Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
MUTIARA AYU DESTILIA
NIM: 108051000029
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
RESPON PERILAKU JAMAAH MAJELIS TA
’
LIM NURUL
IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN
TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI
RCTI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
MUTIARA AYU DESTILIA
108051000029
Pembimbing:
Rubiyanah, MA.
NIP. 19730822 1999803 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli penulis, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara satu UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan sebagai bahan rujukan penulis
skripsi ini, telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya penulis atau
merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka penulis bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Agustus2014
Nama : Mutiara Ayu Destilia
NIM : 108051000029
ABSTRAK
RESPON PERILAKU JAMA’AH MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI RCTI
Media sinetron merupakan media komunikasi yang dapat memberikan dampak yang paling kuat dibanding media lain, gagasan atau nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan oleh penonton dapat diterima atau dicerna lebih mudah. Bagaimana agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan, maka dibutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu penontonnya. Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke tanah suci. Ide ceritanya menyarankan agar selalu sabar dalam menghadapi cobaan hidup.
Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, Bagaimana respon Kognitif, Afektif, Konatif Ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji?
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan metode deskriptif analisis dengan jenis penelitian eksperimen. Peneliti mengolah data menggunakan pendekatan nilai Mean dan Relative. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Teori yang diambil dalam penelitian ini adalah teori S-O-R atau S-R, teori ini dietumakan oleh Wat Son, aliran Behavioristik yaitu bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dalam
segala hal dalam penulisan skripsi ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan
pembuatan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat beserta
salam penulis hadiahkan kepada penghuni surga, yang telah membawa umatnya
kepada zaman pengetahuan ilmu dunia dan akhirat, kepada baginda terbesar yang
ada dimuka bumi ini yaitu Habibana wa syafi‟ina wa maulana Muhammad SAW
(allahuma sholiiwasalim wa barik „alaih). Yang memberikan inspirasi pada
penulis dalam mencapai kegigihan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit
mngalami hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, baik yang berhubungan
dengan waktu, pengumpulan data dan pengolahannya. Hambatan dan kendala
yang penullis hadapi dapat dilalui dengan kesungguhan, kerja keras dan dengan
do‟a, sehingga dengan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan dan motivasi (semangat). Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa hormat yang mendalam kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Ibu Rubiyanah selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang
dengan tekun dan sabar dalam memberikan nasihat dan menyempatkan waktu
untuk memberi pengarahan, bimbingan, dan motivasi bagi penulis. Penulis
menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ibu, semoga Allah
SWT yang maha baik, senantiasa mengkaruniakan cinta dan rahmat-Nya serta
keberkahan kepada ibu dan keluarga dalam segala aspek kehidupan ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas sehingga penulis mengerti
akan makna hidup dan memberikan bekal kehidupan untuk penulis
mengarungi hidup kelak, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi
penulis dan masyarakat luas.
5. Staf Perpustakaan dan staf TU di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah membantu penulis mendapatkan referensi dan
kemudahan dalam surat menyurat.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan referensi dan buku-
buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak H. Ucik Supra selaku sutradara dari sinetron TBNH, beserta crew dan
iv
Nurul Iman Kedaung dan yang telah membantu penulis untuk mendapatkan
data-data yang penulis butuhkan, terima kasih banyak.
8. Yang sangat besar dan tak ada penghargaan yang pantas di berikan melebihi
piala Oscar kepada kedua orang tua penulis, (Alm) Drs. H. Ahmad Darwih
H.D dan Hj. Iryani yang telah melahirkan penulis kealam dunia ini, merawat
dalam tumbuh kembang dan mendidik penulis dalam menghadapi masa depan.
Terima kasih atas kesabaran, nasihat, pelajaran hidup, serta kasih sayang yang
tak pernah berhenti sampai kapanpun.
9. Kaka kandungku tercinta (Intan Yusnita) dan Kaka iparku (Adzee) yang amat
sangat penulis sayangi, yang tak henti-hentinya mendoakan penulis, dan
memberikan dukungan baik moril maupun materil. Alhamdulillah kuliah dan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk keponakan tercinta
(Mikaeel) yang selalu menghibur penulis dikala lelah dan sedih. Canda dan
tawanya memberi semangat kembali untuk penulis. I LOVE U MIKAEEL
10. Seluruh teman-teman KPI A,BC,D,E F khususnya KPI A dan B angkatan
2008, dan sahabat-sahabatku Iis, Arisa, Frida, Kartika, Dewi, Puri, dan semua
yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan selama
ini dan juga dukungan, semangat dan do‟anya untuk penulis. Sehingga penulis
dapat merampungkan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku tercinta juga Utup, Pia, Nule, Ulfa, Adece, Eci, Amel,
Anisa Fauziah, Garong, dan teman-teman IRANI (Ikatan Remaja Masjid
Nurul Iman), terima kasih banyak atas persahabatan, kasih sayang dan
dalam keadaan apapun dan kisah klasik ini tak akan berakhir. Siapa kita, dari
mana kita, dan akan bagaimana kita, ini tak akan berarti karena kalian the best
friend for me.
12. Seluruh teman-teman Alumni Pesantren Al-Mukhlishin ciseeng angkatan
2005, teman-teman Paduan Suara VOC (Voice Of Communication), kalian
akan selalu ada dalam hati penulis, makasih doa, dukungan, semangat dan
motivasinya selama ini untuk penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini dapat
memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun para
pembaca sekalian, sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi satu
amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla.
Amin
Jakarta, Agustus 2014
vi
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4
1. Manfaat Akademis ... 4
2. Manfaat Praktis ... 4
D. Metodologi Penelitian... 4
2. Jenis-jenis Sinetron ... 22 A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan ... 36
viii viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal
1. Tabel 1. Jenis Pendidikan Responden ... 47
2. Tabel 2. Jenis Pekerjaan Responden ... 48
3. Tabel 3. Respon Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman Terhadap Sinetron
Tukang Bubur Naik Haji Skala Kognitif ... 49
4. Tabel 4. Respon Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman Terhadap Sinetron
Tukang Bubur Naik Haji Skala Afektif ... 51
5. Tabel 5. Resopn Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman Terhadap Sinetron
Tukang Bubur Naik Haji Skala Konatif ... 53
6. Tabel 6. Perbandingan Skor Rata-rata Respon Skala Kognitif. Afektif, dan
Konatif Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54
7. Tabel 8. Perbandingan Skala Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif
Responden Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dilihat
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak
dinikmati oleh masyarakat. Karena media televisi dianggap media yang paling
efektif. Televisi merupakan gabungan media dengar (audio) dan media
gambar (visual) yang bersifat informatif.
Media televisi yang dapat menimbulkan suatu respon bagi yang
menyaksikan tayangan televisi terkadang bisa menyentuh aspek kognitif yang
memberikan pengetahuan, aspek afektif yang memberikan suatu perasaan dan
aspek konatif/behavioral yang dapat menimbulkan perilaku dan ucapan. Pada
aspek kognitif penonton akan mengetahui informasi mana yang terbaik dan
mana yang kurang baik. Aspek afektif (perasaan) karena karakteristik suatu
sinetron akan menghadirkan suatu perasaan personal yang menampilkan
gambaran yang konkret sebagai pengalaman langsung kepada penontonnya,
seseorang akan menangis jika melihat adegan yang sedih dan tersenyum jika
melihat tayangan yang bahagia. Aspek konatif/behavioral sinetron dapat
menanamkan kesadaran semu dan keliru pada penontonnya, selain itu sinetron
juga akan menganggap setiap baju, model rambut, dan aksesoris yang
dikenakan pemain merupakan produk yang baik bagi penontonnya walaupun
realitasnya belum tentu demikian.
Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama
di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk
mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi
adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat
menjadi candu bagi sebagian orang yang maniak dengan acara-acara yang
disuguhkan televisi.
Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsinya lebih banyak dan
lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain
dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.
Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih
dari yang lain.1
Tak bisa dibantah televisi mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan dengan media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan
secara audia dan visual. Berbeda dengan radio yang hanya radio (hanya dapat
didengar) dan surat kabar yang bersifat visual saja, televisi unggul dalam
membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam
mengkonstruksi realitas, kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi
bisa lebih cepat member informasi paling dini kepada pemirsa dan pada surat
kabar, adio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau
jutaan pemirsa ketimbang surat kabar, radio, dan majalah yang hanya
menjangkau ratusan ribu pembaca. Keempat, efek kultural televisi lebih besar
daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya.2
1
Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebagai Sebuah Analisis Media televisi, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. Ke-1, h. 8.
2
Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah
3
Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dalam bentuk ceramah,
sandiwara, sinetron, dan lain sebagainya. Melalui televisi tanpa disadari
seorang penonton dapat mengikuti kegiatan dakwah.
Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan
tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur
yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke
tanah suci. Namun selain itu, di dalam sinetron ini pun terdapat berbagai
macam karakter-karakter seseorang yang memiliki pola pikir dan cara
pandang keliru dalam memahami ilmu agama.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul : “Respon Perilaku Jama’ah
Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan
Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji di RCTI”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka peneliti memberikan
batasan; bahwa sinetron yang dimaksud adalah sinetron “Tukang Bubur Naik
Haji” episode 15.
Adapun secara khusus, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana respon Kognitif, Afektif dan Konatif ibu-ibu Majelis
Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat terhadap sinetron “Tukang Bubur
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon Afektif,
Kognitif dan Konatif ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman yang beralamat di
Gg. Nurul Iman 1 rt 007/04 Kedaung Tangerang Selatan, terhadap sinetron
“Tukang Bubur Naik Haji”.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya penulis dan
dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah
wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran
televisi dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dalam
menciptakan sebuah program yang religius, inovatif, mendidik dan
menghibur, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat
(penonton) agar tercipta program acara televisi yang lebih menarik,
diminati dan diterima oleh masyarakat umum.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
5
yang menghasilkan data explonatory research. Melalui pendekatan
penelitian tersebut, penelitian ini dapat menjelaskan hubungan kausal antar
variabel-variabel, tetapi tanpa adanya uji hipotesis terlebih dahulu.3
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Eksperimen,
yaitu merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam
melakukan control terhadap kondisi. Dalam pengertian lain penelitian
eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap
kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan
perlakuan-perlakuan tetentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.4 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu metode penelitian untuk menggambarkan
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak
mengadakan akumulasi data dasar belaka.5 2. Teknik Pengumpulan data
Adapun tekhnik pengumpulan datanya melalui:
a. Observasi, observasi dilakukan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat melihat dari dekat
tentang kebenaran yang disampaikan oleh sumber informasi. Observasi
yang penulis gunakan adalah dengan cara pra penelitian sebelum
melakukan penelitian. Yaitu mengamati Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul
Iman terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji.
3
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed). Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES. 1995). Cetakan ke-2. Hal. 5
4
Yatim Riyanto (1996:28-40) 5
b. Angket atau Quesioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan secara tertulis kepada
responden, yaitu laporan tentang pendapat pribadinya hal-hal yang
responden ketahui. Dalam hal ini adalah pendapat atau pernyataan
responden yakni Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman terhadap
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji.
c. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh langsung data melalui
dokumen-dokumen berupa buku-buku, pemberitaan media massa, CD
atau tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dan bahan info
lainnya yang berkaitan dengan masalah sinetron Tukang Bubur Naik
Haji dan Majelis Ta‟lim Nurul Iman.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang
diteliti. Secara ideal, kita sebaiknya meneliti seluruh populasi, yang
berarti kita melakukan sensus. Berdasarkan judul skripsi ini, maka
populasi penelitian adalah seluruh Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman
Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Namun melihat begitu
beragamnya selurih Jama‟ah, maka peneliti menggunakan sampel.
Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dengan menggunakan cara tertentu yang
dianggap mewakili seluruh populasi itu. Sugiyono (2005: 91)
7
dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah sampel yaitu yang
mewakili populasi.
Dalam proses pengambilan sampel diperlukan rumus-rumus
dan terdapat berbagai rumus untuk menentukan besarnya sampel yang
diperlukan. Populasi dalam penelitian ini adalah Jama‟ah Majelis
Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Dalam hal ini
populasi Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman sebanyak 120 orang. Dan
sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang (25%) jama‟ah
yang memenuhi syarat untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel
didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai
hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
Memilih sampel berdasarkan kelompok, wilayah atau
sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu yang diyakini
mewakili semua unit analisis yang ada.
4. Teknik Analisis Data
Tekhnik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan,
dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi
perhitungan mean (menghitung rata-rata), Chi Square, dan relative.
a. Mean adalah nilai rata-rata hitung yang memberikan gambaran
Rumus: x = ∑xi n
Keterangan: x= rata-rata xi= pengamatan
n= Jumlah Pengamatan
b. Chi Square adalah merupakan uji proporsi untuk dua peristiwa atau
lebih (multikolomi), jadi variabilitas data bersifat diskrit.6 Rumus: x² = (fo-fh)²
fh
Keterangan: x² = Chi Squares
fo = Frekuansi Observasi fh = Frekuensi Harapan
c. Relatif adalah penghitungan berbentuk rasio atau bilangan persen.
Rumus: p = f x 100 N
Keterangan: P = Persentase f = Frekuansi
n = Jumlah Pengamatan
5. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu
faktor-faktor yang dapat berubah-ubah ataupun untuk tujuan
penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar
alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dicari
dan dianalisis. Penentuan variabel dalam satu penelitian, berkisar pada
6
9
variabel bebas (independent variable) dan variabel tergantung
(dependent variable).7
Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan
variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Respon Jama‟ah)
a. Respon Kognitif
b. Respon Afektif
c. Respon Konatif
2. Variabel Dependen (Sinetron TBNH)
a. Waktu Acara
b. Metode yang disampaikan
c. Efek Sinetron Bagi komunikan
6. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan
ditarik berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan
kebenarannya, maka dugaan sementara peneliti adalah:
Ho: Adanya respon perilaku Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman
Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron TBNH di
RCTI.
Hi : Tidak adanya respon perilaku Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul
Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron
TBNH di RCTI
7
E. Tinjauan Pustaka
Setelah meninjau beberapa judul skripsi, disertasi tulisan dan lain-lain,
baik di Perpustakaan Umum (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga
diperpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN penulis
menemukan beberapa skripsi yang memiliki kesamaan judul tentang respon
akan tetapi berbeda subyek dan obyeknya, diantaranya yakni :
1. Sri Mulyati, “Respon Jamaah Majelis Ta‟lim Al-Faizin Condet Jakarta
Timur Terhadap Film “Ayat-ayat Cinta”. Skripsi mahasiswi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009, yang berisi tentang respon jamaah
majelis ta‟lim terhadap film ayat-ayat cinta.
2. Agus Fauzi Rahman, “Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap
Sinetron Si Entong (BERKAH MEMELIHARA ANAK YATIM) Di Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI). Skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam 2008.
3. Listiani Wirafasya, “Respon Jamaah Di Studio Terhadap Program Acara
Mamah Dan AA Di Stasiun Televisi Indosiar”. Skripsi mahasiswi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam 2008.
4. Siti Nurul Fitriyah, “Respon Ibu Rumah Tangga Di Desa Cihunu Serpong
Terhadap Tayangan Sinetron Ta‟aruf Di TPI”. Skripsi mahasiswi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009.
Sedangkan judul skripsi penulis “RESPON PERILAKU JAMA’AH
MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT
11
NAIK HAJI DI RCTI”. Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang
lainnya mengenai respon Jama‟ah majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung
Ciputat yang diteliti sebelumnya adalah terletak pada objek penelitiannya,
yakni Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Setelah penulis meneliti dengan baik
di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata belum ada
skripsi yang membahas mengenai objek program tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas. Adapun secaa rinci
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan Meliputi; Latar belakang masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Kepustakaan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teoritis berisikan pembahasan mengenai Respon,
Macam-macam Respon, Faktor-faktor terbentuknya respon, Pengertian
Sinetron, Konsep Dakwah, Pengertian Jama‟ah, dan Televisi sebagai media
dakwah.
BAB III: Gambaran Umum akan dijelaskan tentang Profil Ibu-ibu Jamaah
Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangeran-Selatan dan Profil
BAB IV : Hasil penjelasan tentang pemberian Respon Kognitif, Afektif, dan
Konatif Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang-
Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Respon
Dalam Kamus Bahasa Indonesia. Respon adalah tanggapan, reaksi
jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. 8 Selanjutnya menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dijelaskan bahwa respon adalah
reaksi psikologi metabolic terhadap tibanya suatu rangsangan. 9 Penjelasan mengenai definisi respon menurut dua Kamus Besar di atas kurang lebihnya
sama namun, sejauh mana respon yang dimaksud kurang begitu mendalam,
lalu berbeda pada perbendaharaan kalimat yang satu memakai gejala atau
peristiwa yang lain menggunakan rangsangan.
Lalu menurut Abu Ahmadi mendefinisikan pengertian respon yaitu
tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagai
gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah dia amati tidak
lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti hanya
kesannya saja.10
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan
(activity) dari organism itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif,
setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat
juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan diartikan sebagai
8
Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996 9
Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997), h. 964.
10
Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.64.
hasil atau kesan yang dapat (yang ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam
hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.11
B. Teori Stimulus Organism Responden (S-O-R)
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R
(Stimulus, Organism, Respon). Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-
Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi
adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen :
sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek
yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response
Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi
merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-
kata verbal, isyarat non verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang
orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negative; misal
jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif,
namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan
reaksi negatif. Model inilah yang kemudian memengaruhi suatu teori klasik
komunikasi yaitu Hypodermic atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori
inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara
11
15
langsung dan cepat efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya, media
diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai
perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah
hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof. Dr. Mar‟at dalam
bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip
pendapat Hovland, Janis, Kalley yang menyatakan bahwa dalam menelaah
sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan
penerimaan.
Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap
individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada
komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat
berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang
disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut
memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin
sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berpa perubahan kognitif, afektif
dan konatif.
Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah:
a. S (stimulus) = Pesan : disini adalah bagaimana suatu pesan yang
terkandung yang disampaikan dalam sinetron Tukan Bubur Naik Haji.
b. O (organism) = Komunikator yaitu Audiens (Jama‟ah Majelis Ta‟lim
Nurul Iman) : yang disampaikan oleh komunikan kepada
c. R (respons) = Responden : Jama‟ah Majelis Ta‟lim Nurul Iman
mampu meberikan efek.
Dengan demikian dalam teori S-O-R disini yaitu sebuah pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan kemudian mampu
menimbulkan efek.12
C. Macam-macam Respons
Menurut Jalaludin Rakhmat, mengemukakan bahwa terdapat
macam-macam respons kognitif, afektif, dan konatif.13 a. Respon Kognitif
Berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi
seorang mengenai sesuatu. Efek kognitif adalah akibat yang timbul
pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya, dalam
efek kognitif ini bagaimana media massa dapat membantu khlayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif.14
Respon ini timbul apabila adanya perubahan yang dipahami
dan dipersepsikan khlayak, yang mana respons kognitif itu muncul
menurut indera yang mengamati, seperti:
1) Tanggapan Audit (tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarkannya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain)
2) Tanggapan Visual (tanggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya)
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 256.
13
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 223
14
17
3) Tanggapan Perasa (tanggapan yang dialami oleh dirinya).15 b. Respon Afektif
Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan
seseorang menilai terhadap sesuatu, respon ini timbul apabila ada
perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap ssuatu. Tujuan dari
respon afektif bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar
menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui
informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat
merasakannya.16 Respon afektif itu berkaitan dengan emosi, sikap, dan nilai seseorang akan sesuatu maka akan timbul faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya respon afektif dari komunikasi massa, seperti:
1) Suasana Emosional:
Di dalam respon afektif disimpulan bahwa apapun yang
disampaikan dari sineteron, iklan, ataupun sebuah informasi akan
dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Sinetron sedih akan sangat
mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan mengalami
kekecewaan, adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa
terbahak-bahak apabila kita menontonya setelah mendapat keuntungan
yang tidak disangka-sangka.
2) Skema Kognitif:
Merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita dan
menjelaskan tentang alur peristiwa, kita tahu bahwa dalam sebuah
57. 15
Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 1998),h. 136. 16
film action, mempunya tokoh atau aktor/aktris yang seiring muncul,
pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak perlu cemas
ketika sang pahlawan jatuh dari jurang, kita menduga pasti akan
tertolong juga.
Kemudian kita akan sangat ketakutan menoton film horor
apabila kita menontonya sendirian dirumah tua, ketika hujan lebat,
dan tiang-tiang rumah berderik. Beberepa penelitian menunjukan
bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan
sendirian atau ditempat gelap.
3) Factor Predisposisi Individual:
Factor ini menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat
dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa, dengan
identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar menampatkan
dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh
tersebut. Karena itu ketika tokoh identifikasi (identifikasikan) itu
kalah, ia ikut merasa kecewa dan ketika identifikasi berhasil, maka ia
ikut merasa bahagia.
c. Respon Behavioral (Konatif)
Respon konatif (perilaku) merupakan respon yang
berhubungan dengan dorongan dan perilaku nyata khalayak, yakni
19
Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi
oleh khalayak terhadap sesuatu hal.17
D. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon
a. Faktor Internal:
Yaitu faktor yang ada dalam diri individu, seperti unsure jasmani
dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu
stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsure tersebut. Apabila
terganggu salah satu unsure saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan
yang berbeda intensitasnya pada diri individe yang melakukan tanggapan
atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang
lain.
b. Faktor eksternal:
Yaitu faktor yang ada pada lingkungan, factor ini intensitas dan
jenis benda perangsang atau orang menyebutnya factor stimulus
E. Sinetron
1. Pengertian Sinetron
Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang
berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang
dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita
video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.
Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah
istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan
h. 218 17
oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan
manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti
layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan
tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter
yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar
sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat
bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh
penulis skenario. Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode
kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan
menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi
tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat
menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya
bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga,
kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini
sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib.
Tema yang cukup laris dalam sinetron-sinetron Indonesia saat ini,
antara lain sebagai berikut:18 a) Religius
Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan
dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik-
konflik dan plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan,
18
21
demikian pula dengan tokoh-tokohnya. Seperti, Tukang Bubur Naik
Haji, Do‟a Membawa Berkah, Para Pencari Tuhan.
b) Percintaan
Tema seperti itu banyak menghiasi sinetron atau film di
Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata „cinta‟ itu
sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri, Cinta Indah,
Siapa Takut Jatuh Cinta.
c) Rumah Tangga
Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga
atau keluarga, seperti: Keluarga Cemara, Noktah Merah Perkawinan.
d) Perselingkuhan
Tema ini bercerita tentang seoang suami atau istri yang tetarik
pada laki-laki atau wanita lain. Yang biasanya berkisar pada masalah
tentang sepasang suami yang mengalami konflik dalam rumah
tangganya lalu salah satu atau keduanya berhubungan dengan wanita
atau laki-laki lain.
e) Persahabatan
Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau
remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk
geng. Cerita yang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama
dengan teman-teman satu geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti
f) Kepahlawanan
Tema ini biasanya digunakan dalam sinetron yang ditujukan
untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang yang
hebat serta memiliki kelebihan dibandingkan tokoh yang lainnya.
Seperti, Panji Manusia Millenium, Anak Ajaib.
Memproduksi sebuah sinetron, tata laksana kerjanya hamper
sama dengan memproduksi film. Diperlukan perencanaan dan
persiapan yang matang sebelum produksi berlangsung. Produksi
program sinetron biasanya lahir dari sebuah gagasan. Lewat suatu
riset, gagasan diolah menjadi satu skenario. Ketika skenario sudah
siap, maka produser-orang yang bertanggung jawab pada sebuah
progam- kemudian mengumpulkan staff untuk memilih sutradara,
menentukan jadwal kerja, dan menetapkan estimasi biaya produksi.19
2. Jenis-jenis Sinetron
Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam
sinetron di televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara
dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu.
Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam
sinetron-sinetron Indonesia.20
19
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, (Jakarta: Grasindo, ) h. 154-155. 20
23
a) Laga Klasik
Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya,
bahwa yang dimaksud dengan laga klasik adalah untuk
sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa,
sunda dan lain-lain), misalnya jaka tingkir, saur sepuh, nenek
lampir.
b) Drama Rumah Tangga
Jenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga.
Temanya berkisar perbuatan warisan, kekerasan terhadap istri,
perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya.
c) Komedi
Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling
digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu.
Semua konflik diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu.
d) Religius
Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan
tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja konflik-
konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran
keagamaan, demikian pula dengan tokoh-tokohnya.
e) Drama Remaja
Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang
remaja dengan segala persoalannya mulai dari percintaan,
persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-lain.
f) Horror
Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan
menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan.
Misalnya sinetron Di Sini Ada setan dan sundel bolong.
3. Unsur-unsur Sinetron
Menurut JB. Wahyudi dalam bukunya Teknologi Informatika dan
Produksi Citra Bergetar, bahwa unsur-unsur dari sinetron adalah :
a. Produser
Yaitu seseorang yang membiayai produksi sebuah sinetron dan orang
yang betanggung jawab atas pembuatan sinetron secara keseluruhan.
b. Sutradara
Adalah orang yang memimpin pertunjukan pementasan dalam sebuah
sinetron.
c. Naskah atau sript atau ide gagasan suatu cerita
Naskah adalah penjelasan serta pengembangan sebuah ide cerita atau
konsep yang secara operasional dapat di buat visualnya, oleh karena
itu penulis naskah dituntut untuk berimajinasi secara kreatif dengan
didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat
dijabarkan dalam bahasa yang jelas.
d. Artis/actor
25
e. Engineering
Yaitu orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan
alat-alat produksi, seperti kamera, mika, dan listrik.
f. Kostum
Walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam
pembuatan sinetron, kostum juga diperhatikan, maka kostum
ditentukan agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut.
g. Make-up atau tata rias
Hal ini juga harus diperhatikan, me-make-up para pemain dengan
karakter yang harus dimainkannya.
F. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang
merupakan bentuk masdar dari kata kerja da‟a yad‟u yang artinya
menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.
Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta panggilan
kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam Sabilillah
(Jalan Allah) secara menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan, tulisan,
maupun perbuatan.21
Menurut Nasarudin Latif, “Dakwah artinya setiap usaha atau
aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,
21
serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT.,
sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”.22
Secara terminology atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah
usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan
hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma‟ruf nahi munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan
membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.23
Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.24 Dakwah merupakan kewajiban individual (fardhu „ain) seorang muslim,
akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupkan kewajiban kolektif
(fardhu kifayah).
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang
mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling
mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya,
antara lain:
22 Rafi‟u
di dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 2001), cet. Ke-2.
23
Samsul Munir Amin, Rekrontuksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008). Cet. Ke-1 h.5
24
27
a. Da‟i
Da‟I adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya orang yang
dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang, baik individual
ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni Al-Qur‟an dan hadits.
Da‟I ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu, namun
ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi.25
Yang dimaksud da‟I di sini bukan hanya sekedar seorang khatib yang
berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya,
suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun hal ini merupakan
bagian darinya. Yang dimaksud dengan da‟I adalah seseorang yang
mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu apa yang sedang
berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema yang
ada.26
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. Ke-1 26
meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan mu‟amalah), dan
akhlak.
G. Pesan Dakwah
Pesan dakwah mengandung arti “Perintah, nasihat, permintaan,
amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain.27
Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “semua pernyataan
yang bersumber dari Al-Qur‟an dan sunah baik tertulis maupun lisan
dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.28
Islam sendiri sebagai ajaran yang
universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang
berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia
tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial, keluarga,
kebudayaan dan lain sebagainya.
Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu
Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan
adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah
dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan mu‟amalah.29
Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus
disampaikan oleh seorang da‟I kepada mad‟u berdasarkan keterangan di
atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya (arkan al-iman),
syari‟ah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah, serta
h.43 27
Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1993), h. 19 28
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, 29
29
akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan
tumbuhan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materi-
materi dakwah yang harus disampaikan kepada mad‟u atau objek dakwah
adalah berkaitan denga masalah-masalah sebagai berikut:
a. Pesan Aqidah
Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan
secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan atau iman. 30 Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh
Hassan Saleh adalah “keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang
terhujam dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga mengikat
kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya”.
Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman
(rukun iman yang enam) antara lain:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya
3. Iman kepada Kitab-kitabNya
4. Iman kepada Rasul-rasulNya
5. Iman kepada hari Kiamat
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang
menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya.
30
E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan
Aqidah merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW
ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah.
Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi keimanan
seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang
mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh
bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah
sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah
dan rapuh sehingga mudah roboh keyakinannya.
b. Pesan Syariah
Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari bahasa
Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. 31 Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka Islam juga mengatur manusia melalui praktek.
Jika aqidah posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina
suatu perundang-undangan (syariat) sebagai cabangnya.
Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur
pergaulan hidup antara sesama manusia. 32 Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan
h.343 31
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1, 32
31
ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama
disebut muamalah.
Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan
muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan
manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa,
zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak lupa
kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih deket lagi dengan
Tuhannya.
Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah
beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah
adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan
mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam
mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan
dengan berbagai macam isinya.33 c. Pesan Akhlak
Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk
jama dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat. Akhlak dari segi istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang
berarti perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada
karsa dan tingkah laku.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
33
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan
baik, disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan buruk,
yang disebut akhlak tercela (akhlak madzmumah) sesuai dengan
pembinaannya.
Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak
menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya,
selalu berdoa dan memohon kepada-Nya dan selalu mencari
keridhoan-Nya.34
Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan
perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-
hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta
tanpa alasan yang benar. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam,
dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan,
dan ucapan yang baik, mendoakan dan saling membantu.
Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan
perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda
tak bernyawa lain.
Untuk itu salah satu materi dakwah islam dalam rangka
memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat
harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang
terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak.
h.147 34
33
Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah,
tetapi juga sangat melibatkan pikiran.
H. Pengertian Jama’ah
Jama‟ah secara bahasa diambil dari kata dasar jama‟a artinya
mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain.
Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima‟ (perkumpulan), yang merupakan
lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata dari furqah
(perpecahan).35
Istilah jama‟ah mempunyai arti yang berbeda-berda sesuai dengan
konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikaitkan dengan kata “ahlu sunnah”
sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang
mengikuti sunnah dan tradisi Nabi SWT serta berada dalam kumpulan kaum
muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan ijma‟ sebagai sumber hukum.
Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di
dalamnnya terjadi saling pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan
iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin
seorang imam.
Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam
pelaksanaan shalat jum‟at harus mencukupi jumlah 40 orang., sehingga jika
jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain
berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi
35
jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam – maka sholat jum‟at sah.
Hali ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak,
atau lebih dari tiga orang.
Namun yang dimaksud jamaah di sini yaitu suatu kumpulan atau
sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan
tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadzah.
I. Televisi Sebagai Media Dakwah
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan
manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaat hasil teknologi
itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih
optimal.
Berdakwah melalui televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan
dibanding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian kehebatannya
antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air
bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya atau sang da‟I hanya pada pusat
pemberitaan (distudio) saja.
Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan
komunikasi secara umum, dalam berkomunikasi secara umum, dalam
berkomunikasi kecanggihan media, disamping komponen lain, komunikator,
isi pesan, komunikan dan feed back, merupakan salah satu faktor suksesnya
suatu aktivitas komunikasi.
Hadirnya televisi swasta di Indonesia merupakan suatu imbas teknologi
35
sebagai sarana informasi di Indonesia tidak terlepas dari jalannya
pembangunan nasional dibeberapa bidang, kehadiran televisi-televisi tersebut
secara tidak langsung menjadikan alternative tontonan lebih luas bagi pemirsa
di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi menjadi suatu kewajiban untuk
BAB III GAMBARAN
UMUM
A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat
Tangerang-Selatan
1. Sekilas Tentang Majelis Ta’lim Nurul Iman
Majelis Ta‟lim Nurul Iman didirikan pada tahun 1980, yang
mendirikan Bpk. H. Sanam. Beliau mendirikan Majelis Ta‟lim Nurul
Iman kepada masyarakat setempat, untuk membangun pengajian dan
mengadakan pengajian setiap minggu seperti Al-Qur‟an, Fiqih, Akhlak
dan lain-lain. Pada saat ini Majelis Ta‟lim Nurul Iman dipegang atau di
ketuai oleh ibu Hj. Rohana sebagai menantu tertua di keluarga Bpk.
H.Sanam.
Dari jumlah keseluruhan jamaah kaum ibu-ibu di Majelis Ta‟lim
Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 120
jamaah. Pengajian rutin Majelis Ta‟lim Nurul Iman ini hanya satu
minggu sekali yaitu pada hari jum‟at pukul 13.00 WIB.
Berdirinya Majelis Ta‟lim Nurul Iman sebagai lembaga non-formal
yang berperan serta dalam agama Islam sangat cocok digunakan di
kalangan masyarakat, khususnya dikalangan kaum ibu rumah tangga,
Majelis Ta‟lim merupakan organisasi pendidikan non-formal yang
memberikan pengarahan khusus keagamaan.
37
Kesibukan yang dialami para ibu rumah tangga ditambah lagi
dengan latar belakang pendidikan yang minim dan juga rasa malu yang
dimiliki membuat para kaum ibu rumah tangga enggan untuk memahami
agama Islam secara mendalam, sehingga anak-anak yang dimilikinya pun
menjadi malas mengikuti jejak orang tuanya, khususnya ibu-ibu mereka.
Majelis Ta‟lim Nurul Iman mempunyai peranan besar dalam
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bagi semua
lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya para ibu rumah tangga, dengan
Majelis Ta‟lim proses dakwah akan terasa lebih mudah dan memberi
warna dan melaksanakan kegiatan dakwah. Karena pada
umumnya Majelis Ta‟lim adalah lembaga swadaya murni, ia dilahirkan,
dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh masyarakat itu
sendiri.
Adapun struktur organisasi dan nama anggota pengurus dalam
Majelis Ta‟lim Nurul Iman adalah:
Ketua Pengurus : Ibu Hj. Rohana
Ketua : Ibu Hj. Rohana
Wakil ketua : Ibu Hj. Iryani
Sekretaris : Ibu Umu Kulsum
2. Program Kegiatan Majelis Ta’lim Nurul Iman
Dalam melakukan keagamaan Majelis Ta‟lim Nurul Iman
melakukan kegiatan pengajian setiap minggunya, yaitu pengajian ibu-ibu.
Adapun waktu dalam mengadakan pengajian ibu-ibu dari jam 13.00-
15.00.
Dalam menyelenggarakan tiap bulannya Majelis Ta‟lim Nurul
Iman mengadakan :
- Acara Isra Miraj di bulan Rajab
- Maulid Nabi Muhammad saw
- Kegiatan Santunan Yatim dan lain-lain sebagainya.
B. Gambaran Umum Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
1. Sekilas Tentang Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron produksi Sinemart
yang ditayangkan di RCTI setiap hari mulai pukul 20.30 sampai dengan
22.30 WIB. Pertama kali tayang pada hari senin, tanggal 28 Mei 2012 dan
hingga sampai saat ini masih terus berjalan. Pemainnya antara lain ialah
Mat Solar, Uci Bing Slamet, Nani wijaya, Citra Kirana, Andi Arsyil
Rahman, Aditya Herpavi Rachamn, Latief Sitepu dan masih banyak lagi.
Sinetron ini terus mengalami peningkatan rating meski tokoh utama sudah
tidak kelihatan lagi.
Pada tanggal 27 Februari 2013, sinetron ini mampu melewati
sinetron Anugerah dengan 473 episode& pada tanggal 29 April 2013,
39
Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron dengan episode terbanyak
ke-3 di Indonesia. Pada 25 Juni 2013 sinetron ini mengalahkan Putri yang
Ditukar dengan 676 episode, sehingga Tukang Bubur Naik Haji
menempati peringkat kedua. Pada 28 Desember 2013 sinetron ini
mengalahkan cinta fitri dengan 1002 episode, sehingga Tukang Bubur
Naik Haji menempati peringkat kesatu dari daftar sinetron dengan jumlah
episode terpanjang.
Adapun sinopsis dari sinetron ini episode 15 :
Bang Sulam (Mat Solar) adalah seorang tukang bubur yang
penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat
ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar
usaha bubur ayamnya.
Pada siang hari tepatnya dikediaman bang sulam, datanglah Badar (
Ricky Malau Ali ) adalah seorang preman yang kerjanya selalu mencuri,
merampok, minum-minuman keras, dll. Tetapi, Badar yang sekarang
berbeda, dia telah bertaubat. Sekarang Badar sudah berubah
kepribadiannya menjadi manusia yang lebih baik. Dia menjadi rajin shalat
kemasjid, dan selalu ingin melakukan hal-hal yang baik. Setelah bertemu
bang sulam, dia pun menjadi salah satu pekerja di warung buburnya bang
sulam. Namun, dia berputus asa karena ketika dia berdagang keliling
bubur ayam, masih tersisa banyak dagangannya. Sehingga dia mendatangi
bang sulam, bahwa dia tidak bisa berdagang. Namun bang sulam pun terus
Saat bang sulam mengajak badar untuk shalat berjama‟ah di masjid.
Ketika ingin memulai shalat datang seorang H. Muhidin ( Latief Sitepu)
dia adalah seorang haji yang siapa pun memanggilnya harus dengan
sebutan haji. H.Muhidin selalu memusuhi keluarganya bang sulam. Selalu
memfitnah keluarga bang sulam. Dia itu orang yang syirik dengan
kesuksesannya bang sulam. Ketika ingin memulai shalat, H.Muhidin satu
syaf dengan badar, lalu H.Muhidin berpindah tempat. Setelah selesai
shalat, H.Muhidin pun membuat keributan di depan masjid. Karena Badar
terpancing emosinya. Ada pula Hj. Maemunah ( Shinta Muin ) istri dari
H. Muhidin. Dia mempunyai sifat yang sama dengan suaminya, yaitu sifat
iri dan dengki terhadap orang lain, terutama kepada keluarganya bang
sulam. Dia selalu menganggap bahwa keluarganya bang sulam itu berhasil
dan sukses bukan dari uang yang halal. Hj. Maemunah dan H. Muhidin
selalu memfitnah keluarga bang sulam didepan orang lain.
H. Muhidin dan Hj. Maemunah pun mempunyai anak gadis yang
bernama Rumanah ( Citra Kirana ) dia adaalah seorang Ustadzah muda
dikampungnya. Dia sering memberi tausyiah dimasjid. Rumana tidak suka
dengan kelakuan kedua orang tuanya yang selalu mengusik kehidupan
orang lain, khususnya keluarga bang sulam. Mereka selalu mencari
informasi tentang bang sulam dengan menyuruh anak buahnya, setelah
mendapatkan informasi, H. Muhidin dan istrinya langsung menceritakan di
depan orang-orang kampung dengan melebih-lebihkan beritanya dan
41
atau menaru hati dengan Robby ( Andi Arsyil ) adik ipar bang sulam atau
tepatnya adik kandung Rodiyah ( Uci Bing Slamet ) istri dari bang
sulam. Mereka berdua saling mencintai. Namun, kedua orang tua Rumana
tidak menyetujui hubungan mereka, karena Robby masih termasuk salah
satu keluarga dari bang sulam.
Hari-hari pun berlalu. Pada suatu hari, bang sulam dan istrinya
kecopetan di salah satu parkiran mall. Ketika itu Hj. Rodiyah sedang
menunggu bang sulam yang sedang memarkirkan motornya. Namun,
disaat itu juga copet itu merampas tas dari tangannya Hj. Rodiyah. Padahal
isi tas itu adalah uang untuk mereka membayar sewaan toko di dalam mall
itu. Awalnya mereka ingin menyewa toko untuk membuka usaha bubur
ayamnya di mall itu, namun apa boleh buat, keberuntungan bukan lagi
ditangan mereka. Lalu, datanglah dua orang laki-laki yang menjadi mata-
matanya H. Muhidin. Mereka mencari informasi untuk bisa disampaikan
kepada H. Muhidin.
Pulanglah bang sulam dan istrinya, lalu mereka mendatangi rumah
sakit untuk menjenguk ibunya bang sulam yaitu Emak Haji ( Nani
Wijaya) yang sedang terbaring di rumah sakit. Mereka menceritakan
kejadian diparkiran tadi itu kepada emaknya. Lalu emak memberi nasihat
agar mereka selalu sabar daam menghadapi cobaan hidup.
Dilain tempat, ada pula mata-mata H. Muhidin yang mendatangi
warung H. Muhidin. Mereka menyampaikan informasi yang mereka dapat,