• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI MODIFIKASI ALAT VANE SHEAR BERDASARKAN VARIASI TINGGI KIPAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI MODIFIKASI ALAT VANE SHEAR BERDASARKAN VARIASI TINGGI KIPAS"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

A STUDY OF VANE SHEAR DEVICE BASED ON VARYING HEIGHTS OF VANE

by

ARIEF RAHMAN HAKIM

There are some methods to determine soil shear strength such as direct shear strength test, triaxial test, unconfined compression test, vane shear test. Each testing results in different test result for the same object of test. This is possibly because of different test procedures, different test device mechanisms, and different target of test result from each test device in determining soil parameters. Therefore, a careful soil examination is required especially to find out parameter and characteristic of soil shear strength within vane shear test in the field.

The object test in this research was soft clay soil from Rawa Sragi region in Belimbing Sari village, Jabung, Eastern Lampung district. Test was directly conducted in the field with 50 points of tests with different depths according to vane shaft abilities to penetrate soil and maximum reading at torsi meter dial. The vane shear device to use contained of standard and height modified vane eyes.

The results showed that the average shear values of standard vane shear and modified vane shear devices were 0.54 kg/cm2 and 0.48 kg/cm2 respectively. Therefore, a decrease of 9.84% in 30 cm depth was obtained. In the 60 cm depth, the shear values of of standard vane shear and modified vane shear devices were 1.12 kg/cm2 and 1.14 kg/cm2 respectively. Therefore, an increase of 1.10% was obtained. There was a difference percentage value between graphic of 30 cm depoth and 60 cm depth because the performance of the device was not maximum. The device was in fact to use for turf soil, but it was used in clay soil.

(2)

ABSTRAK

STUDI MODIFIKASI ALAT VANE SHEAR BERDASARKAN VARIASI TINGGI KIPAS

Oleh

ARIEF RAHMAN HAKIM

Ada beberapa cara menentukan kuat geser tanah, seperti uji kuat geser langsung (direct shear test), uji triaksial (triaxial test), uji tekan bebas (unconfined compression test) dan uji geser kipas (vane sheat test). Setiap pengujian dapat menghasilkan hasil uji yang berbeda untuk benda uji yang sama. Hal ini dapat terjadi karena prosedur pengujian dan cara kerja alat yang berbeda-beda serta target hasil uji utama dari masing-masing peralatan dalam penentuan parameter tanah. Oleh karena itu diperlukan suatu penyelidikan tanah yang cermat, khususnya untuk mengetahui parameter dan karakteristik kuat geser tanah dengan pengujian vane shear di lapangan.

Dalam penelitian ini tanah yang diuji merupakan jenis tanah lempung lunak yang berasal dari Daerah Rawa Sragi Desa Belimbing Sari, Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Pengujian dilakukan langsung di lapangan dengan jumlah pengujian sebanyak 50 titik dan pada kedalaman yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan stang vane yang digunakan untuk menembus tanah, serta kemampuan pembacaan maksimum pada dial torsimeter. Alat vane shear yang digunakan terdiri dari mata vane standar dan yang telah dimodifikasi ukuran tingginya.

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai kuat geser rata-rata alat vane shear standar sebesar 0,54 Kg/cm2 dan alat vane shear yang sudah dimodifikasi tingginya sebesar 0,48 Kg/cm2 . Dengan demikian diperoleh persentase penurunan sebesar 9,84% pada kedalaman 30cm. Sedangkan pada kedalaman 60cm diperoleh nilai kuat geser rata-rata alat vane shear standar sebesar 1,12 Kg/cm2 dan alat vane shear yang sudah dimodifikasi tingginya sebesar 1,14 Kg/cm2 . Dengan demikian diperoleh persentase kenaikan sebesar 1,10%. Terjadi perbedaan nilai persentase antara grafik pada kedalaman 30cm dengan grafik pada kedalaman 60cm dikarenakan kerja alat yang tidak maksimal, alat yang sebenarnya dikhususkan untuk percobaan pada tanah gambut, dilakukan pada tanah lempung.

(3)

STUDI MODIFIKASI ALAT

VANE SHEAR

BERDASARKAN

VARIASI TINGGI KIPAS

Oleh

ARIEF RAHMAN HAKIM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

TINGGI KIPAS

(Skripsi)

Oleh

ARIEF RAHMAN HAKIM

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tiga Fase Elemen Tanah... 7

2. Batas-Batas Atterberg ...10

3. Nilai – Nilai Batas Atterberg untuk subkelompok tanah ...20

4. Alat Uji Vane Shear ...25

5. Bagan Alir Penelitian ...47

6. Grafik Analisis Saringan ...53

7. Rentang dari Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) ...56

8. Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS ...58

9. Grafik Uji Geser Langsung ...59

10. Grafik Hasil Pengujian Field Vane Shear Test Pada Kedalaman 30 cm...62

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah... 5

1. Definisi Tanah ... 5

2. Komposisi Tanah ... 7

3. Batas-Batas Konsistensi Tanah ... 9

4. Klasifikasi Tanah ... 11

B. Tanah Lempung ... 20

C. Kuat Geser Tanah ... 22

1. Parameter Kuat Geser Tanah ... 22

D. Uji Vane Shear ... 24

E. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test) ... 26

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Penelitian ... 28

B. Metode pengambilan Sample. ... 29

C. Pelaksanaan Pengujian Tanah Asli ... 29

(7)

2. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity) ... 31

3. Pengujian Berat Volume (Unit weight) ... 33

4. Pengujian Batas – Batas Atterberg ... 35

a. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit) ... 35

b. Pengujian Batas Plastis (plastis Limit) ... 37

5. Pengujian Analisis Saringan ... 38

D. Pengujian Vane Shear Lapangan ... 40

E. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)... ... 42

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 45

1. Pengolahan Data ... 45

2. Analisis Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian untuk Sampel Tanah Asli ... 48

1. Uji Kadar Air (ɷ) ... 48

2. Uji Berat Jenis (Gs) ... 49

3. Uji Berat Volume ... 50

4. Uji Analisa Saringan ... 51

5. Uji Batas Atterberg ... 53

B. Klasifikasi Tanah Asli ... 54

1. SistemKlasifikasi AASTHO ... 55

2. Klasifikasi Sistem Unified (USCS) ... 56

C. Hasil Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test) ... 58

D. Hasil Pengujian Kipas Geser Lapangan (Field Vane Shear Test) ... 59

1. Kedalaman 1 stang (30 cm) ... 60

2. Kedalaman 2 stang (60 cm) ... 62

E. Analisis Uji Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test) dan Uji kipas Geser (Vane Shear Test) ... 64

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Dengan Jenis Tanah ... 11

2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ... 14

3. Sistem Klasifikasi Tanah USCS ... 16

4. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASTHO ... 18

5. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Asli ... 49

6. Hasil Pengujian Berat Jenis (Gs) Tanah Asli... 50

7. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Asli ... 50

8. Hasil Pengujian Analisis Saringan ... 52

9. Hasil pengujian batas Atterberg tanah asli ... 54

10. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ... 55

11. Hasil Pengujian Geser Langsung ... 59

12. Dial Torsimeter Dan Kuat Geser Pada Kedalaman 30 cm ... 61

(9)
(10)
(11)

“Engkau adalah jiwa yang dicintai Allah, yang pasti akan dibahagiakanNya. Jangan terlalu lama menyesali keburukan yang sudah terjadi.

Jadilah yang terbaik karena yang terjadi.

Dekatkanlah dirimu kepada Allah.

BersamaNya, apa pun mungkin”.

“Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

Agar mereka mengerti perkataanku,” (QS. Taha: 25-28)

(12)
(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 08

Juli 1990, anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga

pasangan Bapak Ir. Muhammad Jafri, M.T. dan Ibu Dra.

Roslina, M.Pd.

Pada tahun 1995 penulis mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)

Kota Bandar Lampung, pada tahun 1996 memasuki sekolah dasar di SD

Al-Kautsar Bandar Lampung. Kemudian pada tahun 2002 melanjutkan jenjang

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung,

dan pada tahun 2005 penulis memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah

Atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Selama duduk di Sekolah Menengah

Kejuruan penulis aktif sebagai anggota Rohis di SMA N 2 Bandar Lampung pada

periode 2005-2007. Dan selanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan studi ke

Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung dan terdaftar pada Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Sipil (S1).

Pada tahun 2008 hingga tahun 2009 penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa

Taekwondo Univeritas Lampung. Pada tahun 2009 penulis aktif sebagai anggota

(14)

Teknik Sipil Unila (HIMATEKS) periode 2010-2011 sebagai Kepala Badan

Kesekretariatan, dan pada periode 2011-2012 menjadi Wakil Sekretaris Eksekutif

di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Kemudian pada Januari – Februari tahun 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di daerah Bandar Lampung, dengan tema “Peningkatan Sosialisasi

Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Pesisir”, KKN ini dilakukan selama 40 hari

setelah itu penulis melakukan Kerja Praktik (KP) selama tiga bulan pada Proyek

Pembangunan Jembatan Fly Over Jalan Sultan Agung terusan Jalan Ryacudu, di

(15)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang

telah melimpahkan berkah, nikmat, anugerah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI MODIFIKASI ALAT

VANE SHEAR BERDASARKAN VARIASI TINGGI KIPAS” ini dengan

baik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana

Strata 1 (S1) Teknik Sipil Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-dalamnya dan penghargaan yang sebaik-bainya kepada mereka yang

penuh kesabaran, dedikasi, dan ketulusan membantu penulis dalam proses

penyelesaian skripsi ini :

1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Setyanto, M.T. sebagai Dosen pembimbing I yang selalu

memberikan ilmu, bimbingan, arahan, saran, nasehat dan semangat dalam

(16)

4. Bapak Ir. Muhammad Jafri, M.T. sebagai Dosen pembimbing II yang selalu

memberikan ilmu, arahan, saran, nasehat dan semangat dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Bapak Iswan, S.T., M.T. sebagai Dosen penguji skripsi yang telah

memberikan ilmu, nasehat, arahan, saran, dan kritik dalam menyempurnakan

dan melengkapi skripsi ini, serta argumentasinya yang mendorong penulis

untuk terus belajar.

6. Bapak Bayzoni, S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberi nasehat, mengarahkan, mengamati, dan memotifasi

penulis untuk terus menjadi lebih baik di setiap semester yang penulis lewati.

7. Bapak dan Ibuku yang telah memberi segenap dukungan, semangat, restu, dan

doa yang sangat dirasakan penulis di sepanjang hidupnya.

8. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan bantuan, semangat, dan doa

selama penulis mengerjakan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku seluruh teman-teman Teknik Sipil Universitas Lampung

Angkatan 2008 sekalian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di

sini, yang telah mengisi kisah perkuliahan penulis dan mengajarkan tentang

arti persahabatan.

10. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil UNILA angkatan 2010, 2011, 2012,

dan 2013 yang telah memotivasi, meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga

untuk membantu penulis.

11. Seluruh staf pengajar dan karyawan di lingkungan Jurusan Teknik Sipil,

(17)

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

penulis, untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini penulis mengharapkan saran

dan kritik dari semua pihak yang berkepentingan dengan topik ini. Penulis

berharap hasil dan penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan generasi Indonesia, terutama bagi almamater

Univeritas Lampung tercinta.

Bandar Lampung, Mei 2014

Penulis

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah menduduki peran yang sangat penting dalam sebuah konstruksi

bangunan. Tanah berguna sebagai bahan bangunan dalam berbagai macam

pekerjaan teknik sipil. Fungsi paling utama dari tanah adalah sebagai

pendukung pondasi bangunan sehingga diperlukan kondisi tanah yang

stabil.

Semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan fasilitas yang diperlukan

manusia mengakibatkan tidak dapat dihindarinya pembangunan di atas

tanah lempung lunak. Tanah lempung lunak adalah suatu jenis tanah kohesif

yang mempunyai sifat yang sangat kurang menguntungkan jika dibangun

konstruksi sipil di atasnya, karena tanah lempung lunak umumnya memiliki

kuat geser dan permeabilitas yang rendah serta kompresibilitas yang besar.

Kuat geser yang rendah mengakibatkan terbatasnya beban (beban sementara

ataupun beban tetap) yang dapat bekerja di atasnya sedangkan

kompresibilitas yang besar mengakibatkan terjadinya penurunan setelah

pembangunan selesai. Oleh karena itu, perlu ditinjau kembali sifat-sifat fisik

dan mekanis tanah yang dalam hal ini tanah lempung lunak agar dapat

(19)

terima oleh tanah lempung tersebut. Selain itu dengan diketahuinya kuat

geser tanah lempung di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur maka dapat

dijadikan acuan dalam mendirikan suatu konstruksi di daerah tersebut. Perlu

disampaikan bahwa karakteristik tanah lempung disatu daerah berbeda

dengan daerah yang lainnya, hal ini tercermin dari banyaknya jenis-jenis

tanah lempung seperti: London clay, Weald clay, Java clay, kaolin dan

lain-lain.

Ada beberapa cara menentukan kuat geser tanah, seperti uji kuat geser

langsung (direct shear test), uji triaksial (triaxial test), uji tekan bebas

(unconfined compression test) dan uji geser kipas (vane shear test). Setiap

pengujian dapat menghasilkan hasil uji yang berbeda untuk benda uji yang

sama. Hal ini dapat terjadi karena prosedur pengujian dan cara kerja alat

yang berbeda-beda serta target hasil uji utama dari masing-masing peralatan

dalam penentuan parameter tanah.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembangunan konstruksi sipil sering dijumpai permasalahan pada

jenis tanah lempung lunak, antara lain daya dukung tanah yang rendah dan

penurunan (settlement) yang besar jika diberi beban. Hal ini disebabkan

karena tanah lempung lunak umumnya memiliki kuat geser dan

permeabilitas yang rendah serta kompresibilitas yang besar. Oleh karena itu

diperlukan suatu penyelidikan tanah yang cermat, khususnya untuk

mengetahui parameter dan karakteristik kuat geser tanah dengan pengujian

(20)

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Tanah Lempung berasal dari Rawa Sragi, Lampung Timur.

2. Pengujian kuat geser tanah dilakukan dengan uji vane shear yang

dilakukan di lapangan.

3. Pengujian karakteristik tanah di laboratorium berupa :

a. Uji kadar air (water content)

b. Uji berat jenis (spesific gravity)

c. Uji berat volume (unit weight)

d. Uji batas-batas atterberg

e. Uji analisa saringan

4. Tanah yang diuji adalah tanah asli.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengetahui parameter dan karakteristik kuat geser tanah lempung lunak

dengan alat vane shear.

2. Sebagai bahan penelitian untuk menambah pengetahuan, pemahaman,

dan referensi, baik bagi penulis maupun bagi para pembaca, dalam

menganalis kuat geser tanah khususnya tanah lempung lunak.

(21)

4. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata persentase nilai tahanan geser

tanah pada kedalaman tertentu dengan alat vane shear standar dan yang

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Definisi Tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)

mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu

sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang

berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi

ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995).

Sementara definisi tanah menurut Terzaghi yaitu “tanah terdiri dari

butiran-butiran hasil dari pelapukan massa batuan massive, dimana

ukuran tiap butirnya dapat sebesar kerikil-pasir-lanau-lempung dan

kontak antar butir tidak tersementasi.”

Craig (1991) tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan

antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan.

Verhoef (1994) tanah adalah kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian

yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya

mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut

(23)

Dunn (1980) berdasarkan asalnya, tanah diklasifikasikan secara luas

menjadi 2 macam yaitu :

a. Tanah organik adalah campuran yang mengandung bagian-bagian

yang cukup berarti berasal dari lapukan dan sisa tanaman dan

kadang-kadang dari kumpulan kerangka dan kulit organisme.

b. Tanah anorganik adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan

secara kimia ataupun fisis.

Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau

produk yang dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang

dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan

pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran (Hendarsin, 2000).

Bowles (1991), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari

salah satu atau seluruh jenis berikut :

a. Berangkal (boulders), yaitu potongan batuan yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150

mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut sebagai kerakal

(cobbles) atau pebbes.

b. Kerikil (gravel), yaitu partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai

150 mm.

c. Pasir (sand), yaitu batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm.

(24)

d. Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm

sampai 0,074 mm.

e. Lempung (clay), yaitu partikel mineral yang berukuran lebih kecil

dari 0,002 mm.

f. Koloid (colloids), partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari

0,001 mm.

2. Komposisi Tanah

Tanah terdiri dari tiga fase elemen yaitu :

a. Butiran padat (solid)

b. Air

c. Udara

Tiga fase elemen tanah seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.

(25)

Hubungan volume-berat :

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va

Dimana :

Vs = volume butiran padat

Vv = volume pori

Vw = volume air di dalam pori

Va = volume udara di dalam pori

Apabila udara dianggap tidak memiliki berat, maka berat total dari

contoh tanah dapat dinyatakan dengan :

W = Ws +Ww

Dimana :

Ws = berat butiran padat

Ww = berat air

Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah

angka pori (void ratio), porositas (porosity) dan derajat kejenuhan

(degree of saturation) sebagai berikut ini :

a. Angka Pori

Angka pori atau void ratio (e) adalah perbandingan antara volume

pori dan volume butiran padat, atau :

� =

(26)

b. Porositas

Porositas atau porosity (n) adalah perbandingan antara volume pori

dan volume tanah total, atau :

�=

c. Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan atau degree of saturation (S) adalah perbandingan

antara volume air dengan volume pori, atau :

�=

d. Kadar Air

Kadar air atau water content (w) adalah perbandingan antara berat air

dan berat butiran padat dari volume tanah yang diselidiki, atau :

=

e. Berat Volume

Berat volume (γ) adalah berat tanah per satuan volume, atau :

�=

3. Batas-Batas Konsistensi Tanah

Seorang ilmuwan dari Swedia yang bernama Atterberg berhasil

mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah

berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi

tanah disebut dengan batas-batas Atterberg. Kegunaan batas-batas

(27)

besar akan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Bilamana kadar airnya

sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek.

Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang

buruk yaitu kekuatannya rendah, sedangkan kompresibilitas tinggi

sehingga sulit dalam hal pemadatannya. Oleh karena itu, atas dasar air

yang dikandung tanah, tanah dapat diklasifikasikan ke dalam empat

keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang

ditunjukkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Batas-Batas Atterberg

a. Batas cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan

keadaan plastis.

b. Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis.

c. Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis,

dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis, atau :

PI = LL – PL

Indeks plastisitas (PI) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila

(28)

lempung. Klasifikasi jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan nilai

indeks plastisitas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Dengan Jenis Tanah

IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi

0 Pasir Non Plastis Non Kohesif

< 7 Lanau Rendah Agak Kohesif

7 – 17 Lempung Berlanau Sedang Kohesif

> 17 Lempung Murni Tinggi Kohesif

Sumber : Bowles, 1989.

4. Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah berfungsi untuk studi yang lebih terinci mengenai

keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk

menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan

tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam

kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan

pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah

untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat

bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).

Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk menentukan dan

(29)

kesesuaian terhadap pemakaian tertentu dan juga berguna untuk

menyampaikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah

serta mengelompokkannnya berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu dari

tanah tersebut dari suatu daerah ke daerah lain dalam bentuk suatu data

dasar.

Sistem klasifikasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Ukuran

Sistem klasifikasi ini di dasarkan pada keadaan permukaan tanah yang

bersangkutan, sehingga dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah dalam

tanah. Klasifikasi ini sangat sederhana di dasarkan pada distribusi

ukuran tanah saja. Pada klasifikasi ini tanah dibagi menjadi kerikil

(gevel), pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay) (Das,1993).

b. Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian

Pada sistem klasifikasi ini memperhitungkan sifat plastisitas tanah dan

menunjukkan sifat-sifat tanah yang penting. Pada saat ini terdapat dua

sistem klasifikasi tanah yang sering dipakai dalam bidang teknik.

Kedua sistem klasifikasi itu memperhitungkan distribusi ukuran butir

dan batas-batas Atterberg.

Ada beberapa macam sistem klasifikasi tanah sebagai hasil

pengembangan dari sistem klasifikasi yang sudah ada. Tetapi yang

(30)

a. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Unified Soil Classification System/

USCS)

Sistem klasifikasi tanah unified atau Unified Soil Classification

System (USCS) diajukan pertama kali oleh Prof. Arthur Cassagrande

pada tahun 1942 untuk mengelompokkan tanah berdasarkan sifat

teksturnya dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of

Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineer

(USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials

(ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk

mengklasifikasikan tanah. Menurut sistem ini tanah dikelompokkan

dalam tiga kelompok yang masing-masing diuraikan lebih spesifik

lagi dengan memberi simbol pada setiap jenis (Hendarsin, 2000),

yaitu :

1) Tanah berbutir kasar, yaitu tanah yang mempunyai prosentase

lolos ayakan No.200 < 50 %.

Klasifikasi tanah berbutir kasar terutama tergantung pada analisa

ukuran butiran dan distribusi ukuran partikel. Tanah berbutir

kasar dapat berupa salah satu dari hal di bawah ini :

a) Kerikil (G) apabila lebih dari setengah fraksi kasar tertahan

pada saringan No. 4.

b) Pasir (S) apabila lebih dari setengah fraksi kasar berada

(31)

2) Tanah berbutir halus, adalah tanah dengan persentase lolos

ayakan No. 200 > 50 %.

Tanah berbutir ini dibagi menjadi lanau (M). Lempung Anorganik

(C) dan Tanah Organik (O) tergantung bagaimana tanah itu

terletak pada grafik plastisitas.

3) Tanah Organis

Tanah ini tidak dibagi lagi tetapi diklasifikasikan dalam satu

kelompok Pt. Biasanya jenis ini sangat mudah ditekan dan tidak

mempunyai sifat sebagai bahan bangunan yang diinginkan.

Tanah khusus dari kelompok ini adalah peat, humus, tanah

lumpur dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen umum dari

tanah ini adalah partikel-partikel daun, rumput, dahan atau

bahan-bahan yang regas lainnya.

Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Jenis Tanah Simbol Sub Kelompok Simbol

Kerikil

Pasir

Lanau

Lempung

Organik

Gambut

G

S

M

C

O

Pt

Gradasi Baik Gradasi Buruk

Berlanau Berlempung

WL<50%

WL>50%

W P

M C

L

H

(32)

Keterangan :

W = Well Graded (tanah dengan gradasi baik),

P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk),

L = Low Plasticity (plastisitas rendah, LL<50),

(33)

Tabel 3. Sistem Klasifikasi Tanah USCS Ta n ah b er b u ti r k as ar ≥ 5 0 % b u ti ra n te rt ah an sari n g an N o . 2 0

0 Ker

ik il 5 0 % ≥ f ra k si k asar te rt ah an sari n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il ) GW

Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % lo lo s sari n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s s ar in g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % 1 2 % l o lo s sari n g an N o .2 0 0 : B at as an k la si fi k as i y an g mem p u n y ai s im b o l d o b el

Cu = D60 > 4

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60

GP

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u

s GM Kerikil berlanau, campuran

kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada

didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A atau PI > 7

P asi r ≥ 5 0 % f ra k si k as ar lo lo s sari n g an N o . 4 P asi r b er si h ( h an y a p as ir

) SW

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Cu = D60 > 6

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60

SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada

didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di

bawah garis A atau PI > 7

Ta n ah b er b u ti r h al u s 5 0 % at au l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≤ 5 0 % ML

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

50 CH

40 CL

30 Garis A

CL-ML

20

4 ML ML atau OH

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean

clays)

OL

Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≥ 5 0 % MH

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung

“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488

Sumber : Hary Christady, 1996.

Ind e k s P las ti s (%)

(34)

b. Sistem klasifikasi AASHTO

Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and

Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami

beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang,

yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade

and Granular Type Road of the Highway Research Board (ASTM Standar

No. D-3282, AASHTO model M145). Sistem klasifikasi ini bertujuan

untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar

(sub-base) dan tanah dasar (subgrade).

Dalam sistem ini tanah dikelompokkan menjadi tujuh kelompok besar yaitu

A1 sampai dengan A7. Tanah yang termasuk dalam golongan A-1 , A-2,

dan A-3 masuk kedalam tanah berbutir dimana 35% atau kurang dari

jumlah butiran tanah yang lolos ayakan No.200, sedangkan tanah yang

masuk dalam golongan A-4, A-5, A-6 dan A-7 adalah tanah lanau atau

lempung. A-8 adalah kelompok tanah organik yang bersifat tidak stabil

sebagai bahan lapisan struktur jalan raya, maka revisi terakhir oleh

AASHTO diabaikan (Sukirman, 1992). Percobaan yang dibutuhkan untuk

mendapatkan data yang diperlukan adalah analisis saringan, batas cair, dan

(35)

Tabel 4. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASTHO

Klasifikasi umum Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2

A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan (%

lolos) No.10 No.40 No.200 Maks 50 Maks 30 Maks 15 Maks 50 Maks 25 Min 51

Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat fraksi yang lolos

ayakan No.40 Batas Cair (LL)

Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP

Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11 Min 41 Min 41

Tipe material yang paling dominan

Batu pecah, kerikil dan pasir

Pasir halus

Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum (Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Tanah berbutir

Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6

A-7 A-7-5* A-7-6** Analisis ayakan (%

lolos) No.10 No.40

No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36

Sifat fraksi yang lolos ayakan No.40 Batas Cair (LL) Indeks Plastisitas (PI)

Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11 Min 41 Min 11

Tipe material yang

paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Biasa sampai jelek

* untuk A-7-5 : PI ≤ LL – 30 ** untuk A-7-6 : PI > LL - 30 Sumber: Das (1995).

Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini :

1. Ukuran Butir

Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengn diameter

75 mm dan tertahan pada saringan diameter 2 mm

(no. 10).

(36)

2 mm dan tertahan pada saringan diameter 0,0075

mm (no. 200)

Lanau dan lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter

0,075 (No. 200).

2. Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah

mempunyai indeks plastis sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung

dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks

plastis indeks plastisnya 11 atau lebih.

3. Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) di temukan di dalam

contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka

batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Tetapi, persentase dari

batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Data yang akan didapat dari percobaan laboratorium telah ditabulasikan pada

Tabel 4. Kelompok tanah yang paling kiri kualitasnya paling baik, makin ke

(37)

Gambar 3. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah. (Hary Christady, 1992).

Gambar 3 menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas

(PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.

B. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik

dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur

penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai

luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya

dengan jari tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi

dan Peck, 1987).

Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering

[image:37.595.138.489.97.326.2]
(38)

mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan

volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air.

Tanah lempung terdiri sekumpulan partikel-partikel mineral lempung dan

pada intinya adalah hidrat aluminium silikat yang mengandung ion-ion Mg, K,

Ca, Na dan Fe. Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam empat

golongan besar, yaitu kaolinit, smectit (montmorillonit), illit (mika hidrat) dan

chlorite. Mineral-mineral lempung ini merupakan produk pelapukan batuan

yang terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan

selanjutnya terangkut ke lokasi pengendapan oleh berbagai kekuatan.

Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya

kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif

tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut (Hardiyatmo,

1999):

a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm.

b. Permeabilitas rendah.

c. Kenaikan air kapiler tinggi.

d. Bersifat sangat kohesif.

(39)

C. Kuat Geser Tanah

1. Paramater Kuat Geser Tanah

Kekuatan geser tanah ditentukan untuk mengukur kemampuan tanah

menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan. Seperti material teknik

lainnya, tanah mengalami penyusutan volume jika menderita tekanan

merata disekelilingnya. Apabila menerima tegangan geser, tanah akan

mengalami distorsi dan apabila distorsi yang terjadi cukup besar, maka

partikel-partikelnya akan terpeleset satu sama lain dan tanah akan

dikatakan gagal dalam geser. Dalam hampir semua jenis tanah daya

dukungnya terhadap tegangan tarik sangat kecil atau bahkan tidak

mampu sama sekali.

Tanah tidak berkohesi, kekuatan gesernya hanya terletak pada gesekan

antara butir tanah saja (c = 0), sedangkan pada tanah berkohesi dalam

kondisi jenuh, maka ø = 0 dan S = c.

Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisa-analisa daya dukung

tanah (bearing capacity), tegangan tanah terhadap dinding penahan

(earth preassure) dan kestabilan lereng (slope stability).

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir

tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar seperti ini, bila tanah

(40)

a. Kohesi tanah yang tergantung pada jenis tanah dan pemadatannya,

tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada

gesernya

b. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus

dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya

Oleh karena itu kekuatan geser tanah dapat diukur dengan rumus :

= c + ( - u) tan ... (2.1)

Keterangan :

: Kekuatan geser tanah

: Tegangan normal total

u : Tegangan air pori

c : Kohesi tanah efektif

: Sudut perlawanan geser efektif

Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :

a. Pengujian geser langsung (Direct shear test)

b. Pengujian triaksial (Triaxial test)

c. Pengujian tekan bebas (Unconfined compression test)

d. Pengujian baling-baling (Vane shear test)

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser tanah

adalah pengujian baling-baling atau pengujian geser kipas (Vane shear

test) di lapangan dan Pengujian geser langsung (Direct shear test)

(41)

ini dilakukan untuk mendapatkan parameter kuat geser, tegangan normal

dan kohesi tanah.

D. Uji Vane Shear

Uji vane shear dapat digunakan untuk mengevaluasi kuat geser tidak

terdrainase (undrained) setempat dari lempung lunak-kaku dan lanau.

Kekuatan geser dari tanah-tanah yang sangat plastis bisa diperoleh dari uji

geser vane ini. Harga kekuatan geser tanah kondisi tidak terdrainase

(undrained) yang didapat dengan alat vane shear juga tergantung kepada

kecepatan pemutaran momen torsi.

Uji ini terdiri atas proses pemasukan baling ke dalam lempung dan pemutaran

alat pemuntir pada sumbu vertikal, sesuai dengan standar SNI 06-2487 atau

ASTM D 2573.

Alat vane shear biasanya terdiri dari empat pelat baja tipis dengan dimensi

yang sama yang dilaskan ke sebuah batang putar seperti yang dapat dilihat

(42)
[image:42.595.220.487.115.454.2]

Gambar 4. Alat Uji Vane Shear

Kuat geser tidak terdrainase (undrained) dapat ditentukan dari persamaan :

�=

� �22� + �63

. . . (2.2)

Keterangan :

Su : kuat geser undrained (kg/m2)

T : Bacaan torsi maksimum (kgm)

D : Diameter vane (m)

(43)

F. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Pengujian geser langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan

sangat sederhana untuk menentukan paameter kuat geser tanah ( shear

strength parameter) kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ). Dalam pengujian

geser langsung ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat

untuk mendapatkan nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tidak

terdrainase (undrained). Alat uji dari uji geser langsung lebih mudah

dioperasikan dan lebih cepat, serta sampel mudah di buat. Pengujian ini pada

awalnya hanya digunakan untuk jenis tanah non-kohesif, namun dalam

perkembangannya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif.

Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser langsung adalah

bidang yang dipaksakan, bukan merupakan bidang terlemah seperti yang

terjadi pada pengujian kuat tekan bebas ataupun triaksial. Dengan demikian

selama proses pembebanan horisontal, tegangan yang timbul dalam bidang

geser sangat kompleks, hal ini sekaligus merupakan salah satu kelemahan

utama dalam percobaan geser langsung. Nilai kekuatan geser tanah antara lain

digunakan dalam merencanakan kestabilan lereng, serta daya dukung tanah

pondasi, dan lain sebagainya.

Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam

persamaan berikut ini:

(44)

Keterangan :

= kekuatan geser maksimum (kg/cm2)

c = kohesi (kg/cm2)

σ

= tegangan normal (kg/cm2)

ϕ = sudut geser dalam (°)

Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal

terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan

dibebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah

tegangan geser maksimun yang menyebabkan terjadinya keruntuhan. Selama

pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan

tetap tertentu (Strain controlled). Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) buah

benda uji yang identik, untuk melengkapi satu seri pengujian geser langsung.

Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat

pembebanan horisontal, sangat menentukan parameter-parameter kuat geser

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian

Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di

daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan

sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

[image:45.595.138.501.352.612.2]

Sumber:Google® earth

(46)

B. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung sampel sebanyak dua buah

untuk mendapatkan data-data primer dari 2 jenis tanah.

Tabung sampel ditekan perlahan-lahan kedalaman tanah, kemudian diangkat

ke permukaan sehingga terisi penuh oleh tanah dan di ujung tabung dilapisi

dengan lilin parafin kemudian ditutup dengan plastik untuk menjaga agar

kelembaban sampel tidak berubah. Sampel yang sudah diambil ini selanjutnya

digunakan untuk pengujian di laboratorium, dimana sampel ini disebut tanah

tidak terganggu (undisturbed).

C. Pelaksanaan Pengujian Tanah Asli

Pada penelitian ini pengujian pertama yang harus dilakukan adalah pengujian

sifat fisik tanah asli. Pengujian tanah asli ini dilakukan untuk melihat

karakteristik dari tanah yang akan digunakan, apakah sesuai atau tidak dengan

karakteristik dari tanah lempung.

Pelaksanaan pengujian tanah asli dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah

Fakultas Teknik Universitas Lampung. Adapun jenis uji karakteristik tanah

adalah sebagai berikut:

 Pengujian Sampel Tanah Asli (Uji Karakteristik)

1. Pengujian Kadar Air

2. Pengujian Berat Jenis

3. Pengujian Berat Volume

4. Pengujian Batas Atterberg

(47)

1. Pengujian Kadar Air (Water Content)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah, yaitu

perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat

butir tanah kering, yang dinyatakan dalam persen. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-2216.

1. Bahan-bahan :

a. Sampel tanah sebanyak 50 gram.

b. Air secukupnya.

2. Peralatan :

a. Cawan kedap udara dan tidak berkarat sebanyak 6 buah.

b. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai 110 °C.

c. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.

d. Alat pendingin(desicator).

3. Langkah kerja:

a. Menyiapkan cawan kosong lalu menimbang berat cawan yang

digunakan dan mencatat beratnya.

b. Memasukan sampel uji ke dalam cawan, kemudian menimbang

dan mencatat beratnya.

c. Mengeringkan sampel uji dalam oven dengan suhu 110 °C

dalam keadaan terbuka selama 24 jam atau sampai berat contoh

(48)

d. Mengeluarkan sampel uji dari oven dan menutup cawan

kemudian mendinginkannya dalam desicator.

e. Menimbang berat sampel uji dan mencatatnya.

4. Perhitungan :

1) Berat air (Ww) = Wcs – Wds

2) Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc

3) Kadar air (ω) = x100%

Ws Ww

Dimana:

Wc = Berat cawan yang akan digunakan

Wcs = Berat benda uji + cawan

Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven

2. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis tanah (specific

gravity). Metode pengujian berat jenis tanah sesuai dengan ASTM

D-854.

a. Bahan-bahan

a. Sampel tanah yang lolos saringan no.40 dan telah dikeringkan

melalui oven selama 24 jam sebanyak 300 gram.

b. Air bersih secukupnya.

b. Peralatan

(49)

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

c. Boiler (tungku pemanas) dengan bahan bakar spritus.

d. Thermometer Celcius.

c. Langkah kerja

a. Menimbang picnometer kosong dalam keadaan bersih dan

kering (W1).

b. Memasukkan sampel tanah kering ke dalam picnometer.

c. Menimbang picnometer beserta tanah kering (W2).

d. Picnometer yang telah berisi tanah diberi air sebanyak 2/3

volume picnometer kemudian memanaskan picnometer di atas

tungku pemanas, ini dimaksudkan untuk menghilangkan udara

di dalam butir-butir tanah. Untuk jenis tanah lempung organik

kandungan organik pada tanah yang ikut terangkat pada saat air

mendidih diperhatikan agar tidak ikut keluar, karena ini akan

mempengaruhi berat jenis tanah.

e. Setelah mendidih (butir-butir udara hilang), mendinginkan

picnometer hingga temperatur picnometer sama dengan

temperatur ruangan.

f. Menambahkan air ke dalam picnometer hingga mencapai garis

batas.

g. Menimbang picnometer yang berisi air + tanah (W3).

(50)

i. Mengisi picnometer yang telah kosong dengan air hingga batas

picnometer dan menimbangnya (W4).

d. Perhitungan :

Dimana :

Gs = Berat jenis

W1 = Berat picnometer (gram)

W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram)

W3 = Berat picnometer, tanah, dan air (gram)

W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)

3. Pengujian Berat Volume (Unit Weigth)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume basah dalam

keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbandingan berat tanah

dengan volume tanah.

a. Bahan-bahan

Sampel tanah yang lolos saringan no.4 dan telah dikeringkan melalui

oven selama 24 jam sebanyak 300 gram.

b. Peralatan

a. Ring contoh.

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

c. Alat pendorong sampel. ) W W ( ) W W (

W W Gs

2 3 1 4

1 2

  

(51)

d. Pisau.

e. Oli.

c. Langkah kerja

a. Membersihkan dan menimbang ring contoh, serta diberikan oli

agar tanah tidak melekat pada ring.

b. Mencatat tinggi dan mengukur diameter ring.

c. Mengambil sampel tanah dari tabung contoh dengan cara

menekan ring ke sampel tanah sehingga ring masuk ke dalam

sampel tanah, minimal sebanyak tiga buah sampel.

d. Meratakan permukaan sampel tanah dengan pisau.

e. Menimbang ring dan sampel tanah.

d. Perhitungan

1) Berat ring (Wc)

2) Volume ring bagian dalam (V)

3) Berat ring dan tanah (Wcs)

4) Berat tanah (W) = Wcs – Wc

(52)

4. Pengujian Batas - Batas Atterberg

a. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah

pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-4318.

1) Bahan-bahan

1) Sampel tanah yang telah dikeringkan sebanyak 300 gram.

2) Air bersih sebanyak 300 cc.

2) Peralatan

1) Alat batas cair (mangkuk Cassagrande).

2) Alat pembuat alur (grooving tool).

3) Spatula.

4) Gelas ukur 100 cc.

5) Container 4 buah.

6) Plat kaca.

7) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

8) Alat pendingin(desicator).

9) Oven.

10) Saringan no. 40, dan alat lainnya.

3) Langkah kerja

1) Mengayak sampel tanah dengan menggunakan saringan no.

(53)

2) Mengatur tinggi jatuh mangkuk Cassagrande sebesar 10

mm.

3) Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40

sebanyak 150 gram, kemudian diberi air sedikit demi sedikit

dan diaduk hingga rata, selanjutnya dimasukan ke dalam

mangkuk Cassagrande.

4) Meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas

mangkuk.

5) Membuat alur tepat ditengah-tengah adonan dengan

membagi benda uji dalam mangkuk Cassagrande tersebut

dengan mengunakan grooving tool.

6) Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi bertemu (merapat)

sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan yang

berkisaran antara l0 - 40 ketukan.

7) Mengambil sebagian sampel dalam mangkuk untuk

pemeriksaan kadar air.

8) Melakukan langkah kerja yang sama (langkah e - g) untuk

sampel dengan keadaan adonan yang berbeda sehingga

diperoleh 4 macam sampel dengan jumlah ketukan yang

berbeda-beda, yaitu dua buah dibawah 25 ketukan, dan dua

(54)

b. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada

batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-4318.

1) Bahan-bahan

1) Sampel tanah sebanyak 100 gram.

2) Air bersih sebanyak 50 cc.

2) Peralatan

1) Pelat kaca.

2) Spatula.

3) Gelas ukur 100 cc.

4) Container 3 buah.

5) Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

6) Oven.

7) Saringan no. 40 dan alat lainnya.

3) Langkah kerja

1) Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan

saringan no. 40.

2) Mengambil sampel tanah sebesar ibu jari dan dibulatkan,

kemudian digulung-gulung di atas plat kaca hingga

mencapai diameter 3 mm hingga retak-retak atau

(55)

3) Memasukkan sampel tanah ke dalam container kemudian

menimbangnya.

4) Mengeringkan sampel tanah dalam oven kemudian

menimbang beratnya.

5) Menentukan kadar air sampel tanah.

6) Melakukan langkah kerja yang sama (langkah b - e

sebanyak 3 kali).

4) Langkah Perhitungan

1) Nilai batas plastis (PL) adalah harga kadar air rata-rata.

2) Menghitung Plastis Indeks (PI) dengan rumus :

PI = LL – PL

5. Pengujian Analisis Saringan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase ukuran butir sampel

tanah yang akan dipakai dan menghitung modulus kehalusannya. Metode

pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422.

a. Bahan-bahan

a. Sampel tanah yang sudah dikeringkan sebanyak 1.000 gram.

b. Air bersih secukupnya.

b. Peralatan

a. Saringan (sieve) 1 set.

b. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

(56)

d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur.

e. Alat pendingin(desicator).

f. Pan.

g. Talam, kuas, sikat kuningan dan alat lainnya.

c. Langkah kerja

a. Menimbang sampel yang akan diuji sebanyak 1.000 gram

kemudian mencucinya di atas saringan no. 200 sampai bersih,

sehingga yang tertinggal di atas saringan hanya butiran tanah

kasar.

b. Mengeringkan sisa tanah yang tertahan di atas saringan no. 200

dalam oven pada suhu 110 °C selama 24 jam.

c. Mengeluarkan sampel tanah kemudian mendinginkannya

dengan menggunakan desicator.

d. Meletakkan susunan saringan di atas mesin penggetar, kemudian

memasukkan sampel tanah ke dalam susunan saringan paling

atas dan menutupnya dengan rapat.

e. Menghidupkan mesin penggetar selama ± 5 menit, setelah itu

dimatikan dan didiamkan selama 5 menit agar debu-debu

mengendap.

f. Menimbang masing-masing sampel yang tertahan pada saringan

kemudian menghitung persentasenya terhadap berat total sampel

(57)

d. Perhitungan

1) Berat masing-masing saringan (Wci)

2) Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang

tertahan di atas saringan (Wbi)

3) Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci

4) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai

 Wtot)

5) Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing

saringan (Pi)

6) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

qi100% pi%

q

 

11 qip

 

i1

Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter

maksimum sampai saringan No. 200).

D. Pengujian Vane Shear Lapangan

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan geser langsung di

lapangan.

1. Peralatan

a. Alat vane shear test terdiri dari :

% 100 x W

Wci Wbi Pi

total 

 

 

(58)

1) Mata vane + koupling

2) Stang vane secukupnya + kepala

3) Torsimeter

b. Stang puntir

2. Langkah Kerja

a. Menyetel alat vane yang terdiri dari mata vane (bagian bawah),

batang stang vane (connection) dan torsimeter (bagian atas).

b. Menekan mata dan stang vane sampai benar – benar masuk ke dalam

tanah yang akan diuji, dengan posisi torsimeter tetap berada di atas

permukaan tanah.

c. Kemudian memberikan gaya putaran torsi pada torsimeter tersebut

dengan memutar torsimeter secara konstan (kecepatan putaran tetap).

d. Mengamati simpangan jarum yang ditunjukkan oleh dial torsimeter.

e. Menentukan dan mencatat nilai maksimum, yaitu pada saat

simpangan jarum berbalik

f. Melakukan langkah kerja yang sama (a sampai e) sebanyak 50 titik

pada kedalaman yang berbeda dengan menambahkan stang vane

untuk masing-masing tanah lempung lunak dan tanah lempung

organik.

3. Perhitungan

=

(59)

Dimana :

Su : Kuat geser undrained (kg/m2)

T : Bacaan torsi maksimum (kgm)

D : Diameter vane (m)

H : Tinggi vane (m)

E. Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan sudut geser dalam (Ø) dan

nilai kohesi (c) dari suatu jenis tanah.

1. Bahan-bahan :

a. Sampel tanah asli

b. Air bersih secukupnya

2. Peralatan :

a. Frame alat geser langsung beserta proving ring

b. Shear box (sel geser langsung)

c. Extruder (alat untuk mengeluarkan sampel)

d. Cincin (cetakan) benda uji

e. Pisau potong

f. Dial pergeseran

g. Stopwatch

(60)

3. Langkah Kerja

a. Mengeluarkan sampel dari tabung sampel, kemudian memasukkan

sampel ke dalam cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah

sehingga cetakan penuh dengan sampel.

b. Memotong dan meratakan kedua permuakaan cetakan dengan pisau

potong.

c. Mengeluarkan benda uji dari cetakkan dengan extruder.

d. Menimbang benda uji.

e. Memasukkan benda uji ke dalam cinicn geser yang masih terkunci

dan menutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian,

posisi benda uji berada di antara dua batu pori dan kertas saring.

f. Meletakkan cincin geser beserta sampel tanah pada shear box.

g. Mengatur stang penekan dalam psoisi vertikal dan tepat menyentuh

stang penggeser benda uji (Dial Proving tepat mulai bergerak).

h. Membuka kunci cincin geser.

i. Memberikan beban pertama seberat 3320 gram dan mengisi shear

box dengan air sampai penuh sehingga benda uji terendam.

j. Memutar enggkol pendorong dengan konstan dan stabil

perlahan-lahan selama 15 detik sambil membaca dial pergeseran.

k. Melakukan terus menerus pembacaan Dial Proving Ring, dalam

selisih waktu 15 menit (waktu dari stopwatch).

l. Setelah pembacaan Proving Ring maksimum dan mulai turun dua

(61)

m. Membersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah

didalamnya.

n. Mengulang langkah kerja a sampai langkah m untuk sampel tanah

yang kedua dengan berat dua kali beban pertama (6640 gram).

o. Untuk sampel ketiga, berat beban adalah tiga kali beban pertama

(9960 gram).

4. Perhitungan :

a. Perhitungan luas permukaan sampel :

�= 1

4.�.

2 . 2

b. Perhitungan tegangan normal :

�=�

� ( �/ 2 )

c. Pembacaan dial maksimum :

� �= � max� � �

� (�) ( �/

2)

d. Menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser (ϕ) dari grafik.

Dimana :

D = Diameter sampel (cm)

P = Beban yang diberikan (gram)

(62)

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan di

laboratorium diolah menurut klasifikasi data dengan menggunakan

persamaan-persamaan dan rumus-rumus yang berlaku. Hasil dari

pengolahan data tersebut diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik.

2. Analisis Data

Dari rangkaian pengujian-pengujian yang dilaksanakan di lapangan dan di

laboratorium, maka :

a. Dari pengujian vane shear di lapangan diperoleh nilai kuat geser

undraned (Su) lapangan.

b. Dari pengujian geser langsung di laboratorium diperoleh nilai kuat

geser, sudut geser dalam (Ø) dan nilai kohesi (c) tanah.

c. Dari pengujian kadar air sampel tanah, diperoleh nilai kadar air tanah

dalam persentase.

d. Dari pengujian berat jenis sampel tanah, diperoleh berat jenis tanah.

e. Dari pengujian batas-batas Attenberg, diperoleh nilai batas cair (liquid

limit), batas plastis (plastis limit), dan indeks plastisitas (plastis

indeks) yang digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan

(63)

f. Dari pengujian analisis saringan (sieve analysis), diperoleh persentase

pembagian ukuran butiran tanah, yang akan digunakan untuk

mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified dan

AASHTO.

Dari parameter-parameter yang diperoleh dari pengujian vane shear

lapangan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data untuk

membandingkan hasil perhitungan antara uji vane shear standar dan

yang telah dimodifikasi tinggi kipasnya. Sehingga didapatkan

perbandingan persentase kuat gesernya, kemudian dari hasil pengujian

vane shear lapangan dibandingkan dengan hasil pengujian geser

(64)
[image:64.595.156.513.94.629.2]

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

Uji vane shear lapangan dengan alat vane shear

standar dan yang dimodifikasi tinggi kipasnya Pengambilan sampel

tanah asli Mulai

1. Uji kadar air 2. Uji berat jenis 3. Uji berat volume

4. Uji batas-batas Atterberg 5. Uji Analisa Saringan

Klasifikasi tanah

Analisa hasil

Kesimpulan

(65)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Studi Karakteristik Kuat Geser Tanah Lempung

Lunak Menggunakan Alat Vane Shear dengan Penambahan Tinggi pada Mata

Vane dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan

antara lain :

1. Berdasarkan sistem klasifikasi AASTHO sampel tanah yang digunakan

dalam penelitian ini yang berasal dari Daerah Rawa Sragi, Desa

Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur

termasuk dalam golongan A-7-5 yang berarti termasuk dalam golongan

tanah berlempung. Sedangkan untuk sistem klasifikasi USCS maka tanah

berbutir halus yang digunakan termasuk kedalam kelompok CH yaitu

tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk”

(fat clays).

2. Diperoleh perbedaan nilai kuat geser antara uji vane shear lapangan

dengan uji geser langsung, hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi

sampel pada saat dilakukannya pengujian. Kondisi sampel pada saat

(66)

dilakukan langsung di lapangan. Sedangkan sampel tanah pada uji geser

langsung (direct shear test) dalam keadaan terganggu..

3. Diperoleh nilai kuat geser rata-rata alat vane shear standar sebesar 0,54

Kg/cm2 dan alat vane shear yang sudah dimodifikasi tingginya sebesar

0,48 Kg/cm2. Dengan demikian diperoleh persentase penurunan sebesar

9,84% pada kedalaman 30cm. Sedangkan pada kedalaman 60cm

diperoleh nilai kuat geser rata-rata alat vane shear standar sebesar 1,12

Kg/cm2 dan alat vane shear yang sudah dimodifikasi tingginya sebesar

1,14 Kg/cm2. Dengan demikian diperoleh persentase kenaikan sebesar

1,10%. Terjadi perbedaan nilai persentase antara grafik pada kedalaman

30cm dengan grafik pada kedalaman 60cm dikarenakan kerja alat yang

tidak maksimal, alat yang sebenarnya dikhususkan untuk percobaan pada

tanah gambut, dilakukan pada tanah lempung.

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai studi kuat geser tanah lempung

dengan alat vane shear, disarankan beberapa hal di bawah ini untuk

dipertimbangkan :

1. Perlu diperhatikan prosedur saat proses pengambilan sampel tanah yang

akan digunakan untuk pengujian di laboratorium agar kondisi sampel

(67)

2. Perlu diperhatikan mengenai masalah ketelitian dalam hal penggunaan

dan pembacaan peralatan agar didapatkan hasil yang lebih tepat dan

akurat.

3. Sebaiknya dilakukan pembersihan alat/mesin sebelum melakukan

pengujian-pengujian dikarenakan hal ini dapat mempengaruhi hasil yang

akan didapat.

4. Penelitian yang lebih luas dan komprehensif masih diperlukan,

khususnya untuk mengetahui parameter dan karakteristik kuat geser pada

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Bowles, E. J. 1984. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. PT. Glora aksara Pratama. Jakarta

Bowles, E. J. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. PT. Glora Aksara Pratama. Jakarta.

Bowles, E. J. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). PT. Glora Aksara Pratama. Jakarta.

Craig, R.F. 1991. Mekanika Ta

Gambar

Gambar 1. Tiga Fase Elemen Tanah
Gambar 2. Batas-Batas Atterberg
Tabel 1. Hubungan Nilai Indeks Plastisitas Dengan Jenis Tanah
Gambar 3. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah. (Hary Christady, 1992)
+6

Referensi

Dokumen terkait