ABSTRACT
DETERMINATION OF NITRITE AND NITRATE LEVEL IN
LAMPUNG BAY AS AN INDICATOR OF AQUATIC ENVIROMENTAL QUALITY
By
Muhammad Prasetio Ersa
This research was aimed to analyze nitrite and nitrate level of sea water in lampung bay. This analyze was conducted by using spectrophotometer UV-Vis methtod to test the content of nitrite and Brusin Sulfate method to test the content of nitrate. The result of research showed that there were concentration of nitrite ranged 0,0059 ppm to 0,0008 ppm and concentration of nitrate ranged 0,003ppm to 0,083ppm. Based on state environment minister’s decision No. 51 of 2004 about marine water quality standard of marine biota, the nitrate value was 0,0008 ppm. Anchorage are had the largest nitrite concentration and also its nitrate concentration was large, but pahawang area had small nitrite concentration and the content of nitrate was not detected by tool. The high concentration of nitrate was directly proportional to nitrate concentration this was in accordance with the observation that has been done.
ABSTRAK
PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR
KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN
Oleh
Muhammad Prasetio Ersa
Telah dilakukan analisis kadar nitrit dan nitrat air laut pada perairan Teluk Lampung. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis untuk uji kandungan nitrit dan metode Brusin Sulfat untuk uji nitrat. Hasil penelitian menunjukan adanya konsenterasi senyawa nitrit berkisar antara 0,0059 ppm sampai 0,0008 ppm. Pada uji nitrat didapatkan konsentrasi senyawa nitrat berkisar antara 0,003 ppm sampai pada 0,083 ppm. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 baku mutu air laut untuk biota laut nilai nitrat yaitu 0,008 ppm. Pada kawasan pelabuhan memiliki konsentrasi senyawa nitrit yang terbesar dan juga konsentrasi senyawa nitrat yang besar, namun pada kawasan pulau pahawang memiliki konsentrasi senyawa nitrit yang kecil dan kandungan senyawa nitratnya tidak terdeteksi oleh alat. Tingginya konsentrasi senyawa nitrit berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa nitrat, hal ini sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR
KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN (Skripsi)
Oleh
Muhammad Prasetio Ersa
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
PENENTUAN KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA PERAIRAN TELUK LAMPUNG SEBAGAI INDIKATOR
KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN
Oleh
Muhammad Prasetio Ersa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Komponen- Komponen Spektrofotometer UV- Vis ... 15
2. Lokasi Sampling ... 19
3. Van dorn ... 20
4. Parameter Temperatur Sampel Air Laut ... 30
5. Parameter pH Sampel Air Laut ... 31
6. Hasil Pengukuran Kadar Nitrit pada Sampel ... 35
7. Hasil Pengukuran Kadar Nitrat pada Sampel ... 39
8. Grafik Linieritas Nitrit ... 42
9. Grafik Linieritas Nitrat ... 42
10. Lokasi Titik Pengambilan Sampel ... 57
11. Lokasi Pengambilan Sampel ... 58
12. Pengambilan Sampel ... 59
13. Pengukuran In Situ ... 59
Persembahan
Segala Puji syukur ku ucakan kepada sang pencipta Allah SWT dam
Nabi Besar Muhammad SAW
Ku persembahkan karya kecil ku ini kepada
Kedua orang tuaku tercinta Papa dan Mama yang telah memberikan doa,
kasih saying dukungan dan semangat yang takkan pernah habis, yang
selalu sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kelak aku sedih dan
senang, yang tak pernah lelah selalu mendoakan dan memberikanku yang
terbaik dalam hidup ini
Uni dan adikku tersayang yang selalu memberikan doa dan dukungannya
Sahabat-sahabat terbaiku atas semua doa, semangat persaudaraan dan
kebersamaan yang telah kalian berikan
Para pendidik yang ku hormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman
yang telah membuatku lebih berwawasan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 23 November
1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari
Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lestari.
Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Urang
Kalianda, diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kalianda, diselesaikan pada tahun 2010. Tahun
2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri).
Penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus antara lain sebagai Kader Muda
Himaki, Anggota Muda Rois FMIPA, Brigade BEM FMIPA dan Anggota Muda
Birohmah pada tahun 2010-2011. Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki, Anggota
Departemen Kebijakan Publik BEM FMIPA, Anggota Bidang Kaderisasi Rois
FMIPA dan Anggota BK BBQ Birohmah pada tahun 2011-2012, serta pada tahun
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) pada tahun 2013 di
desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan pada
tahun 2014 penulis melaksanakan prektik kerja lapangan (PKL) di Laboratorium
DAFTAR ISI
B. Indikator Kualitas Lingkungan Perairan ... 6
C. Nitrogen ... 9
1. Nitrit ... 10
2. Nitrat ... 12
D. Spektrofotometri UV-Vis ... 14
ii
2. Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit ... 22
3. Pembuatan Larutan Baku Nitrit ... 22
4. Pembuatan Larutan Kerja Nitrit ... 22
5. Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 23
1. Parameter Temperatur Perairan Teluk Lampung ... 29
2. Parameter pH Perairan Teluk Lampung ... 30
C.Konsentrasi Senyawa Nitrit dan Nitrat ... 32
1. Konsentrasi Senyawa Nitrit di Perairan Teluk Lampung ... 33
2. Konsentrasi Senyawa Nitrat di Perairan Teluk Lampung ... 37
D. Validasi Metode ... 41
iii
2. Limit Deteksi Instrumen ... 43
3. Limit Deteksi Metode ... 43
4. Akurasi ... 44
5. Presisi ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan Kadar Nitrit ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pengamatan Visual Sampel ... 27
2. Kondisi Fisik dan Kimia Sampel ... 28
3. Hasil Pengukuran Kandungan Senyawa Nitrit ... 33
4. Hasil Analisis Senyawa Nitrat ... 38
5. Hasil Pengukuran Akurasi ... 45
6. Hasil Pengukuran Presisi ... 46
7. Larutan Standar Nitrit ... 52
8. Mencari Limit Deteksi Instrumen ... 54
9. Mencari Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitatif ... 54
Moto
“…
Jika kamu menolong (Agama) Allah, niscaya Dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
(Q.S Muhammad: 7)
“Khairunnas Anfahum linnas”
(HR. Ahmad)
“
Hadapi Hidup Dengan Senyuman
”
(Muhammad Prasetio Ersa)
“
Sukses tanda kejayaan
“
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, pada tanggal 23 November
1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara buah hati dari
Bapak Erwin Bakar dan Ibu Syarifah Lestari.
Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Way Urang
Kalianda, diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
SMP Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kalianda, diselesaikan pada tahun 2010. Tahun
2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri).
Penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus antara lain sebagai Kader Muda
Himaki, Anggota Muda Rois FMIPA, Brigade BEM FMIPA dan Anggota Muda
Birohmah pada tahun 2010-2011. Anggota Biro Usaha Mandiri Himaki, Anggota
Departemen Kebijakan Publik BEM FMIPA, Anggota Bidang Kaderisasi Rois
FMIPA dan Anggota BK BBQ Birohmah pada tahun 2011-2012, serta pada tahun
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN) pada tahun 2013 di
desa Gunung Rejo Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan pada
tahun 2014 penulis melaksanakan prektik kerja lapangan (PKL) di Laboratorium
SANWACANA
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur Penulis haturkan kepada Sang Pemberi Kehidupan, Allah SWT.,
karena atas seizin-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul "Penentuan Kadar Nitrit, Dan Nitrat Pada Perairan Teluk
Lampung sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Perairan" adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan
rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui karena Allah SWT. serta bantuan
dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dalam kehidupan penulis.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya
kepada :
1. Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan kehidupan kepada
2. Ibu Rinawati, Ph.D., selaku pembimbing I penelitian yang telah banyak
memberikan nasihat, saran, ilmu, motivasi, perhatian, serta kesabaran dalam
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Diky Hidayat, M.Sc., selaku pembimbing II penelitian yang telah
memberikan kritik, saran, dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
4. Bapak .Drs. R. Supriyanto, M.S. selaku penguji penelitian yang telah
memberikan semangat, kritik, saran, dan arahan kepada penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Prof. Suharso, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Unila.
6. Dr. Suripto Dwi Yuwono, M.T., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unila.
7. Ibu Dian Septiani Pratama, M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan konseling berupa arahan dan masukan yang baik
kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Seluruh dosen jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna kepada penulis selama
kuliah.
9. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai. Bapak (Erwin Bakar) dan Ibu
(Syarifah Lestari). Hanya terima kasih yang bisa Tio ucapkan dan berikan
kepada kalian. Pengorbanan kalian sungguh luar biasa untuk membesarkan
Tio. Terima kasih telah memberikan semangat kepada Tio untuk
menyelesaikan studi di jurusan Kimia dan menyelesaikan skirpsi ini. Terima
10. Uni ku tercinta (Rasuna Ersa ) dan Adik ku yang ku sayangi (Muhammad
Firza Ersa), terima kasih atas dukungannya selama ini kepada Tio dari awal
kuliah sampai saat ini, rasanya Tio tak akan mampu dan bias membalas atas
dukungan yang telah kalian berikan kepada Tio selama ini.
11. Teman-teman satu perjuangan, Uti, Juni, Kristi dan Kak Suparno, terima
kasih banyak atas kerjasama, masukan, semangat, dan kekompakkan kalian
selama ini serta telah membuat saya menjadi seseorang yang mampu
menghadapi dan menyelesaikan semua halangan dan rintangan selama
melaksanakan penelitian ini.
12. Teman-teman seperjuangan di laboratorium, Daniar, Fani, Anggino, Ayu,
Lewi, Mila.
13. Teman-taman kimia 2010, Hanif, Hapin, Surtini, Ariyanti, Rani, dll. yang
selalu memberikan semangat, motivasi dan dorongan sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini
14. Adik-adik kimia 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015.
15. Kepada Mbak Iin dan Mas Udin selaku laboran dari laboratorium Kimia
Analitik dan Intrumentasi, terima kasih atas bantuan dan saran dalam kepada
penulis dalam melaksanakan penelitian.
16. Mbak Nora dan Pak Gani yang selalu direpotkan oleh saya masalah
administrasi jurusan.
17. Teman-teman Dewan Pembina FMIPA, terimakasih atas semangat yang
diberikan dan atas kekeluargaan yang terjalin selama ini.
19. Adik-adik Rois FMIPA, Ali, Ari, Didin. Adi Setiawan, Ade Pamungkas, dll.
terimakasih atas semangat yang diberikan dan atas kekeluargaan yang terjalin
selama ini.
20. Para penghuni kontarakan B10, Imam, Adi, Gusman, Kak Gamal bersaudara,
Danu, Miko, Putra dan Firman, terimakasih atas semangat yang diberikan dan
atas kekeluargaan yang terjalin selama ini
21. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Terima kasih.
22. Almamater tercinta, Universitas Lampung
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat. Aamiin.
Wassalamualaikum wr. wb.
Bandar Lampung, November 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota provinsi lampung, yang memiliki
letak geografis pada 5,20° sampai dengan 5,30° lintang selatan dan 105,28°
sampai dengan 105,37° bujur timur. Kota Bandar Lampung terletak di sekitaran
perairan teluk lampung di ujung selatan pulau Sumatra kurang lebih 165 km
sebelah barat laut Jakarta. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung
menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatra yang memiliki peran sangat penting
juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi
masyarakat
Di sepanjang pinggiran Teluk Lampung terdapat berbagai macam aktivitas
manusia, mulai dari kegiatan industri (industri pengolahan batubara, pembuatan
kapal, industri kertas), aktivitas nelayan sekitar teluk lampung (pelelangan ikan),
aktifitas pelabuhan (bongkar muat ekspor dan impor) hingga aktifitas rumah
tangga seperti mandi, mencuci, membuang kotoran (MCK) dan membuang
sampah. Akibat dari aktivitas manusia tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kualitas lingkungan perairan di sekitar teluk lampung yang juga
2
teluk lampung, air memiliki peranan penting sebagai pelarut dan pembawa
berbagai macam zat polutan baik polutan organik maupun anorganik dari berbagai
sumber seperti industri, industri rumah tangga, pemukiman penduduk, maupun
aktivitas pertanian, sehingga limbah dan polutan yang masuk dalam lingkungan
dapat di ketahui pada air, dalam hal ini diperlukan uji kualitas lingkungan perairan
dengan beberapa parameter, parameter yang digunakan terbagi dalam 2 sifat, yaitu
secara fisika dan kimia. Adapun parameter-parameter yang bersifat fisika antara
lain: suhu, kekeruhan, warna, dan TDS. Sedangkan parameter-parameter yang
bersifat kimia antara lain: pH, dissolve oxygen (DO), chemical oxygen demand
(COD), biochemical oxygen demand (BOD), kesadahan, sulfit, klorit, fosfat, serta kandungan senyawa nitrogen seperti nitrit, nitrat dan amonia.
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersediaan nutrient
(Alaerst dan Sartika, 1987). Selain itu, sifat toksik dari senyawa nitrit adalah
mampu mengoksidasi ion fero (Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+) di dalam hemoglobin (Hb) dapat mengubah hemoglobin menjadi metahemoglobin (MetHb) di dalam
darah (Jensen, 1995). Sedangkan toksisitas nitrat secara tidak langsung di
perairan karena membantu pertumbuhan alga secara berlebihan yang dikenal
dengan istilah “alga bloom” sehingga mengakibatkan kadar oksigen terlarut bisa
berkurang (Hallberg, 1989).
Dalam penentuan kadar nitrat, dilakukan dengan metode Brucin sulfat dengan
3
tergolong murah serta memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga hasil pengukuran
dapat maksimal.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar senyawa-senyawa
nitrogen seperti nitrit dan nitrat pada perairan Teluk Lampung sebagai indikator
kualitas lingkungan perairan.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang tingkat
pencemaran yang terjadi di Teluk Lampung terutama pencemaran oleh senyawa-
senyawa nitrogen hasil pembuangan limbah pabrik maupun limbah rumah tangga
sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah daerah, pihak industri dan
masyarakat setempat sehingga dapat mengelola kawasan Teluk Lampung secara
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pesisir Teluk Lampung
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara daratan dan laut,
ke arah darat merupakan wilayah daratan yang masih dipengaruhi oleh fenomena
lautan, seperti gelombang, pasang surut, angin laut, dan lain-lain, sedangkan ke
arah laut merupakan wilayah laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan
seperti erosi, sedimentasi, dan lain-lain (Dahuri et al. 1996).
Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumberdaya
alam yang cukup besar. Wilayah ini telah mengalami banyak perubahan fungsi
untuk dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang besar dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakat melalui peningkatan devisa negara. Namun aktivitas
perekonomian tersebut yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove
menjadi kawasan industri, pariwisata dan pemukiman telah menyebabkan proses
abrasi dan sedimentasi yang cukup parah (Wiryawan et.al, 1999).
Teluk Lampung terletak di bagian selatan pulau Sumatera yang secara geografis
terletak di kota Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung yang memiliki wilayah
5
kecamatan yaitu, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung
Barat, dan Kecamatan Panjang yang terdiri dari 12 desa (Wiryawan dkk.,1999).
Pesisir Pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah
banyak mengkonversi lahan pantai, menjadi kawasan industri antara lain industri
batubara, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, pelabuhan niaga dan pemukiman
(Wiryawan et.al, 1999).
Aktivitas-aktivitas yang terjadi di perairan Teluk Lampung termasuk salah
satunya di pesisir pantai kota Bandar Lampung, berdampak pada pencemaran
perairan Teluk Lampung. Pencemaran adalah peristiwa masuknya zat, energi,
unsur, atau komponen lainnya ke dalam perairan. Pencemaran tersebut ditandai
dengan menurunnya kualitas dan produktivitas perairan karena pembuangan
limbah dari limbah domestik rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas
perkapalan (Wijayanti, 2007).
Aktivitas-aktivitas tersebut di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung
akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem di kawasan pantai tersebut.
Hal ini disebabkan oleh kerusakan-kerusakan lingkungan laut dari eksploitasi
lahan pantai secara berlebihan. Eksploitasi terbesar adalah pembukaan hutan
bakau (mangrove) yang ditandai dengan adanya abrasi pantai, sedimentasi, intrusi
air laut. Tekanan lingkungan terhadap perairan ini makin lama semakin
meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di kawasan-kawasan
yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut. Jenis limbah yang masuk seperti
limbah organik, dan anorganik (sampah) inilah yang menyebabkan penurunan
6
Penurunan kualitas lingkungan ini dapat diidentifikasi dari perubahan komponen
fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar pantai. Perubahan komponen fisik dan
kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya kualitas perairan juga
menyebabkan bagian dasar perairan (sedimen) menurun, yang dapat
mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama pada struktur komunitasnya
(Odum, 1971). Salah satu biota laut yang diduga akan terpengaruh langsung
akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di lingkungan pantai adalah
hewan makrobenthos.
B. Indikator Kualitas Lingkungan Perairan
Air diperlukan bagi kehidupan organisme. Peranan air bagi kehidupan semakin
meningkat dengan majunya kebudayaan manusia. Kalau air tersebut digunakan
oleh organisme untuk keperluannya, misalnya ikan maka kualitas airnya harus
sesuai dengan air yang dibutuhkan oleh ikan itu (Wardoyo 1981).
Kualitas air dalam hal analisis kualitas air mencakup keadaan fisik, kimia, dan
biologi yangdapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia,
pertanian, industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya (Asdak 1995).
Menurut Lagler (1997) di dalam lingkungan perairan ada tiga unsur pokok yang
mempengaruhi kehidupan biota perairan. Pertama adalah unsur fisik yang berupa
sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran
serta berat jenis. Unsur kedua adalah sifat kimiawi air seperti pH, kadar oksigen
7
yaitu sifat-sifat biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai.
Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar
matahari dan iklim.
Banyak jenis binatang dan tumbuhan yang sama, hidup baik di sungai maupun di
danau, dan banyak dari adaptasi yang mereka perlukan ternyata sama. Disebabkan
keadaan fisik sungai dan danau sangat berbeda satu sama lain
kebiasaan-kebiasaan jenis binatang dan tumbuhan yang sama ini perlu perhatian
yang berbeda (Anwar, 1984).
Transparansi air berhubungan dengan kedalaman air, dimana hubungannya adalah
pada daya tembus atau intensitas penetrasi cahaya matahari. Semakin dalam suatu
perairan, maka akan semakin kecil daya tembus cahayanya. Penetrasi cahaya ini
berhubungan juga dengan fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya
(Cholik, 1991).
Degradasi kualitas air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas
air. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan
limbah, baik limbah pabrik/industri, pertanian, maupun limbah domestik dari
suatu pemukiman penduduk ke dalam badan air suatu perairan. Perairan
merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara komponen-komponen fisika, kimia
dan biologi dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen
tersebut saling berinteraksi, jika terjadi perubahan pada salah satu komponen
maka akan berpengaruh pula terhadap komponen yang lainnya. Contoh
8
sampah yang mempunyai potensi mencemari lingkungan perairan. Dampak dari
terjadinya hal tersebut, yang paling utama merasakan adalah organisme-organisme
akuatik (komponen biologi). Sebagai parameter biologi, plankton khususnya
fitoplankton yang mempunyai peranan penting dalam rantai makanan di ekosistem
akuatik sering dijadikan indikator kestabilan, kesuburan dan kualitas perairan
(Basmi, 2000).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya sebagai kehidupan itu tidak dapat
digantikan dengan senyawa lainnya. Dalam jaringan, air merupakan medium
untuk berbagai reksi dan proses ekskresi. Tubuh manusia terdiri atas 60-70% air.
Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai,
oleh karena itu kuntitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara
(Achmad, 2004).
Komponen-komponen yang terdapat dalam air jelas berbeda jika sumber air
tersebut berbeda pula. Sungai mengandung padatan yang terbentuk sebagai akibat
dari erosi, air juga mengandung mikroorganisme yang berasal dari berbagai
sumber seperti udara, tanah, sampah, kotoran manusia maupun hewan. Air yang
bersumber dari mata air sebenarnya juga mengandung komponen yang sama
namun dengan kadar yang berbeda (Wardhana, 1995).
Di dalam suatu perairan sumber nutrien dapat berupa unsur hara makro
(C,O,H,N,P,S,Mg,Ca, dan Cl) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Co). Di
antara unsur hara tersebut, yang dianggap sangat essensial untuk di produksi yaitu
9
C. Nitrogen
Nitrogen merupakan senyawa yang banyak tersebar secara luas di alam, sumber
utama dari senyawa ini adalah antropogenik (berasal dari aktivitas manusia)
seperti pembuangan limbah dan kotoran (Michalski dkk., 2006).
Senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai bahan tersuspensi.
Dalam air senyawa nitrogen memegang peranan sangat penting dalam perairan,
yang terdiri dari nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Jenis-jenis nitrogen
anorganik utama dalam air adalah ion nitrat (NO3-), dan ammonium (NH4+).
Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitrit (NO2-). Sebagian besar dari
nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan
yang berprotein, juga dapat berbentuk senyawa/ ion-ion lainnya dari bahan
pencemar.
Senyawa N-nitrogen yang dikenal dengan nitrogen total adalah jumlah atau kadar
keseluruhan nitrogen yang terdapat dalam limbah cair atau sampel (Hamida,
1993). Nitrogen total pada perairan berupa nitrogen anorganik dan nitrogen
organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit
(NO2), nitrat (NO3) dan molekul gas N2, sedangkan nitrogen organik terdiri dari
protein, asam amino dan urea (Efendi, 2003). Menurut Gabriel (2001) nitrogen
memiliki sifat fisik dan sifat kimia sebagai berikut
a. Sifat fisik nitrogen
panas transformasi β ↔ α: 54,71 kal/mol;
10
panas penguapan: 1332,9 kal/mol;
temperatur kritis: 126,26 ± 0,04 kal/mol;
tekanan kritis: 33,45 ± 0,02 atm;
massa jenis:
bentuk α: 1,0265 gr/ml pada -252,6oC
bentuk β: 0,08792 gr/ml -210,0oC
bentuk cair: 1,1607-0,0045
b. Sifat kimia nitrogen
Pada suhu rendah unsur nitrogen kurang reaktif, sedangkan pada suhu tinggi
nitrogen bisa bereaksi dengan krom, silikon, titanium, aluminium, boron,
berilium, magnesium, barium, strontium, kalsium, dan lithium, dan bereksi
dengan oksigen membentuk nitrit NO. Pada suhu menengah nitrogen bereaksi
dengan hidrogen dengan bantuan katalis membentuk amoniak. Pada suhu di atas
1800oC, nitrogen, karbon, dan hidrogen bergabung dapat membentuk hidrogen
sianida.
1. Nitrit
Senyawa nitrogen anorganik bersifat toksik terhadap organisme yang hidup di
perairan. Nitrat, nitrit dan amonia merupakan derivat senyawa nitrogen anorganik
yang memiliki daya racun masing-masing senyawa berbeda, yaitu amonia dan
nitrit bersifat sangat toksik walau dalam konsentrasi yang rendah, sedangkan nitrat
akan bersifat toksik dalam konsentrasi tinggi. Toksisitas akut NH3 menyebabkan
kematian sedang perlakuan kronis dapat menimbulkan kerusakan ginjal,
11
kapasitasi pembawa oksigen pada organisme makhluk hidup pada perairan (Das
dkk., 2004). Sifat toksik dari senyawa nitrit adalah mampu mengoksidasi ion fero
(Fe2+) menjadi ion feri (Fe3+) di dalam hemoglobin (Hb) dapat mengubah hemoglobin menjadi methaemoglobin (MetHb) di dalam darah (Jensen, 1995).
Nitrogen di perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat
dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Pada umumnya nitrogen anorganik
dalam keadaan aerobik terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu
sebagai NO3- dan dengan bilangan oksidasi keadaan anaerob, sebagai NH4+yang
stabil. Dalam kondisi tanpa katalis biologi, ion nitrat hanya sedikit bereaksi
dalam air. Kemampuan pertukaran ion dari bahan-bahan yang terjadi secara
alamiah tidak mengikat ion dengan kuat.
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat
sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (Nitrifikasi), dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi).
Denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob (Effendi H, 2003).
Nitrit merupakan bentuk antara oksidasi amonia ke nitrat atau reduksi nitrat ke
amonia. Nitrit dapat masuk ke perairan melalui air limbah industri. Nitrit di dalam
tubuh dapat mengikat zat besi dari hemoglobin yang membentuk
methemoglobinemia. Sifat asam dari senyawa nitrat dapat bereaksi membentuk
nitrosamines yang kebanyakan diketahui berpotensi karsinogenik(Sutrisno dan
12
Pada reduksi nitrat oleh aktivitas mikroba di lakukan pada kondisi anerob, yang
merupakan proses yang terjadi dan dapat menghasilkan gas amonia dan gas-gas
lain misannya N2O, NO2, NO, dan N2. Proses denitrifikasi ditunjukan dalam
persamaan reaksi:
NO3- N02- NH3 (gas) (nitrat) (nitrit)
N2O (gas) N2 (gas)
Pada proses denitrifikasi, gas N2 yang terlepas dari dalam air ke udara, ion nitrit
dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi tanaman dalam perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organik yang memiliki kadar terlarut rendah (Ida, 2009).
2. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob (Effendi H, 2003).
Senyawa nitrat merupakan nitrogen anorganik yang sangat larut dalam air dan
bersifat stabil, senyawa nitrat merupakan sumber pencemaran pada perairan dan
tanah yang dapat mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam perairan
senyawa nitrat berupa ion nitrat (NO3-) dan sebagai indikator penting untuk
13
Nitrosomonas
Nitrobakter
2013). Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan yang merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan (fitoplankton dan alga) (Efendi, 2003).
Toksisitas nitrat secara tidak langsung terjadi di perairan karena membantu
pertumbuhan alga secara berlebihan sehingga menimbulkan istilah “alga bloom”
sehingga mengakibatkan kadar oksigen terlarut bisa berkurang (Hallberg, 1989).
Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit
dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat
dengan bantuan bakteri nitrobakter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan
bakteri kemotrofik, yaitu bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimia.
Oksidasi nitrit menjadi amonia dan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditunjukan dalam
persamaan berikut.
2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H+ + 2H2O
2NO2- + O2 2NO3
(Efendi, 2003)
Proses nitrifikasi sangat ditentukan oleh kondisi pH, suhu kandungan oksigen
terlarut, kandungan bahan organik dan aktivitas bakteri lain di perairan (Novotny,
1994).
Nitrat menyebabkan kualitas air menurun, menurunkan oksigen terlarut yang
dapat menimbulkan pengurangan populasi ikan, bau busuk, dan rasa tidak enak.
Nitrat adalah ancaman bagi kesehatan manusia terutama untuk bayi, yang
14
bayi biru. Methemmoglobinemia menyebabkan warna kulit berubah menjadi biru,
bayi yang terkena sindrom tersebut dalam tubuh nitrat akan dikonversikan
menjadi nitrit yang kemudian dengan hemoglobin akan mengurangi daya angkut
oksigen oleh darah (Tresna, 2000).
D. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat pada panjang
gelombang (190-380) dan sinar tampak pada panjang gelombang (380-780)
dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kualitatif dan
kuantitatif. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja dan
Suharman, 1995).
Dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis senyawa N-nitrogen
dapat dianalisis secara kualitatif dan kuantatif, hal ini karena, sampel akan
menyerap radiasi (pemancaran) elektomagnetis, dimana panjang gelombang dapat
terlihat. Pada pengukuran absorbansi dan tranmitansi dalam spektroskopis dan
dengan garis kalibrasi konsentrasi senyawa N-nitrogen dapat diketahui (Ida,
15
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat
untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding (Khopkar, 1990).
Komponen penting dari spektrofometer terdiri dari sumber cahaya,
monokromator, sel sampel, detektor dan read out (pembaca). Berikut
digambarkan komponen-komponen spektrofotometer ditunjukkan pada Gambar 1.
16
Fungsi masing-masing bagian spektrofotometer
1. Sumber cahaya berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan
berbagai macam rentang panjang gelombang. Pada UV-Vis sumber
cahaya menggunakan fotoiodida yang telah dilengkapi monokromator.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak
digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang
diteruskan sesuai dengan warnanya lensa yang dikenai cahaya. Ada
banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis
pemeriksaan.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel. UV-Vis
menggunakan kuvet sebagai tempat sampel, kuvet biasanya terbuat dari
kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini, disebabkan yang terbuat dari
kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (Vis). Kuvet biasanya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 1 cm.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi;
17
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang;
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi;
e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor yang sering digunakan detektor foto (photo detector),
photocell, phototube, hantaran foto, dioda foto, dan detektor panas.
118
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2015 di Laboratorium
Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain,
spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific, tipe Genesys 10V), neraca analitik,
penangas air, spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica;
labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL, pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5
mL; 10 mL dan 50 mL, pipet ukur 5 mL, gelas piala 200 mL dan 400 mL,
erlenmeyer 250 mL, dan peralatan gelas lainnya. Bahan-bahan yang digunakan
adalah: Air suling bebas nitrit, glass wool, kertas saring bebas nitrit berukuran pori 0,45 μm, larutan sulfanilamida (H2NC6H4SO2NH2), larutan NED
Dihidroklorida, larutan induk nitrit 250 mg/L NO2-N, Asam sulfat, kertas pH,
19
C. Sampling
1. Penentuan Lokasi Sampling
Penentuan lokasi dilakukan pada 8 titik di sekitar teluk Lampung, di antaranya
didaerah tempat pelelangan ikan (TPI Ujung Bom Teluk Betung Selatan dan
Lempasing), pelabuhan ( pertamina), pemukiman penduduk, muara sungai (muara
sungai Way Lunik dan muara sungai way kuripan), serta daerah wisata yang jauh
dari industri (sekitaran pulau pahawang). Gambar lokasi pengambilan sampel
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi sampling (a) tempat pelelangan ikan, pelabuhan, pemukiman, serta muara sungai, (b) tempat wisata
2. Persiapan Sampling
Persiapan sampling dilakukan dengan menyiapkan beberapa alat dan bahan yang di persiapkan untuk pengukuran kualitas air secara in situ dan pengambilan sampel air.
20
3. Pengambilan Contoh Air
Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama
Vandorn.
Gambar 3. Vandorn
4. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengamati keadaan di sekitar loasi titik
pengambilan contoh air di antaranya keadaan cuaca, kedalaman, warna, bau, dan
kecepatan alir.
5. Temperatur
Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian
termometer elektronik di masukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang
21
6. Disolve Oxygen (DO)
Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian
DO Meter Portable di masukkan dalam contoh air dam mencatat hasil yang
terbaca pada alat.
7. pH (Keasaman)
Contoh air di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan dalam wadah gelas, kemudian
pH Meter portable di masukkan dalam contoh air dan mencatat hasil yang terbaca pada alat.
D. Persiapan Bahan
1. Contoh Uji
Air suling disaring dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm,
tampung hasil saringan. Larutan ini digunakan sebagai blanko penyaringan.
Saring contoh uji dengan kertas saring bebas nitrit yang berukuran pori 0,45 μm.
Masukkan contoh uji ke dalam botol gelas berwarna gelap bebas dari kontaminasi
nitrit.
2. Larutan Sulfanilamida, H2NC6H4SO2NH2.
Dilarutkan 5 gram sulfanilamida dalam campuran 300 mL air suling dan 50 mL
22
3. Larutan NED Dihidroklorida.
Dilarutkan 500 mg N-(1-naphthyl)-ethylene diamine dihydrochloride (NED
Dihidroklorida) dalam 500 mL air suling. Lalu disimpan dalam botol gelap dalam
refrigerator. Ganti setiap bulan atau bila berwarna coklat.
E. Penentuan Kadar Nitrit
1. Larutan Induk Nitrit, 250 mg/L NO 2-N.
dilarutkan 1,232 gram NaNO2 dalam air suling bebas nitrit dan tepatkan sampai
1000 mL, kemudian diawetkan dengan 1 mL CHCl3.
2. Pembuatan Larutan Intermedia Nitrit, 50 mg/L NO2-N
Pembuata larutan intermediet nitrit dilakukan dengan mengencerkan larutan induk
nitrit sebanyak 50 ml kedalam 200 ml aquades
3. Pembuatan Larutan Baku Nitrit, 0,50 mg/L NO2-N
Diencerkan 10 mL larutan intermedia dengan air suling sampai volume 1000 mL,
persiapkan setiap hari atau setiap akan digunakan.
4. Pembuatan Larutan Kerja Nitrit, NO2-N
Pipet 0,0 ml, 1,0 ml, 2,0 ml, 5,0 ml, 10,0 ml, 15,0 mL dan 20,0 ml larutan baku
23
suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit, NO2-N 0,00 mg/L,
0,01 mg/L, 0,02 mg/L, 0,05 mg/L, 0,10 mg/L, 0,15 mg/L dan 0,20 mg/L.
5. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi di buat dengan optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk
penggunaan alat. Kemudian ke dalam masing-masing 50 mL larutan kerja
tambahkan 1 mL larutan sulfanilamida, lalu kocok dan biarkan 2 menit sampai
dengan 8 menit. Setelah itu ditambahkan 1 mL larutan NED dihidrochlorida,
kocok dan biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). Baca masing-masing
absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm dan kurva lakibrasi pun dapat
dibuat.
6. Pengukuran Sampel
Pengukuran kadar nitrit pada sampel dilakukan dengan pipet 50 mL sampel,
masukkan kedalam gelas piala 200 mL. Ditambahkan 1 mL larutan
sulfanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit. Tambahkan 1
mL larutan NED dihidrochlorida, kocok biarkan selama 10 menit dan segera
lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam). Dibaca
24
F. Penentuan kadar Nitrat
1. Pembuatan Air Bebas Nitrat
Disediakan air bebas Nitrat dan nitrit untuk di gunakan dalam preparasi semua
reagen dan sebagai larutan standar.
2. Pembuatan NaCl 30%
Dilarutkan 30 gram NaCl dalam 100 ml air bebas nitrit dan nitrat (Aquades).
3. Pembuatan Larutan Brusin Sulfat
Dilarutkan 1 g Brusin sulfat [(C22H26N2O4)2·H2SO4·7H2O] dan 0,1 g asam
sulfanilik (NH2C6H4SO3H·H2O) dalam 70 ml Aquades hangat, lalu tambahkan 3
ml HCl, dinginkan, di aduk dan di encerkan sampai volume 100 ml dengan
aquades bebas nitrit dan nitrat, kemudian disimpan dalam botol gelap pada suhu
5°C.
4. Pembuatan Larutan Stok KNO3 100 mg/L
Pembuatan larutan stok KNO3 dilakukan dengan melarutkan 0,7218 g KNO3
anhidrat hingga batas tera pada labu ukur 1 L serta ditambahkan 2 ml larutan
kloroform untuk mengawetkan larutan.
5. Pembuatan Larutan Standar KNO3 NO3-N 1 mg/L
Pembuatan Larutan Standar KNO3 NO3-N 1 mg/L dilakukan dengan melarutkan
25
6. Pengujian Sampel
Pengujian kadar nitrat dilakukan dengan diambil 10 ml sampel air lalu di
masukkan dalam labu Erlenmayer 50 ml, kemudian di tambahkan 10 ml larutan
NaCl 30 % dan ditambahkan larutan Brusin Sulfat sebanyak 0,5 ml, diaduk
hingga homogen, setelah itu ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml,
diaduk dan dihomogenkan serta biarkan hingga dingin, kemudian diukur larutan
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi senyawa nitrit pada daerah Ujung Bom Teluk Betung Selatan di
permukaan (B1P dan B2P), di kedalam ( B1K dan B2K), muara sungai Way
Lunik (C), pelabuhan (D), pemukiman penduduk (E), pulau Pasaran muara
sungai Way Kuripan (F), pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H)
serta objek wisata Pulau Pahawang (I) yaitu berturut- turut sebesar 0,0037
ppm, 0,0043 ppm, 0,0025ppm, 0,0043 ppm, 0,0026 ppm, 0,0059 ppm, 0,0034
ppm, 0,0040 ppm, 0,0031 ppm, 0,0009 ppm, 0,0008 ppm.
2. Kadar tertinggi senyawa nitrit terdapat pada titik D yang mana merupakan
kawasan pelabuhan sedangkan kadar senyawa nitrit terendah terdapat pada
titik I yang merupakan kawasan objek wisata. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh aktifitas manusia seperti aktifitas rumah tangga dan industry, dapat
mempengaruhi kadar senyawa nitrat yang terkandung pada air di sekitar
perairan.
3. Konsentrasi senyawa nitrat pada daerah Ujung Bom Teluk Betung selatan
(B), muara sungai Way Lunik (C), pelabuhan (D), Pemukiman Penduduk (E),
48
Sedangkan untuk kawasan pulau Pasaran muara Sungai Way Kuripan (F),
pelelangan ikan Lempasing (G), pantai Mutun (H) serta objek wisata Pulau
Pahawang (I) menunjukkan hasil nihil.
4. Kadar tertinggi yang terukur ada pada titik D yaitu pada kawasan pelabuhan,
sedangkan kadar senyawa nitrat terendah yang terukur ada pada titik B yaitu
pada kawasan pelelangan ikan Ujung Bom Teluk Betung Selatan. Hal ini
memungkinkan karena pada titik D air lautnya berwarna Hijau keruh serta
berbau amis yang secara fisik menunjukkan adanya kadar senyawa nitrat
yang tinggi
5. Kadar senyawa nitrat yang tidak terukur terdapat pada titik F, G, H, I. hal ini
di mungkinkan karna rendahnya kandungan senyawa nitrat pada ke empat
titik ini, sehinga kadar senyawa nitrat tidak terbaca absorbansinya oleh
spektrofotometer UV-Vis.
6. Hasil pengukuran senyawa nitrit dan nitrat menunjukan adanya hasil yang
tidak jauh berbeda yang dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa nitrit
dan senyawa nitrat berbanding lurus, bila kadar senyawa nitrit pada perairan
di suatu kawasan tinggi, maka kadar senyawa nitratnya pun tinggi, begitu
pula sebaliknya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan
pengukuran kadar senyawa nitrit dan nitrat pada sekitaran bulan
November-Februari atau pada saat musim hujan, agar mendapatkan data pembanding
49
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta. hlm. 15-16.
Alaerst G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Anwar, J, 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Press. Yogyakarta.
Asdak,1995.Hidrologi dan Pengelolaan DAS . Gadjah Mada UniversityPress. Yogyakarta.
Basmi, J. 2000. Planktonologi : Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. IPB. Bogor
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Cholik. dkk, 1991.Pengelolaan Air Kolam. Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
Christian, D. G. 1994. Analitical Chemistry. John Wiley and Sons inc. New York. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ 1996. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Laut Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta.
Ermer, J. 2005. Analytical Validation within the Pharmaceutical Environment. Dalam: Ermer, J., dan Miler. J.H.McB., Editors. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH &Co.KGaA. Hal: 3-5.
Hallberg, G.R. 1989. Nitrate in groundwater in the United States. IN: Nitrogen management and Groundwater Protection. Elsevier. Amsterdam, pp. 35-74
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
50
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry, McGraw-Hill. New York Ida, Y.HRP. 2009. Penentuan Kadar Nitrit Pada Beberapa Air Sungai di Kota
Medan Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri (Visible). Universitas Sumatra Utara. Medan.
Jensen, F.B. 1992. Influence of haemoglobin Conformation, Nitrite and Eicosanoidson K+ Transport Across the Carp Red Blood Cell Membrane. Journal of Experimental Biology, 171, 349–371.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia press, hal 215 -216. Jakarta.
Kristianingrum, Susila. 2014. Spektroskopi Ultra Violet dan Sinar Tampak. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lagler, 1997. Ichtiologi. The Study Of Fishery . John and Sons. Ins. New York. Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Manajemen PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Michalski, R.,dkk. 2006. Determination of Nitrogen Species (Nitrate, Nitrite and Ammonia Ions) in Environmental Samples by Ion chromatography. Polish Journal of Environmental Studies Volume 15, No. 1 , 5-18 h.
Midlen, A., dan T. Redding. 2000. Environmental Management For Aquaculture. Kluwer Academic. Boston. 223.
Mulja, M., Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.
Mutakin, Awan dan Gunaan Kp. 2010. Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika . Buana Nusa. Bandung.
Novotny, V., dan H. Olem. 1994. Water Quality: Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 h.
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan 1. Jakarta. Universitas Trisakti. hlm. 4-5.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.
51
Sutrisno T, Eni Suciastuti. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta.
Thompson B. 2004. Nitrates And Nitrites Dietary Exposure and Risk Assessment. Institute of Environmental Science & Research Limited. Christchurch Science Centre. New Zealand.
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta.
Wardoyo, S. 1981.Pengelolaan Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB. Bogor Wijayanti, H. M. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar
Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Universitas Diponegoro. Semarang.