ 1 ½ -9
C) Grid Chart untuk Output Crusher
Setiap crusher mempunyai sifat –sifat yang berbeda dalam menghasilkan
gradasi ,walaupun kita beri setting yang sama.Hasil-hasil pemecahan batu ini tentu
saja dalam bermacam-macam ukuran sampai yang berukuran debu sekalipun.Untuk
membantu pra penentuan hasil pemecahan dalam berbagai setting yang diberikan
pada crusher,maka digunakan “Grid Chart” ,Hal ini juga penting untuk menentukan
Sumber : Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Dep.Pekerjaan
Umum, Jakarta 1982
Dari tabel dapat dilihat ,bahwa pada setting 1 ¾”,maka hasil crusher yang
bergradasi lebih kecil atau sama dengan 5/8’ adalah sebesar 35%,sedang jika diberi
setting 2” maka yang bergradasi di bawah 5/8” adalah sebesar 32% lolos
(passing),atau sisanya (retained) lebih kurang 68% untuk diatas ukuran 5/8” .Dari
sini dapat diperoleh keterangan bahwa jika suatu jenis crusher pada setting 2”
mempunyai kapasitas 43 ton per jam dan gradasi yang diperlukan %/8”,maka pada
setting 2” ini memerlukan secondary crusher dengan kapasitas minimal 68% × 43
II.5..Kombinasi Stone Crusher
Dari beberapa jenis stone crusher yang ada perlu dikombinasikan antara satu
jenis dengan yang lain.Hal ini tentunya untuk mendapatkan agregat dengan ukuran
yang diinginkan atau gradasi yang minimal mendekati gradasi yang minimal
mendekati gradasi yang diinginkan.Kombinasi yang umum adalah jenis primary
crusher dengan jenis secondary crusher .Contohnya antara lain sebagai berikut:
- Jaw crusher + cone crusher + screen
- Jaw Crusher +roll crusher +screen
- Impact crusher + roll crusher + screen
Pada gambar II – 10 dapat dilihat salah satu proses pemecahan batu dengan
[image:52.612.167.527.364.638.2]kombinasi stone crusher.
II.6.Dimensi Stone Crusher
Dalam penempatan stone crusher tentunya diusahakan untuk tidak jauh dari
quarry(sumber material).Disamping itu juga lokasi yang akan ditentukan ditentukan
harus disesuaikan dengan dimensi stone crusher tersebut.Dimana dimensi disini
adalah ukuran crusher.Hal ini adalah untuk menyesuaikan dengan luas lokasi dan
BAB III METODOLOGI
III.1
Lokasi PenelitianPada penelitian studi kasus tugas akhir ini meninjau stone crusher dari
PT.Adhi Karya dan PT.Karya Murni. Lokasi dari stone crusher PT.Adhi Karya dan
PT.Karya Murni berada di kecamatan patumbak.PT.Adhi Karya di jalan Pertahanan
dan PT.Karya Murni di jalan Bandrek.Lokasi di pilih berdasarkan letaknya tidak jauh
dari quary yakni berasal dari daerah sibiru-biru.PT.Adhi Karya quarry berada di
pantai si biru-biru berjarak 14 km dari base camb dan PT.Karya Murni berada di
pantai joki sibiru-biru berjarak 17 km. Penempatan lokasi ini juga dipilih karena
sesuai dengan dimensi stone crusher.Di sini dimaksudkan adalah ukuran
[image:54.612.149.487.445.675.2]crusher,yang sesuai dengan luas lokasi dan kekuatan tanah.
III.2 Pengambilan Data III.2.1 Data primer
Merupakan data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang berupa
nilai produksi perkerjaan stone crusher serta kapasitas dan efesiensi alat pendukung
pada PT.Adhi Karya dan PT.Karya Murni.Perbandingan jumlah agregat (coarse
agregat,medium agregat,fine agregat) dilakukan berdasarkan dari persentase produksi
alat stone crusher dari masing PT.Adhi Karya dan PT.Karya.
III.2.2Data sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari spesifikasi atau standar Bina Marga.Hal
ini dapat berupa kapasitas dari crusher beserta alat pendukungnya dan faktor-faktor
efisien kerja alat yang mempengaruhi operasional dari Stone Crusher.
Didalam penentuan produksi dan settingan stone crusher,memiliki
masing-masing spesifikasi.misalnya jaw crusher memiliki settingan 65 mm dan
agregat yang dihasilkan berukuran (0-65) mm.Begitu juga cone crusher memiliki
settingan 25 mm dan agregat yang dihasilkan berukuran (25-65)mm.Hal lain yang
harus disesuaikan dengan spesifikasi adalah ayakan,untuk memperoleh gradasi yang
sesuai yang dapat dikelomvokkan dalam CA,MA dan FA.
III.3 Spesifikasi Stone Crusher dan alat pendukungnya. III.3.1 Stone Crusher
Dalam perhitungan produksi Stone Crusher perlu diketahui kapasitasnya
batuan,kita dapat menghitung produksi dari masing crusher, dari grafik analisa
ayakan crusher yang dikeluarkan oleh Dir.Bina Marga.
Tabel 3.1 Undersize Percentage pada Jaw Crusher
Jenis batu Jenis batu
Lime Stone 85 % - 90 %
River Gravel 70 % - 75 %
[image:56.612.140.514.238.675.2]Quarry Rock 85 % - 90 %
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
III.3.2. Alat Pendukung Stone Crusher
Untuk mengetehui efisiensi dari masing-masing alat pendukung Stone
Crusher perlu kita kita ketahui berapa yang menjadi kapasitasnya dan faktor efisiensi
dari pada alat tersebut.Adapun kapasitas dan faktor efisiensi alat tersebut adalah
sebagai berikut.
1. EXAVATOR BACKHOE
Data spesifikasi alat:
• Operating Weight : OW = 20.785 Kg
• Tenaga mesin : Pw =143 HP
• Kapasitas bucket : V = 0.93 m3
• Kapasitas maksimum kedalaman galian : = 6.37 m3
Tabel 3.2. Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb)
Kondisi Faktor Bucket
Mudah
Penggalian tanah
biasa, clay, atau tanah
lembut
1,1 – 1,2
Sedang
Penggalian tanah
biasa berpasir atau tanah
kering
1,0 – 1,1
Agak Sukar
Penggalian tanah
biasa berbatu batu
Sukar
Pengambilan batu
pecah hasil ledakan
0,9 – 0,8
[image:59.612.145.492.539.675.2]Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.3 Waktu siklus standar (standard cycle time) Backhoe (detik) – (TS)
Kapasitas Bucket
(m3/heaped)
Sudut Putar (Swing)
450 – 900 900– 1800
0,10 – 0,60 10 – 14 13 – 17
0,60 – 1,25 13 – 17 16 – 20
1,25 – 2,20 15 – 19 18 – 22
2,20 – 4,30 18 – 21 21 – 24
4,30 – 6,30 22 – 25 24 – 28
6,30 – 11,0 24 - 27 29 - 30
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.4. Faktor Konversi (Conversion Factor) – (Fv)
Kondisi Penggalian M
udah S edang Agak Sukar S ukar
< 40 %
0,7 0
,9 1,1
1 ,4
40 % - 75 %
0,8 1
,0 1,3
> 75 %
0,9 1
,1 1,5
1 ,8
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Keterangan :
Kondisi Penggalian : Kedalaman penggalian dibagi kapasitas maksimum penggalian.
Mudah : Tempat Penumpahan terbuka dan bebas
Sedang : Tempat Penumpahan cukup besar
Agak Sukar : Tempat Penumpahan agak kecil)
Sukar : Tempat Penumpahan sempit, perlu jangkauan penumpahan maksimum.
Tabel 3.5. Efisiensi kerja (job efficiency) – (Fa)
Kondisi Kerja Efisiensi Kerja
Baik 0,83
Sedang 0,75
Kurang Baik 0,67
Jelek 0,58
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
2.Dump Truck
Tabel 3.6 Efisiensi Kerja Dump Truck (Fa)
Baik 0,83
Sedang 0,80
Kurang Baik 0,75
Baik 0,70
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.7 Kecepatan rata-rata maksimum Dump Truck
Kondisi Kecepatan
Maksimum
Datar Bermuatan 40 km/jam
Kosong 60 km/jam
Naik Bermuatan 20 km/jam
Kosong 40 km/jam
Menurun Bermuatan 20 km/jam
Kosong 40 km/jam
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
3.Wheel Loader Data spesifikasi alat :
• Kapasitas bucket : V = 1.5 m3
Tabel 3.8 Faktor Bucket (bucket fill factor) – (Fb)
Kondisi Penumpahan
Wheel Loader Track
Loader
Mudah 1,0 – 1,1 1,0 – 1,1
Sedang 0,85 – 0,95 0,95 – 1,0
Agak Sukar 0,80 – 0,85 0,90 – 0,95
Sukar 0,75 – 0,80 0,85 – 0,90
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Faktor bucket ini memberikan data isi bucket yang sebenarnya yang
berbeda-bedatergantung pada jenis material yang ditangani.Tabel berikut (tabel 9)
[image:62.612.197.499.126.321.2]menunjukkan kondisi-kondisi penumpahan berdasarkan jenis-jenis material.
Tabel 3.9 Kondisi Penumpahan
Kondisi Kerja Keterangan
Mu
dah
Pengambilan dari stock pile agregat, pasir,tanah berpasir dengan kadar air yang baik,dimana bucket dapat terisi tanpa harus
menambah tenaga menggali
Pengambilan pasir atau
batu pecah (agregat)
Pengambilan tanah
(gembur) hasil timbunan
Bulldozer.
Se
dang
Pengambilan tanah timbun yang lebih susah tapi masih bisa hampir penuh
bucket. Pengambilan tanah berpasir,agregatbermacam-macam ukuran, tanahliat. Penggalian dan penumpahan tanah asli berpasir
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.10 Penumpahaan
Kondisi Kerja Keterangan
Agak sukar
Sukar mengisi penuh
bucket,pengambilanTimbunan gravel, campuran pasir dan gravel, tanah berpasir, tanah liat berkadarair tidak baik
Pengambilan batu pecah sedang
Sukar
Sukar mengisi bucket batu pecah tidakberaturan ukuran batu hasil ledakan,boulders, boulder campur pasir, tanah berpasir, tanah liat sebagainya
Pengambilan dan
penumpahan batu pecah
hasil ledakan Pada wheel loader maupun track loader (dozer shovel) dibedakan adanya 2
cara pengisian :
• V-loading
• Cross loading
Kedua cara pengisian diatas membedakan lamanya waktu siklus standar baik
untuk wheelloader maupun untuk track loader. Waktu siklus standard dapat dipakai
loader yang jauh, maka waktu siklus loader harus dihitung berdasarkan jarak dan
[image:64.612.127.520.192.621.2]kecepatan loader.
Tabel 3.11 Waktu Siklus standar V-loading Wheel loader
Tabel 3.12 Waktu Siklus standar V-loading Track Loader
S
umbe
r:
Dirje
n
Bina
Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.13 Waktu Siklus standar Cross Loading Wheel Loader Kapasitas Bucket
Kondisi Kerja
s/d 3 m3
3,1 m3
s/d 5 m3 5,1 m3
Mudah Mudah 0,55
0,65 1
Sedang Sedang 0,65 0,70
Agak Sukar Agak
Sukar 0,70
0,75
Sukar Sukar 0,75 0,80
Kapasitas Bucket
Kondisi Kerja
s/d 3 m3
3,1 m3 s/d 5 m3
Mudah 0,55 0,60
Sedang 0,60 0,70
Agak Sukar 0,75 0,75
[image:64.612.129.497.197.393.2]Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakart
Tabel 3.14 Waktu Siklus standar Cross Loading Track Loader
Untuk jarak yang jauh maka Cm Loader harus dihitung tersendiri berdasarkan
jarak serta kecepatan laju Loader yang bersangkutan.
Cm =
+
!
+ Z
Dimana :
D = jarak pemindahan (travel), (meter) Kapasitas
Bucket Kondisi Kerja
s/d 3 m3
3,1 m3 s/d 5
m3
5,1 m3
Mudah 0,40 0,55 0,65
1
Sedang 0,50 0,65 0,70
Agak Sukar 0,65 0,70 0,75
Sukar 0,70 0,75 0,80
Kapasitas Bucket
Kondisi Kerja
s/d 3 m3
3,1 m3 s/d 5 m3
Mudah 0,55 0,60
Sedang 0,60 0,70
Agak Sukar 0,75 0,75
VF = kecepatan waktu ada muatan (meter/menit)
VR = kecepatan waktu kembali setelah penumpahan (meter/menit)
Z = waktu pasti (fixed time), (menit)
Z (waktu pasti), untuk kondisi rata-rata 0,60 – 0,75 menit, terdiri dari :
Waktu mengisi = 0,2 – 0,3 (menit)
Waktu berputar = 0,15 x 2 (menit)
Waktu penumpukan = 0,10 (menit)
Tabel 3.15 Kecepatan Laju Wheel Loader (VF,VR)
Kondisi Kerja Kecepatan Laju Km/Jam
Bermu atan
Kosong
Baik Berjalan diatas
permukaan keras,rata, tidak ada peralatan lainnya,tidak ada rintangan atau halangan
10 – 23 12 – 24
Sedang Ada sedikit lonjakan diatas
permukaan (sedikit tidak rata), jalandiatas permukaan datar. Ada 1 atau
2 alat lain bekerja
10 – 18 11 – 19
Sedikit
Kurang
Banyak tonjolan-tonjolan diatas permukaan (tidak rata), banyak rintangan
Baik
Tidak
Baik
Banyak tonjolan-tonjolan diatas permukaan, permukaan banyak
gundukan (bergelombang), banyak alat lain bekerja
9 – 12 9 – 14
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
Tabel 3.16 Faktor efisiensi kerja (Fa)
Kondisi Kerja Efisiensi Kerja
Baik 0,83
Sedang 0,80
Kurang Baik 0,75
Baik 0,70
Sumber: Dirjen Bina Marga,(2008). Peralatan, Dep.Pekerjaan Umum, Jakarta
III.4 Pelaksanaan Pekerjaan Stone Crusher
Pada pelaksanaan pekerjaan stone crusher di PT.Karya Murni dan PT.Adhi
Karya,untuk memperoleh agregat dengan ukuran yang diinginkan bagi keperluan
proyek dipergunakan stone crusher.Stone Crusher yang dipergunakan ada sebanyak
2 unit.Dimana untuk 2 unit terdiri 2 jenis stone crusher,yaitu : jaw crusher dan cone
crusher.Untuk menghasilkan agregat dengan gradasi yang sesuai dengan spesifikasi
dilakukan penyettingan pada stone crusher.Dalam menghasilkan agregat,untuk base
penyettingan sebesar 6 inchi dan pada cone crusher sebesar 1 ½ inchi.Dalam
menghasilkan agregat untuk kebutuhan surface course (AC-BASE dan AC-WC)
pada jaw crusher dilakukan penyettingan sebesar 6 inchi dan pada cone crusher
sebesar ¾ inchi.Untuk proses pemecahan batu ini dapat dibuat flow chart sebagai
[image:68.612.161.450.220.649.2]berikut:
Gambar 3.2 Flow chart pemecahan
Freeder (pengumpan)
Screen
( FA)
Jaw Crusher
Cone Crusher
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
IV.1 Data Stone Crusher dan Alat Pendukungnya IV.1.1 Data Stone Crusher
Untuk menghitung jumlah produksi dari masing ukuran perlu
diketahui data kapasitas stone crusher data lain yang menjadi pendukungnya yaitu
[image:69.612.126.514.309.463.2]sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Stone Crusher
Nama Perusahaan
Kapasitas Jenis
Batu a
Under size(%) PT.Karya Murni 40 TPH set.65mm River Gravel .83
75
PT.Adhi Karya
25 TPH set. 65 mm
River Gravel .70
70
IV.1.2 Data Alat Pendukungnya. a) Excavator Backhoe
Merupakan alat yang digunakan untuk menggali, mengangkat dan
memuat material. Istimewa untuk menggali parit-parit, saluran air atau pi