• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE HYPNO-NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ( Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE HYPNO-NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ( Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODEHYPNO-NEURO LINGUISTIC

PROGRAMMINGTERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

( Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

BY

QORIATUL HAYATI

This experimental research aimed to find out the influenceness of guided Hypno-NLP learning model viewed by students’ mathematical comunication potency. The population of this research was all students of grade eighth of SMP IT Baitul Muslim Way Jepara even semester in the academic years of 2013/2014 students who was distributed into five classes (VIII A-VIII E). The samples were taken by purposive sampling and it was obtained that VIII E as experimental class and VIII B as control class. The design of this research was post-test only control design. The data of this research werethe score of students’ mathematical comunication potency which was obtained by test. Based on the results of data analysis, it was obtained that thestudents’mathematical comunication potency with Hypno-NLP learning was higher than conventional learning model. Thus, the implementation of Hypno-NLP learning model was influence viewed by students’ mathematical comunication potency.

(2)

PENGARUH PENGGUNAAN METODEHYPNO-NEURO LINGUISTIC

PROGRAMMINGTERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

( Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

QORIATUL HAYATI

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Hypno-NLP terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 145 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas (VIII A–VIII E). Sampel diambil dengan teknikpurposive samplingdan diperoleh siswa kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII B sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Data penelitian ini berupa skor kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh melalui tes. Hasil dari analisis data adalah kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran Hypno-NLP lebih baik dari pembelajaran konvensional. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Hypno-NLP berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

(3)

( Kasus Pada Siswa Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

QORIATUL HAYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

i Penulis bernama Qoriatul Hayati dilahirkan pada tanggal 8 Agustus 1990 di Desa Donomulyo, Kecamatan Bumi Agung, Kabupaten Bumi Agung, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara buah hati dari Bapak Ahmad Junaidi, M.Pd dengan Ibu Komariah

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Donomulyo, yaitu SD Negeri 1 Donomulyo pada tahun 2002, kemudian jenjang pendidikannya dilanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Sekampung, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di MAN 1 Metro pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Ujian Masuk Lokal (UML) Universitas Lampung 2008.

(8)

ii bidang SOSMAS. 2008–sekarang IKMAL (Ikatan Alumni Man 1 Metro) sebagai anggota. 2010 – 2012 menjabat sebagai Executive Assistant STC Lampung (Setia Training Centre). Pada tahun yang sama penulis juga pernah menjadi pengajar mata pelajaran matematika di MA Bahrul Ulum Natar . Pada tahun 2012 – 2013 , penulis pernah aktif dilembaga kepenyiaran sebagai penyiar di Aradio 101,1 FM dan lembaga Zakat DPU-DT. Bersama member FIM (Forum Indonesia Muda) Lampung penulis aktif di Rumah Belajar Lamda yang bertempat di Kabupaten Panjang, dan disana penulis bersama member FIM Lampung lainnya mengabdi kepada masyaraat pesisir yang terfokus pada pendidikan untuk anak-anak pesisir mulai tahun 2013. Aktifitas penulis pada tahun 2012Sekarang yaitu fokus padalembaga training dan pengembangan diri Rumah Kita yang penulis dirikan.Aktif di komunitas TDA (Tangan Di Atas) yaitu komunitas bisnis dan sosial. Aktif mengisi training baik training motivasi atau dibidang pendidikan seks dan self development sebagai konsultan dan terapis. Dengan menerapkan kemampuan hypnosis, NLP, SEFT, hand magical, dan graphology yang penulis pelajari di luar bangku kuliah.

(9)

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan curahan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah SWT limpahkan kepada Rasululllah Muhammad SAW beserta

keluarganya dan seluruh hamba Allah yang gigih memperjuangkan risalah-Nya.

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, kupersembahkan tulisan ini untuk :

Ayahku Tercinta . . .

Spesial saya hadirkan tulisan ini untuk Ayahanda tercinta. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus dan hangat menghiasi hari-hariku. Terimakasih atas

semua pengorbananmu. Semangat, nasihat, dan ilmu kalian telah memberikanku kekuatan hingga dapat kubangun cinta, citra dan citaku..

Semoga Allah SWT memberikanku kesempatan dan kemampuan untuk menjadi anak solehah dan kebanggaan yang berbakti padamu. Aamiin

Adik-adikku, beserta keluargaku tercinta . . .

Semangat dan cinta kalian adalah motivasi terbesar bagiku. Terimakasih...

Sahabat-sahabatku tercinta . . .

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan kita dalam satu ruang dan waktu yang sama. Semoga bisa bertemu di puncak kebahagiaan dan kesuksesan. Salam

Cinta untuk kalian semua.

Almamaterku Tercinta . . .

(10)

Tidak ada urusan yang sampai mendatangkan masalah yang hadir karena manusia yang tidak bisa di selesaikan dengan cara Allah.

Dan tidak ada pula urusan yang sampai mendatangkan masalah yang di hadirkan oleh Allah melebihi batas kemampuan manusia itu sendiri.

(Qoriatul Hayati)

Mati sebelum mati adalah ia yang hidup namun saat hidupnya ia tidak menghasilkan karya. Hidup dalam kematian adalah ia yang mati namun karyanya

dapat dirasakan oleh orang-orang yang hidup.

(Qoriatul Hayati)

(11)

i Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah swt. yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Muhammad saw., semoga makin menginspirasi kita untuk melakukan kebaikan setiap hari dalam kehidupan ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Setiap perjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari nasihat dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1) Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2) Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

(12)

ii masukan, motivasi, dan kritikan dalam penyelsaian skripsi.

5) Dr. Haninda Bharata, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik penulis. 6) Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7) Bapak Riswanti, S.Si., selaku Kepala SMP IT Baitul Muslim Way Jepara

Lampung Timur beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penelitian.

8) Ibu Dwi Nuryani, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran Matematika sekaligus guru pembimbing penelitian skripsi di SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur.

9) Siswa-siswi Kelas VIII SMP IT Baitul Muslim Way Jepara Lampung Timur khususnya kelas VIII E dan VIII B yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

10) Ayahanda Ahmad Junaidi, M.Pd. Alm. Ibunda Komariah, Ibunda Trisnawati, adik-adikkuIsa Anshori, Mahmud Arifandi, Riza Ahmad dan Kamilatunnisa, dan keluarga besarku, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya. 11) Sahabat-sahabatku rumah nomor 25 B, Eva Yulianti, Isah Nur Chasisa dan

Yunita Bahati..

12) Teman-teman seperjuanganku di Math Edu 2008 Reguler dan Mandiri: Ratna wulandari “akhirnya, hahahaha” Desi, Ayu, April. Tutik, Susi, bu Rini, Dwi

“maisali”, Tha2, om Adhi, Taufik “papay”, Mulyanah “Nay”, yayang Dila,

(13)

iii

Endah, tante Amel, Asep, Elva, Martono “mete”, Radit, Mahardika, Agung,

Nyoman, Dina Masreni, Arif, Alvi, dan teman-teman 2008 Reguler. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin.

13) Rekan-rekan PPL MA Hidayatul Mubtadiin Barat dan KKN Tematik Unila 2010.

14) Keluargaku di Rumah Kita : Ayu, Fadilla, Harry, Bertha, Eva, Ari, Hary, Imbas, Desnida, Nikmah, Farhan.

15) Saudari saudari ku IKAM LAMTIM 2011-2012, Ibnu, Fadila, Budi, Neneng, faruq, Ferdi, Pandu, Kak Afandi Echa, Isnaini, Teki, Kristi, Trian, Neneng, Rose, Aan, Aldino, Agung Ardiansyah, Imam, Adit, dll.

16) Saudari saudari ku Dewan Pembina IKAM LAMTIM 2011-2012, kak Umam, kak Slamet, Kak Afrinal, kak Bukhori, Mbak Asiyah, Mbak Agris Savitri. 17) Penasehat, teladan dan guruku, Kak Zaki Senafal, Kak Deni, Bang Gess, Teh

Indari, Kak Wahono, Kak Fery, Bunda Tatty Elmir dan Ayah Elmir.

(14)

iv (Universitas Islam Al-Azhar Mataram), Ardiles (Universitas Negeri Padang) Asti Kumala Putri (Universitas Andalas), Aufar Kari (Nanyang Technological University), Azhar Nasih Ulwan (Universitas Negeri Yogyakarta), Azmul (Universitas Andalas), Azzam (UGM), Dan Tri (Jambi), Deny (Padang), Dewanty (Sumatra Utara), Dwi Yusmi (Mulawarman), Dziah (Sumatra Utara), Edwina (Sepuluh November), Elis (Brawijaya), Erlangga (ITB), Fykri (Andalas), Fathima (Andalas), Fitra (Padang), Hamid (Andalas), Hamid (Andalas), Harfa (Padang), Haryani (Jambi), Husni (Padang), Hedia (Jambi), Darma (Sriwijaya), Idris (UI), Ismail (Unhas), Jhon (Nusa Cendana), Lisfa (UNJ), Masayu (Unsri), Maya (Brawijaya), Zulfikar (Diponegoro), Yosa (Riau), Sauqina (Lambung Mangkurat), Roswita (NTU Singapura), Rahmad (Gorontalo), Rino (Malaysia), Misbahul Jannah (Malaysia)

19) Saudara-saudariku FIM LAMPUNG, Kak Tian, Chandra, Nisa, Indah, Desi, Kak Asrul, Kak Jarwo, Hengky, Chofi, Ismet, Kak Adi, Winda, Kak Hendro, Aan, Elsa, Eva, mbak Atikah, Yessi, Anggi.

20) Saudara-saudariku dan adik-adikku di Rumah Belajar Lamda : Hery, Mely, Bella,

21) Saudara-saudariku STC LAMPUNG : Vivi, Mbak Moel, Kak Aan, Kak Lehan, Mbak Nurul A, Mbak Nurul B.

(15)

v 24) Saudara-saudariku di TDA Lampung : Bang Jack, Diah, Ummi Nana, Alif, Ayang, Bang Aljash, Binti, Tia, Toni, Bang Zul, Iqbal, Kak Wahyu, Mas Wahyu, Bang Utcok.

25) Rekan-rekan tim penulis buku barisan para mantan yang saya banggakan, terimakasih untuk kekocakannya.

26) Saudara-saudariku di GUA Indonesia : Euis, Nisa, Ridha, Rika, Rona. Adib, Nurul, Andina, Risa, Dimas, Nadya, Agus, Renita, Fatinah, Nabilah, Adik. 27) Saudara-saudariku IKMAL alumni MAN 1 Metro, Chandra, Suniah,

Ma’rufah, Diah, Aldica, Amin, Asis, Asri Yusriah, Az Hari, Dewi, Hudha,

Yanti, Fadila, Idris Affandi,Nasrul Huda, dll.

28) Saudara-saudariku Alumni SMP N 2 Sekampung : Anggara, Eka, Reza, Zuhri, Octa, Amelia, Desty, Kartika, Oki, Santoso, Ninuk, Alm Septian, dll. 29) Saudara saudari seperjuangan ku di Aradio 101,1 FM : Afri, Kak Ikhsan,

Dimas, Kak Hadin, Ade, Riza, Teteh, Herdiani, Kak Jarwo, Jamila, dll.

30) Saudara saudari seperjuangan ku di Radio Neo Harmonis 101,1 FM : Bang Bill, Mbak Wita, Ardi, Parias, Rika, Roshid, Mbak Echa.

31) Rekan-rekan inspirasi : Kak Amiend, Kak Irul, Kak Adi, Teh Indari, Teh Pipit. 32) Para praktisi hypnosis dan hypnoterapi

33) Alumni training saya dari sabang sampai merauke

(16)

vi Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung Penulis

(17)

x DAFTAR TABEL...

DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 14

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika... 14

2. Pengaruh ... 18

3. Kemampuan Komunikasi Matematis... 19

4. Hypnosis, Hipnotis, dan hipnotisme ... 28

5. Neuro Lingustic programming... 35

6. Strategi Pembelajaran dengan PendekatanHypno-NLP... 37

7. Proses Pembelajaran dengan PendekatanHypno-NLP... 43

(18)

xi

C. Anggapan Dasar... 61

D. Hipotesis Penelitian ... 62

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 63

B. Desain Penelitian ... 64

C. Prosedur Penelitian ... 64

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 66

1. Data Penelitian... 66

2. Teknik Pengumpulan Data ... 66

E. Instrumen Penelitian ... 66

1. Validitas... 69

2. Reabilitas Tes ... 70

F. Teknik Analisis data ... 71

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas... 73

3. Uji Hipotesis ... 74

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 77

B. Pembahasan ... 83

(19)

xii 3. Analisi Kelebihan dan Kekurangan ... 92

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 93 B. Saran ... 94

(20)

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan antara Otak Sadar dan Bawah Sadar ... 35

2.2 Penerapan TeknikCancelUntuk Guru ... 50

2.3 Penerapan TeknikReplaceUntuk Guru ... 61

2.4 Penerapan TeknikAffirmUntuk Guru ... 51

2.5 Penerapan TeknikFocusUntuk Guru... 52

3.1 Desain Penelitian ... 64

3.2 Pemberian Skor Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68

3.3 Kriteria Reliabilitas ... 71

3.4 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis... 73

3.5 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 74

4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-Rata Skor, dan Simpangan Baku ... 77

4.2 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 78

4.3 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika (Lanjutan) ... 79

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis... 80

(21)

viii

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

Silabus ... 102

A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 107

A.2 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 154

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 190

B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post-test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa... 229

B.2 Soal Post-test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa... 246

B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test Kemampuan Komunikasi Matematis ... 261

B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 270

B.5 Form Validasi Tes Tes Kemampuan Komunikasi Matematis. ... 272

(22)

ix Matematis Siswa... 275 C.2 Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Eksperimen ... 276 C.3 Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol.... 277 C.4 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa pada Kelas Eksperimen... 278 C.5 Uji Normalitas Data Skor Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa pada Kelas Kontrol ... 282 C.6 Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 261 C.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa... 262 C.8 Analisis Indikator Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 264 C.9 Analisis Indikator Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 265 C.10 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 266 C.11 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi

MatematisSiswa Kelas Kontrol ... 267

(23)

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini tidak dapat dipungkiri berdampak pada perubahan di seluruh aspek kehidupan, khususnya terhadap kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Berdasarkan data dalam UNESCO (2011) melaporkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI ini diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu: (1) angka partisipasi pendidikan, (2) angka melek huruf pada usia 15 tahun, (3) angka partisipasi menurut kesetaraan gender, (4) angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar. Pada EDI dikatakan tinggi jika menjapai 0,95–1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah berada pada angka di bawah 0,80. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan yang ada di Negara itu. Upaya mencerdaskan bangsa sesuai dengan Tujuan Nasional Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidikan.

(24)

membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, adalah sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa pendidikan itu perlu direncanakan dan diusahakan secara sadar agar para generasi bangsa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Salah satu mata pelajaran yang dapat mendukung hal tersebut adalah matematika. Oleh karena itu, guru dituntut untuk meningkatkan kualiatas pembelajaran matematika yang dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membantu proses pembangunan dalam bidang pendidikan.

(25)

Matematika merupakan bahasa, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu untuk berfikir, alat untuk menemukan pola, tetapi matematika juga sebagai wahana komunikasi antar siswa dan komunikasi antara guru dengan siswa. Dalam matematika, berkomunikasi mencakup ketrampilan serta kemampuan untuk membaca, menulis, menelaah dan merespon suatu informasi.

Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Sebagaimana dikatakan Syaban (2008) bahwa komunikasi matematika merupakan refleksi pemahaman matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. Jadi dalam pembelajaran matematika, ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa, ataupun siswa secara aktif mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide, berbicara atau mendengarkan siswa lain dalam berbagi ide, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan, atau sedang terjadi komunikasi matematika.

(26)

keterampilan dalam memecahkan masalah dari berbagai bidang yang relevan, baik dengan bidang matematika itu sendiri maupun dengan bidang di luar matematika, serta keterampilan dalam menyajikan hasil-hasil yang diperoleh setelah proses pembelajaran.

Namun kasus yang sering ditemukan adalah siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Seperti yang diungkapkan oleh Turmudi, (2008:1) yang mengemukakan bahwa bertahun-tahun telah diupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik oleh ahli pendidikan dan ahli pendidikan matematika. Namun, hasilnya masih menunjukkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap kelasnya. Banyaknya siswa yang tidak menyukai matematika diduga disebabkan oleh kesulitan memahami matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2009 : 3) yang mengemukakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa.

(27)

jarang siswa yang bertanya maupun menjawab apa yang diinformasikan oleh guru. Apabila siswa terlibat aktif dalam proses belajar, mereka akan lebih mampu membangun gagasan, ide, dan konsep matematika. Sehingga siswa akan memiliki konsep atas topik matematika tersebut. Selain itu, mereka juga dapat mengembangkan kemampuannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya kemampuan komunikasi matematis untuk dapat dikuasai oleh siswa. Kemampuan tersebut akan terbentuk dengan adanya interaksi yang aktif antara guru dengan murit, dan murit dengan murit. Terciptanya interaksi yang aktif tersebut tidak lepas dari peran motor penggerak utama dalam proses belajar mengajar dan proses transfer komunikasi yang terletak pada guru.

Menurut Purwanto (2006: 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak sangat mempengaruhi hasil akhir proses pembelajaran terutama kemampuan komunikasi matematis siswa. Sementara itu, beberapa guru tidak memperhatikan aspek kelengkapan pembelajaran sehingganya dapat membuat sisiwanya merasa jenuh dalam belajar. Aspek-aspek tersebut meliputi, kesiapan materi, kesiapan komunikasi, kesiapan metode, dan kesiapan kecakapan personal.

(28)

mengemas materi pelajaran ke dalam cangkupan yang sesuai dengan kurikulum dan daya tangkap siswa. Penguasaan ini merupakan dasar kemampuan dalam melakukan proses pembelajaran. Guru yang menguasai materi pelajaran dan pandai dalam menyampaikannya, akan sangat membantu siswa dalam belajar dan menguasai materi tersebut. Sebaliknya, apabila guru kurang mampu menyampaikannya, proses pemblajaran yang berlangsung akan terkesan monoton dan tidak menarik, sehingga para siswa lebih memilih untuk asik dengan dirinya masing-masing.

(29)

Dari uraian di atas , dapat dilihat bahwa kewajiban guru yang utama terhadap siswanya adalah berusaha untuk menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru sebaiknya menghindari sikap yang bisa membuat suasana pembelajaran menjadi tidak nyaman bagi siswa. Selain menyenangkan, guru juga berkewajiban untuk merencanakan proses belajar yang bermakna bagi siswa sehingga segala sesuatu yang diperoleh siswa dapat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam pembelajarn matematika dibutuhkanlah metode pembelajaran yang mampu membawa kehidupan nyata di dalamnya. Metode pembelajaran tersebut adalah metode kontekstual. The Washington State Consodium for Contextual Teaching and Learning (2001 : 3) merumuskan definisi pembelajaran kontekstual sebagai pembelajaran dimana siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah real yang berasosiasi dengan peranan dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, siswa, dan selaku pekerja.

(30)

sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa..

Hypno-neuro linguistic programmingatauhypno-NLP adalah penggunaan metode hypnosis dan neuro linguistic programming dalam pembelajaran. Karena salah satu metode untuk dapat merubah tingkat respon anak dari tidak suka menjadi suka, dari mengerikan menjadi menyenangkan, dari respon negatif menjadi respon positif, dari malas menjadi semangat adalah dengan menggunakan hypnosis dan dipadukan dengan penerapan metodehypno-NLP selama proses belajar mengajar berlangsung. Hypnosis menurut Hakim (2010 : 3) adalah sebuah kondiri relaks, fokus, dan konsentrasi. Ciri khas dari kondisi ini adalah seluruh sensor-sensor panca indra jauh lebih aktif. Itulah mengapa dalam kondisi hypnosis seringkali terjadi fenomena diluar nalar manusia. Sedangkan NLP menurut Yuliawan (2010 : 6) adalah perlakuan pemrogramanneuro(saraf), menggunakan keahlianlinguitic (berbahasa). Sehingga secara tidak langsung metode ini akan menjadi salah satu cara percepatan siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya.

(31)

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode hypno-neuro linguistic programming berpenguh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?”,

Pertanyaan yang dapat dijabarkan dari rumusan masalah di atas adalah :

Adakah pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode hypno-neuro linguistic programming daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metodehypno-neuro linguistic programming terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(32)

dengan menggunakan metode hypno-neuro linguistic programming yang terkait dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, dapat menjadi saran bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, dan pengetahuan peneliti terkait dengan pengaruh penggunaan metode hypno- neuro linguistic programming terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran kontekstual. Serta, sebagai refrerensi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa.

2) Bagi guru penelitian ini dapat menjadi masukan tentang penggunaan metode hypno-neuro linguistic programming dan aplikasinya dalam pembelajaran matematika sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran matematika. 3) Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

upaya pembinaan guru agar mampu memberikan variasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan matematika.

4) Bagi siswa, meningkatkan kemampuan matematisnya, menumbuhkan kecintaan terhadap pelajaran matematika dan menumbuhkan semangat serta kerja sama dalam belajar matematika

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah :

(33)

metode hypno-neuro linguistic programming mengalami perubahan yang baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional.

2. Hypno-Neuro Linguistic Programming (NLP) merupakan metode pembelajaran yang diawali dengan memberikan simulasi positif dan relaksasi kepada siswa. Proses ini akan membawa siswa pada pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Tahapan dari metode ini menurut Wong dan Hakim (2010) adalah :

1) Pre Induction : yakni proses mempersiapkan siswa suatu situasi dan kondisi yang kondusif antara guru, peserta dan lingkungan, untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam belajar.

2) Induction : yakni proses membawa siswa berada dalam kondisi hipnosis dengan memberikan sugesti positif dan motivasi.

3) Deepening : yakni proses membawa siswa berada dalam kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi dengan memberikan sugesti positif, relaksasi dan imajinasi.

4) Depth level testadalah proses untuk menguji tingkat kedalaman hypnosis. Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah saran dan perintah guru dapat diterima oleh siswanya

5) Suggestion atau Programming : yakni proses transfer informasi berupa : (1) penyampaian materi, (2) pengerjaan tugas, (3) diskusi, (4) tanya jawab, dan isa juga berisi pertintah positif untuk dilaksanakan okeh siswa

(34)

7) Post Hypnotis : proses penutup kegiatan belajar mengajar dengan kembali memberikan sugesti positif

3. Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis

Untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari indikator-indikator kemampuan komunikasi matematisnya. Indikator komunikasi matematis yang akan diukur pada penelitian menurut Depdiknas (2004:6) yang sesuai dengan jenjang pendidikan setingkat SMP adalah :

1) Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkret, grafik, dan metode-metode aljabar.

2) Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika. 3) Mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-aturan

definisi matematika.

4) Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk menginterpretasi dan mengevaluasi suatu ide matematika.

(35)

6) Mengapresiasi nilainilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan -aturannya dalam mengembangkan ide matematika.

Indikator komunikasi matematis yang akan diukur pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan menulis (written texts) dengan indikator kemampuan komunikasi tertulis yang dikembangkan sebagai berikut:

1) Kemampuan menyatakan, mengekspresikan, dan melukiskan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar atau model matematika lain.

2) kemampuan menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika.

3) Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide.

(36)

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika

Hamalik (2001:29) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran akan bermakna jika didukung dengan adanya kegiatan belajar siswa. Belajar bukan suatu tujuan, tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Belajar pada hakikatnya merupakan suatu aktifitas yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi, perseptual, dan proses internal. Beberapa ahli yang mendefinikan pengertian belajar diantaranya ,

1) Gagne (Slameto, 2003:13) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.

(37)

oleh Anthony Robbins (Trianto, 2009:15) yang mendefinisikan bahwa belajar sebagai proses menciptakan hubungan antar sesuatu (pengetahuan yang baru). Siswa akan menemukan pengetahuan baru apabila ia aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa dipandang memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan baru tersebut berdasarkan proses interaksi terhadap pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa belajar adalah suatu aktivitas interaktif yang dilakukan oleh individu dengan melibatkan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Bila belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman, maka pembelajaran menurut Fontana (Suherman, dkk , 2003:7) merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Pembelajaran (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003) adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Erman (2003:9) pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruktivisme. Sehingga pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Pembelajaran juga dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Beberapa definisi dari pembelajaran juga dijelaskan oleh Suherman, dkk (2003: 8) yaitu sebagai berikut :

(38)

2) pembelajaran dalam konsep komunikasi adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.

Bila pembelajaran berkaitan dengan pembangunan proses belajar maka pembelajaran matematika adalah proses membangun pengetahuan matematika. Nicson (Rusdy, 2004) mengatakan bahwa proses pembelajaran matematika merupakan pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika berdasarkan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi. Dua prinsip utama dalam pembelajaran menurut teori belajar konstruktivistik (Budiningsih , 2008:58) yaitu : (1) pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa, (2) fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki siswa. Kedua prinsip tersebut menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya.

Ciri-ciri pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivistik menurut Hudojo (Rusdy , 2004) adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar dilakukan melalui proses pembentukan pengetahuan.

2) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya pemberian masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara.

3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep matematika melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.

(39)

lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa.

5) Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

6) Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi menarik dan siswa lebih semangat untuk mempelajarinya.

Menurut Suherman, dkk (2003:57) dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Selanjutnya, dengan abstraksi tersebut para siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).

Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah telah diatur dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dapat ditemukan dalam dokumen KTSP bahwa pembelajaran matematika memiliki tujuan sebagai berikut,

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

(40)

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Berdasarkan uraian tentang belajar dan pembelajaran matematika di atas, maka dapat diartikan bahwa belajar matematika merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun pengetahuan matematika, sedangkan pembelajaran matematika berarti membangun pengetahuan matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa akan mampu mengkonstruksi suatu pengetahuan baru berdasarkan proses interaksi terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 849), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengertian pengaruh yang lainnya disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya :

(41)

2) Nurcahyanti (2011) mengatakan bahwa pengaruh didefinisikan sebagai hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua hal. Sehingga, pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi atau mengubah yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain sebagai hubungan sebab-akibat.

Pengaruh dapat dilihat dari ada atau tidaknya perubahan. Artinya, suatu daya dikatakan memberikan pengaruh ketika mampu mengubah keadaan menjadi berbeda dari sebelumnya. Ada dua jenis pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dikatakan sesuatu berpengaruh positif jika sesuatu tersebut memberikan perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya dan berpengaruh negatif jika sebaliknya.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

1) Komunikasi Matematis

Menurut Roger dan Kincaid (Bandhi, 2009), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu dengan lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam, sedang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dikatakan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

(42)

partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan in-formasi dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematika. Depdiknas (2001: 8) menyatakan bahwa mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis dan efisien.

Suderadjat (2004:44) berpendapat bahwa komunikasi matematis memegang peranan penting dalam membantu siswa membangun hubungan antara aspek-aspek informal dan intuitif dengan bahasa matematika yang abstrak yang terdiri atas simbol-simbol matematika serta antara uraian dengan gambaran mental dari gagasan matematika. NCTM (2000:268), menyatakan bahwa :

In classrooms where students are challenged to think and reason about mathematics, communication is an essential feature as students express the results of their thinking orally and in writing”.

“Komunikasi merupakan suatu tantangan bagi siswa di kelas untuk mampu

berpikir dan bernalar tentang matematika yang merupakan sarana pokok dalam mengekspresikan hasil pemikiran siswa baik secara lisan maupun

tertulis”

NCTM (2001:213) juga berpendapat tentang komunikasi matematis sebagai berikut :

“Mathematical communication means that one is able to use its vocabulary, notation, and structure to express and understand ideas and relationships. In this sense, mathematical communication is integral to knowing and doing

mathematics”

“Komunikasi matematis merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan kosakata, notasi, dan struktur matematika untuk menyatakan dan memahami ide-ide serta hubungan matematika”

(43)

a. Dunia nyata, antara lain ukuran dan bentuk lahan dalam dunia pertanian (geometri), banyaknya barang dan nilai uang logam dalam dunia bisnis dan perdagangan (bilangan), ketinggian pohon dan bukit (trigonometri).

b. Struktur abstrak dari suatu sistem, antara lain struktur sistem bilangan (grup, ring), struktur penalaran (logika matematika), struktur berbagai gejala dalam kehidupan manusia (pemodelan matematika).

c. Matematika sendiri yang merupakan bentuk komunikasi matematika yang digunakan untuk pengembangan diri matematika.

Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup keterampilan atau kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing, dan wacana (discourse). Peressini dan Bassett (NCTM, 2005:63) berpendapat bahwa dengan komunikasi matematika maka tingkat kemampuan pemahaman siswa tentang konsep dan aplikasi matematika dapat lebih mudah dipahami. Ini berarti, dengan adanya komunikasi matematika guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Lindquist (NCTM, 2001:71) berpendapat,

“Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan assessment

matematika.”

(44)

penentuan apakah siswa sudah paham terhadap konsep-konsep matematika yang telah dipelajari selama kegiatan pembelajaran

Suderadjat (2004:44) berpendapat bahwa komunikasi matematika memegang peranan penting dalam membantu siswa membangun hubungan antara aspek informal dan intuitif dengan bahasa matematika yang abstrak, yang terdiri atas simbol-simbol matematika, dan uraian dengan gambaran mental dari gagasan matematika. Komunikasi matematika ini meliputi persoalan dalam skala kecil, yaitu penggunaan simbol dengan tepat dan persoalan dalam skala besar, yaitu menyusun argumen suatu pernyataan secara logis .

Menurut Sumarmo (Satriawati , 2003:110), komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:

a. Merefleksikan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika b. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tertulis,

konkrit, dan grafik.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

(45)

Selanjutnya menurut Greenes dan Schulman (Azizah , 2007:21) , komunikasi matematika adalah kemampuan untuk :

a. menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda,

b. memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual

c. mengkonstruksi menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.

Menurut Sullivan & Mousley (Ansari , 2003), komunikasi matematika bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari.

Adapun aspek-aspek untuk mengungkap kemampuan komunikasi matematika siswa menurut Wihatma (2004) antara lain sebagai berikut:

(46)

b. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika. Model matematika merupakan abstraksi suatu masalah nyata berdasarkan asumsi tertentu ke dalam simbol-simbol matematika. Menurut CSU Monterey Bay (2006) kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika tersebut misalnya mampu untuk menyatakan suatu soal uraian ke dalam gambar-gambar, menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah, dan memberikan permisalan atau asumsi dari suatu masalah ke dalam simbol-simbol.

c. Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan. Menurut Wardhani (2006:9), kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan ini berupa kemampuan menyampaikan ide-ide atau gagasan dan pikiran untuk menyampaikan masalah dalam kata-kata, menterjemahkan maksud dari suatu soal matematika, dan mampu menjelaskan maksud dari gambar secara lisan maupun tertulis.

Untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari indikator-indikator kemampuan komunikasi matematisnya. Indikator komunikasi matematis yang akan diukur pada penelitian menurut Depdiknas (2004:6) yang sesuai dengan jenjang pendidikan setingkat SMP adalah :

a. Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkret, grafik, dan metode-metode aljabar.

(47)

c. Mengembangkan pemahaman dasar matematika termasuk aturan-aturan definisi matematika.

d. Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk menginterpretasi dan mengevaluasi suatu ide matematika.

e. Mendiskusikan ide-ide, membuat konjektur/prediksi, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.

f. Mengapresiasi nilainilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan -aturannya dalam mengembangkan ide matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematika terjadi ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide mereka, menulis, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide sehingga terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan baik secara lisan maupun tulisan. Informasi tersebut berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu permasalahan, sehingganya dari kesimpulan tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk:

a. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, atau ide-ide matematika;

(48)

c. Menggunakan keahlian membaca, menulis, dan menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika;

d. Merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

2) Jenis-jenis Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Wood (2011) dalam mengembangkan kemampuan komunikasi matematis, ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu speaking (Berbicara) dan writing (Menulis). Speaking menurut Wood (2011) dalam hal ini meliputi : (1) presenting seminars,(2)talking with colleagues and management, (3)negotiating and selling ideas. writingmeliputiinformal writingdanformal writing

Pada Presenting seminars, ide matematika dapat dikombinasikan antara kemampuan mendengar dan berbicara dengan struktur semi formal, kemudian siswa juga mendiskusikan suatu wacana termasuk dengan kemampuan membaca. Sedangkan talking with colleagues and management mengacu pada komunikasi lisan sesama teman sekelompok dalam menyelesaikan suatu wacana. Selanjutnya pengertian dari negotiating and selling ideas adalah bekerjasama dan negosiasi dengan kelompok kecil dan mendiskusikan sesuatu masalah yang dianggap sulit, berbicara tentang ide matematika dan bagaimana memberikan ide sehingga menghasilkan pembuktian yang sederhana kemudian mengkomunikaskan hasil yang telah didapatkan dalam presentasi kelas.

(49)

mereka beberapa pengalaman dalam komunikasi lisan dan tulisan. Lopatto (2003:141) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi ada tiga, yaitu : (1) kemampuan komunikasi lisan (skill at oral communication), (2) kemampuan komunikasi tulisan (skill at written communication), (3) kemampuan komunikasi melihat (skill at visual communication).

Komunikasi yang diukur oleh peneliti adalah komunikasi matematis tertulis yang meliputi kemampuan menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan menulis (written texts) . Alasan peneliti mengambil komunikasi matematis tertulis karena peneliti dapat mengukur kemampuan siswa sesuai indikator yang ada, hemat dari segi waktu karena penilaian dapat dilakukan secara bersamaan, sedangkan pada komunikasi matematis lisan peneliti hanya melihat dari keaktifan siswa dikelas, karena keterbatasan waktu untuk melakukan penilaian terhadap masing-masing siswa. Oleh karena itu, indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. kemampuan menyatakan, mengekspresikan, dan melukiskan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar atau model matematika lain.

b. kemampuan menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika.

c. kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide.

(50)

4. Hypnosis,Hypnotis,Hypnotisme

1) Pengertian

Dalam bukunya Farida dan Mukhlis (2011:3) menjelaskan bahwa hypnosis berasal darikata hypnos.Hypnos merupakan nama dewa tidur dari yunani. Secara istilah hypnosis adalah mensugesti, sedang secara definisi hypnosis adalah seni komunikasi untuk memengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadaranya dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpha dan theta. Kata ini pertama kali digunakan oleh James Braid (1795-1860) seorang dokter ternama di Inggris yang mengungkapkan bahwa kondisi hypnosis adalah ketika seseorang enjadi relaks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari saat proses pengajaran ketika diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

(51)

Hypnosismemiliki pengertian yang berbeda dari hypnotis. Namun beberapa orag beranggapan, bahwa pengertian dari keduanya adalah sama. Dalam bukunya Wong dan Hakim (2010:2) menjelaskan bahwa hypnosis berbeda maknanya dengan hypnotis. Karena hypnotis berarti pelaku kegiatan hypnosis atau orang yang menggunakan hypnosis dalam kegunaan apapun. Sementara itu, kata hypnotisme yang berasal dari kata hypnotism yang bisa diartikan sebagai segala sesuau yang berkaitan dengan kegiatanhypnosis.

Terkait dengan cara kerja hipsosis, menurut John Kihlstrom (Wong dan Andry, 2010:5) mengatakan bahwa :

The hypnotist does not hypnotize the individual. Rather, the hypnotist serves as a sort of coach or tutor whose job is to help the person become hypnotized”.

“Hypnotis (pelakuhypnosis) tidak menghypnosisseseorang. Melainkan, sang hypnotis bertindak sebagai pemandu yang membantu orang tersebut untuk masuk dalam kondisihypnosis

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara kerja hypnosis sangat bergantung pada kesiapan dan kerelaan dari orang yang akan menjadi objek hypnosis.

2) Gelombang Otak

(52)

otak tidak lagi mengeluarkan gelombang otak, maka kita tahu bahwa otak tersebut telah mati.

Gelombang otak bisa diukur dengan peralatan Electroencephalograph (EEG). Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz (hertz). Arter (100:2014) menjelaskan bahwa frekwensi otak manusia berbeda-beda untuk setiap fase sadar, rileks, tidur ringan, tidur nyenyak, trance, panik, dan sebagainya. Frekwensi otak akan selalu berbeda sesuai kondisi pikiran dan fisik seseorang. Diketahui bahwa frekuensi gelombang otak yang dihasilkan oleh neuron bervariasi dan digolongkan menjadi Gamma, Beta, Alpha, Tetha, Delta. Akan tetapi selalu ada jenis Gelombang Otak yang dominan, yang menandakan aktivitas otak saat itu. Misalnya jika kita tertidur, maka Gelombang Otak yang dominan adalah Delta. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai karakteristik lima jenis gelombang otak yang umumnya muncul pada setiap orang. a. Alpha ( 8 hz–12 hz )

(53)

mimpi yang bisa Anda ingat, tergantung kualitas dan kuantitas gelombang Alpha pada saat Anda bermimpi. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. Gelombang otak Alpha juga terjadi ketika kita mengalihkan perhatian kita ke dalam, jauh dari urusan dan masalah realitas fisik sehari-hari. Gelombang Alpha dapat muncul dengan mata terbuka dan fokus pada satu tempat, namun bagi kebanyakan dari kita gelombang Alpha terjadi lebih mudah dengan mata tertutup (ketika mata tertutup maka kita lebih mudah untuk menghindari gangguan dari luar). b. Beta (di atas 12 hz atau dafri 12 hz s/d 20 hz)

Merupakan Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh. Anda berada dalam kondisi ini ketika Anda melakukan kegiatan Anda sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain di sekitar Anda. Frekwensi beta adalah keadaan pikiran anda sekaran ini, ketika Anda duduk dan membaca skripsi ini. Gelombang beta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang merupakan transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 hz -18 hz) yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya lowbeta (12 hz~15 hz). Gelombang Beta di perlukan otak ketika Anda berpikir, rasional, pemecahan masalah, dan keadaan pikiran di mana Anda telah menghabiskan sebagian besar hidup Anda.

c. Gamma (20 hz -40 hz)

(54)

yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan. Kondisi Gamma adalah kondisi dalam kesadaran penuh. Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for Acoustic Research) di atas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), yang merupakan geolombang-gelombang supernatural atau berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa.

d. Delta (0.5 hz–4 hz)

Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, yaitu dibawah 4 hz. Otak Anda menghasilkan gelombang ini ketika Anda tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase Delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuh Anda melakukan proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap. Berikut ini adalah gambar frekuensi gelombang otak Delta yang diukur dengan EEG. Gelombang Delta adalah gelombang yang paling rendah pada otak Anda, otak tidak akan pernah mencapai frekwensi 0 hz, karena jika otak Anda dalam kasus ini Anda akan mati! .

e. Theta ( 4 hz–8 hz )

(55)

hypnosis, meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyu.

Orang yang mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan Gelombang Otak (Brainwave) theta pada saat mereka latihan atau menyalurkan energinya kepada orang lain. Berikut ini adalah gambar frekuensi gelombang otak Theta yang diukur dengan EEG. Dengan latihan, kita dapat memanfaatkan Gelombang Otak (Brainwave) Theta untuk tujuan yang lebih besar, yaitu memasuki kondisi meditasi yang sangat dalam, namun, biasanya begitu Anda telah mencapai theta, Anda menjadi mudah tertidur. Disinilah alasan bahwa gelombang Alpha adalah keadaan utama untuk pemrograman pikiran bawah sadar Anda. Jika Anda ingin bereksperimen dengan meditasi melalui Gelombang Otak (Brainwave) theta, duduklah tegak untuk tetap sadar dan mencegah dari tertidur. Sedangkan gelombang otak Theta terjadi selama tidur, yang mana tidur itu disertai mimpi. Dengan gelombang ini, kita terhubung pada otak bawah sadar. Theta adalah pusat kreatif manusia, maka ketika kita sedang mimpi betapa kreatif mimpi kita dan penuh dengan kompleksitas emosional.

3) Pikiran Sadar (Consious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar (Subconsious mind)

(56)

Pikiran sadar manusia merupakan pikiran yang menggunakan akal sehat dan logika. Melalui pikiran ini, manusia berfikir secara sadar dan secara logis untuk menetapkan sesuatu atau memutuskan pilihan tertentu. Sebaliknya, pikiran bawah sadar merupakan pikiran yang menerima informasi yang telah dianalisis dan diterima oleh pikiran sadar secara semerta-merta. Pikiran bawah sadar tidak memikirkan alasan-alasan apa yang mendasari informasi tersebut, tidak menganalisis, dan hannya menerima informasi itu secara otomatis. Bagian ini berfungsi menyimpan memori jangka panjanng, emosi, kebiasaan, intuisi, kreativitas, dan kepribadian. Wong dan Hakim (2010:16) menjelaskan bahwa pikiran sadar berperan dalam menerima informasi yang masuk melalui pancaindra, kemudian menganalisis serta memutuskan respon apa yang dilakukan. Dari pikiran sadar, informasi dicerna untuk kemudian dianalisis, apakah informasi tersebut benar atau tidak. Jika informasi itu dianggap benar, informai itu akan diteruskan ke pikiran bawah sadar, lalu kemudian disimpan. Sebaliknya, jika informasi tersebut tidak benar maka tidak akan diteruskan kepikiran bawah sadar.

(57)

Dari penjelasan di atas kemudian Farida dan Mukhlis (2010:23) membedakan fungsi antara otak sadar dan bawah sadar manusia yang dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Perbedaan antara Otak Sadar dan Bawah Sadar

Otak Sadar Otak Bawah Sadar

Dapat menangani 7+/-12 bit informasi dalam satu saat

Dapat menangani 2,3 juta bit informasi dalam satu waktu

Berfikir berurutan Berfikir simultan dan bersamaan Mengutamakan pengalaman sekunder Mengutamakan pengalaman primer Sadar (gelombang otak Betha) Gelombang otak Apha, Tetha, Deltha Memandu gerakan sadar Memandu gerakan refleks

Mencoba mengerti masalah Mencari solusi otak sadar dan lewat interaksi gelom-bang otak

5. Neuro Linguistic Programming

(58)

Hubungan yang erat antara neuro (saraf) , linguistic (bahasa), dan pola perilaku tertentu dapat dikelola dan di-“manipulasi” untuk mencapai suatu tujuan khusus

dalam hidup. Yuliawan (2002:6) dalam menjelaskan dengan sederhana tentang definisi NLP yakni perlakuan pemrograman saraf (neuro) menggunakan keahlian berbahasa (linguistic). Ketiga komponen yaituneuro, linguistic,danprogramming memiliki peran vital dalam menghasilkan pengalaman manusia. Sistem neurological mengatur bagaimana tubuh kita berfungsi, bahasa menentukan bagaimana kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, program menentukan jenis model dunia yang kita ciptakan. Singkatnya, NLP menjelaskan dinamika fundamental antara pikiran (neuro) dan bahasa (linguistic), serta bagaimana keduanya mempengaruhi tubuh dan perilaku kita (programming).

(59)

6. Strategi Pembelajaran dengan MetodeHypno-NLP

1) Pengertian

Pembelajaran dengan metode Hypno-NLP adalah penerapan proses pembelajaran dengan menggabungkan teknik Hypnosis dan NLP. Yustisia (2012:69) menjelaskan bahwa metode hypno-NLP dalam pembelajaran berarti suatu upaya menurunkan frekuensi gelombang otak sehingga para siswa menjadi relaks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran, serta mampu merubah pola berfikir siswa dalam belajar dan berbahasa.

(60)

Ketika siswa berada pada gelombang otak alpha, saat itu guru memasukkan affirmasi positif atau sugesti positif kepada pikiran bawah sadar siswa. Affirmasi adalah ucapan-ucapan positif untuk mengantikan nilai-nilai negatif dalam pikiran bawah sadar. Ada beberapa pantangan dalam membuat affirmasi: misalnya tidak boleh mengunakan kata "akan", dan kata-kata bermakna negatif seperti "tidak", "jangan", “bukan”dan lain sebagainya.

Metode pengajaran Hypno-NLP secara mendasar adalah metode terapi dengan penerapannya yang luas, yaitu dengan memberikan pengajaran bagaimana orang menggunakan otaknya. Dipelajari proses otak bekerja sehingga ketika seseorang mengetahui apa yang bisa dilakukannya, maka sangat dimungkinkan untuk menggunakannya secara optimal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih luas. Berbeda dengan pelatihan yang lain, pelatihan NLP melibatkan perasaan, feeling dan emosi. NLP membantu untuk mentransformasikan perasaan-perasaan lemah menjadi perasaan yang penuh kekuatan. Membantu mengubah ingatan usang tentang citra diri yang gagal menjadi citra baru yang positif. Banyak manfaat dan kegunaan dari metodehyonosisdan NLP yang selanjutnya disebut dengan hypno-NLP dalam penerapannya pada proses pembelajaran. Seehingga peneliti tertarik untuk mengkajinya lebih dalam, mengingat secara definisi dan penerpan kedua teknik tersebut saling berkaitan.

2) Hubungan Komunikasi denganHypno-NLP

(61)

(kinesthetic), penciuman (oldfactory), dan pengecapan (gustatory) atau disingkat VAKOG. Khususnya pada tiga indera pertama, yaitu visual, auditori, dan kinesthetic (VAK), dengan indera inilah jika diibaratkan manusia itu komputer, maka ketiga indera tadi merupakan pnya sebagai channel masuknya informasi ke dalam prosesor, yang kemudian diolah atau disimpan dalam memori.

Manusia pada dasarnya memiliki karakter yang unik, sehingga dengan keunikan tersebut menyebabkan preferensi komunikasi setiap orang berbeda. Ada yang cenderung menggunakan visual, atau auditori, atau kinestetiknya yang lebih dominan. Jika seorang murid memiliki referensi visual, sementara guru menyampaikan informasi cenderung mengandalkan auditori, maka komunikasi antara guru dan siswa tidak tersambung atau informasi tidak bisa diserap dengan baik. Maka penting guru memahami esensi dan mengenal referensi komunikasi murid, yang menentukan gaya menyerap informasi (dalam hal ini berarti gaya belajar) murid. Dalam arti guru harus mengenali dan memahami gaya belajar murid yang beragam (dalam satu kelas) dan menyesuaikan cara penyampaian informasi yang tepat, sehingga setiap murid yang memiliki keunikan gaya belajarnya terlayani secara proporsional.

(62)

visual adalah bagaimana bahasa tubuh si pembicara yang dilihat dari ekspresi muka, penggunaan gerakan tangan dan sebagainya. Ketiganya apabila dipergunakan secara sinergis akan melipatgandakan kekuatan pesan, sedangkan jika tidak sinergis akan membuat pesan menjadi hilang kekuatan sama sekali. Titik tolah dari ketiga dimensi di atas (3V) adalah dimensi verbal, yang bermakna, komunikasi memiliki peranan penting dalam proses penerimaan informasi pada saat proses belajar mengajar. Komponen penting dalam dimensi verbal ini meliputi teknis mengemas pesan yang disebut sebagai teknik framing dan reframing serta penggunaan Bahasa Sugestif NLP yang berbasis pada hypnosis script.

3) Dimensi Verbal

(63)

Agrement frame adalah sebuah cara membingkai pesan, diawali dengan cara sebelumnya menggiring kondisi pikiran para siswa untuk masuk ke pikiran setuju, kemudian baru menyampaikan materi yang akan disajikan oleh guru. Dilakukan dengan cara membicarakan suatu topik apa pun yang sudah disepakati secara bersama sebelumnya atau membingkai sesuatu hal dengan kata-kata tertentu yang membuat pihak lain cenderung lebih setuju. Pembingkaian dilakukan dengan cara membatasi pembicaraan dalam ruang lingkup hasil yang ingin dicapai bersama. Perbedaannya dengan agreement frame adalah, untuk outcome frame adalah membicarakan hasil yang belum terjadi dan ingin dicapai, sedangkan agreement frame adalah membicarakan tentang topik yang sudah terjadi.

Contrast frame memberikan pengertian bahwa sebuah bingkai pesan yang menggunakan metode ujung-ujung ekstrem suatu permasalahan. Hal yang baik dilawankan dengan keburukannya, sesuatu yang menguntungkan dilawankan dengan kerugian yang mungkin muncul, isu besar dilawankan dengan efeknya yang hanya kecil, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menunjukkan efek kontras dari sebuah pemikiran atau keputusan. Sedangkan as if frame sebuah pembingkaian pesan dengan cara membuat murit- murit “seolah-olah merasakan

dan mengalami sendiri suatu persoalan” sehingga mereka akan bisa berempati

dengan suatu isu atau pesan yang disampaikan.

(64)

Dengan demikian dapat dikatakan, reframing dilakukan untuk memberikan makna ulang yang berbeda, dengan tujuan agar siswa : (1) memiliki perspektif yang berbeda dari makna sebelumnya, (2) memiliki pilihan tindakan lain, (3) memiliki membesarkan hati, dan (4) berfikir positif.

Terlepas dari keterikatan makna, dalam hal ini, guru yang menggunakan reframing untuk tujuan merubah pola pikir peserta didik yang negatif menjadi positif. Ada dua jenis reframing, yakni context reframing dan content reframing. Context reframing adalah mengubah kontek suatu peristiwa, sehingga terjadi pergeseran makna, sedangkan content reframing adalah mengubah makna suatu peristiwa secara langsung, ditandai dengan kata “artinya”. •

Hypno-NLP tidak fokus pada bingkai masalah, tapi pada bingkai solusi. Hypno-NLP fokus bukan pada kebenaran sebuah konsep, teori, atau belief, tapi pada kegunaannya. Dengan prinsip sederhana inilah, proses transformasi dan perlihan makna siswa jauh lebih efektif. Setelah mengenal NLP, peserta didik akan lebih fokus memikirkan bagaimana sesuatu itu berguna untuk membantu guru mencapai proses belajar mengajar yang baik. Hypno-NLP sangat menekankan pada outcomeatau hasil yang ingin dicapai. Inilah yang menurut Bandler membedakan NLP dengan proses pembelajaran konvensional.

(65)

Hypno-NLP disebut juga sebagai teknologi, karena NLP mempunyai berbagai

tools yang berguna. Semuanya bertujuan untuk membantu efektifitas potensi manusia. Membangun rapport adalah salah satu yang populer untuk berkomunikasi secara efektif. Meta model yang merupakan tool untuk berkomunikasi secara spesifik. Meta program untuk memahami pola pikir dan motivasi seseorang. Neurological level untuk memetakan cara berpikir, termasuk masalah dalam pola pikir dan sikap.

7. Proses Pembelajaran dengan MetodeHypno-NLP

Dalam konteks belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Salah satu strategi belajar yang perlu diadopsi dari NLP yaitu modelling, memodel mereka yang sukses. Siswa yang memiliki prestasi tinggi dalam belajar umumnya memiliki pola-pola perilaku, prinsip dan nilai yang berbeda dengan siswa yang memiliki prestasi rendah. Disamping itu siswa dengan prestasi tinggi juga umumnya memiliki metode problem solving atau metode untuk mengatasi permasalah penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan oleh guru dengan cara-cara unik. Mereka umumnya juga memiliki pengaturan waktu dan strategi-strategi khusus dalam belajar. Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu mereka memiliki prinsip-prinsip dan karakter yang mendukung kesuksesan mereka dalam mencapai prestasi tinggi. Jika semua pola perilaku dan mental ini diadopsi dan dipakai untuk diri sendiri, maka akan terjadi lompatan prestasi yang signifikan.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan antara Otak Sadar dan Bawah Sadar
Tabel 2.2 Penerapan Teknik Cancel Untuk Guru
Tabel 2.3 Penerapan Teknik Replace Untuk Guru
Tabel 2.5 Penerapan Teknik Focus Untuk Guru
+5

Referensi

Dokumen terkait