• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Perilaku Jamaah Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di RCTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Perilaku Jamaah Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di RCTI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

MUTIARA AYU DESTILIA

NIM: 108051000029

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

RESPON PERILAKU JAMAAH MAJELIS TA

LIM NURUL

IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI

RCTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

MUTIARA AYU DESTILIA

108051000029

Pembimbing:

Rubiyanah, MA.

NIP. 19730822 1999803 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli penulis, yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara satu UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan sebagai bahan rujukan penulis

skripsi ini, telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya penulis atau

merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka penulis bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Agustus2014

(5)

Nama : Mutiara Ayu Destilia

NIM : 108051000029

ABSTRAK

RESPON PERILAKU JAMA’AH MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN TERHADAP SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI DI RCTI

Media sinetron merupakan media komunikasi yang dapat memberikan dampak yang paling kuat dibanding media lain, gagasan atau nilai-nilai dakwah yang ingin disampaikan oleh penonton dapat diterima atau dicerna lebih mudah. Bagaimana agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan, maka dibutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu penontonnya. Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke tanah suci. Ide ceritanya menyarankan agar selalu sabar dalam menghadapi cobaan hidup.

Berdasarkan latar belakang diatas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, Bagaimana respon Kognitif, Afektif, Konatif Ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji?

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan metode deskriptif analisis dengan jenis penelitian eksperimen. Peneliti mengolah data menggunakan pendekatan nilai Mean dan Relative. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Teori yang diambil dalam penelitian ini adalah teori S-O-R atau S-R, teori ini dietumakan oleh Wat Son, aliran Behavioristik yaitu bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang

maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan kemudahan dalam

segala hal dalam penulisan skripsi ini, sehingga peneliti mampu menyelesaikan

pembuatan skripsi ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat beserta

salam penulis hadiahkan kepada penghuni surga, yang telah membawa umatnya

kepada zaman pengetahuan ilmu dunia dan akhirat, kepada baginda terbesar yang

ada dimuka bumi ini yaitu Habibana wa syafiina wa maulana Muhammad SAW

(allahuma sholiiwasalim wa barik alaih). Yang memberikan inspirasi pada

penulis dalam mencapai kegigihan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini, tentunya tidak sedikit

mngalami hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, baik yang berhubungan

dengan waktu, pengumpulan data dan pengolahannya. Hambatan dan kendala

yang penullis hadapi dapat dilalui dengan kesungguhan, kerja keras dan dengan

do‟a, sehingga dengan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan

bimbingan, arahan, bantuan dan motivasi (semangat). Penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya serta rasa hormat yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

(7)

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA, Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ibu Fita

Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

3. Ibu Rubiyanah selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang

dengan tekun dan sabar dalam memberikan nasihat dan menyempatkan waktu

untuk memberi pengarahan, bimbingan, dan motivasi bagi penulis. Penulis

menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ibu, semoga Allah

SWT yang maha baik, senantiasa mengkaruniakan cinta dan rahmat-Nya serta

keberkahan kepada ibu dan keluarga dalam segala aspek kehidupan ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama ini

telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas sehingga penulis mengerti

akan makna hidup dan memberikan bekal kehidupan untuk penulis

mengarungi hidup kelak, semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi

penulis dan masyarakat luas.

5. Staf Perpustakaan dan staf TU di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang telah membantu penulis mendapatkan referensi dan

kemudahan dalam surat menyurat.

6. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan referensi dan buku-

buku selama penulis kuliah dan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak H. Ucik Supra selaku sutradara dari sinetron TBNH, beserta crew dan

(8)

iv

Nurul Iman Kedaung dan yang telah membantu penulis untuk mendapatkan

data-data yang penulis butuhkan, terima kasih banyak.

8. Yang sangat besar dan tak ada penghargaan yang pantas di berikan melebihi

piala Oscar kepada kedua orang tua penulis, (Alm) Drs. H. Ahmad Darwih

H.D dan Hj. Iryani yang telah melahirkan penulis kealam dunia ini, merawat

dalam tumbuh kembang dan mendidik penulis dalam menghadapi masa depan.

Terima kasih atas kesabaran, nasihat, pelajaran hidup, serta kasih sayang yang

tak pernah berhenti sampai kapanpun.

9. Kaka kandungku tercinta (Intan Yusnita) dan Kaka iparku (Adzee) yang amat

sangat penulis sayangi, yang tak henti-hentinya mendoakan penulis, dan

memberikan dukungan baik moril maupun materil. Alhamdulillah kuliah dan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk keponakan tercinta

(Mikaeel) yang selalu menghibur penulis dikala lelah dan sedih. Canda dan

tawanya memberi semangat kembali untuk penulis. I LOVE U MIKAEEL

10. Seluruh teman-teman KPI A,BC,D,E F khususnya KPI A dan B angkatan

2008, dan sahabat-sahabatku Iis, Arisa, Frida, Kartika, Dewi, Puri, dan semua

yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan selama

ini dan juga dukungan, semangat dan doanya untuk penulis. Sehingga penulis

dapat merampungkan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku tercinta juga Utup, Pia, Nule, Ulfa, Adece, Eci, Amel,

Anisa Fauziah, Garong, dan teman-teman IRANI (Ikatan Remaja Masjid

Nurul Iman), terima kasih banyak atas persahabatan, kasih sayang dan

(9)

dalam keadaan apapun dan kisah klasik ini tak akan berakhir. Siapa kita, dari

mana kita, dan akan bagaimana kita, ini tak akan berarti karena kalian the best

friend for me.

12. Seluruh teman-teman Alumni Pesantren Al-Mukhlishin ciseeng angkatan

2005, teman-teman Paduan Suara VOC (Voice Of Communication), kalian

akan selalu ada dalam hati penulis, makasih doa, dukungan, semangat dan

motivasinya selama ini untuk penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Akhirnya , penulis sangat berharap kepada Allah SWT agar skripsi ini dapat

memberikan nilai manfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun para

pembaca sekalian, sehingga apa yang penulis lakukan ini bisa menjadi satu

amal yang memberatkan timbangan kebaikan di sisi Allah Azza Wa Jalla.

Amin

Jakarta, Agustus 2014

(10)

vi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Akademis ... 4

2. Manfaat Praktis ... 4

D. Metodologi Penelitian... 4

(11)

2. Jenis-jenis Sinetron ... 22 A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta‟lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan ... 36

(12)

viii viii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal

1. Tabel 1. Jenis Pendidikan Responden ... 47

2. Tabel 2. Jenis Pekerjaan Responden ... 48

3. Tabel 3. Respon Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Kognitif ... 49

4. Tabel 4. Respon Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Afektif ... 51

5. Tabel 5. Resopn Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Terhadap Sinetron

Tukang Bubur Naik Haji Skala Konatif ... 53

6. Tabel 6. Perbandingan Skor Rata-rata Respon Skala Kognitif. Afektif, dan

Konatif Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54

7. Tabel 8. Perbandingan Skala Respon Kognitif, Afektif, dan Konatif

Responden Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dilihat

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Televisi merupakan media massa elektronik yang paling banyak

dinikmati oleh masyarakat. Karena media televisi dianggap media yang paling

efektif. Televisi merupakan gabungan media dengar (audio) dan media

gambar (visual) yang bersifat informatif.

Media televisi yang dapat menimbulkan suatu respon bagi yang

menyaksikan tayangan televisi terkadang bisa menyentuh aspek kognitif yang

memberikan pengetahuan, aspek afektif yang memberikan suatu perasaan dan

aspek konatif/behavioral yang dapat menimbulkan perilaku dan ucapan. Pada

aspek kognitif penonton akan mengetahui informasi mana yang terbaik dan

mana yang kurang baik. Aspek afektif (perasaan) karena karakteristik suatu

sinetron akan menghadirkan suatu perasaan personal yang menampilkan

gambaran yang konkret sebagai pengalaman langsung kepada penontonnya,

seseorang akan menangis jika melihat adegan yang sedih dan tersenyum jika

melihat tayangan yang bahagia. Aspek konatif/behavioral sinetron dapat

menanamkan kesadaran semu dan keliru pada penontonnya, selain itu sinetron

juga akan menganggap setiap baju, model rambut, dan aksesoris yang

dikenakan pemain merupakan produk yang baik bagi penontonnya walaupun

realitasnya belum tentu demikian.

Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama

(15)

di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk

mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang televisi

adalah teman, televisi menjadi cermin perilaku masyarakat dan televisi dapat

menjadi candu bagi sebagian orang yang maniak dengan acara-acara yang

disuguhkan televisi.

Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsinya lebih banyak dan

lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain

dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.

Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih

dari yang lain.1

Tak bisa dibantah televisi mempunyai banyak keunggulan

dibandingkan dengan media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan

secara audia dan visual. Berbeda dengan radio yang hanya radio (hanya dapat

didengar) dan surat kabar yang bersifat visual saja, televisi unggul dalam

membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam

mengkonstruksi realitas, kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi

bisa lebih cepat member informasi paling dini kepada pemirsa dan pada surat

kabar, adio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau

jutaan pemirsa ketimbang surat kabar, radio, dan majalah yang hanya

menjangkau ratusan ribu pembaca. Keempat, efek kultural televisi lebih besar

daripada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya.2

1

Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa Sebagai Sebuah Analisis Media televisi, (Jakarta: Rineka Cipta), cet. Ke-1, h. 8.

2

Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah

(16)

3

Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dalam bentuk ceramah,

sandiwara, sinetron, dan lain sebagainya. Melalui televisi tanpa disadari

seorang penonton dapat mengikuti kegiatan dakwah.

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron yang menceritakan

tentang kegigihan, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan seorang tukang bubur

yang mempunyai niat yang suci yaitu untuk memberangkatkan ibunya ke

tanah suci. Namun selain itu, di dalam sinetron ini pun terdapat berbagai

macam karakter-karakter seseorang yang memiliki pola pikir dan cara

pandang keliru dalam memahami ilmu agama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul : “Respon Perilaku Jama’ah

Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan

Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji di RCTI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian, maka peneliti memberikan

batasan; bahwa sinetron yang dimaksud adalah sinetron Tukang Bubur Naik

Haji episode 15.

Adapun secara khusus, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respon Kognitif, Afektif dan Konatif ibu-ibu Majelis

Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat terhadap sinetron Tukang Bubur

(17)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon Afektif,

Kognitif dan Konatif ibu-ibu Majelis Ta‟lim Nurul Iman yang beralamat di

Gg. Nurul Iman 1 rt 007/04 Kedaung Tangerang Selatan, terhadap sinetron

Tukang Bubur Naik Haji”.

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk pengembangan ilmu

pengetahuan yang memadai kepada pembaca, khususnya penulis dan

dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan menambah

wawasan berbagai kalangan seperti teoritis, praktis, dan aktivis penyiaran

televisi dan pada umumnya bagi para pengelola stasiun televisi dalam

menciptakan sebuah program yang religius, inovatif, mendidik dan

menghibur, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat

(penonton) agar tercipta program acara televisi yang lebih menarik,

diminati dan diterima oleh masyarakat umum.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(18)

5

yang menghasilkan data explonatory research. Melalui pendekatan

penelitian tersebut, penelitian ini dapat menjelaskan hubungan kausal antar

variabel-variabel, tetapi tanpa adanya uji hipotesis terlebih dahulu.3

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian Eksperimen,

yaitu merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam

melakukan control terhadap kondisi. Dalam pengertian lain penelitian

eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap

kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan

perlakuan-perlakuan tetentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.4 Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis, yaitu metode penelitian untuk menggambarkan

mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak

mengadakan akumulasi data dasar belaka.5 2. Teknik Pengumpulan data

Adapun tekhnik pengumpulan datanya melalui:

a. Observasi, observasi dilakukan untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat melihat dari dekat

tentang kebenaran yang disampaikan oleh sumber informasi. Observasi

yang penulis gunakan adalah dengan cara pra penelitian sebelum

melakukan penelitian. Yaitu mengamati Jamaah Majelis Talim Nurul

Iman terhadap sinetron Tukang Bubur Naik Haji.

3

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed). Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES. 1995). Cetakan ke-2. Hal. 5

4

Yatim Riyanto (1996:28-40) 5

(19)

b. Angket atau Quesioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan secara tertulis kepada

responden, yaitu laporan tentang pendapat pribadinya hal-hal yang

responden ketahui. Dalam hal ini adalah pendapat atau pernyataan

responden yakni Jamaah Majelis Talim Nurul Iman terhadap

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji.

c. Dokumentasi, yakni penulis memperoleh langsung data melalui

dokumen-dokumen berupa buku-buku, pemberitaan media massa, CD

atau tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji dan bahan info

lainnya yang berkaitan dengan masalah sinetron Tukang Bubur Naik

Haji dan Majelis Talim Nurul Iman.

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang

diteliti. Secara ideal, kita sebaiknya meneliti seluruh populasi, yang

berarti kita melakukan sensus. Berdasarkan judul skripsi ini, maka

populasi penelitian adalah seluruh Jama‟ah Majelis Talim Nurul Iman

Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Namun melihat begitu

beragamnya selurih Jamaah, maka peneliti menggunakan sampel.

Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang

diambil sebagai sumber data dengan menggunakan cara tertentu yang

dianggap mewakili seluruh populasi itu. Sugiyono (2005: 91)

(20)

7

dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah sampel yaitu yang

mewakili populasi.

Dalam proses pengambilan sampel diperlukan rumus-rumus

dan terdapat berbagai rumus untuk menentukan besarnya sampel yang

diperlukan. Populasi dalam penelitian ini adalah Jamaah Majelis

Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan. Dalam hal ini

populasi Jamaah Majelis Talim Nurul Iman sebanyak 120 orang. Dan

sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 30 orang (25%) jamaah

yang memenuhi syarat untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel

didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai

hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Memilih sampel berdasarkan kelompok, wilayah atau

sekelompok individu melalui pertimbangan tertentu yang diyakini

mewakili semua unit analisis yang ada.

4. Teknik Analisis Data

Tekhnik analisis data kuantitatif yaitu suatu metode analisis

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan,

dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi

perhitungan mean (menghitung rata-rata), Chi Square, dan relative.

a. Mean adalah nilai rata-rata hitung yang memberikan gambaran

(21)

Rumus: x = xi n

Keterangan: x= rata-rata xi= pengamatan

n= Jumlah Pengamatan

b. Chi Square adalah merupakan uji proporsi untuk dua peristiwa atau

lebih (multikolomi), jadi variabilitas data bersifat diskrit.6 Rumus: x² = (fo-fh)²

fh

Keterangan: x² = Chi Squares

fo = Frekuansi Observasi fh = Frekuensi Harapan

c. Relatif adalah penghitungan berbentuk rasio atau bilangan persen.

Rumus: p = f x 100 N

Keterangan: P = Persentase f = Frekuansi

n = Jumlah Pengamatan

5. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasi yaitu

faktor-faktor yang dapat berubah-ubah ataupun untuk tujuan

penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar

alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dicari

dan dianalisis. Penentuan variabel dalam satu penelitian, berkisar pada

6

(22)

9

variabel bebas (independent variable) dan variabel tergantung

(dependent variable).7

Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan

variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Variabel Independen (Respon Jama‟ah)

a. Respon Kognitif

b. Respon Afektif

c. Respon Konatif

2. Variabel Dependen (Sinetron TBNH)

a. Waktu Acara

b. Metode yang disampaikan

c. Efek Sinetron Bagi komunikan

6. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan

ditarik berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan

kebenarannya, maka dugaan sementara peneliti adalah:

Ho: Adanya respon perilaku Jamaah Majelis Talim Nurul Iman

Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron TBNH di

RCTI.

Hi : Tidak adanya respon perilaku Jamaah Majelis Talim Nurul

Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan terhadap sinetron

TBNH di RCTI

7

(23)

E. Tinjauan Pustaka

Setelah meninjau beberapa judul skripsi, disertasi tulisan dan lain-lain,

baik di Perpustakaan Umum (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga

diperpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN penulis

menemukan beberapa skripsi yang memiliki kesamaan judul tentang respon

akan tetapi berbeda subyek dan obyeknya, diantaranya yakni :

1. Sri Mulyati, “Respon Jamaah Majelis Talim Al-Faizin Condet Jakarta

Timur Terhadap Film Ayat-ayat Cinta. Skripsi mahasiswi jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009, yang berisi tentang respon jamaah

majelis talim terhadap film ayat-ayat cinta.

2. Agus Fauzi Rahman, “Respon Masyarakat Jeruk Purut Terhadap

Sinetron Si Entong (BERKAH MEMELIHARA ANAK YATIM) Di Televisi

Pendidikan Indonesia (TPI). Skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam 2008.

3. Listiani Wirafasya, “Respon Jamaah Di Studio Terhadap Program Acara

Mamah Dan AA Di Stasiun Televisi Indosiar. Skripsi mahasiswi jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam 2008.

4. Siti Nurul Fitriyah, “Respon Ibu Rumah Tangga Di Desa Cihunu Serpong

Terhadap Tayangan Sinetron Taaruf Di TPI. Skripsi mahasiswi jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam 2009.

Sedangkan judul skripsi penulis “RESPON PERILAKU JAMA’AH

MAJELIS TA’LIM NURUL IMAN KEDAUNG CIPUTAT

(24)

11

NAIK HAJI DI RCTI”. Yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang

lainnya mengenai respon Jamaah majelis Talim Nurul Iman Kedaung

Ciputat yang diteliti sebelumnya adalah terletak pada objek penelitiannya,

yakni Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Setelah penulis meneliti dengan baik

di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata belum ada

skripsi yang membahas mengenai objek program tersebut.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas. Adapun secaa rinci

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan Meliputi; Latar belakang masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,

Tinjauan Kepustakaan, Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis berisikan pembahasan mengenai Respon,

Macam-macam Respon, Faktor-faktor terbentuknya respon, Pengertian

Sinetron, Konsep Dakwah, Pengertian Jama‟ah, dan Televisi sebagai media

dakwah.

BAB III: Gambaran Umum akan dijelaskan tentang Profil Ibu-ibu Jamaah

Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangeran-Selatan dan Profil

(25)

BAB IV : Hasil penjelasan tentang pemberian Respon Kognitif, Afektif, dan

Konatif Jamaah Majelis Talim Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang-

Selatan Terhadap Sinetron Tukang Bubur Naik Haji,

(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Respon

Dalam Kamus Bahasa Indonesia. Respon adalah tanggapan, reaksi

jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi. 8 Selanjutnya menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan dijelaskan bahwa respon adalah

reaksi psikologi metabolic terhadap tibanya suatu rangsangan. 9 Penjelasan mengenai definisi respon menurut dua Kamus Besar di atas kurang lebihnya

sama namun, sejauh mana respon yang dimaksud kurang begitu mendalam,

lalu berbeda pada perbendaharaan kalimat yang satu memakai gejala atau

peristiwa yang lain menggunakan rangsangan.

Lalu menurut Abu Ahmadi mendefinisikan pengertian respon yaitu

tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa pokok, dapat diartikan sebagai

gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah dia amati tidak

lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan, sudah berhenti hanya

kesannya saja.10

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan

(activity) dari organism itu, bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif,

setiap jenis kegiatan (activity) yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat

juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan diartikan sebagai

8

Dekdipbud, Kamus Besar Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996 9

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. (Jakarta: Lembaga Pengkajian & Kebudayaan, 1997), h. 964.

10

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.64.

(27)

hasil atau kesan yang dapat (yang ditinggal) dari pengamatan. Adapun dalam

hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan.11

B. Teori Stimulus Organism Responden (S-O-R)

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R

(Stimulus, Organism, Respon). Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-

Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi

adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen :

sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek

yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response

Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi

merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-

kata verbal, isyarat non verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang

orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.

Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negative; misal

jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif,

namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan

reaksi negatif. Model inilah yang kemudian memengaruhi suatu teori klasik

komunikasi yaitu Hypodermic atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori

inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara

11

(28)

15

langsung dan cepat efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya, media

diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai

perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah

hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof. Dr. Mar‟at dalam

bukunya Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip

pendapat Hovland, Janis, Kalley yang menyatakan bahwa dalam menelaah

sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan

penerimaan.

Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap

individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada

komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat

berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang

disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut

memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin

sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berpa perubahan kognitif, afektif

dan konatif.

Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah:

a. S (stimulus) = Pesan : disini adalah bagaimana suatu pesan yang

terkandung yang disampaikan dalam sinetron Tukan Bubur Naik Haji.

b. O (organism) = Komunikator yaitu Audiens (Jama‟ah Majelis Talim

Nurul Iman) : yang disampaikan oleh komunikan kepada

(29)

c. R (respons) = Responden : Jamaah Majelis Talim Nurul Iman

mampu meberikan efek.

Dengan demikian dalam teori S-O-R disini yaitu sebuah pesan

yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan kemudian mampu

menimbulkan efek.12

C. Macam-macam Respons

Menurut Jalaludin Rakhmat, mengemukakan bahwa terdapat

macam-macam respons kognitif, afektif, dan konatif.13 a. Respon Kognitif

Berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi

seorang mengenai sesuatu. Efek kognitif adalah akibat yang timbul

pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya, dalam

efek kognitif ini bagaimana media massa dapat membantu khlayak

dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan

keterampilan kognitif.14

Respon ini timbul apabila adanya perubahan yang dipahami

dan dipersepsikan khlayak, yang mana respons kognitif itu muncul

menurut indera yang mengamati, seperti:

1) Tanggapan Audit (tanggapan terhadap apa-apa yang telah

didengarkannya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain)

2) Tanggapan Visual (tanggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya)

12

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 256.

13

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 223

14

(30)

17

3) Tanggapan Perasa (tanggapan yang dialami oleh dirinya).15 b. Respon Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan

seseorang menilai terhadap sesuatu, respon ini timbul apabila ada

perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap ssuatu. Tujuan dari

respon afektif bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar

menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui

informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat

merasakannya.16 Respon afektif itu berkaitan dengan emosi, sikap, dan nilai seseorang akan sesuatu maka akan timbul faktor-faktor yang

memengaruhi terjadinya respon afektif dari komunikasi massa, seperti:

1) Suasana Emosional:

Di dalam respon afektif disimpulan bahwa apapun yang

disampaikan dari sineteron, iklan, ataupun sebuah informasi akan

dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Sinetron sedih akan sangat

mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan mengalami

kekecewaan, adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa

terbahak-bahak apabila kita menontonya setelah mendapat keuntungan

yang tidak disangka-sangka.

2) Skema Kognitif:

Merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita dan

menjelaskan tentang alur peristiwa, kita tahu bahwa dalam sebuah

57. 15

Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, 1998),h. 136. 16

(31)

film action, mempunya tokoh atau aktor/aktris yang seiring muncul,

pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak perlu cemas

ketika sang pahlawan jatuh dari jurang, kita menduga pasti akan

tertolong juga.

Kemudian kita akan sangat ketakutan menoton film horor

apabila kita menontonya sendirian dirumah tua, ketika hujan lebat,

dan tiang-tiang rumah berderik. Beberepa penelitian menunjukan

bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan

sendirian atau ditempat gelap.

3) Factor Predisposisi Individual:

Factor ini menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat

dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa, dengan

identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar menampatkan

dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh

tersebut. Karena itu ketika tokoh identifikasi (identifikasikan) itu

kalah, ia ikut merasa kecewa dan ketika identifikasi berhasil, maka ia

ikut merasa bahagia.

c. Respon Behavioral (Konatif)

Respon konatif (perilaku) merupakan respon yang

berhubungan dengan dorongan dan perilaku nyata khalayak, yakni

(32)

19

Respon ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi

oleh khalayak terhadap sesuatu hal.17

D. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon

a. Faktor Internal:

Yaitu faktor yang ada dalam diri individu, seperti unsure jasmani

dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu

stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsure tersebut. Apabila

terganggu salah satu unsure saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan

yang berbeda intensitasnya pada diri individe yang melakukan tanggapan

atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang

lain.

b. Faktor eksternal:

Yaitu faktor yang ada pada lingkungan, factor ini intensitas dan

jenis benda perangsang atau orang menyebutnya factor stimulus

E. Sinetron

1. Pengertian Sinetron

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang

berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang

dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita

video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.

Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah

istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan

h. 218 17

(33)

oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan

manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti

layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan

tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter

yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar

sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat

bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh

penulis skenario. Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode

kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata sehingga dikhawatirkan

menurunkan kualitas cerita, yang akhirnya membuat sinetron menjadi

tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat

menghibur. Hal ini banyak terjadi di Indonesia yang pada umumnya

bercerita seputar kehidupan remaja dengan intrik-intrik cinta segi tiga,

kehidupan keluarga yang penuh kekerasan, dan tema yang akhir-akhir ini

sangat digemari yaitu tentang kehidupan alam gaib.

Tema yang cukup laris dalam sinetron-sinetron Indonesia saat ini,

antara lain sebagai berikut:18 a) Religius

Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan

dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik-

konflik dan plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan,

18

(34)

21

demikian pula dengan tokoh-tokohnya. Seperti, Tukang Bubur Naik

Haji, Doa Membawa Berkah, Para Pencari Tuhan.

b) Percintaan

Tema seperti itu banyak menghiasi sinetron atau film di

Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata cinta itu

sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri, Cinta Indah,

Siapa Takut Jatuh Cinta.

c) Rumah Tangga

Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga

atau keluarga, seperti: Keluarga Cemara, Noktah Merah Perkawinan.

d) Perselingkuhan

Tema ini bercerita tentang seoang suami atau istri yang tetarik

pada laki-laki atau wanita lain. Yang biasanya berkisar pada masalah

tentang sepasang suami yang mengalami konflik dalam rumah

tangganya lalu salah satu atau keduanya berhubungan dengan wanita

atau laki-laki lain.

e) Persahabatan

Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau

remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk

geng. Cerita yang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama

dengan teman-teman satu geng-nya. Seperti, Kepompong, Arti

(35)

f) Kepahlawanan

Tema ini biasanya digunakan dalam sinetron yang ditujukan

untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang yang

hebat serta memiliki kelebihan dibandingkan tokoh yang lainnya.

Seperti, Panji Manusia Millenium, Anak Ajaib.

Memproduksi sebuah sinetron, tata laksana kerjanya hamper

sama dengan memproduksi film. Diperlukan perencanaan dan

persiapan yang matang sebelum produksi berlangsung. Produksi

program sinetron biasanya lahir dari sebuah gagasan. Lewat suatu

riset, gagasan diolah menjadi satu skenario. Ketika skenario sudah

siap, maka produser-orang yang bertanggung jawab pada sebuah

progam- kemudian mengumpulkan staff untuk memilih sutradara,

menentukan jadwal kerja, dan menetapkan estimasi biaya produksi.19

2. Jenis-jenis Sinetron

Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam

sinetron di televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara

dua jenis yang berbeda. Bahkan tak jarang lebih dari satu.

Ada beberapa jenis yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam

sinetron-sinetron Indonesia.20

19

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, (Jakarta: Grasindo, ) h. 154-155. 20

(36)

23

a) Laga Klasik

Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya,

bahwa yang dimaksud dengan laga klasik adalah untuk

sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa,

sunda dan lain-lain), misalnya jaka tingkir, saur sepuh, nenek

lampir.

b) Drama Rumah Tangga

Jenis ini berpola kekerasan dan konflik dalam rumah tangga.

Temanya berkisar perbuatan warisan, kekerasan terhadap istri,

perselingkuhan, percintaan yang dramatis dan lain sebagainya.

c) Komedi

Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling

digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu.

Semua konflik diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu.

d) Religius

Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan

tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja konflik-

konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran

keagamaan, demikian pula dengan tokoh-tokohnya.

e) Drama Remaja

Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang

(37)

remaja dengan segala persoalannya mulai dari percintaan,

persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-lain.

f) Horror

Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan

menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan.

Misalnya sinetron Di Sini Ada setan dan sundel bolong.

3. Unsur-unsur Sinetron

Menurut JB. Wahyudi dalam bukunya Teknologi Informatika dan

Produksi Citra Bergetar, bahwa unsur-unsur dari sinetron adalah :

a. Produser

Yaitu seseorang yang membiayai produksi sebuah sinetron dan orang

yang betanggung jawab atas pembuatan sinetron secara keseluruhan.

b. Sutradara

Adalah orang yang memimpin pertunjukan pementasan dalam sebuah

sinetron.

c. Naskah atau sript atau ide gagasan suatu cerita

Naskah adalah penjelasan serta pengembangan sebuah ide cerita atau

konsep yang secara operasional dapat di buat visualnya, oleh karena

itu penulis naskah dituntut untuk berimajinasi secara kreatif dengan

didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat

dijabarkan dalam bahasa yang jelas.

d. Artis/actor

(38)

25

e. Engineering

Yaitu orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan

alat-alat produksi, seperti kamera, mika, dan listrik.

f. Kostum

Walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam

pembuatan sinetron, kostum juga diperhatikan, maka kostum

ditentukan agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut.

g. Make-up atau tata rias

Hal ini juga harus diperhatikan, me-make-up para pemain dengan

karakter yang harus dimainkannya.

F. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang

merupakan bentuk masdar dari kata kerja daa yad‟u yang artinya

menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.

Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta panggilan

kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam Sabilillah

(Jalan Allah) secara menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan, tulisan,

maupun perbuatan.21

Menurut Nasarudin Latif, Dakwah artinya setiap usaha atau

aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak,

21

(39)

serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT.,

sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”.22

Secara terminology atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah

usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia

dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan

hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar maruf nahi munkar

dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan

membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan

perikehidupan bernegara.23

Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.24 Dakwah merupakan kewajiban individual (fardhu „ain) seorang muslim,

akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupkan kewajiban kolektif

(fardhu kifayah).

2. Unsur-unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang

mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling

mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya,

antara lain:

22 Rafiu

di dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; Pustaka Setia, 2001), cet. Ke-2.

23

Samsul Munir Amin, Rekrontuksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008). Cet. Ke-1 h.5

24

(40)

27

a. Dai

DaI adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya orang yang

dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang, baik individual

ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni Al-Qur‟an dan hadits.

DaI ini ada yang melaksanakan dakwahnya secara individu, namun

ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi.25

Yang dimaksud daI di sini bukan hanya sekedar seorang khatib yang

berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya,

suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun hal ini merupakan

bagian darinya. Yang dimaksud dengan daI adalah seseorang yang

mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu apa yang sedang

berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema yang

ada.26

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. Ke-1 26

(41)

meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan mu‟amalah), dan

akhlak.

G. Pesan Dakwah

Pesan dakwah mengandung arti Perintah, nasihat, permintaan,

amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain.27

Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah semua pernyataan

yang bersumber dari Al-Qur‟an dan sunah baik tertulis maupun lisan

dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.28

Islam sendiri sebagai ajaran yang

universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang

berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia

tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial, keluarga,

kebudayaan dan lain sebagainya.

Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu

Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan

adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah

dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan muamalah.29

Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus

disampaikan oleh seorang daI kepada madu berdasarkan keterangan di

atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya (arkan al-iman),

syariah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah, serta

h.43 27

Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1993), h. 19 28

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, 29

(42)

29

akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan

tumbuhan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materi-

materi dakwah yang harus disampaikan kepada madu atau objek dakwah

adalah berkaitan denga masalah-masalah sebagai berikut:

a. Pesan Aqidah

Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan

secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan atau iman. 30 Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh

Hassan Saleh adalah keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang

terhujam dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga mengikat

kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya.

Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman

(rukun iman yang enam) antara lain:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya

3. Iman kepada Kitab-kitabNya

4. Iman kepada Rasul-rasulNya

5. Iman kepada hari Kiamat

6. Iman kepada Qada dan Qadar

Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang

menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya.

30

E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan

(43)

Aqidah merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW

ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah.

Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi keimanan

seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang

mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh

bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah

sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah

dan rapuh sehingga mudah roboh keyakinannya.

b. Pesan Syariah

Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari bahasa

Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-

peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan

dilaksanakan sebagaimana mestinya. 31 Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka Islam juga mengatur manusia melalui praktek.

Jika aqidah posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina

suatu perundang-undangan (syariat) sebagai cabangnya.

Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur

pergaulan hidup antara sesama manusia. 32 Ketetapan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan

h.343 31

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1, 32

(44)

31

ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama

disebut muamalah.

Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan

muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan

manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa,

zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak lupa

kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih deket lagi dengan

Tuhannya.

Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah

beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah

adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan

mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam

mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan

dengan berbagai macam isinya.33 c. Pesan Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk

jama dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau

tabiat. Akhlak dari segi istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang

berarti perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada

karsa dan tingkah laku.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah

sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam

33

(45)

jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan

baik, disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan buruk,

yang disebut akhlak tercela (akhlak madzmumah) sesuai dengan

pembinaannya.

Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak

menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya,

selalu berdoa dan memohon kepada-Nya dan selalu mencari

keridhoan-Nya.34

Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan

perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-

hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta

tanpa alasan yang benar. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam,

dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan,

dan ucapan yang baik, mendoakan dan saling membantu.

Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan

perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda

tak bernyawa lain.

Untuk itu salah satu materi dakwah islam dalam rangka

memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat

harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang

terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak.

h.147 34

(46)

33

Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah,

tetapi juga sangat melibatkan pikiran.

H. Pengertian Jama’ah

Jamaah secara bahasa diambil dari kata dasar jamaa artinya

mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain.

Dan kata tersebut berasal dari kata ijtima‟ (perkumpulan), yang merupakan

lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan kata dari furqah

(perpecahan).35

Istilah jamaah mempunyai arti yang berbeda-berda sesuai dengan

konteks kalimat dan kaitannya. Pertama, dikaitkan dengan kata ahlu sunnah”

sehingga menjadi ahlu sunnah wal jamaah, yang berarti golongan yang

mengikuti sunnah dan tradisi Nabi SWT serta berada dalam kumpulan kaum

muslim. Kedua, istilah jamaah dikaitkan dengan ijma‟ sebagai sumber hukum.

Ijma merupakan hasil kesepakatan jamaah dalam suatu masalah yang di

dalamnnya terjadi saling pendapat. Ketiga, istilah jamaah dikaitkan dengan

iman atau pemimpin, yang berarti komunitas kaum muslimin yang dipimpin

seorang imam.

Istilah jamaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama dalam

pelaksanaan shalat jum‟at harus mencukupi jumlah 40 orang., sehingga jika

jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak sah. Mazhab-mazhab lain

berpendapat bahwa jika pengertian jamaah telah terpenuhi – ditinjau dari segi

35

(47)

jumlahnya, tiga orang atau lebih, termasuk imam – maka sholat jumat sah.

Hali ini disebabkan arti dari istilah jamaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak,

atau lebih dari tiga orang.

Namun yang dimaksud jamaah di sini yaitu suatu kumpulan atau

sekelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan atau mendengarkan

tausiah tentang ilmu-ilmu agama yang diberikan oleh seorang ustadzah.

I. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan

manfaat hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaat hasil teknologi

itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih

optimal.

Berdakwah melalui televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan

dibanding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian kehebatannya

antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air

bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya atau sang daI hanya pada pusat

pemberitaan (distudio) saja.

Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan

komunikasi secara umum, dalam berkomunikasi secara umum, dalam

berkomunikasi kecanggihan media, disamping komponen lain, komunikator,

isi pesan, komunikan dan feed back, merupakan salah satu faktor suksesnya

suatu aktivitas komunikasi.

Hadirnya televisi swasta di Indonesia merupakan suatu imbas teknologi

(48)

35

sebagai sarana informasi di Indonesia tidak terlepas dari jalannya

pembangunan nasional dibeberapa bidang, kehadiran televisi-televisi tersebut

secara tidak langsung menjadikan alternative tontonan lebih luas bagi pemirsa

di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi menjadi suatu kewajiban untuk

(49)

BAB III GAMBARAN

UMUM

A. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim Nurul Iman Kedaung Ciputat

Tangerang-Selatan

1. Sekilas Tentang Majelis Ta’lim Nurul Iman

Majelis Ta‟lim Nurul Iman didirikan pada tahun 1980, yang

mendirikan Bpk. H. Sanam. Beliau mendirikan Majelis Talim Nurul

Iman kepada masyarakat setempat, untuk membangun pengajian dan

mengadakan pengajian setiap minggu seperti Al-Qur‟an, Fiqih, Akhlak

dan lain-lain. Pada saat ini Majelis Ta‟lim Nurul Iman dipegang atau di

ketuai oleh ibu Hj. Rohana sebagai menantu tertua di keluarga Bpk.

H.Sanam.

Dari jumlah keseluruhan jamaah kaum ibu-ibu di Majelis Ta‟lim

Nurul Iman Kedaung Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 120

jamaah. Pengajian rutin Majelis Talim Nurul Iman ini hanya satu

minggu sekali yaitu pada hari jum‟at pukul 13.00 WIB.

Berdirinya Majelis Talim Nurul Iman sebagai lembaga non-formal

yang berperan serta dalam agama Islam sangat cocok digunakan di

kalangan masyarakat, khususnya dikalangan kaum ibu rumah tangga,

Majelis Talim merupakan organisasi pendidikan non-formal yang

memberikan pengarahan khusus keagamaan.

(50)

37

Kesibukan yang dialami para ibu rumah tangga ditambah lagi

dengan latar belakang pendidikan yang minim dan juga rasa malu yang

dimiliki membuat para kaum ibu rumah tangga enggan untuk memahami

agama Islam secara mendalam, sehingga anak-anak yang dimilikinya pun

menjadi malas mengikuti jejak orang tuanya, khususnya ibu-ibu mereka.

Majelis Talim Nurul Iman mempunyai peranan besar dalam

meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman bagi semua

lapisan masyarakat, termasuk di dalamnya para ibu rumah tangga, dengan

Majelis Talim proses dakwah akan terasa lebih mudah dan memberi

warna dan melaksanakan kegiatan dakwah. Karena pada

umumnya Majelis Talim adalah lembaga swadaya murni, ia dilahirkan,

dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung oleh masyarakat itu

sendiri.

Adapun struktur organisasi dan nama anggota pengurus dalam

Majelis Ta‟lim Nurul Iman adalah:

Ketua Pengurus : Ibu Hj. Rohana

Ketua : Ibu Hj. Rohana

Wakil ketua : Ibu Hj. Iryani

Sekretaris : Ibu Umu Kulsum

(51)

2. Program Kegiatan Majelis Ta’lim Nurul Iman

Dalam melakukan keagamaan Majelis Ta‟lim Nurul Iman

melakukan kegiatan pengajian setiap minggunya, yaitu pengajian ibu-ibu.

Adapun waktu dalam mengadakan pengajian ibu-ibu dari jam 13.00-

15.00.

Dalam menyelenggarakan tiap bulannya Majelis Talim Nurul

Iman mengadakan :

- Acara Isra Miraj di bulan Rajab

- Maulid Nabi Muhammad saw

- Kegiatan Santunan Yatim dan lain-lain sebagainya.

B. Gambaran Umum Sinetron Tukang Bubur Naik Haji

1. Sekilas Tentang Sinetron Tukang Bubur Naik Haji

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron produksi Sinemart

yang ditayangkan di RCTI setiap hari mulai pukul 20.30 sampai dengan

22.30 WIB. Pertama kali tayang pada hari senin, tanggal 28 Mei 2012 dan

hingga sampai saat ini masih terus berjalan. Pemainnya antara lain ialah

Mat Solar, Uci Bing Slamet, Nani wijaya, Citra Kirana, Andi Arsyil

Rahman, Aditya Herpavi Rachamn, Latief Sitepu dan masih banyak lagi.

Sinetron ini terus mengalami peningkatan rating meski tokoh utama sudah

tidak kelihatan lagi.

Pada tanggal 27 Februari 2013, sinetron ini mampu melewati

sinetron Anugerah dengan 473 episode& pada tanggal 29 April 2013,

(52)

39

Tukang Bubur Naik Haji merupakan sinetron dengan episode terbanyak

ke-3 di Indonesia. Pada 25 Juni 2013 sinetron ini mengalahkan Putri yang

Ditukar dengan 676 episode, sehingga Tukang Bubur Naik Haji

menempati peringkat kedua. Pada 28 Desember 2013 sinetron ini

mengalahkan cinta fitri dengan 1002 episode, sehingga Tukang Bubur

Naik Haji menempati peringkat kesatu dari daftar sinetron dengan jumlah

episode terpanjang.

Adapun sinopsis dari sinetron ini episode 15 :

Bang Sulam (Mat Solar) adalah seorang tukang bubur yang

penyabar, selalu tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat

ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar

usaha bubur ayamnya.

Pada siang hari tepatnya dikediaman bang sulam, datanglah Badar (

Ricky Malau Ali ) adalah seorang preman yang kerjanya selalu mencuri,

merampok, minum-minuman keras, dll. Tetapi, Badar yang sekarang

berbeda, dia telah bertaubat. Sekarang Badar sudah berubah

kepribadiannya menjadi manusia yang lebih baik. Dia menjadi rajin shalat

kemasjid, dan selalu ingin melakukan hal-hal yang baik. Setelah bertemu

bang sulam, dia pun menjadi salah satu pekerja di warung buburnya bang

sulam. Namun, dia berputus asa karena ketika dia berdagang keliling

bubur ayam, masih tersisa banyak dagangannya. Sehingga dia mendatangi

bang sulam, bahwa dia tidak bisa berdagang. Namun bang sulam pun terus

(53)

Saat bang sulam mengajak badar untuk shalat berjamaah di masjid.

Ketika ingin memulai shalat datang seorang H. Muhidin ( Latief Sitepu)

dia adalah seorang haji yang siapa pun memanggilnya harus dengan

sebutan haji. H.Muhidin selalu memusuhi keluarganya bang sulam. Selalu

memfitnah keluarga bang sulam. Dia itu orang yang syirik dengan

kesuksesannya bang sulam. Ketika ingin memulai shalat, H.Muhidin satu

syaf dengan badar, lalu H.Muhidin berpindah tempat. Setelah selesai

shalat, H.Muhidin pun membuat keributan di depan masjid. Karena Badar

terpancing emosinya. Ada pula Hj. Maemunah ( Shinta Muin ) istri dari

H. Muhidin. Dia mempunyai sifat yang sama dengan suaminya, yaitu sifat

iri dan dengki terhadap orang lain, terutama kepada keluarganya bang

sulam. Dia selalu menganggap bahwa keluarganya bang sulam itu berhasil

dan sukses bukan dari uang yang halal. Hj. Maemunah dan H. Muhidin

selalu memfitnah keluarga bang sulam didepan orang lain.

H. Muhidin dan Hj. Maemunah pun mempunyai anak gadis yang

bernama Rumanah ( Citra Kirana ) dia adaalah seorang Ustadzah muda

dikampungnya. Dia sering memberi tausyiah dimasjid. Rumana tidak suka

dengan kelakuan kedua orang tuanya yang selalu mengusik kehidupan

orang lain, khususnya keluarga bang sulam. Mereka selalu mencari

informasi tentang bang sulam dengan menyuruh anak buahnya, setelah

mendapatkan informasi, H. Muhidin dan istrinya langsung menceritakan di

depan orang-orang kampung dengan melebih-lebihkan beritanya dan

(54)

41

atau menaru hati dengan Robby ( Andi Arsyil ) adik ipar bang sulam atau

tepatnya adik kandung Rodiyah ( Uci Bing Slamet ) istri dari bang

sulam. Mereka berdua saling mencintai. Namun, kedua orang tua Rumana

tidak menyetujui hubungan mereka, karena Robby masih termasuk salah

satu keluarga dari bang sulam.

Hari-hari pun berlalu. Pada suatu hari, bang sulam dan istrinya

kecopetan di salah satu parkiran mall. Ketika itu Hj. Rodiyah sedang

menunggu bang sulam yang sedang memarkirkan motornya. Namun,

disaat itu juga copet itu merampas tas dari tangannya Hj. Rodiyah. Padahal

isi tas itu adalah uang untuk mereka membayar sewaan toko di dalam mall

itu. Awalnya mereka ingin menyewa toko untuk membuka usaha bubur

ayamnya di mall itu, namun apa boleh buat, keberuntungan bukan lagi

ditangan mereka. Lalu, datanglah dua orang laki-laki yang menjadi mata-

matanya H. Muhidin. Mereka mencari informasi untuk bisa disampaikan

kepada H. Muhidin.

Pulanglah bang sulam dan istrinya, lalu mereka mendatangi rumah

sakit untuk menjenguk ibunya bang sulam yaitu Emak Haji ( Nani

Wijaya) yang sedang terbaring di rumah sakit. Mereka menceritakan

kejadian diparkiran tadi itu kepada emaknya. Lalu emak memberi nasihat

agar mereka selalu sabar daam menghadapi cobaan hidup.

Dilain tempat, ada pula mata-mata H. Muhidin yang mendatangi

warung H. Muhidin. Mereka menyampaikan informasi yang mereka dapat,

Gambar

Tabel 2. Jenis Pekerjaan  Responden ...........................................................
gambar (visual) yang bersifat informatif.
gambaran ingatan dari pengamatan dimana objek yang telah dia amati tidak
Tabel 1. Karakteristik Jenis Pendidikan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait