• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYIMPANAN DENGAN METODE BANGUN

PIRAMIDA TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH

TUMBUHAN OBAT SAGA POHON (

Adenanthera pavonina

L.)

RAHMAT HIDAYAT

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PENGARUH PENYIMPANAN DENGAN METODE BANGUN

PIRAMIDA TERHADAP DAYA BERKECAMBAH BENIH

TUMBUHAN OBAT SAGA POHON (

Adenanthera pavonina

L.)

RAHMAT HIDAYAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

RINGKASAN

RAHMAT HIDAYAT. Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.). Dibawah bimbingan : SISWOYO dan EDHI SANDRA.

Saga pohon memiliki banyak kegunaan, yakni kulit batangnya dapat digunakan sebagai anti bakteri (untuk luka), dapat diolah menjadi susu, digunakan sebagai bahan untuk membuat perhiasan, dan lain-lain. Penelitian saga pohon telah banyak dilakukan namun dalam aspek penyimpanan benih masih terbatas. Oleh karena, itu penelitian pengaruh penyimpanan dengan metode bangun piramida terhadap benih saga pohon perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan dengan metode bangun piramida terhadap

daya berkecambah benih tumbuhan obat Saga pohon (Adenanthera pavonina L.).

Metode penelitian terdiri dari dua tahapan kegiatan, yaitu: (1) Tahapan penyimpanan, meliputi: persiapan benih dan penyimpanan benih; (2) Tahap

pengecambahan, meliputi: pra pengecambahan, pengecambahan benih,

pemeliharaan, dan pengamatan. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial terdiri atas 6 faktor metode penyimpanan dengan 3 faktor lama penyimpanan. Data dianalisis dengan menggunakan uji F dilanjutkan dengan uji Duncan bagi perlakuan yang memberikan pengaruh nyata.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih; lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi metode dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih saga

pohon (A. pavonina). Urutan Metode dari yang paling rendah daya

berkecambahnya antara lain: piramida tanpa dinding dengan daya berkecambah 13,33%, Piramida dinding kertas (Piramida kertas) dengan daya berkecambah 13,67%, piramida dinding kertas dengan lubang/ventilasi (Piramida ventilasi) dengan daya berkecambah 17,67%, piramida berdinding kaolin-gips (Piramida kaolin-gips) dengan daya berkecambah 20,33%, piramida berdinding kertas perak yang memiliki daya pencerminan (Piramida cermin) dengan daya berkecambah 22,00%. Dari hasil analisis faktor lama penyimpanan terhadap daya berkecambah diperoleh bahwa benih yang langsung tanam (0 Minggu) memiliki nilai rata-rata daya berkecambah terendah yakni sebesar 3,33%, kemudian nilai terbesar dihasilkan oleh lama penyimpanan 2 minggu yakni sebesar 28,67%, daya berkecambah menurun kembali pada lama penyimpanan 4 minggu, yakni sebesar 23%.

Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata dan lama penyimpanan

berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih saga pohon (A.

pavonina). Penyimpanan dengan metode bangun piramida tidak sesuai untuk benih saga pohon. Hasil terbaik untuk faktor lama penyimpanan diperoleh dari lama penyimpanan 2 minggu dengan daya berkecambah sebesar 28,67%.

(4)

SUMMARY

RAHMAT HIDAYAT. Storage Effect in Pyramid Shape Methods to Germination of Medical Plant Red Sandalwood (Adenanthera pavonina L.). Under supervision of SISWOYO and EDHI SANDRA

Red sandalwood is usefull medical plant, the bark can be used as an anti bacterial medicine (for injury), can be processed into milk, used as materials for making jewelry, and other things. Although research for red sandalwood could be found in abundance there were limited on its seed strorage, due to that situation the studies about storage effect using pyramid shape method of red sandalwood needs to be done. The study was aimed to determine the effect of storage in the pyramid shape method to germination percentage of the seeds of medicinal plants

Red sandalwood (Adenanthera pavonina L.).

The research method consisted of two phases of activity, namely: (1) The stages of storage, including preparation of seed and seed storage, (2) stage of germination, including pre-germination, seed germination, treatment, and observation. Observed variable was the germination percentage. Experimental design that used was completely randomized factorial design consisted of 6 storing methods factor and 3 storing durations factor. Data were analyzed using the F test followed by Duncan test.

The results showed that storage methods factor was significantly affected the germination of seeds; storage durations was very significantly affected the germination of seeds, whereas the interaction of methods and storage durations

did not significantly affected the red sandalwood (A. pavonina) germination. The

method of the lowest to the highest germination are: the pyramid without surface that has 13.33% of germination percentage, paper surface pyramid (paper pyramid) that has 13.67%, paper pyramid surface with holes/ventilation (ventilation pyramid ) that has 17.67%, kaolin-gypsum pyramid surface (kaolin-gypsum pyramid) that has 20.33%, silver paper pyramid surface that has a reflection (mirror pyramid) that has the 22.00 %. From the analysis of storage duration on the germination percentage showed that seeds planted immediately (0 week) have the lowest average of germinating which has 3.33% of germination, then the largest value is generated by 2 weeks storage duration which has 28.67% of germination, the germination decreased in the storage duration of 4 weeks which has 23% of germination.

Storage methods factor was significantly affected the germination and storage durations was very significantly affect the seeds germination of red

sandalwood (A. pavonina). The pyramid shape methods were not suitable for red

sandalwood storage, the best results for storage duration factors was 2 weeks duration with the 28.67% of germination.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah

Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.) adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini

Bogor, Maret 2012

(6)

Judul Skripsi : Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga

Pohon (Adenanthera pavonina L.)

Nama Mahasiswa : Rahmat Hidayat

NIM : E34070117

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Siswoyo, M.Si Ir. Edhi Sandra, M.Si

NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19661019 199303 1 002

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta diiringi doa tulus dari orang tua,

sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun

Piramida terhadap Daya Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)” dapat diselesaikan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pemanfaatan metode Bangun Piramida sebagai alat untuk penyimpanan benih Saga Pohon.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan kegiatan konservasi khususnya penyimpanan benih. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Probolinggo Jawa Timur, tanggal 03 Mei 1988 sebagai putra bungsu dari lima bersaudara pada keluarga Samu’in (Alm.) dan Mu’azila. Penulis masuk lingkungan pendidikan sekolah dasar tahun 1995 di SDN Kandang Jati Kulon 1 Kraksaan Probolinggo hingga tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kraksaan pada tahun 2001 hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Kraksaan dan lulus tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis terlibat dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP) dari tahun 2007 sampai sekarang, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

(HIMAKOVA) dari tahun 2008 hingga sekarang, International Forestry Students’

Association Local Comitte Bogor Agricultural University (IFSA LC BAU) dari tahun 2008 hingga sekarang.

Pada tahun 2009 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Kamojang dan Cagar Alam Leuwueng Sancang. Pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merbabu, Provinsi Jawa Tengah.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2012 penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

“Pengaruh Penyimpanan dengan Metode Bangun Piramida terhadap Daya

Berkecambah Benih Tumbuhan Obat Saga Pohon (Adenanthera pavonina L.)” di

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses menyelesaikan skripsi ini dan juga pihak yang selama ini membimbing penulis, antara lain :

1. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. Edhi

Sandra, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberikan nasehat.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal Amir Muhammad Zuhud, MS sebagai Kepala

Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan yang mendukung penelitian ini.

3. Bapak, Ibu dan keluarga besar tercinta atas semua dukungannya, doa dan

kasih sayangnya yang telah diberikan.

4. Teman-teman : A. Chaerus S., Hendra P., Fachrurrazie, Yoga P., Irwan P.,

Irvan N., Dahlan, Rona, Oman, Nayunda, Marwa, Dwi Woro, Muthia, Angga Z., Anang, Windu, Khamdan, Meta, Diena, Tiwi, Asih, Rahmi, Rurun, Uni yang membantu selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

5. Teman-teman KSHE 44 atas semua kenangan yang telah kita lalui, dan

kebersamaan ini semoga tetap bisa terjalin.

6. Keluarga Laboratorium KKT : Pak Santa, Pak Basuki, Bu Minah atas

bantuan dan keramahannya serta saran-saran yang belum tentu didapatkan di perkuliahan.

7. Keluarga besar DKSHE atas ilmu yang telah penulis peroleh serta suasana

kekeluargaannya.

8. Keluarga Besar Forum Mahasiswa Probolinggo (FMP), IFSA LC IPB, dan

HIMAKOVA, serta Kelompok Pemerhati Burung (KPB) atas dukungan ilmu dan suasana kekeluargaan yang diberikan.

9. Ibu-ibu dan Bapak-bapak staf Tata Usaha : Ir. Sutoro, Ibu Ratna, Ibu Evan,

Ibu Titin, Pak Acu atas semua bantuan dan keramahannya.

10.Teman-teman se-Fakultas Kehutanan.

11.Semua pihak yang belum disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat.

(10)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Tumbuhan Obat ... 3

2.2 Gambaran Umum Saga Pohon (A. pavonina) ... 3

2.3 Benih Ortodoks ... 6

2.4 Penyimpanan Benih ... 6

2.5 Viabilitas Benih dalam Penyimpanan. ... 10

2.6 Perkecambahan ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

3.1 Lokasi dan Waktu ... 12

3.2 Bahan dan Alat ... 12

3.3 Pengumpulan Data ... 13

3.4 Metode Pengambilan Data... 13

3.5 Pengukuran Suhu dan Kelembaban ... 14

3.6 Rancangan Percobaan ... 14

3.7 Analisis Data ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Analisis Sidik Ragam Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A.

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Buah Saga Pohon (A. pavonina) ... 4

2. Efek piramida cheops dan medan magnet bumi-ionosfer. ... 8

3. Struktur Ikatan Kimia Kaolin ... 9

4. Ukuran Piramida ... 12

5. Metode Bangun Piramida yang Diterapkan ... 15

6. Uji Duncan Daya Berkecambah Benih A. pavonina pada Berbagai Metode Penyimpanan ... 18

7. Uji Duncan Rata-Rata Daya Berkecambah Benih A. pavonina pada Berbagai Lama Penyimpanan ... 18

8. Daya Berkecambah A. pavonina pada Berbagai Metode dan Lama Penyimpanan ... 19

9. Grafik Suhu dalam Setiap Metode Penyimpanan ... 20

10. Grafik Kelembaban dalam Setiap Metode Penyimpanan ... 21

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Jumlah benih Saga Pohon (A. Pavonina) yang berkecambah. ... 30

2. Data Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A. pavonina) ... 33

3. Data Hasil Tranformasi Arcsin untuk Masing-Masing Perlakuan ... 34

4. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan. ... 35

5. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida tanpa dinding ... 36

6. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kertas ... 37

7. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Ventilasi ... 38

8. Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan dalam Piramida Kaolin-Gips ... 39

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk negara yang memiliki hutan tropika yang luas dengan kekayaan keanekaragaman hayati berupa tumbuhan obat yang cukup tinggi. Menurut Zuhud (2008), sampai tahun 2001 Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB telah mendata dari berbagai laporan penelitian dan literatur tidak kurang dari 2.039 spesies tumbuhan obat yang berasal dari hutan Indonesia. Salah satu jenis tumbuhan obat tersebut adalah saga pohon (Adenanthera pavonina L.).

Saga pohon memiliki banyak kegunaan, yakni kulit batangnya dapat digunakan sebagai anti bakteri (untuk luka), dapat diolah menjadi susu, digunakan sebagai bahan untuk membuat perhiasan (kalung atau bahan mainan), dan bisa dimakan setelah disangrai atau direbus; daunnya dapat dimakan dijadikan lalap dan sayuran; kulit batangnya dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian; sedangkan kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, meubel. Selama ini budidaya tumuhan obat saga pohon telah dilakukan, meskipun masih terbatas sebagai tanaman pinggir jalan dan pekarangan. Disamping itu penelitian tentang budidaya tumbuhan obat tersebut juga sudah dilakukan, namun penelitian tentang penyimpanan benih masih terbatas.

Menurut Schull dan Pettit (1987) dalam buku “Rahasia Kekuatan Piramida”

(15)

2

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan dalam rangka mengetahui pengaruh penyimpanan benih dengan metode bangun piramida terhadap perkecambahannya, maka penelitian ini perlu dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan dengan metode

bangun piramida terhadap daya berkecambah benih tumbuhan obat saga pohon (A.

pavonina).

1.3 Hipotesis

Penyimpanan benih dengan menggunakan metode bangun piramida dapat mempengaruhi daya berkecambah benih saga pohon.

1.4 Manfaat Penelitian

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat 2.1.1 Pengertian

Fransworth dan Sujarto (1988) diacu dalam Setiawan (2005) menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang lebih unggul karena memiliki unsur obat-obatan, yakni efek yang berhubungan dengan kesehatan atau yang telah terbukti bermanfaat sebagai obat dengan standar barat atau yang mengandung unsur yang bisa digunakan sebagai obat.

2.1.2 Macam tumbuhan obat

Zuhud dan Haryanto (1994) menggolongkan tumbuhan obat menjadi 3 macam, yaitu:

1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau

dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional

2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah

dibuktikan mengandung senyawa bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis

3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung

senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.

2.2 Gambaran Umum Saga Pohon (A. pavonina) 2.2.1 Taksonomi

Anonim (2008) serta Kusmana dan Tambunan (2010) mengklasifikasikan taksonomi Saga pohon sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

(17)

4

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Adenanthera

Spesies : Adenanthera pavonina L.

Sinonim : Adenanthera gersenii Scheffer

Nama dagang : Saga telik

Nama daerah : Saga utan (Bangka), ki toke laut (Sunda), segawe sabrang

(Jawa), ghak-saghakan, sagha binek (Madura), bibilaka (Alor).

Gambar 1 Buah saga pohon (A. pavonina).

2.2.2 Ciri morfologi

Saga pohon merupakan pohon berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 40 m, diameter dapat mencapai 45 cm bahkan lebih, menggugurkan daun, pada umumnya tidak berbanir, permukaan kulit batang beralur berwarna cokelat keabua-abuan, kulit bagian dalam lunak berwarna cokelat pucat. Bentuk tajuk

pohon menyebar tidak merata. Daun tersusun spiral, panjang 15–55 cm, bentuk

lonjong, menyirip rangkap dengan 2–6 pasang sirip, anak daun 4–10, berseling,

bentuk bundar telur atau bundar telur membalik, ukuran daun 1,5–4,5 cm x 1–2,2

cm, bertepi rata. Berdaun penumpu kecil dan berbulu. Perbungaan terminal atau

(18)

5

(termasuk gagang bunga). Bunga kecil warna putih kekuningan, masing-masing terdiri 5 bagian, sedikit berbulu, daun mahkota lonjong, bulu jarang.

Buah saga pohon berbentuk polong berwarna cokelat, ukuran polong 15–25

cm x 1,3-1,8 cm, polong memuntir, isi polong berbiji sampai 25 biji, polong pecah melalui kampuh pada kedua sisinya. Biji berwarna merah, mengkilat, lonjong, agak bundar-bundar telur terbalik, ukuran biji 7–9 mm x 7–9,5 mm , cembung.

Jumlah biji sebanyak 3.200–3.400 butir/kg.

Saga pohon berbunga biasanya di musim akhir penghujan dan berbuah

sekitar Desember – Februari. Pemanenan dilakukan setelah polong tua yang

ditandai dengan warna polong cokelat tua kehitaman, sebelum polong buah merekah, polong mudah merekah apabila terkena panas matahari, sehingga biji terpencar berhamburan di sekitar pohon. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara pemanjatan langsung menggunakan galah atau pengumpulan dari biji-biji yang jatuh di permukaan tanah, biasanya polong kering ikut jatuh dan biji masih banyak menempel.

Buah yang sudah dipanen dikumpulkan, dimasukkan dalam wadah/karung, sebelum dijemur pilih polong buah yang sehat dan utuh, kemudian dijemur selama

1–2 hari, agar polong buah merekah dan biji dengan sendirinya mudah

dikumpulkan. Biji kering dimasukan ke dalam kantong plastik.

Benih saga pohon termasuk kelompok benih orthodoks, benih tahan disimpan sampai 8 bulan, terlalu lama disimpan menjadi tidak permeabel, viabilitas akan menurun bahkan tidak berkecambah. Benih yang sudah dimasukkan ke dalam wadah/kantong plastik disimpan di dalam ruang kedap udara atau ruang AC.

2.2.3 Penyebaran

(19)

6

berdekatan dengan pantai (hutan pantai) sampai pada ketinggian tempat 600 m dpl.

2.2.4 Kegunaan

Kulit batang jenis tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai anti bakteri

(untuk luka) dan lepra (World Health Organization 1998). Selain sebagai obat

ternyata Saga pohon memiliki manfaat yang lain, yaitu bijinya dapat diolah menjadi susu (Nugraha dan Seta 2009). Kusmana dan Tambunan (2010) menyatakan bahwa kayu Saga pohon dapat digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang, dan cocok untuk bahan meubel. Bijinya yang mengkilat merah menarik untuk dijadikan perhiasan pembuatan kalung atau bahan mainan. Biji saga pohon mengandung minyak dan bisa dimakan setelah disangrai atau dimasak terlebih dahulu. Daun muda setelah direbus bisa dimakan dijadikan lalap dan sayuran. Kulit batang mengandung saponin yang dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian. Di Indonesia dan Malaysia, tanaman ini kadang dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pada perkebunan karet, kopi, teh dan cengkeh. Sedangkan di Afrika tropis saga pohon merupakan tanaman kehutanan.

2.3 Benih Ortodoks

Sahupala (2007) menyatakan bahwa benih ortodoks dapat disimpan lama pada kadar air 6-10% atau di bawahnya. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti: karung kain, toples kaca/plastik, plastik, kaleng, dan lain-lain. Setelah itu benih dapat disimpan pada suhu kamar atau pada temperatur

rendah (cold storage) umumnya pada suhu 2-5°C. Menurut Willan (1985), dalam

penyimpanan benih-benih ortodoks, yang paling penting adalah mengusahakan agar tingkat respirasi dapat ditekan serendah mungkin karena turunnya viabilitas benih-benih ortodoks selama masa penyimpanan selain ditentukan oleh kadar air dan kondisi awal benih juga dipengaruhi oleh respirasi.

2.4 Penyimpanan Benih

Darjadi dan Hardjono (1976) mengemukakan bahwa penyimpanan benih

adalah upaya pengawetan benih yang berdaya hidup (viable) semenjak waktu

(20)

7

Penyimpanan benih bertujuan untuk: menjaga benih tetap dalam keadaan baik selama masa penyimpanan, melindungi benih dari kerusakan yang disebabkan oleh burung, serangga, hama dan penyakit maupun gangguan lainnya, sebagai persediaan, pada saat panen tidak mencukupi maupun selama waktu-waktu tidak ada musim berbuah.

Pertimbangan-pertimbangan lain dalam penyimpanan benih, antara lain: musim panen tidak tepat dengan musim penanaman, tanaman tidak selalu berbuah sepanjang tahun, benih harus diangkut dalam jarak yang jauh, dan benih harus dimasakkan dahulu setelah dipanen agar perkecambahannya baik.

2.4.1 Metode piramida

Flanagan (1997) mengemukakan bahwa kata “Piramida” terbentuk dari dua

kata Piros dan amid. Penerjemahan Piramida secara harfiah berarti “Api di

Tengah”, makna ini sepenuhnya sejalan dengan pengaruh energi Piramida karena

pengaruh kuat dibentuk di tengah piramida. Hal ini juga memberi petunjuk atau bukti bahwa pembangun piramida kuno mengetahui energi yang terbentuk dari piramida.

Schull dan Pettit (1987) menyatakan bahwa biji yang ditanam dalam piramida bersifat berbeda dari benih di luar piramida. Tanaman tumbuh lebih cepat dalam piramida dibandingkan tanaman di luar piramida.

Karel Drbal (1959) diacu dalam West (1985) menemukan bahwa silet tumpul bisa kembali tajam jika dibiarkan berada dalam efek Piramida. Energi piramida mempengaruhi struktur kristal baja dan memulihkan struktur atom pada bentuk aslinya.

Andre Bovisse diacu dalam Delgado (1996) menempatkan kucing mati

dalam piramida setinggi 1 meter dan tubuh kucing tidak busuk dari waktu ke waktu, tapi efek mumifikasi terjadi sebagai gantinya atau tubuh kucing terdehidrasi. Raja-raja Mesir biasanya disemayamkan dengan gandum sehingga mereka bisa memiliki makanan di kehidupan setelah mati. Namun hal pentingnya yakni setelah ribuan tahun biji gandum yang disimpan ternyata masih bisa tumbuh (Meyerowitz 2010).

(21)

8

(2008) mengemukakan bahwa selama ribuan tahun setelah dibangun, piramida telah dan terus berfungsi sebagai generator ion negatif untuk terus mengionisasi udara di sekitarnya sehingga piramida perlu dihubungkan ke sumber permanen ion negatif. Salah satu sumber ion negatif adalah aliran air bawah tanah. Plato Giza (Mesir) memiliki aliran bawah tanah yang melimpah. Sungai bawah tanah yang besar mengalir di sekitar piramida dan penuh dengan ion negatif, kemudian oleh efek piezoelektrik ion negatif tersebut dipancarkan bolak balik (

Transmitter-responder) dalam piramida dan kemudian terakumulasi dengan surplus ion

dibebaskan di bagian atas piramida. Semua piramida (kawasan Giza) dibangun dari batu yang mengandung kristal yang mampu mengikat muatan listrik dari air ketika air bawah tanah secara mekanis memberikan gaya terhadap kristal. Contohnya jika kita memberikan gaya mekanis pada kristal, maka percikan listrik muncul di permukaannya dan fenomena ini disebut efek piezoelektrik. Kristal adalah konverter gaya mekanis menjadi energi listrik. Akibat terus menerus terjadi pengisian dan pengosongan muatan elektrik dari sungai bawah tanah, piramida berkontraksi (kembang-kempis) sehingga menyebabkan gempa mikro.

Gambar 2 Efek piramida cheops dan medan magnet bumi-ionosfer.

Beberapa keramik kualitas tinggi (advance ceramic) memiliki kemampuan

(22)

9

ini telah digunakan untuk membuat berbagai macam produk. Salah satu contoh adalah kompor gas yang digunakan memasak di dapur, pemantik kompor mengeluarkan percikan listrik dengan mengubah kejut mekanik menjadi listrik sehingga menyambar gas. Suara klik yang terdengar bila memutar tombol kontrol adalah suara keramik piezoelektrik yang digesekkan untuk menginduksi gaya mekanik yang diperlukan (Anonim 2011).

Keramik mempunyai efek piezoelektrik sehingga mengubah gaya mekanik menjadi listrik. Hal ini masih erat kaitannya dengan bangun piramida, karena bahan dasar pembuatan keramik adalah kaolin dan ikatan kimia penyusun kaolin berbentuk piramida. Berikut ini gambar struktur kaolin menurut Grim (1962)

diacu dalam United State Geological Survey (2001)

Gambar 3 Struktur ikatan kimia kaolin.

(23)

10

Di alam kondisi paling menguntungkan ionisasi udara adalah ketika terjadi debit atmosfer, yakni saat setelah badai, hujan deras, dan gerimis. Hal ini terjadi ketika ion negatif lebih banyak dibanding ion positif. Peningkatan konsentrasi ion oksigen negatif juga ditemukan di dekat air terjun, di hutan pinus, pegunungan, di sepanjang pantai laut dan di gua.

Ukuran piramida Khufu (Cheops dalam bahasa yunani), yakni: tinggi asli

5.813 inchi, sisi alas 9.131 inchi, tinggi aktual karena kerusakan 5.496 inchi, panjang bingkai dari sudut alas ke puncak 8.684 inchi, apothema atau tinggi sisi bidang miring 7.387 inchi. Apothema dibagi setengah lebar alas sama dengan Phi

(Φ) yang besarnya 1,62 dan dua kali lebar alas dibagi tinggi piramida sama

dengan pi (π) yang besarnya 3,14 (Flanagan 1997).

Rasio Phi (Φ) ada dalam deret angka yang diperkenalkan oleh Fibonacci (0,

1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1.597, 2.584, 4.181,

6.765, 10.946…) kemudian Leonardo da Vinci juga mengemukakan bahwa rasio

1,62 ada di tubuh manusia. Teori ini yang mendukung adanya mekanisme energi di dalam piramida, piramida memiliki rasio-rasio tersebut sehingga bisa beresonansi dengan energi yang ada di alam.

2.5 Viabilitas Benih dalam Penyimpanan.

Sutopo (1985) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan terdiri atas faktor dalam, yaitu jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih dan kadar air benih serta faktor luar, yaitu temperatur, kelembaban, gas di sekitar benih dan mikroorganisme.

Willan (1985) menyatakan bahwa kondisi ruang simpan kamar yang memiliki suhu relatif tinggi dapat mempercepat penurunan daya berkecambah selama masa penyimpanan karena suhu yang tinggi akan mempercepat respirasi benih dan selanjutnya akan mempercepat proses penguraian cadangan makanan sehingga daya berkecambah turun pada saat benih ditabur.

2.6 Perkecambahan

(24)

11

menyatakan perkecambahan terdiri atas 4 tahap proses fisiologis, yaitu: imbibisi yang merupakan penyerapan air secara fisik, hidrasi dan aktivasi proses metabolisme, pembelahan sel dan perkembangan sel, penonjolan sel yang merupakan pemunculan embrio secara fisik dari biji, dan penyelesaian peristiwa morfogenesis (diferensiasi) berupa pembentukan tubuh tanaman primer.

Sadjad (1980) diacu dalam Syahrum (1987) mengemukakan bahwa terdapat dua proses yang membantu proses metabolisme ketika perkecambahan terjadi, yaitu:

a. Proses katabolisme, yaitu proses yang menghasilkan energi. Proses ini

terjadi dalam endosperm.

b. Proses anabolisme, yaitu proses yang dapat menghasilkan sintesa protein

dan pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan . Proses ini terjadi dalam embrio.

Baker et al. (1995) menyatakan terdapat dua tipe perkecambahan

berdasarkan perkembangan hipokotilnya, yaitu:

a. Epigeous, yaitu hipokotil memanjang sehingga kotiledon mengalami

pertumbuhan dan mengangkat biji keluar dari tanah. Kotiledon tersebut menjadi organ fotosintesis awal.

b. Hipogeous, yaitu hipokotil tidak berkembang sehingga kotiledon tetap

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya benih Saga pohon, pasir, tanah, furadan, kaolin, dan gips. Alat yang digunakan selama penelitian antara lain piramida bambu ukuran bingkai sisi miring 52,31 cm dengan alas persegi yang memiliki sisi alas 54,97×54,97 cm, dan tinggi 35 cm; bak kecambah yang terbuat dari plastik; ayakan tanah; termometer bola basah bola

kering (dry wet); kompas.

Gambar 4 Ukuran piramida.

52,31 cm

a = 54,97 cm t = 35 cm

(26)

13

3.3 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer berupa daya berkecambah.

3.4 Metode Pengambilan Data

Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penyimpanan benih dan tahap uji perkecambahan.

3.4.1 Tahap penyimpanan

3.4.1.1 Persiapan benih

Benih diunduh dari Pohon Saga di Kampus IPB Dramaga kemudian diekstraksi dan diseleksi agar benih yang diuji adalah yang berkualitas fisik baik, yaitu tidak kusam, tidak retak, atau cacat lainnya.

3.4.1.2 Penyimpanan benih

Benih dimasukkan ke dalam ruangan piramida. Piramida diatur agar keempat sisinya tepat mengarah pada 4 mata angin. Penyimpanan benih dilakukan 0 minggu, 2 minggu dan 4 minggu dalam ruangan.

3.4.2 Tahap pengecambahan

3.4.2.1 Persiapan media

Perkecambahan dilakukan secara langsung dengan media alami, media tersebut adalah pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 dan diberi furadan.

3.4.2.2 Pengecambahan benih

Benih yang telah disiapkan sebelumnya diseduh dengan air panas selama 30 menit kemudian direndam air selama 24 jam, benih yang telah disiapkan dibenamkan ke dalam media tanam secara sistematik dengan jarak tanam 0,5 × 0,5 cm, digunakan 9 bak kecambah.

3.4.2.3 Pengamatan

(27)

14

DB= Jumlah kecambah normal yang dihasilkan

Jumlah benih yang ditanam ×100%

3.5 Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada pagi hari, siang dan sore hari sebagai data penunjang dalam pelaksanaan penelitian. Pengukuran suhu dan

kelembaban dilakukan dengan termometer bola basah bola kering (dry wet).

3.6 Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan jumlah sampel sebesar 100 biji per perlakuan yang terbagi dalam 5 ulangan. Taraf-taraf yang diterapkan adalah sebagai berikut:

Faktor P: Metode Penyimpanan P0 = tanpa piramida (kontrol) P1 = piramida tanpa dinding

P2 = piramida dinding kertas (piramida kertas)

P3 = piramida dinding kertas dengan lubang/ventilasi (piramida ventilasi) P4 = piramida berdinding kaolin-gips (piramida kaolin-gips)

P5 = piramida berdinding kertas perak yang memiliki daya pencerminan (piramida cermin)

Faktor T: Lama Penyimpanan T0 = 0 minggu/langsung tanam T1 = 2 minggu

T2 = 4 minggu

(28)

15

Piramida tanpa dinding Piramida kertas Piramida ventilasi

Piramida kaolin-gips Piramida cermin Kontrol

Gambar 5 Metode bangun piramida yang diterapkan.

Model persamaannya adalah sebagai berikut: Yijk = µ +Pi + Tj + (PT)ij +εijk Dimana:

i = 1, 2, 3, 4, 5, 6

j = 1, 2, 3

k = 1, 2, 3, 4, 5

Yijk = Nilai faktor P taraf ke-i dan faktor T taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ = Nilai tengah umum

Pi = Pengaruh Faktor P pada taraf ke-i

Tj = Pengaruh Faktor T pada taraf ke-j

(PT)ij = Interaksi antara faktor P taraf ke-i dengan faktor T taraf ke-j

εijk = Galat percobaan dari faktor ke-i ,taraf ke-j, dan ulangan ke-k

3.7 Analisis Data

(29)

16

sudut atau kebalikan sinus (arc sin % ) karena data yang diperoleh merupakan

data binom yang dinyatakan sebagai pecahan desimal atau persentase. Hipotesis yang akan diuji dengan uji F adalah sebagai berikut :

H0 : Perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih

Saga Pohon

H1 : Perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap perkecambahan benih Saga Pohon

Pengambilan keputusan adalah adalah dengan F uji sebagai berikut:

F hitung ≤ F tabel → terima H0

F hitung > F tabel → tolak H0

Selanjutnya apabila didapat F hitung > F tabel (terima H1), dilakukan uji beda dengan statistik parametric melalui perbandingan ganda yaitu menggunakan

DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan pengaruh

antar perlakuan terhadap respon yang diamati. Uji wilayah berganda Duncan didasarkan pada wilayah nilai tengah perlakuan yang dibandingkan terhadap wilayah nyata terpendek. Penghitungan nilai wilayah nyata terpendek untuk berbagai selang nilai tengah menggunakan rumus:

Rp = rp×Sy

Dimana : Rp = wilayah nyata terpendek

rp = nilai dari tabel DMRT

Sy = galat baku nilai tengah perlakuan

Pengambilan keputusan menggunakan uji Duncan adalah dengan ketentuan sebagai berikut :

Wilayah nilai tengah perlakuan >Rp → terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan.

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Daya berkecambah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor metode berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih; faktor lama penyimpanan menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih Saga Pohon (A. pavonina). Hasil Pengujian Statistik disajikan lebih rinci pada Tabel 1.

Tabel 1 Analisis sidik ragam daya berkecambah benih saga pohon (A. pavonina).

Sumber

Keterangan : * berpengaruh nyata pada selang kepaercayaan 95% ** berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99%

4.1.1.1 Metode penyimpanan

(31)

18

Gambar 6 Uji duncan daya berkecambah benih A. pavonina pada berbagai

metode penyimpanan. 4.1.1.2 Lama penyimpanan

Gambar 7 Uji duncan rata-rata daya berkecambah benih A. pavonina pada

berbagai lama penyimpanan.

Kontrol (0 minggu) menunjukkan rata-rata daya berkecambah terkecil yakni 3,33%, kemudian nilainya melonjak pada lama penyimpanan 2 minggu sebesar 28,67%, dan turun kembali pada lama penyimpanan 4 minggu yakni sebesar 23,00% (Gambar 7).

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

Kontrol

Huruf yang sama di belakang nilai daya berkecambah menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

0 minggu

(32)

19

4.1.1.3 Interaksi metode penyimpanan dan lama penyimpanan

Hasil analisis sidik ragam interaksi metode penyimpanan dan lama penyimpanan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap daya berkecambah, namun daya berkecambah tertinggi dihasilkan kontrol dengan lama penyimpanan 2 minggu yakni sebesar 35,00%. Daya berkecambah terendah dihasilkan oleh metode piramida kertas dan piramida ventilasi pada lama penyimpanan 0 minggu dengan nilai yang sama yakni sebesar 1,00%. Interaksi metode dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Daya berkecambah A. pavonina pada berbagai metode dan lama

penyimpanan.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

(33)

20

4.1.2 Suhu dan kelembaban dalam ruang simpan dan metode simpan

Gambar 9 Grafik suhu dalam setiap metode penyimpanan.

Grafik menunjukkan bahwa suhu di dalam piramida tanpa dinding

Sisi lingkaran = Hari pengamatan Diameter lingkaran = Suhu (°C)

(34)

21

menunjukkan bahwa keempat metode yang lain memiliki suhu yang lebih rendah dari daripada suhu ruangan atau kontrol. Kemudian untuk grafik kelembaban dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Grafik kelembaban dalam setiap metode penyimpanan.

Grafik kelembaban pada Gambar 10 menunjukkan bahwa semua metode penyimpanan menghasilkan nilai kelembaban yang lebih rendah dari kelembaban ruangan atau kontrol, data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4-9.

75,00

Sisi lingkaran = Hari pengamatan Diameter lingkaran = Kelembaban (%)

(35)

22

4.2 Pembahasan

4.2.1 Faktor metode penyimpanan

Faktor metode penyimpanan berpengaruh terhadap daya berkecambah benih saga pohon. Bila dilihat dari rata-rata daya berkecambah pada berbagai metode pada uji Duncan (Gambar 6), metode tanpa piramida (kontrol) menghasilkan daya berkecambah tertinggi yakni sebesar 23,00% sedangkan metode piramida tanpa dinding mengahasilkan daya berkecambah terkecil yakni 13,33%.

Secara umum metode bangun piramida yang diterapkan membuat daya berkecambah lebih rendah daripada kontrol. Kenyataan tersebut disebabkan oleh pengaruh suhu dan kelembaban di dalam piramida. Metode piramida tanpa dinding mimiliki daya berkecambah terkecil yakni 13,33% karena kondisi kelembaban di dalamnya lebih rendah (lebih kering) daripada kontrol diikuti dengan suhu yang sama dengan kontrol bahkan di beberapa hari pengamatan suhunya lebih tinggi (Gambar 9 dan Gambar 10). Keempat metode bangun piramida lainnya memiliki daya berkecambah lebih tinggi daripada metode piramida tanpa dinding dan lebih rendah rendah daripada kontrol karena kelembaban lebih rendah dari kontrol namun diimbangi dengan suhu yang lebih rendah juga dibanding kontrol. Menurut Willan (1985), kondisi ruang simpan kamar yang memiliki suhu relatif tinggi dapat mempercepat penurunan daya berkecambah selama masa penyimpanan karena suhu yang tinggi akan mempercepat respirasi benih dan selanjutnya mempercepat proses penguraian cadangan makanan sehingga daya berkecambah turun pada saat benih ditabur.

(36)

23

Kecenderungan kelembaban lebih rendah di dalam piramida daripada ruangan kamar merupakan hasil dari aktifitas gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh piramida. Proses terjadinya aktifitas elektromagnetik di dalam piramida ialah karena piramida meresonansikan energi yang ada di sekitarnya, Zujic (2008) menyebut efek resonansi yang menghasilkan medan elektromagnetik ini sebagai efek piezoelektrik. Salah satu energi yang sengaja dipenetrasikan ke dalam piramida ialah medan magnet bumi, hal tersebut dilakukan dengan mengarahkan salah satu sisi piramida ke arah utara dengan bantuan kompas sehingga empat sisi piramida tepat mengarah pada empat mata angin, yakni: utara, selatan, barat, dan timur. Aktivitas elektromagnetik yang dapat menyebabkan kelembaban rendah memiliki kesamaan dengan kasus di dunia kedokteran seperti yang dinyatakan Covidien (2008) bahwa alat bedah elektrik berefek pada dehidrasi jaringan dan denaturasi protein (pasien) disebabkan oleh kontak antara alat bedah dan jaringan.

4.2.2 Faktor lama penyimpanan

Berdasarkan uji Duncan lama penyimpanan (Gambar 7) terlihat bahwa benih-benih Saga pohon memiliki pola daya berkecambah yakni pada 0 minggu (langsung tanam) daya berkecambah rendah dengan nilai sebesar 3,33%, kemudian pada lama penyimpanan 2 minggu daya berkecambah tinggi dengan nilai sebesar 28,67%, dan pada lama penyimpanan 4 minggu daya berkecambah menurun kembali dengan nilai sebesar 23,00%.

(37)

24

4.2.3 Faktor interaksi metode dan lama penyimpanan

(38)

25

T0 T1 T2

P1

-P0

P3

-P2

P5

-P4

Gambar 11 Benih A. pavonina yang berkecambah pada berbagai metode dan

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Faktor metode penyimpanan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah

benih; lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih; sedangkan interaksi metode dan lama penyimpanan

tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih saga pohon (A.

pavonina).

2. Penyimpanan dengan metode bangun piramida tidak sesuai untuk benih saga

pohon.

3. Hasil terbaik untuk faktor lama penyimpanan diperoleh dari lama

penyimpanan 2 minggu dengan daya berkecambah sebesar 28,67%.

5.2 Saran

1. Metode bangun piramida tidak disarankan untuk penyimpanan benih saga

pohon.

2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan ukuran piramida

yang lebih besar.

3. Perlu dilakukan penelitian serupa terhadap jenis saga pohon dengan

(40)

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Informasi Benih Sagawe Sabrang (Adenanthera pavonina L.).

http://www.plantamor.com/index.php?plant=29 [10 Maret 2012].

Anonim. 2011. Converting Mechanical Vibration into Electricity.

http://global.kyocera.com/fcworld/charact/elect/piezo.html. [25

November 2011].

Baker FS, TW Daniel, dan JA Hekms. 1995. Prinsip-Prinsip Silvikultur. (D.

Marsono, Penterj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Berlyn GP. 1972. Seed Germination and Morphogenesis. Seed Biology I: 224-228 editor: T.T. Kozkowski. West Sussex UK: Board of Trustees RBG Kew.

Bramasto Y dan Ismiati E. 1998. Penentuan Wadah Simpan Benih Khaya

anthoteca pada Berbagai Periode Simpan dalam Bundel 26 : Laporan Uji

Coba Teknologi Perbenihan. Bogor: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Balai Teknologi Perbenihan. Covidien. 2008. Principles of Electrosurgery. Boulder Colorado Amerika: The

Covidien Energy-based Professional Education Departemen of Clinical Education.

Darjadi L dan R Hardjono. 1976. Sendi-Sendi Silvikultur. Jakarta: Direktorat

Jenderal Kehutanan.

Delgado JM. 1996. La Gran Piramide De Keop. Mas Alla: Piramides Del Mundo.

http://www.maita.es/upload/viatge/la-gran-piramide-de-keops.pdf. [10

pavonina L. Sumedang: Balai Perbenihan Hutan Jawa dan Madura.

Meyerowitz, S. 2010. Sprouts The Miracle Food: The Complete Guide to

(41)

28

Nugraha AYW dan Seta FT. 2009. Pembuatan Susu dari Biji Buah Saga (Adenanthera pavonina) sebagai Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Susu Sapi dan Susu Kedelai [Skripsi]. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Octavia D. 2004. Pengaruh Kadar Air dan Lama Penyimpanan terhadap

Perkecambahan Benih Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) [Skripsi].

Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Sahupala A. 2007. Teknologi Benih. Maluku: Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.

Schull B, Pettit E. 1987. The Secret Power of Pyramid. New York Amerika: Fawcett Publications.

Setiawan. 2005. Kajian Beberapa Aspek Ekologi Tumbuhan Obat Amis Mata (Labisia pumila (Blume) Fern.-Vill.) di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Sutopo L. 1985. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Pers.

Syahrum S. 1987. Pengaruh Kadar Air Awal, Kondisi Simpan dan Periode

Simpan terhadap Perkecambahan Benih Macadamia hildebrandii Steen

[Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. United State Geological Survey. 2001. Kaolinite Group.

http://pubs.usgs.gov/of/2001/of01-041/htmldocs/clays/kaogr.htm [25

November 2011].

West JA. 1985. The Traveler’s Key to Ancient Egypt. Wheaton Illinois Amerika.

The Theosophical Publication House.

Willan RL. 1985. A Guide to Forest Seed Handling: with Special Reference to The Tropics. Roma Italia: Food and Agriculture Organization of The United Nations.

World Health Organization. 1998. Medical Plants in The South Pacific. Chicago Amerika: WHO Regional Publication Western Pacific.

Zuhud EAM dan Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman

Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Laboratorium Konservasi Sumberdaya hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

Zuhud EAM. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Zujic H. 2008. Tesla and Pyramid. Sarajevo Bosnia: The First International

(42)
(43)

30

Lampiran 1 Data Jumlah benih Saga Pohon (A. pavonina) yang berkecambah.

Perlakuan Ulangan Hari ke-

(44)

31

Lampiran 1 (Lanjutan)

Perlakuan Ulangan Hari ke-

(45)

32

Lampiran 1 (Lanjutan)

perlakuan Ulangan Hari ke-

(46)

33

Lampiran 2 Data Daya Berkecambah Benih Saga Pohon (A. pavonina).

(47)

34

Lampiran 3 Data Hasil Tranformasi Arcsin untuk Masing-Masing Perlakuan. Transformasi arcsin√(%)

Ulangan Perlakuan Daya

(48)

35

Lampiran 4 Data Suhu dan Kelembaban Relatif di Ruang Simpan.

(49)

36

(50)

37

(51)

38

(52)

39

(53)

40

Gambar

Gambar 1  Buah saga pohon (A. pavonina).
Gambar 2  Efek piramida cheops dan medan magnet bumi-ionosfer.
Gambar 3  Struktur ikatan kimia kaolin.
Gambar 4  Ukuran piramida.
+7

Referensi

Dokumen terkait