• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Curah Hujan Menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prediksi Curah Hujan Menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI CURAH HUJAN MENGGUNAKAN WEIGHTED EVOLVING FUZZY NEURAL NETWORK (WEFuNN)

SKRIPSI

NURYULIANA 091402010

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREDIKSI CURAH HUJAN MENGGUNAKAN WEIGHTED EVOLVING FUZZY NEURAL NETWORK (WEFuNN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi

NURYULIANA 091402010

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PREDIKSI CURAH HUJAN MENGGUNAKAN

WEIGHTED EVOLVING FUZZY NEURAL

NETWORK (WEFuNN)

Kategori : SKRIPSI

Nama : NURYULIANA

Nomor Induk Mahasiswa : 091402010

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI

Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI (FASILKOM-TI) UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 25 Juni 2015

Komisi Pembimbing :

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi

Ketua,

M. Anggia Muchtar, ST., MM.IT.

NIP 19800110 200801 1 010

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT

NIP. -

M. Fadly Syahputra, B.Sc, M.Sc.IT

(4)

iii

PERNYATAAN

Prediksi Curah Hujan Menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

(WEFuNN)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 25 Juni 2015

Nuryuliana

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT

beserta Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, hidayah-Nya,

segala daya dan upaya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi S-1 Teknologi Informasi Universitas

Sumatera Utara, Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada:

1. Kedua orang tua penulis, orang yang paling berharga dalam hidup penulis,

ayahanda Alon Sutarman dan alm. ibunda Mariani yang telah membesarkan,

mendidik, memberi dukungan, doa dan motivasi tanpa henti. Serta kepada

abang-abang penulis Onggo Supiko dan Muhali Wirangga yang selalu ada

membantu penulis dan orang-orang yang berperan sebagai orang tua penulis

paklek Aulia, bulek Tumini, bulek Jumpriana, dan om Jentra Sinaga.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Informasi, Bapak Muhammad

Anggia Muchtar, ST., MM. IT. dan Bapak Muhammad Fadly Syahputra, B.Sc,

M.Sc.IT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi

Informasi Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program

Studi S1 Teknologi Informasi.

3. Bapak Muhammad Fadly Syahputra, B.Sc, M.Sc.IT selaku pembimbing

pertama dan Ibu Dr. Erna Budhiarti Nababan, M.IT selaku pembimbing kedua, yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan masukan-masukan

yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Muhammad Anggia Muchtar, ST., MM. IT dan Bapak Romi Fadillah

Rahmat, B.Comp.Sc., M.Sc yang telah bersedia menjadi dosen pembanding dan memberikan saran-saran yang baik bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kepada Raisha, Khadijah, Yunisya, Ade, Fanny, Ibnu, Ammar, Reza, Ridzuan,

Fadli Rizky, Julia, Hani, Ardiansyah, Fadli Rachman, Dezi, Kurniawan, Yogi

yang selalu mendukung, membantu dan memberikan motivasi kepada penulis

(6)

v

membantu penulis Donni, Endah, Andika, Fahkrur, Audiary, Ria, Irna dan

seluruh teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Kepada Ibu Mega, Abang Manaf dan Kak Umi yang selaku bagian tata usaha

Program Studi S1 Teknologi Informasi yang telah membimbing dan

membantu penulis dari awal proposal sampai sidang.

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat

disebutkan. Terima kasih atas masukan, saran, dan motivasi yang diberikan. Semoga

(7)

ABSTRAK

Pada era globalisasi ini, rangkaian aktivitas manusia dituntut untuk memiliki sistem

perencanaan yang efektif. Curah hujan sebagai salah satu kondisi cuaca yang dapat

mempengaruhi aktifitas manusia memerlukan sistem prediksi yang akurat. Weighted

Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN) merupakan metode yang memiliki

prinsip mengolah data dengan banyak kemungkinan dirasa sesuai untuk diterapkan

pada sistem prediksi curah hujan. Tingkat keakuratan prediksi diukur dengan

menggunakan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Hasil prediksi WEFuNN

menunjukkan bahwa dengan MAPE untuk curah hujan dari tanggal 1 Januari 2011 s.d.

30 November 2012 menghasilkan nilai rata-rata error sebesar 0.235% dan nilai

akurasi sebesar 96.148%. Berdasarkan hasil tersebut, sistem prediksi curah hujan

menggunakan WEFuNN dapat dikatakan efisien dikarenakan memiliki tingkat

rata-rata error yang sangat rendah dan tingkat akurasi yang tinggi.

Kata Kunci : Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN), Curah Hujan,

(8)

vii

RAINFALL PREDICTION USING WEIGHTED EVOLVING FUZZY NEURAL NETWORK

ABSTRACT

Nowadays, human activities required an effective design system. One of the weather

conditions that can influences human activities and need a good prediction system is

rainfall. Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN) is a method that can

process data with many possibilities is suitable to use in rainfall prediction system.

The accuracy of the prediction system is measure using MAPE (Mean Absolute

Percentage Error). The result of WEFuNN show that MAPE for the rainfall from

January 1st 2011 until November 30 2012 is 0.235% and the accuracy is 96.148%. Based on that result, the rainfall prediction system using WEFuNN is efficient cause

has lower error level and higher accuracy level.

Keyword : Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN), Rainfall,

(9)

DAFTAR ISI

Hal

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vi

ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL Ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 3

1.3Batasan Masalah 3

1.4Tujuan Penelitian 3

1.5Manfaat Penelitian 3

1.6Metodologi Penelitian 4

1.7Sistematika Penulisan 5

BAB 2 LANDASAN TEORI 6

2.1Prediksi Curah Hujan 6

2.2Intensitas Curah Hujan 7

2.3Logika Fuzzy 8

2.3.1 Himpunan Fuzzy 9

2.3.2 Fungsi Keanggotaan 9

2.3.3 Sistem Inferensi Fuzzy 14

2.3.3.1 Model Fuzzy Mamdani 15

2.3.3.2 Model Fuzzy Sugeno 16

(10)

ix

2.4Evolving Connection System (ECOS) 18

2.5Weighted Evolving Fuzzy Neural Network 20

2.5.1 Arsitektur Weighted Evolving Fuzzy Neural Network 20

2.5.2 Parameter Weighted Evolving Fuzzy Neural Network 21

2.5.3 Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network 22

2.6 Penelitian Terdahulu 23

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 28

3.1Data Yang Digunakan 28

3.2Analisis Sistem 31

3.2.1 Analisis Masalah 31

3.2.2 Analisis Perancangan Sistem 31

3.2.3 Arsitektur Umum 36

3.2.4 Diagram Aktivitas 37

3.3Perancangan Sistem 42

3.3.1 Rancangan Form Login 42

3.3.2 Rancangan Menu Utama 43

3.3.2.1 Rancangan Form Hasil Prediksi 43

3.3.2.2 Rancangan Form Data Klimatologi 44

3.3.3 Rancangan Form Laporan Data Prediksi 45

3.3.4 Rancangan Form Laporan Data Klimatologi 45

3.3.5 Rancangan Form Grafik 46

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 47

4.1Implementasi Sistem 47

4.1.1 Spesifikasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras 47

4.1.2 Implementasi Perancangan Antarmuka Sistem 48

4.1.3 Implementasi Data 51

4.2Pengujian Sistem 52

4.2.1 Rencana Pengujian Sistem 53

4.2.2 Hasil Pengujian Sistem 54

(11)

4.2.4 Pelatihan Data 63

4.2.5 Pengujian Data 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 66

5.1Kesimpulan 66

5.2Saran 66

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan 8

Tabel 2.2 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan 8

Tabel 2.3 Penelitian terdahulu 25

Tabel 3.1 Rangkuman Data Curah Hujan 30

Tabel 4.1 Rangkuman Data Curah Hujan 52

Tabel 4.2 Rencan Pengujian 53

Tabel 4.3 Hasil Pengujian 54

Tabel 4.4 Data Curah Hujan 59

Tabel 4.5 Nilai Normalisasi Curah Hujan 59

Tabel 4.6 Nilai Fuzzy Input dan Fuzzy Output 60

Tabel 4.7 Hasil Prediksi Curah Hujan 60

Tabel 4.8 Hasil Denormalisasi 61

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Sistem Untuk Data Curah Hujan 62

Tabel 4.10 Parameter dan Hasil Pengujian Data Curah Hujan 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Representasi Linear Naik 10

Gambar 2.2 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Naik 10

Gambar 2.3 Representasi Linear Turun 11

Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Turun 11

Gambar 2.5 Kurva Segitiga 12

Gambar 2.6 Himpunan fuzzy untuk Kurva Segitiga 12

Gambar 2.7 Kurva Trapesium 13

Gambar 2.8 Himpunan fuzzy untuk Kurva Trapesium 13

Gambar 2.9 Fuzzy Inference System 15

Gambar 2.10 Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani 15

Gambar 2.11 Defuzzifikasi dari sistem inferensi fuzzy mamdani 16

Gambar 2.12 Sistem inferensi Fuzzy Sugeno 17

Gambar 2.13 Sistem Inferensi Fuzzy Tsukamoto 17

Gambar 2.14 Proses Interaksi ECOS 19

Gambar 2.15 Arsitektur WEFuNN 20

Gambar 3.1 Algoritma WEFuNN untuk Prediksi Curah Hujan 32

Gambar 3.2 Himpunan Fuzzy untuk Data Curah Hujan 34

Gambar 3.3 Arsitektur Umum 36

Gambar 3.4 Diagram Aktivitas Untuk Login 37

Gambar 3.5 Diagram Aktivitas Prediksi Curah Hujan 38

Gambar 3.6 Diagram Aktivitas untuk Pengaturan Data Klimatologi 39

Gambar 3.7 Diagram Aktivitas untuk Pengaturan Parameter Prediksi 40

Gambar 3.8 Diagram Aktivitas Laporan Hasil Prediksi 40

Gambar 3.9 Diagram Aktivitas Laporan Data Klimatologi 41

Gambar 3.10 Diagram Aktivitas Laporan Grafik 41

Gambar 3.11 Rancangan Form Login 42

Gambar 3.12 Rancangan Form Hasil Prediksi 43

(14)

xiii

Gambar 3.14 Rancangan Form Laporan Data Prediksi 45

Gambar 3.15 Rancangan Form Laporan Data Klimatologi 46

Gambar 3.16 Rancangan Form Grafik 46

Gambar 4.1 Tampilan Login 48

Gambar 4.2 Tampilan Cetak 49

Gambar 4.3 Tampilan Data Prediksi Curah Hujan 49

Gambar 4.4 Tampilan Data Klimatologi 50

Gambar 4.5 Form Tambah 50

Gambar 4.6 Tampilan Grafik 51

Gambar 4.7 Grafik Hasil Prediksi 61

Gambar 4.8 Grafik Hasil Pelatihan (Rule Node) 64

Gambar 4.9 Grafik Hasil Pelatihan (Error) 64

(15)

ABSTRAK

Pada era globalisasi ini, rangkaian aktivitas manusia dituntut untuk memiliki sistem

perencanaan yang efektif. Curah hujan sebagai salah satu kondisi cuaca yang dapat

mempengaruhi aktifitas manusia memerlukan sistem prediksi yang akurat. Weighted

Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN) merupakan metode yang memiliki

prinsip mengolah data dengan banyak kemungkinan dirasa sesuai untuk diterapkan

pada sistem prediksi curah hujan. Tingkat keakuratan prediksi diukur dengan

menggunakan MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Hasil prediksi WEFuNN

menunjukkan bahwa dengan MAPE untuk curah hujan dari tanggal 1 Januari 2011 s.d.

30 November 2012 menghasilkan nilai rata-rata error sebesar 0.235% dan nilai

akurasi sebesar 96.148%. Berdasarkan hasil tersebut, sistem prediksi curah hujan

menggunakan WEFuNN dapat dikatakan efisien dikarenakan memiliki tingkat

rata-rata error yang sangat rendah dan tingkat akurasi yang tinggi.

Kata Kunci : Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN), Curah Hujan,

(16)

vii

RAINFALL PREDICTION USING WEIGHTED EVOLVING FUZZY NEURAL NETWORK

ABSTRACT

Nowadays, human activities required an effective design system. One of the weather

conditions that can influences human activities and need a good prediction system is

rainfall. Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN) is a method that can

process data with many possibilities is suitable to use in rainfall prediction system.

The accuracy of the prediction system is measure using MAPE (Mean Absolute

Percentage Error). The result of WEFuNN show that MAPE for the rainfall from

January 1st 2011 until November 30 2012 is 0.235% and the accuracy is 96.148%. Based on that result, the rainfall prediction system using WEFuNN is efficient cause

has lower error level and higher accuracy level.

Keyword : Weighted Evolving Fuzzy Neural Network (WEFuNN), Rainfall,

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini sudah mengalami

perkembangan pesat. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ini menyebabkan

timbulnya kebutuhan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa

yang akan datang. Salah satu peristiwa tersebut adalah mengetahui kondisi cuaca

khususnya curah hujan harian. Karena cuaca disuatu daerah menentukan rangkaian

aktifitas manusia, sebagai contoh informasi iklim dan klasifikasinya banyak menjadi

acuan untuk bidang pertanian, transportasi dan pariwisata dalam menentukan masa

pola tanam, pelayaran dan penerbangan (Rizky et al. 2012). Kejadian hujan dapat

dideteksi, diprediksi, dan pada kondisi tertentu manusia dapat mempengaruhi dalam

proses pembentukannya. Untuk dapat mengetahui potensi dan kendala hujan bagi

penggunaan tertentu. Dengan memperhatikan beberapa karakteristik hujan seperti

jumlah atau volume, intensitas, peluang terjadinya hujan, variabilitas hujan antar

waktu dan tempat (spatiotemporal variability) (Suriadikusumah, 2007). Ada beberapa

factor yang mempengaruhi curah hujan yaitu tekanan udara, kelembapan udara,

kecepatan angin, dan suhu udara (temperatur) (Suri et al. 2013).

Beberapa penelitian telah dilakukan dalam prediksi curah hujan. Penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya menggunakan model Feed Forward Neural Network (FFNN)

dengan membandingkan algoritma Quasi Newton BFGS dan Levenberg-Marquardt

untuk prediksi curah hujan kota Semarang. Pada algoritma Quasi Newton BFGS

menghasilkan nilai mean square error (MSE) sebesar 1,8087% dan pada algoritma

Levenberg-Marquardt menghasilkan nilai MSE sebesar 4,1123% (Warsito dan

Sumiyati, 2007). Model General Regression Neural Network untuk prediksi curah

Hujan sebagai dasar perancangan pola tanam padi dan palawija secara umum

(18)

2

prediksi out-sample memberikan hasil berimbang dengan model ARIMA (Warsito et

al. 2008).Metode Kalman Filter dengan Prediktor SST NINO 3.4 untuk prediksi curah

hujan bulanan menghasilkan nilai koefisien korelasi mencapai 75% (Tresnawati et al.

2010). Analisis dan perancangan program aplikasi dengan struksur Adaptive

Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) untuk prediksi curah hujan menghasilkan nilai

RMSE sebesar 0,063313 dan reange of influence 0,320 (Linda, 2007). Penerapan

fuzzy inference system pada prediksi curah hujan di Surabaya Utara menghasilkan

nilai keakuratan sebesar 77,68% (Rizky et al, 2012).

Walaupun metode computational intelligence seperti jaringan saraf tiruan

(JST) sistem fuzzy, komputasi evolusioner, system hibrida, serta metode lainnya telah

berhasil dikembangkan dan diterapkan, ada sejumlah masalah saat diterapkan teknik

ini untuk proses perkembangan yang kompleks (Kasabov, 2007), seperti kesulitan

dalam preselecting arsitektur sistem, sistem akan melupakan sejumlah besar

pengetahuan lama sambil belajar data baru, memerlukan waktu pelatihan yang

berlebihan, dan kurangnya fasilitas representasi pengetahuan.

Dalam skripsi ini, pengembangan sistem prediksi menggunakan metode weighted

evolving fuzzy neural network (WEFuNN) yakni salah satu metode softcomputing

yang memiliki struktur hybrid dari fuzzy inference system dan jaringan saraf tiruan

yang mana di dalam jaringannya menerapkan prinsip-prinsip evolving connectionist

system (ECOS). Evolving Connectionist System (ECOS) yakni sebuah metode

pembelajaran yang adaptif, bertahap dan sistem representasi pengetahuan yang

mengembangkan struktur dan fungsinya, dimana dalam inti sistem terdapat arsitektur

koneksionis yang terdiri dari neuron (unit pengolahan informasi) dan hubungan antar

neuron (Kasabov, 2007). Metode WEFuNN telah digunakan dalam beberapa kasus

seperti memprediksi jumlah permintaan Printed Circuit Board (PCB) menghasilkan

nilai MAPE sebesar 2.11% ( Chang et al, 2007), memprediksi kebutuhan listrik

menghasilkan nilai MAPE sebesar 6.11% (Chang et al, 2009), memprediksi

kebutuhan telur ayam menghasilkan tingkat error yang rendah yaitu dengan range

(19)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah

melakukan pendekatan untuk memprediksi curah hujan dengan mempertimbangkan

beberapa variabel seperti tekanan udara, kelembapan udara, kecepatan angin, dan

temperature.

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki banyak cakupan sehingga penulis membatasi permasalahan

pada penelitian ini. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dari tanggal 1

Januari 2002 s.d. 30 November 2012 yang diambil dari Badan Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika, Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) Wilayah I Medan.

2. data yang menjadi variabel input dalam sistem ini adalah tekanan udara,

kelembapan udara, kecepatan angin, dan temperatur,

3. data yang menjadi variabel output dalam sistem ini adalah prediksi curah hujan,

4. data yang digunakan dibagi menjadi dua bagian, yaitu data pelatihan (training)

dan data pengujian (testing),

5. data pelatihan menggunakan data curah hujan dari tanggal 1 Januari 2002 s.d. 31

Desember 2010,

6. data pengujian menggunakan data curah hujan pada tanggal 1 Januari 2011 s.d. 30

November 2012,

7. hasil penelitian ini tidak mempertimbangkan factor-faktor yang dipengaruhi oleh

manusia.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi curah hujan menggunakan

metode weighted evolving fuzzy neural network (WEFuNN).

1.5Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri dan

(20)

4

1. Membantu pengguna untuk mengetahui prediksi curah hujan di masa yang akan

datang.

2. Sistem dapat digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dalam

menentukan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan curah hujan khususnya

untuk bidang pertanian, transportasi, dan pariwisata.

3. Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk pengembangan penelitian lebih

lanjut.

1.6Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi kepustakaan yaitu mengumpulkan bahan referensi

mengenai prediksi menggunakan weighted evolving fuzzy neural network

(WEFuNN) dari berbagai buku, jurnal, artikel, dan beberapa referensi lainnya.

2. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap studi literatur untuk mengetahui dan

mendapatkan pemahaman mengenai weighted evolving fuzzy neural network

(WEFuNN) untuk menyelesaikan masalah prediksi.

3. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem terhadap arsitektur sistem,

pengumpulan data, pelatihan, dan merancang antarmuka. Proses dilakukan

berdasarkan hasil analisis studi literatur yang telah didapatkan.

4. Implementasi

Pada tahap ini implementasi sistem akan dilakukan pengkodean program

menggunakan Visual Basic. NET (VB.NET), dam MySQL.

5. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi prediksi curah hujan yang telah dibuat

guna memastikan aplikasi telah berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

6. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan

Pada tahap ini dilakukan dokumentasi hasil analisis dan implementasi weighted

(21)

1.7Sistematika Penuliasan

Sistematika penulisan dan skripsi ini terdiri dari lima bagian utama sebagai berikut :

Bab 1: Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang , rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2: Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan untuk memahami permasalahan yang dibahas

pada penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang penerapan metode weighted

evolving fuzzy neural network (WEFuNN) untuk memprediksi curah hujan dan

data-data pendukungnya.

Bab 3: Analisis dan Perancangan

Bab ini berisi analisis dan penerapan metode weighted evolving fuzzy neural network

(WEFuNN) untuk memprediksi curah hujan pada masa yang akan dating, serta

perancangan seperti pemodelan flowchart, dan antarmuka sistem.

Bab 4: Implementasi dan Pengujian

Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi dari analisis dan perancangan yang

disusun pada bab 3 dan pengujian apakah hasil yang didapatkan sesuai dengan yang

diharapkan.

Bab 5: Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan penerapan metode weighted evolving fuzzy neural network untuk

prediksi curah hujan.

2.1Prediksi Curah Hujan

Dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan adalah sebagai

proses peramalan suatu variabel sebagai contoh curah hujan di masa datang dengan

berdasarkan data curah hujan pada masa sebelumnya. Menggabungkan dan mengolah

data masa lampau secara sistematik dengan suatu metode tertentu untuk menghasilkan

prakiraan keadaan pada masa datang. Prediksi adalah proses peramalan suatu variabel

di masa datang dengan lebih mendasarkan pada pertimbangan intuisi daripada data

masa lampau, meskipun lebih menekankan pada intuisi, dalam prediksi juga sering

digunakan data kuantitatif sebagai pelengkap informasi dalam melakukan peramalan

(Herjanto, 2006).

Menurut sumber peramalannya, peramalan dapat dikelompokkan sebagai

berikut (Heizer, 2005):

1. Model Data Times Series atau Runtun Waktu

Model data time series adalah suatu jenis peramalan secara kuantitatif dengan

menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Model time series sering disebut

model kuantitatif intrinsik. Model peramalan deret waktu seperti itu bertujuan

untuk menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola

dalam deret data tersebut ke pola data masa depan.

2. Model Data Causal

Model data causal adalah model peramalan yang menggunakan hubungan

sebab-akibat sebagai asumsi, yaitu bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan terulang

pada saat ini. Model ini merupakan teknik peramalan kuantitatif ekstrensik yang

(23)

3. Model Data Judgemental

Bila model peramalan time series dan causal bertumpu pada data kuantitatif, pada

model judgemental faktor-faktor kualitatif/subjektif dimasukkan ke dalam metode

peramalan. Secara khusus berguna bilamana faktor-faktor subjektif yang

diharapkan menjadi sangat penting dan data kuantitatif yang akurat sudah

diperoleh.

2.2 Intensitas Curah Hujan

Hujan merupakan jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan

diameter 0,5 mm atau lebih. Jika jatuhnya ketanah maka disebut hujan, akan tetapi

jika apabila jatuhnya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan

tersebut disebut virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang

mengkodensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian hidrologi (Sosrodarsono, 2003).

Penguapan terjadi pada tiap keaadaan suhu sampai udara diatas permukaan

menjadi jenuh dengan uap. Tetapi kecepatan dan jumlah penguapan tergantung dari

suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan tekanan udara (Sosrodarsono, 2003).

Kelembaban merupakan massa uap yang terdapat dalam 1 udara, kerapatan

uap disebut kelembaban mutlak (absolute). Kelembaban ralatif adalah perbandingan

massa uap dalam suatu satuan volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan

volume itu pada suhu yang sama. Kelembapan ralatif dinyatakan dalam %

(Sosrodarsono, 2003).

Intensitas curah hujan adalah besaran curah hujan dalam suatu satuan waktu.

Satuan yang digunakan mm/jam. Keadaaan curah hujan dan intensitas curah hujan

(24)

8

Tabel 2.1 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan (Sosrodarsono, 2003)

Keadaan curah hujan Intensitas curah hujan (mm)

1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-20 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Nama dari butiran hujan berdasarkan dari ukurannya. Dalam meteorologi,

butir hujan dengan diameter lebih besar dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara

0,50-0,1 mm disebut gerimis (drizzle). Makin besar ukuran butir hujan, makin besar

kecepatan jatuhnya. Kecepatan yang maksimum adalah kira-kira 9,2 m/det. Pada

Tabel 2.2 menunjukkan jenis curah hujan , ukuran-ukuran butir hujan, massa dan

kecepatan jatuh butir hujan.

Tabel 2.2 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan(Sosrodarsono, 2003).

Jenis Diameter bola

(mm)

Massa (mg)

Kecepatan jatuh (m/sec)

Hujan gerimis 0,15 0,0024 0,5

Hujan halus 0,5 0,065 2,1

Hujan normal lemah 1 0,52 4,0

Hujan normal deras 2 4,2 6,5

Hujan sangat deras 3 14 8,1

2.3Logika Fuzzy

Fuzzy logic merupakan salah satu cara untuk memetakan suatu ruang input ke ruang

output. Konsep fuzzy logic yang sangat sistematis pertama kali diusulkan oleh Lotfi A.

Zadeh (Palit, 2005). Pada himpunan crisp, anggota himpunan memiliki batasan yang

kaku. Sebagai contoh suatu himpunan konvensional didefinisikan sebagai berikut:

A = {x | x > 6}

Pada persamaan di atas terlihat batasan yang jelas yaitu 6 sehingga jika x lebih

(25)

himpunan A. Berbeda dengan himpunan crisp, himpunan fuzzy adalah suatu himpunan

tanpa batasan yang kaku. Oleh karena itu transisi dari “anggota himpunan” ke “bukan anggota himpunan” terjadi secara bertahap dan transisi ini diimplementasikan dengan

fungsi keanggotaan himpunan fuzzy (membershipfunction).

2.3.1 Himpunan Fuzzy

Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu

himpunan A, yang sering ditulis dengan µ[x], memiliki 2 kemungkinan

(Kusumadewi, 2010), yaitu:

1. Satu (1), yang aberarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu

himpunan, atau

2. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu

himpunan.

Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut (Kusumadewi, 2010), yaitu:

1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: Hujan sangat

ringan, Hujan ringan, Hujan Normal, Hujan Lebat, Hujan sangat lebat.

2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel seperti : 5, 20, 50, 100, dsb.

2.3.2 Fungsi Keanggotaan

Derajat keanggotaan merupakan suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik

input data ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan fungsi

keanggotaan (membership function) yang memiliki interval antara 0 sampai 1

(Kusumadewi, 2010). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa

digunakan seperti fungsi linear, kurva segitiga, kurva trapesium, dan lain sebagainya.

1. Representasi Linear

Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya membentuk

suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan menjadi pilihan yang baik

untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas (Kusumadewi, 2010).

Ada dua keadaan himpunan fuzzy yang linear. Pertama, kenaikan himpunan

(26)

10

kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi

(Kusumadewi, 2010). Bentuk grafiknya dapat dilihat pada Gambar 2.1.

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Gambar 2.1 Representasi Linear Naik (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.1)

Contoh 1:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear naik pada variabel temperature

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.2.

μPANAS[32] = (32-25)/(35-25) = 7/10 = 0,7

0 1

25 35

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Temperatur (°C) 32

0.7

Gambar 2.2 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Naik (Kusumadewi, 2010)

Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai domain

dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun

ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah (Kusumadewi,

(27)

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain

Gambar 2.3 Representasi Linear Turun (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

Contoh 2:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan linear turun pada variabel temperature

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.4.

μDINGIN[20] = (30-20)/(30-15) = 10/15 = 0,667

0 1

15 30

Derajat Keanggotaan

µ[X]

Temperatur (°C) DINGIN

20

0.667

Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy untuk Temperature Turun (Kusumadewi, 2010)

2. Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear) seperti

(28)

12

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain c

Gambar 2.5 Kurva Segitiga (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.3) Contoh 3:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva segitiga pada variabel temperature

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.6.

μNORMAL[23] = (23-15)/(25-15) = 8/10 = 0,8

0 1

15 25

Derajat Keanggotaan

µ[X]

35 Temperatur (°C)

23 0.8

NORMAL

(29)

3. Representasi Kurva Trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa

titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 seperti terlihat pada Gambar 2.7.

0 1

a b

Derajat Keanggotaan

µ[X]

domain c d

Gambar 2.7 Kurva Trapesium (Kusumadewi, 2010)

Fungsi Keanggotaan:

[ ] {

(2.4)

Contoh 4:

Fungsi keanggotaan untuk himpunan kurva trapesium pada variabel temperature

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.8.

μNORMAL[23] = (35-32)/(35-27) = 3/8 = 0,375

(30)

14

2.3.3 Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy adalah sebuah kerangka kerja perhitungan yang berdasar pada

konsep teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy if-then, dan pemikiran fuzzy. Sistem

inferensi fuzzy ini telah berhasil diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti control

otomatis, klasifikasi data, analisis keputusan, sistem pakar, prediksi time series,

robotika, dan pengenalan pola. Sistem inferensi fuzzy juga dikenal dengan

berbagainama seperti fuzzy rule based system (sistem berbasis aturan fuzzy ), fuzzy

expert system (sistem pakar fuzzy), fuzzy model, fuzzy associative memory, fuzzy

logic controller (pengendalian logika fuzzy), sistem fuzzy sederhana (Jang et al.

1997).

Struktur dasar dari sistem inferensi fuzzy berisi tiga komponen koseptual :

1. Dasar aturan yang mana berisi sebuah pemilihan aturan fuzzy.

2. Database yang mendefinisikan fungsi keanggotaan yang digunakan dalam

aturan fuzzy.

3. Mekanisme pemikiran yang mengerjakan prosedur inferensi terhadap aturan

dan kenyataan yang diketahui untuk menurunkan output atau kesimpulan yang

masuk akal (Castillo et al. 2008).

Sistem inferensi fuzzy dapat mengambil input fuzzy ataupun crisp, tetapi ouputnya

hampir selalu menghasilkan himpunan fuzzy. Untuk mendapatkan nilai crisp

diperlukan suatu metode defuzzifikasi. Secara umum, suatu sistem yang berbasis

fuzzy logic diawali dengan fuzzifikasi yaitu konversi input crisp menjadi fuzzy

berdasarkan fungsi keanggotaan. Pada proses selanjutnya adalah proses inferensi,

proses ini akan memperhitungkan semua aturan pada basis aturan dan menghasilkan

himpunan fuzzy. Proses terakhir adalah defuzzifikasi, proses ini akan menentukan nilai

crisp untuk himpunan fuzzy yang dihasilkan pada proses inferensi (Castillo et al.

(31)

Gambar 2.9 Fuzzy Inference System (Jang et al. 1997) 2.3.3.1Model Fuzzy Mamdani

Sistem inferensi fuzzy mamdani sebagai usaha awal untuk mengendalikan mesin uap

dan kombinasi boiler dengan sebuah himpunan aturan kendali linguistik yang

diperoleh dari pengalaman operator manusia. Gambar 2.10 mengilustrasikan

bagaimana dua aturan sistem inferensi mamdani menurunkan semua output z ketika

ditunjuk oleh dua input crisp x dan y (Kusumadewi, 2010).

Gambar 2.10 Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani (Jang et al. 1997)

Pada proses defuzzifikasi mengacu pada cara nilai crisp diekstrak dari sebuah

himpunan fuzzy sabagai nilai representative. Pada umumnya, ada 5 metode untuk

defuzzifikasi sebuah himpunan fuzzy A dari semesta Z (Kusumadewi, 2010) seperti

(32)

16

Gambar 2.11 Defuzzifikasi dari sistem inferensi fuzzy mamdani (Jang et al. 1997) 1. Centroid of area :

(2.5)

Dimana adalah output MF teragregasi.

2. Bisector of Area

∫ ∫ (2.6)

Dimana dan . z = membagi daerah

antara z = , z = , y = 0 dan y = ke dalam dua daerah yang sama.

3. Mean of Maximum

adalah rata-rata dari maksimalisasi z pada MF yang mencapai maksimum

(2.7)

4. Smallest of Maximum

adalah minimum dari maksimasi z.

5. Largest of Maximum

adalah maksimum dari maksimasi z.

2.3.3.2Model Fuzzy Sugeno

Takagi, Sugeno dan Kang mengusulkan model fuzzy Sugeno dalam usaha membangun

pendekatan sistematis untuk meng-generate aturan fuzzy dari dataset input-output

yang diberikan. Aturan fuzzy tipikal dalam sebuah model fuzzy Sugeno berbentuk,

(33)

Gambar 2.12 Sistem inferensi Fuzzy Sugeno (Jang et al. 1997)

Fungsi crisp dalam consequent merupakan himpunan fuzzy dalam antecedent,

dapat dilihat pada Gambar 2.12. Sedangkan z = f(x,y). Biasanya f(x,y) adalah sebuah

polynomial dalam variabel input x dan y, tetapi ini dapat menjadi suatu fungsi selama

dapat menjelaskan output model dalam daerah fuzzy yang telah ditentukan oleh aturan

antecedent secara sesuai. Ketika f(x,y) adalah polynomial orde satu, menghasilkan

system inferensi fuzzy disebut model fuzzy Sugeno orde satu. Model fuzzy Sugeno orde

nol ketika f adalah konstan (Kusumadewi, 2010).

2.3.3.3Model Fuzzy Tsukamoto

Dalam model fuzzy Tsukamoto, consequent dari masing-masing aturan fuzzy if-then

direpresentasikan oleh satu set fuzzy dengan MF monoton. Menghasilkan output yang

terinferensi dari masing-masing aturan yang didefinisikan sebagai nilai crisp

diinduksikan oleh aturan firing strength. Mengambil Output keseluruhan sebagai

rata-rata terbobot dari tiap aturan output (Kusumadewi, 2010).

(34)

18

2.4Evolving Connection System (ECOS)

Walaupun metode computational intelligence seperti jaringan saraf tiruan (JST),

sistem fuzzy, komputasi evolusioner, sistem hibrida, serta metode lainnya telah

berhasil dikembangkan dan diterapkan. Ada beberapa masalah saat menerapkan

metode ini dalam proses pengembangan yang kompleks (kasabov, 2007), seperti:

1. Kesulitan dalam preselecting arsitektur sistem. Umumnya model kecerdasan

buatan memiliki arsitektur tetap seperti jumlah neuron dan koneksi tetap. Hal ini

membuat sistem sulit untuk beradaptasi dengan data baru yang dengan distribusi

yang tidak diketahui sebelumnya.

2. Adanya kemungkinan sistem akan melupakan beberapa besar pengetahuan lama

ketika melakukan pembelajaran terhadap data yang baru.

3. Membutuhkan banyak waktu untuk pelatihan. Pelatihan JST dalam mode batch

umumnya melakukan perulangan pada saat proses propagasi data di dalam

struksur JST. Hal tersebut sangat tidak cocok pada pembelajaran on-line dimana

sistem membutuhkan proses adaptasi yang cepat.

4. Kurangnya fasilitas repersentasi pengetahuan. Banyaknya arsitektur komputasi

cerdas menemukan beberapa parameter statistik selama pelatihan. Tetapi tidak

memfasilitasi ekstraksi dari aturan-aturan yang ada ke dalam bentuk informasi

linguistik yang mudah dimengerti.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan metode hybrid dan

connectionist dalam hal pembelajaran algoritma maupun pengembangan sistem.

Pada umumnya, sistem informasi akan membantu menentukan dan memahami

model proses secara dinamika, aturan-aturan yang terus berkembang untuk mengambil

jalan pintas dalam memecahkan masalah, serta meningkatkan kinerja proses yang

berkembang sepanjang waktu. Kebutuhan tersebut merupakan bagian dari artificial

intelligence (AI) yang disebut evolving intelligence system (EIS). EIS merupakan

sistem informasi yang mengembangkan struktur, fungsi, dan pengetahuan dengan cara

terus menerus, adaptif, dan interaktif terhadap informasi yang masuk dan melakukan

beberapa tugas cerdas yang dilakukan manusia pada umumnya (Kasabov, 2007).

Bentuk dari metode EIS yaitu evolving connectionist system (ECOS). ECOS

(35)

menggunakan teknik lain computational intelligence yang beroperasi secara terus

menerus dan mengadaptasikan struktur dan fungsinya melalui interaksi terhadap

lingkungan dan sistem lainnya (Kasabov, 2007). Proses adaptasi tersebut dilakukan

melalui:

1. Aturan-aturan yang terus berkembang.

2. Parameter-parameter yang dapat berubah selama sistem beroperasi.

3. Informasi yang datang terus menerus, terutama pada distribusi data yang tidak

diketahui sebelumnya.

4. Kriteria tujuan yang diterapkan untuk mengoptimalkan kinerja sistem dari waktu

ke waktu.

Pada Gambar 2.14 merupakan ilustrasi yang menggambarkan bagian-bagian

EIS yang memproses berbagai informasi dengan cara yang adaptif dan terus menerus.

Pengolahan online dari semua informasi memungkinkan ECOS untuk berinteraksi

terhadap pengguna dengan sistem (Kasabov, 2007). Proses interaksi ECOS dapat

[image:35.595.147.492.417.722.2]

dilihat pada Gambar 2.14.

(36)

20

2.5Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network merupakan pengembangan dari metode

Evolving Fuzzy Neural Network walaupun memiliki struktur yang mirip tetapi

memiliki aturan aturan yang beda pada prosesnya. Weighted Evolving Fuzzy Neural

Network mengadopsi faktor bobot pendukung untuk menghitung setiap faktor penting

dari fungsi fuzzy distance diantara aturan-aturan yang berbeda (Chang et al, 2009).

2.5.1 Arsitektur Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki lima struktur layer seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.15. Dimana setiap node dan koneksinya dibentuk atau

[image:36.595.147.467.320.638.2]

dikoneksikan berdasarkan data sampel yang ada satu per satu (Chang et al, 2009).

Gambar 2.15 Arsitektur WEFuNN (Kasabov, 1998)

Pada layer pertama merupakan input layer yang menggambarkan input dari

variabel-variabel yang akan digunakan dalam proses training. Pada penelitian ini

menggunakan beberapa variabel input seperti : curah hujan, suhu, tekanan udara,

(37)

Pada layer kedua setiap node mempersentasikan persamaan fuzzy dari

masing-masing variabel input. Fungsi keanggotaan fuzzy dapat ditambahkan untuk

mendapatkan derajat keanggotaan pada setiap variabel input. Jumlah dan jenis fungsi

keanggotaan tersebut dapat secara dinamis dimodifikasi.

Pada layer ketiga setiap node berisi aturan-aturan yang dikembangkan melalui

metode pembelajaran terawasi atau pembelajan tidak terawasi. Aturan di setiap node

mempersentasikan prototype dari kumpulan data input-output dalam bentuk grafik

sebagai hyper- spheres (nilai maximum dari fungsi keanggotaan) dari fuzzy input dan

fuzzy output.

Pada layer keempat dilakukan kuantisasi variabel fuzzy output. Kuantisasi

adalah operasi pemotongan atau pembulatan nilai data dengan suatu presisi tertentu

untuk mendapatkan nilai luas kurva. Pada layer ini masukan bobot fungsi

penjumlahan untuk menghitung derajat keanggotaan yang mana vector output yang

terhubung dengan input vector yang diberikan masing-masing fungsi keanggotaan

output.

Pada layer kelima mempersentasikan nilai dari variabel output. Di layer ini

fungsi aktivasi linier digunakan untuk menghitung nilai defuzzifikasi variabel output.

2.5.2 Parameter Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Weighted Evolving Fuzzy Neural Network memiliki beberapa parameter di dalam

algoritmanya. Parameter-parameter tersebut digunakan sebagai batas kesalahan dalam

melakukan pembelajaran, batas minimum dari sebuah fungsi aktivasi, dan control

ukuran pada sebuah bobot. Parameter yang digunakan pada Weighted Evolving Fuzzy

Neural Network adalah sebagai berikut (Kasabov, 2001):

1. Sensitive threshold (sThr) adalah parameter yang digunakan untuk mendefinisikan

nilai minimum aktivasi. Nilai sensitive threshold harus lebih besar dari 0 dan lebih

kecil sama dengan 0,9. Apabila nilai sensitive threshold lebih besar dari 0,9maka

fungsi aktivasi akan menjadi chaotic dimana pola data akan semakin acak

sehingga sulit untuk diprediksi.

2. Error threshold (errThr) adalah minimum nilai error sebagai batas kesalahan yang

(38)

22

3. Learning rate 1 (lr1) dan learning rate 2 (lr2) adalah parameter yang digunakan

untuk mengontrol nilai bobot antara layer kedua dengan layer ketiga dan antara

layer ketiga dengan layer ke empat. Nilai parameter learning rate lebih besar dari

0 dan lebih kecil sama dengan 1.

2.5.3 Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

Algoritma Weighted Evolving Fuzzy Neural Network yang digunakan untuk

memprediksi data runtun waktu (Chann et al, 2006 ).

1. Melakukan fuzzifikasi terhadap data training menggunakan fungsi keanggotaan.

Dimana : = indeks data.

= data training ke .

= jumlah data yang akan detraining. = hasil dari fuzzifikasi data ke . = fungsi keanggotaan.

2. Membangun rule node pertama r(1) untuk mempersentasi data yang pertama dan

mengisi nilai bobot satu dan bobot dua.

Dimana : = rule node

= nilai bobot dari layer dua dan layer tiga = nilai bobot dari layer tiga dan layer empat

target = fuzzy output vector

3. Lakukan pengulangan selama i <= N

a. Menghitung normalized fuzzy local distance (D) diantara fuzzy input vector

(inpFi) dan fuzzy input vector yang berada di tempat penyimpanan sementara

pada saat rule node (rj), j=1…R, dimana R adalah nilai rule node pada saat ini.

( ) ∑ | |

b. Menghitung nilai aktivasi ) dari rule node (rj) dengan menggunakan

fungsi radial basis (radbas).

(39)

( )

c. Cari rule node (rj*) yang memiliki nilai aktivasi tertinggi.

d. Jika nila lebih besar dari sThr maka menuju langkah (e). Sebaliknya, jika

nila lebih kecil dari sThr, maka:

Ulangi dari langkah (a).

e. Melakukan propagasi terhadap aktivasi dari rule node (rj*)

(2.15)

f. Menghitung fuzzy ouput error.

(2.16) g. Cari action node (k*) dengan nilai aktivasi tertinggi dari A2.

h. Jika Err(k*) lebih kecil dari errThr atau r sama dengan i maka menuju ke

langkah (i). Sebaliknya, jika Err(k*) lebih besar dari errThr atau r tidak sama

dengan i maka:

(2.17)

(2.18) Ulangi dari langkah (a).

i. Mengubah bobot W1 dan W2.

(2.19) (2.20) (

(2.22)

2.6Penelitian Terdahulu

Metode prediksi telah banyak dilakukan dengan berbagai cara baik dengan metode

statistik maupun softcomputing. Metode-metode tersebut telah diimplementasikan

untuk memprediksi berbagai hal, termasuk memprediksi curah hujan.

Pada tahun 2010 Tresnawati, Nuraini, dan Hanggoro melakukan penelitian

prediksi curah hujan dengan menggunaknan metode Kalman Filter dengan Prediktor

SST NINO 3.4. Adapun langkah-langkah dari metode Kalman Filter dengan Prediktor

(40)

24

1. Memproses variabel model menggunakan SST NINO 3.4.

2. Memilih data terbaik dari data prediksi SST NINO 3.4.

3. Data divalidasi menggunakan 3 persamaan yaitu : ARMAX, BOX Jenkins (BJ),

dan Out Error (OE).

4. Output prediksi berupa data pada persamaan terbaik berdasarkan nilai koefisien

korelasi tertinggi.

Pada tahun 2007 Linda melakukan penelitian prediksi curah hujan menggunakan

metode Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Adapun langkah-langkah

dari metode ANFIS (Linda, 2007) adalah :

1. Menentukan label lingualistik pada data input dan menjadi parameter premis.

2. Mempersentasikan kuat penyulutan dari sebuah aturan.

3. Mengkalkulasi rasio kuat penyulutan aturan ke-I dan jumlah kuat penyulutan

semua. Output yang dihasilkan disebut penyulutan ternormalisasi.

4. Membuat kuat penyulutan ternormalisasi menjadi parameter konsekuen.

5. Menghitung output keseluruhan sebagai penjumlahan dari semua sinyal yang

masuk.

Pada tahun 2012 Rizki, Usadha, dan Widjajati melakukan penelitian prediksi

curah hujan menggunakan metode Fuzzy Inference System. Adapun langkah-langkah

dari Fuzzy Inference System (Rizki et al, 2012) adalah :

1. Membentuk variabel input dan variabel output.

2. Membentuk himpunan fuzzy pada data histori.

3. Membentuk himpunan semesta pembicaraan masing-masing variabel.

4. Menentukan fungsi keanggotaan tiap-tiap variabel.

5. Mengkombinasikan semua variabel input dengan menerapkan t-norm.

6. Membentuk basis aturan fuzzy.

7. Melakukan defuzzyfikasi terhadap output prediksi.

8. Validasi hasil prediksi menggunakan nilai Brier Score.

Pada tahun 2007 Warsito dan Sumiyati melakukan penelitian prediksi curah hujan

dengan menggunakan Feed-Forward Neural Network dengan Algoritma Quasi

(41)

Feed-Forward Neural Network dengan Algoritma Quasi Newton BFGS dan

Levenberg-Marquard (Warsito dan Sumiyati, 2007) adalah :

1. Inisialisasi bobot awal, Epoch 0, MSE ≠ 0

2. Menetapkan nilai maksimum Epoch dan Target Error.

3. Membuat kondisi pemberhentian.

4. Menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pelatihan.

5. Menggunakan fungsi line search untuk penampungan output sementara.

6. Menghitung perubahan bobot dan bias.

7. Mengulangi langkah keempat sampai kondisi pemberhentian terpenuhi.

Pada tahun 2008 Warsito, Torno, dan Sugiharto melakukan penelitian prediksi

curah hujan dengan menggunakan Model General Regression Neural Network.

Adapun langkah-langkah dari Model General Regression Neural Network (Warsito et

al, 2008) adalah :

1. Menentukan vector input berdasarkan terminology outoregresif.

2. Pada neuron pola mempersentasikan neuronpola i dan σ.

3. Pada neuron jumlahan outputneuron pola ditambahkan.

4. Jumlah yang dihasilkan neuron jumlahan dikirim ke neuron output dan

membentuk pembagian yang menghasilkan output prediksi.

Dari beberapa penelitian terdahulu menghasilkan hasil yang berbeda-beda.

Adapun hasil yang telah dihasilkan peneliti terdahulu dirangkum pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Metode Penelitian Keterangan 1. Tresnawati, R

et al

2010 Kalman Filter

Dengan Prediktor

SST NINO 3.4

Memprediksi curah

hujan bulanan

menghasilkan nilai

koefisien korelasi

(42)
[image:42.595.101.507.93.632.2]

26

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No. Peneliti Tahun Metode Penelitian Keterangan 2. Linda 2007 Adaptive

Neuro-Fuzzy Inference

Systems (ANFIS)

Memprediksi curah

hujan menghasilkan

nilai RMSE sebesar

0,063313 dan reange of

influence 0,320

3. Rizki, D.N et al

2012 Fuzzy Inference

System

Prediksi curah hujan di

Surabaya Utara

menghasilkan nilai

keakuratan sebesar

77,68%

4. Warsito dan Sumiyati

2007 Feed-Forward Neural

Network

Menggunakan

Algoritma Quasi

Newton BFGS dan

Levenberg-Marquard

Menghasilkan nilai

mean square error

(MSE) sebesar 1,8087%

dan pada algoritma

Levenberg-Marquardt

menghasilkan nilai MSE

sebesar 4,1123%

5. Warsito, B et al

2008 General Regression

Neural Network

memberikan prediksi

in-sample yang lebih baik

dari model ARIMA

sedangkan prediksi

out-sample memberikan

hasil berimbang dengan

model ARIMA

Berdasarkan penelitian sebelumnya penulis akan melakukan penelitian tentang

prediksi curah hujan dengan menggunakan Weighted Evolving Fuzzy Neural Network

(WEFuNN), dimana WEFuNN merupakan salah satu metode softcomputing yang

memiliki struktur hybrid dari fuzzy inference system dan jaringan saraf tiruan yang

mana didalam jaringannya menerapkan prinsip-prinsip evolving connectionist system

(43)

sampel masukan. Dengan cara ini, WEFuNN dapat melakukan pelatihan secara online

dan data sample dapat ditambah tanpa harus mengubah parameter pada WEFuNN

(44)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini secara garis besar membahas analisis metode weighted evolving fuzzy

neural network (WEFuNN) pada sistem, seperti data yang akan digunkan, gambaran

umum cara kerja algoritma weighted evolving fuzzy neural network (WEFuNN) dan

tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam perancangan sistem yang akan

dibangun.

3.1 Data yang digunakan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dan beberapa

data yang menjadi variabel input seperti tekanan udara, kelembapan udara,

kecepatan angin, dan suhu yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika, Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan

dari tanggal 1 Januari 2002 s.d. 30 November 2012. Seluruh data berjumlah 3984

data seperti yang telah dirangkum pada Tabel 3.1. Data akan dibagi menjadi dua

bagian berupa data pelatihan dan data pengujian. Pada data pelatihan akan

menggunakan data curah hujan yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi

dan Geofisika, Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I

Medan dari tanggal 1 Januari 2002 s.d 31 Desember 2010. Sedangkan data yang

akan digunakan untuk pengujian berupa data curah hujan yang diambil dari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Balai Besar Meterologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan dari tanggal 1 Januari 2011 s.d 30 November

(45)
[image:45.595.100.536.111.750.2]

Tabel 3.1 Rangkuman Data Curah Hujan

No. Tanggal Curah

Hujan (mm) Suhu (°C) Tekanan Udara (mb) Kelembapan Udara (%) Kecepatan Angin

1. 1/1/2002 0 26.0 1013.4 87 6

2. 2/1/2002 0 26.4 1014.3 86 6

3. 3/1/2002 3.6 25.8 1013.2 88 7

4. 4/1/2002 0 25.0 1013.4 83 6

5. 5/1/2002 0 26.1 1013.1 81 7

6. 6/1/2002 0 25.5 1011.5 83 6

7. 7/1/2002 20.5 26.8 1012.0 90 6

8. 8/1/2002 0 26.3 1012.2 87 7

9. 9/1/2002 0 26.1 1012.3 87 7

10. 10/1/2002 1 26.1 1012.2 87 5

11. 11/1/2002 2.6 26.7 1010.9 89 5

12. 12/1/2002 0 25.9 1010.1 86 7

13. 13/1/2002 43.4 25.4 1009.1 86 8

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3980 .

26/11/2012 0 26.5 1009.9 85 6

3981

.

27/11/2012 2.8 26.9 1009.3 82 6

3982

.

28/11/2012 8.6 26.3 1009.7 85 6

3983

.

29/11/2012 0 26.6 1008.2 85 7

3984

.

(46)

31

3.2 Analisis Sistem

Sistem prediksi curah hujan menggunakan weighted evolving fuzzy neural network

(WEFuNN) merupakan suatu sistem yang memberikan prediksi curah hujan

berdasarkan beberapa variabel input seperti tekanan udara, kelembapan udara,

kecepatan angin, dan suhu. Kemudiann data-data tersebut akan diproses dengan

metode weighted evolving fuzzy neural network (WEFuNN) untuk mendapatkan hasil

prediksi curah hujan.

3.2.1 Analisis Masalah

Beberapa kasus yang sering kita jumpai kondisi cuaca di daerah tertentu menjadi

acuan dalam menentukan rangkaian aktifitas manusia, sebagai contoh informasi

iklim dan klasifikasinya banyak menjadi acuan pada bidang pertanian dalam

menentukan masa pola tanam dan pada bidang transportasi dan pariwisata dalam

menentukan jadwal pelayaran dan penerbangan (Rizky et al.2012). Sehingga

dibutuhkan suatu sistem prediksi curah hujan yang menghasilkan nilai akurasi yang

tinggi.

3.2.2 Analisis Perancangan Sistem

Sistem prediksi curah hujan ini dirancang untuk memberikan informasi curah hujan

beberapa hari kedepan. Pada penelitian ini, proses utama dilakukan oleh user. User

login sebagai admin dan melihat informasi curah hujan beberapa hari kedepan sesuai

tanggal yang sudah dipilih. User juga bisa melakukan cetak hasil prediksi dalam

bentuk tabelmaupun grafik. Sistem akan menerima masukan berupa data klimatologi

harian seperti curah hujan, suhu, tekanan udara, kelembapan udara, dan kecepatan

angina. Kemudian data tersebut diproses menggunakan metode weighted evolving

fuzzy neural network untuk mendapatkan hasil prediksi. Adapun gambaran algoritma

metode weighted evolving fuzzy neural network pada sistem ini dapat dilihat pada

(47)

MULAI

INPUT DATA CURAH HUJAN DAN VARIABEL PENDUKUNG :

TEKANAN UDARA, KELEMBAPAN UDARA, KECEPATAN ANGIN,SUHU

INPUT PARAMETER WEFuNN : Lr1, Lr2, SThr, Err

NORMALISASI DATA

MENGHITUNG FUNGSI KEANGGOTAAN MENGGUNAKAN MODEL FUZZY SUGENO

INISIALISASI NILAI BOBOT W1 DAN W2 UNTUK RULE NODE PERTAMA

DATA TRAINING

I <= N

MENGHITUNG NILAI NORMALISASI FUZZY LOCAL DISTANCE (D)

MENGHITUNG NILAI AKTIVASI A1rj DARI RULE NODE rj

MENCARI NILAI RULE NODE (rj*)

A1rj* > SThr

PROPOGASI TERHADAP AKTIVASI rj*

FUZZY OUTPUT ERROR

MENCARI ACTION NODE (k*) DARI A2

Err(k*) < errThr OR r=1

MENGUBAH NILAI W1 DAN W2

NILAI RULE NODE DITAMBAH SATU DAN MENGUBAH W1 DAN W2

DENORMALISASI OUTPUT HASIL PREDIKSI

MAPE

OUPUT MAPE

SELESAI T

Y

T

Y

T

[image:47.595.129.503.84.730.2]

Y

(48)

33

Cara kerja sistem prediksi curah hujan yang akan dibangun, dirancang berdasarkan

rancangan pada gambar 3.1 sebagai berikut :

1. Input data curah hujan dan variabel pendukung seperti : suhu, tekanan udara,

kelembapan udara, dan kecepatan angina ke dalam database.

2. Input nilai parameter seperti : sensitive threshold, error threshold, learning rate 1,

dan learning rate 2.

3. Setiap data yang masuk ke dalam database dinormalisasi, data ditransformasikan

antara 0,1 s.d. 0.9. formula yang digunakan untuk menormalisasi data :

(3.1)

Dimana : = nilai normalisasi

= nilai data curah hujan

= nilai minimum dari data curah hujan

= nilai maximum dari data curah hujan

4. Menghitung nilai fungsi keanggotaan dan target dari data yang telah dinormalisasi

menggunakan triangular membership function sesuai dengan persamaan (2.3).

Dari data curah hujan dari tanggal 1 Januari 2002 s.d. 30 November 2012 yang

diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Balai Besar

Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, dengan

menggunakan beberapa variabel seperti suhu, tekanan udara, kelembapan udara

dan kecepatan angina dimana curah hujan akan menjadi target prediksi. Setiap

variabel dibagi menjadi 3 himpunan fuzzy yaitu RENDAH, NORMAL, dan

TINGGI.

a. Inp = 0, jika nilai lebih kecil dari

b. Inp = (x - a)/(b - a), jika nilai lebih besar sama dengan dan lebih kecil dari

.

c. Inp = (c - x) / (c - b), jika nilai lebih besar sama dengan dan lebih keci

dari .

(49)

Gambar 3.2 Himpunan Fuzzy untuk Data Curah Hujan

5. Menentukan rule node pertama r(1) untuk merepresentasikan data yang pertama

dan mengisi nilai dari bobot satu dan bobot dua dengan menggunakan persamaan

(2.9).

6. Menghitung normalized fuzzy local distance diantara fuzzy input vector dan fuzzy

input vector yang ada di penyimpanan sementara dengan menggunakan

persamaan (2.10).

7. Dari hasil perhitungan normalized fuzzy local distance dihitung nilai aktivasi

( ) dari rule node menggunakan persamaan (2.12).

8. Mencari nilai rule node (rj*) yang memiliki nilai aktivasi tertinggi.

9. Mengecek apakah nilai dari lebih besar dari sensitive threshold. Jika nilai

lebih kecil dari sensitive threshold maka nilai bobot W1 dan W2 akan

diubahdengan menggunakan persamaan (2.14), kemudian nilai rule node

ditambah dengan menggunakan persamaan (2.13), dan menuju ke langkah (6).

10.Melakukan propagasi terhadap aktivasi tertinggi dari irule node (rj*) dengan

menggunakan persamaan (2.15).

(50)

35

12.Mencari action node (k*) dengan nilai aktivasi tertinggi dari A2.

13.Mengecek apakah nilai dari err(k*) lebih kecil dari error threshold atau r sama

dengan i. Jika nilai err(k*) lebih besar dari error threshold maka nilai bobot W1

dan W2 diubah dengan menggunakan persamaan (2.18), kemudian nilai rule node

ditambah dengan menggunakan persamaan (2.17), dan menuju ke langkah (6).

14.Mengubah bobot W1 dan W2 dengan menggunakan persamaan (2.19), (2.20), dan

(2.21).

15.(6) sebanyak jumlah data yang ada, jika semua data sudah ditraining, maka

menuju langkah ke (16).

16.Melakukan denormalisasi data hasil prediksi untuk mendapatkan nilai yang

sebenarnya dengan menggunakan persamaan :

(3.2)

Dimana = = nilai hasil prediksi.

= nilai hasil dinormalisasi.

= nilai minimum dari curah hujan

= nilai maximum dari curah hujan.

17.Menghitung kesalahan dari hasil prediksi dengan menggunakan MAPE (mean

absolute percentage error), dengan menggunakan persamaan :

(3.3)

Dimana : = data aktual

= data prediksi

= banyak data curah hujan

3.2.3 Arsitektur Umum

Rancangan keseluruhan sistem yang akan dibuat dalam bentuk arsitektur umum

(51)

Gambar 3.3 Arsitektur Umum

Pada Gambar 3.3 menggambarkan proses dan interaksi antar komponen dalam suatu

sistem. Adapun komponen-komponen tersebut adalah :

1. Database

Database yang digunakan berisi data curah hujan dari tanggal 1 Januari 2002 s.d.

30 November 2012 yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika, Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I

Medan. Dengan variabel input berupa tekanan udara, kelembapan udara,

kecepatan angina, suhu, dan curah hujan menjadi variabel output. Data tersebut

dibagi menjadi dua bagian yaitu sebanyak 70% sebagai data training set yang akan

digunakan pada proses training dan sebanyak 30% sebagai data testing set yang

akan digunakan pada proses testing.

2. Normalisasi

Pada tahap ini, nilai aktual dari data curah hujan diubah ke dalam rentang 0,1 s.d

0,9.

3. WEFuNN

Pada bagian ini memilii lima struktur layer dimana setiap node dan koneksinya

dibentuk dan dikoneksikan berdasarkan data sampel yang ada satu per satu. Pada

layer pertama berupa data input variabel, layer kedua setiap node

mempersentasikan persamaan fuzzy dari setiap variabel input, pada layer ketiga

setiap node berisi aturan-aturan, aturan-aturan di setiap node mempersentasikan

prototype dari kumpulan data fuzzy input-output. Layer keempat dilakukan

(52)

37

penjumlahan untuk menghitung derajat keanggotaan yang mana vector output

yang terhubung dengan input vector yang diberikan masing-masing fungsi

keanggotaan output. Pada layer kelima mempersentasikan nilai output prediksi.

4. Denormalisasi

Pada tahap denormalisasi, mengubah hasil output prediksi yang masih dalam

rentang nilai 0,1 s.d 0,9 ke dalam nilai sebenarnya.

5. Validasi

Pada tahap ini akan ditampilkan hasil prediksi curah hujan dan dibandingkan

dengan nilai curah hujan actual. Nilai MAPE akan dihitung untuk mengetahui

seberapa besar nilai error yang didapat dari hasil prediksi tersebut. Semakin kecil

nilai error yang dihasilkan, maka semakin akurat nilai prediksi yang dihasilkan.

3.2.4 Diagram Aktivitas

Diagram aktivitas (activity diagram) ini berguna untuk menggambarkan urutan

aktivitas pada sistem yang dirancang. Aktivitas yang digambarkan menekankan pada

aktivitas yang dapat dilakukan oleh sistem tanpa memperhatikan apa yang dilakukan

oleh aktor. Tujuan activity diagram ini adalah untuk membantu proses perancangan

sistem secara keseluruhan. Tahapan aktivitas dalam sistem prediksi curah hujan yang

akan dibangun.

LOGIN

MENGISI USERNAME DAN PASSWORD

MENAMPILKAN FORM LOGIN

MENAMPILKAN HALAMAN UTAMA SISTEM

PENGGUNA SISTEM

(53)

Pada Gambar 3.4 jika pengguna ingin masuk ke sistem, maka pengguna harus

melakukan login terlebih dahulu dengan cara mengisi form username dan password

kemudian sistem akan menampilkan halaman utama sistem.

PENGGUNA SISTEM

MENENTUKAN HIMPUNAN FAUZZY

PR0SES PREDIKSI

MELAKUKAN NORMALISASI DATA

MENGAMBIL DATA DARI DATABASE

MENENTUKAN TANGGAL

AWAL DAN TANGGAL AKHIR PREDIKSI

HASIL PREDIKSI MENAMPILKAN HASIL PREDIKSI

Gambar 3.5 Diagram Aktivitas Prediksi Curah Hujan

Pada Gambar 3.5 jika pengguna ingin melakukan prediksi curah hujan dapat

dilakukan dengan cara mengklik tombol proses pada bagian proses prediksi.

Kemudian s

Gambar

Gambar 2.14 Proses Interaksi ECOS (Kasabov, 2007)
Gambar 2.15 Arsitektur WEFuNN (Kasabov, 1998)
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Tabel 3.1 Rangkuman Data Curah Hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ucapat terikamasih juga tidak lupa disampaikan kepada Ketua dan seluruh Komisioner KPU Kota Jakarta Timur dan seluruth Sekretariat KPU Kota Jakarta yang selalu

Sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi dokumen kualifikasi dan pembukt ian kualifikasi dari perusahaan yang saudara/ i pimpin, maka dengan ini kami mengundang dalam

[r]

Pada hari ini Senin, tanggal Dua Puluh Tujuh, bulan Maret, tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami selaku Pokja ULP Pengadaan ATK dan Kebutuhan Rumah Tangga Tahun

Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai pada saat penilaian kualifikasi. penawaran dinyatakan memenuhi

[r]

[r]

Nos résultats confirment la thèse de Azi Lev-On et Bernard Manin, pour qui, « sous certaines conditions, la communication par ordinateur peut faciliter, et non pas