• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Film Dokudrama Komunitas Wisata Mistis Sebagai Usaha promosi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Film Dokudrama Komunitas Wisata Mistis Sebagai Usaha promosi"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN FILM DOKUDRAMA KOMUNITAS

WISATA MISTIS SEBAGAI USAHA PROMOSI

Dk 38315 Tugas Akhir

Semester II 2014/2015

Oleh :

Fanji Belatama

51909232

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)
(5)

  iv 

ABSTRAK

PERANCANGAN FILM DOKUDRAMA KOMUNITAS WISATA MISTIS

SEBAGAI USAHA PROMOSI

Oleh:

Fanji Bellatama

51909232

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Komunitas wisata mistis adalah tempat bagi sebagian kelompok masyarakat yang memiliki minat terhadap dunia supranatural. Segala sesuatu mengenai dunia supranatural, mitos dan sejarah yang terjadi saat berkegiatan wisata mistis dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun hanya masyarakat yang memiliki minat terhadap dunia supranatural yang mengikuti kegiatan wisata mistis ini. Diantaranya masih beranggapan wisata ini berbahaya untuk dilakukan, padahal bila didampingi oleh pakarnya wisata mistis akan tetap aman. Karena pendamping lebih memahami situasi dan kondisi yang akan menjadi tempat wisata mistis. Dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini, antara lain wisata mistis dapat diikuti oleh masyarakat yang memiliki minat terhadap dunia supranatural namun harus tetap menjaga sikap.

Tujuan perancangan media promosi komunitas wisata mistis adalah untuk memperkenalkan kegiatan-kegiatan pada saat ekspedisi agar ekspedisi berjalan aman dan tidak berbahaya bagi wisatawan.

(6)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

1.2 Identifikasi Masalah………..……….…..2

1.3 Rumusan Masalah………..……….…….3

II.1.1 Pengertian Pariwisata………..………5

II.1.2. Jenis Pariwisata………..……….……7

II.1.3. Tujuan Pariwisata………..……….…11

II.2.1. Wisatawan………..……….………...11

(7)

vii

II.3.1. Objek Dan Daya Tarik Wisata………..………..14

II.4. Komponen-Komponen Prodak Wisata………..………17

II.4.1 Konsep Perencanaan Dan Pengembangan Produk Wisata………..18

II.5.1. Komunitas Wisata Mistis ………..……….20

II.5.2. Sejarah Singkat Wisata Mistis………..………..21

II.5.3. Konsep Dasar Komunitas Wisata Mistis………..………..23

II.5.4. Susunan Kegiatan Komunitas Wismis………..……….25

II.6. Pengertian Media Komunikasi………..………25

II.6.1. Klasifikasi Media Komunitas………..………...25

II.7. Film………..……….………....29

II.9. Jenis-jenis Film………..……….………..29

II.9.1. Klasifikasi Film Berdasarkan Fungsinya………..……….30

II.10. Film Pendek………..……….………….31

II.11. Genre Film………..……….…………...32

II.12. Metode Penelitian………..……….……33

II.12.1 Teknik Pengumpulan………..……….33

II.12.2 Analisa Masalah………..……….……34

II.13. Target Audiens………..………...……..34

II.14. Kesimpulan Dan Solusi………..………..……..36

BAB III Strategi Perancangan Dan Konsep Visual III.1. Strategi Perancangan………..……….…37

III.1.1. Tujuan Komunikasi………..………37

(8)

viii

III.1.2.1. Pendekatan Komunikasi Visual………..………38

III.1.2.2. Pendekatan Komunikasi Verbal………..………38

III.1.3. Materi Pesan………..……….…………39

III.1.4. Sasaran Perancangan………..………39

III.1.5. Strategi Kreatif………..……….………40

III.1.6. Strategi Media………..……….……….41

III.1.7. Strategi Distibusi………..……….…….43

III.2. Konsep Visual………..……….……….44

III.2.3. Sinopsis………..……….………...44

III.2.4. Story Line………..……….…………...45

III.2.5. Naskah Dialog………..……….………49

III.2.6. Studi Karakter………..……….………50

III.2.7. Format Desain………..……….……....55

III.2.8. Warna………..……….……….56

III.2.9. Tipografi………..……….………56

BAB IV Teknis Produksi Dan Aplikasi Media IV.1. Media Utama………..……….……….57

IV.1.1. Tahap Pra Produksi………..………57

IV.1.2. Tahap Pasca Produksi………..………62

(9)

ix DAFTAR PUSTAKA………..………...XI

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang banyak dikunjungi sebagai tempat wisata. Bandung memiliki banyak ragam wisata mulai dari wisata alam, wisata belanja, wisata budaya, wisata sejarah dan wisata edukasi. Namun baru-baru ini masyarakat Bandung memiliki kegiatan baru bernama wisata mistis yang dipelopori oleh Komunitas Wisata Mistis khususnya di Bandung. Komunitas Wisata Wistis adalah sebuah perkumpulan atau komunitas yang diikuti oleh kalangan dewasa muda yang memiliki kesamaan dalam kegemaran dan minat, yaitu berpetualang, menginvestigasi dan mengungkap misteri-misteri serta mitos yang beredar di Indonesia dan juga jasa wisata bagi wisatawan yang ingin berwisata mistis khususnya di kota Bandung.

Menurut Imam Abdurahman sebagai ketua komunitas wisata mistis (2015) Pada awalnya kelompok remaja ini hanya terdiri dari beberapa orang, yang tanpa memiliki konsep tujuan yang jelas untuk masuk ketempat angker, tujuan mereka hanya ingin berpetualang tanpa memikirkan sebab akibat yang akan terjadi nantinya seperti gangguan supranatural, walaupun demikian para pencinta wisata mistis khususnya di kalangan dewasa muda terus bertambah hingga sampai terbentuklah sebuah komunitas yang bernama Wisata Mistis pada tanggal 10 April 2011.

Melihat minat dari sebagian masyarakat terutama kalangan dewasa muda di kota Bandung yang meminati hal-hal mistis, Komunitas Wisata Mistis ini adalah wadah tepat yang dapat menampung keinginan untuk remaja yang memiliki minat terhadap mistis agar kegiatan Wisata Mistis ini pun dapat didampingi orang-orang profesional khususnya dibidang mistis sehingga para wisatawan dapat mengikuti kegiatan mistis dengan aman.

(11)

baru dan lebih menantang seperti kegiatan mediumisasi yaitu masuknya mahluk astral ke tubuh manusia, dengan ini membuat para peminat wisata mistis semakin hari terus bertambah. Struktur kepengurusan pun dirombak demi kokohnya keorganisasian wisata mistis dengan terpilihnya Sepfian, Alan, Baruna sebagai dewan penasehat atau dewan supranatural yang bertugas untuk menjaga wisatawan agar tetap aman dari gangguan-gangguan mistis seperti gangguan mahluk astral.

Namun melihat fenomena tersebut masyarakat masih beranggapan bahwa, untuk mengikuti kegiatan wisata mistis diwajibkan terikat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Komunitas Wisata Mistis seperti kumpul wajib yang diadakan setiap malam kamis tepatnya pukul 20.00 WIB didepan angkringan ITB, padahal itu semua tidak benar Komunitas Wisata Mistis ini hanya agar kalangan dewasa muda yang minat terhadap mistis bisa membagikan cerita-ceritanya kepada anggotanya dan lebih dapat meminimalisrii resiko terburuk dari berwisata mistis seperti kerasukan dan diikuti oleh mahluk astral.

Maka dari itu fenomena ini perlunya media dari keilmuan desain komunikasi visual untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan berwisata mistis dari komunitas wisata mistis dikususkan untuk masyarakat dewasa muda yang selama ini beranggapan bahwa komunitas wisata mistis hanya untuk anggota aktif yang dapat mengikuti kegiatan wisata mistis.

II.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

 Komunitas Wisata Mistis masih dipandang sebagai Komunitas yang memiliki kegiatan menjelajah aktifitas alam gaib atau supranatural yang tidak aman.  Masih banyaknya kalangan dewasa muda yang menyukai menjelajah aktifitas

(12)

supranatural.

 Kalangan dewasa muda yang memiliki minat menjelajahi aktifitas supranatural

enggan untuk bergabung dengan Komunitas Wisata Mistis karena harus terikat sebagai anggota Komunitas Wisata Mistis, untuk dapat mengikuti kegiatan wisata mistis.

 Kurangnya pengenalan kegiatan komunitas wisata mistis secara utuh seperti

kegiatan uji nyali, mediumisasi dan menelusuri sejarah dari tempat yang dikunjungi.

 Kurangnya media promosi khususnya media audio visual Komunitas Wisata

Mistis yang dapat disaksikan kalangan dewasa muda yang memiliki minat terhadap aktifitas supranatural khususnya dalam kegiatan Komunitas Wisata Mistis.

I.3 Rumusan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan bagaimana cara membuat perancangan media promosi Komunitas Wisata Mistis kepada kalangan dewasa muda yang menyukai atau memiliki minat menjelajah aktifitas supranatural yang masih menganggap Komunitas Wisata Mistis tidak dapat memberikan keamanan dan memberikan pelayanan baik dalam berkegiatan wisata mistis.

I.4 Batasan Masalah

Permasalahan ini dibatasi oleh sebuah objek berupa perancangan media promosi tentang kegiatan penelusuran di Bandung Medical Centre yang dianggap memiliki sejarah dan mitos-mitos mistis, kegiatan beruji nyali, mediumisasi, serta penelurusan sejarah adalah rangkaian dari acara komunitas wisata mistis.

(13)

Para wisatawan wisata mistis dapat memperoleh kegiatan supranatural yang aman dan mendapati edukasi sejarah dari bangunan-bangunan yang menjadi lokasi tujuan berwisata mistis.

I.6 Manfaat Perancangan

 Perancangan ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan menjadi salah

satu referensi untuk dosen dan mahasiswa khususnya jurusan desain komunikasi visual yang tertarik untuk mengetahui kegiatan Komunitas Wisata Mistis.  Perancangan ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai

kegiatan Komunitas Wisata Mistis.

 Bagi penulis perancangan ini selain sebagai salah satu syarat dalam menempuh

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum Pariwisata II.1.1 Pengertian Pariwisata

Gambar : II.1 Pariwisata Indoneisa Sumber : https://peizone

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, menurut (Fandeli, 1995) dengan demikian pariwisata meliputi :

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

(15)

Daya tariknya pariwisata menurut (Fandeli, 1995) dapat dibedakan 
menjadi 3 bagian, yaitu:

Gambar : II.2 Daya Tarik Wisata Alam Sumber : http://ormitamedia.com 1. Daya Tarik Alam


Pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan daya tarik alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan objek wisata yang masih alami.

Gambar : II.3

Daya tarik

wisata budaya Sumber :

(16)

2. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti kampung naga, tanah toraja, kampung adat banten, Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Yogyakarta, dan objek wisata budaya lainnya.

Gamabar : II.4 Daya Tarik Minat Khusus Sumber : http://assets.kompas.com

3. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olahraga, wisata rohani, wisata kuliner, wisata belanja, dengan jenis-jenis kegiatannya antara lain arum jeram.

(17)

II.1.2 Jenis Pariwisata

Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu disiapkan dan program-program promosinya.

Gambar : II.5 Wisata budaya Reog Sumber : https://eastjavaparadiseofjava

(18)

Gambar : II.6 Wisata Komersial Pekan Rakyat Jakarta Sumber : http://ahok.org

2. Wisata Komersial yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

Gambar : II.7 Wisata Industri Sumber : http://1.bp.blogspot.com

3. Wisata Industri yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan mahasiswa atau pelajar, atau orang-orang awam ke suatu tempat perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan penelitian.

(19)

Sumber : http://jakarta.goodizz.com

4. Wisata Bahari yaitu perjalanan yang banyak dikaitkan dengan olahraga air seperti danau, pantai atau laut.

Gambar : II.9 Wisata Cagar Alam Sumber : http://cdn.sindonews.net

5. Wisata Cagar Alam yaitu jenis wisata yang biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya, yang kelestariannya dilindungi oleh Undang- Undang.

II.1.3 Tujuan Pariwisata

Daerah tujuan wisata menurut Surjanto (dalam A. Karyono, 1997) yaitu daerah-daerah yang berdasarkan kesiapan prasarana dan sarana dinyatakan siap menerima kunjungan wisatawan di Indonesia. Daerah tujuan wisata diharuskan memiliki

objek wisata dan daya tarik wisata sebagai media untuk menarik minat wisatawan

.

(20)

perencanaan yang cermat dan matang supaya sesuai dengan kondisi setempat. Namun demikian, jika pelaksanaannya tidak direncanakan dengan baik maka justru akan membawa kerugian atau berdampak negatif bagi daerah tempat pariwisata berkembang.

II.2. Pengertian Wisatawan, Pengunjung dan Karakteristik II.2.1. Wisatawan

Wisatawan adalah semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri dimana biasanya tinggal, mereka ini meliputi:

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.

2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis, pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi.

Menurut (Pendit, 1994) wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi:

1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.

(21)

II.2.2 Pengunjung dan Karakteristiknya

Bila diperhatikan, orang-orang yang datang berkunjung ke suatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung yang terdiri dari beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan termasuk didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk wisatawan.

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO), pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.

Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:

1.

Wisatawan (tourist

)

Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya

selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut:

 Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan dan olahraga.

 Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain sebagainya.

2. Pelancong (exursionist) Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara

yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Dari beberapa pengertian tersebut, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengunjung adalah seseorang yang melakukan kunjungan pada objek dan daya tarik wisata.

(22)

sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata (Smith, 1989). Dalam hal ini karakteristik pengunjung memberikan pengaruh yang tidak langsung terhadap pengembangan pariwisata. Tidak dapat diterapkan secara langsung langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat keterkaitan dengan persepsi pengunjung.

Pengunjung pada suatu objek wisata memiliki karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan melakukan kunjungan ke suatu objek wisata masing-masing berbeda hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata sehingga dalam menyediakan produk dapat sesuai dengan minat dan kebutuhan pengunjung.

Adapun karakteristik pengunjung meliputi:

 Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.

 Usia adalah umur responden pada saat survey.

 Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal responden.

 Tingkat pendidikan responden.

 Status pekerjaan responden.

 Status perkawinan responden.

 Pendapatan perbulan responden.

Sedangkan pola kunjungan responden merupakan alasan utama perjalanan adalah motif atau tujuan utama dilakukannya perjalanan tersebut meliputi:

 Maksud kunjungan yang merupakan tujuan utama melakukan perjalanan

wisata.

 Frekuensi kunjungan adalah banyaknya kunjungan ke objek wisata yang

pernah dilakukan oleh responden.

(23)

melakukan perjalanan wisata.

 Lama waktu kunjungan adalah jumlah waktu yang dihasilkan responden

selama berada di objek wisata.

 Besar pengeluaran adalah jumlah pengeluaran atau biaya selama melakukan

perjalanan wisata.

II.3 Atraksi Wisata

II.3.1 Objek dan Daya Tarik Wisata

Menurut (Edward, 1991) mengatakan bahwa suatu objek wisata harus mempunyai 5 unsur penting, yaitu:

a) Daya Tarik

Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanan primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikasikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen.

b) Prasarana Wisata

Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan objek wisatanya. Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:

 Prasarana akomodasi

(24)

wisata yang menyediakan tempat istirahat yang nyaman dan mempunyai nilai estetika tinggi, menu yang cocok, menarik, dan asli daerah tersebut merupakan salah satu yang menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu daerah wisata.

 Prasarana pendukung

Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung akan digunakan untuk melayani mereka. Jumlah dan jenis prasarana pendukung ditentukan berdasarkan kebutuhan wisatawan.

 Sarana Wisata

Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu, selera pasar pun dapat menentukan tuntutan berbagai sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

 Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti: sistem pengairan, sumber listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, serta sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik didaerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

(25)

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Layanan yang khusus dalam penyajiannya serta mempunyai kekhasan sendiri akan memberikan kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.

b. Lingkungan

Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak dan tercemar. Lalu-lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistim dari fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek wisata.

c. Budaya

(26)

setiap wisatawan yang berkunjung.

II.4 Komponen-Komponen Produk Wisata

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata, produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu:

1. Jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomi) yang berupa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya.

2. Jasa masyarakat dan pemerintah (segi sosial/psikologis) antara lain prasarana umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, seni budaya dan sebagainya.

3. Jasa alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, Taman laut dan sebagainya.

Menurut (Medlik dan Middleton, 1996) yang dimaksud dengan hasil industri pariwisata ialah semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal. Produk wisata terdiri dari berbagai unsur dan merupakan suatu package yang tidak terpisahkan, yaitu:

(27)

perhotelan, bar dan restoran, hiburan dan rekreasi.

 Transportasi yang menghubungkan negara/daerah asal wisatawan serta

transportasi di tempat tujuan ke objek-objek pariwisata.

II.4.1 Konsep Perencanaan dan Pengembangan Produk Wisata

(Smith, 1991) mengatakan bahwa masalah utama dalam perencanaan produk wisata adalah seberapa besar daya tarik suatu daerah wisata untuk dapat dikembangkan lebih lanjut hingga menarik para wisatawan untuk mengunjunginya. Daerah dengan sedikit objek peninggalan sejarah, sedikit pemandangan alam yang menarik, tanpa pantai, iklim yang jelek, sedikit kesempatan untuk berbelanja, dan sedikit potensi lain yang bisa dikembangkan merupakan pilihan paling rendah untuk dipilih menjadi suatu objek wisata yang berkembang, baik oleh pemerintah maupun investor. Produk wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak- banyaknya, menahan mereka dalam waktu yang lama, serta memberi kepuasan kepada wisatawannya. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi yaitu (Soekadijo, 1996).

 Kegiatan dan objek yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan

yang baik. Untuk dapat memberikan kepuasan, atraksi wisata harus dalam keadaan baik, baik atraksi yang berupa kegiatan seperti tarian dan upacara, maupun atraksi yang berupa objek, seperti candi, keris dan sebagainya.

 Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan wisatawan, maka cara

penyajiannya harus tepat. Atraksi wisata boleh dikatakan berhasil kalau menimbulkan kesan kepada wisatawan, sehingga ia merasa puas. Kepuasan itu tidak hanya tergantung kepada keadaan atraksi wisata itu sendiri, akan tetapi juga kepada caranya mempresentasikan di hadapan wisatawan.

 Objek wisata terintegrasi dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa

pelayanan, transportasi dan aktualisasi. Dengan membangun objek wisata saja wisataan belum berdatangan. Objek wisata itu harus diintegrasikan dengan syarat-syarat pariwisata lainnya, yaitu jasa pelayanan, transportasi dan aktualisasi.

 Dapat menahan wisatawan di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama.

(28)

mungkin. Dengan asumsi bahwa akan semakin besar keuntungan yang diharapkan dari kehadiran mereka, yakni dengan semakin lamanya wisatawan dapat bertahan di suatu objek wisata maka akan semakin bertambah pula perputaran uang yang terjadi.

Perencanaan menurut (Spillane, 1994) merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk mencapai suatu tujuan di masa mendatang dengan mengelola sumber daya dan potensi yang ada. Suatu perencanaan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan dan juga proses yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan untuk masa depan yang lebih baik dari masa sekarang dengan mengelola dan mengoptimalkan potensi atau sumber daya yang ada sebaik mungkin.

Dalam suatu konsep perencanaan wisata, para pengembang harus memperhatikan semua aspek pendukung pariwisata, karena pariwisata merupakan kegiatan yang berlangsung di atas permukaan tanah dan menyangkut semua bentuk- bentuk unsur alam, air, udara, kehidupan liar didalamnya, bentang alam, hutan, iklim, sungai, laut, pantai dan lainnya. Selain faktor alam terdapat pula faktor-faktor lainnya yaitu faktor buatan manusia seperti pasar, transportasi dan karakteristik masyarakat setempat.

M Bovy and F Lawson (1977), mengemukakan bahwa dalam menganalisis pengembangan produk wisata ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Riset pasar (market research), meliputi: luas cakupan area, kependudukan dan kondisi sosial ekonomi, kompetitor sejenis disekitar, faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan wisata di masa datang. 


(29)

3. Program, meliputi: penetapan waktu alternatif objek wisata, persyaratan kebutuhan fasilitas, estimasi biaya (modal dan operasional), manajemen pengelolaan dan keuangan.

4. Perencanaan fisik, meliputi: traffic, sirkulasi dan menejemen transportasi pada saat puncak keramaian terjadi, diversifikasi atraksi wisata dan kegiatan yang lebih variatif.

II.5.1 Komunitas Wisata Mistis Profil dan Sejarah Wisata Mistis

Nama Komunitas : Wisata Mistis “wismis”. Berdiri : Bandung, 10 April 2011.

Alamat : Jln. Ahmad Yani No 836 C , Kota Bandung, Jawa Barat.

Pendiri : Septian Heryanto, Alan Actanto, Tria Widianti, Om dave dan Baruna Bagaskara.

Dewan Penasehat : Imam Abdurahman, Dady Setiadi Suarsa dan Budi.

Ketua Umum : Eko Nugroho.

Telp / HP : 087 718 165 153

Website : www.wisatamistis.com

Email : Komunitas@wisatamistis.com

Visi :Menciptakan suatu keseimbangan dalam kehidupan serta menginvestigasi suatu daerah yang memiliki mitos atau urbanlegend dari persfektif Wisata Mistis. Misi : - Mengembangkan mental dan spiritual dari setiap orang yang berpatisipasi dalam Wisata Mistis, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- Menginvestigasi dan mengungkap misteri-misteri di kalangan masyarakat sekitar.

(30)

Wisata Mistis adalah sebuah wadah perkumpulan atau komunitas yang memiliki kesamaan hobi dan minat, yaitu berpetualang, menginvestigasi dan meluruskan mitos-mitos yang beredar di Indonesia . Komunitas ini didirikan pada tanggal 10 April 2011.

Gambar : II.11 logo “miswis” Sumber : http://www.wisatamistis.com/

II.5.2 Sejarah Singkat Wisata Mistis

(31)
(32)

Gambar : II.12 Kegiatan “Wismis” Sumber : Dokumentasi Wisata mistis II.5.3 Konsep Dasar Komunitas “Wismis”

Konsep dasar :

1. Memberikan penjelasan sejarah tenteng tempat ang ditelusuri tersebut.

2. Melakukan penelusuran dan menginvestigasi disuatu tempat yang memiliki mitos dan sejarah maupun ditempat-tempat wisata yang memiliki daya tarik dalam segi mistis.

3. Melakukan meditasi atau ujinya bagi yang berminat /atau bertujuan untuk merasakan suasana di lokasi tersebut.

4. Mencari infomasi tentang sejarah dan mitos tersebut dari nara sumber, kuncen, toko masyrakarat dan mahluk astral yang berada ditempat tersebut.

(33)

Gambar : II.13 Penelurusan “Wismis” Dibanguan Bersejarah Sumber : Dokumentasi Wisata Mistis

Gambar : II.14 Penampakan Pada Saat Kegiatan “Wismis” Sumber : Dokumentasi Wisata Mistis

II.5.4 Susunan Kegiatan Komunitas Wismis Susunan kegiatan:

 Pengarahan peserta.

 Melakukan penelusran secara History yang dipandu oleh narasumber, kuncen, toko masyarakat dan guide ditempat tersebut.

(34)

 Melakukan meditasi atau uji nyali bagi yang berminat.

 Melakukan proses mediumisasi untuk mencarian infomasi tentang sejarah dan mitos ditempat tersebut dari sisi metafisik terhadap mahluk astral

 Doa bersama pada akhir acara.

II.6 Pengertian Media Komunikasi

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

(Sadiman,1991).

Sedangkan komunikasi berasal dari kata Latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan anus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata tersebut terbentuk kata benda communio yang dalam bahasa Inggris comminion yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan,

pergaulan, dan hubungan (Naim, 2011).

II.6.1 Klasifikasi Media Komunikasi

a) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:

 Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang

hanya memiliki unsur suara, seperti radio, tape recorder, kaset, piringan hitam dan rekaman suara.

 Media visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Beberapa hal yang masuk kedalam

media ini adalah film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar dan beberapa bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

 Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga

(35)

b) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi dalam:

 Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak sperti radio dan televisi.

Melalui media ini lah dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.

 Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti

film, video dan lain sebagainya.

c) Dilihat dari cara atau dari teknik pemakaiannya, media dapat dibagi kedalam:

 Media yang diproyeksikan seperti film slide, film stripe, transparasi, komputer

dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film slide, overhead projetor (OHP) untuk memproyeksikan transparasi, LCD untuk memproyeksikan komputer, tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini akan kurang berfungsi.

 Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar foto, lukisan, radio, dan

berbagai bentuk media grafis lainnya.

d) Dilihat berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya:

 Kelompok satu: Media grafis, bahan cetak dan gambar diam

1. Media grafis adalah media yang menyampaikan fakta, ide, gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka, simbol, yang termasuk media grafis adalah

grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flanel, dan bulletin board.

2. Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses

pencetakan, printing atau offset. Beberapa hal yang termasuk media bahan cetak adalah buku tes, modul, bahan pengajaran terprogram.

3. Gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui

(36)

 Kelompok kedua: Kelompok media proyeksi diam, yakni media visual yang

diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis media ini diantaranya: OHP/OHT, opaque projector, slide dan filmstripe.

1. OHP/OHT adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang disebut OHP (overhead projector) dan OHT biasanya terbuat dari plastik transparan.

2. Opaque projector adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan

benda-benda tak tembus pandang, seperti buku, foto. Opaque projector ini tidak memerlukan penggelapan ruangan.

3. Media slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui

alat yang dinamakan projector slide. Film bingkai ini terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari karton atau plastik.

4. Media film stripe atau film rangkai atau film gelang adalah media visual proyeksi

diam yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide.

 Kelompok ketiga: Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya

melalui pendengaran. Jenis pesan yang disampaikan berupa kata-kata, sound effect. Beberapa hal yang termasuk media ini adalah radio, media alat perekam

pita magnetik/kaset tape recorder.

 Kelompok keempat : Media audio visual diam adalah media yang penyampaian

pesannya diterima oleh pendengaran dan penglihatan namun gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau memiliki sedikit gerakan. Diantaranya adalah media sound slide dan film stripe bersuara.

 Kelompok kelima: Film (motion picture), yaitu serangkaian gambar diam yang

(37)

bergerak. Ada beberapa jenis film, ada film bisu, film bersuara dan film gelang yang ujungnya saling bersambungan dan tidak memerlukan penggelapan ruangan.

 Kelompok keenam: Media televisi adalah media yang menyampaikan pesan

audiovisual dan gerak. Diantaranya adalah media televisi, televisi terbatas, dan video cassete recorder.

 Kelompok ketujuh adalah multimedia, merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit

atau paket. Misalnya modul yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio dan bahan audiovisual. (Sanjaya, 2012).

II.7 Film

Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan kimiawi peka cahaya. Ada banyak sekali literature yang menjelaskan film, berdasarkan banyak pengertian yang akhirnya mengerucut pada suatu pengertian yang universal.

Menurut buku yang berjudul ”5 Hari Mahir Membuat Film” (Javandalasta, 2011, h. 1), dijelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut Movie atau Video. Ada banyak sekali keistimewaan media film, beberapa diantaranya adalah:

 Film dapat menghadirkan pengaruh emosional yang kuat.  Film dapat mengilustrasikan kontras visual secara langsung.

 Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas manjangkau.  Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan.

II.8 Jenis-Jenis Film

Dalam membuat film, memiliki sebuah idelisme dalam menentukan tema untuk

“membungkus” cerita agar dapat diterima oleh penontonnnya, agar penonton dapat

(38)

1. Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata “dokumenter” kembali digunakan untuk membuat film dan kritikus film asal Inggris Jhon Grierson untuk film (Moana, 1926) karya Robert Flaherty. Gierson berpendapat, dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas (S Hayward, 1996) dalam buku Key Concept in Cinema Studies.

2. Film Pendek Beberapa film, misalnya Dance With Wolvves, bahkan berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.

II.9. Klasifikasi Film Berdasarkan Fungsinya

Pada dasarnya, fungsin film berkaitan erat dengan manfaat, apa gunanya seseorang membuat film? Ada beberapa alasan yang sangat mendasar, diantaranya:

 Film sebagai media seni. Dalam hal ini, suatu film dianggap memiliki nilai seni

(39)

 Film sebagai media hiburan. Dalam hal ini, film memiliki fungsi sebagai

tontonan yang bersifat dengar-pandang (audio visual).

 Film sebagai media informasi. Dalamhal ini film berfungsi untuk menyampaikan pesan yang ada di dalamnya kepada penonton.

II.9.1 Klasifikasi Film Berdasarkan Maksud Pembuatan

Pada awal penemuannya film memang dimaksudkan untuk dijadikan komoditif jasa kreatif. Artinya barang/jasa dagangan yang bernilai seni. Pada perkembangan

berikutnya film memiliki ciri atau rumpun dan kategori yang berbeda sesuai dengan tujuan pembuatannya. Berikut ini adalah tabel yang membedakan film berdasarkan maksud pembuatannya.

II.10. Film Pendek

Film dengan durasi pendek antara 1-30 menit, jika menurut standar festival internasional terdapat beberapa jenis-jenis film pendek, diantaranya adalah:

Tabel.II.1. Film Berdasarkan Maksud Pembuatannya

Sumber: 100 Tahun Bioskop di Indonesia, Djohan Tjasmadi (2008, P.45)

No Rumpun Kategori Anggaran Produksi

Berasal Dari

Tujuan Utama Film

1 Komersial Hiburan main-stream Modal usaha (profit oriented) Keuntungan bagi

pemodal

2 Dikumentasi Arsip Belanja rutin Data terhimpun

dengan rapih

3 Informasi Penyuluhan Belanja Proyek Pesan mencapai

sasaran

4 Publikasi Promosi Biaya Perusahaan

(Pemasaran)

Menarik perhatian

publik/membentuk

opini

5 Artistik Seni side-stream Sponsor/lembaga keuangan

non profit

Apresiasi

(40)

1. Film Pendek Eksperimental

Film pendekyang digunakan sebagai bahan eksperimen atau uji coba, di Indonesia jenis film ini sering dikategorikan sebagai film indie.

2. Film pendek Komersial

Film pendek yang diproduksi untuk tujuan komersil atau memperoleh keuntungan. Contoh: iklan, profil perusahaan (company profile)

3. Film Pendek Layanan Masyarakat (puclic service)

Film pendek yang bertujuan untuk layanan masyarakat, biasanya ditayangkan di media massa (televisi)

4. Film Pendek Entertaiment (hiburan)

Film pendek yang bertujuan komersil untuk hiburan. Film ini banyak dijumapi di televisi dengan baerbagai ragam konsep.

II.11. Genre Film

Genre film menurut Panca Javandalasta (2011, h. 3) yaitu, dalam film kita akan mengenal istilah genre atau untuk mudahnya kita bisa menyebutkannya jenis atau bentuk sebuah film berdasarkan keseluruhan cerita. Ini digunakan untuk mempemudah penonton untuk menentukan film apa yang akan mereka tonton. Genre film ada beberapa macam, diantara lain:

1. Genre Film Aksi Laga

Genre ini bercerita mengenai perjuangan seorang tokoh untuk bertahan hidup atau adegan pertarungan.

2. Genre Film Komedi

Genre film ini adalah film-film yang mengandalkan kelucuan-kelucuan baik dari segi cerita maupun dari segi penokohan.

(41)

Genre film ini adalah misteri, biasanya mengetengahkan cerita yang terkadang diluar akal umat manusia.

4. Genre Film Thriller

Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari unsur logika ataupun seperti pembunuhan.

5. Genre Film Ilmiah

Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam genre film ini karena apa yang sesuatu merea hasilkan akan menjadi konflik utama dalam aur cerita.

6. Genre Film Drama

Genre film yang biasanya banyak disukai penonton karena dianggap sebagai gambaran nyata sebuah kehidupan dan penonton dapat ikut merasakan adegan

dalam film.

II.12. Metode Penelitian

Metode penilitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan ini secara metode penelitian Kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

II.12.1 Tehnik pengumpulan

(42)

kota Bandung secara acak. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan perancangan yang akan dibuat.

Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui:

1. Sebanyak 70% responden usia dewasa muda lebih menyukai hal mengenai mitos mistis dan 30% reponden tidak menyukai

2. Kalangan dewasa muda ingin mencoba berwisata mistis dikarenakan pengalaman dan memacu ardenali.

3. Minat kalangan dewasa muda terhadap mitos mistis cukup besar, terbukti 70% responden berminat untuk mengunjungi bangunan yang memilik mitos mistis.

4. Sebagian besar kalangan dewasa muda menggemari media audio visual.

II.12.2 Analisa Masalah

Merunrut Anne Gregory (1983) analisis adalah bagian awal dari sebuah tahap perancangan. Meliahat minat masyarakat khususnya dewasa muda yang memiliki kegemaran terhadap wisata mistis cukup besar sehingga perlu adanya edukasi berupa film dokumenter yang menggambarkan sebuah kegiatan-kegiatan yang dilakukan ketikan komunitas wisata mistis sedang berekspedisi agar wisatawan dapat lebih tertarik dalam berwisata mistis dan kesiapan wisatawan berupa fisik dan sikap yang harus terus dijaga. Karena apabila wisatawan berlaku tidak sopan seperti sompral dapat terjadi gangguan mistis yang dapat mengancam tubuh wisatawan.

Menurut Imam (2015) wisata mistis adalah kegiatan non rasional yang tidak dapat dibuktikan oleh kasat mata dan kegiatan ini pula perlu didampingi oleh para ahli dibidangnya seperti paranormal agar wisatawan tidak mengalami gangguan supranatural yang berkelanjutan.

II.13. Target Audies

(43)

secara finansial dan orang tua serta adanya rasa tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan. Sejalan yang dikatakan Lemme, Hurlock (dalam Lemmer, 1995) menegaskan kembali mengenai tanggung jawab tersebut, bahwa individu dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kadudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Hurlock (dalam Lemme, 1995) mengatakan bahwa masa dewasa muda merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupa baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu diharapkan dapat menjalankan peran-peran barunya sebagai suami/istri pencari nafkah, orangtua, yang disisi lain dapat mengembangkan sikap keinginan dan nilai sesuai dengan tujuan baru.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dewasa muda adalah masa dimana individu memiliki tanggung jawab dan tindakan, sikap, keinginan yang dia miliki dan tidak bergantung pada orang lain. Pada tahapan perkembangan ini, dewasa muda memiliki tugas utama yang harus diselesaikan seperti meninggalkan rumah,

memilih dan mempersiapkan karir, membangun hubungan dekat seperti persahabatan dan pernikahan dan memulai untuk membentuk keluarga sediri

(Atwater & Duffy, 2005).

Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media informasi film dokumenter ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Demografis

 Usia : 17 – 30 tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan  Status Sosial : Menengah ke atas

b. Psikografis

(44)

c. Geografis

Dari segi geografis target audiens yang dituju dalam film dokumenter ini meluputi seluruh masyarakat yang memiliki kesukaan berkegiatan petualangan dan ingin mengetahui sejarah dan mitos mistis membuat karya visual seperti video maupun foto dibangunan-bangunan yang berdomisili di kota-kota besar Indonesia.

II.14. Kesimpulan dan Solusi

Berdasarkan penulisan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman wisatawan terhadap komunita wisata mistis berbanding terbalik dengan visi misi dari Komunitas Wisata Mistis, wisatawan berfikir apabila ingin berwisata mistis harus diwajibkan mengikuti pertemuan rutin yang telah ditentukan oleh Komunitas Wisata Mistis, padalah kumpul wajib hanyalah bagi pengurus-pengurus inti dan wisatawan belum mengetahui kegiatan apa yang dilakukan komunitas wisata mistis

dalam berekspedisi dibangunan yang memiliki mitos mistis.

(45)
(46)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1. Strategi Perancangan

Permasalahan yang terjadi terkait dengan promosi Komunitas Wisata Mistis khususnya dalam mengajak wisatawan yang memilik minat yang sama salah satunya adalah tidak adanya media alternatif untuk memberikan edukasi dan pemahaman dalam berwisata mistis. Saat ini wisatawan tidak mengetahui wadah yang mempersatukan minat berwisata mistis khususnya para wisatawan dewasa muda yang ingin membuktikan kebenaran dan sejarah yang ada dibangunan yang dianggap mistis.

Maka ditetapkanlah film dokudrama sebagai media promosi yang bertujuan memperliatkan kegiatan-kegiatan pada waktu berwisata mistis disebuah bangunan yang memiliki mitos-mitos mistis dengan didampingi oleh Komunitas Wisata Mistis.

III.1.1. Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan komunikasi dari perancangan film dokudrama ini adalah:

 Agar para wisatawan khususnya dewasa muda lebih dapat berjaga sikap

sehingga tidak terjadi hal yang tidak diingikan seperti kesurupan dan diikuti mahluk astral.

 Agar para wisatawan dapat mengenali sejarah pada bangunan yang dianggap

memilik mitos mistis secara detail.

 Agar komunitas wisata mistis mempunya media promosi yang didalamnya berisikan kegiatan-kegiatan berwisata mistis menjadikan ajakan untuk wisatawan khususnya dewasa muda yang ingin berwisata mistis.

III.1.2. Pendekatan Komunikasi

 Pada dasarnya berwisata mistis hanya dilakukan oleh komunitas wisata mistis

(47)

kegiatan wisata mistis namun akan berakibat berbahaya bila tidak ada pendamping seperti komunitas wisata mistis.

 Dengan adanya karya visual berupa film dokudrama dapat menarik wisatawan

dalam negeri dan luar negeri dalam melakukan berwisata mistis.

 Maka dari itu media film dokudrama akan langsung diterima oleh target audiens

dan secara tidak langsung akan mendapatkan edukasi tentang persiapan fisik dan lebih dapat menjaga sikap, serta mental dalam sebuah perjalanan wisata mistis.

III.1.2.1. Pendekatan Komunikasi Visual

Secara visual menggambarkan seorang komunitasi wisata mistis yang manjadi tour guede untuk para wisatawan yang memiliki tujuan mengetahui sejarah disebuah bangunan yang memilik mitos mistis dengan narasumber yang dapat menceritakan sejarah dan mitos-mitos yang ada ditempat tersebut.

Gaya bahasa penyajiannya adalah dengan menggunakan sudut pandang mata dan pikiran wisatawan pemula sehingga seolah-olah wisatawan adalah para target audies yang menonton. Sudut pandang mata akan menggunakan teknik eye angle yang akan memberikan informasi visual apa yang akan dilihat wisatawan adalah apa yang dilihat penonton atau target audiens. Wisatawan menelurus lorong demi lorong, ruangan demi ruangan hingga diakhir cerita semua kegiatan ditutup oleh doa bersama agar mahluk astral yang berada ditempat tersebut berada ditempat yang lebih tenang.

III.1.2.2. Pendekatan Komunikasi Verbal

Secara verbal banyak informasi tentang sejarah bangunan Bandung Medical center dan mitos-mitos mistis dalam berwisata mistis melalui dialog komunikasi antar peran yang menggunakan bahasa Indonesia tidak baku disesuaikan dengan bahasa masyarakat kalangan remaja yang universal atau dipahami oleh semua daerah di Indonesia.

(48)

Berwisata mistis khususnya penelusuran mengenai sejarah dan mitos mistis di Bandung Medical Center dituangkan dalam media film dokudrama agar target audies yang menjadikan karya visual video sebagai acuan awal dalam berwisata mistis akan menjadikan media efektif lainnya yang terkandung dalam film dokudrama ini seperti penelusuran Bandung Medical Center agar mengetahui sejarah dan mitos mistis.

III.1.4. Sasaran Perancangan

Adapun khalayak sasaran perancangan dari media film dokudrama wisata mistis di Bandung Medical Center ditinjau dari segi consumer insight, consumer journey, dan indikator konsumen adalah sebagai berikut:

Consumer Insight

Pengertian Consumer Insight menurut Amalia E. Maulana yaitu proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklan.

Untuk target audiens film dokudrama wisata mistis di Bandung Medical Center adalah remaja kelas menengah bawah. Audiens yang dituju adalah yang menyukai berkegiatan diluar ruangan, memiliki minat terhadap mitos-mitos mistis dan aktifitas yang menguji ardenalin

Berikut insight dari targer audiens:

 Mengikuti gaya hidup Lifestyle  Cenderung menyukai mitos mistis.

 Menyukai aktifitas yang menguji ardenalin.

(49)

mendapatkan edukasi-edukasi tentang sejarah-sejarah dari Bandung Medical Center.

Consumer Journey

Untuk menentukan cara penyampaian ide yang sudah dibentuk kedalam media-media yang akan digunakan maka diperlukan perencanaan yang baik agar mendapatkan interaksi yang menjangkau sasaran dengan tepat, maka diperlukan daftar aktifitas dari target audiens. Consumer journey inilah yang nantinya akan digunakan untuk aplikasi dari media yang telah dibentuk.

Kegiatan Tempat

Bangun tidur jam tujuh pagi dengan bunyi alarm dari smartphone.

Rumah Membuat kopi dan roti untuk sarapan lalu menyantapnya

sambil mengoprasikan smartphone seperti membalas chat, melihat update instagram, dan sebagainya.

Rumah

Siang hari nongkrong disebuah cafe sambil update dan photo lalu upload disosial media

Cafe / Di Luar Rumah Malam hari nonton acara tv Net, mengoprasikan

smartphone, laptop, dan mencari referensi di internet seperti youtube, website, dan sebagainya.

Strategi kreatif pada perancangan film pendek naratif teknik mendaki gunung (pendakian malam) ini dibagi dari segi naratif dan sinematis, diantaranya.

1. Segi Naratif

(50)

2. Segi Sinematis

Strategi kreatif dari segi sinematis atau dari segi teknik pengambilan gambar, setting lokasi dan teknik lighting maupun suhu warna dalam film dokudrama ini adalah pada visual penceritaan sudut pandang mata seorang wisatawan yang menyimpan kamera kecil pada kepala Talent sehingga akan menimbulkan view dari mata wisatawan tersebut, alhasil akan seolah-olah menjadi sudut pandang mata wisatawan. untuk pengambilan gambar informasi dari kejadian-kejadian berwisata mistis. Untuk establish shot akan menggunakan teknik beauty shot atau fly cam movement dengan tujuan tetap memberikan sisi estetika dan menjadi daya tarik film dokumenter ini namun dalam adegan shoking shot tidak terlepas dari tehnik moving shot yang manjadi ceri khas dari film dokudrama.

III.1.6. Strategi Media

a. Media Primer (Film Dokudrama)

Media primer yang digunakan dalam perancangan ini adalah dengan membuat sebuah media promosi berupa film dokudrama yang memberikan informasi kegiatan-kegiatan berwisata mistis, sejarah dan mitos mistis dan gangguan-gangguan dari mahluk astral. Media film dokudrama dipilih karena media ini dapat mengajak dan mengetahui kegiatan-kegiatan berwisata mistis yang selama ini belum dilakukan oleh komunitas wisata mistis. Media ini pun menghadirkan sikap-sikap wisatawan agar bersikap sopan agar terhindar dari gangguan yang tidak diinginkan dari mahluk astral. Media ini dibuat agar dapat diterima dengan mudah oleh target audiens karena media film dapat di saksikan pada laman website, atapun pada computer personal, laptop, dan smartphone.

b. Media Pendukung (Gimmick)

(51)

T-Shirt diberikan sebagai identitas dan sekaligus sebagai media untuk mempromosikan film secara tidak langsung.

Bekethaed

Bakethead akan menjadi salah satu perlengkapan yang selalu dibawa wisatawan untuk dipakai di tangan, maka Bakethead akan menambak identitas film dan dapat menjadi media promosi secara tidak langsung.

Packaging

Packaging akan mengemas semua media pendukung film dalam satu kemasan agar terlihat eksklusif pada saat dijual secara online ataupun menjadi display pada saat event Komunitas Wisata Mistis.

c. Media Promosi Movie Trailer

Movie trailer ditayangkan di website komunitas wisata mistis dan media sosial seperti instagram, path, line, facebook, dan twitter. Movie trailer berguna untuk menarik simpatik khalayak umum, khususnya para wisatawan agar tertarik untuk menonton film utama.

Iklan radio

Untuk mempromosikan kegiatan wisata mistis diperlukan spot promo dalam bentuk iklan radio, berguna untuk menarik simpati khalayak umum khususnya wisatawan yang menyukai wisata mistis.

Flayer

Untuk memperkenalkan film dokudrama komunitas wisata mistis pada khalayak umum. Flayer ini akan ditempatkan di semua aplikasi media sosial dan di sekretariat organisasi komunitas wisata mistis.

(52)

Untuk memperkenalkan film dokudrama komunitas wisata mistis pada khalayak umum. poster ini akan ditempatkan di semua aplikasi media sosial dan di sekretariat organisasi komunitas wisata mistis.

X-Banner

X-Banner akan ditempatkan pada saat event komunitas wisata mistis.

III.1.7. Strategi Distribusi

Untuk proses pendistribusian film membuat Event dengan dibantu oleh Ardan dalam program Nigthmare Side untuk mengiklankan event dan film ini akan scrining di cafe uji nyali yang memiliki konsep horor pada bulan september. Adapun wisatawan yang ingin membeli marcendes seperti t-shirt, bukethead, Bracelets leather, sticker, dan tickets dapat peroleh di website komunitas wisata

mistis.

III.2. Konsep Visual III.2.1. Ide Cerita

Ide cerita film dokudrama komunitas wisata mistis. ini terinspirasi dari film Keramat, grave ecounters dan paranormal activity dan mengambil referensi dari beberapa pengalaman anggota komunitas wisata mistis dibuat sebuah wisatawan yang sedang melakukan kegiatan berwisata mistis denagn komunitas wisata mistis sebagai tour guide yang berekspedisi di dalam bangunan yang memilik mitos mistis dan penjelasan sejarah yang pernah terjadi dibanguan tersebut.

III.2.2. Premis / Inti Cerita

“ Wisatawan yang ingin berwisata mistis yang berumur rata-rata 20 tahun yang hidup di kota besar dan berprofesi sebagai mahasiswa diuniversitas dikota Bandung. Dan seorang tour guide yang berpengalaman dibidang wisata mistis yang akan bereksepedisi disebuah bangunan yang memilik mitos mistis. “

 Karakter utama : wisatawan lelaki berusia 20 tahun.

 Atribut untuk karakter utama: Tinggal di kota besar sebagai mahasiswa

(53)

 Tujuan yang ingin dicapai karakter utama: berwisata mistis hingga

mendapatkan informasi mengenai sejarah dan mitos mistis yang memacu ardenali.

III.2.3. Sinopsis

Sekelompok wisatawan yang memilih untuk melakuan kegiatan wisata mistis untuk mendapatkan kepuasan ardenalin dan informasi mengenai sejarah yang berada di Bandung Medical Center mereka pun dengan didampingi oleh komunitas wisata mistis sebagai tour guide agar diharapkan ekspedisi yang mereka lakukan tetap aman dalam pengawasan tour guide.

Lorong demi lorong mereka lewati dan setiap ruangan yang ditunjukan akan diceritakan sejarah yang pernah terjadi, kejadian-kejadian tidak masuk akal pun mereka temukan seperti pintu yang menutup sendiri, benda-benda bergerak sendiri hingga ruangan yang biasanya tidak boleh dimasuki pun menjadi tempat pembuktian yang mereka cari.

Hingga akhirnya salah satu wisatawan yang bernama bob, bob tidak mempercayai dan bertingkah sompral, bob pun berniat untuk beruji nyai ditempat yang dilarang untuk dimasuki. Ketika bob beruji nyali dia diganggu oleh wanita menyeramkan yang murka terhadapnya. Kegiatan wisata mistis pun diakhiri oleh penutupan doa bagi mahluk-mahluk astral yang tidak tenang agar dapat ditempatkan ditempat yang lanyak dan penetralisiran agar wisatawan terjaga dari mahluk astral.

III.2.4. Story Line

FADE IN

EXT. SUWASANA KAMAR

Salah satu wisataan bembeli tiket berwisata mistis di website Komunitas Wisata Mistis.

Cut to

(54)

TIMELAPSE Gedung Bandung Medical Center.

(ESTABLISH) lorong-lorong dan ruangan Bandung Medical Center.

Cut to EXT. LOBBY BANDUNG MEDICAL CENTER Malam hari

Kiran sebagai tour guide menyambut para wisatawan dan mengajak untuk memulai berekspdisi menyurusi lorong ruangan-ruangan yang berada di bandung Medical Center dan memberikan mitos sejarah yang berada di Bandung Medical Center.

Kiran : selamat malam diwisata mistis kali ini , kali ini kita sedang berada di Bangunan Medical Center yang terletak di paruparu kota Bandung dimana bangunan ini berasal dari bangunan rumah sakit yang dulunya bernama rumah sakit Sartika namun rumah sakit Sartika mengalami musibah hingga harus direnofasi, tahun 1996 dengan bangunan baru rumah sakit Sartika berubah nama menjadi Bandung Medical Center.

(ESTABLISH) lorong menunju ruangan bayi.

Cut To EXT. LORONG BANDUNG MEDICAL CENETR MALAM

INTERVIEW VIKI

Viki : setelah yeremia mengalami gangguan kita langung bergegas untuk pergi dari ruangan bayi namun kejadian aneh gue alami sendiri (ketawa kecil). Anjrit wisata mistis gokil.

Lorong yang panjang membuat semua wisatawan berlari kecil seperti terburu-buru ketakutan namun ada satu wisatawan yang tersandung dan tertinggal karena tari sepatu terlepas. Viki adalah wisatawan yang tersandung. Viki pun menimpan handycam yang dia gunakann untuk merekam kejadian saat berwiata mistis. Viki meletakan handycamnya tepat mangarah lorong, beberapa ketik kemudia tiba-tiba kursi roda terdorong dengan sendirinya Viki kaget dan berusaha mendekati kursi roda tersebut. Namun dibalik kuris roda itu terdapat boneka gosong dan viki pun lari terbirit-birit.

(55)

EXT. RUANGAN BAYI Interview Yeremia (wisatawan)

Yeremia : gue ga nyangka saat masuk ruangan bayi suasana lebih mencekam, dekorasi yang tidak terawat banyak sekali jaring laba-laba namun ada yang mengganjal. Alat-alat untuk kerperluan medis masih bagus dan terbungkus rapih.

(Establish) ruangan Bayi

Kiran: ini adalah ruangan yang rencananya akan digunakan untuk ruangan rawat inap bayi namun ada kejadian aneh, pernah terjadi peristiwa bunuh dirinya seorang pria paruh baya yang menggatungkan dirinya di langit yang berada diruangan ini. Dan ruangan ini ditunggui oleh sosok perempuan yang bernama Karin, dia meninggal ketika rumah sakit sartika masih berfungsi. Sehingga ruangan ini pun selalu dijadikan tempat untuk merasakan hawa panas. Ada diantara kalian ingin mencoba ?

 Yeremia : gue, gue... gue ingin coba (mengakat tanganya)

Interview Yeremia : menghelakan nafas, pada saat itu kejadian aneh pun gue

rasain.

tour guide mempersilahkan yeremia untuh merasakan aura negatif yang

berada di ruanga bayi tersebut. Kiran : apa yang kamu rasakan ?

 Yeremia : tangan, ko tangan gue panas sih . iya gue ngerasain hawa panas

dibalik telapak tangan gue .

 Ketika yeremia merasakan hawa panas tiba-tiba ada gangguan yang diterima mia.

 Yeremia teriak serentak semua wisatawn lari dari ruangan bayi.

Cut to EXT. TANGGA

(Establish)

wisatawan melanjutkan penelusurannya.

(56)

EXT. LORONG GELAP Interview Fanji dan Yeremia.

Wisatawn terus berjalan menelusuri ruangan-ruanagn, namun Yeremia dan Fanji merasakan hal yang aneh. Terdengar pintu seperti ada yang mengetuk-mengetuk pintu Fanji dan mia tiba-tiba ingin mengetahui siapa siapa yang berada dibali pintu tersebut.

Fanji : mi lu denger juga kan ?

Yeremia : iya ji denger.(kode mengajak)

Yeremia : woi siapa disitu ? Viki itu lu kan . jangan main main lu vik . kaga lucu. (tegang)

Fanji : ayolah ini bukan waktunya main main. Keluar deh atau gue yang buka nih pintu .

Ketiak pintu terbuka ada sosok kain putih yang sepeti ada orang yang berada dibalik kain tersebut.

Yeremia : anjir vik kaga lucu ah.

Fanji membuka kain putih namun tidak ada sosok apapun. Fanji dan yeremia berpandangan seperti memberikan kode untuk pergi dari ruangan tersebut. Tapi kain putih yang tergeletak di lantai tersebut tiba-tiba sepeti ada sosok tangan yang memegang kaki yeremia, sehentak mereka lari ketakutan.

Cut to

EXT. RUANGAN MAYAT Interview Bob

Bob baru tersadar bahwa teman-temannya tidak ada. Tama pun kembali untuk mencari teman-temannya. Tak lama Fanji, Viki dan yeremia berpapasan.

Bob : dari mana sih ? lu ngeliat kuntilanak apa pocong (ketawa) Fanji : bob lu harus tau bob. (letih)

Yeremia : iya tam gue dan fanji ngeliat hal yang sama.

(57)

sendiri kaga ngalamin. Dari awal gue bilang gue, kaga percaya dan gue berani nantangi mereka.

Yeremia : sompral banget sih lu tam ?

Bob: heh dengerin yah . gue bakal tangtangin para mahluk-mahluk yang ada disini, gue pengen tau kuntilanak tuh kaya apa !

Kiran : stttttttt. Sebaiknya jangan berbicara seperti itu kak, hargai mereka. Bob : ah bodo amat. Kalau emang bener ada tunjukin !

Bob melihat ada pintu yang terdapat tulisan dilarang masuk. Dengan berani tama pun ingin masuk untuk mengetahui kemenaranya.

Kiran : maaf kak ruangan itu sebaiknya jangan dimasuki berbahaya bagi kak Bob : (tertawa meremehak) heh mas gue kaga percaya beginian, gue didalem bakal ujinyali dan gue bakal tunjukin kekalian kalaw ini ruangan kaga ada apa-apanya.

(58)

Establish

Akhirnya Wisata mistis pun diakhiri. Tama pun bisa keluar dari ruangan tersebut. Dan tour guide melakukan penetalisiran agar. Tidak ada mahluk astral yang mengikuti dan mengganggu yang berkelanjutan.

THE END

III.2.5 Naskah Dialog  Viki di Lorong

Gue Viki, liburan kali ini gue dan anak-anak mutusin untuk berwisata dikota Bandung dan wisata yang kita pilih adalah wisata mistis, mungkin terdengar aneh, tapi wisata ini membuat kita lebih mengetahui nilai-nilai sejarah. Ini Bermula ketika gue dan temen-temen berjalan dilorong.

 Viki

Bob, Mia dan Fanji tepat berada didepan gue tapi sialnya gue tertinggal. Karena.

 Yeremia

Gue mia, gue yang ngajakin anak-anak berwisata mistis, karena dibandung wisata ini lagi nghits. Bandung medical center jadi tujuan wisata kita, tempat angker ini menurut gue memilik history aneh, bangunan tua, kotor, gak keurus, tapi anehnya alat medis disini masih ada. malah masih terbungkus dengan rapih.

 Yeremia

Mba kiran mempersilahkan gue untuk merasakan mahluk astral. Iya ketika gue coba. tiba-tiba leher gue panas, yang semakin lama semakin berat. kata mba kiran sih ada sosok yang suka ke gue dan hampir masuk ke diri gue.

(59)

III.2.6 Studi Karakter

Karakter utama dalam film dokudrama pendek ini tidak menampilkan secara utuh fisik dari seorang pemeran utama, namun karena stategi visual yang akan memperlihatkan sebuah visual dari kamera wisatawan. maka karakter utama di film ini diwakili oleh empat karakter utama yaitu Bobi pria yang mempunyai watak sombong dan sompral, Yeremia wanita yang antusias terhadap dunia spiritual, viki cowo tampan yang maimstream, Fanji pria yang memiliki hobby audio visual dan Kiran sebagai tour guide wisata mistis.

Bobi

Gambar. III.1. Pemeran dalam film

Identitas karakter pada film ini adalah:  Nama : Bobi Rahman  Panggilan : Bob

(60)

Yeremia

Gambar. III.2. Pemeran dalam film

Identitas karakter pada film ini adalah:  Nama : Yeremia Agustin  Panggilan : Mia

 Jenis Kelamin : Wanita  Usia : 23 Tahun  Pekerjaan : Mahasiswa

Viki

(61)

Identitas karakter pada film ini adalah:  Nama : Viki Nugroho  Panggilan : Viki

 Jenis Kelamin : Laki-laki  Usia : 23 Tahun  Pekerjaan : Mahasiswa

Fanji

Gambar. III.4. Pemeran dalam film

Identitas karakter pada film ini adalah:  Nama : Fanji laksono  Panggilan : Fanji

(62)

 Kiran

Gambar. III.5. Pemeran dalam film

Identitas karakter pada film ini adalah:  Nama : Kirana

 Panggilan : Kiran  Jenis Kelamin : Wanita  Usia : 25 Tahun

 Pekerjaan : Tour guide wisata mistis

III.2.7. Format Desain

(63)

III.2.8. Warna

Lighting, suhu, dan warna menjadi hal yang penting dalam sebuah film agar dapat digunakan untuk membantu penonton atau target audiens melihat kedalam point of interest atau sebuah fosuk atau titik utama dalam sebuah gambar dimana titik tersebut yang menjadi cerita dalam gambar tersebut.

Dalam sinematografi hanya mengenal dua warna cahaya yaitu Daylight (cahaya yang bersumber dari matahari) dan Tungsten (cahaya yang bersumber dari sebuah lampu pijar). Pada film ini mayoritas akan bersetting dalam ruangan atau intdor, maka dari itu pada pengerjaan produksi film ini akan memakai warna cahaya tungsten.

III.2.9 Tipografi

jenis font yang digunakan dalam pembuatan media utama dan pendukung yaitu Font Wisata Mistis dengan bentuk lebih disesuaikan dengan logo Komunitas Wisata Mistis dan visualisasi film.

Gambar. III.5. Jenis Font Wisata Mistis

Gambar

Gambar : II.11 logo “miswis”
Gambar : II.12 Kegiatan “Wismis” Sumber : Dokumentasi Wisata mistis
Gambar : II.13 Penelurusan “Wismis” Dibanguan Bersejarah
Tabel.II.1. Film Berdasarkan Maksud Pembuatannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini setelah

Supervisi pendidikan meliputi: (1) Obyek kegiatan supervisi yaitu guru dalam pembelajaran peserta didik; (2) subyek kegiatan supervisi yaitu semua personil

akar peringatan hari ibu bermula pada kongres perempuan indonesia pada 22-23 des 09/ di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama// Dihadiri organisasi-organisasi perempuan/

Perkembangan bentuk keruangan di sekitar kawasan pangkalan militer yang semula dirancang sebagai area kosong kota namun dalam perkembangannya semakin padat oleh hunian

Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode simak, yaitu dengan cara membaca dan atau menyimak penggunaan bahasa yang terdapat dalam al-Busyrā sebagai

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % --- Executes during object creation, after

Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik fisikokimia tahu formalin dan tanpa formalin yang digoreng dengan 2 metode, yaitu : deep fat frying dan shallow

Pendapat lain dikemukakan oleh Loudon dan Della Bitta dalam Kartika (2008:38) perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara