KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF
PKS DAN PDI PERJUANGAN
(KAJIAN PERBANDINGAN)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Ria Rizki Amalia NIM : 105045201531
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S 1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2009
KONSEP DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN
(KAJIAN PERBANDINGAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh:
Ria Rizki Amalia
NIM: 105045201531
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Khamami Zada, M.A.
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT.
Dialah sumber tempat bersandar, Dialah sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas,
Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya. Sehingga penulis diberikan kekuatan
fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “KONSEP
DEMOKRASI DALAM PERSPEKTIF PKS DAN PDI PERJUANGAN (KAJIAN
PERBANDINGAN).”
Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat Islam Nabi
Muhammad SAW. beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang
telah membuka pintu keimanan yang bertauhidan kebahagiaan, kearifan hidup
manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang
dijadikan sebuah pembelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.
Setulusnya dari hati yang paling dalam penulis menyadari, bahwa suksesnya
penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Asmawi, M.Ag., dan Sri Hidayati, M.Ag., Ketua dan Sekretaris Program
3. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag., dan Khamami Zada, M.A., Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan
masukan dan memberikan ilmunya selama penulis mengerjakan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan tenaga
dan pikirannya untuk mendidik penulis. Semoga do’a dan didikannya menjadi
berkah dan dapat menuntun penulis untuk memsuki kehidupan yang lebih
baik.
5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan pelayanan,
fasilitas kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.
6. Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera dan Dewan Pengurus Pusat
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tingkat Pusat, Cabang Cibinong Kab.
Bogor dan PAC Jonggol Bogor beserta staff yang telah banyak membantu
terutama memberikan pelayanan dalam memperoleh bahan bacaan yang
begitu besar manfaatnya untuk penulisan skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibu tercinta Drs. RHE. Ghazali Thoyib, M.Pd.I., dan Hj. Ida
Rosyidah Hsy yang selalu penulis hormati dan sayangi, dan yang selalu
mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan bimbingan,
arahan, nasehat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah
SWT memberikan limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka.
8. Semua saudara penulis, yang telah membantu dengan doa dan materi yaitu:
Lia Hafiliani, S.Pd.I., dan H. Asep Supriyadi Sanusi, Lc., MA., Meliani
Thoyib, S.Pd.I., dan Ismatullah, S.E., Nadiana Fikriani dan H. Muhammad
Romli, Lc., dan adikku Mira Humaira Azalia serta keponakan-keponakan
yang lucu-lucu yang telah memberikan dorongan motivasi kepada penulis.
9. Kepada teman-teman satu kelas SS angkatan 2005 yang selalu memberikan
kenangan yang tak terlupakan. Khususnya Icha (Lisa Astarina), Istie
(Istiqomah), Rohma (Rahmasari), Lia (Lia Hilyah), Ari Zakiyah, Resty
Baliarni, Latief Amri serta teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu,
thanks for all
Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun
materiil, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan
pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah
surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan
berkah bagi penulis dan semua pihak. Amin.
Jakarta, 17 September 2009 M 26 Ramadhan 1430 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
D. Review Studi Terdahulu ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI A.Pengertian Demokrasi ... 12
B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi... 15
C. Prinsip-prinsip Demokrasi ... 23
D.Nilai-nilai Demokrasi... 26
BAB III SEKILAS TENTANG PKS DAN PDI PERJUANGAN A.PKS (Partai Keadilan Sejahtera) 1. Latar Belakang Berdirinya PKS ... 31
2. Visi dan Misi PKS ... 33
3. Ideologi dan Platform PKS... 35
B.PDI PERJUANGAN (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) 1. Latar Belakang Berdirinya PDI Perjuangan ... 40
2. Visi dan Misi PDI Perjuangan ... 44
BAB IV DEMOKRASI DALAM PANDANGAN PKS DAN PDI PERJUANGAN
A. Pandangan PKS dan PDIP tentang Kedaulatan... 50
B. Pandangan PKS dan PDIP tetang Pemilihan Umum (Pemilu) . 53 C. Pandangan PKS dan PDIP tentang Hukum Negara ... 56
D. Pandangan PKS dan PDIP tentang Sistem Demokrasi... 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran-saran... 65
DAFTAR PUSTAKA...66
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama sekaligus negara. Islam dianggap sebagai satu-satunya
agama yang memiliki ajaran yang paling utuh, serba melingkup, dan senantiasa sesuai
dengan kebutuhan zaman. Selain itu, paradigma ini kerap menggiring umat Islam
untuk menampilkan agamanya dalam bentuk formal, yakni dangan menampakkan
wajah literar bangunan politik Islam waktu silam, tanpa upaya modifikasi dan
kontekstualisasi dengan kebutuhan realitas.1
Agama Islam menganjurkan kepada manusia tentang keadilan, kejujuran,
persamaan, persaudaraan, amanah dan musyawarah, yang kesemuanya itu dalam
rangka mewujudkan suatu tata kehidupan masyarakat dan negara yang
sebaik-baiknya untuk kemaslahatan hidup yang berkesinambungan, baik kehidupan
individual maupun kehidupan sosial. Dan bahwa “pada dasarnya universalisme ajaran
(agama) Islam telah memuat prinsip-prinsip dasar mengenai hubungan-hubungan
sosial termasuk demokrasi".2
1
Khamami Zada dan Arif H. Arafah, Diskursus Politik Islam, (Jakarta: LSIP, 2004), Cet. Ke-1, h. 24.
2
Demokrasi merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat kelas bawah sampai masyarakat kelas elit, sebut
saja tokoh masyarakat, politisi, mahasiswa, cendekiawan, dan seterusnya. Lebih dari
itu, demokrasi diyakini sebagai salah satu alternatif sistem nilai yang berkembang
dalam sendi kehidupan manusia dan masyarakat, bahkan negara.3
Demokrasi merupakan salah satu aliran filsafat yakni suatu aliran yang
meninjau asal usul kekuasaan politik suatu negara yang didasarkan kepada keinginan
umum rakyat. Dalam hal ini rakyat dapat digambarkan sebagai suatu aturan hukum
yang melahirkan keinginan umum dan mengilhami isi paham demokrasi.
Kekuasaan yang menganut sistem demokrasi dalam suatu negara berada di
tangan rakyat itu sendiri. Pada hakikatnya demokrasi berasal dari rakyat, dikelola
oleh rakyat, dan untuk kepentingan seluruh rakyat.4
Sejak dicetuskannya hingga perkembangannya dewasa ini, demokrasi telah
menjadi bagian penting dalam persoalan umat manusia, yang senantiasa mengalami
dinamika dan perubahan-perubahan. Pemahaman dan pelaksanaan demokrasi
berkembang sesuai dengan berkembangnya waktu dan latar (setting), sehingga bisa
berbeda dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat. Bahkan secara empirik,
3
Ubaidillah (et.al), Pendidikan kewargaan: Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), h. 161.
4
demokrasi yang dianggap sementara waktu ini sebagai alternatif terbaik dalam bentuk
dan sistem pemerintahan yang pernah ada di dunia.5
Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian negara yang
dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di
tangan rakyat. Pendapat lain menyebutkan bahwa demokrasi merupakan sistem
politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.6
Dalam masyarakat yang besar, rakyat hanya bisa memberikan pengaruh yang
kecil sebagai individu, tetapi pengaruh itu bisa besar jika mereka bergabung dengan
membentuk suatu perkumpulan. Partai politik menjalankan berbagai macam perann
dan fungsi. Keberadaan partai-partai politik merupakan bagian dari suatu mekanisme
penting dalam kehidupan demokrasi.7
PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai yang
secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. PDI
5
Carol C. Gaul, Rethinking Democracy: Freedom and Social Cooperation in Politics, Economy and Society, (London: Yale University Press, 1990), h. 15-20.
6
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, (Yogyakarta: Gema Media, 1999), h. 8.
7
Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada
tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima)
partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI),
Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katholik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia (IPKI), dan Murba. Maka pada tanggal 1 Februari 1999 PDI menjadi PDI
Perjuangan.
Secara ideal PDI Perjuangan mengatakan demokrasi sebagai sistem menjaga
keseimbangan antara konflik dengan konsensus, artinya demokrasi memungkinkan
perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan diantara individu, kelompok,
diantara individu dan kelompok, pemerintah bahkan lembaga pemerintah. Tetapi
konflik tersebut tidak menghancurkan sistem.
Demokrasi Indonesia hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi
permusyawaratan yang memberi hidup, yaitu politiek-economische democratie yang
mampu mendatangkan kesejahteraan sosial. Disini yang ada bukan hanya persamaan
politik, tetapi di atas lapangan ekonomi pun kita harus mengadakan persamaan,
artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.8
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sering disebut sebagai keajaiban politik di
indonesia. Betapa tidak, hanya sekitar satu tahun setelah dideklarasikan (Agustus
1998), partai yang semula bernama Partai Keadilan itu telah berhasil mengikuti
Pemilu 1999. Dalam Pemilu 2004, PKS mampu meningkatkan jumlah suara sangat
8
signifikan. Partai yang karena alasan electoral threshold berganti nama menjadi
Partai Keadilan Sejahtera.9
Untuk mewarnai negara dan menguasai istitusi yang memiliki power ini,
para aktivitas Tarbiyah membentuk partai politik dan berpartisipasi dalam hajat-hajat
demokrasi. Ini merupakan cara yang paling mungkin, strategis, dan aman untuk
masuk ke jantung negara dan kemudian mewarnainya, dan bahkan jika masuk
mungkin menguasainya untuk kepentingan dakwah. Dengan berjuang dalam koridor
konstitusional maka ide-ide islam bisa ditawarkan secara legal dan tidak mudah
dipatahkan oleh kompetitornya.
PKS melihat demokrasi sebagai fursah (kesempatan). Demokrasi hingga
batas tertentu ada manfaatnya. PKS sedikit berbeda dengan jamaah Islam lain yang
mengatakan demokrasi adalah produk barat dan bertentangan dengan Islam. PKS
melihat bahwa demokrasi sebagiannya bisa dimanfaatkan untuk dakwah. Akan tetapi
tentunya bukan demokrasi dalam arti menghalalkan segala cara yang tidak ada
dzawabit syar’i (rambu-rambu syari’at)-nya, tidak ada rambu-rambu agamanya. PKS
tidak berpandangan bahwa apa pun yang berbau demokrasi adalah jahiliah karena
demokrasi yang bermakna mendengarkan dan menghargai pendapat orang, serta
kebebasan menyampaikan pendapat adalah tidak bertentangan dengan Islam.10
9
Muhammad Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta, PT Lkis, 2008, h. 1
10
Persoalan lain yang musykil di kalangan tarbiyah PKS adalah keterlibatan
mereka dalam sistem demokrasi. Di satu sisi, konsep mereka tentang kedaulatan yang
berbasis pada konsep Al-Hakimiyyah Lillah (kedaulatan milik Tuhan) bertentangan
dengan konsep demokrasi yang dasarnya adalah kedaulatan rakyat. Artinya, dalam
demokrasi, aturan hukum dan regulasi dibuat oleh lembaga legislatif sedangkan
konsep politik Islam hukum harus merujuk pada Al-Qur’an dan as-Sunnah11.
Penulis tertarik untuk lebih tenggelam dalam pandangan dan respon partai
PKS dan PDI Perjuangan tentang demokrasi. Maka penulis memberi judul skripsi
“Konsep Demokrasi dalam Perspektif PKS dan PDI Perjuangan (kajian Perbandingan)”
B.Pembatasan dan Perumusan Masalah
Konsep demokrasi di Indonesia merupakan sebuah wacana yang menjadi
perdebatan antara partai politik termasuk partai PKS dan PDI Perjuangan maka untuk
membatasi permasalahan dalam skripsi ini akan mengkaji pandangan partai politik
tersebut.
Berangkat dari permasalahan tersebut penulis akan melakukan penelitian yang
lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi pernasalahan dan adapun
perumusan masalah adalah sebagai berikut:
11
1. Bagaimana konsep PKS dan PDI Perjuangan tentang demokrasi di
Indonesia?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan dalam konsep demokrasi menurut
PKS dan PDI Perjuangan?
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan akan dapat dicapai
beberapa sasaran sebagai tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui sejauh mana pandangan PKS dan PDI Perjuangan
terhadap demokrasi
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep demokrasi menurut
PKS dan PDI Perjuangan
Mengenai manfaat dalam penulisan skripsi ini antara lain:
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan keilmuan di bidang fiqh
siyasah dalam konteks ketatanegaraan di Indonesia.
2. Sebagai bahan kajian dan rujukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap demokrasi.
3. Memberikan pemahaman tersendiri khususnya bagi penulis dan umumnya
D.Review Studi Terdahulu
Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini penulis ingin memberkan
gambaran penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi ini.
Masykuri Abdillah, dalam bukunya Demokrasi di Persimpangan Makna:
Respons Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993),
telah meneliti respons intelektual muslim Indonesia terhadap konsep demokrasi
memang beragam. Demokrasi menurut intelektual sangat beragam pemaknaannya
hingga operasionalisnya.
M. Imdadun Rahmat, dalam bukunya Ideologi Politik PKS: Dari Masjid
Kampus ke Gedung Parlemen, Dalam buku tersebut, menjelaskan gerakan islam di
indonesia digairahkan kembali oleh kehadiran dan kiprah Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Partai Islam yang berbasis para aktifis tarbiyah ini telah mengembangkan
berbagai kemajuan bagi umat Islam dan memperkaya warna perpolitikan di
indonesia. Dalam buku ini juga menguraikan tentang PKS dan konsep demokrasi.
Muhammad Taufik, dalam skripsi Ide Demokrasi Dalam Konsep ‘Ashabiyah
Ibn Khaldun (2008). Dalam salah satu bab yang menguraikan tahapan terbentuknya
demokrasi dan perkembangan serta prinsip-prinsipnya. Skripsi ini tidak membahas
tentang nilai-nilai demokrasi sebagai acuan dalam mengembangkan demokrasi.
Untuk sampai pada rumusan yang tepat mengenai kajian tersebut, maka
metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
kualitatif dengan melacak sumber kepustakaan (Library Research) dan Lapangan
(Field Research).
2. Teknik Pengumpulan Data
Penulis memperoleh data melalui studi kepustakaan atau documenter dengan
Mencari, mengumpulkan, meneliti, dan menelaah serta mengkaji data dan informasi
dari berbagai media yang relevan dan obyektif. Di samping itu, penulis juga
melakukan wawancara (interview) terhadap praktisi politik PKS dan PDI Perjuangan.
3. Sumber Data
a. Data Primer, Yaitu data-data yang diambil dari hasil wawancara langsung
dengan praktisi politik PKS dan PDI Perjuangan serta meminta dokumen
partai mengenai konsep Demokrasi.
b. Data Sekunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu
literatur berupa jurnal, majalah, artikel, website, dan lain-lain yang berkaitan
4. Teknik Analisis Data
Analisis penulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
(contents analysis) yaitu menguraikan data melalui kategorisasi, perbandingan dan
pencarian sebab akibat, baik menggunakan metode induktif maupun deduktif.
5. Teknik Penulisan Skripsi
Adapun Teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman
Penulisan Skripsi, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri , Jakarta, 2007.
F. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini, penulis membagi pembahasan ke dalam 5 bab, dimana
masing-masing bab mempunyai penekanan pembahasan mengenai topik-topik
tertentu, yaitu:
BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB III Sekilas Tentang pengertian partai politik, tentang PKS dan PDI Perjuangan, PKS (Partai Keadilan Sejahtera), Latar Belakang Berdirinya
PKS, Perspektif Ideologi dan Program PKS, Visi dan Misi PKS. Dan
PDI Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), Latar
Belakang Berdirinya PDI Perjuangan, Perspektif Ideologi dan Program
PDI Perjuangan, Visi dan Misi PDI Perjuangan.
BAB IV Demokrasi dalam Pandangan PKS dan PDI Perjuangan, Pandangan PKS dan PDI P tentang Kedaulatan, Pemilihan Umum (Pemilu), Hukum
Negara, dan Sistem Demokrasi.
BAB V Merupakan bab penutup, yang berisikan kesimpulan dari seluruh penelitian serta saran-saran. Pada bagian pembahasan skripsi disertai
BAB II
TINJAUAN UMUM DEMOKRASI
A.Pengertian Demokrasi
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya,
sebab hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalan organisasi negara dijamin.
Hingga saat ini, demokrasi merupakan terminologi politik yang paling populer dan
sering dipakai beberapa negara termasuk juga negara-negara di dunia muslim. Namun
pakar ilmu politik belum sepakat, apakah demokrasi itu sekedar alat untuk mencapai
tujuan, ataukah menjadi tujuan itu sendiri.12
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang
berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti kekuasaan atau “ rakyat berkuasa” atau
“government of rule by the people”.13 Dengan kata lain demokrasi adalah
pemerintahan oleh rakyat; atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam
keputusan rakyat.14 Dalam suatu negara rakyatlah yang memiliki kekuasaan tertinggi
(government of rule by the people). Rakyat merupakan pemegang policy dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
12
Idris Thaha, Demokrasi Religius: Pemikiran Politk Nurcholish Madjid dan M. Amien Rais, (Jakarta: Teraju, 2005), h.17.
13
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmun Politik, cet.XIX, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.50.
14
Secara terminologis, demokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan dengan gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.15 Istilah
demokrasi saat ini telah diterima oleh hampir seluruh pemerintahan di dunia, bahkan
pemerintahan otoriter pun menggunakan istilah “demokrasi” untuk
mengkarakterisasikan rezim dan aspirasi mereka. Istilah demokrasi ini, mempunyai
berbagai pengertian dalam pandangan kontemporer, sebagaimana dapat dilhat dalam
definisi berikut ini:
1. Menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif
atas suara rakyat.
2. Sidney Hook, berpendapat bahwa, demokrasi adalah bentuk pemerintahan di
mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung maupun
tidak langsung, didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara
bebas dari rakyat dewasa.
3. Philippe C. Smitter dan Terry Lynn Karl, mendefinisikan bahwa demokrasi
merupakan suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah diminta tanggung
jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara,
15
yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama,
dengan para wakil mereka yang terpilih.16
4. Henry B. Mayo, demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik.17
Dari pendapat para tokoh tentang pengertian demokrasi di atas dapat ditarik
sebuah benang merah, yaitu, bahwa dalam demokrasi, rakyat sebagai pemegang
kekuasaan, pembuat, penentu keputusan dan pemegang kebijakan tertinggi dalam
penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta pengontrol terhadap pelaksanaannya,
baik secara langsung maupun tidak langsung oleh lembaga perwakilan yang
merupakan wadah yang mewakilinya18.
Dengan demikian makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan
bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan
dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya termasuk dalam menilai kebijakan
negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan
demikian negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara yang
16
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi, h. 73-74.
17
A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, h. 163
18
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi,
demokrasi berarti pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau
atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.
B. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi
1. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Barat
Demokrasi dalam sejarah, mengalami pertumbuhan da perkembangan melalui
proses-proses historis yang sangat panjang dan komplek. Ide demokrasi bukanlah ide
yang mudah dipahami, sebab ia memilih konotasi makna, variatif, evolutif, dan
dinamis. Oleh karena itu, praktik di setiap negara tidak akan selalu sama.19
Pada masa Yunani Kuno, abad ke-6 SM sampai abad ke-4 M. Demokrasi
diterapkan secara langsung (direct democracy), artinya rakyat membuat
keputusan-keputusan politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara. Warga
negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di depan hukum, merumuskan
undang-undang, dan tidak didiskriminasi dalam proses perumusan kebijakan
negara.20
19
Abdul Latif, Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam Upaya Mewujudkan Negara Hukum Demokrasi, (Yogyakarta: Total Media, 2007), h. 38.
20
Praktek demokrasi langsung untuk pertama kalinya diterapkan di negara kota
(city state) Athena, Yunani Kuno. Praktek demokrasi inilah yang menjadi salah satu
faktor bagi munculnya gagasan, ide, dan lembaga demokrasi pasca kekalahan
negara-kota Athena dari Sparta. Yaitu, terbentuknya negara kesejahteraan (walfare state),
yang digagas oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Plato (427-437 SM), Aristoteles
(384-323 SM), M. Tullius Cicero (106-43 SM), dan lainnya.21
Selain itu, di dunia Barat modern, terutama pada Abad Pertengahan (600-1400
M), masa ini ditandai oleh pola kehidupan negara yang bersifat feodalistik dan
mengagung-agungkan bangsawan gereja sebagai lembaga agama di bawah
kepimpinan Paus yang memainkan peran sangat besar, bahkan gereja membawahi
negara.
Pada masa ini pula, banyak terjadi perebutan kekuasaan untuk mempengaruhi
raja yang dilakukan oleh para bangsawan. Maka munculnya konsep demokrasi
melalui Magna Charta (Piagam Besar) di akhir abad pertengahan sebagai tonggak
perkembangan gagasan demokrasi. Piagam ini berintikan perjanjian antara kaum
bangsawan dan raja John di Inggris, untuk mengakui dan menjamin hak-hak
(preveleges) rakyat sebagai imbalan bagi penyerahan dana bagi keperluan perang dan
sebagainya. Selain itu, piagam tersbut memuat dua prinsip yang sangat mendasar:
21
pertama, adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting
daripada kedaulatan negara.22
Sedangkan pada abad Renaissance23 (1350-1600 M) dan Reformasi (
(1500-1650 M). Eropa masuk ke dalam Aufklarung (abad pemikiran) dan rasionalisme yang
ditandai oleh merebaknya gagasan-gagasan demokrasi yang menjadi perhatian khusus
banyak pemeikir seperti Nicollo Machiavelli (1469-1527 M), Thomas Hobbes
(1588-679 M), John Locke (1632-1704 M), Montesquieu (1689-1755 M), dan Jean Jacques
Rousseau (1712-1778 M).24 Mereka inilah para kampiun gagasan demokrasi Barat
dan telah mendorong bagi lahirnya Revolusi Amerika (1774-1783 M) dan Revolusi
Perancis (1786 M).
Di abad modern, mulai pada abad ke-19, muncul pola pikir dan inspirasi baru
bagi gerakan politik yaitu, demokrasi menjadi model yang diakui secara luas untuk
pengorganisasian secara mandiri. Demokrasi muncul untuk mengatasi
masalah-masalah terutama terkait dengan: bagaimana masyarakat dapat mencapai kesepakatan
untuk mengatur kehidupan bersama meski sistem nilai dan agamanya berbeda?
22
Moh. Mahfud, M.D., Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, h. 65.
23
Renaissance adalah ajaran yang ingin menghidupkan kembali minat pada kesusastraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan disisihkan. Sedangkan Reformasi adalah revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat yang berkembang menjadi asas-asas protestanisme, seperti perjuangan menentang kekuasaan sewenang-wenang atas nama agama, desakralisasi kekuasaan gereja, memperjuangkan kebebasan beragama, kebebasan berfikir, kebebasan mengemukakan pendapat, dan pemisahan secara tegas antara wilayah agama (gereja) dan negara.
24
Bagaimana cara menata kekuasaan politik agar selaras dengan kepentingan, nilai dan
aspirasi rakyat, serta bertindak atas nama mereka? Demokrasi akhirnya menemukan
jati dirinya dalam kehidupan modern, yaitu membangun pemerintah melalui proses
pemilihan bebas, adanya pengawasan, serta pemisahan pusat-pusat kekuasaan.25
Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam berbagai
tatanan aktivitas masyarakat dan bernegara di beberapa negara. Ada dua alasan
dipilihnya demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama, hampir
semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang
fundamental; kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan organisasi
Negara tertinggi.26
2. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia
a. Demokrasi periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Sistem
Demokrasi Parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan
diproklamirkan dan kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
1950, ternyata kurang cocok untuk Indonesia, meskipun dapat berjalan secara
memuaskan pada beberapa negara Asia lain. Persatuan yang dapat digalang selama
25
Thomas Meyer, Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, (Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung, 2003), cet. ke-2, h. 2.
26
menghadapi musuh bersama menjadi koridor dan tidak dapat dibina menjadi
keuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai. Karena lemahnya banih-benih
demokrasi sistem parlementaer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik
dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Undang-Undang Dasar 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer
dimana badan eksekutif terdiri dari presiden sebagai kepala Negara Konstitusional
(constitutional head) beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab
politik. Karena fragmentasi partai-partai politik setiap kabinet berdasarkan kondisi
yang berkisar pada astu atau dua partai besar dan beberapa partai kecil. Umumnya
kabinet dalam masa pra pemilihan umum yang diadakan dalam tahun 1955 tidak dpat
bertahan lebih lama dari rata-rata delapan bulan, dan hal ini menghambat
perkembangan ekonomi dan politik oleh karena pemerintah tidak memperoleh
kesempatan untk melaksanakan programnya.
Pada periode ini kedudukan parlemen sangat kuat dan pada gilirannya
menguat pula kedudukan partai politik. Salah satu hal yang penting dalam periode ini
adalah adanya perdebatan yang tidak berkesudahan yang dilakukan oleh anggota
parlemen dari partai yang berbeda. Karena seperti diketahui bahwa pada periode ini
tumbuh multipartai. Era multi partai diikuti oleh adanya alam kebebasan (tumbuhnya
Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak mampunya
anggota-anggota partai yang tergabung dalam konstitusional untuk memcapai konsensus
mengenai dasar negara ketika membahas undang-udang dasar baru, mendorong Ir.
Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan dekrit presiden 5 juli 1959 yang
menentukan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945. Keluarnya dekrit
presiden tersebut merupakan intervensi presiden terhadap parlemen. Dengan
demikian sejak derit presiden keluar masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer
berakhir.
b. Demokrasi periode 1959-1965
Ciri sistem politik pada periode ini adalah dominasi peranan Presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya
perana ABRI sebagai unsur sosial politik. Dalam praktik pemerintahan, pada periode
ini telah banyak melakukan distorsi terhadap praktik demokrasi. Dekrit presiden 5 juli
yang dipandang sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan
politik yang terjadi dalam sidang konstituante merupakan salah satu bentuk
penyimpangan praktik demokrasi. Begitu pula, dalam Undang-Undang Dasar 1945
telah ditegaskan bahwa bagi seorang presiden dapat bertahan sekurang-kurangnya
selama lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS no. III/1963 yang mengangkat Ir.
Soekarno sebagai presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima
Setelah DPR hasil pemilu 1955 yang demokratis dibubarkan, presiden
membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong yang mengganti Dewan
Perwakilan Rakyat hasil pemilihan umum. Dalam DPR gotong royong sangat
ditonjolkan peranannya sebagai pembantu pemerintah sedangkan fungsi kontrol
sebagai sesuatu yang melekat pada DPR ditiadakan. Selain itu pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong dijadikan sebagai salah seorang menteri. Dengan
demikian dalam posisi itu pimpinan dewan hanya difungsikan sebagai pembantu
presiden disamping fungsi sebagai wakil rakyat. Peristiwa tersebut mencerminkan
telah dtinggalkannya doktrin trias politika yang intinya adalah adanya pembagian dan
pemisahan kekuasaan atara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Satu pertanyaan yang patut dikedepankan adalah bagaimana rumusan
demokrasi terpimpin dan apakah butir-butir pokok demokrasi terpimpin tersebut?
Demokrasi terpimpin menurut Soekarno (presiden RI) seperti dikutip oleh Ahmad
Syafi’i Ma’arif adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dalam kesempatan lain Soekarno mengatakan bahwa
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan tanpa anarkisme, liberalisme
dan otokrasi diktator. Demokrasi kekeluargaan adalah demokrasi yang mendasarkan
sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu
kekuasaan sentral yang sepuh, seorang ketua dan mengayomi.
Selanjutnya dalam pidatonya pada tanggal 17 Agustus 1959 dengan judul
prinsip-prinsip dasar demokrasi terpimpin adalah: 1. Tiap-tiap orang diwajibkan untuk
berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, bangsa dan negara; 2. Tiap-tiap
orang berhak mendapat penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam pandangan Ahmad Syafi’i Ma’arif demokrasi terpimpin sebenarnya
ingin menempatkan Soekarno sebagai ayah dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuaaan terpusat berada di tangannya.
Dalam penjelasan tersebut tergambar bahwa kekeliruan yang sangat besar
dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi. Demokrasi terpimpin Soekarno sebenarnya bukan sistem demokrasi
yang sebenarnya, melainkan sebagai suatu bentuk otoritarian. Karena itu pada periode
ini sebenarnya alam dan iklim demokrasi tidak muncul, karena yang sebenarnya
terjadi dalam praktik pemerintahan adalah rezim pemerintahan sentralistik otoriter
Soekarno. Demokrasi terpimpin ala Soekarno berakhir dengan lahirnya gerakan 30
September 1965 yang di dalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).
c. Demokrasi periode 1965-1998
Periode pemerintahan ini muncul setelah gagalnya gerakan 30 september 1965
yang dilakukan oleh PKI. Landasan formil periode ini adalah Pancasila.
Undang-Undang Dasar 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Semangat yang mendasari
kelahiran periode ini adalah ingin mengembalikan dan memurnikan pelaksanaan
konsekuen. Karena sebelum periode ini telah terjadi penyelewengan dan pngingkaran
terhadap kedua landasan formal dan yuridis dalam kehidupan kenegaraan.
Pada periode ini praktik demokrasi di Indonesia senantiasa mengacu pada
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Karena itu demokrasi pada masa ini disebut
dengan demokrasi Pancasila. Beberapa perumusan tentang demokrasi Pancasila
adalah sebagai berikut: a. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah
menegakkan kembali azas-azas negara hukum dan kepastian hukum. b. Demokrasi
dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi semua
warga negara. c. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya bahwa pengakuan
dan perlindungan HAM, peradilan yang bebas yang tidak memihak. Karena dalam
demokrasi Pancasila, kedaulatan rakyat dipandang sebagai inti dari sistem demokrasi.
Karenanya rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri.
Namun demikian “Demokrasi Pancasila” dalam rezim Orde Baru hanya
sebagai retorika dan gagasan belum sampai pada tataran praksis atau penerapan.
Karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini sangat tidak
memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi.27
C. Prinsip-prinsip Demokrasi
27
Demokrasi yang merupakan gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara tanpa terkecuali adalah benar-benar merupakan cita-cita yang luhur.
Cita-cita ini akan terwujud jika adanya partisipasi aktif dari semua lapisan masyarakat
serta kemauan kuat dari pemerintah (political will).28 Suatu pemerintahan dikatakan
demokratis bila dalam mekanisme pemerintahan terwujud prinsip-prinsip demokrasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil pengertian bahwa demokrasi mengandung
unsur-unsur kekuasaan mayoritas, suara rakyat, pemilihan yang bebas dan
bertanggung jawab.29
Dalam mengembangkan demokrasi, prinsip-prinsip demokrasi harus selalu
dipegang, karena hal ini merupakan “roh” dari demokrasi itu sendiri. Adapun
prinsip-prinsip demokrasi antara lain, yaitu:
1. Prinsip Persamaan, Prinsip ini mengandung dua makna, yaitu kesamaan (the
sameness) dan kesesuaian (the fitness). Kesamaan di sini diartikan sama rasa
dan sama rata, jadi setiap warga masyarakat akan merasa diberi hak dan
28
Moh. Mufid, Politik dalam perspektif islam, h. 69.
29
kewajiban yang sama. Sedangkan kesesuaian dapat diartikan proporsional,
bahwa setiap anggota masyarakat diberi hak sesuai dengan kemampuannya.30
2. Prinsip kebebasan individu yang satu tidak mengganggu kebebasan yang
lainnya. Artinya, semua orang mempunyai kebebasan, tetapi karena setiap
orang mempunyai kebebasan, maka akan terjadi benturan kebebasan dengan
orang lain. Bila ini dibiarkan, akan terjadi anarki. Padahal demokrasi berbeda
dengan anarki. Demokrasi yang tanpa aturan akan menjadi anarki, karena
kekuatan yang besar bisa menjadi ancaman bagi keadilan dan hak orang lain.
Karena demokrasi sangat menganjurkan pentingnya aturan hukum maupun
bentuk pengaturan yang lain, agar berbeda dengan anarkisme.
3. Prinsip keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan pemerintah,
keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan sangatlah penting, karena
disitulah intinya.31
4. Prinsip Pluralisme, prinsip ini memberikan penegasan dan pengakuan
terhadap adanya perbedaan. Keragaman budaya, agama, bahasa, etnis,
pemikiran dan lain-lain merupakan sesuatu yang tidak bisa terelakkan.32
30
S.M., Ismail dan Abdul Mukti, (ed), Pendidikan Demokratis dan Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet. ke-1, h. 60.
31
J. Soedjati Djiwandono, Demos Kratos=Demokrasi: panduan bagi pemula, h. 7-8.
32
5. Prinsip Pengakuan atas Hak Asasi Manusia (HAM), prinsip ini menegaskan
bahwa keberadaan manusia dengan segala macam potensinya harus diakui
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kesamaan derajat
dengan sesama manusia lainnya. Pada hakekatnya semua manusia adalah
sama, karena perbedaan perlakuan atas manusia yang didasarkan oleh
kemajemukan itu tidak dibenarkan.33
D. Nilai-nilai Demokrasi
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa sekarang ini istilah demokrasi
bagi banyak orang dianggap sebagai kata yang mengimplikasikan nilai-nilai,
perjuangan untuk kebebasan dan jalan hidup yang yang lebih baik. Demokrasi bukan
hanya merupakan kekuasaan mayoritas melalui partisipasi rakyat dan kompetisi yang
bebas tetapi juga mengandung nilai-nilai universal yang tidak hanya berhubungan
dengan institusi formal, tetapi juga dengan eksistensi nilai-nilainya dalam kehidupan
sosial politik. Dalam demokrasi ada sejumlah nilai penting yang menyertainya,
nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nilai Kebebasan
Sebuah sistem demokratis harus memberi beberapa pengakuan yang
mempertimbangkan kebebasan rakyat yang sungguh-sungguh untuk berkumpul dan
33
mengkomunikasikan ide-ide berbeda dengan pemerintah. Kebebasan atau
kemerdekaan yang seperti ini didefinisikan sebagai hak setiap orang atau kelompok
untuk mengurus diri mereka sendiri tanpa pemaksaan atau rintangan dari orang lain.
Definisi lain tentang kebebasan adalah seseorang yang dalam bata-batas tertentu
dapat melakukan atau meninggalkan apa yang ia inginkan.34
Sejak semula, ide tentang kebebasan bertujuan untuk membatasi kekuasaan
monarki absolut di Eropa Barat pada abad ke 16. Kemudian ide ini berkembang
dengan pengawasan rakyat terhadap kekuasaan pemerintah.35
Ada empat pokok kebebasan bagi manusia, yaitu:
a. Kebebasan berbicara dan berpendapat, Bentuk kebebasan ini diterapkan
dengan cara pemberian kebebasan bagi setiap orang untuk berbicara dan
mengeluarkan pendapat.
b. Kebebasan beribadah, setiap orang diberikan kebebasan untuk b eribadah
dengan caranya sndiri di mana saja.
c. Kebebasan dari kekurangan dalam hal ekonomi
d. Kebebasan dari rasa takut.36
34
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muslin Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), h. 134
35
b. Nilai Kesamaan
Demokrasi bertujuan memperlakukan semua orang yang sama dan sederajat.
“setiap orang dilihat dari satu dan tidak satu orang pun yang dilihat lebih dari satu”.
Demikian pendapat orang pakar hukum Inggris, Jeremy Benthan, sebagai penegasan
terhadap pandangan aristokrasi yang menyatakan bahwa kehidupan beberapa orang
yang secara intrinsik lebih berharga daripada kehidupan orang lan. Prinsip kesamaan
tidak hanya menuntut bahwa kepentingan setiap orang harus diperlakukan sama dan
sederajat dalam kebijakan pemerintah, tatapi juga menuntut perlakuan yang sama
terhadapa pandangan-pandangan mereka.37
Lyman Towert Sargen mengembangkan persamaan hak (equality) dalam
konsep yang lebih luas dan rinci. Menurutnya, persamaan hak mengandung lima jenis
persamaan yaitu persamaan hak politik, persamaan di depan hukum, persamaan
kesempatan, persamaan ekonomi dan persamaan sosial atau kehormatan.38
c. Nilai Toleransi
36
Franklin Delano Roosevelt, Empat Kebebasan, dalam Mukhtar Lubis (penyunting), Demokrasi Klasik dan Modern, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h. 212-214.
37
David Betham dan Kevin Boyle, Demokrasi 80 Tanya Jawab, Penerjemah: Bern Hidayat, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 21-22.
38
Toleransi adalah sikap menghormati kebebasan orang lain. Toleransi
dibutuhkan karena disadari tidak ada manusia yang mempunyai kebenaran mutlak
dan berlaku sepanjang masa. Ada pengakuan dalam diri seseorang, bahwa kebenaran
itu mungkin saja berada pada orang lain. Orang-orang yang toleran lebih mudah
berdialog dan bekerja sama dengan orang lain. Demokrasi tanpa toleransi
mengakibatkan adanya praktek anti kebebasan dan diksriminasi.39
d. Nilai Keadilan
Konsep keadilan telah berkembang secara dinamis. Keadilan sebagaimana
yang dirumuskan oleh John Rawls adalah fairness yaitu suatu prosedur yang dapat
menjamin keputusan-keputusan yang diterima setiap orang sebagai suatu hal yang
adil. Inilah yang disebut keadilan prosedural murni (pure procedural justice),
keadilan ini menuntut kesamaan. Tuntutan ini hanya bisa dipenuhi apabila keputusan
yang diambil merupakan hasil kesepakatan yang adil atau bersifat kontraktual.40
e. Nilai Perdamaian
Perdamaian berasal dari kata dasar damai yang berarti sejalan dengan
kompromi. Perdamaian adalah lawan dari kekerasan atau dengan kata lain
perdamaian bersifat anti kekerasan. Demokrasi mengandalkan perdamaian karena
39
Sukron Makmun, Studi Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Ide-ide Demokrasi Dalam Islam, h. 83.
40
dalam setiap demokrasi terdapat pula peluang terjadi konflk, bahkan dalam beberapa
kasus, demokrasi akan selalu tampak berada di pinggir jurang kekacauan dan perang
saudara. Konflik yang terjadi harus diselesaikan lewat jalan damai dan kompromistis.
Demokrasi menghapuskan sikap mengandalkan kekerasan di antara warga negara,
baik dalam wilayah publik maupun privat.41
41
BAB III
SEKILAS TENTANG PKS DAN PDI PERJUANGAN
A. PKS (Partai Keadilan Sejahtera)
1. Latar Belakang Berdirinya PKS
Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan
Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 meraih 1,4 juta suara (7 kursi DPR, 26
kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten).42
Pada perkembangan berikutnya, PK terus berbenah dan memperkuat dirinya.
Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa capaian pada pemilu 1999 tidak
memungkinkan bagi subtainibilitas partai ini. Ketentuan electoral threshold
mengharuskan sebuah partai melewati perolehan 2% jika ingin mengikuti pemilu
berikutnya. Berdasarka UU Pemilu 1999, bab VII, Pasal 39 mengenai syarat
keikiutsertaan dalam pemilu, Partai Keadilan tidak diperbolehkan mengikuti
pemilihan umum 2004, kecuali jika PK mau bergabung dengan partai lainnya, atau
mendirikan partai lainnya, atau mendirikan partai politik baru.
Atas ketentuan tersebut, dan setelah gagal melakukan lobi di parlemen untuk
menurunkan batas electoral treshold, PK akhirnya menempuh jalan menolak
ketentuan tersebut dengan menempuh jalan judicial review ke Mahkamah Konstitusi
42
bersama partai-partai lain yang tidak lolos. Akan tetapi, ditengah proses tersebut PK
menarik diri dan membatalkan pengajuan judicial review tersebut.43
Setelah resmi berdiri lewat Akta Notaris, untuk mengukuhkan pendiriannya
pada tanggal 18 Maret 2003 Partai Keadilan Sejahtera melakukan pendaftaran
sementara sebagai partai polotik yang berbadan hukum ke Departemen Kehakiman
dan HAM. Kemudian, dalam musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang
berlangsung tanggal 17 April 2003 di Wisma Haji Bekasi, Jawa Barat,
direkomendasikan agar Partai Keadilan bergabung dengan PKS. Namun,
penggabungan itu, baru resmi dilakukan pada tanggal 3 Juli 2003. Dengan
penggabungan itu, seluruh hak milik Partai Keadilan menjadi milik PKS, termasuk
anggota Dewan dan para kadernya. Sementara itu, PKS yang sudah mendaftarkan
secara resmi ke DepKehHAM pada 27 Mei 2003, akhirnya dapat disahkan sebagai
partai politik yang berbadan hukum padan 17 Juli 2003. Setelah itu dilakukan
perombakan pengurus, hingga akhirnya pada tanggal 18 September 2003 pengurus
DPP PKS masa bakti 2003-2008 dikukuhkan. Dalam kepengurusan yang baru,
Hidayat Nur Wahid yang semula menjabat sebagai preiden Partai Keadilan, lalu
menggantikan posisi Almuzammila Yusuf sebagai Presiden PKS.44
43
Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 289
44
PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih
baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik
secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu, PK-Sejahtera sangat peduli
dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera.
Strategi pemilu 2009 dan hasilnya adalah pertama perluasan basis kader,
kedua pemanfaatan media untuk sosialisasi program, dan ketiga direct marketing.
Dalam pemilu 2009 alhamdulillah ada peningkatan persentasi suara PKS dari 7,3%
tahun 2004 jadi hampir 8% tahun 2009 sementara jumlah kursi DPR RI naik dari 45
menjadi 57 kursi.45
2. Visi dan Misi PKS
Visi dan Misi PKS
Visi Indonesia yang dicita-citakan Partai Keadilan Sejahtera adalah: “Terwujudnya Masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat”.
Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang
berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan;
menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong
menjaga kedaulatan negara.
45
Adil adalah kondisi dimana entitas dan kualitas kehidupan-baik pembangunan
politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kemasyarakatan-ditempatkan secara proporsional
dalam ukuran yang pas dan seimbang, tidak melewati batas.
Sejahtera mengarahkan pembangunan pada pemenuhan kebutuhan lahir dan
batin manusia, agar manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba dan khalifah
Allah, yakni keseimbangan antara kebutuhan dan sumber pemenuhannya.
Bermartabat, bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang mampu
menampilkan dirinya, baik dalam aspek sosial, politik maupun budaya secara elegan,
sehingga memunculkan perhormatan dan kekaguman dari bangsa lain.
Misi yang diemban Partai Keadilan Sejahtera adalah:
1. Mempelopori reformasi sistem politik, pemerintahan dan birokrasi, peradilan,
dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi.
2. Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat melalui strategi pemerataan pendapatan,
pertumbuhan bernilai tambah tinggi, dan pembangunan berkelanjutan.
3. Menuju pendidikan berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia.46
46
3. Perspektif Ideologi dan Platform PKS
a. Ideologi PKS
Sejak awal berdirinya, partai jaringan dakwah kampus ini telah
mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam. Lebih dari itu, partai ini mencanangkan
dirinya sebagai partai dakwah, yakni partai yang mendedikasikan dirinya untuk
menyebarkan ajaran Islam kepada semua orang dan merealisasikan
ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan. Dengan kata lain, PK lahir untuk memperjuangkan
kepentingan dan kejayaan Islam.
Hal yang sama terjadi ketika PK berubah menjadi PKS pada 2002. PKS
merupakan kontinuitas ideologi, pemikiran, serta manhaj perjuangan PK. Bahkan,
ketika telah menjadi PKS, tampak terjadi penguatan ideologi dan agenda islamis yang
lebih nyata dan artikulatif.47
Dalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa PKS adalah Partai berasaskan Islam.
Partai ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945 dan mewujudkan masyarakat
47
madani yang adil dan sejahtera yang diridhoi Allah dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.48
PKS, sebagai entitas politik nasional, secara subyektif berjuang dengan dasar
aqidah, asas, dan moralitas islam untuk mencapai tujuan terwujudnya masyarakat
madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Bersama-sama dengan entitas politik
lainnya secara kompetitif berjuang untuk mencapai cita-cita nasional. Islam secara
eksternal adalah bentuk diferensiasi dan sekaligus positioning PKS sebagai entitas
politik nasional berhadapan dengan entitas politik lainnya. Di sisi lain dengan
menjadikan islam sebagai aqidah, asas dan basis moral, maka PKS berkeyakinan dan
ingin menegaskan bahwa secara internal-subyektif aktivitas politik adalah “ibadah”,
yang apabila ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, dan dilaksanakan dengan
cara-cara yang baik dengan akhlak terpuji, maka aktivitas ini menjadi ibadah yang bernilai
“amal shalih”.49
b. Platform PKS
1) Bidang Politik
a) Mempelopori reformasi sistem politik, birokrasi, peradilan, dan militer
untuk berkomitemn terhadap penguatan demokrasi.
48
Anggaran Dasar PKS Pasal 5
49
b) Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat yang mempunyai
kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpatisipasi
dalam seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang
memiliki keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas (Bersih,
Peduli dan Profesional).
c) Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai
dengan fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling
mengawasi, demi perubahan hubungan ketatanegaraan yang lebih
stabil.
d) Memperbaiki sistem rekrutmen dan pemberian sanksi-penghargaan,
serta penataan jumlah pegawai negeri dan memfokuskannya pada
posisi fungsional untuk membangun birokrasi yang bersih, kredibel,
dan efisien.
e) Strategi penegakan hukum diawali dengan membersihkan aparat
penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif, serta penguatan
kapasitas kelembagaan
f) Menjadikan kekuatan rakyat sebagai modal dasar kekuatan negara
dalam menghadapi ancaman domestik dan asing, dengan
meningkatkan kesadaran bela negara masyarakat melalui penumbuhan
g) Menjadikan kekuatan rakyat sebagai modal dasar keamanan domestik
dan ketertiban sosial dengan menempatkan polisi selaku aparat
pemelihara kamtibmas, penegak hukum, pengayom, pelindung dan
pelayan masyarakat.
h) Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi
pada semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah
dalam lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat, povinsi dan
daerah.
i) Mendorong prinsip bebas dam aktif, menggalang solidaritas dunia
demi mendukung bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut
kemerdekaannya.
2) Bidang Ekonomi
a) Mendorong program reformasi ekonomi sebagai pilar pemulihan
perekonomian nasional yang mengurangi ketamakan pemburu rente
ekonomi.
b) Mengarahkan fokus kebijakan moneter pada stabilisasi nilai tukar dan
tingkat harga dengan tujuan akhir mendorong dinamika sektor riil dan
c) Pemberantasan kemiskinan adalah tanggung jawab utama
kemanusiaan berkaitan dengan penciptaan keadilan dan kesejahteraan
sosial secara merata, sehingga harus mendapat prioritas tertinggi
dalam pembangunan ekonomi nasional.
d) Ekonomi syariah memainkan peran yang signifikan dalam proses
pembangunan ekonomi nasional, dengan membangun sistem dan
institusi zakat dan wakaf yang kokoh sebagai bagian integral dari
sistem fiskal nasional.
3) Bidang Sosial Budaya
a) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan meningkatkan
kemampuan dan kesejahteraan guru sebagai pilar utama pembangunan
pendidikan nasional.
b) Membangun masyarakat sejahtera melalui proses peningkatan
kapasitas dan pelibatan seluruh komponen masyarakat dalam kerangka
pembangunan kelanjutan.
c) Membina pemuda sebagai ilar pembangunan bangsa dalam mengatai
masalah sosial dan moral, serta menjadikan kaum muda yang mandiri,
d) Dengan bingkai ketakwaan mewujudkan perempuan Indonesia yang
sejahtera, cerdas, berdaya, dan berbudaya melalui pemantapan peran di
sektor domestik dan publik.50
B.PDI PERJUANGAN (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
1. Latar Belakang berdirinya PDI P
Sejarah PDI Perjuangan Perjuangan syarat dengan perjuangan eksistensial
karena pada awalnya PDI dibentuk sebagai bagian dari upaya kontrol pemerintah
secara total di dalam “menstabilkan” kehidupan politik dengan legitimasi trauma
sistem kepartaian masa lalu.
Sejarah pergulatan “basis-basis ideologi” dari komponen partai yang berfusi
kepada PDI hingga munculnya PDI Perjuangan memunculkan adanya keyakinan
terhadap apa yang diperjuangkan yang menempatkan PDI Perjuangan sebagai Partai
yang tetap berrohkan kerakyatan dan dicirikan oleh adanya pengakuan dan
penghargaan terhadap demokrasi, kebangsaan dan keadilan sosial.
Sejarah Partai yang penuh konflik sebagai bagaian dari intervensi penguasa
Orde Baru menyisakan tradisi “bertahan” dan “membongkar” yang dimiliki oleh PDI
Perjuangan. Tradisi membangun melalui konsolidasi organisasi, konsolidasi program,
dan personil praktis baru bisa dirumuskan secara lebih sistematis pada saat Kongres I
di Semarang
50
Dari sejarah Partai, mentalitas PDI Perjuangan adalah Mentalitas orang
tertindas. Mereka adalah gerilyawan yang tidak mengenal keteraturan, yang
menyiapkan dirinya untuk bertahan, untuk melawan, bukan memimpin dan bukan
untuk menata. Mempelajari sejarah Partai artinya adanya kesadaran bahwa
membangun Partai, tidak hanya memerlukan syarat konsolidasi organisasi, ideologi,
program dan konsolidasi personil. Penataan mental map yang didasarkan oleh tradisi
bertahan, membongkar dan melawan, menjadi tradisi berpolitik yang berkeadaban,
yang taat pada aturan main, yang memahami budaya dan mekanisme demokrasi
namun tetap disertai oleh adanya militansi yang tinggi sebagai kader Partai.
Sejarah Partai juga sangat diwarnai oleh berbagai konflik kepentingan, yang
menjadi ajang campur tangan pihak luar. Sejarah konflik telah mengajarkan betapa
perwujudan ideologi dan Platform Partai tidak didasarkan oleh tata nilai berpolitik,
moral dan etika para elit Politik. Sangat sering terjadi pembelokan atas mandat yang
diberikan oleh anggota Partai melalui Kongres Partai
Konsistensi dan ketegasan sikap yang ditunjukkan oleh Megawati di dalam
menghadapi kekuatan represif Orde Baru sekaligus mentradisikan sikap-sikap politik
yang taat pada aturan hukum, yang memiliki ketegasan dalam memegang prinsip, dan
memberikan bukti adanya dukungan spontan dari rakyat. Politik bagi Megawati
adalah hitam-putih ditingkat pengembilan keputusan, yang tidak mengenal kompromi
serta tradisi transaksi lebih-lebih untuk kepentingan jangka pendek. Sikap politik
bahwa Rakyat, Partai politik, dan Parlemen sebagai mata rantai utama sistem politik,
Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang
begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang
Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam
perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH
Abdurahman Wahid yang terpilih di dalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden
Republik Indonesia Ke-4.
Untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi PDI
Perjuangan, pengurus DPP PDI Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I
PDI Perjuangan meskipun masa bakti kepengurusan DPP sebelumnya baru selesai
tahun 2000. Salah satu alasan diselenggarakannya Kongres ini adalah untuk
memantapkan konsolidasi organisasi Pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil
Presiden RI.
Kongres I PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 27 Maret - 1 April
2000 di Hotel Patra Jasa Semarang-Jawa Tengah. Menjelang Kongres I PDI
Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan,
nama yang muncul antara lain Dimyati Hartono yang saat itu masih menjabat sebagai
Ketua DPP PDI Perjuangan, kemudian muncul pula nama Eros Jarot yang sempat
menggalang DPC-DPC untuk mendukungnya. Di dalam pemandangan umum
Cabang-Cabang, dari 243 DPC, hanya 2 DPC yang mengusulkan nama lain yaitu
Ketua Umum yaitu Megawati, Dimyati Hartono dan Eros Jarot, kemudian DPC Kota
Banjarmasin mengusulkan Eros Jarot sebagai KetuanUmum DPP PDI Perjuangan.
Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri
sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa
pemilihan karena 241 dari 243 DPC mengusulkan nama Megawati sebagai Ketua
Umum DPP PDI Perjuangan.
Setelah Kongres I PDI Perjuangan tahun 2000, pada tahun 2001 Megawati
diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Ke - 5 menggantikan KH
Abdurahman Wahid yang diturunkan dalam Sidang Istimewa MPR-RI. Diangkatnya
Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke - 5 membawa perubahan pada sikap
politik PDI Perjuangan dan cap sebagai partai penguasa melekat di PDI Perjuangan.
Meski sebagai partai penguasa, PDI Perjuangan ternyata tidak mampu meraih
kemenangan di dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2004. PDI
Perjuangan hanya mampu memperoleh suara diurutan kedua dengan 109 kursi di
DPR.
Kongres II PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 28 - 31 Maret 2005
di Hotel Grand Bali Beach, Denpasar Bali, tempat dimana Kongres V PDI
diselenggarakan pada tahun 1998. Kongres ini selesai 2 hari lebih cepat dari yang
Kongres II PDI Perjuangan akhirnya berakhir pada tanggal 31 Maret 2005
setelah Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum terpilih karena seluruh peserta
dalam pemandangan umumnya mengusulkan Megawati menjadi Ketua Umum DPP
PDI Perjuangan periode 2005-2010.51
Hasil dan strategi pemilu 2009 adalah Bukan strategi tetapi harus
mengakomodasi kepentingan-kepentingan rakyat seperti program-program masalah
sembako dan memperjuangkan hak rakyat. Sedikit ada kenaikan dari pemilu 2004
dan hasilnya lumayan tetapi ada problem yang membuat PDI Perjuangan sedikit ada
penurunan dalam suara yaitu media elektronik.52
2. Visi dan Misi PDI Perjuangan
Sebagaimana tercantum dalam buku anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, adapun visi partai PDI Perjuangan
adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaiman
dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia.
51
www.pdi-perjuangan.or.id/diakses pada tanggal 04 Mei 2009
52
2. Membangun masyarakat Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang demokrasi, adil dan makmur.
3. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat.
4. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidnah ekonomi, soial, da budaya
secara demokratis.
5. Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna
mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidpan bangsa serta ikut
melaksanakn ketertiban dunia.
Adapun misi PDI Perjuangan adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara proklamasi 17 agustus
1945 di dalam Kesatuan Republik Indonesia.
b. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan pancasla sebagai
pandangan hidup bangsa.
c. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan
partai politik.
d. Memperjuangkan kebijakan politik partai menjadi kebijakan politik
penyelenggaraan negara.
e. Mempersiapkan kader partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan
publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan
f. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar
terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa.53
3. Perspektif ideologi dan Platform PDI P
a. Ideologi PDI Perjuangan
Ideologi Partai PDI Perjuangan adalah Pancasila 1 Juni 1945. Setiap kader
partai harus memiliki pengertian dan kesadaran idiologi yang tinggi. Sebab tidak
pernah ada partai yang survive tanpa ideologi, tidak pernah ada bangsa yang survive
tanpa ideologi. Sebab ideologilah yang memberikan cita-cita, memberikan arah,
memberikan harapan-harapan kehidupan masa depan bangsa. Lebih penting lagi,
ideologi adalah pondasi partai dan negara. Ideologi yang memberikan landasan,
alasan tindakan dan perjuangan bangsa.
Pancasila 1 Juni 1945 merupakan kristalisasi dari nilai, kearifan, pengetahuan,
pengalaman, perjuangan, cita-cita dan harapan sebuah Negara.
b. Platform PDI Perjuangan
Membangun dan mewujutkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu,
demokratis, berkeadilan, berkemakmuran, berkeadaban:
1) Indonesia Merdeka adalah Indonesia yang bebas dari segala bentuk
penjajahan, baik antar manusia ataupun antar bangsa, baik sebagai subyek
maupun obyek.
53