• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KAUM MUDA DALAM KONFLIK (STUDI KASUS DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU KAUM MUDA DALAM KONFLIK (STUDI KASUS DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN)"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERILAKU KAUM MUDA DALAM KONFLIK

(STUDI KASUS DI KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN)

Oleh

DEWI SRI LENI INDAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antar kaum muda dan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pemicu konflik serta untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan kaum muda untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara mereka. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Hasil penelitian ini yaitu hubungan antar kaum muda kurang berjalan dengan baik dikarenakan perilakunya yang sering melanggar norma, baik norma kesopanan, norma agama, norma kesusilaan, norma adat dan norma hukum. Didalam pergaulannya sehari-hari sering timbul perselisihan dan kesalah pahaman yang berdampak timbulnya konflik. Minum-minuman keras, serta faktor pendidikan dan ekonomi yang lemah dianggap sebagai pemicu utama timbulnya perselisihan. Selain itu faktor etnik dan keberpihakan aparat turut memicu timbulnya perselisihan yang ada. Untuk menyelesaikan perselisihan yang berdampak terhadap timbulnya konflik diharapkan kepada kaum muda untuk mampu mengendalikan emosinya, serta mangkin mendekatkan diri kepada tuhannya dan meningkatkan potensi yang ada didalam dirinya. Kepada pemerintah dan pihak-pihak yang terkait termasuk aparat keamanan, diharapkan mampu untuk bersikap tegas, tidak berpihak serta cepat dalam menanggulangi konflik yang ada diharapkan menjadi solusi terbaik untuk menjaga kestabilan kehidupan masyarakat yang dipimpinnya. Keberadaan tokoh adat yang memiliki posisi lebih tinggi dari sebuah kepemerintahan, seharusnya bisa memberikan solusi ketika ada permasalahan yang menyangkut etnis. Orang tua diharapkan mampu untuk mengawasi, memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari serta berupaya untuk memahami bagian pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh kaum muda.

(2)

ABSTRACT

BEHAVIOR OF YOUTH IN TRIGGER CONFLICT

(CASE STUDY IN THE MIRROR DISTRICTS PADANG PESAWARAN)

By

DEWI SRI LENI INDAH

Abstract. This research aims to determine how the relationship between young people and to know what are the factors that trigger conflict and to know what is being done to resolve the conflict youth that occurred between them. The method used in this study is a qualitative case study approach.

The result of this research is the relation among the youth doesn’t run well because of the attittudes that disobey the norm of culture and law. In daily interaction often leads to clashes and misunderstandings that will affect the conflict. Many of the factors that contributed to the conflict. The emotions of young people who are still unstable causing them easy to do perversity. Drinking, as well as educational and economic factors are weak regarded as a major trigger of the dispute. In addition, factors and alignments tribal officials also trigger the onset of an existing dispute. To resolve disputes that affect the conflict is expected to youth to be able to control his emotions, and to make them closer to god and increase the potential that exists within him. To the government and relevant parties, including the security forces, expected to be able to be firm, impartial and fast enough to overcome the conflict is expected to be the best solution to maintain the stability of people's lives they lead. The presence of traditional leaders who have a higher position than a government, should be able to provide a solution when there are problems related to ethnicity. Parents are expected to be able to supervise, provide a good example in everyday life and seeks to understand the part of growth and development experienced by young people. This research is hoped can improve of PKn’s materials of the character education currriculum for the 1st grade of SMA/MA, especially in Basic

Competence of the similarity of citizen’s right without differenciating of religion,

gender, culture and ethnic.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung 22 Juli 1978, anak pertama dari tiga bersaudara merupakan buah hati dari Bapak Hi. Kiemas Nungtjik (Alm) dan Ibu Herliana.

(8)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dan mengucap syukur kepada Allah SWT, Kau telah tunjukkan setiap jalan untuk merasa kebahagiaan ini. Satu demi satu harapan dan bulir impian diri akhirnya terealisasi. Sebuah karya yang merupakan wujud tanggung jawab dan perjuangan diri dalam setiap limpahan ridho dan rizki-Mu di setiap perjalanan hidupku, dalam setiap titik kehidupan ini yang meyakinkanku bahwa semua yang telah kuraih adalah doa tulus dari orang-orang yang selalu mencintai dan menyayangiku.

Dengan segala kerendahan hati, serta penuh cinta dan kasih sayang, karya kecil yang amat sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Papahku tersayang Hi. Kiemas Nungtcik (alm) yang telah banyak berkorban serta memotivasi hidupku hingga ajal menjemput papah, sembah sujud kuhaturkan .

 Mamah Herliana dan Emak Hj. Sarah Hadi, S. Pdi terima kasih untuk semua doa, motivasi dalam setiap langkahku.

 Suamiku tercinta Moh.Iqbal, S.Sos. yang telah setia mendampingiku dalam suka dan duka, terima kasih untuk doa dan semangat serta motivasi untuk menyelesaikan studi, aku akan selalu mencintaimu.

 Buah hatiku tersayang Abang Diqa dan Dede Bintang yang menjadi semangat hidupku.

 Almamater tercinta Universitas Lampung.

(9)

MOTO

Perlakukanlah setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa

hormat, meski mereka berlaku buruk padamu. Ingatlah bahwa

kamu menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan

karena siapa mereka tapi karena siapakah dirimu.

(10)

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Perilaku Kaum Muda Dalam Konflik (Studi Kasus Di Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)”. Tesis ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan motivasi, dan saran yang diberikan dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak (Alm) Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

8. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung, khususnya Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.

9. Bapak Drs M. Iqbal., selaku Kepala Sekolah MAN 2 Tanjung Karang, Bandar Lampung.

10.Ibu Rita Indrayati S.Pd. guru Man 2 Tanjung karang, yang telah bersedia membantu dalam kelancaran penelitian ini.

11.Bapak Drs. Rifai, kabid konflik kesbang pol Provinsi Lampung. 12.Bapak AKP Deperen Antonie Kapolsek Padang Cermin

13.Bapak Edi Sutrisno, SP. Sekcam Padang Cermin dan Bapak Nizar Kabid PMD Kec. Padang Cermin, beserta seluruh staf kantor Kec. Padang Cermin 14.Datuk Chozali selaku ketua adat Masyarakat Padang Cermin

15.Seluruh teman-teman sesama dewan guru di MAN 2 Tanjung Karang, terimakasih atas pengertian dan kerjasamanya.

16.Suamiku tercinta Moh. Iqbal, S.Sos. terimakasih atas cinta, kesabaran dan kesetiaan mendampingi serta motivasi dan semangat yang diberikan untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

17.Kedua buah hatiku tersayang, M. Diqa Anugrah Perkasa dan Bintang Dewi Az-zahra yang selalu menjadi semangat dalam hidupku.

(12)

Apriliyani, Apriyanti, Astri, Mbak Cherley, Defti, Desy S, Bu Fatma, Pak Wardaya, Dwi, Dwilita, Fajar, Bu Fau, Febra, Mbak Fitri, Hambali, Heri, Bu Hurus, Mbak Iceu, Inaya, Into, Lili, Bu Maryani, Mery, Novi, Putut, Mimi, Restia, Sidiq, Ibu Siti, Bu Sofi, Bu Marti, Titi, Dani, Pak Wartoyo, Pak Waluyo dan Bu Retno.

20.Sahabatku Merita, M.Pd dan Fatiya yang telah memberi warna dalam pengerjaan tesis ini.

21.Teman-teman mahasiswa Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

22.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua, akhir kata dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 20 September 2014 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 18

1.3 Fokus Masalah ... 19

1.4 Rumusan Masalah ... 19

1.5 Tujuan Penelitian ... 20

1.6 Kegunaan Penelitian ... 20

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku ... 23

2.1.1 Konsep Dasar Perilaku ... 23

2.1.1 Teori Perilaku ... 29

2.1.2.1 Teori Naluri ... 29

2.1.2.2 Teori Belajar Modelling ... 26

2.1.3 Perilaku Menyimpang ... 31

2.1.3.1 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang ... 31

2.1.3.2 Sifat-Sifat Penyimpangan ... 32

2.1.3.3 Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang ... 33

2.1.3.4 Sebab-Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang ... 34

2.1.3.5 Teori-Teori Penyimpangan ... 35

2.1.3.6 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang ... 37

2.1.4 Pembentukkan Kebiasaan ... 38

2.1.4.1 Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Perilaku .. 43

2.1.4.2 Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Perilaku ... 44

2.1.4.3 Pengaruh Pengembangan Perilaku Bermoral .. 44

2.2 Kaum Muda ... 48

2.3 Konsep Kekerasan Yang Berujung Dengan Konflik ... 52

2.3.1 Bentuk-Bentuk Konflik ... 57

2.3.1.1 Konflik Pribadi/Konflik Individu ... 57

2.3.1.2 Konflik Antar Etnik, Antar Kampung dan Antar Golongan ... 58

2.3.1.3 Konflik Politik ... 58

(14)

2.3.1.6 Konflik Antar Kelompok ... 60

2.3.1.7 Konflik Antar Organisasi ... 61

2.3.2 Penyebab Timbulnya Konflik ... 62

2.3.2.1 Respon Penolakan ... 62

2.3.2.2 Gap Internasional ... 64

2.3.2.3 Refleksiologi Emosional ... 64

2.3.3 Dampak Konflik ... 67

2.4 Penelitian Yang Relevan ... 73

2.5 Kerangka Pikir ... 78

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 79

BAB IV PERILAKU KAUM MUDA YANG DAPAT MENIMBULKAN KONFLIK 4.1 Hasil ... 93

4.1.1 Profil Daerah Penelitian Kabupaten Pesawaran ... 93

4.1.1.1 Lambang ... 94

4.1.1.2 Monografi Kabupaten Pesawaran ... 98

4.1.1.3 Sosial Budaya ... 100

4.1.2 Kecamatan Padang Cermin ... 102

4.1.3 Desa Padang Cermin ... 106

4.1.4 Desa Hanubrak ... 107

4.1.5 Perilaku Kaum Muda Yang Memicu Konflik ... 108

4.1.5.1 Hubungan Antar Kaum Muda ... 109

4.1.5.2 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pemicu Konflik ... 126

4.15.3 Upaya Kaum Muda Untuk Menyelesaikan Konflik ... 137

4.2 Pembahasan ... 148

(15)

4.2.1.2 Tindakan Pasca Konflik ... 157

4.2.2 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pemicu Konflik Di Hanubrak Dan Dantar ... 159

4.2.2.1 Perbedaan Status Ekonomi Dan Etnik ... 159

4.2.2.2 Dampak Dari Terjadinya Konflik ... 162

4.2.3 Upaya Kaum Muda Untuk Menyelesaikan Konflik ... 165

4.2.3.1 Melakukan Kewajiban Sebagai Umat Beragama... 165

4.2.3.2 Mampu Mengendalikan Emosi ... 167

4.2.3.3 Penyelesaian Setiap Masalah Dengan Musyawarah Dan Menerima Setiap Keputusan Dengan Bijak Dan Tabah ... 169

4.3 Implikasi ... 171

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 169

5.2 Saran ... 170

5.3.1 Bagi Tokoh Masyarakat/Tokoh Adat ... 171

5.3.2 Bagi Orang Tua ... 171

5.3.3 Bagi Perangkat Desa, Aparat Keamanan Dan Instansi Yang Terkait ... 172

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1.1 Konflik sosial yang terjadi di Lampung sepanjang Tahun 2012 ... 6

2. 1.2 Daftar konflik sosial diwilayah kabupaten dan kota sePropinsi Lampung Tahun 2013 ... 9

3. 1.3 Komposisi jenis agama yang dianut di Desa Padang Cermin ... 13

4. 1.4 Komposisi etnis yang ada di Desa Padang Cermin ... 13

5. 2.1 Karakteristik tindak kekerasan dalam masyarakat ... 53

6. 4.1 Data kependudukan Kecamatan Padang Cermin Tahun 2013 ... 104

7. 4.2 Batas wilayah ... 106

8. 4.3 Luas wilayah menurut penggunaan... 106

9. 4.4 Iklim ... 106

10. 4.5 Jumlah sumber daya manusia ... 106

11. 4.6 Pendidikan ... 107

12. 4.7 Agama ... 107

13. 4.8 Batas Wilayah ... 107

14. 4.9 Iklim ... 108

(17)

18. 4.13 Alat yang digunakan dalam konflik antar warga ... 118

19. 4.14 Perilaku kaum muda yang dapat memicu konflik ... 152

20. 4.15 Poin-poin penyebab konflik ... 156

21. 4.16 Jumlah etnis di Desa Padang Cermin ... 159

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin penelitian Kesbang pol Prov. Lampung ... 184

2. Surat izin penelitian Camat Padang Cermin... 185

3. Surat izin penelitian Polsek Padang Cermin... 186

4. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Kesbang pol Prov. Lampung... 187

5. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Camat Padang Cermin... 188

6. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Polsek Padang Cermin... 189

7. Surat keputusan terbentuknya Kabupaten Pesawaran... 190

8. Surat peryataan akibat adanya selebaran gelap... 194

9. Surat peryataan kaum muda yang bertikai... 196

10. Selebaran gelap... 198

11. Kutipan berita pembakaran Polsek Padang Cermin... 199

12. Surat sanggahan ... 201

13. Surat kuasa... 204

14. Surat undangan peresmian Polsek Padang Cermin... 205

15. Selebaran gelap... 207

16. Surat peryataan perdamaian ... 208

17. Peryataan Ikrar Bersama... 209

(19)

21. Instrumen Penelitian dengan perangkat desa, aparat keamanan dan

Instansi terkait... 215

22. Kisi-kisi pedoman observasi... 217

23. Kisi-kisi pedoman wawancara... 219

24. Hasil wawancara dengan kaum muda... 220

25. Hasil wawancara dengan instansi terkait... 237

26. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat... 247

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. 2.1 Skema kerangka pikir... 78

2. 3.1 Komponen analisis data model interaktif di Modifikasi ... 91

3. 4.1 Peta Kabupaten Pesawaran ... 93

4. 4.2 Lambang Kabupaten Pesawaran ... 94

5. 4.3 Peta Kecamatan Padang Cermin ... 102

(21)

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Hal-hal pokok lain yang perlu disampaikan yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian, serta ruang lingkup ilmu bidang kajian IPS. Pembahasan ini akan diawali dengan menyajikan latar belakang masalah.

1.1Latar Belakang Masalah

Jaman berubah dengan begitu cepat, semua kelompok bisa berubah, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah kaum muda. Siapakah kaum muda itu?. Kaum muda adalah mereka yang memiliki karakter tersendiri yang unik, labil, sedang taraf mencari identitas, mengalami suatu transisi dari remaja menuju suatu status dewasa. Kaum muda adalah sosok yang penuh potensi namun perlu bimbingan agar dapat menggali potensi yang telah dimilikinya untuk kemajuan diri, bangsa dan negaranya. Hal ini sesuai dengan pendapat tentang kaum muda, menurut Abdullah (2000:2) :

(22)

Kaum muda merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik, sehingga diharapkan kedepannya nanti kehidupan kenegaraan kita dalam segala aspek juga akan menjadi lebih baik. Adanya pengaruh buruk terhadap kehidupan kaum muda menimbulkan masalah sosial. Masalah ini sudah umum terjadi di masyarakat dan semakin kompleks, penyimpangan yang terjadi seperti minum-minuman keras, penggunaan obat-obatan terlarang, berjudi, mencuri, bahkan berkelahi yang semangkin merajalela. Timbulnya masalah penyimpangan ini akan meresahkan dan merugikan masyarakat, sehingga keserasian dan keharmonisan masyarakat akan terganggu.

Pada umumnya kehidupan kaum muda akan mudah terpengaruh oleh hal yang bersifat relatif baru, salah satu seperti budaya yang datang dari luar, sehingga hal ini cenderung menggiring perilaku menyimpang pada kaum muda. Kecenderungan demikian terjadi pada kaum muda yang merupakan masa transisi bagi perkembangan seorang anak sehingga merupakan masa yang sangat kritis, sebagaimana yang dinyatakan oleh Soekanto (2000:212):

“Masa muda dikatakan sebagai sesuatu masa yang berbahaya, karena pada periode ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju ketahap selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami perkembangan. Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan.”

(23)

menggugah kestabilan sosial, tetapi dipihak lain ia memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengadakan modifikasi atau perubahan yang diperlukan dalam strukturnya.

Pada kaum muda terdapat gejala-gejala yang disebut negative phase, yaitu kejemuan kegelisahan, pertentangan sosial, penantangan terhadap orang dewasa, juga terdapat ciri-ciri khas yaitu ketidakstabilan emosi, yang berani dalam sikap dan moral, status yang sulit ditentukan membuat remaja menghadapi banyak masalah baik dengan orang tua, orang dewasa lainya atau teman sebaya (Fisher 2002:20). Hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyaknya masalah yang timbul yang disebabkan ulah kaum muda.

Fisher (2002:25) mengemukakan bahwa kaum muda seringkali mudah marah, mudah terangsang, emosinya mudah meledak dan kurang bisa mengendalikan perasaannya. Ketidak matangan emosi pada kaum muda membuat mereka menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak tepat. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku yang agresif seperti melawan, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu. Dan reaksi seperti itu sering disebut dengan perilaku menyimpang.

(24)

seluruh wilayah Propinsi Kalbar, Mas’oed (2001:46-47). Keisengan Bahari dan kawan-kawannya mengakibatkan sentimen etnis semangkin kuat antar Etnik Madura dan Etnik Dayak, juga kerugian ekonomi akibat terbakarnya hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat.

Kondisi kejiwaan yang labil, menyebabkan kaum muda mudah terpengaruh dan cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau peduli dengan dampak negatifnya. Diberbagai kota besar yang maju jangan heran jika hura-hura, seks bebas dan menghisap ganja cenderung mudah menggoda kaum muda. Siapakah yang harus disalahkan tak kala kita menjumpai kaum muda yang terperosok pada perilaku yang tidak baik dan melanggar hukum atau paling tidak mengganggu ketertiban masyarakat. Menurut keterangan okezone online menyatakan bahwa:

Kejadian di Makassar, belasan anggota geng motor pelajar diamankan aparat Brimob. Kegiatan mereka sangat meresahkan masyarakat karena sering menggelar balap liar dan menyerang pengendara lain, Minggu (22/9/2013). Razia geng motor pelajar itu dilakukan aparat Brimob Detasemen Pabaeng Baeng karena mendapat laporan dari warga banyak aksi balap liar dan tindak kriminal lainnya. Usai didata, belasan anggota geng motor itu diserahkan ke Mapolrestabes Makasar untuk diproses lebih lanjut. http://news.okezone.com/read/2013/09/22/340/870069/belasan-anggota-geng-motor-pelajar-ditangkap. 4-12-2013 rabu 11;22

(25)

orang lain, dapat kita lihat dari contoh konflik sosial yang terjadi antar penguasa Pasar Tanah Abang seperti Hercules. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di surat kabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukkan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar preman. Konflik tersebut merupakan konflik yang realistis, kemudian contoh kasus yang kedua adalah Jhon Refra Kei atau yang biasa disebut Jhon Kei, tokoh pemuda asal Maluku yang lekat dengan dunia kekerasan di ibukota. Namanya semakin berkibar ketika tokoh pemuda asal Maluku Utara pula, Basri Sangaji meninggal dalam suatu pembunuhan sadis di Hotel Kebayoran Inn di Jakarta Selatan pada 2014.

(http//sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02.perilaku-sosial diakses pada tanggal 4 November 2014. Pukul 12.11 Wib)

Konflik merupakan suatu bentuk interaksi sosial ketika dua individu mempunyai kepentingan yang berbeda dan kehilangan keharmonisan diantara mereka. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pluralistik dengan keanekaragaman suku bangsa (etnis), budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama. Setiap suku bangsa atau etnis memiliki indentitas kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri yang khas.

(26)

konflik budaya dan konflik sosial yang pada akhirnya mengancam terjadinya disintegrasi pada Bangsa Indonesia sendiri.

Selama tahun-tahun terakhir ini, khususnya sesudah Indonesia mengalami krisis ekonomi dipertengahan tahun 1997 dan kemudian krisis politik pada tahun 1998, konflik sosial begitu banyak terjadi, baik konflik sosial yang bersifat vertikal maupun horizontal. Sampai beberapa tahun terakhirpun konflik-konflik sosial ini masih kerap terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. (Maftuh, 2008:2-4)

Perilaku kaum muda yang masih labil dan tempramental dapat menjadi pemicu terjadinya konflik, yang mana konflik tersebut seringkali dimulai dari permasalahan yang sepele dan terkadang dibungkus oleh perbedaan etnis. Hal tersebut bisa kita lihat berdasarkan data dari tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Konflik sosial yang terjadi di Lampung sepanjang tahun 2012

No Januari mengalami luka tembak, 7 rumah dirusak dan dibakar, sementara 5 warga

(27)

sekolah ditangkap dan diproses

terlibat pada bentrok antar warga di (http://konflik-sosial-kekuatan-dialog-bukan-pendekatan-militer/diakses pada tanggal 20 April 2013).

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat sepanjang tahun 2012 telah terjadi 5 konflik besar di Lampung. Banyak kerugian yang ditimbulkan dari kejadian konflik tersebut, mulai dari hilangnya nyawa manusia hingga hancurnya harta benda dari masyarakat tersebut, juga sarana prasarana yang dimiliki oleh desa-desa tersebut.

(28)

warga Balinuraga dan 10 orang warga Kecamatan Kalianda. Korban-korban yang berjatuhan hingga ada yang meninggal dunia itu bermula dari kenakalan iseng sekelompok anak muda Balinuraga yang menggoda gadis muda dari Desa Agom Sabtu (27/10) sore. Kematian harus dibalas, aroma kebencian terhadap orang Bali pun menyebar lewat dunia maya ( Budiman dan Saroso HN, 2012:4-9)

Dua konflik di Lampung Selatan dipicu oleh urusan yang mestinya tak merembet jadi kekerasan. Konflik yang kedua terjadi di Kalianda dimulai dari cekcok dua warga di lahan parkir. Pemuda setempat menolak bayar parkir Rp 2.000, berakibat baku pukul. Sentimen etnis Bali dan Lampung tak bisa dihindari. Sekitar 60 rumah warga Desa Napal dibakar massa Desa Kotadalam, ratusan orang mengungsi.

Betapa konflik kekerasan dan menyimpan prasangka keetnikan ini amatlah serius. Luka akibat konflik warga Napal dan Kota Dalam belum sepenuhnya sembuh, muncul konflik Balinuraga. Agaknya inilah konflik dan kekerasan yang mengandung prasangka keetnikan yang paling besar yang pernah terjadi di Lampung. Balinuraga hancur. Kita semua berduka. Inilah bukti amat nyata betapa ikatan sosial antara “pendatang” dan penduduk “lokal”, khususnya di Lampung

Selatan, terbukti memang rapuh.

(29)

Key yang lebih pada perebutan kekuasaan, jasa penagihan hutang, pengawalan lahan dan tempat, dengan premanisme antar kelompok. Di Lampung lebih diakibatkan karena kurangnya komunikasi antara kaum muda sehingga terjadi sentimen yang berakibat kesalah pahaman seperti yang terjadi di Padang Cermin. Berdasarkan data dari Kesbang Pol Propinsi Lampung didapatkan data, bahwa keributan yang berujung dengan konflik tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal tersebut bisa dilihat dengan tabel dibawah ini.

(30)

4.

Kantor polsek terbakar, roda dua rusak

(31)

8.

(32)

tongka ng, LamSel

Sumber: Kesbang Pol Prop. Lampung (2013;75-86)

Kaum muda di Lampung khususnya di Padang Cermin yang semestinya menjadi warga negara yang baik dan terdidik malah terlibat dalam konflik yang merugikan. Konflik yang terjadi antara kaum muda, banyak sekali menimbulkan kerugian baik dari segi materiil maupun inmateriil, yang mana akhirnya merugikan bagi kaum muda itu sendiri maupun masyarakat disekitarnya. Hal tersebut kiranya yang terjadi daerah Padang Cermin.

(33)

Tabel 1.3 Komposisi Jenis Agama Yang Dianut Di Desa Padang Cermin

No Agama Jumlah Penganut

1 Islam 8582

2 Kristen -

3 Katolik 4

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 8586

Sumber: Kantor Kecamatan Padang Cermin

Berdasarkan tabel 1.2, dapat dijelaskan bahwa Agama Islam lebih banyak penganutnya di bandingkan dengan agama lainnya. Jumlah penganut Agama Islam di Desa Padang Cermin mencapai 8582 jiwa, lebih mendominasi dibandingkan dengan 4 agama yang ada. Agama Islam lebih mendominasi di Desa Padang Cermin, perbedaan agama yang ada sulit mereka terima yang dapat menjadi pemicu timbulnya keributan.

Tabel 1.4 Komposisi Etnis Yang Ada Di Desa Padang Cermin;

No Jenis Etnis Jumlah Penduduk

1 Batak 82

2 Minang 290

3 Sunda 2382

4 Jawa 4459

5 Lampung 1363

6 Palembang 148

Jumlah 8724

(34)

Berdasarkan tabel 1.3, dapat dijelaskan bahwa komposisi etnik Jawa lebih mendominasi di bandingkan etnik lainnya yang ada di Desa Padang Cermin, mencapai 4459 jiwa. Disusul dengan etnik Sunda yang mencapai 2382 jiwa. Sedangkan etnik Lampung sendiri sebagai warga pribumi jumlahnya lebih sedikit hanya 1363 jiwa.

Pada umumnya konflik diakibatkan oleh perbedaan pendapat, pemikiran ucapan dan perbuatan. Sikap dasar yang sulit dan tidak ingin menerima dan menghargai perbedaan semacam itu akan mengubah seseorang berwatak suka berkonflik. Orang seperti ini akan membuat problem kecil dan sederhana sebagai alasan untuk menciptakan konflik. Konflik menjadi saluran dari akumulasi perasaan yang tersembunyi secara terus menerus yang mendorong seseorang untuk berperilaku dan melakukan sesuatu berlawanan dengan orang lain. Sebuah keinginan ambisi yang kuat akan menyebabkan terjadinya konflik antar perorangan, sedangkan dorongan emosi yang kuat untuk menyalahkan orang lain akan menyebabkan seseorang terlibat konflik dengan orang lain.

(35)

Tanggal 6-7 Agustus 2012, dalam 24 jam terakhir ada dua berita tentang polisi di lapangan yang terasa kontras. Pertama, Senin (6 Agustus 2012) malam sebuah stasiun televisi swasta menayangkan sebuah video tindakan seorang anggota polantas di Bandung, Jawa barat, yang tidak tergoda mengambil „uang damai’ yang ditawarkan seorang pengemudi mobil saat hendak ditilang. Berita kedua, Selasa (7 Agustus 2012) pagi running text di layar Metro TV memberitakan bahwa Kantor Polsek Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung ludes dibakar massa. Meski begitu belum ada penjelasan resmi dari Polda Lampung tentang penyebab mengamuknya massa. Di tengah isu korupsi Simulator SIM yang berakibat timbulnya konflik antara Polri dengan KPK, tentulah kedua berita tersebut terasa bertolak belakang. Berita pertama, siapa pun pengunggahnya, pastilah bermaksud mengangkat citra polisi yang belakangan tersudut. Sementara berita kedua, tanpa bisa ditutupi oleh polisi, jelas menunjukkan adanya ketidak senangan masyarakat akan sikap dan tindakan polisi di lapangan. Ini sekaligus menandakan bahwa sebenarnya polisi gagal berkomunikasi dengan masyarakat. Akibatnya polisi gagal memerankan fungsinya sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. Di sinilah relevansinya pertanyaan diajukan kepada pimpinan Polri.

(36)

TNI Angkatan Laut. Nama komplek dimana Brigif-3 Marinir bermarkas memiliki nama 'Bhumi Marinir Piabung'. Brigif-3 Marinir TNI-AL membawahi tiga satuan pelaksana setingkat Batalyon, yaitu Batalyon Infanteri 7/Marinir dan Batalyon Infanteri 9/Marinir yang juga bermarkas di Kesatrian Marinir Piabung Padang Cermin, serta Batalyon Infanteri 8/Marinir yang bermarkas di Langkat.

Kecamatan ini juga terdapat beberapa objek wisata pantai, diantaranya Pantai Ringgung, Pantai Mutun, Pulau Tangkil dan Pantai Klara. Kecamatan ini juga menjadi jalan akses masuk dari Bandar Lampung menuju ke Teluk Kiluan, sebuah tujuan eko-wisata Lumba-lumba di Kabupaten Tanggamus. Kondisi dan gambaran umum Desa Padang Cermin merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.

(37)

Media Research dalam polling yang dilakukan terhadap 296 responden di Lampung.

Konflik yang telah mengakibatkan hilangnya sejumlah nyawa dapat terjadi hanya bermula dari kejadian sepele. Hal itu telah menjadi pola dari rangkaian peristiwa konflik sosial yang terjadi di Padang Cermin. Kesenjangan ekonomi dituduh sebagai penyebabnya oleh 83,1% responden. Bangsa kita makin miskin akan tokoh-tokoh panutan, masyarakat pun tak percaya lagi dengan pemimpin formal dan informal, tokoh adat, pemuka agama maupun pemimpin formal, sehingga mereka sering melakukan tindakan sendiri dan terseret dalam gerak arus massa yang marah. 79,1% responden juga melihat hal tersebut. Dalam porsi paling besar, yaitu 28% responden mempercayai tokoh masyarakat sebagai pihak yang mampu meredakan situasi.

Meskipun pada kenyataannya saat ini, pada kasus konflik di Padang Cermin, tokoh-tokoh masyarakat lokal belum sepenuhnya berhasil membuat masing-masing kelompok yang bertikai berjabat tangan, masyarakat lebih mempercayai tokoh masyarakat sebagai aktor penyelesai konflik dibandingkan aparat kepolisian dan TNI, yang dalam beberapa kasus malah menciptakan konflik baru. Masyarakat menilai bahwa aparat yang tidak tegas dan tidak netral telah menyumbang kobaran konflik sosial di Indonesia. Data yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa peristiwa ini adalah kelima kalinya terjadi konflik sosial di Lampung sepanjang tahun 2012.

(38)

yang mampu menjadi penengah jika konflik sosial tersebut terjadi. Namun pandangan tersebut bukan pandangan yang dominan. Keraguan bahwa pemerintah dapat menyelesaikan konflik-konflik sosial di Indonesia terlihat dari tipisnya perbedaan antara jumlah responden yang yakin pemerintah dapat menyelesaikan masalah tersebut (57%) dan yang tidak yakin (39%). Keraguan ini beralasan karena konflik sosial yang terjadi di Indonesia pada tahun 2012 justru mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang dimiliki Kemendagri, jumlah konflik sosial di tahun 2012 hingga akhir Agustus 2012 mencapai angka 89 kasus, meningkat dari tahun 2011 dengan 77 kasus. (Abdusyani, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Kurangnya rasa toleransi antar kaum muda

1.2.2 Minimnya rasa kebersamaan yang terbangun antar masyarakat kaum muda berbeda sosial budaya.

1.2.3 Kecemburuan sosial dikalangan kaum muda.

(39)

1.3 Fokus Masalah

Mengingat keterbatasan yang penulis miliki dan untuk menghindari luasnya penelitian ini, maka peneliti memfokuskan masalah pada:

1.3.1 Perilaku kaum muda yang memicu konflik di Padang Cermin antar - Sesama Etnik Lampung

- Etnik Lampung dengan etnik non Lampung - Etnik non Lampung dengan etnik non Lampung

1.4 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu:

1.4.1 Bagaimana hubungan antar kaum muda di Padang Cermin khususnya Desa Dantar dan Desa Hanau Brak?

1.4.2 Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pemicu konflik di Desa Dantar dan Desa Hanau Brak?

1.4.3 Bagaimana upaya kaum muda untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar kaum muda :

- Sesama etnik Lampung

(40)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar kaum muda di Padang Cermin khususnya di Desa Dantar dan Desa Hanau Brak.

1.5.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pemicu konflik di Desa Dantar dan Desa Hanau Brak.

1.5.3 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kaum muda untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar mereka.

1.5.4 Untuk menjadi sumber bahan pembelajaran pada kurikulum pendidikan karakter untuk guru mata pelajaran PKn SMA/MA kelas X, terutama di dalam KD persamaan kedudukan Warga Negara tanpa membedakan ras, agama, gemder, golongan, budaya dan etnik.

1.6 Kegunaan Penelitian

1.6.1 Bagi peneliti, para pembaca maupun pihak lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai tambahan wawasan dan tambahan informasi tentang konflik yang terjadi di Padang Cermin pada bulan Agustus 2012.

(41)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan pada ruang lingkup penelitian ini akan difokuskan pada pembahasan ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk memberikan kejelasan keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS, rincian selengkapnya sebagai berikut: 1.7.1 Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dari penelitian ini masyarakat muda Padang Cermin sebagai pelaku konflik .

1.7.2 Ruang Lingkup Objek

Ruang Lingkup objek adalah ilmu sosial dengan objek penelitian terfokus pada Perilaku Kaum Muda di Padang Cermin.

1.7.3. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu adalah pada bulan Januari-April 2014. 1.7.4 Ruang Lingkup Ilmu

(42)

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap objek penelitian tersebut didasarkan pada, fenomena sosial yang terlihat di masyarakat dimana kaum muda dianggap sebagai pemicu keributan antar etnik bangsa yang ada di Indonesia khususnya Padang Cermin. Sebuah konflik yang terjadi dan wajib di bahas, untuk diketahui supaya menjadi masukan yang baik untuk menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua. Implikasi penelitian ini adalah kontribusi seorang guru untuk membentuk karakter siswa siswi di sekolah yang lebih baik, agar kedepannya tidak terjadi lagi prilaku kaum muda dalam memicu konflik di Kecamatan Padang Cermin khususnya, dan Indonesia umumnya.

(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPSIONAL DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Perilaku

2.1.1 Konsep Dasar Perilaku

Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan makhluk-makhluk lain dimuka bumi ini. Konsekuensi dari kesemuanya itu, maka manusia itu mempunyai keinginan, kebutuhan, kehendak dan mempunyai cita-cita atau tujuan hidup. Untuk mencapai tujuan maka manusia harus berbuat atau bertindak. Ini memberikan gambaran bahwa antara motif, kebutuhan dan perilaku merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai tujuan dari manusia tersebut perilaku dipengaruhi oleh hubungan sosial yang sudah diprogram secara genetis di dalam jiwa manusia.

Perilaku manusia timbul karena adanya kehendak yang ingin dicapai, serta adanya rangsangan dari lingkungan sekitarnya hal ini sesuai dengan Teori

Stimulus-Respon (Hadiwinarto 2009:121), perilaku merupakan wujud respon individu

(44)

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007:15-25).

Pengertian perilaku tidak dapat dilepaskan dari kaitannya dengan suatu sikap. Sebaliknya dapat dikemukakan bahwa sikap berkaitan dengan tujuan memahami kecenderungan-kecenderungan perilaku. Menurut Gunarsa (1999:38) menyatakan bahwa : “Perilaku adalah segala sesuatu atau tindakan yang sesuai dengan

nilai-nilai tata atau cara yang ada dalam suatu kelompok”.

(45)

Pembelajaran akan konsep moral harus senantiasa dilakukan oleh kaum muda karena perilaku yang bermoral baik, sangat penting dimiliki bagi kaum muda karena bermanfaat sebagai standar pegangan hidup. Perilaku kaum muda yang bermoral baik akan membentuk watak atau karakteristik kaum muda yang baik pula. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn, menurut Mulyasa dalam Budimansyah (2010:12) yaitu:

1. Mampu berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaan di negaranya.

2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab sehingga bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

(46)

1. Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka, yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang terjadi didalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. 2. Mengembangkan dan membina kaum muda menuju terwujudnya manusia

seutuhnya yang sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan Pancasila.

3. Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesama warga negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Di dalam Buku Panduan Pengajaran PKn kurikulum 2013, jelas tersirat disitu bahwa perilaku kaum muda yang bermoral baik, merupakan kunci pokok untuk meraih dan menjaga keutuhan bangsa, serta mampu mensejajarkan kedudukan bangsa kita sama dengan bangsa lain. Berdasarkan tujuan tersebut diatas, materi pembelajaran PKn serta ruang lingkupnya juga meliputi aspek-aspek yang membentuk karakter serta watak kaum muda yang baik pula, seperti berikut ini: 1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggan sebagai Bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

(47)

bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan kostitusi yang pertama, konstitusi-kostitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan kostitusi.

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

(48)

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak

dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Jadi mata pelajaran

PKn bertujuan membentuk kaum muda menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air.

Tujuan dan kegunaan PKn tersebut sejalan dengan dasar hukum pendidikan

karakter Kementrian Pendidikan Nasional RI, yang mengadopsi 18 pilar

pendidikan karakter untuk diberlakukan dalam pendidikan sekolah. Pendidikan

karakter ini secara garis besarnya dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003 dimana salah satu tujuan pendidikan nasional adalah tercapainya

pendidikan karakter. Terdapat 18 karakter yang menjadi sasaran yang ingin

ditanamkan dalam diri peserta didik, ( Akib, 2012:179) antara lain:

1. Religius 10. Semangat Kebangsaan

2. Jujur 11. Cinta Tanah Air

3. Toleransi 12. Menghargai Prestasi

4. Disiplin 13. Bersahabat/komunikatif

5. Kerja Keras 14. Cinta Damai

6. Kreatif 15. Gemar Membaca

7. Mandiri 16. Peduli Lingkungan

8. Demokratis 17. Peduli Sosial

(49)

2.1.2 Teori Perilaku

Ada banyak teori yang dapat memberikan penjelasan tentang perilaku manusia (Hadiwinarto,2009:123). Teori-teori perilaku yang berorientasi behavioristik, maupun teori-teori yang berorientasi pada kognitif.

2.1.2.1 Teori Naluri

Sears dalam Hadiwinarto (2009:124) menjelaskan bahwa perilaku yang bersifat agresif dapat diterangkan dengan menggunakan teori naluri tentang agresi. Menurut teori-teori naluri tentang agresi, manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi. Menurut teori naluri, seseorang menjadi marah dan bertindak agresif jika merasa kehidupannya terancam. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.

(50)

2.1.2.2 Teori Belajar Melalui Modelling

Teori ini dikemukakan oleh Albert Bandura yang berjudul “Social Learning

Theory”. Menurut Albert Bandura dalam Hadiwinarto (2009: 124-125), perilaku

manusia diperoleh melalui cara pengamatan model dari mengamati orang lain, membentuk ide dan perilaku-perilaku baru, dan akhirnya pada saat digunakan sebagai arahan untuk beraksi. Sebab seseorang dapat belajar dari contoh apa yang dikerjakan orang lain, sekurang-kurangnya mendekati bentuk perilaku orang lain, dan terhindar dari kesalahan yang dilakukan orang lain.

Perilaku kaum muda sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dan dengan siapa dia berteman. Kaum muda kepribadiaannya belum stabil karena idealismenya belum kokoh dan emosinya belum stabil, dia masih dalam tahap mencari. Belum kokohnya kepribadian kaum muda, membuat kaum muda selalu mencontoh perilaku orang lain sebagai pedomannya dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya.

(51)

2.1.3 Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pelaku yang melakukan penyimpangan itu disebut devian (deviant). Adapun perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat disebut konformitas. Menurut Fisher (2002: 14), ada beberapa definisi perilaku menyimpang menurut sosiologi, antara lain sebagai berikut:

1. James Vender, perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

2. Bruce J Cohen, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

3. Robert M.Z Lawang, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

2.1.3.1 Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Menurut Horton dalam Fisher (2002: 15) penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Penyimpangan harus dapat didefinisikan, artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

2. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.

3. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan. 4. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal,

artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.

(52)

memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.

6. Penyimpangan sosial bersifat adaftif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.

2.1.3.2 Sifat-Sifat Penyimpangan

Karakter kaum muda yang masih dalam mencari dan belum kokoh, mudah terjerumus dalam perbuatan menyimpang. Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif, tetapi menurut banyak pendapat kalau perbuatan menyimpang sudah pasti negative. Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.

1. Penyimpangan positif, penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga.

2. Penyimpangan negatif, penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pencurian dan sebagainya.

2.1.3.3 Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang

(53)

1. Penyimpangan primer, penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi sipelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.

2. Penyimpangan sekunder, penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.

Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual dan penyimpangan kelompok.

1. Penyimpangan indvidual, penyimpangan individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.

(54)

2.1.3.4 Sebab-Sebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Terdapat 3 faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang menurut Homika (2013), yaitu:

1. Penyimpangan Sebagai Akibat Dari Proses Sosialisasi Yang Tidak Sempurna.

Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehingga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.

2. Penyimpangan Karena Hasil Proses Sosialisasi Sub kebudayaan Menyimpang.

(55)

3. Penyimpangan Sebagai Hasil Proses Belajar Yang Menyimpang. Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.

2.1.3.5 Teori-Teori Penyimpangan

Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dapat dipelajari melalui berbagai teori, menurut Homika (2013) diantaranya sebagai berikut:

1. Teori Labeling.

Menurut Edwin M. Lemert dalam Homika (2013), seseorang menjadi orang yang menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap dan merk yang ditujkan oleh masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. Mula-mula seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary

deviation) yang mengakibatkan ia menganut gaya hidup menyimpang

(deviant life style) yang menghasilkan karir menyimpang (deviant career).

2. Teori Hubungan Diferensiasi.

(56)

3. Teori Anomi Robert K Merton.

Merton dalam Homika (2013) menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya, yaitu:

a. Konformitas

Konformitas adalah sikap yang menerima tujuan budaya yang

konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional. b. Inovasi

Inovasi adalah sikap seseorang menerima secara kritis cara-cara

pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.

c. Ritualisme

Ritualisme adalah sikap seseorang menerima cara-cara yang

diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus)tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.

d. Retreatisme

Retreatisme adalah sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan

maupun cara-cara mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.

e. Pemberontakan

(57)

2.1.3.6 Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

1. Penyalahgunaan Narkoba

Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Dampak negatif yang ditimbukan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian. Ada beberapa penyebab seseorang remaja memakai narkoba, antara lain :

a. Mencari dan menemukan arti hidup

b. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual

c. Menunjukkan tindakan menentang otoritas guru, orang tua dan norma-norma sosial

d. Membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya seperti kebut-kebutan dan berkelahi

e. Melepaskan diri dari kesepian f. Sekedar iseng dan rasa ingin tahu

g. Mengikuti teman-teman untuk menunjukkan rasa solidaritas h. Menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup

i. Mengisi kekosongan, kesepian dan kebosanan

2. Alkoholisme

(58)

sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan.

3. Kenakalan Remaja

Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14-18 tahun), karena pada masa ini jiwanya dalam keadaan labil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut:

a. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis b. Situasi yang menjemukan dan membosankan

c. Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi prosfek kehidupan masa mendatang, seperti lingkungan kumuh dan penuh kejahatan. Contoh perbuatan kenakalan seperti pengrusakan tempat/fasilitas umum, penggunaan obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran. Salah satu bentuk tawuran tersebut adalah tawuran pelajar. Tawuran pelajar berbeda dengan perkelahian biasa. Tawuran pelajar dapat digolongkan sebagai penyakit (patologi) karena sifatnya yang kompleks dengan penyebab dan akibat yang berbeda-beda.

2.1.4 Pembentukan Kebiasaan

(59)

perkataan lain, pembentukan kebiasaan dilakukan melalui suatu proses yang panjang dengan melibatkan berbagai kondisi.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990:336) perilaku adalah tanggapan atau reaksi dari individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja badan tetapi juga ucapan. Sedangkan Anwas (1998:24) mengatakan bahwa perilaku anak adalah suatu sikap yang dialami anak dimasa kecil dan kelak akan membekas dalam diri anak serta mewarnai kehidupannya disaat menuju remaja. Masa kanak-kanak tidak dapat disamakan dengan masa transisi menuju dewasa maupun dewasa itu sendiri, berikut tahapan perkembangan manusia yang dikemukakan oleh para pakar yang dapat digunakan untuk mengatasi ruang lingkup pengambilan sampel dan memberikan pengertian tentang masa kaum muda menurut umur mereka.

Ahmadi dalam Gunarsa (1999-123) menyebutkan tahap perkembangan anak dibagi menjadi dua yaitu:

a. Secara biologis

- Bayi ;0-1 tahun - Anak ;>1-12 tahun - Remaja ;>12-15 tahun - Dewasa ; > 30 tahun b. Secara fungsional

(60)

- Dewasa ;>18 tahun

Aristoteles membagi tiga tahap perkembangan dimana masing-masing tahapan ditandai oleh perkembangan psikomotorik anak yang berbeda-beda, yaitu:

a. 0-7 tahun ; masa anak kecil atau masih bermain b. >7-14 tahun ; masa anak atau belajar

c. >14-21 tahun ;masa remaja atau masa peralihan dari anak menjadi dewasa

Sedangkan menurut Rousseau, dalam karyanya “Emile eu du I’education’, memuat tahapan perkembangan anak antara lain:

a. Usia 0-2 tahun ; masa asuhan (nursery)

b. Usia >2-12 tahun ; masa pentingnya pendidikan jasmani dan alat-alat indera

c. Usia >12-15 tahun ; masa berkembangnya fikiran dan juga pubertas d. Usia >15-20 tahun ; masa pentingnya pendidikan serta pembentukan

watak, kesusilaan, juga pembinaan mental agama

(61)

psikologis seperti yang telah diuraikan diatas, dalam penelitian ini peneliti lebih menggunakan teori J.J Rouseau dalam tahap perkembangan anak yang memfokuskan penelitian pada anak dalam kategori 15-20 tahun (masa belajar atau masa pubertas), karena pada usia tersebut merupakan dimana anak sedang menikmati masa-masa pertumbuhan dan masa peniruan, dengan salah satu contohnya adalah menjadikan apa yang mereka saksikan distasiun televisi sebagai pedoman bagi mereka.

Anak merupakan salah satu lapisan masyarakat yang merupakan bagian dari generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan bersumber daya manusia yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat yang khusus, serta memerlukan pembinaan dan perlindungan dari orang tua maupun guru dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan, sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka.

Sejak lahir seorang anak sudah mempunyai sifat, seorang anak dapat berbuat sesuatu adalah dari Iuar dirinya, keluarga dan lingkungan dapat menjadi penentu baik buruknya tingkah laku seorang anak. Apabila seorang anak mendapat kasih sayang cukup dari orang tuanya, lingkungan serta mempunyai pendidikan ia akan dapat berbuat dan berperilaku yang baik. Sebagai kaum muda yang telah menerima dan memperhatikan didikan dari orang tua maupun guru di sekolah akan dapat berpikir secara dewasa dan berkembang dengan baik terutama bagi siswa yang telah dibimbing, dibina dan diarahkan oleh gurunya di sekolah diharapkan dapat perilaku baik sesuai dengan kepribadian siswa.

(62)

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, seperti mengetahui situasi atau rangsangan dari luar

b. Perilaku adalah sikap, seperti batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar dari subjek.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkret yang berupa tindakan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

(63)

2.1.4.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Gunarsa (1993:41-44) faktor yang akan mempengaruhi perilaku anak adalah :

1. Lingkungan Rumah

Orang tua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana si anak berkembang dalam suasana ramah, wajar, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari sebaliknya sulit untuk menumbuhkan sikap-sikap yang baik pada anak dikemudian hari, bilamana si anak tumbuh dan berkembang dalam suasana dunana si anak hidup dalam pertikaian, pertengkaran antara sesama angota keluarga.

2. Lingkungan Sekolah

Hubungan antara murid dengan guru dan murid dengan murid banyak mempengaruhi aspek kepribadian termasuk perilaku si anak yang memang masih memahami peraturan-peraturan

3. Lingkungan Teman Sebaya

Anak yang bertindak langsung sebagai pemimpin dengan sikap-sikap menguasai anak-anak yang lain akan besar pengaruh terhadap pola-pola sikap atau kepribadian. Maka lingkungan teman sebaya juga menentukan dalam pembentukan perilaku pada diri anak.

4. Segi Keagamaan

Perilaku yang diperlihatkan oleh sianak tidak ditentukan oleh pandainya atau oleh pengertian atau pengetahuan yang dimiliki anak, melainkan bergantung sepenuhnya kepada penghayatan nilai-nilai keagamaan dan perilaku dan hubungannya dengan anak yang lain.

(64)

2.1.4.2Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Perilaku

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:894) dikatakan bahwa pengaruh adalah suatu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, sikap, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pertumbuhan fisik dapat mempengaruhi perilaku individu, pertumbuhan dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut mernbentuk perbuatan seseorang. Dalam hal moral hubungan perilaku dari bidang studi PKn berbeda-beda, perbedaan yang terdapat dalam perilaku seorang siswa terhadap bidang studi PKn ini memiliki ciri khas yang sangat berpengaruh dalam pola prestasi belajar siswa atau moral. Melalui perilaku yang didasarkan pada bidang studi PKn siswa memiliki respon untuk memaharni dan mengamalkan nilai-nilai moral untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa.

2.1.4.3Pengaruh Pengembangan Perilaku Bermoral

Tambunan dalam Aqib (2012:97) menyatakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan perilaku bermoral anak adalah sebagai berikut : 1. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku dalam masyarakat

2. Memperkuat perilaku alturistis (suka menolong) 3. Membangkitkan perasaan bersalah

Perasaan bersalah menyebabkan anak merasa bertanggung jawab dalam mengekang dorongan-dorongan yang tidak baik

4. Memperkuat kata hati

Kata hati merupakan seperangkat nilai moral yang telah menjadi milik anak yang dijadikan anak untuk memahami baik dan buruk, salah dan benar.

5. Memberi model

Anak akan mencontoh atau meniru perilaku orang dewasa khususnya orang tua dan gurunya, melalui perilaku yang ditunjukkan oleh guru PKn siswa memiliki repon untuk rnemahami nilai-nilai moral yang terdapat dalam Pancasila.

6. Membiasakan dan menerapkan disiplin, dengan cara : - Mencari penyebab kesalahan berperilaku.

(65)

- Teknik disiplin dengan cara membangkitkan perasaan sayang (afeksi) terhadap orang yang menegakkan disiplin.

- Teknik disiplin dengan penekanan cinta

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:754) terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan kewajiban, akhlak budi pekerti serta susila. Sehingga dalam pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi tujuan pendidikan moral itu pada umumnya adalah :

1. Pengembangan kepribadian anak dalam aspek mental, emosi dan spritual. 2. Menanamkan sikap agar menjadi warga negara indonesia yang baik bertanggung jawab dan kooperatif.

3. Mengembangkan sikap untuk menghargai martabat manusia 4. Menanamkan semangat patriotisme dan persatuan bangsa. 5. Mengembangkan cara berpikir dan sikap hidup yang demokratis.

6. Mengembangkan sikap toleransi dan pengertian terhadap agama kepercayaan yang berbeda-beda.

(66)

dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan dalam Laksmini (2013:5-6), moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri individu atau seseorang. Walaupun moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan.

Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik buruk sedangkan moralitas merupakan pertimbangan baik dan buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut diantaranya adalah Newman, Simon, Howe dan Lickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona yang lebih cocok untuk diterapkan membentuk watak atau karakter kaum muda. Pandangan Lickona dalam Laksmini (2013) tersebut dikenal dengan pendidikan karakter atau watak untuk membangun karakter atau watak kaum muda

(educating for character). Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran

filosofi Michael Novak yang berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga asfek yaitu : moral knowing, moral feeling dan moral

behavior yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait. Lickona juga disini

(67)

Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak, agar dapat memiliki karakter demokrasi. Oleh karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga asfek teori Lickkona :

1. Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, pandangan kedepan, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri.

2. Sikap Moral (moral feeling) mencakup kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan diri.

3. Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemauan, kemauan dan kebiasaan.

(68)

2.2 Kaum Muda

Menurut Bigot, dkk dalam Thontowi (2012:45-46) rentang usia remaja adalah 13-21 tahun, sedangkan menurut Hurlock dalam Thontowi (2012;47) usia remaja adalah 13-21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal usia 13/14-17 tahun dan masa remaja akhir 17-21 tahun . Secara sederhana remaja dan pemuda termasuk kategori kaum muda. Ciri utama mereka ialah keadaannya yang belum mapan. Mereka sedang mencari dasar pijak bagi keberadaan mereka sendiri. “Generasi muda” atau “Kaum Muda” adalah konsep-konsep yang sering diberarti oleh

nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi sering lebih merupakan pengertian ideologis atau kulturil. “Pemuda

harapan bangsa”, “Pemuda pemilik masa depan” atau “Pemuda harus dibina” dan sebagainya, memperlihatkan betapa saratnya nilai yang telah terlekat pada kata “pemuda atau kaum muda” tersebut. Hal ini telah umum disadari, sebab itu asfek

obyektif dari hal-hal tersebut perumusan berdasarkan patokan yang riil yang bisa diperhitungkan, seperti kesamaan umur dan asfek subyektif perumusan yang bersumber kepada arti yang diberikan oleh masyarakat diperhitungkan dari sudut kependudukan, yang terpantul pula dalam statistik dan ekonomi

(69)

lawan jenis yang dibutuhkan bagi pembentukan kehidupan rumah tangga kelak. Minimal ada tiga alasan mendasar untuk itu.

Pertama, kaum muda sedang menjalani masa pembentukan kepribadian. Aspek

individual ini memberitahukan kita bahwasannya kurun masa muda bagaikan suatu rimba pencaharian, yang di dalamnya kaum muda meraba-raba. Mereka mau mengarahkan diri mereka kepada pribadi yang dewasa. Tetapi untuk itu mereka harus mengalami tahun-tahun pembentukan.

Suatu pembentukan kepribadian, jika tidak beres atau keliru ditangani, maka dampak negatifnya bisa lama mempengaruhi jalan hidup si individu. Ingatkah analogie perilaku tentang kepribadian suami yang masih suka memukul isterinya? Ketidak tepatan dalam menangani kepribadian akan menimbulkan cross boy/girl, tetapi juga ada cross papa/mama sesuai dengan pendapat Anwas (1998:24) yang mengatakan bahwa perilaku anak adalah suatu sikap yang dialami anak dimasa kecil dan kelak akan membekas dalam diri anak serta mewarnai kehidupannya disaaat dewasa.

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Konflik sosial yang terjadi di Lampung sepanjang tahun 2012
Tabel 1.2: Daftar Konflik Sosial Di Wilayah Kabupaten Dan Kota Se
Tabel 1.3 Komposisi Jenis Agama Yang Dianut Di Desa Padang Cermin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1999, mendapat kesempatan mehnjutkan pendidikm Program Pascasajana S2, pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan hutan (SPL), Institut Pertanian

Berdasarkan pendapat para ahli yang dimaksudkan dalam penelitian deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan fakta-fakta yang ada dan digambarkan secara

[r]

Cultivation of wood in land that own by society with private forest (hutan rakyat) pattern in Kresnowidodo Village become one of solution for rare of this wood. According

(Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria..

Tingkat kerusakan hutan produksi di Propinsi Lampung saat ini cukup tinggi. Tanaman kayu ditebang dan diganti dengan tanaman pertanian dan perkebunan serta pemukiman. Penanaman

1) Pemerintah desa di larang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang di tetapkan dalam pereaturan desa. 2) Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa

Skripsi yang berjudul “Peranan Organisasi Petani Dalam Pendidikan Politik Kaum Tani di Indonesia (Studi Kasus: Organisasi Massa Petani STPHL- AGRA, Padang Halaban, Kecamatan Aek