• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Untuk Wlan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Dan Realisasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Untuk Wlan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN REALISASI

ANTENA MIKROSTRIP PATCH RECTANGULAR

UNTUK WLAN

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Pendidikan Program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro

(2)

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk merancang, membuat dan mengaplikasikan antena mikrostrip dengan patch rectangular untuk dapat bekerja pada frekuensi 2.4 GHz.

Antena adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem komunikasi wireless, semakin populernya komunikasi nirkabel membuat kebutuhan akan antena meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan suatu antena denganbentuk fisik yang kompak, udah dipabrikasi serta memiliki performa tinggi untuk diaplikasikan pada perangkat telekomunikasi nirkabel yang ada

Antena ini dibuat dengan bahan substrat FR4 dengan konstanta dielektrik atau εr = 4.4 , loss tangent tan δ = 0.02 dan ketebalan h = 1.6 mm dengan

(3)

The purpose of making the final task is to design, create and apply the microstrip antenna with rectangular patch to be working at a frequency of 2.4 GHz.

The antenna is an inseparable part of a wireless communication system the growing popularity of wireless communication makes the need for the antenna increase, therefore it takes an antenna with a compact physical form, already to fabricated and has hig performance to be appiled to existing wireless telecommunication devices.

(4)

Dengan mengucap Alhamdulillah segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat, rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kemampuan dalam menghadapai segala proses dalam penyelesaian tugas akhir ini. Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia, adapun judul dari tugas akhir ini adalah :

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA MIKROSTRIP PATCH

RECTANGULAR UNTUK WLAN

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta dukungan dari banyak pihak. Untuk itu penulis dalam kesempatan kali ini ingin mengucapkan Program Studi Teknik Elektro UNIKOM Bandung.

(5)

7. Kedua Orang Tua, Adik serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan selama mengikuti perkuliahan.

8. Nurdevi Wulan Suci yang selama ini selalu memberikan dukungan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

9. Teman seperjuangan Jafar Jufrie, Iryaman Badrun, Rudi Bob, Dede De Darrel, Zakir Ali, Nimas Rayung, Dedi Sitompul, dan kawan lain yang tidak mungkin saya sebut satu persatu disini

10.LOCAL PARTNER Bandung

Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT semoga semua amal dan budi baik yang telah mereka berikan dapat dibalas dengan setimpal. Amin.

Bandung, Agustus 2011

(6)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memegang peranan penting

di abad ini. Dengan telekomunikasi orang bisa saling bertukar informasi satu

dengan yang lainnya. Seiring dengan perkembangan aktifitas manusia yang

semakin mobile maka dituntut pula suatu pola komunikasi yang mudah dilakukan

dimana saja. Oleh karena itu, kemudian muncul konsep teknologi komunikasi

yang tidak lagi menggunakan media kabel dan pengguna bisa bebas bergerak

kemanapun. Sistem komunikasi ini disebut sistem komunikasi mobile wireless,

yang merupakan bagian dari sistem komunikasi radio.

Antena merupakan sebuah bagian yang menjadi ciri khas dari sistem

komunikasi radio. Berbagai jenis antena telah banyak diciptakan dan

dikembangkan untuk beragam aplikasi seperti radar, telemetri, biomedik, radio

bergerak, penginderaan jauh, dan komunikasi satelit. Untuk dapat mendukung

teknologi WLAN, antena ini harus compatible, kecil, dan mampu bekerja pada

pita frekuensi lebar (broadband). Antena mikrostrip adalah sebuah kandidat yang

mampu memberikan kebutuhan tersebut.

Antena mikrostrip merupakan salah satu jenis antena yang

pengembangannya dimulai sejak tahun 1970an dan hingga kini masih menjadi

jenis antena yang terus dikembangkan. Berbagai aplikasi komunikasi radio tidak

luput dari penggunaan antena ini. Hal yang menjadi alasan dalam pemilihan

(7)

murah tetapi mampu memberikan unjuk kerja (performance) yang cukup baik.

Mikrostrip merupakan saluran transmisi yang bentuk fisiknya tidak berupa

kabel yang berupa lentur akan tetapi bersifat kaku. Jenis saluran transmisi ini

umumnya dipergunakan untuk bekerja pada daerah frekuensi gelombang mikro

(GHz) dan digunakan untuk menghubungkan piranti-piranti elektronika yang

berjarak cukup dekat. Pada Tugas Akhir ini, akan dibahas tentang perancangan

antena mikrostrip patch rectangular untuk aplikasi Wireless LAN.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan antena mikrostrip patch rectangular?

2.Bagaimanakah spesifikasi antena yang diperlukan pada sistem WLAN?

3. Bagaimana merancang antena mikrostrip patch rectangular untuk

aplikasi WLAN ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah merancang antena mikrostrip patch

rectangular dan merealisasikannya untuk aplikasi wireless LAN yang bekerja

pada frekuensi 2,4 GHz.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut:

(8)

2. VSWR ≤ 2

3. Pola radiasi yang digunakan adalah directional

4. Gain yag diinginkan ≥ 4 dBi

5. Perancangan menggunakan Ansoft Designer HFSS

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang

terkait serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Simulasi antena mikrostrip patch rectangular.

Merupakan proses mensimulasikan antena mikrostrip patch rectangular dengan

menggunakan software.

3. Realisasi Alat

4. Pengukuran dan Analisis

Berupa analisis terhadap antena yang dirancang menggunakan software.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

(9)

antena mikrostrip.

BAB III PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH RECTANGULAR

Bab ini berisi teori tentang proses pembuatan simulasi dan perancangan antenna

microstrip .

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang realisasi pembuatan dari antenna microstrip dan pengukuran

antena mikrostrip patch rectangular untuk aplikasi wireless LAN dan hasil yang

dicapai dari perancangan tersebut.

BAB V PENUTUP

(10)

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Antena

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari

saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran

transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi

gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran

transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang

uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubung singkat maka akan

muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang

dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan

gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni.

Konsentrasi-konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi

listrik seluruhnya ke energi magnet total dua kali setiap periode gelombang itu

Antena merupakan sebuah perangkat yang digunakan memancar dan atau

menerima gelombang elektromagnetik secara efisien. Sebagai contoh penggunaan

antena yaitu;

a. Komunikasi Tanpa Kabel

(Wireless Communication) berupa sistem komunikasi personal (PCS),

sistem Global Positioning Satellite (GPS), Wireless Local Area Netrworks

(WLAN), Direct Broadcast Satellite (DBS) Television, Mobile Communications,

Telephone Microwave/Satellite Links, Broadcast Television dan Radio, dan

(11)

b. Penginderaan jauh (Remote Sensing)

Berupa Radar (Penginderaan Jauh aktif yang bekerja meradiasi dan

menerima gelombang), Pemakaian untuk militer sebagai pencari target dan

tracking, radar cuaca, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan mobil,

pengatur lalu lintas (magnetometer), ground penetrating radar (GPR), pemakaian

untuk pertanian. Radiometry adalah Penginderaan jauh pasif yang bekerja dengan

cara menerima emisi gelombang. Penggunaan militer dalam bentuk perlakuan

gelombang dan penggabungan sinyal.

Gambar 2.1 memperlihatkan sumber atau pemancar yang dihubungkan

dengan sebuah saluran transmisi ke antena. Jika saluran transmisi disesuaikan

dengan impedansi antena, maka hanya akan ada gelombang berjalan ke arah

antena saja. Di daerah antena energi diteruskan ke ruang bebas sehingga daerah

ini merupakan transisi antara gelombang terbimbing dengan gelombang bebas.

(12)

2.2 Daerah Medan Antena

Daerah antena merupakan pembatas dari karakteristik gelombang

elektromagnetika yang dipancarkan oleh antena. Pembagian daerah di sekitar antena

dibuat untuk mempermudah pengamatan struktur medan di masing-masing darah

antena tersebut. Gambar 2.2 menjelaskan tentang daerah-daerah di sekitar antena .

Daerah – daerah medan antena :

A. Daerah medan dekat reaktif yang merupakan daerah yang berada

disekitar antena dimana medan reaktif sangat dominan (energi tersimpan –

gelombang berdiri).

B. Daerah medan dekat Fresnel yang merupakan daerah antara medan

dekat reaktif dan medan jauh dimana radiasi medan sangat dominan dan

distribusi medan tergantung jarak dari antena.

C. Daerah medan jauh Fraunhofer merupakan daerah paling terjauh dari

antena dimana distribusime dan secara esensial berdiri sendiri dari jarak

antena sumber (propagasi gelombang).

(13)

2.3 Parameter Antena

Kinerja dan daya guna suatu antena dapat dilihat dari nilai

parameter-parameter antena tersebut . Beberapa dari parameter-parameter tersebut saling berhubungan

satu sama lain.

2.3.1 Daya Radiasi

Untuk menentukan daya radiasi rata – rata oleh sebuah antena, kita mulai

dengan vektor pointing sesaat (vektor densitas daya) yang didefinisikan sebagai

persamaan,

(2.1)

diasumsikan bahwa antena dibatasi oleh permukaan S,

Gambar 2.3 Daerah Radiasi dengan permukaan S

2.3.2 Intensitas Radiasi

Intensitas radiasi merupakan daya radiasi per sudut soliditas (normalisasi

daya radiasi terhadap sebuah satuan spheris).

(14)

2.3.3 Keterarahan

Keterarahan ini dimaksudkan sebagai perbandingan intensitas radiasi pada

arah tertentu dari sebuah antena terhadap intensitas radiasi rata-rata keseluruh

arah. Persamaan keterarahan ini dapat dituliskan persamaan yaitu,

(2.3)

2.3.4 Efisiensi Antena

Ketika antena dikendalikan oleh sumber tegangan (generator), maka daya

radiasi antena tidak akan seluruhnya untuk dipancarkan ke antena dari sumber

tegangan. Faktor rugi-rugi sangat berpengaruh terhadap efisiensi antena serta

dapat diidentifikasi dengan contoh umum sebuah generator dihubungkan terhadap

sebuah antena pemancar melalui saluran transmisi seperti yang ditunjukkan pada

gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 Transmisi saluran dari generator menuju antenna.

2.3.5 Penguatan Antena (Gain)

Definisi daripada keterarahan antena dan penguatan antena secara

esensialnya mempunyai kesamaan kecuali pada bagian daya yang digunakan.

Keterarahan merupakan perbandingan antara densitas daya radiasi antena pada

jarak titiktertentu terhadap daya radiasi total antena secara isotropis. Penguatan

(15)

daya input total antena yang diradiasikan secara isotropis. Maka, penguatan

antena akan tergantung pada daya total yang melayani terminal masukan antena,

serta perhitungan untuk rugi-rugi ohmic pada antena dilakukan ketika keterarahan

tergantung pada daya total radiasi dan tidak termasuk efek rugi-rugi ohmic.

(2.4)

2.3.6 Impedansi Antena

Impedansi input suatu antena adalah impedansi pada terminalnya.

Impedansi input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang

dekat dengannya. Untuk mempermudah dalam pembahasan diasumsikan antena

terisolasi.

Impedansi antena terdiri dari bagain riil dan imajiner, yang dapat

dinyatakan dengan :

(2.5)

Resistansi input ( ) menyatakan tahanan disipasi. Daya dapat terdisipasi

melalui dua cara, yaitu karena panas pada srtuktur antena yang berkaitan dengan

perangkat keras dan daya yang meninggalkan antena dan tidak kembali

(teradiasi). Reaktansi input ( ) menyatakan daya yang tersimpan pada medan

dekat dari antena.

2.3.7 Bandwidth

Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemacar atau penerima selalu

dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut

antena dituntut harus dapat bekerja dengan efektif agar dapat menerima atau

memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu. Pengertian harus dapat

(16)

pada range frekuensi tersebut benar-benar belum banyak mengalami perubahan

yang berarti. Sehingga pola radiasi yang sudah direncanakan serta VSWR yang

dihasilkannya masih belum keluar dari batas yang diijinkan. Daerah frekuensi

kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan baik dinamakan bandwidth

antenna. Suatu misal sebuah antena bekerja pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 ( di atas fC), maka lebar bandwidth dari antena tersebut adalah (f1 – f2). Tetapi apabila dinyatakan dalam prosen, maka bandwidth antena tersebut adalah :

(2.6)

Bandwidth yang dinyatakan dalam prosen seperti ini biasanya digunakan

untuk menyatakan bandwidth antena-antena yang memliki band sempit (narrow

band). Sedangkan untuk band yang lebar (broad band) biasanya digunakan

definsi rasio antara batas frekuensi atas dengan frekuensi bawah.

(2.7)

Suatu antena digolongkan sebagai antena broad band apabila impedansi dan pola

radiasi dari antena itu tidak mengalami perubahan yang berarti untuk f2 / f1 > 1. Batasan yang digunakan untuk mendapatkan f2 dan f1 adalah ditentukan oleh harga VSWR = 1.

Bandwidth antena sangat dipengaruhi oleh luas penampang konduktor

yang digunakan serta susunan fisiknya (bentuk geometrinya). Misalnya pada

antena dipole, ia akan mempunyai bandwidth yang semakin lebar apabila

(17)

antena yang mempunyai susunan fisik yang berubah secara smoth, biasanya iapun

akan menghasilkan pola radiasi dan impedansi input yang berubah secara smoth

terhadap perubahan frekuensi (misalnya pada antena biconical, log periodic, dan

sebagainya). Selain daripada itu, pada jenis antena gelombang berjalan (tavelling

wave) ternyata ditemukan lebih lebar range frekuensi kerjanya daripada antena

resonan.

2.3.8 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah kemampuan suatu antenna untuk bekerja pada frekuensi

yang diinginkan. Pengukuran VSWR behubungan dengan pengukuran koefisien

refleksi dari antenna tersebut. Perbandingan level tegangan yang kembali ke

pemancar ( ) dan yang dating menuju beban ( ) ke sumbernya lazim disebut

koefisien pantul atau koefisien refleksi yang dinyatakan dengan symbol “Γ”.

(2.8)

hubungan antara koefisien refleksi, impedansi karakteristik saluran ( ) dan

impedansi beban/antena ( ) dapat ditulis :

(2.9)

harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara 0 (tanpa pantulan/match)

sampai 1, yang berarti sinyal yang dating ke beban seluruhnya dipantulkan

kembali ke sumbernya semula. Maka untuk pengukuran Voltage Standing Wave

Ratio (VSWR), dinyatakan sebagai berikut :

(18)

besarnya VSWR yang ideal adalah 1, yang berarti semua daya yang diradiasikan

antenna pemancar diterima oleh antenna penerima (match). Semakin besar nilai

VSWR menunjukan bahwa daya yang dipantulkan juga semakin besar dan tidak

match. Dalam prakteknya VSWR harus bernilai lebih kecil dari 2 (dua).

2.4 Antena Mikrostrip

Salah satu antena yang paling populer saat ini adalah antena mikrostrip.

Hal ini disebabkan karena antena mikrostrip sangat cocok digunakan untuk

perangkat telekomunikasi yang sekarang ini sangat memperhatikan bentuk dan

ukuran.

Antena microstrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas

ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti tampak pada

Gambar 2.5 Antena mikrostrip merupakan antena yang memiliki massa ringan,

mudah untuk dipabrikasi, dengan sifatnya yang konformal sehingga dapat

ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan dan ukurannya kecil

dibandingkan dengan antena jenis lain. Karena sifat yang dimilikinya, antena

mikrostrip sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini sehingga dapat di-integrasikan

dengan peralatan telekomunikasi lain yang berukuran kecil, akan tetapi antena

gain dan directivity yang kecil, serta efisiensi rendah.

(19)

Bentuk konduktor bisa bermacam-macam tetapi yang pada umumnya

digunakan berbentuk empat persegi panjang dan lingkaran karena bisa lebih

mudah dianalisis. Adapun jenis-jenis antena microstrip terlihat pada Gambar2.6.

Gambar 2.6 Jenis patch antena mikrostrip

Antena mikrostrip adalah salah satu jenis antena wireless yang paling

popular digunakan saat ini. Ada beberapa alasan kenapa antena microstrip sangat

terkenal :

a. Sangat mudah dipabrikasi.

b. Selaras dengan permukaan non-planar

c. Sangat murah karena hanya dengan menggunakan papan cetak sirkuit

d. Fleksibel sehingga menghasilkan berbagai macam pola dan polarisasi yang berbeda

e. strukturnya sangat kuat

2.4.1 Model Cavity

Untuk menganalisi sebuah antena microstrip, maka diperlukan sebuah

pemodelan yang dapat menggambarkan kondisi antena ke dalam sebuah kondisin

(20)

mikrostrip tersebut telah banyak dikemangkan dan satu diantaranya yang populer

adalah model cavity.

Pada model cavity, daerah interior yaitu ruang antara patch dan ground

plane diasumsikan sebagai sebuah ruang (cavity) yang dilingkari oleh suatu

dinding magnetik sepanjang tepinya, dan diapit oleh dinding elektrik dari atas dan

bawah. Model cavity dari sebuah antena mikrostrip diperlihatkan pada Gambar

2.7. Beberapa asumsi model cavity berdasarkan observasi dari substrat tipis

(h<<λ0).

a. Medan di daerah interior tidak bervariasi dengan z (∂/z 0) karena substrat sangat tipis (h<<λ0).

b. Medan elektrik hanya muncul dalam arah z, Ez saja, dan medan magnetis

hanya ada komponen transvers-nya saja (Hx, dan Hy) di daerah yang

dibatasi oleh patch dan ground plane. Observasi ini juga memperhatikan

dinding elektris atas bawah.

c. Patch arus listrik tidak mempunyai komponen normal pada ujung metal,

yang termasuk komponen tangensial dari sepanjang sisi diabaikan,

Model cavity ini menggunakan persamaan Maxwell. Adapun persamaan

Maxwell untuk daerah dibawah patch adalah sebagai berikut:

(2.11)

(2.12)

(2.13)

(21)

Gambar 2.7 distribusi muatan dan densitas arus yang terbentuk pada patch microstrip.

Ketika suatu patch diberikan daya, maka akan terjadi distribusi muatan

seperti yang terlihat pada bagian atas dan bawah dari permuakaan elemen

peradiasi dan pada bagian ground plane (Gambar 2.7). Distribusi muatan ini

diatur dengan dua mekanisme yaitu mekanisme aktraktif dan mekanisme repulsif.

Mekanisme aktraktif terjadi antara dua muatan yang berlawanan yaitu pada bagian

bawah patch dan bagian ground plane yang cenderung untuk mempertahankan

kosentrasi muatan pada bagian bawah patch. Mekanisme repulsif terjadi antara

muatan yang terdapat pada bagian bawah patch. Hal tersebut akan menyebabkan

beberapa muatan terdorong dari bagian bawah patch ke bagian atas dari patch.

Pergerakan muatan ini akan menyebabkan arus mengalir pada bagian bawah dan

atas dari patch. Kedua jenis mekanisme ini dperlihatkan pada Gambar 2.7 beserta

dengan kerapatan arusnya (J). Dapat diasumsikan bahwa besarnya arus yang

mengalir ke atas permukaan patch adalah nol, sehingga tidak menyebabkan

adanya medan magnet tangensial ke ujung patch. Hal ini menyebabkan keempat

dinding samping menyerupai permukaan magnet konduksi yang sempurna

sehingga tidak mengganggu medan magnetik menyebabkan distribusi medan

(22)

2.4.2 Parameter Umum Antena Mikrostrip

Untuk dapat melihat kerja dari antena microstrip, maka perlu diamati

parameter – parameter pada microstrip. Beberapa parameter umum dijelaskan

sebagai berikut.

2.4.2.1 Dimensi Antena

Untuk mencari dimensi antena microstrip (W dan L), harus diketahui

terlebih dahulu parameter bahan yang digunakan yaitu tebal dielektrik (h),

konstanta dielektrik ( ), tebal konduktor (t) dan rugi – rugi bahan. Panjang

antena microstrip harus disesuaikan, karena apabila terlalu pendek maka

bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang bandwidth akan

menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan mengatur

lebar dari antena microstrip (W) impedansi input juga akan berubah. Pendekatan

yang digunakan untuk mencari panjang dan lebar antena microstrip dapat

menggunakan persamaan :

(2.15)

dimana :

W = lebar konduktor

= konstanta dielektrik

c = kecepatan cahaya di ruang hampa

= frekuensi kerja antenna

Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) diperlukan parameter ΔL

yang merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.

(23)

(2.16)

Dimana h merupakan tinggi substrat atau tebal substrat, dan adalah konstanta

dielektrik relatif yang dirumuskan sebagai :

(2.17)

Dengan panjang patch (L) dirumuskan oleh :

(2.18)

dimana merupakan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan :

(2.19)

2.4.2.2 Teknik Pencatuan

Antena microstrip dapat dicatu dengan beberapa metode. Metode-metode

ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu terhubung (contacting) dan

tidak terhubung (non-contacting). Pada metode terhubung, daya RF dicatukan

secara langsung ke patch radiator dengan menggunakan elemen penghubung.

Pada metode tidak terhubung, dilakukan pengkopelan medan elektromagnetik

untuk menyalurkan daya di antena saluran microstrip dengan patch. Beberapa

teknik pencatuan yang sering digunakan, yaitu : teknik microstrip line, coaxial

probe, aperture coupling dan proximity coupling. Dalam hal ini perancangan

(24)

2.4.2.3 Lebar Pencatu (Feed Point)

Setelah menghitung panjang dan lebar dari patch untuk substrate yang telah

diberikan, langkah selanjutnya adalah menentukan lebar pencatu, panjang pencatu

dimana dalam perancangan ini besarnya panjang pencatu sangat mempengaruhi nilai

VSWR dan besarnya lebar (W) sangat mempengaruhi nilai panjang pencatu dapat

dituliskan dalam persamaan :

(2.20)

dan untuk lebar pencatu sangat dipengaruhi dengan tinggi bahan substrate dan

jenis bahan substrate yang digunakan. Dapat dituliskan dalam persamaan :

(2.21)

dimana,

(2.22)

untuk mencari dimana letak posisi pencatu dapat dicari dengan rumus :

(2.23)

dimana,

(25)

2.5 WLAN (Wireless Local Area Network)

Pada akhir 1970-an IBM mengeluarkan hasil percobaan mereka dalam

merancang WLAN dengan teknologi IR, perusahaan lain seperti Hewlett-Packard

(HP) menguji WLAN dengan RF. Kedua perusahaan tersebut hanya mencapai

data rate 100 Kbps. Karena tidak memenuhi standar IEEE 802 untuk LAN yaitu

1 Mbps maka produknya tidak dipasarkan. Baru pada tahun 1985, (FCC)

menetapkan pita Industrial, Scientific and Medical (ISM band) yaitu 902-928

MHz, 2400-2483.5 MHz dan 5725-5850 MHz yang bersifat tidak terlisensi,

sehingga pengembangan WLAN secara komersial memasuki tahapan serius.

Barulah pada tahun 1990 WLAN dapat dipasarkan dengan produk yang

menggunakan teknik spread spectrum (SS) pada pita ISM, frekuensi terlisensi

18-19 GHz dan teknologi IR dengan data rate >1 Mbps. Pada tahun 18-1997, sebuah

lembaga independence bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN

pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat

bekerja pada frekuensi 2,4GHz, dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis

maksimal 2 Mbps.

Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru

bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai

adalah 11 Mbps. Kecepatan tranfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet

tradisional (IEEE 802.3 10Mbps atau 10Base-T). Peralatan yang menggunakan

standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan

peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya

interferensi dengan cordless phone, microwave oven, atau peralatan lain yang

(26)

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang

menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung

kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang

dipancarkan oleh peralatan 802.11a relatif sukar menembus dinding atau

penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relatif lebih pendek

dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a.

Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang

mendukung kedua standar tersebut. Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi

baru yang dapat menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi

yang diberi kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4Ghz dengan kecepatan

transfer data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan

802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah komputer

yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat memanfaatkan access point

802.11b, dan sebaliknya.

Pada tahun 2006, 802.11n dikembangkan dengan menggabungkan

teknologi 802.11b, 802.11g. Teknologi yang diusung dikenal dengan istilah

MIMO (Multiple Input Multiple Output) merupakan teknologi Wi-Fi terbaru.

MIMO dibuat berdasarkan spesifikasi Pre-802.11n. Kata ”Pre-” menyatakan

“Prestandard versions of 802.11n”. MIMO menawarkan peningkatan throughput,

keunggulan reabilitas, dan peningkatan jumlah klien yg terkoneksi. Daya tembus

MIMO terhadap penghalang lebih baik, selain itu jangkauannya lebih luas

sehingga Anda dapat menempatkan laptop atau klien Wi-Fi sesuka hati. Access

Point MIMO dapat menjangkau berbagai perlatan Wi-Fi yg ada disetiap sudut

(27)

802.11a/b/g. Access Point MIMO dapat mengenali gelombang radio yang

dipancarkan oleh adapter Wi-Fi 802.11a/b/g. MIMO mendukung kompatibilitas

mundur dengan 802.11 a/b/g. Peralatan Wi-Fi MIMO dapat menghasilkan

kecepatan transfer data sebesar 108Mbps.Wireless Local Area Network (WLAN)

adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang digunakan gelombang radio sebagai

media transmisinya dan untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh

pengguna dalam area sekitar. Area dapat berjarak dari ruangan tunggal ke seluruh

kampus.

WLAN adalah suatu jaringan nirkabel yang menggunakan frekuensi radio

untuk komunikasi antara perangkat komputer dan akhirnya titik akses yang

merupakan dasar dari transceiver radio dua arah yang tipikalnya bekerja di

bandwidth 2,4 GHz ( 802.11b, 802.11g). Kebanyakan peralatan mempuanyai

kualifikasi Wi-Fi(wireless fidelity) dan menawarkan beberapa level keamanan

seperti WEP dan WPA.

2.5.1 Topologi Jaringan WLAN

Topologi adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan cara

bagaimana komputer terhubung dalam suatu jaringan. Topologi ini biasanya

dibedakan dari dua sisi, yaitu topologi fisik dan topologi logika. Topologi fisik

menguraikan layout perangkat keras jaringan sedangkan topologi logika

menguraikan perilaku komputer jaringan dari sudut pandang operator. Ada tiga

jenis topologi yang biasa digunakan pada WLAN yaitu bus, cincin (ring), bintang

(28)

2.5.2 Standar WLAN 802.11

Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, beberapa pabrikan RF

wireless mempunyai metode berbeda dalam mengembangkan frekuensi, skema

encoding, jenis antena, dan protokol jaringan wireless. Banyaknya variasi jenis

tentu saja tidak menguntungkan bagi para pengguna. Untuk itu pada jaringan

wireless ditetapkan standarisasi peralatan wireless yang disebut standarisasi IEEE

802.11. Dengan berkembangnya waktu, implementasi dari standar ini semakin

populer dan meluas. Penambahan ekstensi di belakang 802.11 dipergunakan untuk

mengenali beberapa perbaikan dan tambahan fitur dari standar yang telah

ditentukan oleh 802.11. Dari sekian banyak standar, ada empat jenis standar yang

sering digunakan dan paling dikenal yaitu standar awal 802.11, 802.11a, 802.11b,

dan 802.11g.

2.5.3 Standar Awal 802.11

Standar ini merupakan standar awal untuk WLAN yang diperkenalkan

pada tahun 1997 oleh IEEE. Standar ini beroperasi pada layer fisik yang

menggunakan teknologi penyebaran spektrum Frequency Hopping Spread

Spectrum (FHSS) dan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) yang beroperasi

pada pita 2,4 GHz dan data rate hingga 2 Mbps. Karena versi ini hanya

mempunyai data rate maksimum 2 Mbps, versi ini tidak banyal dipergunakan

pada WLAN indoor.

802.11 merupakan standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1

Mbps hingga 2 Mbps. 802.11a merupakan standar High Speed WLAN untuk 5

GHz band yang mendukung hingga 54 Mbps. 802.11b merupakan standar WLAN

(29)

802.11e merupakan perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua interface

radio IEEE WLAN. 802.11f mendefinisikan komunikasi inter-access point untuk

memfasilitasi beberapa vendor yang mendistribusikan WLAN. 802.11g

menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz band, yang dimaksudkan

untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps. 802.11h mendefinisikan

pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan Asia Pasifik.

802.11i menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat dimana

terdapat kelemahan keamanan pada protokol autentifikasi dan enkripsi. 802.11j

merupakan penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5 GHz

untuk standar 802.11a di Jepang.

2.5.4 Standar 802.11a

Pada tahun 1999, IEEE mengeluarkan standar 802.11a yang beroperasi

pada pita 5 GHz. Standar ini menggunakan skema modulasi yang disebut

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan

transmisi data mencapai 54 Mbps. Keuntungan utama dari standar ini adalah

kapasitasnya yang cukup tinggi yang menjadikan standar ini sebagai pilihan yang

tepat untuk mendukung aplikasi yang membutuhkan performa tinggi, seperti

streaming video. Kekurangan dari standar ini adalah terbatasnya cakupan area

pancarnya karena menggunakan pita frekuensi 5 GHz. Pita ini hanya dapat

mencakup area tidak lebih dari 50 meter pada berbagai fasilitas. Akibatnya

standar ini memerlukan AP yang lebih banyak. Seperti terlihat dari tabel dibawah

(30)

Tabel 2.1 standar-standar WLAN 802.11 802.11 Standar dasar WLAN yang mendukung transmisi

data 1 Mbps hingga 2 Mbps

802.11a Standar High Speed WLAN untuk 5 Ghz band yang mendukung hingga 54 Mbps

802.11b Standar WLAN untuk 2,4 Ghz band yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut Wi-fi 802.11e Perbaikan dari QoS (Quality of Service) pada semua

Interface radio IEEE WLAN

802.11f Mendefinisikan komunikasi inter-Access point untuk memfasilitasi beberapa vendor yang

mendistribusikan WLAN

802.11g Menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 Ghz band, yang dimasukan untuk menyediakan

kecepatan hingga 54 Mbps

802.11h Mendefinisikan pengeturan spectrum 5 Ghz band yang digunakan di eropa dan asia fasifik 802.11i Menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan

alamat dimana terdapat kelemahan pada protocol authentifikasi dan enkripsi

80211j PEnambahan pengalamatan pada kanal 4,9 Ghz hingga 5 Ghz untuk standar 802.11a di jepang.

2.5.5 Standar 802.11b

Pada tahun yang sama ketika IEEE mengeluarkan standar 802.11a, IEEE

juga mengeluarkan standar 802.11b, tepatnya pada bulan Juli 1999. Standar ini

(31)

2,497 GHz). Standar ini menggunakan metode modulasi DSSS dengan kecepatan

transmisi datanya mencapai 11 Mbps. Keuntungan utama dari standar 802.11b

adalah range yang relatif panjang hingga 100 meter pada fasilitas di dalam

gedung. Range ini sangat efektif dipergunakan untuk mengembangkan LAN

secara wireless dibandingkan dengan standar sebelumnya.

Kerugian dari standar ini adalah terbatasnya penggunaan kanal pada pita

frekuensi 2,4 GHz. Standar ini hanya menggunakan tiga buah kanal bila

dibandingkan dengan standar 802.11 yang menggunakan 11 kanal untuk

melakukan konfigurasi AP. Pembatasan ini membuat dukungan standar 802.11b

terhadap performa aplikasi menengah seperti e-mail atau web surfing menjadi

lebih baik. Kerugian lain dari standar ini adalah terdapatnya kemungkinan

interferensi RF dengan peralatan radio yang lain yang dapat mengurangi performa

dari standar.

2.5.6 Standar 802.11g

Standar 802.11g dikeluarkan oleh IEEE pada bulan Juni 2003. Standar ini

beroperasi pada frekuensi yang sama seperti pada standar 802.11b yaitu pada pita

2,4 GHz hingga 2,497 GHz. Tetapi standar ini menggunakan teknik modulasi

OFDM yang digunakan pada standar 802.11a. Kombinasi dari fitur ini

menghasilkan infrastruktur yang lebih cepat, lebih murah, serta koneksi yang

lebih luas.

Keunggulan dari standar ini adalah memiliki kompatibilitas dengan

standar 802.11b, dimana kita hanya perlu meng-upgrade AP pada jaringan

802.11b ke standar 802.11g. Tetapi peralatan pada standar 802.11b tidak

(32)

pada kedua standar. Sehingga saat peralatan jaringan 802.11b digunakan pada

lingkungan standar 802.11g terdapat berbagai keterbatasan. Kerugian lainnya dari

standar ini adalah adanya interferensi RF karena standar ini menggunakan

frekuensi 2,4 GHz yang sarat dengan interferensi stasiun yang dapat

menyebabkan seluruh jaringan terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan

menggunakan cincin (ring) ganda dengan salah satu cincin back-up seperti yang

dipakai pada jaringan ring berteknologi FDDI.

2.5.7 Wireless Channel

Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio,

dimana saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan

5 GHz yang bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi 2,4

GHz yang digunakan oleh 802.11b/g juga dibagi menjadi channel – channel

seperti pembagian frekuensi untuk stasiun radio.

Organisasi internasional ITU (International Telecomunication Union)

yang bermarkas di Genewa membaginya menjadi 14 channel namun setiap negara

mempunyai kebijakan tertentu terhadap channel ini. Amerika hanya mengijinkan

penggunakan channel 1-11, Eropa hanya menggunakan 1-13, sedangkan di Jepang

diperbolehkan menggunakan semua channel yang tersedia yaitu 1-14. Frekuensi

(33)

Tabel 2.2 Wi-Fi Channel

2.6 ANSOFT High Frequency Structure Simulator v11.

Banyak perangkat lunak (software) simulasi yang digunakan dalam

menganalisis karakteristik antena mikrostrip. Salah satunya adalah. Dalam Tugas

Akhir ini menggunakan Ansoft High Frequency Structure Simulator v11 untuk

menganalisis karakteristik antena microstrip patch segi empat. Ansoft High

Frequency Structure Simulator v11 adalah software yang mempunyai skematik

terintegrasi dan manajemen disain front-end dalam teknologi simulasi.

Ansoft High Frequency Structure Simulator v11 juga merupakan dasar dari

(34)

mensimulasikannya secara analog, RF, aplikasi mixed-signal, membentuk papan

sirkuit, dan memperformasikan sinyal tersebut. Software simulasi ini sangat

fleksibel dan mudah untuk digunakan. Dalam software ini terdapat bentuk-bentuk

skematik dengan berbagai macam layout, dan mempunyai bermacam bentuk

visualisasi dan analisis data.

HFSS adalah simulator gelombang elektromagnetik penuh dengan

performa yang baik untuk pemodelan benda 3 dimensi yang memiliki volume

yang berubah-ubah. HFSS ini menyatukan proses simulasi, visualisasi, dan proses

pemodelan kedalam suatu bentuk yang mudah untuk dipelajari. Simulator ini

dapat dimanfaatkan untuk menghitung parameter seperti S parameter, frekuensi

resonansi, dan medan. Simulator ini khususnya digunakan pada bidang:

Package Modeling à BGA, QFP, Flip-Chip

PCB Board Modeling à Power/Ground planes, Mesh Grid Grounds,Backplanes

Silicon/GaAs à Spiral Inductors, Transformers

EMC/EMI à Shield Enclosures, Coupling, Near- or Far-Field Radiation s

Antennas/Mobile Communications à Patches, Dipoles, Horns, ConformalCell Phone Antennas, Quadrafilar Helix, Specific Absorption

Rate(SAR), Infinite Arrays, Radar Cross Section(RCS), Frequency

Selective Surfaces(FSS)

(35)

HFSS adalah simulator interaktif yang elemen dasar mesh-nya adalah

tetrahedron. Hal ini membuat kita dapat menyelesaikan persoalan yang

berhubungan dengan bentuk geometri 3 dimensi yang berubah-ubah khususnya

(36)

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH

terminal (laptop, PC dan PDA). Dengan penggunaan antena microstrip dengan harga yang relatif murah dan USB wireless adapter sebagai penangkap sinyal, maka antena ini merupakan pilihan yang tepat untuk solusi internet yang murah dan cepat. Perancangan antena ini dilakukan dengan menggunakan simulator antena Ansoft HFSS v11.

Tahapan perancangan dimulai dari pemilihan jenis substrat dan selanjutnya menghitung dimensi patch antena serta lebar saluran pencatunya. Hasil dari perhtiungan tersebut kemudian disimulasikan dengan simulator Ansoft HFSS v11.

Untuk mendapatkan rancangan antena yang optimal dilakukan beberapa karakterisasi berupa perubahan panjang saluran pencatu dan perubahan dimensi

patch. Dengan melakukan beberapa perubahan selanjutnya diperoleh hasil rancangan

yang lebih optimal tersebut. Dengan simulator Ansoft HFSS v11. dapat diperoleh parameter – parameter antena yang dihasilkan berupa nilai VSWR, Gain antena dan pola radiasinya.

(37)

digambarkan dengan diagram alur pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Flowchart perancangan antena mikrostrip rectangular patch

3.2 Jenis Substrat Yang Digunakan

Didalam pemilihan jenis substrate dibutuhkan pengetahuan secara umum mengenai jenis substrate yang akan digunakan mulai dari kualitas, ketersediaan di pasaran dan harga dari bahan tersebut yang akan sangat mempengaruhi nilai jual apabila dipabrikasi secara massal untuk dipasarkan.

(38)

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Spesifikasi substrate yang digunakan

Jenis substrate FR4 – Epoxy

Konstanta Dielektrik Relatif (ε

r) 4.4

Dielektri Loss Tangent (tanδ) 0.02

Ketebalan Substrate (h1 –h2) 1.6 mm

3.3 Perancangan Dimensi Patch Antena

Antena yang akan dirancang pada Tugas Akhir ini adalah antena microstrip dengan frekuensi kerja 2.4 GHz. Untuk perancangan awal dari dimensi antena digunakan perhitungan pada antena microstrip dengan patch berbentuk segi empat dengan menggunakan persamaan (2.15), (2.16), (2.17), (2.18) dan (2.19), maka persamaan sebagai berikut:

(39)

(2.16)

dimana h = 1,6 mm , W = 37,7 mm

ΔL = 0.877 mm

(2.19) dimana :

f0 = 2,4 GHz

εreff = 1,8017

maka :

Leff = 46,5 mm

L – Leff = ΔL (2.18)

dengan besar

Leff = 46,5 mm

ΔL = 0.877 mm

maka:

(40)

Pada perancangan ini, perlunya sebuah program simulator untuk membantu proses rancang bangun antena microstrip patch segi empat. simulasi dilakukan untuk melihat apakah perhitungan yang dilakukan telah cocok dengan VSWR yang diinginkan atau tidak dengan frekuensi 2,4 GHz. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak simulator Ansoft High Frequency Structure Simulator v11.

3.4.1 Memulai HFSS

Pertama double-click di HFSS icon di desktop Windows sehingga muncul tampilan seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Tampilan awal HFSS

(41)

Gambar 3.3 Menu save as

Lalu klik save setelah folder penyimpan data dipilih.

3.4.2 Perancangan Substrate

Untuk membuat substrate, pada itemDraw pilih box atau dengan langsung memilih Draw Box pada toolbar kemudian data diisi seperti pada gambar 3.4 dengan memilih bahan FR4 – epoxy kemudian mengganti nama box tersebut dengan Substrate.

(42)

Setelah itu nilai koordinat dimasukan seperti pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Pengisian koordinat untuk letak dan besar substrate

Dengan nilai kordinat seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data substrate

Starting Point (mm) Full Length (mm) x = -10 dx = 80 y = -10 dy = 80 z =0 dz = -1.6

3.4.3 Perancangan Patch

(43)

Gambar 3.6 Perancangan patch Setelah itu nilai koordinat dimasukan seperti pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Pengisian koordinat untuk letak dan besar patch Dengan nilai koordinat seperti pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Data Patch

(44)

3.4.4 Perancangan Feed line

Pada perancangan ini langkah yang harus dilakukan adalah memilih pada item Draw kemudian pilih box atau dengan langsung memilih Draw Box pada toolbar kemudian data diisi seperti pada gambar 3.8 dengan memilih bahan Cooper kemudian mengganti nama box tersebut dengan Feed line.

Gambar 3.8 Perancangan feed line

Setelah itu nilai koordinat dimasukan seperti pada Gambar 3.9

(45)

Dengan nilai koordinat seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Data Feed line

Starting Point (mm) Full Length (mm) x = 31 dx = 1.5 y = -10 dy = 25.75

z =0 dz = 0.035

Setelah feed line tebentuk maka kita harus menyatukan antara feed line dengan patch-nya dengan cara klik CTRL kemudian pilih feed line dengan patch lalu pada salah satu kalik kanan pilih Edit kemudian Boelan lalu Unite pilih ok, maka kemudian kedua benda tersebut sudah menjadi satu bagian seperti pada gambar 3.10.

(46)

3.4.5 Perancangan Ground

Untuk membuat ground, pada item Draw pilih box atau dengan langsung memilih Draw Box pada toolbar kemudian data diisi seperti pada gambar 3.11 dengan memilih bahan Cooper kemudian mengganti nama box tersebut dengan Ground.

Gambar 3.11 Perancangan ground Setelah itu nilai koordinat dimasukan seperti pada Gambar 3.12

(47)

Dengan nilai kordinat seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Data ground

Starting Point (mm) Full Length (mm) x = -10 dx = 80 y = -10 dy = 80 z = -1.6 dz = -0.035

3.4.6 Perancangan Boundary

Untuk membuat boundary, pada item Draw pilih box atau dengan langsung memilih Draw Box pada toolbar kemudian data diisi seperti pada gambar 3.13 dengan memilih bahan air kemudian mengganti nama box tersebut dengan Boundary.

(48)

Gambar 3.14 Pengisian kooordinat untuk letak dan besar boundary Dengan nilai kordinat seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Data boundary

Starting Point (mm) Full Length (mm) x = -12 dx = 84 y = -12 dy = 84 z = -3 dz = 100

3.4.7 Assign Excitation

Untuk membuat sebuah port eksitasi langkah pertama adalah pada item Draw pilih rectangular kemudian data koordinat diisi seperti pada tabel 3.7

Tabel 3.7 Data wave port

Starting Point (mm) Full Length (mm) x = 31 dx = 1.5 y = -10 Axis

(49)

Dengan nilai koordinat seperti pada Tabel 3.7 maka akan terbentuk seperti gambar 3.15, kemudian klik kanan pada rectangle tersebut pilih Assign Excitation kemudian pilih Wave Port lalu enter.

Gambar 3.15 Perancangan wave port

Setelah itu akan muncul pop-up pilihan seperti pada gambar 3.16 kemudian klik next lalu akan muncul pop-up kemudian pilih New Line lalu next dan klik finish.

(50)

Gambar 3.17 Pop-up 2 wave port

Gambar 3.18 Wave port 3.4.8 Analysis Setup

(51)

tiap setup. Lalu isi nilai maximum number of phases menjadi 10. Kemudian isi nilai maximum delta S sebesar 0,01 lalu pilih OK.

Gambar 3.19 Pengisian data Analysis setup

3.4.9 ADD Frequency Sweep

(52)

Gambar 3.20 Setup1

Gambar 3.21 Pengisian data frequency sweep

3.4.10 Model Validation

(53)

untuk dijalankan. Jika model yang kita buat telah layak dan benar untuk dijalankan maka akan muncul tanda check list berwarna hijau. Tetapi jika belum maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa ada error pada model yang kita buat. Untuk melihat pesan error gunakan message manager yang ada di sudut kanan bawah.

Gambar 3.22 Gambar model antena yang dihasilkan

(54)

3.4.11 Analyze

Setelah melewati validation check, langkah selanjutnya adalah menganalisis model. Untuk menganalisis model ini dengan klik menu HFSS lalu pilih analyze all. Pada langkah ini program akan menjalankan perhitungan secara otomatis agar bias didapatkan hasil dari perancangan.

3.4.12 Create Report

Setelah proses analisis selesai maka hasil dapat ditampilkan dalam grafik 2D, grafik 3D, plot-plot dan tabel. Untuk dapat melihat hasil-hasil tersebut pada menu bar pilih HFSS kemudian pilih report kemudian kita dapat memilih report yang kita inginkan.

(55)

3.5 Hasil Simulasi

Setelah menganalisis model rancangan microstrip patch segi empat, maka didapatkan hasil pola radiasi, gain, VSWR

3.5.1 Return Loss dan Frekuensi

Dari hasil perancangan kemudian disimulasikan didapatkan return loss dan frekuensi sebesar 2,402 GHz.

Gambar 3.25 Return Loss danFrekuensi yang didapat dari hasil perancangan

3.5.2 Pola Radiasi

Dari simulasi hasil perancangan maka didapatkan pola radiasi seperti terdapat pada gambar 3.26.

(56)

3.5.3 Gain

Dari hasil perancangan besar gain yang didapat sebesar 2,13 dB pada frekuensi 2,402 GHz seperti yang terdapat pada gambar 3.27 dibawah ini.

Gambar 3.267Gain yang didapat dari hasil perancangan

3.5.4 VSWR

Dari hasil perancangan kemudian disimulasikan nilai VSWR yang didapat adalah 1.15 pada frekuensi 2,402 GHz seperti terdapat pada gambar 3.28 dibawah ini.

(57)

PENGUKURAN DAN ANALISA

4.1 Umum

Dalam bab ini membahas tentang pengukuran antena mikrostrip patch

rectangular yang dirancang, pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kinerja

apakah antena yang dirancang sesuai dengan harapan dan dapat diimplementasikan

pada jaringan Wireless.

Hasil pengukuran parameter-parameter antena mikrostrip patch rectangular

meliputi nilai dari return loss, impedansi, pola radiasi, VSWR dan gain yang

optimum pada frekuensi kerja 2,4 GHz.

4.2 Pengukuran Antena Mikrostrip Patch Rectangular.

Setelah proses perancangan dan pembuatan antena mikrostrip patch

rectangular proses selanjutnya adalah berupa pengukuran atau pengujian dari antena

yang dirancang tersebut.

Ada beberapa parameter antena yang diukur untuk menunjukan karakteristik

serta kemampuan kerja dari antena antara lain SWR, Impedansi, Pola Radiasi dan

Gain.

Pengukuran antena mikrostrip patch rectangular ini dilakukan di

Labolatorium Telekomunikasi, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi –

(58)

4.2.1 Pengukuran VSWR dan Impedansi

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) dan impedansi input merupakan

parameter yang mengindikasikan kesesuaian dari antenna terhadap saluran transmisi

dan frekuensi kerjanya, sehingga mempengaruhi daya yang diterima. Pengukuran ini

menggunakan Vector Network Analyzer Advantest R3770 unutuk mendapatkan nilai

VSWR dan impedansinya.

Gambar 4.1 Vector Network Analyzer Advantest R3770

Peralatan yang digunakan pada pengukuran VSWR dan impedansi input adalah :

1. Vector Network Analyzer Advantest R3770.

2. Antena mikrostrip patch rectangular 2,4 GHz.

(59)

Gambar 4.2 Rangkaian untuk pengukuran parameter-parameter antena menggunakan Vector Network Analyzer Advantest R3770

Langkah-langkah pengukuran VSWR adalah sebagai berikut :

1. Merangkai antena dan alat ukur seperti pada Gambar 4.2

2. Menghidupkan Vector Network Analyzer Advantest R3770

3. Menghubungkan antenna mikrostrip patch rectangular yang sudah

dihubungkan dengan SMA-Connector dengan kabel Coaxial dengan Vector

Network Analyzer Advantest R3770

4. Mengambil data untuk nilai VSWR berupa gambar yang tampil di Vector

Network Analyzer Advantest R3770 kemudian file disimpan

5. Mengambil data untuk nilai Impedansi input dengan model gambar Smith

(60)

4.2.2 Pengukuran Return Loss

Pengukuran return loss dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan

pengukuran VSWR dan Impedansi. Return Loss sendiri adalah parameter yang

menginidikasikan seberapa matching antenna yang didesain.

Peralatan yang digunakan pada pengukuran VSWR dan impedansi input adalah :

1. Vector Network Analyzer Advantest R3770.

2. Antena mikrostrip patch rectangular 2,4 GHz.

3. Kabel coaxial.

Langkah-langkah pengukuran Return Loss adalah sebagai berikut :

1. Merangkai antena dan alat ukur seperti pada Gambar 4.2

2. Menghidupkan Vector Network Analyzer Advantest R3770

3. Menghubungkan antenna mikrostrip patch rectangular yang sudah

dihubungkan dengan SMA-Connector dengan kabel Coaxial dengan Vector

Network Analyzer Advantest R3770

4. Mengambil data untuk nilai Return Loss berupa gambar yang tampil di Vector

Network Analyzer Advantest R3770 kemudian file disimpan

4.2.3 Pengukuran Gain

Untuk menyatakan gain maksimum dari antenna mikrostrip patch rectangular

dengan cara membandingkan dengan gain dari sebuah antena isotropis sebagai

(61)

4.2.4 Pengukuran Pola Radiasi

Pengukuran pola radiasi dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah bentuk

pola radiasi antenna mikrostrip patch rectangular yang telah dibuat. Selain hal

tersebut yang terpenting adalah seberapa tepatkah perancangan antena dan sejauh

mana antena yang telah direalisasikan dibuat sesuai harapan.

Pengukuran pola radiasi ini menggunakan prinsip reprositas dimana bahwa

secara ideal satu antena dapat dipergunakan sebagai antena pemancar dan dapat pula

dipergunakan sebagai antena penerima. Untuk pengukuran ini dipergunakan prinsip

reprositas dimana antena mikrostrip patch rectangular dijadikan sebagai antena

penerima.

Pada pengukuran ini dipergunakan dua antena dimana antena pertama adalah

antena horn yang dihubungkan dengan sebuah signal generator sebagai antena

pengirim dan antena mikrostip patch rectangular sebagai antena penerima yang

dihubungkan dengan sebuah spectrum analyzer . Penempatan kedua antenna ini

diletakan dalam posisi sejajar dengan ketinggian 140 cm dari lantai dan jarak 2.5

meter antara kedua antena.

(62)

Gambar 4.4 Wiltron Signal Generator

Gambar 4.5 HP Spectrum Analyzer

Pola radiasi suatu antena merupakan suatu karakteristik yang menggambarkan

sifat radiasi antena pada medan jauh sebagai fungsi dari arah. Arah pada sisi antena

penerima adalah memutar sebanyak 360o baik pada bidang H.

(63)

Gambar 4.7 Posisi antena untuk pengukuran pola radiasi.

Langkah-langkah pengukuran pola radiasi adalah sebagai berikut :

1. menyiapkan peralatan kemudian dirangkai seperti pada Gambar 4.6,

kemudian memastikan bahwa posisi antara antena pengirim dan penerima

sejajar.

2. Signal generator dihubungkan dengan antena horn sebagai antena pengirim

kemudin diset pada frekuensi 2,4 GHz.

3. Spectrum Analyzer dihubungkan dengan antena mikrostrip patch rectangular

pada sisi penerima.

4. Mengecek setelah terangkai kemudian memastikan bahwa semua alat

berfungsi sebagaimana mestinya.

5. Mencatat nilai level sinyal yang tertera pada spectrum analyzer pada posisi 0o.

6. Memutar posisi antena mikrostrip patch rectangular dengan perubahan

masing–masing sebesar 10o sampai dengan 360o , kemudian mencatat nilai

level yang didapat pada masing-masing sudut untuk mendapatkan hasil pola

(64)

4.3 Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran parameter-parameter antena mikrostrip patch rectangular

meliputi nilai dari return loss, impedansi, pola radiasi, VSWR dan gain yang

optimum pada frekuensi kerja 2,4 GHz.

4.3.1 Hasil Pengukuran VSWR

Dari pengukuran VSWR yang dilakukan pada antena mikrostrip patch

rectangular dengan range frekuensi 2,3 GHz – 2,5 GHz, maka didapatkan hasil

seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran VSWR Antena Mikrostrip Patch Rectangular

NO Frekuensi (GHz) Nilai VSWR

1 2,30 4.986

2 2.35 2.686

3 2.39 1.447

4 2.40 1.266

5 2,41 1.198

6 2,45 1.703

(65)

Gambar 4.8 Grafik Hasil Pengukuran VSWR

Gambar 4.9 Hasil pengukuran VSWR pada Vector Network Analyzer Advantest

(66)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VSWR yang terbaik pada frekuensi

2,41 GHz dengan nilai 1.198, namun antena mikrostrip patch rectangular ini

dirancang untuk frekuensi 2,40 GHz dengan nilai VSWR pada frekuensi tersebut

sebesar 1.266, nilai tersebut masih berada pada nilai yang diizinkan untuk simulasi

dan pabrikasi yaitu ≤ 2.

4.3.2 Hasil Pengukuran Return Loss

Dari hasil pengukuran return loss didapatkan hasil seperti pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Return Loss Antena Mikrostrip Patch Rectangular

NO Frekuensi (GHz) Return Loss (dB)

1 2,30 -3.546

2 2.35 -6.812

3 2.39 -14.682

4 2.40 -18.802

5 2,41 -20.712

6 2,45 -11.641

(67)

Gambar 4.10 Grafik Hasil Pengukuran Return Loss

Gambar 4.11 Hasil pengukuran Return Loss pada Vector Network Analyzer

(68)

Dari tabel hasil pengukuran return loss diatas didapatkan bahwa nilai terendah

berada pada frekuensi 2,41 GHz sebesar -20.217 dB.

4.3.3 Hasil Pengukuran Impedansi

Dari hasil pembacaan data pada smith chart hasil pengukuran impedansi pada

range frekuensi antara 2.30 GHz – 2.475 GHz didapatkan nilai impedansi sebagai

berikut.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Impedansi Antena Mikrostrip Patch Rectangular

NO Frekuensi (GHz) Nilai Real (Ω) Nilai Imajiner (Ω) Induktansi

Impedansi input antena dinyatakan dalam bentuk kompleks yang memiliki

dua bagian yaitu bagian real dan bagian imajiner. Bagian real merupakan resistansi

atau tahanan masukan yang menyatakan daya yang diradiasikan oleh antena pada

medan jauh. Sedangkan pada bagian imajiner adalah merupakan masukan yang

(69)

Zin = Rin + j Xin (Ω) (2.5)

dimana :

R = Nilai real

X = Nilai imajiner

Gambar 4.12 Hasil pengukuran Impedansi pada Vector Network Analyzer Advantest R3770.

Maka jika dilihat dari hasil pengukuran mode Smith Chart pada tabel diatas,

antena mikrostrip patch rectangular memiliki impedansi input yang optimal pada

frekuensi 2,41 GHz sebesar 59.963 + j71.433 mΩ. Besar nilai tersebut mempengaruhi

nilai VSWR karena apabila antena tersebut dihubungkan dengan saluran transmisi

(70)

gelombang pantul dimana perbandingannya dikenal dengan VSWR atau Voltage

Standing Wave Ratio.

4.3.4 Hasil Pengukuran Gain

Pengukuran gain dilakukan dengan cara membandingkan antara antena

mikrostrip patch rectangular dengan sebuah antena horn sebagai antena referensi

dengan besar gain sebesar 37 dBm pada frekuensi 2,40 GHz. Maka dari hasil

Pengukuran untuk mendapatkan nilai gain yang tepat sulit dilakukan karena

bayak faktor yang mempengaruhi nilai dari gain itu sendiri seperti kondisi ruangan

yang dipenuhi benda dan pengaruhnya terhadap pengukuran, sinyal akan mengalami

attenuasi di ruang bebas dan diserap oleh berbagai benda dalam ruangan pengukuran

dan gelombang pantul akibat benda-benda di sekitar pengukuran.

4.3.5 Hasil Pengukuran Pola Radiasi

Setelah melakukan langkah-langkah untuk pengukuran pola radiasi antena

(71)

radiasi yang diperoleh dari pengukuran level sinyal antena dan data tersebut

dinormalisasi.

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Pola Radiasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Bidang H

NO Posisi (derajat) Level Daya

(72)
(73)

Gambar 4.13 Pola Radiasi hasil pengukuran

4.4 Aplikasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Pada Jaringan Wireless

Antena mikrostrip patch rectangular hasil perancangan diaplikasikan sebagai

antena penerima atau antena client, namun dalam pengaplikasiannya antena

mikrostrip patch rectangular juga diaplikasikan sebagai antena pemancar. Pada

pengaplikasian antena mikrostrip patch rectangular di sisi pengirim atau pemancar

antena dipasang pada sebuah Wireless router TP-Link TD-W8901G dan pada

penerima antena dipasang pada sebuah USB wireless TP-Link TN-WL722N.

4.4.1 Aplikasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Sebagai Pemancar

Untuk mengaplikasikan antena ini sebagai pemancar antena dipasang pada

(74)

Gambar 4.14 Antena Mikrostrip yang terpasang pada Wireless router TP-Link TD-W8901G.

Sebelum antena dipasang sinyal terlebih dahulu dikenali dengan nama SSID

“GEMPOL 6” dan sinyal yang dapat diterima sebesar 28 dB seperti telihat pada

gambar 4.14 dengan penerima berjarak kurang lebih 12 meter non line of sight.

Setelah itu mengganti antena yang terdapat pada Wireless router TP-Link

TD-W8901G dengan antena mikrostrip patch rectangular, setelah antenna diganti

kemudian sinyal yang tertangkap oleh penerima adalah sebesar 48 dB pada jarak

(75)

Gambar 4.15 Penerimaan sinyal sebelum antena dipasang sebagai pemancar

Gambar 4.16 Penerimaan sinyal setelah antena dipasang sebagai pemancar

Gambar 4.17 Level penerimaan sinyal dan data rate antenna mikrostrip patch

(76)

4.4.2 Aplikasi Antena Mikrostrip Patch Rectangular Sebagai Penerima

Untuk mengaplikasikan antena sebagai penerima antena mikrostrip patch

rectangular dipasang pada sebuah perangkat USB Wireless TP-Link TN WL-722N.

Gambar 4.18 Antena Mikrostrip Patch Rectangular yang terpasang pada USB Wireless TP-Link TL-WN722N

Pengaplikasian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencari sinyal yang

diinginkan dengan SSID “locapartner” sebelum USB wireless dipasang antena

mikrostrip sinyal tertdeteksi sebesar 45 dB seperti terlihat pada gambar 4.18 dengan

penerima berada pada jarak kurang lebih 8 meter non line of sight, setelah itu antena

yang terdapat pada USB Wireless TP-Link TL-WN722N diganti dengan antena

mikrostrip patch rectangular, setelah antena diganti sinyal yang didapat sebesar 65

(77)

Gambar 4.19 Penerimaan sinyal sebelum antena dipasang sebagai Penerima

(78)

Gambar 4.21 Level penerimaan sinyal dan data rate antenna mikrostrip patch

rectangular sebagai penerima

4.5 Perbandingan Hasil Simulasi Parameter Antena dengan Hasil Pengukuran

Setelah diperoleh hasil dari pengukuran parameter antena selanjutnya adalah

membandingkan hasil tersebut dengan hasil simulasi yang dikerjakan. Berikut ini

adalah tabel perbandingan antara parameter hasil pengukuran dengan hasil simulasi

Tabel 4.5 Tabel Perbandingan Hasil Simulasi dengan Hasil Pengukuran

Hasil Pengukuran Hasil Simulasi

Frekuensi 2,410 GHz 2,408 GHz

VSWR 1.198 1.158

Return Loss -20.712 dB -23.110 dB

Impedansi Input 59.963 + j71.433 mΩ 50 Ω

Gambar

Tabel 2.1 standar-standar WLAN 802.11
Gambar 3.1 Flowchart perancangan antena mikrostrip rectangular patch
Gambar 3.2 Tampilan awal HFSS
gambar 3.10.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan, oleh karena itu nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤ 2 , dan bilamina

Setelah dilakukan perancangan dan optimalisasi dari karakteristik antena mikrostrip dipole tunggal untuk frekuensi 2,35 GHz, maka diperoleh nilai VSWR sebesar 1,22 dengan

Adapun parameter antena mikrostrip yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah bentuk antena, VSWR, frekuensi antena, bandwidth, gain antena, dan polaradiasi.. Perancangan

Namun demikian, nilai axial ratio pada frekuensi tengah yaitu 3,25 GHz telah diverifikasi dengan nilai pada simulasi 0.89 dB dan nilai pada pengukuran 0.54 dB dan

Dari Gambar 4 didapat nilai frekuensi dengan return loss dibawah 14 27.84 sampai 28.22 GHz dengan menggunakan nilai return loss -14 dB sebagai batas frekuensi kerja antena,

Berdasarkan gambar 4 dan 5 dapat diketahui nilai VSWR dari simulasi yang dilakukan, antena mikrostrip patch array 1 elemen memiliki nilai VSWR terendah yaitu

Namun pada sudut 60 tidak menunjukkan nilai VSWR ≤2 dan nilai return loss pada range frekuensi ultra wideband (3,1–10,6 GHz). Semakin kecil sudut patch maka nilai gain yang didapat

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan perancangan antena massive MIMO yang bekerja.. pada frekuensi