UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK
DAGING DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera)
MENGGUNAKAN METODE DPPH
(1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHYDRAZYL)
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Rahman Mukti Aji NIM : 1111103000084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, A.I.F., Dr. Arif Sumantri, M.Kes, Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku dekan dan wakil dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi dan untuk seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan mengajarkan saya selama menjalani masa didik di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Zeti Harriyati, M.Biomed dan dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku dosen pembimbing, dimana selain mengarahkan juga memberikan motivasi kepada saya sehingga penelitian ini bias selesai pada waktunya.
4. Kedua orangtua tercinta, Bpk. Daryoto dan Ibu Muslia serta adik saya Imam Khatibi dan Naufal Hasan Sadeli yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Suryani, S.Si yang banyak mengarahkan dan mengajari saya dalam melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini bias selesai pada waktunya.
6. Achmad Ali Machfud dan Nilam Fajarwati selaku kakak tingkat di PSPD yang juga selalu memberi nasihat dan pengarahan dalam melaksanakan penelitian ini.
vi
8. Seluruh mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dan juga teman-teman yang tidak bias saya sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun untuk penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 26 September 2014
vii ABSTRAK
Rahman Mukti Aji. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya (Aloe vera) menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).2014
Latar Belakang: Banyak penyakit dapat disebabkan oleh radikal bebas, sehingga radikal bebas dan antioksidan banyak diteliti guna mencegah penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa daging daun lidah buaya (Aloe vera) bersifat antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Metodologi: Penelitian ini dilakukan secara observasional. Ekstrak daging daun lidah buaya didapatkan dengan cara maserasi dengan pelarut metanol. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya dilakukan pada konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Ekstrak daging daun lidah buaya ditambahkan dengan DPPH. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Absorbansi diukur untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimun 515,8 nm. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan nilai IC50 ekstrak daging daun
lidah buaya sebesar 250,42 ppm. Kesimpulan: Secara kualitatif ekstrak daging daung lidah buaya memiliki aktivitas antioksidan, namun berdasarkan penelitian secara kuantitatif didapatkan nilai IC50 senilai 250,42 ppm yang tidak termasuk
dalam kategori antioksidan berdasarkan klasifikasi Blois.
viii
ABSTRACT
Rahman Mukti Aji. Medical Education Study Program. Antioxidant Activity Assay of Aloe vera Extracts by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydraziyl) Method.2014
Background: Many health problems caused by free radicals. The free radical and antioxidant widely investigated in order to prevent various diseases. Research shows that Aloe vera leaf had functional properties as an antioxidant due to its flavonoid compound. The aim of this study is to know antioxidant activity of Aloe vera leaf extract by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method. Method: Aloe vera leaf extracted was added by maceration with menthanol as its solvent. Antioxidant activity tested in different concentration 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. Aloe vera leaf extract was added by DPPH. This study used vitamin C as positive control. Absorbance measurement used spectrophotometer UV-Vis in maximum wave length 515,8 nm to show the antioxidant activity. Result: From this study, the IC50 value of Aloe vera leaf
extract is 250,42 ppm. Conclusion: This study shows that qualitatively processed Aloe vera extract has antioxidant activity, however quantitative research yielded IC50 value of 250,42 ppm which based on Blois classification, is not considered
as antioxidant
x
2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan …. 10
2.1.5 Antioksidan ……… 10
2.1.4.1 Vitamin C ………. 11
2.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan ……….. 12
2.1.6.1 Metode DPPH ……… 12
2.1.6.2 Metode ABTS ……… 13
2.1.6.3 Metode Deoksiribosa ………. 13
2.1.6.4 Metode FRAP ……… 13
2.1.6.5 Metode TRAP ……… 13
2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi ………… 14
2.2 Kerangka Teori ……… 15
2.3 Kerangka Konsep ……… 15
2.4 Definisi Operasional ……… 16
BAB 3. METODE PENELITIAN ………. 17
3.6 Pengukuran Absorbansi ……… 20
3.7 Manajemen Analisis Data Antioksidan ……… 21
3.8 Hasil Ekstraksi Daging Daun Lidah buaya ………... 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 22
4.1 Absorbansi dan % Penghambatan ……… 22
xi
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ………. 29
5.1 Simpulan ………... 29
5.2 Saran ……….. 29
DAFTAR PUSTAKA ……… 30
LAMPIRAN ……….. 34
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan ……….. 21
Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak
daging daun lidah buaya ………. 24
Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan % penghambatan
vitamin C ……… 24
Tabel 4.3 Nilai IC50 ……… 26
Tabel 6.1 Perhitungan absorbansi, % penghambatan, dan
IC50ekstrak daging daun lidah buaya ……… 34
Tabel 6.2 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan
IC50vitamin C ……….……… 35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman lidah buaya ……… 6
Gambar 2.2 Daging daun lidah buaya ……….. 6
Gambar 2.3 Rumus bangun DPPH ………... 12
Gambar 2.4 Reaksi DPPH dengan antioksidan ……… 13
Gambar 4.1 Larutan seri ekstrak konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm ………. 23
Gambar 4.2 Larutan vitamin C 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm ……….. 24
Gambar 4.3 Persamaan regresi linier ekstrak lidah buaya ………... 26
Gambar 4.4 Persamaan regresi linier vitamin C ……… 26
Gambar 6.1 Hasil Determinasi ……… 34
Gambar 6.2 Larutan hasil maserasi ……… 37
Gambar 6.3 Proses penyaringan larutan hasil maserasi ……. 37
Gambar 6.4 Proses evaporasi ……….. 37
Gambar 6.5 Ekstrak kental daging daun lidah buaya ………. 37
Gambar 6.6 Penimbangan ekstrak kental daging daun lidah buaya ……….. 37
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Determinasi ……… 34
Lampiran 2 Nilai Absorbansi, % Penghambatan, dan
IC50Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya ………. 35
Lampiran 3 Nilai Absorbansi, % Penghambatan dan
IC50 Vitamin C ………. 36
Lampiran 4 Gambar Alat dan Bahan Penelitian ……… 37
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas reaktif, sehingga membentuk radikal bebas yang tidak reaktif dan relatif lebih stabil. 1 Berdasarkan sumbernya antioksidan terbagi menjadi 2 macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan. Antioksidan alami adalah antioksidan yang sudah tersedia dari alam, baik dari bahan pangan yang diperoleh melalui berbagai pengolahan maupun dari bahan alami yang tidak bisa dijadikan bahan pangan. Antioksidan buatan adalah antioksidan yang dihasilkan dari hasil sintesis reaksi. Di dalam tubuh manusia mengandung antioksidan namun jumlahnya terbatas, oleh karena itu jika terkena paparan radikal bebas berlebih tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. 2
Paparan radikal bebas dapat berasal dari luar seperti polusi udara, asap rokok, radiasi sinar ultraviolet, dan obat-obatan, maupun dapat berasal dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari metabolisme normal, peradangan, kekurangan gizi, dan respon dari luar.3 Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah pasangan elektronnya sehingga cenderung tidak stabil. Untuk mengatasi ketidakstabilannya, radikal bebas mempunyai kecenderungan berikatan dengan elektron lain dari sel tubuh agar menjadi stabil. Elektron yang diambil dari sel tubuh oleh radikal bebas dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga muncullah sel-sel mutan yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel, dan organel-organel sel lainnya. 1
2
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, melindungi strukur sel, anti inflamasi, antibiotik dan penghambat resorpsi tulang berlebih. 6 Flavonoid juga telah banyak dipublikasikan sebagai antivirus untuk virus HIV/AIDS dan Herpes. 7
Penelitian yang dilakukan oleh Jeanelle Boyer menjelaskan bahwa konsentrasi flavonoid tertinggi terdapat pada bawang, brokoli, ceri, beri, apel, teh, dan anggur merah. 8 Pengolahan makanan dapat mempengaruhi kadar flavonoid yang terdapat dalam makanan. Makanan yang dimasak terlebih dahulu memiliki kandungan flavonoid yang lebih rendah karena mengalami proses degradasi oleh panas serta pada beberapa makanan yang dimasak dengan cara direbus kandungan flavonoid dapat larut dalam air mendidih. 9
Salah satu tanaman yang mengandung antioksidan adalah lidah buaya (Aloe vera). 10 Pada beberapa jurnal dari Universitas Madras di India, terdapat lebih dari 360 spesies lidah buaya di daerah Amerika Utara, Eropa, dan Asia yang termasuk family Liliaceae. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam lidah buaya. Kandungan antioksidan yang terdapat dalam lidah buaya digunakan sebagai agen anti inflamasi. antivirus, anti neoplasma, antimikrobial, dan dapat mempercepat penyembuhan luka, mengaktifkan makrofag, serta mengatasi reaksi alergi dan masih banyak manfaat lainnya.10
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera) ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui kadar antioksidan pada ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera) dengan metode DPPH dengan berbagai konsentrasi larutan uji.
1.3.2 Tujuan khusus
1.Mengetahui nilai IC50 dari daging daun lidah buaya.
2.Mengetahui apakah ekstrak daging daun lidah buaya memiliki golongan aktivitas antioksidan sangat kuat, kuat, sedang, lemah atau tidak bisa digolongkan.
1.4 Manfaat Penelitian 14.1 Bagi Institusi
Memberi informasi tentang aktivitas antioksidan pada ekstrak daging daun lidah buaya sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya supaya manfaat daging daun lidah buaya bisa dikembangkan lebih jauh lagi.
4
1.4.2 Bagi Peneliti
1. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Sebagai pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian dibidang kesehatan
3. Menambah wawasan tentang tanaman yang mengandung antioksidan
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan pada ekstrak daging daging daun lidah buaya.
1.5 Hipotesis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya atau dalam bahasa latin disebut Aloe vera merupakan tanaman asli dari daratan kering di Afrika yang masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17 melalui petani Cina yang datang ke Indonesia. 12 Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah khatulistiwa terutama dengan ketinggian tempat 0-1.500 m di atas permukaan laut pada jenis tanah latosol, podsolik, andosol, atau regosol dengan drainase yang cukup baik. 13 Di Indonesia, pemanfaatan tanaman ini masih sedikit dan kebanyakan terbatas sebagai tanaman hias dan kosmetika penyubur rambut. 12 Lidah buaya merupakan tanaman perdu yang basah. Bagian dalam daging daun lidah buaya ini dipenuhi getah dan daging berlendir tanpa warna. Teksturnya kenyal dan mudah hancur. Bagian bunganya berkelamin dua (biseksual) memiliki bentuk seperti terompet atau bertabung dengan ukuran 2 sampai 3 cm. Bagian batang lidah buaya berserat atau berkayu, pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup daun yang bergerigi yang panjangnya mencapai 15 cm dan sebagian batangnya terbenam dalam tanah. Bagian akar lidah buaya berserabut yang panjangnya berkisar 30 cm. Lidah buaya akan tumbuh dengan baik pada suhu 28-32o C dan pH 5,5-6 dengan paparan sinar matahari minimal 4 jam sehari serta curah hujan 1.000-3.000 m3 per tahun. 14
Menurut klasifikasi botani, tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut15:
-Divisi : Spermatophyta
-Sub divisi : Angiospermae
6
-Ordo : Liliaflorae
-Familia : Liliaceae
-Genus : Aloe
-Spesies : Aloe vera
Berikut ini gambar tanaman lidah buaya:
Gambar 2.1 Tanaman Lidah Buaya
Sumber: www.gardenlife.com
Gambar 2.2 Daging Daun Lidah Buaya
Sumber: www.thealoeverasite.com
7
vitamin E serta asam amino. Getah daging daun lidah buaya juga mengandung 22 asam amino yang 8 diantaranya adalah asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh. Selain itu daging daun lidah buaya juga bersifat antikanker. Karboksipeptidase yang terdapat pada daging daun lidah buaya bersifat antiinflamasi, hemiselulose dan mannan berfungsi untuk pertumbuhan dan perbaikan kulit. Polisakarida dan flavonoid juga bisa bersifat sebagai antioksidan. 16
2.1.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat digolongkan dalam 3 kategori, yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian dari tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat murni. 3. Simplisia pelican (mineral)
Simplisia pelican adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia. 17
2.1.3 Ekstrak dan Ekstraksi
2.1.3.1 Ekstrak
8
metanol & etanol. Lalu, semua atau hampir semua pelarut diuapkan hingga tersisa massa atau serbuk yang diperlukan sedemikian rupa agar memenuhi standar baku yang sudah ditetapkan. 18
2.1.3.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan zat-zat dari bahan padat maupun cair menggunakan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan hanya mengekstrak substansi tanpa meyebabkan material lainnya ikut larut. Beberapa pelarut sering digunakan adalah etanol, metanol, n-heksana, etil asetat, kloroform, aseton, dan benzen. 18
Metode ekstraksi menggunakan pelarut padat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas, yaitu:
- Cara dingin a) Maserasi
Maserasi adalah suatu proses perendaman menggunakan pelarut untuk menyaring simplisia dengan beberapa kali pengadukan. Ada 2 macam maserasi yaitu maserasi kinetik dan remaserasi. Maserasi kinetik apabila pada saat maserasi dilakukan pengadukan terus-menerus sedangkan remaserasi adalah dengan menambahkan pelarut setelah maserat pertama disaring seterusnya.
b) Perkolasi
9
- Cara panas yaitu terdiri dari digesti, sokletasi,refluks, dekoktasi, dan infludasi. 18
2.1.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak mempunyai pasangan, elektron yang tidak mempunyai pasangan ini mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan pasangannya dengan cara menyerang dan berikatan dengan elektron yang berada disekitarnya. Jika radikal bebas telah berikatan dengan pasangannya, maka akan terjadi kerusakan pada senyawa yang diserangnya. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti gangguan fungsi & struktur sel. Selain itu, dampak lain yang terjadi akibat radikal bebas ketika mencari pasangannya adalah terbentuknya radikal bebas baru yang berasal dari molekul yang elektronnya diambil. Radikal bebas menjadi stabil apabila berikatan dengan radikal bebas lain. 2
Secara umum terdapat 3 tahapan pembentukan radikal bebas, yaitu :
1) Inisiasi (awal pembentukan) Fe++ + H2O2 -> Fe+++ + OH- + .OH
R1-H + .OH -> R1. + H2O
2) Propagasi (pemanjangan rantai radikal) R2-H + R1. -> R2. + R1-H
R3-H + R2. -> R3. + R2-H
3) Terminasi (radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas lainnya atau dengan penangkapan radikal yang menyebabkan pemanjangan rantainya rendah)
R1 + R1. -> R1-R1
R2 + R1. -> R2-R1
10
2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan
Pada kondisi normal, jumlah radikal bebas yang rendah dibutuhkan untuk ekspresi gen, pertumbuhan sel dan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Radikal bebas akan menimbulkan dampak bagi tubuh apabila kemampuan pertahanan tubuh menurun. 19
Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel endotel dengan cara bereaksi dengan nitrat oksida menjadi peroksinitrit. Pembuluh darah diseluruh tubuh dapat terkena efeknya sehingga bisa timbul:
- Kerusakan glomerulus yang dapat menyebabkan gangguan ginjal - Kerusakan pembuluh darah retina
- Kerusakan pembuluh darah koroner - Sistem imun menurun 20
2.1.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang memberikan elektron yang mempunyai berat molekul kecil namun dapat meninaktivasi dan menghambat proses oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami dapat menghasilkan antioksidan, namun jika jumlah radikal bebas bertambah, antioksidan yang dihasilkan tubuh tidak mampu untuk mengikat radikal bebas tersebut dan akhirnya dapat terjadi stress oksidatif. 2
Radikal bebas dihambat melalui 3 cara, yaitu:
- Mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas yang baru. - Menginaktivasi atau menangkap radikal dan memotong propagasi
(pemutusan rantai).
- Memperbaiki kerusakan oleh radikal bebas. 2
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan sekunder. 21
11
mengubahnya menjadi stabil. Selain memberikan ion hidrogen, antioksidan primer juga bereaksi dengan lipid radikal bebas dengan membentuk kompleks lipid-antioksidan.
AH + R -> A + RH (Antioksidan memberikan ion hidorgen pada lipid radikal bebas)
Senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah kelompok senyawa polifenol, asam askorbat (vitamin C), BHT, BHA, TBHQ, tokoferol, dan PG.
(2) Antioksidan sekunder bekerja dengan mencegah terbentuknya radikal bebas dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet, menginaktivasi singlet oksigen, dan bekerja sinergis dengan antioksidan primer. Senyawa yang termasuk golongan antioksidan sekunder adalah asam triodipropionat, dilauril, dan distearil ester. 21
2.1.5.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) mempunyai titik lebur
190-192oC dan mempunyai berat molekul 176,13. Vitamin C dapat dengan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat jika terkena pengaruh oleh zat-zat pengoksidasi lemah, enzim asam askorbat oksidase dan zat-zat pengoksidasi lemah. Karena mudah teroksidasi, vitamin C dapat digunakan sebagai antioksidan. 22 Vitamin C mengandung antioksidan yang berperan untuk mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel. Antioksidan yang terdapat di dalam vitamin C termasuk antioksidan primer. 23
12
2.1.6 Uji Aktivitas Antioksidan 2.1.6.1 Metode DPPH
DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl) adalah senyawa radikal bebas stabil berwarna ungu yang ditemukan pada tahun 1992 yang berguna untuk menentukan sifat antioksidan amina, fenol atau senyawa alami seperti vitamin, obat-obatan, dan ekstrak tumbuh-tumbuhan. 24
.
Gambar 2.3 Rumus bangun DPPH Sumber : www.merckmillipore.com
Metode DPPH adalah metode sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kandungan antioksidan karena pengerjaannya mudah, murah, dan cepat. Prinsip kerja metode DPPH adalah berdasarkan kemampuan DPPH untuk menerima atom hidrogen yang didonorkan oleh antioksidan. Setelah mendapatkan atom hidrogen kemampuan absorpsi DPPH menjadi berkurang dan membuat warna DPPH berubah menjadi kuning pucat yang kemudian akan dibaca dengan spektrofotometer UV-Vis. 25
13
2.1.6.2 Metode ABTS
Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)6-sulfonic acid)
adalah metode yang digunakan yang digunakan untuk melihat aktivitas antioksidan. ABTS adalah substrat peroksidase yang stabil dan larut air, apabila dioksidasi oleh H2O2 akan membentuk membentuk senyawa radikal kation yang
tidak stabil. Prinsip metode ini adalah dengan menggunakan antioksidan dalam jumlah tertentu untuk menghambat ABTS. Kemampuan antioksidan dalam menghambat ABTS ini yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 734 nm. Dari hasil spektrofotometer dapat diketahui aktivitas yang terdapat pada antioksidan. 26
2.1.6.3 Metode Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula ribosa turunan gula pentose dan yang mempunyai 5 atom karbon. Deoksiribosa apabila dipanaskan dengan suhu dan pH tertentu akan terdekomposisi menjadi malondialdehid (MDA) yang dapat dideteksi dengan asam tiobartiturat (TBA) menghasilkan kromogen MDA-TBA. Perubahan Deoksiribosa menjadi malondialdehid adalah dasar uji penangkapan radikal hidroksil. 27
2.1.6.4 Metode FRAP
Prinsip metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) adalah berdasarkan kerja dari reduksi analog ferroin, kompleks Fe3+ dari tripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2+. Fe2+ jika ditambahkan antioksidan pada suasana asam akan berwarna biru. Hasil pengujian diinterpretasikan dengan peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 593 nm. 28
2.1.6.5 Metode TRAP
Prinsip metode TRAP (Total Radical-trapping Antioxidant Parameter)
14
2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk mengetahui aktivitas antioksidan dalam daging daun lidah buaya dengan menggunakan metode DPPH.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada bulan Februari sampai bulan September 2014.
3.3 Sampel
18
3.4 Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Penelitian
Timbangan analitik; kaca arloji; batang pengaduk; botol gelap; gelas beaker; mikropipet 10, 100, dan 1000 µl; tip 10,100, 1000 µl; alumunium foil;
shaker waterbath; kuvet dan spektrofotometer UV-Vis Hitachi 2,2 solution.
3.4.2 Bahan Penelitian
Simplisia, metanol, DPPH, air aquades dan vitamin C.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan Simplisia Nabati
Daging daun lidah buaya diambil dari kebun lidah buaya (sudah dideterminasi) kemudian dibersihkan, dikupas kulit daunnya, lalu daging daunnya dipotong kecil-kecil dan diblender hingga halus seperti jus. Lidah buaya yang sudah diblender lalu dihitung volumenya dalam gelas ukur. 10
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Daging Daun Lidah Buaya
Pembuatan ekstrak daging daun lidah buaya (Aloe vera) dilakukan oleh peneliti di laboratorium Pharmacy Drug Research dengan menggunakan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dan dimaserasi pada suhu 9o C selama 17 jam. Kemudian hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring. Setelahh disaring, didapatkan filtrat dan residu. Filtrat kemudian dilakukan evaporasi (penguapan) menggunakan rotator evaporator pada suhu 37o C untuk memisahkan pelarut metanol sehingga didapatkan ektrak kental daging daun lidah buaya. 10
3.5.3 Pembuatan Larutan
a) Pembuatan Larutan DPPH 634 µM
- Timbang DPPH sebanyak 0,0014 gram
20
d) Pembuatan Larutan Kontrol Positif (Vitamin C) 32
Vitamin C berupa serbuk putih didapatkan dari Laboratorium Kimia Obat Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Vitamin C yang digunakan merupakan produk perusahaan VWR.
1. Larutan Induk (100 ppm)
1 mg Vitamin C murni dilarutkan dalam 10 mL metanol = 0,1 mg/mL = 100 µg/ml (ppm).
2. Larutan seri (2,4,6,8 ppm) a) 2 ppm
Kemudian ditambahkan 500 µ L larutan DPPH. d) 8 ppm larutan standar positif (vitamin C) dikocok menggunakan shaker waterbath dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap (ditutup
alumunium foil). Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 515,8 nm. Setelah nilai absorbansinya didapat, dihitung persen hambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus: 29,33,34
% Hambatan = (Abs0-Abssampel)x100%
21
Setelah didapatkan % aktivitas hambatan dicari nilai IC50 melalui persamaan
regresi linier y = a + bx
3.7 Manajemen Analisis Data Antioksidan
Data antioksidan pada radikal DPPH (% penghambatan) ekstrak daging daun lidah buaya dianalisis dan dihitung nilai IC50. Semakin kecil nilai IC50
berarti aktivitas antioksidan semakin kuat. Pada penelitian ini nilai IC50 dianalisis
dan dihitung menggunakan persamaan regresi linear. 29 34 35
Data % hambatan dan konsentrasi larutan digunakan untuk mencari nilai IC50 dengan persamaan regresi linear y = a + bx, dimana y adalah % hambat 50
(senilai 50) dan x adalah nilai IC50. 33,36 Berikut ini tabel mengenai klasifikasi
aktivitas antioksidan menurut Blois:
Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan
No. Nilai IC50 Antioksidan
1. < 50 ppm Sangat kuat
2. 50-100 ppm Kuat
3. 101-150 ppm Sedang
4. 151-200 ppm Lemah
3.8 Hasil Ekstraksi Daging Daun Lidah Buaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Absorbansi dan % Penghambatan
Hasil ekstraksi daging daun lidah buaya selanjutnya diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Kemudian dibuat larutan kontrol, larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya, dan larutan seri vitamin C. Setelah diinkubasi akan terlihat secara kualitatif ada tidaknya perubahan warna pada larutan. Berikut ini gambar larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya:
Gambar 4.1 Larutan seri ekstrak konsentrasi 50 ppm, 100 ppm,
150 ppm, 200 ppm
23
berikatan dengan antioksidan yang ada pada sampel sehingga sifat radikal bebas DPPH menjadi menurun. 29
Vitamin C sebagai antioksidan digunakan sebagai kontrol positif karena vitamin C terbukti mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat. Berikut ini adalah gambar larutan seri vitamin C:
Gambar 4.2 Larutan seri vitamin C 2 ppm, 4, ppm, 6 ppm, 8 ppm
Pada gambar 4.2 terlihat adanya perubahan warna pada larutan seri vitamin C. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang kuat pada larutan vitamin C mulai dari konsentrasi kecil karena pada konsentrasi kecil terlihat warna ungu sudah tidak pekat.
Setelah diamati secara kualitatif, larutan kontrol, larutan seri ekstrak daging daun lidah buaya dan larutan seri vitamin C diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang maksimun DPPH yaitu 515,8 nm. Hal ini untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum juga dan kemudian dicari penghambatan masing-masing konsentrasi. Berikut adalah nilai absorbansi dan % penghambatan dari tiap konsentrasi ekstrak daging daun lidah buaya dan vitamin C:
Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak daging daun lidah buaya
24
Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan % penghambatan vitamin C
No Konsentrasi (ppm) Rata-rata nilai absorbansi % Penghambatan 1
2 3 4
2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm
0,635 0,463 0,075 0,045
4,5 % 30,48 % 88,73 % 93,24 %
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 terlihat semakin besar konsentrasi semakin kecil absorbansinya karena semakin besar konsentrasi larutan, aktivitas antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan semakin pudarnya warna DPPH dan semakin besarnya nilai % penghambatan.
25
Gambar 4.3 persamaan regresi linier ekstrak daging daun lidah buaya
26
4.2 Penetapan Nilai IC50
Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi
linier. Microsoft Excel digunakan untuk mencari persamaan linier karena memudahkan untuk input data. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar
aktivitas antioksidan. 29 Setelah melakukan perhitungan dan beberapa kali pengulangan pembuatan larutan, didapatkan nilai IC50 daging daun lidah buaya
dan vitamin C sebagai berikut:
Tabel 4.3 NIlai IC50
No. Bahan Nilai IC50
1. Ekstak Daging Daun Lidah Buaya 250,42 ppm
2. Vitamin C 4,58 ppm
Tabel diatas menunjukkan bahwa ekstrak daging daun lidah buaya memiliki nilai IC50 sebesar 250,42 ppm. Berdasarkan klasifikasi Blois tidak dapat
diklasifikasikan kedalam kategori antioksidan. Penelitian yang dilakukan Tin A.Khaing menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan pada daging daun lidah buaya dengan pelarut etanol didapatkan nilai IC50 sebesar 58,36 ppm dan
tergolong ke dalam antioksidan kuat. 38 Perbedaan pelarut yang digunakan juga mempengaruhi kandungan antioksidan yang terdapat dalam daging daun lidah buaya. Penelitian yang dilakukan Saritha V dkk, menjelaskan bahwa dengan menggunakan pelarut metanol didapatkan ekstrak lidah buaya yang mempunyai aktivitas lebih baik dibandingkan dengan pelarut etanol, heksana, aseton, dan kloroform. 10
27
yang menunjukkan bahwa vitamin C termasuk sebagai kategori antioksidan yang sangat kuat menurut kriteria Blois. Pada penelitian untuk mengetahui kandungan ekstrak daging daun lidah buaya dengan berbagai metode seperti metode DPPH, ABTS, dan xantin oksidase yang dilakukan oleh Nurten Ozsoy dkk, didapatkan bahwa aktivitas antioksidan pada lidah buaya yang menggunakan metode DPPH menunjukan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas antioksidan lidah buaya dengan menggunakan metode ABTS dan xantin oksidase. 39
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari ayat dibawah ini, dimana segala macam tanaman yang tumbuh ditujukan untuk dipelajari umat manusia untuk diambil manfaatnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman yang Allah SWT tumbuhkan memiliki manfaat untuk kesehatan.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (kami), dan kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya
28 BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji secara kualitatif, ekstrak daging daun lidah buaya memiliki kandungan antioksidan
2. Berdasarkan hasil uji secara kuantitatif didapatkan nilai IC50 250,42 namun
tidak dapat digolongkan berdasarkan kriteria Blois.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif ekstrak daging daung lidah buaya yang bersifat antioksidan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek daging daun lidah buaya lainnya seperti toksisitas.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Brewer M.S. Natural Antioxidants: Sources, Compounds, Mechanisms of Action, and Potential Applications. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. 2011. 4(10): 221-247
2. Winarsi H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: potensi dan aplikasi dalam kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. 2007. 22-23
3. Arief, Sjamsul. Radikal Bebas. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr.Soetomo. Surabaya. 2008. 47-48
4. Sembiring, Bagem Sofianna., dkk. Pengembangan Pangan Fungsional Antioksidan. Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. 2011. 474-475
5. Neldawati, Ratnawulan, & Gusnedi. Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Phillar of Physics. Oktober 2013;(2): 76-83.
6. Nijveldt, Robert J., et al. Flavonoids: A Review of Probable Mechanisms of Action and Potential Applications. American Society for Clinical Nutrition. 2001; 74: 418-425
7. Xu, Hong-Xi., et al. Inhibitory Activity of Flavonoids and Tannins against HIV-1 Protease. Pharmaceutical Society of Japan. 2000; 23(9): 1072-1076 8. Boyer, Jeanelle, & Lie, Rui Hai. Apple Phytochemicals and Their health
Benefits. Nutrition Journal. 2004; 4(5), http://nutritionj.com/3/1/5
9. Situmorang, Rimbun. Perbedaan Perubahan Kadar Trigliserida Setelah Pemberian Ekstrak dan Rebusan Daun Salam (Eugeniapolyantha) pada Tikus
Sprague dawley yang diberi Pakan Tinggi Lemak. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro. Semarang.2013. 6-10
10.Saritha V, Anilakumar K R, & Khanum, Farhath. Antioxidant and Antibacterial Activity of Aloe vera Gel Extracts. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives. 2010; 1(4): 376-384
30
12.Furnawanthi I. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Edisi 8. Jakarta Selatan: PT Agromedia Pustaka. 2007: 1-29
13.Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Buku Saku Ekologi Pertanian: Budidaya Praktis Beberapa Tanaman Di Indonesia. Edisi Revisi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011: 170
14.Wahjono E, Koesnandar. Mengebunkan Lidah Buaya Secara Instensif. Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2012: 1-13
15.Tjitrosoepomo, G. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan ke depalan. UGM Press, 2004:244
16.Joseph, Baby., Raj, S.Justin. Pharmacognostic and Phytochemical Properties of Aloe Vera Linn – An Overview. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 2010. 4(2): 106-110
17.Dalimartha, Setawan. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya. 2004:34-36
18.Departemen Kesehatan RI. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Depkes RI. 2000. Hal. 1-12
19.Gitawati R. Radikal Bebas: Sifat dan Peranannya dalam Menimbulkan Kerusakan/Kematian Sel. Cermin Dunia Kedokteran. 1995; No.102: 33-36 20.Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7.
Volume 1. Jakarta: EGC. 2007:10
21.Arcan, Iskender. Characterization and Modification of Antioxidant Proteins from Plan Materials. (Master of Science Thesis). Izmir Institute of Technology. 2005: 8-10
22.Counsell, J.N. and Hornig, D.H., Vitamin C (Ascorbic Acid). Apllied Science Publisher. London and New Jersey. 1981:457-460
31
24.Ionita, P., Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger for Oxygen Active Species ?. Chem. Pap. 2003. 59(1): 11-16
25.Marxen, Kai., et al. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by Methanolic Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression Analysis of Spectrophotometric Measurements. Sensors. 2007: 7, 2080-2095 26.Ozgen M., Reese, Neil R., Artemio Z., et al. Modified 2,2-Azino-bis-3
ethylbenzothiazoline-6-sulfonic Acid (ABTS) Method to Measure Antioxidant Capacity of Selected Small Fuits and Comparison to Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) and 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH) Methods. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2006: 1151-1157
27.Haliwell B, Gutteridge JMC. Free Radical in Biology and Medicine. New York: Oxford University Press. 2000:231-234
28.Antolovich, Michael., et al. Methods for testing Antioxidant Activity. Analyst. 2002. 127: 183-198
29.Molyneux, Philip. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci. Technol. 2001. 26(2): 211-219
30.Triyati, Teti. Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi. Oseana. 1985. 10(1): 39-47
31.Gandhimathi R, et al. Analytical Process of Drugs by Ultraviolet (UV) Spectroscopy – A Review. International Journal of Pharmaceutical Research & Analysis. 2012. 2(2): 72-78
32.Nabavi SF, Nabavi SN, Ebrahizadeh MA, Asgarirad H. The Antioxidant Activity of Wild Medlar (Mespilus germanical) Fruits, Stem Bark and Leaf. African Journal of Biotechnology 10 January 2011;10(2): 283-289
32
34.Widyarti G, Sundowo A, Hanafi M. The Free Radical Scavenging and Antihyperglicemic Activities of Various Gambiers Available in Indonesian Market. Makara Sains. November 2011; 15(2): 129-134
35.Kekuda TRP, Vinayaka KS, Kumar SUP, Sudharshan SJ. Antioxidant and Antibacterial Activity of Lichen Extracts, Honey and Their Combination. Journal of Pharmacy Research 2009; 2(12): 1875-1878
36.Karamian R, Ghasemlou F. Screening of Total Phenol and Flavonoid Content, Antioxidant and Antibacterial Activities of the Methanolic Extracts of Three Silence Species from Iran. Journal of Agriculture and Crop Sciences. 2013; 5: 305-312
37.Harbone JB. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata Edisi II. Bandung: ITB Press. 2006:87-88
38.Khaing, Tin.A., Evaluation of the Antifungal and Antioxidant Activities of the Leaf Extract of Aloe vera (Aloe barbadensis Miller). World Academy of Science, Engineering and Technology. 2011: 75: 610-612
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi
34
Lampiran 2
Nilai absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Ekstrak daging Daun Lidah Buaya
Tabel 6.1 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50 ekstrak daging
35
Lampiran 3
NIlklai Absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Vitamin C
Tabel 6.2 Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50 Vitamin C
36
Lampiran 4
Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 6.2 Larutan hasil maserasi Gambar 6.3 Proses penyaringan
hasil maserasi
Gambar 6.4 Proses evaporasi Gambar 6.5 Ekstrak kental
daging daun lidah buaya
37
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas :
Nama : Rahman Mukti Aji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal, Lahir : Tanjung Sejaro, 23 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lintas Timur km.36 RT.08 Lk.04 No.054,
Kel. Indralaya Mulya, Kec. Indralaya, Kab.Ogan
Ilir, Sumatera Selatan
E-mail : rahmanmuktiaji23@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
● 1999 – 2005 : Sekolah Dasar Negeri 01 Indralaya
● 2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah Negeri Sakatiga
● 2009 – 2011 : Madrasah Aliyah Negeri 03 Palembang
● 2011 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK